Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang

Berbeda dengan tulisan artikel yang cara pengetikannya dilakukan sekehendak penulisnya,
pengetikan karya ilmiah harus disusun secara sistematik. Pada penulisan artikel, naskah masih
melalui proses pengeditan oleh redaktur surat kabar atau majalah yang akan memuatnya. Tetapi
pada penulisan karya ilmiah, penulisnya sendiri yang bertindak sebagai editor.
Karena itulah pemilihan jenis huruf, spasi, baris, batas tepi, alinea baru, permulaan kalimat, judul,
sub judul, bilangan dan satuan harus ditata, sehingga mudah dibaca. Beberapa ketentuan untuk
pengetikan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Ukuran
a. Bahan yang digunakan untuk pengetikan karya ilmiah adalah kertas HVS 70 gram untuk isi, dan
konstruk atau buffalow untuk sampul (cover) berwarna hijau.
b. Ukuran kertas untuk pengetikan ilmiah umumnya menggunakan kuarto atau letter (279,4 x 215,9)
mm, digunakan hanya untuk satu muka (tidak bolak-balik). Posisi kertas vertikal (tall), kecuali
untuk pengetikan tabel bisa digunakan secara horizontal (wide).
c. Jenis huruf (font), pada dunia modern sekarang ini, penulisan karya ilmiah tidak lagi pantas
menggunakan mesin tik biasa (manual). Pengetikan harus memakai komputer, atau paling tidak
dicetak. Untuk pengetikan dengan komputer, huruf yang digunakan harus huruf normal yang sering
digunakan secara umum, yaitu time, time new normal atau arial. Jangan menggunakan huruf-huruf
aneh, yang pada akhirnya akan menyulitkan pembaca.
d. Ukuran huruf (size) pilih yang standar. Pada program Wordstar gunakan ukuran (size) 10 point.
Untuk program lainnya misalnya : Chi-writer, Amipro, Microsoft Word dan Page Maker
menggunakan ukuran 12 point. Jenis huruf (font) maupun ukuran (size) harus dipakai untuk

pengetikan keseluruhan naskah. Kecuali untuk abstraksi, tabel dan judul bisa memakai huruf dan
ukuran yang berbeda. Jumlah halaman minimal 40 halaman termasuk halaman prancis.
2. Cara Pengetikan Pengetikan karya ilmiah punya cara tersendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Bilangan dan Satuan Pengetikan bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada
permukaan kalimat. Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk penelitian ini (permulaan
kalimat). Penelitian ini menghabiskan dana Rp. 40.000.000 (kalimat biasa).
Pengetikan bilangan desimal ditandai dengan koma (,) bukan titik (.). Misalnya, 16,50 kg beras.
Pengetikan jumlah satuan dinyatakan dengan singkatan resmi yang berlaku tanpa menambah titik di
belakangnya. Misalnya : km, m, cm, 1, dan sebagainya.
b. Spasi Baris Spasi atau jarak antara dua baris dibuat dengan spasi ganda atau 2 spasi. Kecuali
untuk kutipan langsung yang melebihi 2 baris. Judul dan tabel yang melebihi 2 baris, pengetikannya
dengan spasi tunggal atau 1 spasi.
c. Batas Tepi Batas-batas pengetikan diukur dari tepi kertas. Ukurannya sebagai berikut: batas atas
(top) 40 mm, bawah (bottom) 30 mm, sisi-sisi kiri (left) 40 mm, dan kanan (right) 30 mm.
d. Alinea Baru Penulisan alinea baru pada karya tulis ilmiah diukur dari sisi kiri batas garis kertas
dengan masuk sampai 5 digit atau ketikan. Jadi huruf pertama tiap alinea baru adalah pada ketikan
ke-6 (enam).
e. Pengisian Ruangan Pada prinsipnya, ruangan yang tersedia pada lembar kertas yang sudah diberi
garis batas halaman, yaitu bagian atas, bawah, kiri, dan kanan, harus diisi penuh dengan naskah
karya ilmiah. Jangan sampai ada ruangan yang kosong, kecuali untuk daftar tabel atau gambar.

