Teori simbolik dalam tradisi islam

1. Apakah Angels and Demons itu?
Angels and Demons adalah sebuah novel fiksi karya Dan Brown yang bercerita tentang
penelusuran misteri dan ancaman Illuminati terhadap Gereja Katolik dengan
cara menghancurkan Kota Vatikan dengan menggunakan bahan anti-materi. Pencarian misteri
ini melibatkan seorang ahli simbologi dari Universitas Harvard yang bernama Robert
Langdon. Novel ini menggunakan berbagai macam kebohongan umum tentang konflik yang
terjadi antara ilmu pengetahuan dan agama, dengan penekanan khusus pada kebencian dan
ketakutan Gereja Katolik terhadap sains.
Novel ini merupakan pendahulu dari novel sebelumnya The Da Vinci Code, dan
memperkenalkan kepada khalayak pembaca sosok seorang Robert Langdon, yang berperan
sebagai protagonis dalam novel ini. Novel Angels and Demons ini berbagi banyak kesamaan
dengan The Da Vinci Code, seperti adanya konspirasi, komunitas rahasia, dan banyak lagi
kebencian terhadap Gereja Katolik. Berpura-pura mengarah kepada dunia ilmu pengetahuan
dan penelitian sejarah kuno dan arsitektur, maka dalam novel ini simbolisme lah yang
mendominasi alur cerita. Sebuah film adaptasi di AS dijadwalkan akan dirilis pada 15 Mei
2009.
2. Tentang apakah sesungguhnya Angels and Demons itu?
Ini merupakan misteri pembunuhan di mana Gereja Katolik sengaja dijebak oleh Dan Brown
untuk membenci sains dan sekaligus berencana membunuh para ilmuwan yang melakukan
penelitian terhadap fisika partikel. Berlagak sebagai novelis yang ingin bercerita tentang hal
yang sangat menarik, Dan Brown, malah sebaliknya menggambarkan sebuah kisah tentang

seorang wali Gereja Katolik yang kejam dan takut terhadap kajian ilmiah tentang asal-muasal
dan struktur suatu materi yang nantinya dikhawatirkan akan menyangkal keberadaan Tuhan
dan membuat dunia sains menggantikan iman Kristen.
Imam Katolik ini, yang menjadi asisten paus yang akhirnya meninggal (dibunuh) bernama
Carlo Ventresca, tidak memberikan apa-apa kecuali tumpukan jasad-jasad di sekitar kota
Roma (jasad dari empat Kardinal atau disebut preferiti, yang keempatnya adalah kandidat
kuat pengganti paus yang meninggal tersebut) dan menggantungkan seluruh permasalahan
pada suatu kelompok yang justru tidak eksis yang bernama Illuminati – kelompok rahasia
dari kalangan ilmuwan, dengan pikiran-pikiran yang tercerahkan, rasional, dan kaum
pemikir- dimana mereka bermaksud untuk terpilih sebagai seorang paus yang nantinya akan
menekan Gereja Katolik untuk terlibat dalam bidang sains.
Sepanjang kisah tersebut, Novel (Film) Angels & Demons menyeruakkan bahwa Carlo
Ventresca juga seorang pembunuh paus yang sebelumnya, yang mana Ventresca menganggap
layak untuk dibunuh karena menghasilkan seorang anak dari proses inseminasi – dan itu
sebabnya anak ini ternyata tidak lain adalah Ventresca sendiri. Dia direncanakan akan dipilih
sebagai seorang paus oleh para Kardinal yang percaya tahayul yang menganggap Ventresca
memiliki “visi” dan nampaknya dia beruntung mencegah bom meledak yang dia sendiri
skenariokan sebagai tanda persetujuan ilahi dan petunjuk tetapi bom itu akhirnya meledak
sebagai suatu tipuan-pengalihan (dan begitu mengerikannya untuk diketahui bahwa dia
adalah anak seorang paus), maka akhirnya dia bunuh diri dengan cara membakar diri sendiri

dan pada bagian akhirnya seorang paus terpilih.

3. Bukankah buku ini hanyalah fiksi? Lalu apa yang membahayakan orang-orang
dengan membaca novel thriller ini?
Seperti The Da Vinci Code, Angels and Demons mengeksploitasi orang-orang karena
kurangnya pengetahuan tentang iman Katolik dan adanya “fakta-fakta” yang bisa
menyesatkan mereka dengan cara yang merugikan.
Pertama, novel ini berisi kebohongan yang sebesar-besarnya, memberikan amunisi – yang
kelihatannya meyakinkan – untuk orang-orang sudah menaruh dendam terhadap Kekristenan.
Dengan kata lain, orang-orang yang sudah ragu-ragu (dan bahkan benci) dengan Gereja
Katolik dan agama Kristen tradisional akan cenderung melihat atau membaca dalam bukubuku seperti Angels and Demons dan The Da Vinci Code bahwa ada banyak “bukti” untuk
membenarkan penentangan mereka terhadap Gereja dan pada akhirnya mendukung
pandangan mereka yang negatif terhadap sosok Kristus.
Kedua, Angels and Demons memberikan orang-orang Kristen – yang sedang berada di ujung
tanduk iman mereka – adanya alasan untuk tidak lagi menjadi pengikut Yesus Kristus secara
terang-terangan. Orang-orang ini, misalnya yang lahir secara Kristen namun tidak
mengadakan hubungan yang baik dengan Yesus dalam kehidupan pribadinya akan didorong
oleh Novel (Film) Angels and Demons untuk tetap hidup secara suam-suam kuku dalam gaya
hidup mereka.
Ketiga, dan Angels and Demons menarik semua pembacanya – bahkan orang Kristen taat

sekalipun – secara emosional dan intelektual ke dalam berbagai tingkatan teori konspirasi
palsu dengan cara yang tidak sehat. Kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah kita ingin
sikap semacam ini dalam hati kita? Kristus tidak ingin kita untuk memiliki sikap semacam ini
bukan? Apakah kita ingin melakukan pendekatan kepada Kristus dan GerejaNya dengan
kepercayaan yang lemah ? Mari kita taruh dalam pikiran kita siapa yang pertama kali yang
disebut pencipta teori konspirasi itu? Jawabannya adalah orang yang dari awal menabur benih
keraguan tentang kebaikan Allah di dalam hati manusia.
Orang yang menginginkan kita untuk ragu-ragu terhadap Kitab Suci Allah, GerejaNya,
HukumNya, dan bahkan Allah sendiri – adalah dia yang disebut Iblis atau Setan. Iblislah
yang mengarahkan Adam dan Hawa untuk meragukan cinta Allah dan maksud baikNya:
“Apakah Allah berkata, ‘Kalian tidak boleh makan dari setiap pohon di taman? … Anda tidak
akan mati! Karena Allah mengetahui bahwa ketika Anda makan buah itu maka matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah “(Kejadian 3:1, 4-5). Jadi ya, berbagai teori
konspirasi yang terbungkus dalam The Da Vinci Code bisa sangat berbahaya bagi jiwa.
4. Bukankah Umat Kristen takut terhadap Angels and Demons karena mereka tahu
bahwa Dan Brown telah menemukan kebenaran tentang adanya penipuan dalam iman
mereka? Buku ini kelihatannya berakar dalam penelitian dan fakta-fakta sejarah.
Salah satu dari ironi karya Dan Brown adalah adalah caranya yang menarik perhatian orang
dimana banyak pembelanya berkata, “tenanglah, itu hanya novel! Dan lagian – itu benar
adanya!” Kami akan berikan kepadamu untuk menunjukkan kontradiksinya dalam novel ini.

