Konsep Dasar Prinsip Mekanisme Belajar d
BAB V
BELAJAR
5.1 KONSEP DASAR
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku
secara progresif dan permanen sebagai hasil dari proses pengetahuan yang didapatkan
melalui pikiran dan pengalaman. Perubahan progresif yang dimaksud dalam konteks
ini, yaitu perubahan dari suatu kondisi tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi
tahu, kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan, permanen ialah kondisi dimana
perubahan progresif yang terjadi secara berulang – ulang dan menetap.
Dari konsep dasar yang ada, dapat ditarik empat aspek penting dalam belajar,
yakni :
a.
b.
c.
d.
Perubahan
Perilaku/ Potensi perilaku
Pengalaman
Permanen
5.2 PRINSIP DAN MEKANISME
1. Classical Conditioning
Classical Conditioning adalah tipe belajar dimana stimulus mendapat
kapasitas untuk membangkitkan respon yang pada awalnya ditimbulkan oleh
stimulus lain. Pendapat ini dikemukakan oleh Ivan Pavlov.
Mekanisme
Terdapat dua aspek stimulus, yakni Unconditioned Stimulus (US),
stimulus
yang
secara
otomatis
menimbulkan
respon
tanpa
adanya
pengkondisian dan Conditioned Stimulus (CS), didahului oleh stimulus netral
serta dua aspek respon, yakni Unconditioned Response (UR), respon otomatis
terhadap US dan Conditioned Response
(CR),
respon
terhadap
CS
yang
didahului oleh pengkondisian.
Subjek yang diberi CS dan US
akan menimbulkan UR sebagai respon
terhadap US.
secara
CS dan US diberikan
berulang
–
ulang
hingga
kemudian Pavlov tidak memberikan US dan subjek tetap memberikan respon
terhadap CS, respon seperti ini bisa disebut CR karena subjek memberikan
respon terhadap CS setelah diberikan pengkondisian (yaitu pemberian US).
Aplikasi dalam kehidupan nyata
Pembiasaan kewajiban berpuasa bagi sebagian masyarakat ditanamkan
pada anak-anak sejak usia dini. Anak-anak biasanya diberikan hadiah sebagai
stimulus netral agar mereka mau menjalankan ibadah puasa. Di sini hadiah
merupakan stimulus tak terkondisi yang menyebabkan respon langsung yaitu
kemauan anak untuk puasa. Setelah beberapa tahun berlalu anak telah terbiasa
(terkondisi) untuk menjalankan ibadah puasa walaupun pada akhirnya hadiah
tidak lagi diberikan.
Teori ini juga sering digunakan untuk terapi perilaku pada orang yang
mengalami phobia dan tingkat keberhasilannya mencapai 70-90%.
2. Operant Conditioning
Operant Conditioning adalah tipe belajar dimana tanggapan/respon datang
dikontrol oleh konsekuensinya, menekankan pada hubungan sebab – akibat.
Dikemukakan oleh Skinner yang sebelumnya telah diteliti oleh Thorndike.
Mekanisme
Manipulasi akibat-akibat yang diberikan terhadap suatu perilaku
dengan
tujuan
menaikkan
menurunkan
untuk
atau
kemungkinan
munculnya
perilaku
tersebut,
sehingga
reinforcement
perlu
dilakukan secara berulang. Lingkungan mempengaruhi perilaku yang
dimunculkan oleh individu dan frekuensi munculnya perilaku berubah-ubah
sesuai dengan pemerkuat yang mengikutinya. Pada tipe operant conditioning,
pemerkuat (reinforcement) diberikan sesudah munculnya perilaku.
Terdapat 4 prosedur operant conditioning menurut Skinner, yaitu;
1. Positive Reinforcement; Ketika Individu memunculkan perilaku yang
diharapkan, maka pemerkuat positif (menyenangkan) diberikan.
2. Negative Reinforcement; Ketika individu menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan, maka pemerkuat negatif (tidak menyenangkan)
diberikan.
3. Punishment; Jika individu menunjukkan perilaku yang diharapkan
(perilaku operan) maka hukuman diberikan, jika tidak memunculkan
perilaku itu, maka hukuman dihentikan.
4. Ommision Training; Jika individu memunculkan perilaku operan, maka
pemerkuat akan dihentikan, namun jika individu tidak memunculkan
perilaku operan pemerkuat menyenangkan akan diberikan.
