BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pema

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia mengalami siklus perkembangan yang dimulai dari masa balita, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Berbagai tingkat perkembangan masing-masing memiliki tugas atau pos-pos

  tertentu yang akan membawa seorang manusia menjadi pribadi yang berkualitas sampai seorang manusia berada pada tingkat usia lanjut. Khususnya pada kehidupan manusia ketika berada pada usia lanjut ditandai oleh menurunnya aktivitas yang dilakukan, perubahan sifat dan sikapserta fungsi sosial dan fisik usia lanjut yang berkurang dan perubahan lainnya. Tapi perubahan-perubahan ini dapat diantisipasi sehingga tidak datang lebih dini atau seseorang mengalami penuaan.

  Proses penuaan pada setiap orang berbeda-bedatergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan tersebut.

  Banyak orang merasa takut memasuki masa lanjut usia, karena mereka sering mempunyai kesan negatif atas orang yang lanjut usia. Menurut mereka lansia itu tidak berguna, lemah, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain dan sebagainya. Memang pada masa lansia orang mengalami berbagai perubahan. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda tergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan tersebut(http:rockyblank.blogdetik.com/2010/04/13/hidup-dan-tinggal-

  di-panti-jompo-sebagai-pilihan-terakhir-bagi-lanjut-usia/ diakses pada tanggal 15 september 2014 pukul 12.10 WIB) .

  Perbedaan antara tingkat usia lanjut dengan tingkatan yang lainnya adalah pengalaman seseorang yang usia lanjut lebih banyak dibandingkan dengan tingkatan usia lainnya. Selain itu penetapan usia lansia berbeda-beda disetiap negara. Di Amerika, seseorang dikategorikan sebagai lanjut usia pada usia 77 tahun, hidup yang didahului masa pra lanjut usia 69- 76 tahun. Sedangkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan usia 60 tahun sebagai titik awal seseorang memasuki masa lanjut usia. Karena itu tidak ada tolak ukur yang jelas kapan seseorang memasuki masa lanjut usia, sedangkan di Indonesia usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih (Hardywinoto: 1999).

  Memang benar bahwa dampak dari pembangunan terhadap kependudukan ada yang berdampak positf dan negatif. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang berdampak positif adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia menyatakan bahwa orang lanjut usia adalah seseorang yang sudah mencapai umur 60 tahun ke atas. Oleh karena itu penduduk lanjut usia Indonesia beberapa tahun terakhir berjumlah sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat 20.547.541 jiwa. Menurut data dari U.S. Census Bereau, International Data Base tahun 2009, jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan jepang. Karena usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa akses tanggal 13 september 2014 pukul 16.47 WIB).

  Salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age

  

dependency ratio ). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin

  banyaknya penduduk lansia. Memperhatikan permasalahan ini pemerintah Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan undang-undang yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia guna menunjang derajat kesehatan dan mutu kesehatan para lansia agar mandiri sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).

  Menurut Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2004 Pasal 1 ayat 4 dan 5, kondisi lansia di Indonesia dapat dibedakan menjadi lansia potensial dan lansia tidak potensial. Lansia potensial adalah lansia yang masih mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri seperti dengan bekerja dan biasanya tidak bergantung kepada orang lain. Lansia potensial ini biasanya tidak mau merepotkan orang lain, mengerjakan semuanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga lansia potensial tidak mempunyai masalah yang serius. Sedangkan lansia tidak potensial adalah lansia yang sudah tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan biasanya bergantung kepada orang lain (Hutapea, 2005:11).

  Tantangan pemerintah Indonesia dalam peningkatan kesejahteraan lanjut usia sampai saat ini masih belum maksimal, bisa dilihat masih banyaknya para lansia yang terlantar. Meskipun telah banyak program pemerintah yang mengurusi lansia, namun tetap saja kurang mensejahterakan para lansia. Salah satu program pemerintah dalam penanganan terhadap penduduk lanjut usia yaitu menekankan pemberian santunan kepada yang terlantar sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Namun, saat ini kebijakan tersebut mempunyai sasaran yang lebih luas dengan memberikan dorongan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia kepada keluarga dan masyarakat agar dapat mendukung terwujudnya lanjut usia yang berguna, berkualitas dan mandiri. Hal inilah yang menjadikan lansia mendapatkan perhatian khusus dalam hal kesejahteraan (Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Pada Loka Karya Nasional Pelayanan Lanjut Usia di Rumah (Home Care)).