f. Judul, Subjudul, dan Anak Judul 1) Judul karya ilmiah harus ditulis dengan huruf besar (capital)
semua, ukuran huruf dipilih dan diatur sedemikian rupa, agar simetris dengan ukuran kertas yang

digunakan. Pada akhir kalimat judul tidak perlu diberi titik. 2) Subjudul. Penulisan subjudul
menggunakan huruf yang sama dengan judul, tetapi ukurannya lebih kecil. Penempatan subjudul
berada di bawah judul tanpa diberi garis. Sama seperti judul pada akhir kalimat sub judul, tidak
perlu diberi titik. 3) Anak judul. Anak judul pada umumnya berada di bagian dalam (isi naskah).
Penulisannya dimulai dari garis batas tepi sisi kiri dan diberi garis bawah. Anak judul menggunakan
huruf biasa bukan huruf besar (capital), kecuali huruf pertama pada anak judul.
g. Perincian ke Bawah Pada penulisan karya ilmiah, yang memiliki naskah kalimat yang harus
disusun ke bawah gunakan nomor urut memakai angka atau huruf. Misalnya 1, 2, 3 dan seterusnya,
atau a, b, c dan seterusnya. Jika masih ada urutan berikutnya bisa memakai 1.1, 1.2, 1.3 dan
seterusnya. Atau a.a, a.b, a.c dan seterusnya. Jangan gunakan kata penghubung garis datar (-), untuk
naskah kalimat tersusun.
h. Sisipan (Insert) Sisipan (insert) berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan pada
bagian tengah halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya sama. 3. Penomoran
Pemberian nomor pada karya ilmiah penempatannya harus benar. Penomoran ini biasanya ada dua,
yaitu nomor halaman dan nomor tabel. a. Nomor Halaman 1) Pada bagian awal halaman karya
ilmiah dari halaman judul sampai ke daftar pustaka, serta tabel, gambar dan lampiran menggunakan
huruf Romawi, tetapi ditulis dengan ukuran kecil. Misalnya, i, ii, iii, iv, v, dan seterusnya. 2) Bagian

dalam atau halaman isi karya ilmiah, penomorannya menggunakan huruf latin biasa seperti 1, 2, 3
dan seterusnya. Penempatan nomor halaman terdapat beberapa bentuk, yaitu pada bagian kanan atas
halaman, atau bagian kanan bawah tiap halaman, atau juga di tengah-tengah halaman bagian bawah.
Untuk halaman isi yang ada judul bab, tidak perlu diberi nomor urut tetapi dilompati. Misalnya
halaman 8, 9, dan 10. Pada halaman 9 ada judul bab.
Maka penomorannya 8, kosong dan 10. b. Nomor Tabel dan Gambar Semua tabel dan persamaan
yang digunakan pada karya tulis ilmiah harus diberi nomor urut dengan angka biasa. Penempatan
nomor pada sisi kanan atas tiap tabel, gambar atau persamaan. 4. Tabel dan Gambar a. Tabel
(daftar) 1) Nomor tabel Nomor tabel atau daftar seluruhnya ditulis dengan huruf besar (capital),
penempatannya di atas tabel. Nama tabel yang terdiri dari lebih satu baris, digunakan spasi tunggal.
Penempatannya di tengah-tengah halaman naskah. Nomor tabel ditempatkan pada sudut kanan atas
di luar tabel tanpa diakhiri dengan titik. 2) Kolom tabel Kolom-kolom dalam tabel diberi nama dan
dijaga simetrisnya agar pemisahan masalah satu dengan masalah lainnya dapat jelas. Untuk itu,
pemisahan masalah dalam kolom-kolom perlu diberi garis horizontal atau vertikal. 3) Tabel besar
Tabel besar yang ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam halaman ganda (double
page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan nomor halaman. Tidak dibenarkan memisah tabel
besar menjadi beberapa halaman. 4) Judul kolom tabel Judul kolom pada tabel harus tepat di
tengah, sehingga ruang yang kosong dalam tabel dapat memberi pandangan yang lebih luas lagi. 5)
Sumber tabel Sumber tabel yang terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi tempat di
bawah tabel berjarak sekitar 2 spasi. b. Gambar 1) Nomor gambar yang diikuti dengan judul

