ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA (STUDI PADA DESA DI KABUPATEN DELI SERDANG)

  Vol. 2, No. 4, (2017) Halaman 93-106

E-ISSN 2581-1002

  ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

(STUDI PADA DESA DI KABUPATEN DELI SERDANG)

1 *2 1,2 Fachrul A Siregar * , Fazli Syam BZ

  Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala *1 *2 e-mail: fachrrulsrg@gmail.com , fazlisyambz @feb.unsyiah.ac.id

  

Abstrak

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 on Villages explains that the Village is a legal community unity that has

territorial boundaries to administer and administer government affairs, the interests of local communities based on

traditional. Villages have the authority to organize and manage the interests of their own communities according to

local conditions and social culture. The purpose of this study based on the formulation of the problems that have

been stated above is to measure the level of effectiveness and efficiency of village finances in Deli Serdang District

and Village Financial Management in Deli Serdang District and provide recommendations to overcome the problem.

  

The type of this research is qualitative research. Qualitative research is research, where researchers collect and

analyze data, integrate findings, and draw inferential conclusions using qualitative research methods in one study. In

terms of effectiveness of financial performance development based on the use of ADD in 2016 seen that there are

differences in the effectiveness level almost all villages used as research samples have a ratio of 100% or Effective,

only a few villages that have a very low level of effectiveness such as Medan Estate village which has the

effectiveness ratio of 69% or Less Effective, as well as the effectiveness analysis of DD use in 2016, which shows that

the average use of DD has a ratio of 100% or Effective, it's just that some villages also seen still have a low level of

effectiveness, such as village Bangun Sari has an effectiveness ratio of 31% or Not Effective, as well as Bintang

Meriah village which only has a level of effectiveness ratio of 73% or Less Effective Keywords: Alokasi dana desa, efficiency, village funds, effectiveness financial mangement, financial statements.

  Pengelolaan keuangan desa memiliki prinsip-prinsip

  Pendahuluan 1.

  atau azas-azas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113

  Desa menjelaskan bahwa Desa adalah kesatuan Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa pasal masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Keuangan desa berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, anggaran”, dengan demikian pemerintahan Desa dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati khususnya melalui aparatur Desa memiliki tanggung dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik jawab dalam pengelolaan keuangan Desa secara efektif Indonesia. Desa memiliki kewenangan untuk mengatur guna menjalankan permbangunan yang tepat sasaran, dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri dan efisien. sesuai kondisi dan sosial budaya setempat. Melalui

  Kabupaten Deli Serdang yang merupakan konsep demokratisasi yang bermakna bahwa Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara penyelengaraan Pemerintahan Desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi sendiri memiliki 380 Desa yang merupakan terbanyak ke-Empat di Provinsi Sumatera Utara, tantangan akan melalui Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga penggunaan dana desa untuk peningkatan Kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa. kesejahteraan masyarakat dan pemanfaat yang sesuai

  Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai guna mendukung kinerja keuangan pada sektor publik desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, dirasa perlu untuk dilakukan dan diterapkan oleh Desa demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat.

ISSN: 1978-1520

  

  yang ada di Kabupaten Deli Serdang, sebab sejak digulirkanya dana desa sejak pertengahan 2015, sejumlah permasalahan yang penyelewengan dana desa terjadi di Kabupaten Deli Serdang.

  Halim (2007:230) Pengukuran kinerja yang digunakan oleh organisasi sektor publik, adalah pengukuran kinerja yang tradisional. Metode ini memusatkan pada aspek keuangan saja yaitu dengan menggunakan metode value for money. Mardiasmo (2009:4) mengungkapkan value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. ekonomis: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan

  outcome dengan output. Seiring dengan semakin

  kuatnya posisi desa dalam hal pengelolaan keuanganya, dana desa yang diberikan pemerintah semakin besar pula, namun hal ini tidak sejalan dengan apa yang terjadi di beberapa desa yang ada di Indonesia.