Sementara itu, kami akan melawan klaim novel ini dengan mudah melalui fakta yang jelas:
Apa yang disampaikan dalam novel ini adalah tidak benar.
Benar, Angels and Demons hanyalah sebuah novel, tetapi kesan dari novel ini adalah bahwa
isinya berdasarkan penelitian yang serius. Ini adalah trik pertama dari propaganda
seorang seniman, dan biasanya isu ini berhasil ketika menyangkut propaganda anti-Katolik.
Secara rata-rata orang-orang (misalnya, seseorang yang tidak tahu banyak tentang Alkitab,
sejarah Kristen, atau simbolisme keagamaan) mungkin tertarik dalam ide yang aneh dalam

novel Angels and Demons ini karena ia tidak memiliki latar belakang untuk memisahkan
antara kebenaran dengan banyaknya kepalsuan yang ditemukan dalam halaman-halaman
novel tersebut.
Lagipula, berapa banyak orang yang ahli dalam kelompok komunitas rahasia, pemilihan paus,
budaya dan seni Roma, sejarah hubungan antara Gereja Katolik dan ilmu pengetahuan,
perbedaan antara keadaan tak dapat berbuat cela (infallibility) dan keadaan tanpa cela
(impeccability) dan banyak rincian lainnya yang diperlukan untuk mengungkapkan
perbedaan antara kebenaran dan kebohongan seperti yang disajikan dalam cerita ini? Jadi,
saat seorang “ahli” profesional dalam karakter di novel Angels and Demons memulai teori
“ilmiah” yang menakjubkan atau beberapa komplotan yang kejam di Vatikan mulai
mengatakan bahwa “pengajaran Katolik” melarang penelitian fisika tentang asal-muasal
materi dan energi, maka reaksi dari pembaca yang terintimidasi adalah “Apa yang saya tahu?

Mungkin Angels and Demon benar! “Proses ini dibantu dengan mudah oleh fakta, bahwa
tentu saja gereja termasuk para pejabat tingginya memiliki dosa-dosa berat – termasuk paus
yang memiliki anak-anak biologis (walaupun tanpa bantuan inseminasi buatan) dan bahkan
melakukan pembunuhan.
Banyak pembaca yang tidak berpendidikan cukup pada bidang-bidang ini dengan mudah
ditunggangi untuk menyangka bahwa mereka akan memperoleh “pandangan orang dalam”
tentang apa yang benar-benar Gereja pikirkan tentang ilmu pengetahuan dan apa yang benarbenar terjadi di Roma.
Mereka mulai bertanya-tanya apakah mungkin, mungkin saja, beberapa poin yang dibuat
Brown dalam Angels and Demons bisa benar semuanya. Terutama ketika Brown membela
klaimnya dengan menggunakan istilah “ilmiah”, “sejarahwan,” dan “orang Kristen yang
berpendidikan” sehingga semua orang tahu akan hal ini. Rata-rata orang awam tidak merasa
terinformasi dengan cukup untuk membuat bantahan yang menyakinkan. Begitu banyak
orang percaya akan propaganda dan agitasi kotor dari Angels and Demons ini.
5. Bukankah suatu fakta bahwa buku yang dijual jutaan kopi merupakan suatu
kesaksian (pertanda) adanya kebenaran dan kredibilitas?
Buku Adolf Hitler yang berjudul Mein Kampf berhasil dijual jutaan kopi. Lalu apa?
Popularitas suatu buku atau film atau pertunjukan TV atau apapun namanya untuk masalah
ini, tidak berhubungan dengan nilai atau kebenarannya.
6. Siapakah Dan Brown itu?
Dan Brown adalah penulis beberapa cerita detektif yang menegangkan (thriller) yang

umumnya menguraikan kumpulan kebohongan dan intrik yang rumit dalam suatu proses
pencarian kebenaran, yang oleh sutradara Alfred Hitchcock hal ini disebut maguffin: objek
yang merupakan tujuan dari pengejaran sepanjang kisah tersebut. Dalam The Da Vinci
Code, maguffin adalah Rahasia Cawan Suci serta identitas pembunuh dan atasannya.
Dalam Angels and Demons, maguffin-nya adalah bahan anti-materi yang dicuri itu serta
identitas pembunuh dan atasannya.
Dan Brown lulusan tahun 1986 dari Amherst College, Brown belajar bahasa Inggris di
Phillips Exeter Academy (dimana dia adalah alumninya dan ini juga tempat dimana ayahnya
mengajar matematika). Setelah suatu ketika membaca novel pulp fiction, Brown dilaporkan
berujar, “Saya bisa melakukan itu.” Jadi, ia memulai karirnya sebagai penulis penuh waktu,
menulis secara rutin sejumlah novel yang menurutnya menarik dalam ide-ide tentang kodekode, kunci-kunci, dan informasi rahasia. Walaupun pada kenyataannya Brown tidak

memiliki pelatihan dalam bidang sejarah, seni, teologi, filsafat, atau bahkan kriptografi,
namun ia membuat klaim khusus terhadap penelitian yang dibuatnya cermat sekali: suatu
klaim yang telah berulang kali diragukan orang-orang dan menuntun keingintahuan mereka.
Sebagai contoh, novelnya yang berjudul Digital Fortress menerima cibiran dari para ahli
karena penggambaran kriptografinya yang keliru – ini suatu kesalahan yang cukup krusial
karena buku ini berbicara tentang kriptografi. Demikian pula, Brown telah dikritik atas
kepercayaan dirinya (dan seluruhnya ditemukan) terhadap klaim dalam novel Digital
Fortress, bahwa di Spanyol “rumah sakit itu berbau air seni,” lalu di sana ia juga mengatakan

bahwa polisi “dapat dengan mudah disuap,” serta beranggapan bahwa “mengadakan
percakapan telepon internasional tergantung bagaimana beruntungnya Anda”. Dia menulis
hal ini dari salah satu karakternya yang terluka bahwa “penyakit paru-paru dapat dengan
mudah diobati secara medis di negara maju, tetapi ini adalah Spanyol”. Sebagai
konsekuensinya, Walikota Seville (suatu kota di Spanyol di mana novel ini dibuat sebagian)
mengundang Brown untuk mengunjungi kota tersebut sehingga ia mungkin tahu apa yang ia
bicarakan.
Demikian pula, kecenderungan Brown untuk membuat klaim yang sangat meragukan dengan
kepercayaan diri yang besar terlihat pada karyanya The Da Vinci Code.Seluruh bidang area
mulai dari seni ke sejarah lalu ke teologi hingga ke arsitektur, Brown membuat sejumlah
pernyataan yang layak diragukan bukan hanya menyangkut “asal-muasal penipuan” dari iman
Kristen, tetapi juga tentang sejarah dan seni. Klaim ini sepenuhnya ditolak dalam The Da
Vinci Deception (Ascension, 2006).
7. Jadi apa yang merupakan inti masalah dalam Novel Angels and Demons?
Inti masalah pada Angels and Demons adalah penggambaran dari ajaran Gereja tentang
hubungan antara iman dan sains.
8. Apa? Saya pikir anda akan mengatakan bahwa masalah utama novel tersebut adalah
pernyataan bahwa paus bisa aktif secara seksual atau pejabat tinggi Gereja dapat
membunuh seorang paus! Tidakkah berdosa besar dalam pandangan Katolik bahwa
Dan Brown berani sekali menyarankan bahwa paus “yang tak bisa salah (infallible)”