ditempatkan secara simetris di atas gambar. Kata-kata dalam judul gambar tidak perlu diberi titik. 2)
Penempatan gambar tidak boleh dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat dan sesuai dengan
nomor urut halaman ini. 3) Keterangan gambar dituliskan di tempat yang kelihatan kosong di dalam
gambar. 5. Kutipan, Footnote, dan Backnote a. Kutipan 1) Menulis kutipan harus sama dengan
aslinya, baik tentang susunan kalimat, ejaan atau tanda bacanya. Jika kalimat yang dikutip itu tidak
menggunakan huruf latin, misalnya huruf Arab, Kanji, Jawa dan sebagainya, terlebih dulu harus
diganti dengan huruf latin. 2) Kutipan yang menggunakan bahasa selain Bahasa Inggris harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu. Terjemahan itu ditempatkan di bawha
kalimat kutipan berjarak 2 spasi, dengan cara penulisan yang sama dengan cara penulisan kutipan.
3) Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris, dimasukkan dalam teks biasa berspasi 2, ditambah
tanda petik pada awal dan akhir kalimat kutipan. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih diketik
berspasi 1 dengan mengosongkan 4 karakter dari kiri dengan jarak 1 spasi. 4) Bilamana dalam
kutipan perlu menghilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada bagian itu diberi titik 3

buah. Misalnya: "… keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, sepenuhnya terletak pada
kemampuan SDM pada masing-masing daerah…" Undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan, dst. 5) Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat,
maka jumlah titik di awal kalimat menjadi 4. Misalnya: "….dengan otonomi daerah, pemerintah
daerah tingkat II dcapat dengan leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing". 6) Jika
yang dihilangkan itu satu kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut, maka diketik titik-titik

sepanjang satu baris. Contoh: "Demokrasi yang dituntut oleh gerakan reformasi, ternyata … yang
sangat membingungkan". 7) Panjang kutipan dibatasi jangan sampai melebihi setengah halaman isi
buku karya ilmiah. b. Footnote Catatan kaki atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan
untuk menyatakan sumber dari kutipan tersebut, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau
statement yang bersumber dari tulisan orang lain. Bisa juga footnote itu berisi komentar tentang
sesuatu hal, asalkan komentar tersebut dikemukakan dalam teks. 1) Catatan kaki atau footnote
diberi nomor. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1
spasi. 2) Catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut. 3) Jarak
catatan kaki atau footnote dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi
dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks
dengan footnote. 4) Catatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber seperti: buku, majalah, surat
kabar, dan karangan yang tidak diterbitkan, seperti thesis, disertasi atau ensiklopedi. 5) Nomor
catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi jangan sampai mencapai satu
spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketika dari garis tepi sebelah kiri. Jika footnote lebih dari
baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi. Contoh : a)
Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945,
Surabaya 1997. b) Me Quail, Dennis, Mass Communication Theories an Introduction, London Sage
Publication, 1994. 6) Apabila catatan kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang berasal dari suatu
buku, penulisan footnotenya sebagai berikut: Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme
atas majalah wanita di Indonesia, Lembaga Penelitian UGM, Jogyakarta, 1992. Bejana Wanita,

Panitia Dialog Perempuan dalam Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996. 7) Jika footnote mengambil
dari buku-buku terjemahan, maka disebutkan nama penulis buku, bukan yang menerjemahkannya.
Misalnya : Douglas A. Boyd, Critical Studies in Mass Communication, terjemahan Sumarsono,
BP3U Surabaya, 2000. 8) Dalam footnote penulisan nama pengarang dilakukan menurut urutan
nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar
seperti Prof. Dr. Mr. dan sebagainya tidak disebutkan. 9) Keterangan atau penjelasan tentang
penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat, tahun penerbitan, nomor halaman dan
sebagainya. 10) Bila buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan "Cetakan ke…"
di belakang judul buku yang dirujuk, dengan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan
tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W, Theories
of Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996. 11) Jika
yang dijadikan footnote adalah majalah, penulisannya sebagai berikut: Gunawan Muhammad,
Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo, Jakarta, 1996. 12) Apabila footnote berasal dari buku-buku
yang berjilid, keterangan tentang jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contoh: Astrid
S., Susanto, teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Cipta, Bandung, 1977. 13) Apabila yang dirujuk
untuk catatan kaki tersebut berasal dari tulisan surat kabar, maka cara menulisnya sebagai berikut:
'Surabaya Post", 24 Mei, 1997. 14) Menulis footnote tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika
suatu sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat
dipersingkat dengan menggunakan singkatan. Misalnya ibid, op. cit atau Loc.cit. Ibid adalah
kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil

dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya. Op.cit., merupakan
kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan sudah pernah disebut sebelumnya. Op. cit
digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan
lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain. Loc.cit, adalah
kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah disebutkan. Kegunaan loc.cit
adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber-sumber yang sudah dituliskan

sebelumnya. Contoh penggunaan ibid, op.cit dan loc.cit: Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi
Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1984, hal: 197. Ibid. hal 29 (berarti sama dengan
buku yang disebut sebelumnya) D. KERANGKA UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH Pada
dasarnya karya ilmiah memiliki kerangka umum sebagai berikut : Namun perlu diperhatikan bahwa
muatan dari setiap bagian kerangka umum beragam tergantung pada permasalahan yang dikaji. 1.
Kerangka Umum Penelitian, Pengembangan dan Evaluasi Kerangka umum penelitian,
pengembangan dan evaluasi dapat dirangcang sebagai berikut : 2. Kerangka Umum Laporan Buku
Seorang guru yang membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan buku dapat menggunakan
kerangka umum sebagai berikut : BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Seorang guru yang ingin
berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan, tidak boleh tidak mereka harus berupaya untuk
melakukan pengembangan profesi. Pengembangan profesi berguna untuk mempertehankan
pembinaan atau merubah berbagai hal dalam sistem kelembagaan pendidikan dan juga untuk
promosi jenjang karir guru itu sendiri. Supaya dapat melaksanakan tugas mulia itu, guru dari celahcelah tugas rutinitas mereka yang melelahkan dan hampir-hampir makan cukup waktu itu, mestilah

jeli dan aktif melihat realita berupa fakta kependidikan agama dan berbagai faktor yang
berhubungan dengan itu dan mengangkatnya menjadi data dalam berbagai penelitian, kegiatan
pengembangan dan penelitian. Dari sini, mereka melahirkan berbagai karya ilmiah, berupalaporan,
makalah, artikel, naskah, buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, editing, dan lain-lain, baik akan
dibawa ke diskusi, lokakarya, workshop, seminar, penerbitan, penyiaran, dll. Kesemuanya ini
sangat diharapkan oleh pihak pengambil kebijakan dan keputusan politik dan pelaksanaan dalam
pengembangan pendidikan. B. SARAN-SARAN Bagi guru yang telah membaca makalah ini
sebaiknya diskusikan sesama teman sejawat untuk memahaminya dan mempraktekkannya.
Sehingga pengembangan profesi dimaksud segera terrealisasi. Apabila terdapat hal-hal yang
dipandang lebih meningkatkan kualitas dan mempermudah, mohon segera kirimkan kirimkan ke
DITMAPENDA ISLAM Departemen Agama, agar segera dicarikan jalan keluar dan menjadi
masukan berarti pada perbaikan selanjutnya. 1. Contoh : Halaman Judul PEDOMAN PENULISAN
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH UNTUK GURU DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI
SALAH SATU PERSYARATAN KENAIKAN PANGKAT JABATAN GURU OLEH
……………………………. NIP: ……………………… KANTOR DEPARTEMEN AGAMA
KABUPATEN/KOTA…………………………… ………………………….. 2004 2. Contoh :
Lembar Pengesahan LEMBAR PENGESAHAN Makalah ini Telah diperiksa dan disyahkan Untuk
diajukan kepada Tim Penilai Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru Pendidikan Agama Islam Pusat
Disyahkan di:…………………………… Pada Tgl:…………………….thn………. Mengetahui:
Kepala Kandepag Kab/kota……………… Kepala Madrasah……… (………………………)

