Ancaman Kesehatan pada Ibu dan Bayi Akib

Ancaman Kesehatan pada Ibu dan Bayi
Akibat Dampak dari Ketidakmerataannya
Penyuluhan Kesehatan di Pedesaan

ABSTRAK
Saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan
pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program
tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak,
angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang
menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Berdasarkan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002/2003, angka kematian ibu dan bayi di
Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini yang menjadi fokus utama
yang bertujuan untuk mengamati kondisi kesehatan masyarakat miskin khususnya ibu dan bayi
di pedesaan, mengamati perihal realisasi terhadap program pengalokasian dana pemerintah untuk
pelayanan kesehatan masyarakat miskin pedesaan.serta mengkaji perihal pengetahuan para ibu
akan pentingnya menguasai ilmu kesehatan dan yang tak kalah penting ialah menganalisis
penyebab dari ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan di pedesaan.Metode penelitian ini
menggunakan metode sekunder yang berbasis pada studi pustaka dengan mencari literatur –
literatur yang berhubungan dengan tujuan dari pembuatan makalah ini. Sumber – sumber
datanya yaitu melalui buku teori mengenai sosiologi untuk kesehatan serta beberapa jurnal yang
di peroleh dari Info kajian Bappenas dengan fokus pada pembahasan mengenai perencanaan

kesehatan serta relevansi paket pelayanan kesehatan dari pemerintah ditambah dengan informasi
mengenai kondisi kesehatan khususnya ibu dan bayi serta penyebaran realisasi program
pelayanan kesehatan. Hasil pengamatan yang didapat ialah ancaman kesehatan bahkan kematian
yang terjadi pada ibu dan bayi ini sangatlah mengkhawatirkan hingga saat ini. Berbagai faktor
yang menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama
ialah faktor yang berasal dari internal individu yaitu faktor status ekonomi, status pendidikan,
status perempuan dan karakteristik sakit hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam
hal memutuskan untuk mencari perawatan. Lalu faktor yang kedua ialah faktor yang berasal dari

kondisi eksternal individu yaitu jarak,alat transportasi,kondisi jalan,biaya hingga menimbulkan
terjadinya fase terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan. Faktor yang ketiga ialah faktor
yang berasal dari tenaga ahli yaitu kualitas perawatan,bahan medis dan non medis, tenaga
profesional biaya hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam penanganan yang
memadai. Dari berbagai faktor yang dikemukakan diatas, maka sangat dibutuhkannya peran
penyuluh dalam memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat pedesaan. Ketidakmerataan
ini terjadi karena faktor lokasi sasaran penyuluh yang tak terjangkau, dana yang minim dari
pemerintah untuk penunjang pelayanan kesehatan di pedesaan, serta sistem manajemen dana
yang kurang baik. Oleh karena itu, simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah ini
ialah hipotesis yang mengatakan bahwa ancaman kesehatan pada ibu dan bayi akibat
ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan di pedesaan itu dapat diterima.

Kata kunci : kesehatan ibu, kesehatan bayi, penyuluhan kesehatan, ketidakmerataan penyuluhan,
pelayanan kesehatan di pedesaan

PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekali kasus kematian terjadi pada ibu dalam proses persalinan
khususnya para ibu di pedesaan yang minim akan akses pelayanan kesehatan, informasi maupun
pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang memang sangat berpengaruh pada berbagai bidang
salah satunya ialah pada bidang kesehatan. Sebagaimana yang telah banyak orang ketahui pada
umumnya pemerintah memiliki andil yang sangat besar dalam penentuan kebijakan untuk
jaminan kesehatan. Salah satu contohnya ialah penyediaan d pelayanan kesehatan di pedesaan
seperti Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), Posyandu (Pos Pelayanan terpadu) .Namun
realisasinya lah yang kurang berjalan dengan mulus sesuai dengan tujuan sesungguhnya.
Metode penelitian ini menggunakan metode sekunder yang berbasis pada study pustaka.
Berdasarkan literatur yang penulis dapat maka dapat ditarik sebuah thesis utama yaitu
penyuluhan kesehatan di pedesaan menjadi salah satu syarat pelancar dari pencapaian
tujuan pemerintah dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Ketidakmerataannya
terjadi karena faktor lokasi sasaran penyuluh yang tak terjangkau, dana yang minim dari
pemerintah, serta sistem manajemen dana yang kurang baik.
Berdasarkan pada pemahaman akan pentingnya penyuluhan kesehatan di pedesaan
menjadi salah satu syarat pelancar dari pencapaian tujuan pemerintah dalam bidang