itu adalah orang berdosa?
Tidak, tidak sama sekali. Paus “yang tak bisa salah (infallible)” itu adalah orang berdosa.
Itulah sebabnya kenapa ia harus melakukan pengakuan dosa sama seperti orang Katolik
lainnya. Beberapa paus telah berdosa, bahkan sangat buruknya, menjadi ayah dari beberapa
anak di luar perkawinan dan bahkan merancang pembunuhan. Suatu novel yang dibangun di
sekitar kisah yang kejam, paus yang pintar merayu wanita, atau wali Gereja yang licik, atau
bahkan semacam cerita fiksi ilmiah yang melibatkan hirarki untuk melakukan pencurian
bahan anti-materi, adalah tidak dengan sendirinya, bahwa sesuatu itu dapat menimbulkan
keberatan dari orang Katolik – sepanjang kisah itu tidak menyatakan kebohongan dengan
maksud membuat plot cerita. Sayangnya novel Angels and Demons berbuat demikian dan ini
adalah isu utama.

9. Tunggu dulu. “Paus yang tidak bisa salah (infallible) itu adalah orang berdosa”?
Bagaimana Anda yakin bahwa paus kedua-duanya adalah tidak bisa salah dan juga
orang berdosa?
Keadaan tak dapat bisa salah (infallible) tidak ada hubungannya dengan karakter moral,
kepintaran, atau kebaikan dari seorang paus. Kata “tidak dapat berbuat
salah” bukanlah tidak bisa salah (infallibility), tetapi impeccability. Gereja secara tegas
menyangkal bahwa paus menerima anugerah seperti itu (tidak dapat berbuat salah). Jika ada
orang Katolik yang cukup bodoh untuk berpikir bahwa paus tidak dapat berbuat dosa, maka

sejarah Gereja memberikan bukti yang banyak yang menyatakan sebaliknya. Itulah sebabnya
kenapa Paulus dapat menegur paus pertama, Petrus, karena menjadi orang yang suka
membanggakan diri dan penakut. Itulah sebabnya mengapa orang yang menggeluti sejarah
Gereja dapat menunjukkan ke sejumlah paus yang telah melakukan hal-hal seperti menjadi
penakut karena adanya penganiayaan, atau berkomplot untuk membunuh pendahulu mereka,
atau membuat keputusan politik yang bodoh, atau mempunyai anak dari selir mereka, atau
melakukan sejumlah kejahatan dan hal-hal bodoh lainnya.

10. Jadi, jika ke-tidak-bisa-an berbuat salah (infallibility) tidak berarti “ke-tidakberdosa-an (tidak punya dosa),” maka apa artinya itu?
Di bawah ini adalah penjabaran Gereja ketika berbicara tentang keadaan tak dapat berbuat
kesalahan (dari Katekismus Gereja Katolik, nomor. 889-892):
889 Untuk memelihara Gereja dalam kemurnian iman yang diwariskan oleh para Rasul,
maka Kristus yang adalah kebenaran itu sendiri, menghendaki agar Gereja-Nya mengambil
bagian dalam sifat-Nya sendiri yang tidak dapat keliru. Dengan “cita rasa iman yang
adikodrati”, Umat Allah memegang teguh iman dan tidak menghilangkannya di bawah
bimbingan Wewenang Mengajar Gereja yang hidup.
890 Perutusan Wewenang Mengajar berkaitan dengan sifat definitif perjanjian, yang Allah
adakan di dalam Kristus dengan Umat-Nya. Wewenang Mengajar itu harus melindungi umat
terhadap kekeliruan dan kelemahan iman dan menjamin baginya kemungkinan obyektif,
untuk mengakui iman asli, bebas dari kekeliruan. Tugas pastoral Wewenang Mengajar ialah

menjaga agar Umat Allah tetap bertahan dalam kebenaran yang membebaskan. Untuk
memenuhi pelayanan ini Kristus telah menganugerahkan kepada para gembala karisma
“tidak dapat sesat” [infallibilitas] dalam masalah-masalah iman dan susila. Karisma ini
dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara:
891 “Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, kepala dewan para Uskup,
berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap umat beriman,
yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman, menetapkan ajaran tentang iman
atau kesusilaan dengan tindakan definitif… Sifat tidak dapat sesat, yang dijanjikan kepada
Gereja, ada pula pada Badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk
mengajar bersama dengan pengganti Petrus” (LG 25) terutama dalam konsili ekumenis.
Apabila Gereja melalui Wewenang Mengajar tertingginya “menyampaikan sesuatu untuk
diimani sebagai diwahyukan oleh Allah” (DV 10) dan sebagai ajaran Kristus, maka umat
beriman harus “menerima ketetapan-ketetapan itu dengan ketaatan iman” (LG 25).
Infallibilitas ini sama luasnya seperti warisan wahyu ilahi.
892 Bantuan ilahi juga dianugerahkan kepada pengganti-pengganti para Rasul, yang
mengajarkan
dalam
persekutuan
dengan
pengganti

Petrus,
dan
terutama kepada.Uskup Roma, gembala seluruh Gereja, apabila mereka, walaupun tidak

memberikan ketetapan-ketetapan kebal salah dan tidak menyatakannya secara definitif,
tetapi dalam pelaksanaan Wewenang Mengajarnya yang biasa mengemukakan satu ajaran,
yang dapat memberi pengertian yang lebih baik mengenai wahyu dalam masalah-masalah
iman dan susila. Umat beriman harus mematuhi ajaran-ajaran otentik ini dengan:
“kepatuhan kehendak dan akal budi yang suci” (LG 25), yang walaupun berbeda dengan
persetujuan iman, namun mendukungnya,
11. OK, tapi bisakah anda terjemahkan itu ke dalam bahasa Inggris yang sederhana?
Sederhananya begini: ini berarti bahwa Gereja tidak menganggap uskupnya atau pausnya
adalah seorang superhero, yang tidak mampu berbuat dosa atau kesalahan. Satu-satunya
alasan Gereja tidak segera kehilangan jejak Injil Kristus sepuluh menit setelah kenaikan-Nya
ke dalam surga adalah karena apa yang dijanjikan Kristus (Matius 28:20), Dia tetap bersama
dengan GerejaNya melalui Roh Kudus yang membimbing Gereja ke dalam seluruh
kebenaran (Yohanes 16:13).
Memang, keadaan tak dapat berbuat salah adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah
kepada Gereja dalam kelemahannya, yang mana anugerah itu sendiri tidak diberikan karena
kepandaiannya atau kekuatannya. Itulah bagaimana Gereja melihat anugerahnya sebagai
ketidakbisaan dalam berbuat salah (dosa). Sebab Gereja berpendapat dengan rasa syukur
kepada Kristus yang telah memberikan janji itu, bahwa Dia akan membawa GerejaNya
(sering kali oleh dorongan) ke dalam seluruh kebenaran; jadi bukan karena Gereja mampu
mengetahui kebenaran karena kecerdasannya.