(…………………………) NIP: …………………. NIP: ……………………. 3. Contoh :
Rekomendasi dari Pengelola Perpustakaan Sekolah SURAT KETERANGAN NOMOR:
……………… Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa karya
tulis/karya ilmiah: Saudara : ……………………….. Judul : ……………………….. Dibuat tahun :
……………………….. Telah didokumentasikan di perpustakaan sekolah, dengan nomor induk
inventaris: ………………………… dan nomor klasifikasi ……………… Demikian surat ini dibuat
agar dapat digunakan seperlunya ……………………… Pengelola Mengetahui: Perpustakaan
Sekolah/Madrasah Kepala Sekolah/Madrasah …………….………………………..
(…………………………) (…………………………) NIP: …………………….. NIP:
…………………….. 4. Contoh : Keterangan Panitia Seminar, Lokakarya dll PANITIA
LOKAKARYA/SEMINAR ………………………… Menerangkan dengan sebenarnya bahwa
makalah saudara: ………… dengan judul : ……………………….. telah dipresentasikan dalam
seminar tentang : ……………………… yang dilaksanakan dari Tgl ………… s/d …………… di
………………… Demikian keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
………………………………… Ketua Panitia Loka Karya/Seminar ………………..
……………………………….. (……………………………..) NIP: ………………………… 5.
Contoh : Kata Pengantar KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis/karya ilmiah dengan

judul: "PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH" ini dapat disusun dengan sebaik-baiknya. Adapun

tujuan dari disusunnya naskah ini, antara lain adalah: Pertama, untuk memenuhi salah satu syarat
untuk kenaikan pangkat/jabatan guru setingkat lebih tinggi. Kedua, untuk mengembangkan
wawasan melalui tulisan sehingga dapat dibaca dan dikembangkan oleh tenaga kependidikan
lainnya. Sangat disadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga
karya yang kecil ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua, Amin. ………………………
Penulis (………………………) NIP: ………………… 6. Contoh : Daftar Isi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KETERANGAN PERPUSTAKAAN
KETERANGAN PANITIA SEMINAR (Bila makalah diseminarkan) KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan dan Saran C. Ruang
Lingkup BAB II. PENGEMBANGAN PROFESI A. Pengembangan Profesi B. Karya Tulis Ilmiah
C. Macam-macam Karya Tulis D. Rincian Angka Kredit Karya Tulis BAB III. PEDOMAN
PENULISAN A. Persyaratan Administrasi B. Tehnik-tehnik Penyusunan Karya Tulis BAB IV.
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS/KARYA ILMIAH A. TEKNIK PENYUSUNAN
KARYA TULIS ILMIAH Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah
tehnik-tehnik penggunaan bahasa, tatacara penulisan, pengetikan format laporan, penulisan judul,
penyajian gambar dan tabel, pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki, penataan daftar
kepustakaan, penyusunan nama pada daftar kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan
daftar kepustakaan. 1. Penggunaan Bahasa Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran

menjadi kalimat yang benar dan baik dalam karya tulis ilmiah di tanah air ini adalah bahasa
Indonesia. Karena itu perlu memahami kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia. Mesti dicermati
sebuah kalimat dalam tulisan sehingga memberi pengertian yang utuh, kait mengait dengan kalimat
lain sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat, merupakan satuan
terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan pikiran sebagai bahagian dari keseluruhan pesan
yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya dalam bentuk bahagian demi bahagian atau bab
demi bab. Penulis ilmiah yang baik adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik dalam
setiap bahagian atau bab. Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun
dari deretan kata sesuai aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang
disebut sebagai pokok kalimat (subjek), bahagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang
dinamai sebutan (predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap. Setidaktidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disem-purnakan berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang
sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih
berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf
kapital dan huruf miring, penulisan kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut
dipunyai dan selalu dipakai oleh seseorang dalam penulisan karya ilmiah yang disajikan dalam
bahasa Indonesia. 2. Tata Cara Penulisan Penilaian karya tulisan ilmiah, disamping memperhatikan
isi materi yang disajikan, juga pada tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik
tersebut meliputi format, kerapian dan kesesuaian penyajian dengan aturan penulisan ilmiah yang
berlaku. Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya tulis ilmiah. Namun pada
prinsipnya satu sama lain tidak jauh berbeda, yang penting dipegangnya prinsip konsistensi
terhadap aturan yang dipakai. 3. Pengertian Format Laporan Umumnya laporan penelitian karya
tulis ilmiah, ditulis di atas kertas warna putih jenis HVS 80 gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5
cm x panjang 28 cm (sering disebut ukuran kertas kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf tertentu
(umumnya jenis Pica) yang dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal balik. Pada bagian
pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak,
diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, ….. dst). Selanjutnya mulai dari
pendahuluan (Bahagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka Arab (1, 2, 3,
… dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman. Pada halaman yang
mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan halaman tersendiri berpisah dari uraian

bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian bawah halaman baik di tengah maupun di
kanan. Bagi nomor yang diketik di tengah halaman di luar teks, jarak dari atas atau bawah halaman
adalah 1,5 cm. Bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan atas atau kanan bawah marjin teks,
nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm. Batas-batas pengetikan pada kertas
ialah: Dari tepi kiri 4 cm; dari tepi kanan 3 cm; dari batas atas 4 cm; sedangkan dari tepi bawah 3
cm. Jarak antara baris teks adalah 1,5 spasi atau 2 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi. 4. Penulisan Judul Terdapat
keragaman dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis adalah
penyesuaian dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi pemberi tugas (bila
ada). Bila tidak pedoman ini dapat dipakai sebagai pegangan. Judul bab ditulis dengan huruf besar
(kapital), ditebalkan dan diatur sedemikian rupa hingga letaknya simetris di tengah halaman.
Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Judul antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi.
Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, garis bawah, dan tidak boleh
diakhiri dengan tanda titik. Semua kata pada kalimat Judul Sub Bab dimulai dengan huruf kapital
(huruf besar), kecuali kata penghubung dan kata depan dan semuanya diberi garis bawah (dengan
menggunakan komputer, pemakaian garis bawah digantikan dengan penebalan huruf pada
pengetikan). Kalimat sub judul tidak diakhiri tanda titik. Terdapat dua pendapat dalam penempatan
sub judul, yakni dituliskan simetris di tengah halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor urut
sub judul. Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar
(hanya huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau ditebalkan, serta
diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai
dengan alinea baru. 5. Penyajian Gambar dan Tabel Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi dengan
gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan-persamaan yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri
dan kanan kertas. Setiap tabel dan gambar harus diberi nomor urut bab judul. Nomor urut
menggunakan angka dua Arab yang dipisahkan oleh tanda titik-titik. Angka pertama menunjukkan
pada bab berapa tabel dan gambar itu berada. Sedangkan angka kedua menunjukkan pada nomor
urut atau gambar tersebut di bab yang bersangkutan. Misalnya: Gambar 2.1 artinya gambar pertama
pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel keempat ada di bab 3. Nomor persamaan yang berbentuk
matematis, ditulis dengan angka Arab di dalam kurung dan diletakkan di batas tepi kanan. Judul
tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa
diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu.
Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan singkatan yang
tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel
ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi
bawah halaman. Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang
diletakkan pada halaman berikutnya, nomor tabel dan kata "lanjutan" atau "bersambung" ke
halaman berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambu-ngan itu dituliskan sambungan tabel
sebelumnya (Contoh: Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri kolom-kolom yang harus diberi nama dan
pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bahagian atas tabel
sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang harus
dilipat sehingga seyogyanya diletakkan dalam lampiran. Laporan penelitian juga sering dilengkapi
dengan sajian gambar: Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan gambar-gambar
diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang berkaitan dengan gambar tersebut.
Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan
sebaliknya. Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang
dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar
(Ingatlah: Nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar
diletakkan di bawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di
dalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar
ditempatkan di sebelah kiri kertas. 6. Pencantuman Kutipan Dalam penulisan karya ilmiah
seringkali diperguna-kan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan menegaskan isi uraian atau untuk
membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari orang