Aplikasi dalam Kehidupan Nyata
Nina, seorang perawat yang bekerja di Panti Wredha. Salah satu nenek
tampak relatif tenang dan pendiam, sebut saja Nek Ani, oleh karena itu
Perawat Nina fokus untuk meperhatikan Nenek-nenek atau mengerjakan
tugas-tugasnya yang lain, namun ketika hal itu terjadi Nek Ani akan
mengamuk, dan mengacaukan seisi kamarnya, melihat hal itu Perawat Nina
akan bergegas untuk memeluk Nek Ani, menenangkannya dengan kata-kata
yang lembut penuh kasih sayang. Hal itu berulang kali terjadi, dan setiap kali
terjadi perawat Nina akan segera memeluk Nek Ani.
3. Observational Learning
Observational Learning merupakan tipe belajar secara langsung melalui
pengamatan. Teori ini dikemukakan oleh Bandura. Ia mengidentifikasi terdapat
empat hal penting yang perlu diketahui dalam proses observational learning,
yakni : perhatian, daya ingat, mengolah kembali, dan motivasi.
Mekanisme
Dalam proses pembelajaran tipe ini, diperlukan model sebagai media untuk
dapat diamati secara langsung. Model diharapkan memiliki pengaruh yang
kuat kepada pembelajar demi terciptanya keberhasilan proses. Model pun
harus mampu mengembangakan efikasi diri dan menimbulkan pemerkuat bagi
pembelajar.
Aplikasi dalam kehidupan nyata
Masa Balita merupakan masa yang sangat penting untuk menanamkan
nilai-nilai. Sejak kecl seorang anak harus diajarkan untuk melakukan perilaku
adaptif, misalnya mengucapkan terima kasih. Pada usia balita, orang yang
paling berpengaruh bagi si anak adalah orang tuanya, terutama ibu. Maka ibu
inilah yang bisa dijadikan sebagai model. Bisa diawali dengan Ibu
mencontohkan untuk berterima kasih kepada si anak atau orang lain, setiap
kali orang tersebut membantunya. Anak akan melihat proses tersebut, dan
akan mencontoh perilaku ibunya.
5.3 APLIKASI DALAM JURNAL PENELITIAN
Mengacu pada jurnal psikologi dengan judul artikel ‘Profil Belajar Berdasar
Regulasi-Diri pada Siswa Kelas Bilingual dan Monolingual’ (Proyeksi, Vol.7 : 2012)
yang membahas tentang perbedaan profil belajar berdasar regulasi diri antar siswa
yang belajar pada kelas bilingual dengan monolingual.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
orientasi nilai yang dianut antara kelas bilingual dengan kelas reguler dengan rerata
orientasi nilai untuk kelas bilingual sebesar 39,6818 dan rerata orientasi nilai untuk
kelas reguler sebesar 38.0532. Hal ini menunjukkan bahwa kelas bilingual memiliki
orientasi nilai terhadap tujuan dan tugas sekolah lebih positif dibandingkan dengan
kelas regular. Menurut Pintrich (1991) bahwa siswa yang memiliki orientasi nilai
terhadap tujuan maka akan membuat dirinya terlibat dan berpartisipasi pada tugastugas untuk alasan mendapatkan nilai (grade) yang baik, reward, maupun untuk
tujuan kompetisi. Pada subjek penelitian, kelas bilingual menunjukkan orientasi nilai
yang lebih positif daripada kelas reguler. Hal ini dikarenakan siswa kelas bilingual
memang dikondisikan untuk saling berkompetisi mendapatkan hasil yang terbaik.
Menurut hemat saya, hasil uji hipotesis dari penelitian jurnal tersebut bekerja
sesuai dengan mekanisme teori Pavlov yaitu Classical Conditioning. Karena
Classical Conditioning akan menghasilkan respon terkondisi yang menyebabkan
adanya perubahan perilaku pembelajar secara permanen disebabkan oleh adanya
pengulangan, yang dalam konteks ini berwujud keterlibatan dan partisipasi siswa
kelas bilingual terhadap tugas – tugas dan termotivasi untuk mendapatkan reward
(stimulasi terkondisi).
Daftar Pustaka
1.
Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada :
WadsWorth Cengage Learning
2.
Arjanggi, R. & Suprihatin, T. (2012). Profil Belajar Berdasar Regulasi-Diri pada
Siswa Kelas Bilingual dan Monolingual. Proyeksi Jurnal Psikologi, Vol. 7(2), 41
– 53
3.
Ernilawati, N. & Rahmida, L. (2010). Paradigma Belajar. Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Makalah.