12. Saya masih tidak paham. Jika Gereja atau paus tidak bisa berbuat salah,
bagaimana mereka melakukan hal-hal yang demikian bodohnya dengan mengajarkan
bahwa bumi itu datar seperti pada abad pertengahan lalu?
Sebenarnya, gereja tidak pernah mengajarkan bahwa bumi itu datar. Sesungguhnya, semua
orang yang dididik selama abad pertengahan mengetahui juga bahwa bumi itu bulat. Jika
anda memerlukan bukti, lihatlah dari puisi yang dianggap sebagai karya sastra terbesar dari
abad pertengahan: yakni the Divine Comedy (Komedi Ilahi) dari Dante Alighieri.
Seluruh puisi yang dihasilkan adalah atas kesadaran bahwa bumi adalah sebuah bola raksasa.
Pada rangkaian puisi itu, Dante melakukan perjalanan mengelilingi bumi (sebuah perjalanan
imajinatif melalui neraka) dan kemudian muncul pada sisi lain dan lantas memanjat tebing
imajinernya yakni Gunung Purgatori (Api Penyucian).

13. OK. Gereja tidak mengajarkan bahwa bumi itu datar. Tetapi para Paus telah
mengajarkan hal-hal yang ternyata salah seperti ide bahwa matahari berputar
mengelilingi bumi.
Ya. Hal ini sangat benar bahwa individu-individu dalam Gereja – termasuk beberapa Paus –
mempunyai berbagai ide dan pendapatnya tentang segala hal yang terbukti salah atau hanya
sebagian yang akurat. Namun, hal ini tidak ada hubungannya dengan keadaan tak dapat
berbuat salah. Keadaan tak dapat berbuat salah (infallibility) sebenarnya adalah klaim yang
sangat terbatas sekali. Apa menjadi dasarnya adalah sbb: bila paus mengajar masalah iman
dan moral tertentu yang mana suatu doktrin adalah masalah yang penting bagi Iman, maka
dia akan dilindungi oleh karisma (rahmat) khusus dari munculnya kesalahan pengajaran. Jadi,
misalnya, ketika Gereja mendefinisikan secara dogmatis bahwa Yesus Kristus adalah pribadi
kedua Allah, maka Paus dalam hal ini berbicara secara tidak bisa salah (infallibly). Namun,
jika paus menyatakan bahwa sepertinya akan turun hujan hari ini atau memberikan pendapat
tentang perlunya subsidi pertanian atau mengomentari musik Bob Dylan, maka pendapatpendapat paus tersebut jelas tidak dilindungi oleh keadaan tak dapat salah (infallibility).
Pada kenyataannya, kuasa gereja terhadap keadaan tak dapat berbuat salah adalah hal yang
langka (jarang terjadi). Sebagai contoh, pada masa Galileo, paus adalah seorang penggemar
astronomi, dan ia sendiri memiliki teori mengenai pergerakan tubuh surgawi, yang mana ia
berbagi ide ini bersama Galileo dalam suatu korespondensi pribadi. Tetapi teori-teori
astronomi paus ini terbukti salah. Tetapi yang perlu diingat adalah ketika ia berbicara
astronomi maka ia berbicara bukan sebagai seorang paus, ia hanya berbicara sebagai orang
yang kebetulan menikmati astronomi sebagai hobinya.
14. Huh? Saya pikir Gereja dalam Abad Kegelapan takut terhadap sains dan itulah
sebabnya mereka menganiaya Galileo. Bagaimana paus dapat tertarik pada astronomi?
Ini cerita yang lain. Jika kita berbicara tentang sejarah, adalah hal yang bagus untuk
mempelajari beberapa istilah yang digunakan oleh para sejarawan. “The Dark Ages” adalah
istilah yang tidak memiliki arti yang mana istilah ini sendiri telah ditolak oleh para sejarawan
yang sejati. Periode di mana Galileo (1564-1642) hidup secara umum disebut sebagai Late
Renaissance (Pencerahan Akhir). Ini ditandai dengan memperbaharui minat dalam bidang
sains dan seni, dan ternyata patron (pelindung) besarnya adalah Gereja Katolik. Memang,
seperti yang dicatat oleh Dr Thomas Woods dalam karyanya How the Catholic Church Built
Western Civilization(Bagaimana Gereja Katolik Membangun Peradaban Barat): “Selama
lima puluh tahun, hampir semua sejarawan yang meneliti masalah sains – termasuk AC
Crombie, David Lindberg, Edward Grant, Stanley Jaki, Thomas Goldstein, dan JL
Heilbron — menyimpulkan bahwa Revolusi Ilmu Pengetahuan berhutang budi kepada
Gereja Katolik. “

15. Tapi saya pikir Gereja selalu menganiaya kaum ilmuwan dan pemikir rasional.
Novel Angels and Demons mengatakan bahwa Copernicus dibunuh karena
mengajarkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
Ya, itu benar. Dan yang harus menjadi petunjuk pertama anda adalah bahwa novel Angels
and Demons dan ditulis oleh orang yang baik mampu atau tidak mungkin berbicara tentang
kebenaran fakta sejarah.
Dalam kenyataannya, Copernicus (1473-1543) adalah seorang imam Katolik Polandia yang
memiliki teori heliosentris yang justru tidak menimbulkan reaksi tertentu dari otoritas Gereja
selama masa hidupnya hingga dia meninggal akibat penyakit stroke pada usia tujuh puluh
tahun. Benar-benar tidak ada bukti sama sekali yang menunjukkan klaim Dan Brown bahwa
Copernicus itu dianiaya dan dibunuh karena pandangan heliosentrisnya.
16. OK, mungkin Copernicus tidak dibunuh. Tapi bukankah dia masih bersitegang
dengan otoritas Gereja karena beranggapan bahwa Iluminati itu memiliki pemikiran
yang bebas tentang sains dan rasionalitas?
Maaf, tidak demikian yang terjadi. Pada saat Illuminati dikenal sebagai komunitas rahasia
yang mendedikasikan dirinya pada prinsip Pencerahan (Enlightenment), maka yang terjadi
adalah bahwa Pencerahan adalah gerakan abad kedelapanbelas dan Illuminati itu sendiri
didirikan pada tahun 1776, berabad-abad setelah tokoh-tokoh seperti Copernicus,
Galileo, dan Bernini (Brown mengklaim mereka menjadi anggotanya) berada di alam kubur
karena berbagai penyebab alamiah, dengan demikian mereka mati bukan karena dibunuh.
17. Tapi saya pikir Brown secara cermat melakukan penelitian dalam novelnya?
Belajarlah hidup dengan kekecewaan. Klaim Brown tentang ”penelitian yang cermat” itu
dipenuhi sampah yang bermaksud untuk ditampilkan pada pertunjukkan khusus ketika ia
tetap memegang teguh “sejarah Illuminati” yang seharusnya terjadi – maka itulah yang
memotivasi dia menulis novel Angels and Demons, hal ini nampak pada plot cerita sbb:
Saya di ada bawah terowongan wisata Kota Vatikan yang disebut il passetto – jalan lintasan
sembunyi yang digunakan oleh para Paus jaman dulu untuk melarikan diri dari serangan
musuh. Menurut para sarjana yang mengadakan tour wisata ini, salah satu hal yang paling
dikhawatirkan Vatikan adalah musuh lamanya yang adalah persaudaraan rahasia yang
lantas dikenal sebagai Illuminati – yakni “kaum yang mendapatkan pencerahan” – sekte
kaum ilmuwan jaman dulu yang menaruh dendam terhadap Vatikan karena perbuatannya
terhadap kaum ilmuwan seperti Galileo dan Copernicus. Saya tertarik oleh penggambaran
karakter ini, persaudaraan anti-agama yang bersembunyi di katakombe Roma (ruang bawah
tanah). Kemudian, ketika sarjana modern menambahkan bahwa banyak sejarahwan yakin
Illuminati masih aktif dan salah satu kekuatan hebatnya yang tak kelihatan itu muncul di
dunia politik, saya semakin tertarik saja … oleh sebab itu saya harus menulis sebuah thriller
Illuminati.
Ya, inilah masalahnya: Passetto di Borgo sebenarnya adalah jalan lintasan yang ditinggikan,
bukan suatu “terowongan” yang tersembunyi “di bawah Kota Vatikan”. Hal seperti ini dan
banyak klaim Dan Brown lainnya, seperti catatannya bahwa setiap Gereja di Roma adalah
Katedral (ini sama sekali tidak benar, hanya Gereja yang menjadi kediaman Uskuplah yang
disebut Katedral); lalu ia juga salah menyebutkan Musei Vaticani; gagal menangkap sejarah
berbagai macam kuburan dan sebagainya, menyuguhkan fakta bahwa Dan Brown benarbenar tidak tahu apa yang ia bicarakan. Ini sama halnya apabila orang Italia menulis, “Saya
lagi berada di Monumen Washington, sambil memandang keluar kota Philadelphia, lalu