pemberdayaan masyarakat. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ;
1. Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat miskin khususnya ibu dan bayi di pedesaan?
2. Bagaimana realisasi pemerintah dalam hal program pelayanan kesehatan masyarakat
miskin di pedesaan ?
3. Pengetahuan apakah yang harus dimiliki oleh para ibu terhadap peningkatan kualitas
kesehatan ?

4. Apa yang menyebabkan ketidakmerataan penyuluhan kesehatan di pedesaan ?

Dari keempat masalah yang disampaikan diatas maka adapun tujuan dari makalah ini yaitu
sebagai berikut ;
1. Mengamati kondisi kesehatan masyarakat miskin khususnya ibu dan bayi di pedesaan.
2. Mengamati perihal realisasi terhadap program pengalokasian dana pemerintah untuk
pelayanan kesehatan masyarakat miskin pedesaan.
3. Mengkaji perihal pengetahuan para ibu akan pentingnya menguasai ilmu kesehatan
4. Menganalisis penyebab dari ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan di pedesaan.
KONDISI DAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
Kondisi Kesehatan Masyarakat Miskin Khususnya Ibu dan Bayi di Pedesaan
Dewasa ini banyak sekali kasus kematian terjadi pada bayi dan ibu dalam proses
persalinan khususnya para ibu di pedesaan yang minim akan akses pelayanan kesehatan,

beberapa upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kematian pada ibu
dan bayi karena sesungguhnya kasus ini menjadi salah satu indikator dalam mengukur kesehatan
di suatu negara.
Angka Kematian Ibu (AKI) maternal mortality ratio (MMR) adalah jumlah kematian
maternal yang terjadi dalam periode waktu tertentu per 100.000 kelahiran hidup pada periode
waktu yang sama (WHO 1992). Selain menunjukkan capaian status kesehatan penduduk, AKI
juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan,
pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya, serta hambatan dalam
memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002/2003, angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (Bappenas 2007). Hal
ini merupakan tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam pencapaian kesehatan negara yang
lebih baik. Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi terbagi menjadi
tiga bagian, yang pertama ialah faktor yang berasal dari internal individu yaitu faktor status
ekonomi, status pendidikan, status perempuan dan karakteristik sakit hingga menimbulkan
terjadinya fase terlambat dalam hal memutuskan untuk mencari perawatan. Lalu faktor yang
kedua ialah faktor yng berasal dari kondisi eksternal individu yaitu jarak, alat transportasi,
kondisi jalan, biaya hingga menimbulkan terjadinya fase terlambat dalam mencapai fasilitas
kesehatan. Faktor yang ketiga ialah faktor yang berasal dari tenaga ahli yaitu kualitas perawatan,
bahan medis dan non medis, tenaga profesional biaya hingga menimbulkan terjadinya fase

terlambat dalam penanganan yang memadai.

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong
persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992
rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun
yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa
tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti “ngolesi” (membasahi vagina dengan
rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), “kodok” (memasukkan tangan ke dalam vagina
dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau “nyanda” (setelah persalinan, ibu duduk dengan
posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan
perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu
dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40
hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau
morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISPA, diare dan tetanus yang sering diderita oleh
bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit
yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa

resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari
faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari
atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi
mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu
selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan
kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Realisasi Program Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak melalui program-program
pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat.
Menempatkan petugas kesehatan dan membangun fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup
untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilakuperilaku kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak
sekali dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka penurunan kematian pada ibu dan bayi ialah program Making Pregnancy Safer
(MPS) yang telah diluncurkan sejak tahun 2000. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang
ditujukkan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat kematian dan kesakitan ibu dan bayi.
Fokus MPS diarahkan pada peningkatan akses terhadap pelayanan tenaga kesehatan (Bappenas

2007).