  Secara umum dapat dilihat seiring dengan bertambahnya kewenangan desa terhadap pengelolaan keuangannya, permasalahan akan pengelolaan juga ditakutkan akan timbul, seperti yang di ungkapkan dalam pernyataan pers di media elektronik Sindo 1 Pelaksana tugas (Plt) Wakil Ketua KPK Johan Budi mengatakan akan ada 14 potensi persoalan dalam pengelolaan keuangan desa sejak Januari 2015 yakni: aspek regulasi kelembagaan, aspek tata laksana, aspek pengawasan dan aspek sumber daya manusia. Aspek regulasi kelembagaan terdiri dari belum lengkapnya regulasi dan petunjuk teknis pelaksanaan keuangan desa, potensi tumpang tindih kewenangan Kemendes

  1 www.nasional.sindonews.com/read/1012030/13/k pk-temukan-14-potensi-masalah-pengelolaan- dana-desa-1434116438 (Di akses 17 Februari 2017)

  PDT dengan Ditjen Bina Pemerintah Desa Kemendagri, tidak transparannya formula pembagian dana desa dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 tahun 2015 dan hanya didasarkan atas dasar pemerataan. Selain itu, pengaturan pembagian penghasilan tetap bagi perangkat desa dari anggaran dana desa (ADD) yang diatur dalam PP Nomor 43 tahun 2014 dinilai kurang berkeadilan serta kewajiban penyusunan laporan pertanggungjawaban oleh desa yang tidak efisien akibat ketentuan regulasi dan tumpang tindih. Yunianti (2015) mengatakan hasil analisis data terhadap efisiensi dan efektivitas APBDesa Desa Argodadi tahun anggaran 2010 - 2013, dapat disimpulkan bahwa efisiensi kinerja keuangan tahun 2010 - 2012 memiliki kecenderungan tidak efisien, sedang pada tahun 2013 pada kriteria kurang efisien. Dan secara keseluruhan kinerja keuangan tidak efisien dengan rata-rata tingkat efisiensi diatas 100% yaitu sebesar 103,12%. Namun efektivitas kinerja keuangan tahun 2010 -2013 memiliki kecenderungan sangat efektif yaitu dengan rata-rata tingkat efektivitas sebesar 123,75%. naik-turunnya perkembangan kinerja keuangan APBDesa Argodadi menunjukkan bahwa kinerja pendapatan berfluktuatif selama 4 (empat) tahun.

  Berbeda dengan apa yang terjadi di Desa Paya Itik, Galang, Deli Serdang, sesuai dengan yang dilansir media online Metro Tv News 2 Hakim Pengadilan

  Tipikor Medan memvonis kepala desa tersebut akibat terbukti melakukan tindakan korupsi terhadap dana alokasi desa anggaran 2013-2014, Parno Kepala Desa tersebut harus dipenjara selama tiga tahun. Ini jelas merupakan tindakan yang mana nantinya tujuan dari rencana desa tidak tercapai dengan maksimal.

  Kabupaten Deli Serdang yang merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara sendiri memiliki 380 Desa yang merupakan terbanyak ke-Empat di Provinsi Sumatera Utara, tantangan akan penggunaan dana desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemanfaat yang sesuai guna mendukung kinerja keuangan pada sektor publik dirasa perlu untuk dilakukan dan diterapkan oleh Desa yang ada di Kabupaten Deli Serdang, sebab sejak digulirkanya dana desa sejak pertengahan 2015, 2

  www.metrotvnews.com/read/2016/04/25/519051/ korupsi-dana-desa-kades-di-deliserdang-divonis- 3-tahun/ (Di akses 17 Februari 2017)

ISSN: 1978-1520

  

  Mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa

  23 Tahun 2014 tentang keuangan desa, tentang proses perencanaan pengususnan tentang APBDesa yang dimulai dengan sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan dan

  1. Perencanaan Dalam Permendagri Nomor 113 Pasal 20 s/d Pasal

  Adapun proses pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu:

  Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan desa, pengelolaan keuangan desa dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yaitu transparan, akuntabel dan partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran (Santosa, 2008). Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (Pasal 2, Permendagri No 113 Tahun 2014).

  Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban, dan pengawasan keuangan desa.

  Bedasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan suatu wilayah tertentu yang memiliki dasar hukum dan wewenang untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri serta tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam pemerintahan NKRI. Kemudian desa mempunyai unsur-unsur sebagaimana halnya sebuah negara. Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang desa, unsur-unsur yang harus dimiliki oleh desa yaitu wilayah, penduduk, dan pemerintah.

  sejumlah permasalahan yang penyelewengan dana desa terjadi di Kabupaten Deli Serdang.

  Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat bedasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Bedasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (5) juga mendifinisikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem kesatuan Pemerintahan NKRI.

  Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas ialah untuk mengukur tingkat efektifitas dan efisiensi keuangan desa di Kabupaten Deli Serdang dan Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Deli Serdang dan memberikan rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut.

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kinerja keuangan desa berdasarkan konsep value for money dengan pengukuran tingkat efektifitas dan efisiensi APBDesa di Kabupaten Deli Serdang tahun anggaran 2013-2016 dan Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 dan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian diatas kinerja pemerintahan desa di nilai penting untuk diukur agar kedepannya hal-hal diatas tidak terjadi lagi, lalu untuk menganalisis kinerja pemerintah Desa dalam mengelola keuangan Desa adalah salah satunya dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya.

2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis Desa

ISSN: 1978-1520

  

  menyampaikannya kepada Kepala Desa untuk dibahas dan disepakati oleh BPD. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. Selama proses tersebut Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu yang ditentukan Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Dalam hal Bupati/Walikota menemukan dan menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tersebut tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi ditindaklanjuti oleh Kepala Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dan menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal ini desa hanya dapat mengeluarkan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.

  h) Pembayaran yang telah dilakukan, sebagai mana maksud di atas, selanjutnya bendahara melakukan pencatatan pengeluaran. i) Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

  g) Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi seketaris desa, kepala desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran.

  f) Berdasarkan rencana anggaran biaya pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa. SPP tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima.

  e) Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.

  d) Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya.

  c) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.

  b) Pengeluaran desa tidak termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam Peraturan kepala desa.

  APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.

  Sementara untuk pelaksanaan APBDesa mengenai pengeluaran desa harus memperhatikan: a) Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban

  e) Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.

2. Pelaksanaan

  d) Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.

  b) Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

  a) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

  Pasal 34 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam pelaksanaan APBDesa harus memperhatikan pendapatan desa yang berhubungan seperti:

  Menurut Permendagri 113 Tahun 2014 Pasal 24 s/d

c) Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

ISSN: 1978-1520

  Pendapatan Desa

  3. Penatausahaan Dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal

  35 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban yang akan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan dengan menggunakan buku kas umum umum, buku kas pembantu, dan buku kas bank.

  4. Pelaporan Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014

  Pasal 37 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota berupa laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa yang dilaporkan ada akhir bulan Juli tahun berjalan sementara laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

  5. Pertanggung jawaban Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014

  Pasal 38,39,40,41 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, kepala desa menyampaikan laporan pertanggung-jawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota setiap akhir tahun anggaran. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampiri:

  Desa sebagaimana sebuah badan hukum mempunyai kekayaan yang jenisnya beragam. Kekayaan desa dikelola oleh pemerintah desa dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat desa. Perencanaan kebutuhan kekayaan desa disusun dalan rencana kerja dan APBDesa setelah memperhatikan ketersediaan barang milik desa yang ada. UU Desa No 6 Tahun 2014 telah menegaskan pengakuan negara atas Desa melalui asas rekognisi dan subsidiaritas yang mengakibatkan adanya pengakuan atas kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal desa.

  

  Pengelola Keuangan Desa

  Menurut Undang-Undang Nomor 6 Pasal 71 Ayat (1) Tahun 2014, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa yang menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa. Dalam rangka mendukung tata kelola yang baik untuk penyelenggaraan desa, pengelolaan desa dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yang transparan, akuntanbel partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa satu tahun anggaran yakni mulai 1 januari sampai dengan tanggal 31 desember.

  APBDesa (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa)

  APBDesa adalah rencana keuangan desa dalam satu tahun yang memuat perkiraan pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan, rencana pembiayaan yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa (Nurcholis, 2011:83). Penyelenggaraan pemerintah desa yang

  output-nya berupa pelayanan publik, pembangunan,

  dan perlindungan masyarakat harus disusun perencanaannya setiap tahun dan dituangkan dalam APBDesa. Sehingga pemerintah desa wajib membuat APBDesa sebab APBDesa merupakan bentuk pertanggung-jawaban pemerintah desa terhadap apa yang telah dianggarkan dalam APBDesa dapat dipastikan telah dilaksanakan.

  • Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan;
  • Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31

  Desember Tahun Anggaran berkenaan; dan format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa. Dalam hal format laporan yang diuraikan diatas, format tersebut juga diatur oleh Peraturan Bupati

  (Perbup) tiap-tiap Pemerintahan Kabupaten yang ada di wilayah Indonesia.

  ISSN: 1978-1520 

  Pendapatan Desa adalah semua penerimaan uang

  c) Belanja Modal melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam Pengeluarana yang digunakan dalam rangka 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang kembali oleh desa. Pendapatan desa diklasifikasikan nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan. menurut kelompok dan jenis sumber pendapatan Desa yang diatur pada UU No 6 Tahun 2014 Pasal 71.

  Pembinaan dan Pengawasan

  Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal Setelah proses pengelolaan keuangan desa 71 ayat (2) bersumber dari: dipaparkan sebelumnya, hal yang paling penting dalam proses pengelolaan keuangan desa yang tertuang

  a) Pendapatan Asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 ialah royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; tentang pembinaan dan pengawasan keuangan desa, hal ini terdapat dalam pasal 44 dimana disebutkan

b) Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

  Negara. Bagian dari hasil pajak daerah dan bahwa Pemerintah Provinsi wajib membina dan retribusi daerah Kabupaten/Kota; mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi hasil Pajak dan Retribusi

  c) Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa dan juga Kabupaten/Kota; Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

  d) Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

  Value For Money

  Kabupaten/Kota; Value for money menurut Mardiasmo (2002:130) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor e) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. Ekonomis: f) dan Lain-lain pendapatan Desa yang sah. pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomis

  Belanja Desa

  Belanja desa dalam Permendagri No. 113/2014, merupakan perbandingan input dengan input value

  Bab IV, Bagian Kedua ialah merupakan semua proses yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi: pengeluaran yang dilakukan oleh desa. Belanja desa pencapaian output yang maksimum dengan input adalah kewajiban desa dalam satu tahun anggaran tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan oleh desa. Kelompok belanja dibagi dalam kegiatan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan

  Kegiatan sebagaimana disebut di atas, terdiri atas target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas jenis: merupakan perbandingan outcome dengan output.

a) Belanja Pegawai

  Penelitian Terdahulu

  Pengeluaran rutin yang harus dibayarkan untuk Sumenge (2013) melakukan penelitian tentang pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi efektifitas dan efisiensi pelaksanaan Anggaran Belanja

  Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

  BPD Minahasa Selatan sangat bervariasi. Tingkat efektifitas . tertinggi terjadi pada 2010 dan yang terendah terjadi

  b) Belanja Barang & Jasa pada 2011. Anggaran belanja tahun 2008, 2009, 2010 Pengeluaran yang digunakan untuk dan 2012 sudah bisa dikatakan efektif, tetapi pada pembelian/pengadaan barang yang nilai tahun 2011 tingkat efektifitasnya masih kurang karena manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan. realisasi anggaran belanja memiliki perbedaan yang jauh dengan target anggaran belanja yang harus

  ISSN: 1978-1520 

  dicapai. Perbedaan ini terjadi karena ada beberapa literatur, buku, referensi, dan sebagainya yang kegiatan yang dianggarkan, tidak dilaksanakan. Tetapi digunakan dalam penelitian ini. untuk kegiatan lain yang telah dianggarkan, sudah dilaksanakan secara efektif. Anggaran Belanja

  Operasionalisasi Variabel

  BAPPEDA Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008 Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan

  • – 2012, secara keseluruhan sudah diolah secara efisien. atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda Dimana anggaran belanja tahun 2008 sampai tahun pada waktu yang berbeda untuk objek atau orang yang 2011, dikategorikan sangat efisien dan hanya tahun sama atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama 2012 dikategorikan efisien. Pengelolaan anggaran untuk objek atau orang yang berbeda (Sekaran, belanja sudah memenuhi syarat efisiensi yaitu 2013:200) penggunaan dana yang minimum untuk mencapai hasil Tingkat efektifitas diukur dengan cara maksimum.

  membandingkan realisasi anggaran belanja dengan Yunianti (2015) mengatakan hasil analisis data target anggaran belanja. terhadap efisiensi dan efektivitas APBDesa Desa Argodadi tahun anggaran 2010 - 2013, dapat

  Formula Efektifitas

  disimpulkan bahwa efisiensi kinerja keuangan tahun 2010 - 2012 memiliki kecenderungan tidak efisien,

  EFEKTIFITAS= x 100% sedang pada tahun 2013 pada kriteria kurang efisien.