muncul inspirasi untuk menulis tentang buku Perjuangan Lincoln dalam menyusun Deklarasi
Kemerdekaan”.
Dan Brown jelas tidak tahu apa yang dia bicarakan ketika dia masih saja memegang teguh
kesalahannya tentang keahliannya di bidang seni, sejarah, dan arsitektur kota Roma (dan
khususnya tentang sejarah Gereja dan hubungannya dengan sains), dan lucunya Dan Brown
sangat terampil membuat anda nyaman menjadi seorang badut yang tak berpendidikan
apabila anda berani menantang pendapatnya. Efek ini menjadi dua kali lipatnya (apalagi bila
Anda yang benar-benar tahu sejarah), ketika dia berbicara tentang “sosok seorang sarjana tak
dikenal” yang menggambarkan Illuminati “bersumpah untuk membalas” untuk kejahatan
yang dilakukan kepada kaum ilmuwan seperti Galileo dan Copernicus.
Sejak era Copernicus, yang kenyataannya dianggap cukup baik oleh otoritas Gereja (karya
Copernicus sebenarnya dikutip oleh Pope Leo X dalam pembahasan tentang reformasi
kalender), orang pasti akan bertanya apa yang sebenarnya dituntut dalam novel Angels and
Demons itu?
18. OK. Lupakan Copernicus, tetapi Anda masih harus mengakui bahwa Galileo
mendapatkan perlakuan buruk di tangan Gereja karena ia membela ilmu pengetahuan
dan rasionalitas.
Memang benar bahwa Galileo diperlakukan tidak adil oleh otoritas Gereja – tetapi bukan
karena dia berdiri di sisi sains. Kontroversi Galileo adalah masalah yang cukup kompleks:
jauh lebih kompleks daripada narasi kartun “Kaum Pemikir vs Gereja yang samar-samar”,
suatu cerita yang dikarang lama sekali setelah kematian tokohnya. Jika Anda ingin bisa
mendapatkan
detail
informasi
tentang
kisah
Galileo
silahkan
klik http://www.catholic.com/library/Galileo_Controversy.asp.
Di atas masalah ini semua, ada eksekusi Giordano Bruno (oleh otoritas sipil), bukan karena
karyanya dalam bidang sains, tetapi karena pendapatnya yang sesat (heretik) tentang hal-hal
sebagaimana yang ada dalam doktrin Trinitas. Apa yang salah dan tidak adil itu sampai saat
ini tidak benar-benar ditemukan adanya bukti kongkrit – adanya abad yang panjang dalam
“perang melawan dunia sains” oleh Gereja Katolik, terutama sejak adanya perlakukan
ketidakadilan yang terjadi, ilmu pengetahuan malah dapat melanjutkan usahanya secara
antusias atas dukungan Gereja di seluruh Eropa. Penemuan-penemuan Katolik yang
disebut sebagai “universitas” malah mendukung kaum ilmuwan Katolik untuk
melakukan penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang sedang naik daun
ketika itu sementara Roma sendiri sibuk mendukung pembangunan fasilitas penelitian
ilmiah seperti pusat observasi.
19. Lalu bagaimana saya bisa mendengar adanya penganiayaan terhadap Galileo begitu
seringnya sebagai suatu permusuhan Gereja Katolik terhadap Sains?
Pertanyaan penting untuk diri anda adalah begini, “Jika Galileo adalah suatu contoh yang
kelihatannya buruk dan tipikal Katolik karena adanya kebencian terhadap dunia ilmu
pengetahuan dan akal (rasionalitas), bagaimana saya hanya bisa mengambil satu contoh
yakni Galileo sendiri?” Alasannya sederhana: Galileo adalah sebuah perkecualian yang
ditinggi-tinggikan sebagai suatu simbol oleh orang-orang yang hidup berabad-abad lamanya
setelah kontroversi itu terjadi, sehingga mereka dapat mengklaim Gereja membenci ilmu
pengetahuan dan akal. Sementara itu, kalangan ilmuwan Katolik seperti Louis Pasteur,
Gregor Mendel, Pierre dan Marie Curie, dan Fr. Georges Lemaitre tetap melanjutkan
penelitiannya di bidang sains dengan dukungan dan persetujuan dari Gereja. Dan hasil