  Terdapat empat alasan kenapa lansia harus mendapatkan perhatian khusus, yaitu secara fisik lansia mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak, mendengar, melihat dan mengingat sesuatu. Secara ekonomi lanjut usia mengalami penurunan produktivitas akibat keadaan fisiknya menurun. Secara sosial, lanjut usia sering mengalami kesepian karena ditinggal pasangan hidup. Terakhir secara hukum lanjut usia sering menjadi objek kekerasan, kejahatan dan penipuan. Selain itu lansia perlu mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial, hal ini disebabkan karena lanjut usia telah memberikan kontribusinya dalam masyarakat selama ini, dengan kata lain negara wajib memikirkan kesejahteraan sebagai imbalan atau sumbangsih yang mereka berikan sepanjang hidupnya pada masyarakat (Kosasih, 2002: 20).

  Memastikan bahwa lanjut usia mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat menerapkan dua metode pelayanan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia yaitu metode pelayanan dalam panti dan metode pelayanan luar panti. Pelayanan dalam panti sosial meliputi pemberian pangan, sandang, papan, pemeliharaan kesehatan, dan pelayanan bimbingan mental keagamaan, serta pengisian waktu luang termasuk didalam rekreasi, olahraga dan keterampilan. Sedangkan pada pelayanan diluar panti para lanjut usia tetap berada di lingkungan keluarganya dengan diberikan bantuan permakanan dan pemberdayaan dibidang usaha ekonomis produktif (UEP).

  Pelayanan sosial lanjut usia yang terpenting dilakukan oleh masyarakat baik yang dilakukan dalam panti maupun luar panti. Pembinaan melalui luar panti memungkinkan masyarakat untuk ikut serta dalam pelayanan lanjut usia, karena pemerintah sampai saat ini memiliki keterbatasan antara lain jumlah dana yang tersedia kurang seimbang dengan kebutuhan pelayanan sosial lanjut usia, pelayanan sosial lanjut usia yang belum optimal dan terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan lanjut usia (Departemen Sosial RI, 2012).

  Sesungguhnya para lanjut usia ini masih tetap bisa membuktikan eksistensinya dibalik keterbatasaanya sebagai orang tua atau lanjut usia. Lanjut usia yang sudah melewati kehidupan yang panjang atau yang sudah banyak mengalami “asam garam” kehidupan sangat banyak perannya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Banyaknya pengalaman dan ilmu yang dimiliki lanjut usia membuat lansia menjadi panutan dalam keluarga sebagai penasehat atau pembimbing keluarga bagi saudara dilingkungan keluarga serta mengamalkan pengalamannya yang baik dan berharga kepada anak-anak, cucu dan generasi penerus.

  Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang masih memiliki kultur keluarga besar, yang mana struktur keluarga terdiri dari orang tua, anak dan cucu, artinya keluarga besar merupakan perkumpulan dua keluarga atau lebih. Budaya ini masih banyak ditemukan di masyarakat Sumatera Utara pada umumnya.

  Kuatnya hubungan kekerabatan ini memiliki dampak positif terhadap hubungan atau pemeliharaan terhadap anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang lainnya. Sehingga orang tua atau lanjut usia biasanya dipelihara atau dirawat oleh keluarganya sendiri, perawatan ini dilakukan oleh keluarga baik anak maupun cucunya, sanak saudara bahkan kerabat biasanya ikut merawat.

  Keluarga merupakan harapan bagi lansia untuk mendapatkan ketentraman dan ketenangan dalam menjalani sisa masa hidupnya, namun dengan perkembangan zaman yang begitu kuat membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat maka fungsi keluarga pada umumnya untuk menunjang kehidupan seluruh anggota keluarga mengalami pergeseran, dimana paradigma yang berkembang saat ini adalah membentuk dan membangun keluarga kecil (nuclear

  

family). Komposisi keluarga yang cenderung mengarah pada keluarga kecil ini

  menjadi kurang mendukung terhadap keberadaan para lanjut usia karena kehadiran lansia didalam keluarga dianggap dapat menimbulkan masalah.

  Berdasarkan data Sensus Penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2013 bahwa jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 14.688.987 dan

jumlah lansia sebanyak 800.604 orang. Usia harapan hidup meningkat dari tahun ke

tahun di Provinsi Sumatera Utara dari 69,20% tahun pada tahun 2002 meningkat

menjadi 71,50 % tahunpada tahun 2012 (Dinas Kesehatan Sumut, 2012). Adanya

peningkatan jumlah penduduk lansia, pemerintah Provinsi Sumatera Utara memberi perhatian khusus dengan memberikan pelayanan dan menciptakan berbagai kebijakan

  

yang menyangkut dengan kesejahteraan lansia. Hal tersebut dapat diaplikasikan

dengan membentuk suatu wadah untuk memberikan pemberdayaan kepada lanjut

  usia yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yaitu melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar.

  UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan lanjut usia Pematang Siantar merupakan salah satu UPT Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara yang memberikan proses pemberdayaan dalam bentuk pelayanan kepada lansia pada khususnya melalui program-program seperti bimbingan fisik, bimbingan keterampilan dan bimbingan sosial. Adapun penjelasan ringkas tentang program-program pemberdayaan lansia yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar adalah program pemberdayaan bimbingan fisik dimana para lanjut usia diberi pemaparan secara perlahan tentang kebersihan pribadi dan lingkungan. Selain itu para lansia diikutsertakan dalam kegiatan olahraga ringan, pemberian gizi cukup dan pemeriksaan kesehatan yang rutin.

  Selanjutnya program pemberdayaan bimbingan keterampilan dimana diberi keterampilan ringan seperti bercocok tanam, dan membuat kerajinan tangan. Hal ini bertujuan untuk mengisi waktu luang para lansia agar mereka mampu menggerakkan organ-organ tubuh ataupun menyalurkan bakat-bakat para lansia. Selain itu, terdapat juga program pemberdayaan bimbingan sosial dimana para lansia diberikan kegiatan keagamaan dengan melaksanakan shalat lima waktu bagi yang muslim dan kegiatan kegerejaan bagi yang non-muslim, bimbingan mental, psikososial, konseling dan advokasi.

  Berdasarkan data yang dihimpun dari UPT Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar terdapat 20 warga binaan lanjut usia atau jompo dimana terdiri dari 8 warga binaan laki-laki dan 12 warga binaan perempuan.

  Kesehariannya para warga binaan lansia di panti ini diberikan pelayanan- pelayanan selama 24 jam penuh dengan kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang berbeda setiap harinya. Hal ini bertujuan mengantisipasi kejenuhan para lansia, dengan adanya kegiatan tersebut lansia dapat giat melakukan kebahagiaan disisa umurnya.

  Permasalahan yang dilihat peneliti adalah bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan lanjut usia yang dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar bertujuan untuk membantu pemulihan kondisi fisik, psikis, mental dan sosial serta pemberian keterampilan praktik kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial yaitu lanjut usia sehingga mereka mau dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan baik di lingkungan masyarakat serta memberikan pelayanan kebutuhan.

  Berkaca dari hal tersebut peneliti ingin menggambarkan lebih detail program pemberdayaan lanjut usia yang dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar. Perlu kiranya efektivitas menggambarkan perubahan. Jadi dengan alasan tersebut, kondisi yang demikian dengan bebagai pelayanan sosial yang telah diberikan kepada lanjut usia melalui program pemberdayaan lansia.Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan pemberdayaan melalui program-program pemberdayaan lansia seperti bimbingan fisik, bimbingan keterampilan dan bimbingan sosialyang hasilnya akan dituangkan dalam penelitian berjudul melakukan “Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar”.

  1.2 Perumusan Masalah

  Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Penelitianini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yangditeliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah ‘’Bagaimana efektivitas pelaksanaan program lanjut usia oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar’’.

  1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program pemberdayaanlanjut usia oleh Unit Pelaksana Teknis Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar.

1.3.2 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka: a.

  Bagi penulis dan pembaca Memperluas wawasan serta pengembangan kajian ilmu kesejahteraan sosial.

  b.

  Sebagai masukan bagi pihak unit pelaksana teknis pelayanan sosial tuna rungu wicara dan lanjut usia.

1.4 Sistematika Penulisan

  Memudahkan untuk memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika Penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan

  objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional

  BAB III : METODE PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

  sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

  BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

  penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

  BAB V : ANALISIS DATA Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang

  perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Propolis 2.1.1 Komposisi propolis - Formulasi Ekstrak Propolis Dalam Sediaan Gel Sebagai Anti-Aging

1 2 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Kadar Serum Seruloplasmin pada Preeklamsia Berat Early Onset dan Late Onset

0 0 18

Analisis Perwilayahan Komoditas Kubis/Kol Di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 10

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 17

SAWAH System of Rice Intensification (SRI) (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah - Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Provinsi Sumatera Utara

2 24 35

3. Fakultas Kedokteran USU (Sekarang) Riwayat Organisasi : 1. Ahli Biasa Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indomesia – Cawangan Medan (PKPMI-CM) 2. Ahli Biasa Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM) - Tingkat Pengetahuan Penderita Dan Keluar

0 0 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Penderita Dan Keluarga Penderita Tentang Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Ko

0 0 38