  Sumber : Mahsun (2009)

  Dan secara keseluruhan kinerja keuangan tidak efisien dengan rata-rata tingkat efisiensi diatas 100% yaitu Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor sebesar 103,12%. Namun efektivitas kinerja keuangan

  690.900-327 tahun 1996, kriteria tingkat efektifitas tahun 2010 -2013 memiliki kecenderungan sangat anggaran belanja sebagai berikut : efektif yaitu dengan rata-rata tingkat efektivitas

  1. Jika hasil perbandingan lebih dari 100%, maka sebesar 123,75%. naik-turunnya perkembangan kinerja dikatakan sangat efektif. keuangan APBDesa Argodadi menunjukkan bahwa

  2. Jika hasil perbandingan antara 90% - 100%, maka kinerja pendapatan berfluktuatif selama 4 (empat) dikatakan efektif. tahun.

  3. Jika hasil perbandingan antara 80% - 90%, maka dikatakan cukup efektif.

  Metode Penelitian 3.

  4. Jika hasil perbandingan antara 60% - 80%, maka

  Metode Pengumpulan Data dikatakan kurang efektif.

  Penulis menggunakan metode penelitian sebagai

  5. Jika hasil perbandingan dibawah 60%, maka berikut: dikatakan tidak efektif.

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara

  Tingkat efisiensi diukur dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di membandingkan realisasi anggaran belanja langsung lokasi untuk memperoleh data yang akurat dengan total realisasi anggaran belanja.

  2. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-

  Formula Efisiensi

  pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada Kepala Desa dan Ketua BPD Desa untuk

  EFISIENSI= x

  mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

  100% Sumber : Mahsun (2009)

  3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen pemerintahan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor desa serta arsip-arsip yang ada kaitannya dengan

  690.900-327 tahun 1996, kriteria tingkat efisiensi masalah yang akan dibahas. sebagai berikut :

  4. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mempelajari berbagai

  1. Jika hasil perbandingan lebih dari 100%, maka dikatakan tidak efisien.

ISSN: 1978-1520

  Penelitian ini menggunakan metode purposive

  Sedangkan kecamatan Tanjung Morawa memiliki 25 desa dengan luas wilayah mencapai 131,75 km 2 dan jarak dari ibu kota kabupaten sejauh 12 km. Wilayah kecamatan ini didominasi oleh kawasan peindustrian, maupun pabrik-pabrik, dimana umumnya masyarakat berprofesi sebagai buruh pabrik. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah desa Bangun Sari, desa Dalu X A (Dalu Sepuluh A), desa Naga Timbul, desa Pekan Telaga Sari, desa Tanjung Morawa A, dan yang terakhir adalah kecamatan Percut Sei Tuan memiliki 18 desa dengan luas wilayah mencapai 190,79 km 2 dan jarak dari ibu kota kabupaten sejauh 41 km. Wilayah yang paling dekat dengan pusat ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan Kecamatan dengan

  Berbeda dengan kondisi geographis kecamatan Pantai Labu memiliki 19 desa dengan luas wilayah mencapai 81,85 km 2 dan jarak dari ibu kota kabupaten sejauh 10 km. Wilayah kecamatan ini didominasi oleh sektor perikanan dan laut, dimana umumnya masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah desa Bagan Serdang, desa Pantai Labu Pekan, desa Paluh Sebaji, desa Sei Tuan, desa Pematang Biara.

  Pada kecamatan Beringin memiliki 11 desa dengan luas wilayah mencapai 52,69 km 2 dan jarak dari ibu kota kabupaten sejauh 6 km. Wilayah kecamatan ini didominasi oleh sektor pembangunan baru, seperti bandara, pusat perbelanjaan modern dan jalan tol serta terletaknya Bandara Internasional Kuala Namu. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Aras Kabu, Desa Beringin, Desa Emplasmen Kuala Namu, Desa Pasar Enam Kuala Namu, Desa Serdang.