lain. Cukup banyak hal-hal penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat
mengutip pendapat tersebut, dengan syarat harus menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu
diambil. Terdapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi. Kutipan lengkap
artinya, teks asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya. Sedangkan pada kutipan isi, hanya
intisari pendapat yang dikutip. Kutipan lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang
terlalu panjang, hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja. Kutipan lengkap yang panjangnya
tidak lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit oleh tanda kutip.
Sedangkan untuk kutipan isi, tidak perlu diberi tanda kutip. Pada akhir kutipan diberi nomor untuk
penunjukan (hal ini dilakukan bila penjelasan kutipan menggunakan catatan kaki seperti terurai di
bawah). Terdapat cara penunjukan kutipan yang lain, yakni yang dikenal dengan cara Harvard.
Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal kutipan dituliskan nama pengarang dan tahun terbitan
serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang dikutip juga dituliskan. Berikut disajikan
beberapa contoh: Suhardjono dam Mukidam (1993) menyatakan bahwa "…….."; Dan Julius, 1992
(dalam Amiuza, 1991:12) menulis "………." (Mismail, 1984: 119). 7. Pembuatan Catatan Kaki
Catatan kaki (footnotes) merupakan penjelasan keterangan isi dalam teks karangan yang
ditempatkan di kaki halaman. Tujuan penjelasan itu dapat berupa (1) sumber asal kutipan (bila cara
ini dipakai); (2) keterangan tambahan lain yang perlu tentang isi keterangan; (3) merujuk bagian
lain dari teks. Catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan informasi sumber asal kutipan harus
mengungkapkan (1) Nama atau nama-nama penulis sebagai sumber (perhatikan cara penulisan
nama yang berbeda dengan cara penulisan nama pada daftar kepustakaan); (2) Judul buku/makalah
tulisan sumber; (3) Penerbit; (4) Kota dan tahun terbit, nama penerbit berbeda dengan daftar
kepustakaan yang harus menyebut nama penerbit; (5) Halaman letak kutipan pada buku sumber.
Aturan penulisan catatan kaki ini berbeda dengan penulisan daftar pustaka yang tidak
mencantumkan halaman. Pembatas antara masing-masing informasi menggunakan tanda koma dan
tanda kurung (bedakan dengan daftar pustaka yang menandai tanda titik). Sumber kutipan dapat
diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, wawancara peraturan, atau mengutip dari kutipan.
Penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut: (1) Harus diberikan nomor penunjukan terhadap teks
yang dijelaskan; (2) Diletakkan di bawah garis (sepanjang 15 ketikan) yang berada 3 spasi di bawah
teks bagian bawah; (3) Masuk 5-7 ketikan dari sembir kiri; (4) Menggunakan 1 spasi; (5) Jarak
antara dua catatan kaki, sebanyak 2 spasi. Catatan kaki umumnya disingkat dengan kata singkatan
bahasa latin, seperti: ibid, op. cit, dan loc. cit. Ibid (singkatan dari ibidem) artinya pada tempat yang
sama dan halaman yang berbeda serta belum diantarai sumber lain. Singkatan ini dipakai bila
catatan kaki yang berikut menunjuk kepada sumber yang telah disebut pada catatan kaki
sebelumnya. Op. cit (singkatan dari opera citato) berarti pada karya yang telah dikutip dan
halamannya berbeda, dipakai bila catatan itu menunjuk pada sumber yang telah lebih dahulu, tetapi
telah diselingi oleh catatan kaki yang lain. Sedangkan Loc. cit (dari loco citato) artinya pada tempat
yang telah dikutip di halaman yang sama dan telah diantarai atau tidak diantarai oleh sumber lain.
Pedoman penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan kepustakaan yang
lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang
penting adalah ketaat-asasan (konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan
gunakan satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan. 8. Penulisan Daftar Kepustakaan Daftar
kepustakaan (bibliography) harus dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai nama
penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu penerbitan. Dalam menuliskannya
terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Secara umum
cara penulisan daftar kepustakaan adalah sebagai berikut: a. Jarak penulisan dalam satu sumber
daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu sumber kepustakaan dengan yang
lainnya diberi jarak dua spasi; b. Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5
ketukan dari sembir kiri sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke-6; c. Nama penulis
disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut; d. Informasi
disajikan sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan, keterangan penerbitan,
tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu dipisahkan dengan tanda titik. 9.