karya mereka ini memberikan kontribusi yang besar di bidang genetika, kedokteran,
fisika, kosmologi, dan bidang lainnya. Sains, akal, dan Iman adalah kawan lama.
Salah satu dari orang kudus terbesar Gereja adalah tokoh yang tidak melakukan sesuatu
apapun namun ia berpikir sepanjang waktu dengan cara-cara yang menantang dunia modern
dengan terang rasionalitasnya. Ia adalah adalah Santo Thomas Aquinas, dan dia dipandang
sebagai salah satu filsuf terbesar yang pernah hidup, bahkan oleh kalangan non-Katolik
sekalipun. Gurunya adalah Santo Albertus Agung, yang juga penulis sejumlah risalah ilmiah
dan ia juga diangkat menjadi orang kudus oleh Gereja.
20. Saya tidak tahu apa-apa tentang mereka. Tetapi saya mengetahui bahwa pada tahun
1668, Gereja melakukan pembantaian yang besar terhadap beberapa pikiran ilmiah
yang terbaik di masa itu dalam suatu tindakan kejahatan yang dikenal dalam sejarah
sebagai La Purga. Novel Angel and Demons mengatakan bahwa Gereja menculik empat
ilmuwan Illuminati dan mereka lantas dicap pada dada dengan simbol salib dengan
maksud untuk membersihkan dosa-dosa mereka. Lalu Gereja mengeksekusi mereka
dan melemparkan tubuh mereka di jalan sebagai peringatan kepada orang lain untuk
menghentikan pertanyaan mereka terhadap ajaran Gereja khususnya pada hal-hal
ilmiah.
Seperti yang telah kita bahas tadi, Anda akan disarankan tidak mendapatkan informasi faktual
dari Dan Brown, Anda bertanggung jawab untuk mengulang fitnah, seperti yang baru saja
Anda lakukan. Dalam fakta yang sebenarnya, tidak ada kejahatan yang dikenal sebagai
sejarah La Purga. Tidak seorang pun telah diculik, dicap, dibunuh karena menjadi
seorang ilmuwan, dan tidak juga jasad mereka dilemparkan ke jalanan sebagai
peringatan kepada orang lain. Memang, seperti yang kita catat, Illuminati tidak akan
eksis lebih dari satu abad, sehingga tidak masuk akal bagi mereka untuk dihukum mati
di tahun 1668. Itu bahayanya dari karya sastra semacam ini.
Orang menjadi sangat bingung dimana fiksi ini berakhir dan dimana “penelitian yang tidak
bercacat ini” diawali dan sering kali kisah ini ditiup-tiupkan sehingga orang-orang menjadi
percaya bahwa kepalsuan semacam ini terjadi dalam sejarah.
21. Mari kita kembali ke cerita tersebut. Anda dapat mengatakan apapun tentang hal
lainnya tetapi Anda tidak menyangkal bahwa Illuminati itu eksis dan mereka
bertentangan dengan Gereja, bukan?
Tidak, tidak sama sekali. Jadi apa maksudnya ? Illuminati sesungguhnya adalah sebuah
Pencerahan – era komunitas rahasia yang tujuan utamanya adalah politik. Mereka bersikap
bermusuhan dengan Gereja (seperti halnya beberapa komunitas rahasia lainnya di abad
kedelapanbelas) bukan karena mereka peduli dengan tokoh-tokoh seperti Copernicus,
Galileo, atau Bernini, dan bukan juga karena adanya informasi palsu tentang
pembantaian kalangan ilmuwan di tahun 1668, tetapi karena mereka memiliki
semangat revolusioner yang tinggi yang berasal dari kalangan intelektual Eropa waktu
itu. Pandangan mereka adalah bagian dari ide matang yang akan menemukan ekspresinya,
bukan dalam kebangkitan ilmu pengetahuan, tetapi pada Revolusi Perancis dan gerakan
politik sejenis di akhir abad kedelapanbelas dan awal abad kesembilanbelas. Sesungguhnya,
Illuminati bukanlah kreator dari revolusi ilmu pengetahuan itu namun mereka adalah gerakan
politik yang terinspirasi oleh revolusi saintifik tersebut. Keberhasilan metode ilmiah telah
menimbulkan kepercayaan diri di antara orang-orang yang dangkal ilmunya sehingga sains
dapat menjadi “Teori Yang Dapat Menjelaskan Segala Sesuatu”. Ini adalah kelemahan

manusia untuk mengangkat karya mereka ke hadapan orang-orang yang bodoh. Tetapi hal ini
tidak berarti karya mereka buruk. Ini hanya berarti bahwa mereka membuat semacam allah
yang jelek. Dunia sains adalah satu diantara banyak hal yang menghasilkan alat yang canggih
tetapi menghasilkan allah yang sangat buruk.
Sementara itu, pencipta dari Revolusi Ilmiah itu sendiri biasanya adalah orang-orang Katolik.
Karena pandangan Kristen lah yang membuat Revolusi Ilmu Pengetahuan menjadi sesuatu
yang mungkin terjadi dengan pengertian tidak ada satu budaya pun dalam sejarah dunia yang
mengadakannya.
22. Apa yang anda maksudkan?
Diantara yang hal-hal lain, budaya Katolik didirikan atas keyakinan bahwa alam semesta,
walau kelihatannya rumit namun masuk akal. Fakta yang kita anggap selama ini hanya
menunjukkan berapa banyak kesalahan yang kita buat bahwa kekayaan (modal) Katolik
diwariskan oleh leluhur kita selama berabad-abad hanya secara otomatis nampaknya benar
untuk semua orang di setiap waktu. Kenyataannya, iman dalam aspek alam semesta-nya yang
abstrak bukanlah merupakan bukti nyata sekali, dengan mengambil contoh, orang-orang
Sumerian kuno (dan banyak budaya pagan lainnya).
Dalam budaya pagan pra-Kekristenan, iman sama sekali bukan hal yang harus jelas bahwa
alam semesta harus masuk akal. Bahkan dalam pandangan berbagai agama, anda dapat
melihat bahwa allah itu plin-plan, keras kepala, dan bahkan kontradiktif – atau bahkan
mereka sendiri akhirnya tunduk pada kuasa-kuasa seperti keberuntungan, kepasrahan atau
takdir – dengan demikian hal ini tidak menunjukkan adanya dasar untuk menyatakan bahwa
anda memahami mengapa dunia ini bekerja dengan caranya sendiri.
Oleh karena itu, tidak ada dasar metafisik untuk mencoba memahami dunia ini melalui sains.
Jadi, seluruh peradaban pagan dapat bangkit dan jatuh tanpa pernah mencoba sesuatu seperti
sains, kecuali menemukan, katakanlah, ilmu matematika yang belum sempurna yang
diperlukan untuk membangun pyramid, atau menghitung gerhana yang akan datang atau
banjir yang datang dari sungai Nil. Menurut istilah sejarawan Fr. Stanley Jaki, “Revolusi
Saintifik gagal dalam setiap peradaban.”
23. Bagaimana dengan Kekaisaran Romawi? Secara ilmiah kerajaan terus sangat maju
di jamannya, bukan?
Tidak juga. Roma memang unggul dalam beberapa aspek rekayasa mesin dan matematika
terapan. Tetapi kemajuannya terhambat, sepertinya halnya yang menimpa dunia praKekristenan lainnya dengan melihat fakta bahwa tidak ada catatan mengenai martabat
manusia yang inheren, yang berarti kemajuan tersebut dibangun atas budak-budak seperti
peradaban manusia lainnya sejak permulaan waktu. Akibat dari praktek perbudakan ini
adalah bahwa rata-rata orang Romawi, seperti sisa peradaban pra-Kekristenan lainnya,
merasa tidak perlu secara khusus mendorong penelitian dan kemajuan teknologi, yang antara
lain adalah teknologi mesin yang dapat menggantikan tenaga manusia.
24. Jadi perbedaan apakah yang dibuat oleh dunia Kekristenan?
Peradaban Kristen berdasarkan pemahaman yang berbeda tentang Tuhan dan manusia
perlahan-lahan mulai menggunakan tekanan pada budaya, suatu tekanan yang
membangkitkan Revolusi Saintifik. Misalnya, keyakinan Kristen adalah bahwa Allah tidak