  Kecamatan Galang memiliki 28 desa dengan luas wilayah mencapai 150,29 km 2 dan jarak dari ibu kota kabupaten sejauh 18 km. Wilayah kecamatan ini didominasi oleh kawasan perkebunan nasional., dimana umumnya masyarakat ada yang bekerja sebagai pegawai perkebunan maupun PNS dan pedagang. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Desa Paku, Desa Banadar Kuala (Kwala), Desa Sei/Sungai Karang, Desa Paya Kuda Desa Sei/Sungai Putih, Desa Petumbukan, lalu pada kecamatan Batang Kuis memiliki 11 desa dengan luas wilayah mencapai 40,34 km 2 dan jarak dari ibu kota kabupaten sejauh 11 km. Wilayah kecamatan ini didominasi oleh kawasan perkebunan swasta dan lahan pribadi, dimana umumnya masyarakat berprofesi sebagai pedagang, PNS dan lain sebagainya. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Bakaran Batu, Desa Batang Kuis Pekan, Desa Bintang Meriah, Desa Paya Gambar, Desa Sena.

  Kecamatan untuk dijadikan sampel penelitian dengan alasan tertentu, sampel penelitian ini adalah kecamatan Galang, kecamatan Batang Kuis, kecamatan Beringin, kecamatan Pantai Labu, kecamatan Tanjung Morawa, dan kecamatan Percut Sei Tuan. Masing-masing kecamatan dipilih sebanyak 5 desa untuk dijadikan sampel pada penelitian ini.

  sampling sehingga pada penilitian ini dipilih 6

  

  2. Jika hasil perbandingan antara 90% - 100%, maka dikatakan kurang efisien.

  Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Luas keseluruhan kabupaten Deli Serdang mencapai 2.808,91 km 2 . Total Populasi pada kabupaten

  4. Hasil Dan Pembahasan Gambaran Lokasi Penelitian

  Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Sugiyono (2009:206) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif adalah paradigma yang bertujuan untuk memperoleh informasi tanpa ada maksud dan tujuan untuk membuat kesimpulan tertentu (Sekaran, 2013:352).

  Metode Analisis Data

  5. Jika hasil perbandingan dibawah 60%, maka dikatakan sangat efisien.

  4. Jika hasil perbandingan antara 60% - 80%, maka dikatakan efisien.

  3. Jika hasil perbandingan antara 80% - 90%, maka dikatakan cukup efisien.

  Deliserdang mencapai 1.790.431 jiwa pada tahun 2010 dengan kepadatan penduduk mencapai 637,41 jiwa/km 2 . Kabupaten Deli Serdang memiliki total 380 desa yang terbagi dalam 22 kecamatan yang dapat di lihat pada tabel 4.1, dimana keseluruhan desa dan kecamatan tersebut merupakan populasi pada penelitian ini.

ISSN: 1978-1520

  Efektif, hanya saja beberapa desa juga terlihat masih

  15 Alokasi Dana Desa Dana Desa

  10

  5

  Diagram 4.7. Jumlah Hasil Analisa Efektifitas Alokasi Dana Desa & Dana Desa

  Meriah yang hanya memiliki tingkat rasio efektifitas berjumlah 73% atau Kurang Efektif.

  Tidak Efektif, begitu juga dengan desa Bintang

  memiliki tingkat rasio efektifitas yang rendah, seperti desa Bangun Sari memiliki rasio efektifitas 31% atau

  

  PAD terbesar di kabupaten Deli Serdang. Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah desa Bandar Khalifah (Klippa), desa Laut Dendang, desa Medan Estate, desa Bandar Setia, desa Saentis.

  Kurang Efektif, begitu juga dengan analisa efektifitas

  Dari segi efektifitas perkembangan kinerja keuangan berdasarkan penggunaan ADD tahun 2016 terlihat bahwa terjadi perbedaan tingkat rasio efektifitas hampir seluruh desa yang dijadikan sampel penelitian memiliki tingkat rasio 100% atau Efektif, hanya beberapa desa saja yang memiliki tingkat efektifitas yang sangat rendah seperti desa Medan Estate yang memiliki rasio efektifitas 69% atau