MAKALAH PSIKOLOGI
MATA KULIAH FUNGSI MENTAL BAB BELAJAR
Oleh :
Nurul Istikhomah
1511505338
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA
NOVEMBER 2015
BELAJAR
5.1 KONSEP DASAR
Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku
secara progresif dan permanen sebagai hasil dari proses pengetahuan yang didapatkan
melalui pikiran dan pengalaman. Perubahan progresif yang dimaksud dalam konteks
ini, yaitu perubahan dari suatu kondisi tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi
tahu, kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan, permanen ialah kondisi dimana
perubahan progresif yang terjadi secara berulang – ulang dan menetap.
Dari konsep dasar yang ada, dapat ditarik empat aspek penting dalam belajar,
yakni :
a.
b.
c.
d.
Perubahan
Perilaku/ Potensi perilaku
Pengalaman
Permanen
5.2 PRINSIP DAN MEKANISME
1. Classical Conditioning
Classical Conditioning adalah tipe belajar dimana stimulus mendapat
kapasitas untuk membangkitkan respon yang pada awalnya ditimbulkan oleh
stimulus lain. Pendapat ini dikemukakan oleh Ivan Pavlov.
Mekanisme
Terdapat dua aspek stimulus, yakni Unconditioned Stimulus (US),
stimulus
yang
secara
otomatis
menimbulkan
respon
tanpa
adanya
pengkondisian dan Conditioned Stimulus (CS), didahului oleh stimulus netral
serta dua aspek respon, yakni Unconditioned Response (UR), respon otomatis
terhadap US dan Conditioned Response
(CR),
respon
terhadap
CS
yang
didahului oleh pengkondisian.
Subjek yang diberi CS dan US
akan menimbulkan UR sebagai respon
terhadap US.
secara
CS dan US diberikan
berulang
–
ulang
hingga
kemudian Pavlov tidak memberikan US dan subjek tetap memberikan respon
terhadap CS, respon seperti ini bisa disebut CR karena subjek memberikan
respon terhadap CS setelah diberikan pengkondisian (yaitu pemberian US).
Aplikasi dalam kehidupan nyata
Pembiasaan kewajiban berpuasa bagi sebagian masyarakat ditanamkan
pada anak-anak sejak usia dini. Anak-anak biasanya diberikan hadiah sebagai
stimulus netral agar mereka mau menjalankan ibadah puasa. Di sini hadiah
merupakan stimulus tak terkondisi yang menyebabkan respon langsung yaitu
kemauan anak untuk puasa. Setelah beberapa tahun berlalu anak telah terbiasa
(terkondisi) untuk menjalankan ibadah puasa walaupun pada akhirnya hadiah
tidak lagi diberikan.
Teori ini juga sering digunakan untuk terapi perilaku pada orang yang
mengalami phobia dan tingkat keberhasilannya mencapai 70-90%.
2. Operant Conditioning
Operant Conditioning adalah tipe belajar dimana tanggapan/respon datang
dikontrol oleh konsekuensinya, menekankan pada hubungan sebab – akibat.
Dikemukakan oleh Skinner yang sebelumnya telah diteliti oleh Thorndike.
Mekanisme
Manipulasi akibat-akibat yang diberikan terhadap suatu perilaku
dengan
tujuan
menaikkan
menurunkan
untuk
atau
kemungkinan
munculnya
perilaku
tersebut,
sehingga
reinforcement
perlu
dilakukan secara berulang. Lingkungan mempengaruhi perilaku yang
dimunculkan oleh individu dan frekuensi munculnya perilaku berubah-ubah
sesuai dengan pemerkuat yang mengikutinya. Pada tipe operant conditioning,
pemerkuat (reinforcement) diberikan sesudah munculnya perilaku.
Terdapat 4 prosedur operant conditioning menurut Skinner, yaitu;
1. Positive Reinforcement; Ketika Individu memunculkan perilaku yang
diharapkan, maka pemerkuat positif (menyenangkan) diberikan.
2. Negative Reinforcement; Ketika individu menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan, maka pemerkuat negatif (tidak menyenangkan)
diberikan.
3. Punishment; Jika individu menunjukkan perilaku yang diharapkan
(perilaku operan) maka hukuman diberikan, jika tidak memunculkan
perilaku itu, maka hukuman dihentikan.
4. Ommision Training; Jika individu memunculkan perilaku operan, maka
pemerkuat akan dihentikan, namun jika individu tidak memunculkan
perilaku operan pemerkuat menyenangkan akan diberikan.
