MAKALAH ANALISIS TENTANG Nama HERDIAN DA

MAKALAH ANALISIS TENTANG
PENDIDIKAN JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012

DISUSUN OLEH :

Nama

: HERDIAN DANANG I

NIM

: K 4611056

Fak./Prodi : FKIP / PENJASKESREK

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR PENJAS
DARI DOSEN PENGAMPU Drs. AGUS MUKHOLID, M.Pd
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA


BAB I
PENDIDIKAN SECARA UMUM

Arti pendidikan sangat beragam, definisi atau pengertian dari setiap orang
tidaklah sama, berikut beberapa definisi pendidikan secara umum :
A. Definisi Pendidikan Menurut Beberapa Pakar Pendidikan
1. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
2. J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanakkanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
3. M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan
anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik
itu berlangsung.
4. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

5. Prof. H. Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang
paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya
menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

B. Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang
secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang
dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik
merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir
manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri.
Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, sebaiknya pendidikan dapat
dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan
pendidikan, sehingga setiap orang dapat menerapkan secara tepat dan benar dalam
setiap praktik pendidikan.
Untuk mengetahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah
memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20
Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama
yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat ketiga
pokok pikiran tersebut.
1. Usaha sadar dan terencana.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan
adalah sebuah proses yang disengaja dan direncanakan secara matang (proses kerja
intelektual). Oleh karena itu, di setiap level manapun, kegiatan pendidikan harus

disadari

dan


regional/provinsi

direncanakan,
dan

baik

kabupaten

dalam
kota

tataran

nasional

(messoskopik),

(makroskopik),


institusional/sekolah

(mikroskopik) maupun operasional (proses pembelajaran oleh guru).
Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas),

pada

dasarnya setiap kegiatan pembelajaran pun harus direncanakan terlebih dahulu
sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Menurut
Permediknas ini bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran,
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan sumber
belajar.
2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya
Pada pokok pikiran yang kedua ini menurut saya ada pengerucutan istilah
pendidikan menjadi pembelajaran. Jika dilihat secara sepintas mungkin seolah-olah

pendidikan lebih dimaknai dalam setting pendidikan formal semata (persekolahan).
Terlepas dari benar-tidaknya pengerucutan makna ini, saya menyimpulkan bahwa
pendidikan yang dikehendaki adalah pendidikan yang bercorak pengembangan
(developmental) dan humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi didik,
bukan bercorak pembentukan yang bergaya behavioristik. Selain itu, saya juga
melihat ada dua kegiatan (operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan
suasana belajar, dan (b) mewujudkan proses pembelajaran.
a. Mewujudkan suasana belajar
Berbicara tentang mewujudkan suasana pembelajaran, tidak dapat dilepaskan
dari upaya menciptakan lingkungan belajar, diantaranya mencakup: (a) lingkungan
fisik, seperti: bangunan sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah,
ruang guru, ruang BK, taman sekolah dan lingkungan fisik lainnya; dan (b) lingkungan
sosio-psikologis (iklim dan budaya belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama,
ekspektasi prestasi, kreativitas, toleransi, kenyamanan, kebahagiaan dan aspek-aspek

sosio–emosional lainnya, lainnya yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan
aktivitas belajar.
Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya didesain
agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap potensinya. Dalam
konteks pembelajaran yang dilakukan guru, disini tampak jelas bahwa keterampilan

guru dalam mengelola kelas (classroom management) menjadi amat penting. Dan
disini pula, tampak bahwa peran guru lebih diutamakan sebagai fasilitator belajar
siswa .
b. Mewujudkan proses pembelajaran
Upaya mewujudkan suasana pembelajaran lebih ditekankan untuk menciptakan
kondisi dan pra kondisi agar siswa belajar, sedangkan proses pembelajaran lebih
mengutamakan pada upaya bagaimana mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
kompetensi siswa. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan guru, maka guru
dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran (learning management), yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran (lihat Permendiknas RI No.
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses). Di sini, guru lebih berperan sebagai agen
pembelajaran (Lihat penjelasan PP 19 tahun 2005), tetapi dalam hal ini saya lebih suka
menggunakan istilah manajer pembelajaran, dimana guru bertindak sebagai seorang
planner, organizer dan evaluator pembelajaran).
Sama seperti dalam mewujudkan suasana pembelajaran, proses pembelajaran
pun sebaiknya didesain agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap
potensi yang dimilikinya, dengan mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student-centered) dalam bingkai model dan strategi pembelajaran aktif (active
learning), ditopang oleh peran guru sebagai fasilitator belajar.
3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari definisi pendidikan
sekaligus menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita , yang menurut saya
sudah demikian lengkap. Disana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an,