Penyusunan Nama pada Daftar Kepustakaan Penyusunan nama pada daftar kepustakaan, seringkali
membingungkan. Bila suatu kepustakaan mempunyai dua nama pengarang hendaknya diperhatikan
cara penulisan nama pengarang pertama (nama keluarga dituliskan di belakang). Penulisan nama di
daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia
yang hanya terdiri dari satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya: Suhardjono). Namun
banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang diikuti dengan nama ayah
(Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka
nama ayah, nama keluarga, nama marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsur nama
berikutnya setelah tanda koma. Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri
dari dua unsur atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau marga,
misalnya: Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menuliskannya dilakukan
dengan unsur nama terakhir diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo,
Riyanto; Rukmanasari, Dwi Anita; Mulyani, Sri. Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto,
Andi Adam) atau nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari
gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like). Namun bila nama
tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama keluarga (Andi Hakim Nasution), maka
penulisan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I
Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I
Gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga di belakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri)
dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di depan (Pagehgiri, I Wayan Wija). Bila
kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituliskan sebagai pengganti nama
kata "anonim". Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan, keterangan
penerbit, dan waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan
kaki maupun daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan. 10.
Perbedaan Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Kepustakaan a. Pada catatan kaki nama diri ditulis
terlebih dahulu (Contoh: Budiono Mismail; J.E. Wert; Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina).
Sedangkan pada daftar pustaka, nama keluarga, marga, ayah, ditulis terlebih dahulu (Contoh:
Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo, Bambang dan Kakisina, Stephen); b. Pada catatan kaki
antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri Harto, Hidrologi Terapan, Badan Penerbit
UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 423). Sedangkan pada daftar kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik
(contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit UGM, 1983). c. Pada daftar
kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc. Graw Hill
Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak terlalu diperlukan dan
kalau dicantumkan juga tidak salah. d. Pada daftar pustaka tidak perlu menuliskan halaman tempat
dimana kutipan pustaka tersebut diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau pada catataan
kaki itu perlu. e. Urutan penulisan daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi, misalnya ada
yang menempatkan tahun terbitan setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita
pedomani saja contoh yang telah ada pada buku ini. Demikianlah sejumlah tehnik penulisan karya
tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan penelitian, pengembangan,
evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan
buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, dll. B. PERSYARATAN ADMINISTRASI Dalam
rangka memenuhi keabsahan sebuah karya tulis atau karya ilmiah guru untuk kenaikan pengkat dan
atau jabatan guru setingkat lebih tinggi, maka perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan
administrasi sebagai berikut: 1. Karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai
hendaknya diberi judul yang dituangkan dalam halaman "judul" (contoh halaman judul terlampir).
2. Karya tulis/karya ilmiah yang akan diajukan kepada tim penilai harus disyahkan terlebih dahulu
oleh kepala sekolah/kepala madrasah tempat bersangkutan bertugas. Tanpa adanya lembar
pengesahan tersebut karya tulis tidak diberi nilai. (contoh lembar pengesahan terlampir). 3. Karya
tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya telah mendapat rekomendasi dari
pengelola perpustakaan sekolah yang menyatakan bahwa karya tersebut didokumentasikan di
perpustakaan sekolah guru yang bersangkutan. (contoh rekomendasi terlampir). 4. Bila karya tulis
ilmiah yang diajukan merupakan makalah atau bahan dalam kegiatan penataran, seminar, lokakarya

dll, maka harus ada keterangan dari panitia pelaksana kegiatan tersebut. (contoh keterangan
terlampir). 5. Dalam karya tulis/karya ilmiah hendaknya dibuatkan kata pengantar yang disusun
oleh penulis, kata pengantar ini penting, agar tim penilai dapat melihat kapan penulis membuat
karya ini. (contoh kata pengantar terlampir). 6. Karya tulis/ilmiah yang diajukan hendaknya
dilengkapi dgn out line (daftar isi) yang agak rinci agar tim penilai mudah melakukan tugas
penilaian. (contoh daftar isi terlampir). 7. Dalam sebuah karya tulis/karya ilmiah yang diajukan
kepada tim penilai, hendaknya dilengkapi dengan daftar kepustakaan/daftar bacaan. (sebagaimana
contoh terlampir). Sumber dari: http://tok0blog.blogspot.com/2010/10/teknik-penulisan-karyatulis.html Copyright by toko blog. Terima kasih menyantumkan sumber artikel toko blog

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Penerapan Data Mining Untuk Memprediksi Fluktuasi Harga Saham Menggunakan Metode Classification Dengan Teknik Decision Tree

20 110 145

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1