sewenang-wenang, berubah-ubah, dan irasional tetapi sebaliknya secara akal manusia, Dia
dapat diketahui (karena Dia menyatakan dirinya kepada kita melalui pribadi Yesus Kristus).
Oleh karena itu sejalan dengan hal ini maka seperti halnya juga dengan Pencipta, begitu
pulalah ciptaanNya; alam semesta harus dapat dipahami, dan pikiran manusia adalah untuk
memuliakan Allah ketika kita mencoba memahami bagaimana alam semesta ini bekerja.
Seperti dalam mazmur yang berbunyi, “Langit menyatakan kemuliaan Allah” (Mazmur 19:1).
Kepercayaan Gereja ini lambat-laun bekerja sebagai racun dalam tubuh peradaban pagan
yang menjalankan perbudakan, yang tidak ada penawarnya dan lantas termakan oleh
racunnya (walaupun, dengan perasaan sedih sejarah Kristen juga mengambil bagian dalam
perdagangan budak). Tetapi kenyataan yang terekam bahwa dengan kemajuan peradaban
Kristen seperti yang kita lihat, untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia,
perbudakan itu mulai ditinggalkan. Pada saat perbudakan ini ditinggalkan, ada banyak
dorongan untuk mencoba ilmu pengetahuan sebagai cara melakukan pekerjaan yang dulu
dilakukan oleh kaum budak belian. Memang, berabad-abad sebelum Renaissance melihat
kepentingan dalam sains dan perlunya menggunakan akal sehat di seluruh Eropa pada abad
pertengahan,
seperti
yang
ditunjukkan
oleh
esai
gembira
ini http://faculty.ugf.edu/jgretch/syllabi/psy450DeRevolutione.pdf. (ditulis dalam bentuk
dialektik abad pertengahan seperti yang pernah ditulis juga oleh St Thomas Aquinas).
Omong-omong, karena begitu banyak orang menikmati informasi sejarah melalui fiksi, maka
izinkanlah
kami
merekomendasikan
beberapa
cerita
fiksi
yang
bagus
(lihat http://www.analogsf.com/nebulas09/QUaestionares.shtml) yang dibuat oleh pengarang
esei di atas (fiksi ilmiah karya Michael F. Flynn) yang telah melalui penelitian yang baik, di
mana dalam bukunya kita bisa mendapatkan cita rasa yang aktual, bernilai intelektual tinggi
dari masyarakat Eropa Katolik pada abad pertengahan lampau. Tentunya, kisah tersebut
merupakan suatu narasi. Namun inti kisah tersebut (tidak seperti novel Angels and
Demons tentunya) adalah bahwa Eropa Katolik begitu terpesona oleh ilmu pengetahuan dan
ini merupakan hasil dari Katolisisme Eropa Katolik.
25. Ya, hal ini mungkin telah menjadi kebenaran beberapa abad yang lalu, tetapi
bukankah sikap dari Gereja modern saat ini sangat berbeda? Sepertinya ada
kekhawatiran bahwa jika manusia mengembangkan teknologi untuk berdiri di dua
kakinya (seperti energi anti-materi dalam novel (film) Angels and Demons) maka dia
akan cukup dewasa dan bisa menghidupi dirinya sendiri sehingga tidak perlu sikap
fantasi kanak-kanak seperti Allah lagi.
Berbicara tentang fantasi anak-anak, tidak layak disebutkan bahwa Dan Brown tidak hanya
mendapatkan fakta-fakta mengenai Gereja Katolik secara kebablasan – dia juga membuat
para ahli fisika tergila-gila dengan klaimnya yang bombastis yang diyakini oleh orang-orang
dengan iman kanak-kanak dalam gayanya sebagai seorang “peneliti yang cermat”. Sebagai
contoh, dalam Q dan A pada situsnya (tertulis ia memberikan “fakta di balik fiksi”), Dan
Brown mengenakan samarannya sebagai seorang yang pandai membaca dan menjawab
pertanyaan bahwa “Apakah anti-materi nyata?” Dia jawab : Pasti.
Anti-materi adalah sumber segala energi. Anti-materi melepas energi dengan efisiensi 100%
(fisi nuklir adalah 1,5% efisien.) Anti-materi adalah 100.000 kali lebih kuat dibandingkan
dengan ahan bakar roket. Satu gram anti-materi mengandung energi sebesar dua puluh
kiloton bom atom – ukuran bom yang jatuh di Hiroshima. Selain menjadi sangat eksplosif,
anti-materi sangat tidak stabil dan akan menyatu ketika datang kontak dengan sesuatu……
bahkan udara. Ia hanya dapat disimpan dengan cara menangguhkannya dalam dalam bidang
elektromagnetik dalam sebuh kaleng vakum yang kecil. Jika bidang elektromagnetiknya

gagal dan anti-materinya jatuh maka hasilnya adalah konversi materi/anti-materi secara
“sempurna” yang oleh ahli fisika disebut “pembinasaan”.
CERN secara teratur sedang memproduksi dalam jumlah kecil anti-materi dalam penelitian
mereka untuk sumber energi masa depan. Anti-materi sangat menjanjikan sekali, yang mana
ia tidak menciptakan polusi atau radiasi, dan satu titik kecil anti-materi dapat membangkitkan
daya listrik di kota New York selama sehari penuh. Dengan bahan bakar fosil yang hampir
habis, potensi yang dapat dimanfaatkan oleh anti-materi menjadi sebuah lompatan besar
untuk masa depan planet ini. Tentu saja, menguasai teknologi anti-materi membawa dilema
yang mengerikan. Apakah teknologi yang sangat canggih ini akan menyelamatkan dunia, atau
akan digunakan untuk menciptakan senjata yang paling mematikan yang pernah dibuat?
Hanya disini masalahnya. Kisah ini semuanya sampah – dan sampahlah pula itu diyakini oleh
banyak orang kalau CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir) telah benar-benar
memasang sebuah halaman web untuk membantu mendidik orang yang dibuat bodoh oleh
Dan Brown. Sebab kenyataannya bahwa anti-materi tidak menjanjikan sebagai sumber
energi. Mengapa? CERN memberitahukan kita sbb:
Tidak ada kemungkinan untuk menggunakan energi anti-materi sebagai ‘sumber’. Tidak
seperti energi matahari, batubara atau minyak, anti-materi tidak terjadi di alam; pertama kita
harus membuat setiap anti-partikel, dan kita harus menginvestasikan lebih (banyak) energi
daripada yang kita dapatkan selama terjadinya pembinasaan. Anda bisa bayangkan antimateri sebagai media penyimpanan energi, seperti kebanyakan dari kita menyimpan listrik
pada baterai yang dapat diisi-ulang. Proses pengisian baterai dapat dibatalkan dengan
kerugian relatif kecil. Meski demikian, dibutuhkan lebih banyak energi untuk mengisi baterai
daripada apa yang akan Anda dapatkan kembali.
Ketidakefisienan dari produksi anti-materi adalah sangat besar sekali: Anda hanya
mendapatkan sepuluh per satu triliun (10/1 triliun) dari energi yang diinvestasikan untuk
kembali. Jika kita dapat mengumpulkan semua anti-materi yang pernah kita buat di CERN
dan menghapuskannya dengan materi, maka kita akan memiliki cukup energi untuk satu
cahaya bola lampu listrik selama beberapa menit.
26. OK, jadi Dan Brown tidak memahami secara benar ilmu pengetahuannya. Tetapi ia
masih mengetengahkan suatu poin bagaimana ilmu pengetahuan modern secara
konstan menunjukkan bahwa iman Gereja adalah tahayul, bukan?
Apakah Anda punya bukti untuk klaim ini? Klaim kusut ini terletak di bagian belakang dari
aksi-aksi dalam novel (film) Angel and Demons. Pemeran penjahatnya takut akan percobaan
fisika yang entah bagaimana membasmi iman dalam Tuhan. Tetapi itu tidak mungkin. Ilmu
pengetahuan adalah alat untuk mempertanyakan hal-hal yang menyangkut masalah waktu,
ruang, materi dan energi. Adalah hal yang sia-sia sekali untuk membuktikan atau menolak di
luar realita waktu, ruang, materi dan energi, seperti halnya ketidakberadaan Allah yang
transenden yang mendiami seluruh benda-benda ini dan yang menjadi Pencipta dari bendabenda tersebut. Tidak ada penemuan ilmiah yang mungkin bisa dihasilkan yang menyangkal
keberadaan Allah, atau menyuguhkan kepada kita pengetahuan pribadi akan Allah yang
dengan demikian pewahyuan Kristus dapat digantikan oleh sains. Dan Brown adalah orang
yang tidak peduli terhadap dasar teologi dan seolah-olah dia adalah dasar pengetahuan.