Kebijakan pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin sebenarnya sudah
terbilang cukup lama diterapkan di Indonesia. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
dengan cara membawa surat miskin dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), desa dan
pembagian kartu sehat. Cara – cara diatas merupakan contoh dari kebijakan pelayanan kesehatan
dari pemerintah.Sebetulnya kebijakan subsidi tarif pelayanan kesehatan dari pemerintah juga
merupakan program melayani kesehatan penduduk miskin. Tarif Rp 500,00 – Rp 1000,00 untuk
rawat jalan Puskesmas turut membantu penduduk yang kemampuannya terbatas. Contoh lainnya
ialah program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yaitu pemberin
suplemen gizi bagi anak sekolah yang berada di daerah miskin.
Sejak 1998 muncul kebijakan lebih sistematis dan berskala nasional untuk melayani kebutuhsn
kesehatan penduduk miskin, yakni program Jaringan Pengamnan Sosial Bidang Kesehatan (JPS
– BK).Tahun 2003, pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke Rumah Sakit bagi penduuk
miskin. Dana ini berasal dari pemotongan subsidi Bahan Bakar Minyak (Bappenas 2004). Dalam
program JPS-BK pelayanan yang disedikan seperti Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), imunisasi, pengobatan penyakit menular khususnya Tuberkolosis, malaria,
demam berdarah, peningkatan gizi, promosi kesehatan. Beberapa program yang dibangun oleh
pemerintah ini sebenarnya bertujuan sangat baik namun sayangnya lokasi penerapan sebagian
besar di kota sehingga tak dapat diakses oleh masyarakat pedesaan.

KETERKAITAN ANTARA ANCAMAN KESEHATAN DENGAN PENYULUHAN
KESEHATAN
Pengetahuan Para Ibu akan Dunia Kesehatan
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau
morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISPA, diare dan tetanus yang sering diderita oleh
bayi dan anak sering kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit
yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa
resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan. Baik masalah kematian maupun
kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,
hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola
makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran
kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu,
termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan,
tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah
makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan
kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi

oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan
situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak

mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota
keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan.
Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan
mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan
kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.
Peran ibu amatlah besar dalam mewujudkan kondisi sehat dalam sebuah keluarga, oleh karena
itu terdapat sebuah istilah yang tak asing lagi ditelinga masyarakat yaitu KADARZI ( Keluarga
Sadar Gizi ). Keluarga yang sadar akan pentignya pemenuhan gizi pada setiap anggota
keluarganya akan dapat segera mengatasi dengan baik masalah gizi yang berimbas pada
terhindarnya dari segala penyakit. Dalam mewujudkan KADARZI seorang ibu harus
memperhatikan minimal 5 hal menurut Moviana (2010) yaitu : menimbang berat badan secara
teratur, memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan
(ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi
sesuai anjuran.Hal diatas merupakan sebuah pengetahuan yang dapat dikatakan langka untuk
diketahui oleh para ibu khususnya di daerah pedesaan, hal ini jelaslah menjadi faktor utama yang
menjadikan penyebab meningkatnya angka penurunan kesehatan bahkan kenaikan angka

kematian.
Ketidakmerataannya Penyuluhan Kesehatan di Pedesaan
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia
adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi
masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang
mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami
perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak
kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih
banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati.
Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih
banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan
tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini
baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat
membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan kurangnya informasi.
Kurangnya informasi ini merupakan salah satu fokus utama penulis dalam menganalisis
beberapa kasus kematian yang terjadi pada ibu maupun bayi khususnya di pedesaan. Dalam