Aplikasi dalam Kehidupan Nyata
Nina, seorang perawat yang bekerja di Panti Wredha. Salah satu nenek
tampak relatif tenang dan pendiam, sebut saja Nek Ani, oleh karena itu
Perawat Nina fokus untuk meperhatikan Nenek-nenek atau mengerjakan
tugas-tugasnya yang lain, namun ketika hal itu terjadi Nek Ani akan
mengamuk, dan mengacaukan seisi kamarnya, melihat hal itu Perawat Nina
akan bergegas untuk memeluk Nek Ani, menenangkannya dengan kata-kata
yang lembut penuh kasih sayang. Hal itu berulang kali terjadi, dan setiap kali
terjadi perawat Nina akan segera memeluk Nek Ani.
3. Observational Learning
Observational Learning merupakan tipe belajar secara langsung melalui
pengamatan. Teori ini dikemukakan oleh Bandura. Ia mengidentifikasi terdapat
empat hal penting yang perlu diketahui dalam proses observational learning,
yakni : perhatian, daya ingat, mengolah kembali, dan motivasi.
Mekanisme
Dalam proses pembelajaran tipe ini, diperlukan model sebagai media untuk
dapat diamati secara langsung. Model diharapkan memiliki pengaruh yang
kuat kepada pembelajar demi terciptanya keberhasilan proses. Model pun
harus mampu mengembangakan efikasi diri dan menimbulkan pemerkuat bagi
pembelajar.
Aplikasi dalam kehidupan nyata
Masa Balita merupakan masa yang sangat penting untuk menanamkan
nilai-nilai. Sejak kecl seorang anak harus diajarkan untuk melakukan perilaku
adaptif, misalnya mengucapkan terima kasih. Pada usia balita, orang yang
paling berpengaruh bagi si anak adalah orang tuanya, terutama ibu. Maka ibu
inilah yang bisa dijadikan sebagai model. Bisa diawali dengan Ibu
mencontohkan untuk berterima kasih kepada si anak atau orang lain, setiap
kali orang tersebut membantunya. Anak akan melihat proses tersebut, dan
akan mencontoh perilaku ibunya.
5.3 APLIKASI DALAM JURNAL PENELITIAN
Mengacu pada jurnal psikologi dengan judul artikel ‘Profil Belajar Berdasar
Regulasi-Diri pada Siswa Kelas Bilingual dan Monolingual’ (Proyeksi, Vol.7 : 2012)
yang membahas tentang perbedaan profil belajar berdasar regulasi diri antar siswa
yang belajar pada kelas bilingual dengan monolingual.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
orientasi nilai yang dianut antara kelas bilingual dengan kelas reguler dengan rerata
orientasi nilai untuk kelas bilingual sebesar 39,6818 dan rerata orientasi nilai untuk
kelas reguler sebesar 38.0532. Hal ini menunjukkan bahwa kelas bilingual memiliki
orientasi nilai terhadap tujuan dan tugas sekolah lebih positif dibandingkan dengan
kelas regular. Menurut Pintrich (1991) bahwa siswa yang memiliki orientasi nilai
terhadap tujuan maka akan membuat dirinya terlibat dan berpartisipasi pada tugastugas untuk alasan mendapatkan nilai (grade) yang baik, reward, maupun untuk
tujuan kompetisi. Pada subjek penelitian, kelas bilingual menunjukkan orientasi nilai
yang lebih positif daripada kelas reguler. Hal ini dikarenakan siswa kelas bilingual
memang dikondisikan untuk saling berkompetisi mendapatkan hasil yang terbaik.
Menurut hemat saya, hasil uji hipotesis dari penelitian jurnal tersebut bekerja
sesuai dengan mekanisme teori Pavlov yaitu Classical Conditioning. Karena
Classical Conditioning akan menghasilkan respon terkondisi yang menyebabkan
adanya perubahan perilaku pembelajar secara permanen disebabkan oleh adanya
pengulangan, yang dalam konteks ini berwujud keterlibatan dan partisipasi siswa
kelas bilingual terhadap tugas – tugas dan termotivasi untuk mendapatkan reward
(stimulasi terkondisi).
Daftar Pustaka
1.
Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada :
WadsWorth Cengage Learning
2.
Arjanggi, R. & Suprihatin, T. (2012). Profil Belajar Berdasar Regulasi-Diri pada
Siswa Kelas Bilingual dan Monolingual. Proyeksi Jurnal Psikologi, Vol. 7(2), 41
– 53
3.
Ernilawati, N. & Rahmida, L. (2010). Paradigma Belajar. Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Makalah.
MAKALAH PSIKOLOGI
MATA KULIAH FUNGSI MENTAL BAB BELAJAR
Oleh :
Nurul Istikhomah
1511505338
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA
NOVEMBER 2015