pribadi, dan sosial. Artinya, pendidikan yang dikehendaki bukanlah pendidikan
sekuler, bukan pendidikan individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi
pendidikan yang mencari keseimbangan diantara ketiga dimensi tersebut.
Jika belakangan ini gencar disosialisasikan pendidikan karakter, dengan melihat
pokok pikiran yang ketiga dari definisi pendidikan ini maka sesungguhnya pendidikan
karakter sudah implisit dalam pendidikan, jadi bukanlah sesuatu yang baru.
Selanjutnya

tujuan-tujuan

tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan

pendidikan di bawahnya (tujuan level messo dan mikro) dan dioperasionalkan melalui
tujuan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Ketercapaian tujuan – tujuan pada tataran operasional memiliki arti yang strategis bagi
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan uraian di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa “ pendidikan
adalah sarana/kegiatan/proses perkembangan pola pikir manusia dari masa anak-anak
menuju ke kedewasaan”. Dan dalam definisi pendidikan yang tertuang dalam UU No.
20 Tahun 2003, tampaknya tidak hanya sekedar menggambarkan apa pendidikan itu,
tetapi memiliki makna dan implikasi yang luas tentang siapa sesungguhnya pendidik
itu, siapa peserta didik (siswa) itu, bagaimana seharusnya mendidik, dan apa yang ingin
dicapai oleh pendidikan.

BAB II
ANALISIS PENDIDIKAN JASMANI

A.

Pengertian
Pendidikan Jasmani (disingkat Penjas) adalah mata pelajaran untuk melatih

kemampuan psikomotorik yang mulai diajarkan secara formal di sekolah dasar hingga
sekolah menengah atas.

Menurut Arie Asnaldi (2008) Pendidikan jasmani merupakan suatu proses
seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar
dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan
keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak.
Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk
menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan
proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek
mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka
pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui
kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani, oleh Guru
Besar (Pens.) Drs. (Physiol.) H.Y.Santosa Giriwijoyo, dan Dra. Lilis Komariyah, M.Pd..
Pendidikan

jasmani

pada

hakikatnya

adalah


proses

pendidikan

yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,
penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.
Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada
bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.

Setiap definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan
kalimat. Namun esensinya sama, jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam
kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang
lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan
moral, tetapi aspek fisik tidak turut berkembang, baik langsung maupun secara tidak
langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas
pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya
menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah
pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses
pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan
dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian
seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga
domain kependidikan : psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan
Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik
bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula
terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in
corporesano.

B.

Tujuan Pendidikan Jasmani
Ada beberapa tujuan dari pendidikan jasmani, yaitu :
1. Mengembangkan

keterampilan

pengelolaan

diri

dalam

upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat
melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai yang terkandung didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan

sikap

sportif,

jujur,

disiplin,

bertanggungjawab,

kerjasama, percaya diri, pantang menyerah dan demokratis.

6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif

C.

Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi
gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti,
rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan,
bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran
jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
serta aktivitas lainnya.
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak
di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan seharihari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat
lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah
dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif
dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri,
dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

BAB III
ANALISIS PENDIDIKAN OLAHRAGA

A. Pengertian
Menurut Guru Besar (Pens.) Drs. (Physiol.) H.Y.Santosa Giriwijoyo, dan Dra.
Lilis Komariyah, M.Pd, Pendidikan Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu
kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga). Kegiatan itu merupakan
bentuk pendekatan ke aspek sejahtera jasmani atau sehat jasmani yang berarti juga sehat
dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan gerak yang memenuhi segala
tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya ia memiliki tingkat kebugaran jasmani
yang memadai.
B. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani Dan Pendidikan Olahraga
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini
adalah : “Apakah pendidikan jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru
dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut.
Hal tersebut mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa
dirinya bukan sebagai guru penjas, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan
pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes)
dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan”
(penjaskes) dalam kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang
menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru
menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya
dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda,

sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga
dengan pendidikan jasmani ?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan
olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga
tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak
fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik,
keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga
keterampilan emosional dan sosial.
Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga
tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih
metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid
dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
jasmani adalah pendidikan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan diri baik
secara fisik, mental, intelektual dan spiritual. Sedangkan pendidikan olahraga adalah
suatu kegiatan untuk memperkaya dan mengembangkan keterampilan dalam cabang
olahraga untuk mencapai prestasi yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Olahraga
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_jasmani
http://artikel-olahraga.blogspot.com/2008/02/pendidikan-jasmani.html
http://pojokpenjas.wordpress.com/2007/11/12/sejarah-pendidikan/
http://pojokpenjas.wordpress.com/2007/11/12/hakikat-pendidikan-jasmani/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
http://imtaq.com/definisi-pendidikan-secara-umum/
http://blogariberbagi.wordpress.com/2009/11/28/tujuan-pendidikan-jasmani/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisipendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/
http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan
http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html
http://geraksehat.wordpress.com/2007/10/15/pendidikan-jasmani-dan-olahraga-dilembaga-pendidikan-bag-1/
http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12/penjas.html