dunia sosiologi nampaknya fokus ini dapat di bahas di bidang sosiologi untuk kesehatan.
Memang sedikit asing di dengar, namun hal ini tak bisa dianggap sepele karena menurut
Sudarma (2009) mengatakan bahwa sosiologi kesehatan merupakan subdisiplin ilmu dari bidang
sosiologi. Disiplin ilmu ini merupakan ilmu terapan dari kajian sosiologi dalam konteks
kesehatan yang berprinsipkan pada dasar penerapan konsep dan metode disiplin sosiologi dalam
mendeskripsikan, menganalisis, dan memecahkan masalah kesehatan. Peran yang dituju dalam

bidang sosiologi untuk kesehatan ini ialah peran seorang penyuluh dalam mengatasi kondisi
kesehatan pada masyarakat yang begitu mengkhawatirkan. Namun, sayang nya penyuluhan
kesehatan ini tidak tersebar merata di semua daerah pedesaan. Hal ini berdasarkan data dari
BAPPENAS (2004) yang mengungkapkan bahwa adanya ketidakmerataan penyuluhan kesehatan
yang terjadi di beberapa daerah pedesaan.
Ketidakmerataan merupakan sebuah gejala sosial yang terjadi pada sekelompok masyarakat yang
merasa bahwa diri mereka tidak mendapatkan sesuatu yang seharusnya mereka pun berhak
mendapatkan hal tersebut. Ketidakmerataan yang terjadi dalam kasus ini merupakan sebuah
fenomena yang terjadi pada masyarakat khususnya di pedesaan yang tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh
BAPPENAS (2004) diungkapkan bahwa adapun faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakmerataan penyuluhan kesehatan yaitu ;
1. Penyaluran dan manajemen dana yang kurang baik
Yaitu tidak adanya mekanisme kontrol akan pencairan dana hingga membuka peluang terjadinya
miss management
2.Ketepatan waktu realisasi
Sebagaimana yang diketahui bahwa turunnya anggaran pelayanan kesehatan dari pemerintah
sangatlah terlambat hingga unit pelayanan tersebut berupaya menggunakan dana dari sumber lain
untuk sementara waktu.
3. Masalah biaya transportasi
Sehubungan dengan lokasi pembangunan pelayanan kesehatan yang sangat jauh dari daerah
pemukiman penduduk pedesaan yang menjadi sasaran sesuungguhnya dari pemerintah hingga
menyulitkan penyuluh ataupun unit pelayanan kesehatan.

SIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis, maka dapat disimpulkan
bahwa angka kematian pada ibu dan bayi mayorits terjadi pada penduduk miskin di pedesaan.
Tingginya ancaman kesehatan pada ibu dan bayi ini memmiliki faktor penyebab utama yaitu
ketidakmerataannya penyuluhan kesehatan khususnya di pedesaan. Ketidakmerataan ini terjadi
karena faktor lokasi sasaran penyuluh yang tak terjangkau, dana yang minim dari pemerintah
untuk penunjang pelayanan kesehatan di pedesaan, serta sistem manajemen dana yang kurang
baik. Oleh karena itu, pengetahuan penduduk miskin yang masih belum terjamah oleh seorang
penyuluh sangatlah minim hingga berpotensi menjadi penyumbang peningkatan angka kematin
khususnya ibu dan anak., salah satu contoh kasusnya ialah membawa ibu yang akan melahirkan
ke dukun beranak yang tak jelas latar belakang pendidikannya di bidang kesehatan hingga
membahayakan kondisi ibu dan bayi yang ditanganinya.

Adapun saran untuk pemerintah ialah perlunya peninjauan kembali perihal dana yang
dialokasikan untuk bidang kesehatan. Karena kebutuhan akan kucuran dana di setiap daerah
pedesaan perlu dikaji terlebih dahulu perihal lokasi tempat tinggal penduduk dengan lokasi
proyek pembangunan pelayanan kesehatanyang akan dibangun. Demi terealisasinya program
bantuan pemerintah tersebut baiknya telah mendapatkan kesepakatan dari penduduk setempat
dengan menggunakan jasa penyuluh sebagai jembatan aspirasi antara penduduk dengan
pemerintah.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24