  Deskripsi Data Sekunder

  Pada variabel efisiensi, terlihat pada tabel hasil pengujian statistik, tergambar bahwa Mean data pada hasil kuesioner yang telah disebar menghasilkan angka diatas 4 dimana angka tersebut efisien, dimana yang berarti responden menilai rata-rata pengelolaan keuangan desa termasuk efisien. Nilai tengah pada kuesioner ini menggambarkan titik tengah hasil pendapat yang mana, para responden berpendapat bahwa pengelolaan keuangan desa berada pada titik efisien. Paling banyak responden sepakat bahwa pengelolaan keuangan desa dikelola secara efisien, memperhatikan hasil modus yang ada pada kuesioner tersebut. Berbeda dengan variabel efektifitas, pada variabel efisiensi, hasil kuesioner berbeda dengan data sekunder berupa laporan realisasai keuangan desa, hal ini terjadi karena umumnya desa yang dijadikan sampel penelitian pada tahun

  Pada tabel terlihat bahwa Mean data pada hasil kuesioner yang telah disebar menghasilkan angka 4,35 dimana angka tersebut efektif, responden menilai rata- rata pengelolaan keuangan desa termasuk Efektif. Nilai tengah pada kuesioner ini menggambarkan titik tengah hasil pendapat yang mana, para responden berpendapat bahwa pengelolaan keuangan desa berada pada titik efektif dan efisien. Paling banyak responden sepakat bahwa pengelolaan keuangan desa dikelola secara efektif, memperhatikan hasil modus yang ada pada kuesioner tersebut.

  Dalam kuesioner ini responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap pandangan mereka mengenai efektivitas pengelolaan keuangan desa dengan menggunakan skala likert dengan nilai 1 sampai dengan 5, dimana 1 menunjukkan Sangat Tidak Efektif; 2 = Tidak Efektif; 3 = Netral; 4 = Efektif; 5 = Sangat Efektif. Pada indikator pengukuran efisiensi responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap pandangan mereka mengenai efisiensi pengelolaan keuangan desa dengan menggunakan skala likert dengan nilai 1 sampai dengan 5, dimana 1 menunjukkan Sangat Tidak Efisien; 2 = Tidak Efisien; 3 = Netral; 4 = Efisien; 5 = Sangat Efisien.

  Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yakni bagian karateristik identitas responden dan daftar pernyataan-pernyataan yang dapat mewakili variabel-variabel yang akan dihasilkan. Dibagian karakteristik identitas responden terdapat beberapa pertanyaan yang perlu diisi mengenai data pribadi responden seperti, nama, jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan, lama bekerja, jabatan responden, tahun pengelolaan keungan desa, penyataan turut serta dalam menyusun laporan keuangan desa, penyampaian laporan pengelolaan keuangan desa, serta efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan desa tersebut. Karakteristik responden secara rinci akan disajikan dalam Tabel 1.

  Deskripsi Data Penelitian Deskripsi Data Primer

  penggunaan DD tahun 2016, dimana terlihat bahwa rata-rata penggunaan DD meiliki rasio 100% atau

ISSN: 1978-1520

  

  Keterbatasan Penelitian

  1. Pemerintah desa perlu memperhatikan efektifitas dalam merencanakan anggaran, terlebih dahulu memperhitungkan efisiensi atas dana yang akan dikelola, agar antara penggunaan dana dan tujuan pembangunan desa dapat tercapai maksimal. Hal- hal yang perlu diperhatikan pada pengefektifitasan sebuah laporan keuangan yaitu penggunaan dana lebih di khususkan pada belanja yang bersifat belanja baik langsung maupun tidak langsung. Bagi pemerintah desa yang belum mampu mengelola dana desa secara efektif dapat

  Berdasarkan hasil analisis data terhadap efisiensi dan efektivitas Pengelolaan Keuangan Desa kabupaten Deli Serdang tahun anggaran 2016 penulis memberikan saran yang dapat disimpulkan secara garis besar yaitu:

  Saran

  2. Lokasi desa penelitian yang dijadikan sampel penelitian masih terbatas, hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu, permasalahan letak georaphis yang menyebabkan peneliti terbatas dalam hal pengambilan sampel penelitian

  1. Keterbatasan dalam menganalisis tingkat efektifitas dan efisiensi dengan menggunakan data sekunder secara keseluruhan, dikarenakan laporan realisasi pertanggung jawaban keuangan desa yang merupakan data sekunder, hanya tersedia satu tahun anggaran saja (2016), hal tersebut menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

  Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini tidak secara jelas memaparkan keterbatasan secara waktu dan yang dihadapi penulis, melainkan keterbatasan dalam memaparkan variabel maupun metodologis dalam penelitian, adapun keterbatasan tersebut diantaranya:

  maupun DD, meskipun beberapa desa terlihat mampu mengefisiensikan ADD maupun DD pada tahun anggaran tersebut.