27. Bagaimana dengan Darwin? Bukankah ia sendiri menyangkal bahwa Tuhanlah
yang menciptakan manusia?
Ia tidak menyangkal sama sekali. Teori Darwin tentang Seleksi Alam memiliki kekuatan
untuk memberikan penjelasan tentang sejumlah aspek perkembangan biologis mahluk hidup.
Pada suatu hari, apa yang Darwin katakan, sama seperti yang dikatakan ilmuwan lainnya,
adalah, “Karena adanya atribut (properti) inheren dalam waktu, ruang, materi, dan energi,
maka kami dapat mengkonstruksikan gambaran yang wajar bagaimana dunia fisik itu
bekerja”. Dalam kasus darwin, aspek dunia fisik yang perlu dijelaskan adalah bagaimana
organisme yang hidup itu telah mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama dan
panjang dan mungkin ini sekaligus bisa menjelaskan bagaimana mereka itu eksis. Tapi apa
yang Darwin katakan, sama seperti ilmuwan lainnya, mereka tidak bisa
menggambarkan “Mengapa waktu, ruang, materi, dan energi memiliki atribut (properti)
dalam diri mereka?” Atau lebih spesifik lagi, “Mengapa di dunia ada sesuatu
(contohnya mahluk hidup) dibandingkan dunia itu tidak memiliki apa-apa (kosong) ?”
Cepat atau lambat, ketidakberdayaan dunia Sains untuk menjawab pertanyaaan seperti itu
akan membuat kita kembali kepada filosofi dan akhirnya ke teologi sebagai jawaban
mutakhir. Agama Kristen tidaklah membahayakan Sains, bahkan agama itu sebenarnya dapat
dipahami.
28. Tidakkah Sains bertentangan dengan Kitab Kejadian?
Tidak lebih dari apel yang berbeda dengan jeruk. Kitab Kejadian tidak ditulis sebagai buku
pelajaran biologi. Kitab Kejadian ditulis untuk mengajarkan sebuah kebenaran rohani: bahwa
manusia adalah ’hewan’ rasional “setengah malaikat dan setengah sesat,” seperti memiliki
dua sayap, satu untuk dirinya sendiri dan satu untuk menyembah Penciptanya. Kami adalah
hewan, tetapi hewan “yang dibuat dalam gambar dan rupa Allah.” Alkitab menjelaskan rupa
ini seperti: Allah membuat tubuh manusia dari debu bumi (Ibrani: adamah) dan kemudian
menghembuskan nafas ke dalam debu tersebut untuk menciptakan kehidupan manusia
pertama (Adam). Jadi dalam namanya itu, manusia diingatkan bahwa ia adalah produk dari
barang-barang sekunder seperti tanah. Semua teori evolusi benar-benar memberitahu kita
bahwa Allah menggunakan banyak sekali penyebab sekunder dan Allah perlu waktu yang
lama sekali untuk membuat model manusia dari debu di bumi. Ia tidak memberitahu kita
mengenai asal usul dari jiwa manusia. Oleh sebab itu kita membutuhkan wahyu dari Allah.
Dan wahyu memberitahu kita bahwa jiwa itu diciptakan langsung oleh Tuhan.
Yang menarik tentang semua hal ini adalah bahwa St. Agustinus pada dasarnya berhasil
memetakan cara yang apik untuk membaca kembali Kitab Kejadian seperti di abad keempat
lalu, dan Gereja masih memegang sikapnya sampai saat ini: Memang tidak jarang terjadi
bahwa Kitab Kejadian mengandung sesuatu tentang bumi, langit, dan tentang elemen lainnya
dari dunia ini. Juga ditemukan pada Kitab Kejadian adanya gerakan dan rotasi atau bahkan
posisi dan jarak dari bintang-bintang, tentang gerhana matahari dan bulan, tentang perjalanan
tahun dan musim, tentang sifat binatang, buah-buahan, batu, dan hal-hal lainnya, dimana halhal tersebut mungkin lebih mudah dipahami melalui pemikiran atau pengalaman, atau bahkan
oleh orang yang bukan Kristen sekali pun.
Rasanya memalukan dan sangat perlu untuk dihindari bahwa orang non-Kristen harus
mendengarkan orang Kristen yang berbicara begitu bodohnya mengenai masalah Penciptaan,
seakan-akan bicaranya cocok dengan tulisan-tulisan Kristen, bahwa ia hampir tidak mungkin
menghindari adanya ketidakcocokan (yang menimbulkan tertawaan) ketika ia melihat
bagaimana sesungguhnya kesalahan tersebut ada dalam Kitab Suci. Dalam pandangan ini dan

supaya tetap ada dalam pikiran kita sambil terus berhubungan dengan kitab Kejadian, saya
tegaskan, sejauh yang saya mampu, agar Kitab Kejadian itu dijelaskan secara rinci dan
digunakan untuk menjawab ayat-ayat yang kabur dengan tujuan bukan untuk menyatakan
secara tergesa-gesa syakwangska kepada orang non Kristen tersebut dan dengan demikian
cara ini bisa menjelaskan orang lain secara lebih baik (The Literal Interpretation of Genesis
1:19-20 [A.D. 408]).
Kitab suci adalah buku mengenai iman. Oleh karena itu, seperti yang saya telah catat
berulang-ulang, jika ada orang yang tidak memahami maksud dari pesan ilahi tersebut, dan
menemukan sesuatu (terutama tentang dunia fisik universal) di buku-buku kami, atau
mendengar dari berbagai macam buku, tentang masalah Penciptaan yang kelihatannya sangat
bervariasi dan memiliki persepsi yang berbeda-beda secara akal sehat, maka hendaklah ia
yakin bahwa hal-hal lain tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan peringatan atau
catatan, atau bahkan prediksi Kitab Suci.
Singkatnya, bahwa penulis Kitab Suci mengetahui kebenaran dari sifat atau peristiwa di
langit, tetapi hal ini tidak berhubungan dengan kehendak Roh Allah, yang berbicara melalui
para penulis Kitab Suci bahwa seyogyanya mereka tidak perlu mengajar manusia sesuatu
yang tidak akan berguna bagi keselamatan mereka (ibid., 2:9).
Namun permasalah bertambah ketika 4 orang kandidat paus (prefiriti) baru saja di culik dan si penculik
meninggalkan “jejak” berupa symbol ambigram “Iluminati” yang diketahui pernah bertolak belakang dengan
agama Katolik dan di masa lalu dan bersitegang. Penculik juga mengancam untuk membunuh satu-persatu
preferiti selang satu jam, dan tepat tengah malam akan meledakkan bom, dimana bom itu sendiri adalah
antimateri yang dicuri dari CERN. Padahal, jika antimateri itu sampai meledak, bukan hanya Vatikan yang akan
musnah, melainkan sebagian kota Roma juga bisa terkena imbas dari ledakan bom yang mempunyai kekuatan
beberapa kali dari bom Atom.

Penerusuran Prof. Robert Langdon dibantu oleh salah satu peneliti dari CERN yang bernama Vittoria Vetra. dari
awal pencarian Prof. Robert Langdon sudah menemukan berbagai macam symbol yang mengarah pada satu
gerakan bawah tanah yaitu “Iluminati”. Cerita pun berjalan sampai 2 orang preferiti mati karena terlambat
diselamatkan walaupun mereka berhasil menemukan tempat pembuhannya, Nah pada preferiti yang ke 3
dengan