  Hasil analisa efisiensi menunjukkan bahwa pengelolaan ADD pada tahun 2016 terlihat juga sangat beragamn, dimana rata-rata tingkat efisiensi diatas 60% atau Efisiensi, meskipun beberapa desa terlihat memiliki rasio yang cukup tinggi seperti desa Sungai Karang memiliki rasio efisiensi ADD sebesar 96% atau Kurang Efisien, hasil berbeda juga terlihat pada rasio efisiensi DD tahun 2016, dimana rata-rata penggunaan dana desa memiliki rasio 100% atau

  Kurang Efisien, baik itu penggunaan ADD

  2. Efisiensi Pada analisis Efisiensi terlihat bahwa Pengelolaan Keuangan Desa kabupaten Deli Serdang tahun anggaran 2016, melalui penggunaa ADD dan DD tahun 2016, cenderung terlihat bahwa masih

  Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan- tujuan yang telah ditentukan, semakin tinggi tingkat efektivitas sebuah anggaran, semakin tinggi tingkat keberhasilan sebuah organisasi atau desa dalam menjalankan program yang telah ditentukan. Hasil analisis efektivitas pada ADD desa dikabupaten deli serdang terlihat beragam yang ditampilkan dalam tabel, jika dilihat dari analisis lebih lanjut, hal tersebut terjadi karena kemampuan penyerapan anggaran pada desa yang memiliki rasio efektif 100% sangat baik, beberapa program dilakukan sesuai dengan kemampuan anggaran, sehingga dana ADD dapat dipergunakan secara keseluruhan, namun sebaliknya desa Medan Estate dinilai belum mampu melakukan penyerapan anggaran secara baik dan maksimal,

  Berdasarkan hasil analisis data terhadap efisiensi dan efektivitas Pengelolaan Keuangan Desa kabupaten Deli Serdang tahun anggaran 2016, dapat disimpulkan secara garis besar yaitu mengenai

  Pelaksanaan otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat desa untuk lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga desa, termasuk dalam hal ini adalah mengatur dan mengurus Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDesa), terkhusus dalam hal ini pengelolaan keuangan desa yang bersumber dari Alokasi Dana Desa dan Dana Desa yang merupakan dana yang bersumber dari APBN, yang sangat penting dalam pembangunan desa dan bagi pelaksanaan otonomi desa. Oleh karena itu, penting adanya penguatan peran lembaga-lembaga di desa dalam penyelenggaraan pembangunan.

  Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran

  rasio 31% atau Sangat Efisien yaitu desa Bangun Sari 5.

  Tidak Efisien, namun terlihat beberapa desa memiliki

1. Efektifitas

  

  Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: Erlangga.

  Aplikasi Good Governance. Bandung: Refika Aditama.

  Santosa, P. 2008. Administrasi Publik Teori dan

  Nomor 593 Tahun 2016 tentang Alokasi Dana Desa (ADD).

  ________________.Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pendapatan Desa. ________________.Peraturan Bupati Deli Serdang

  Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksaan UU Desa.

  _________________.Peraturan Pemerintah Nomor 43

  Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 Tentang Sumber Dana Desa.

  _________________.Peraturan Pemerintah Nomor 22

  Kriteria Efektifitas Dan Efisiensi.

  Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. _________________. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 tentang

  Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. ________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri

  Ramli. 2014. Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Minahasa Selatan. eJournal Pemerintahan Integratif. 2 ( 3 ): 2014.

  Mudrajad, Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis. Erlangga: Jakarta. Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan

  ISSN: 1978-1520

  Yogyakarta: Andi. Meilia. 2014. Statistika Deskriptif & Induktif. Jakarta: Graha Ilmu.

  Mahsun, Mohamad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit ANDI, Yogyakarta. _________. 2009. Akuntansi Sektor Publik.

  (JJPE). Volume: 6 Nomor: 1 Tahun: 2016

  2009-2014. Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi

  I Wayan Saputra. 2016. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa Lembean Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Tahun

  Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe Menggunakan Metode Value For Money. Jurnal EMBA. 2 ( 3 ): 1686-1694.

  Hal: 29 – 41 Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta. H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim. 2014. Analisis