Teknik Sipil Teknik Gempa B

1. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Cor Beton pada Struktur Rumah

1 Lantai dan Rumah 2 Lantai

Advertisement

Tulisan saya kali ini cukup sederhana, tapi kurang lengkap rasanya jika saya tidak menulis tentang hal ini. Karena ini adalah rangkuman dari proses Pelaksanaan Pekerjaan Cor Beton pada Struktur sebuah Rumah, Gedung, atau bangunan lainnya, seperti Kantor, Ruko, dan sebagainya.

A. Tahapan Pekerjaan Cor Beton pada Rumah 1 Lantai

Disini saya memaparkan jika Rumah tersebut menggunakan Pondasi Setempat. Pelaksanaan Pengecoran-nya dilakukan secara berurutan, sesuai dengan Gambar 1 dibawah ini.

( Gambar 1 . Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Rumah 1 Lantai)

1. Pengecoran Tapak Pondasi (A) , yang fungsi-nya memikul semua beban diatasnya, yaitu berat Struktur, Dinding, Kusen dan Pintu, Atap, Plafon, Elektrikal, Plumbing, dan semua item pekerjaan Finishing.

2. Pengecoran Kolom diatas Pondasi / Kolom dibawah Sloof (B) , yang fungsi-nya menyalurkan semua beban diatas-nya ke Tapak

Pondasi.

3. Pengecoran Sloof (C) , yang berfungsi sebagai Pondasi Menerus yang memikul berat Dinding, Kusen, Pintu, dan Jendela

diatasnya. Juga sebagai Pengaku bagi semua Kolom dibawah Sloof (B)

4. Pengecoran Kolom Praktis (D) , yang biasanya dilakukan setelah pemasangan Dinding Rumah, yang bisa dibuat dari Batubata, Hebel, Batu Kapur, atau Batako. Fungsi Kolom Praktis ini adalah agar semua pasangan Dinding tersebut dapat berdiri kokoh dan tidak mengalami retak di kemudian hari.

5. Pengecoran Ring Balok (E) , dilakukan setelah semua pasangan Dinding Rumah dan pengecoran Kolom Praktis (D) selesai. Fungsi-nya adalah sebagai Pengaku bagi semua pasangan Dinding Rumah dan Kolom Praktis tersebut, juga sebagai Dudukan yang kokoh untuk pemasangan Rangka Kuda-kuda Atap.

B. Tahapan Pekerjaan Cor Beton pada Rumah 2 Lantai

Disini saya memaparkan jika Rumah tersebut menggunakan Pondasi Setempat. Pelaksanaan Pengecoran-nya dilakukan secara berurutan, sesuai dengan Gambar 2 dibawah ini.

( Gambar 2 . Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Rumah 2 Lantai)

1. Pengecoran Tapak Pondasi (A) , yang fungsi-nya memikul semua beban Lantai 1 dan Lantai 2, yaitu berat Struktur, Dinding, Kusen dan Pintu, Atap, Plafon, Elektrikal, Plumbing, dan semua item pekerjaan Finishing.

2. Pengecoran Kolom diatas Pondasi / Kolom dibawah Sloof (B) , yang fungsi-nya menyalurkan semua beban diatas-nya ke Tapak

Pondasi.

3. Pengecoran Sloof (C) , yang berfungsi sebagai Pondasi Menerus yang memikul berat Dinding, Kusen, Pintu, dan Jendela, yang

berada di Lantai 1. Juga sebagai Pengaku bagi semua Kolom dibawah Sloof (B)

4. Pengecoran Kolom Lantai 1 (D) , yang fungsi-nya memikul semua beban pada Lantai 2, yaitu Balok Beton, Plat Lantai Beton, Kolom, Dinding, Kusen dan Pintu, Atap, Plafon, Elektrikal, Plumbing, dan semua item pekerjaan Finishing di Lantai 2.

5. Pengecoran Balok Beton Lantai 2, Plat Beton Lantai 2, dan Tangga Beton (E) , yang biasanya dilakukan sekaligus pada waktu yang sama.

6. Pengecoran Kolom Lantai 2 (F) , yang dilakukan diatas Plat Beton Lantai 2 dan Balok Beton Lantai 2.

7. Pengecoran Ring Balok (G) , yang dilakukan setelah semua pasangan Dinding Rumah Lantai 2 dan pengecoran Kolom Lantai 2

(F) selesai. Fungsi-nya adalah sebagai Pengaku bagi semua pasangan Dinding Rumah dan Kolom Lantai 2 tersebut, juga sebagai Dudukan yang kokoh untuk pemasangan Rangka Kuda-kuda Atap.

Demikian tulisan sederhana saya kali ini.. Semoga bermanfaat..

2. Cara Perhitungan Sederhana Merencanakan Pondasi Rumah dan Gedung

Dalam merencanakan Pondasi Rumah berlantai 1 atau 2 pada dasarnya tidak sulit. Dengan catatan apabila tanah dasarnya memiliki kekuatan dukung yang memadai. Tanah dasarnya bukan merupakan tanah rawa atau tanah gambut.

Untuk dapat menentukan jenis pondasi dan ukuran pondasi rumah yang akan dipakai kita harus mengetahui beban yang akan didukung oleh pondasi (yaitu berat dari Bangunan Rumah itu sendiri).

Berat Bangunan ini sendiri ada 2 macam, yaitu Beban Mati dan Beban Hidup. Beban Mati maksudnya adalah Beban Material Bangunan itu sendiri, misalnya berat Beton, berat Batu Bata, berat Kayu (kuda-kuda atap, kusen), berat Keramik, dan sebagainya.

Sedangkan Beban Hidup maksudnya adalah Beban Tambahan yang nantinya timbul pada saat suatu Bangunan telah dihuni, misalnya berat Perabot Furniture, berat Manusia, juga Gaya Gerak yang bisa ditimbulkan oleh angin.

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung tahun 1983, Beban Hidup dan Beban Mati suatu bangunan, didapat data sebagai berikut:

- Rumah tinggal = 200 kg/m2 (beban hidup) - Perkantoran, pertokoan dan ruang kelas = 250 kg/m2 (beban hidup)

- Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3 (beban mati) - Berat jenis pasangan bata = 1700 kg/m3 (beban mati)

- Berat jenis kayu = 1000 kg/m3 (beban mati).

Rumus Perhitungan Berat Bangunan (Bb) adalah:

Bb = (Luas Bangunan x Beban Hidup) + (Volume beton x Berat Jenis Beton) + (Volume Bata x Berat Jenis bata) + (Volume Kayu x Berat Jenis Kayu) + dst...

Misalnya, dari perhitungan tersebut diperoleh angka 100 ton, dan jumlah kolom atau tiangnya 20 buah, maka secara kasar (perhitungan sederhana) masing-masing kolom menahan beban 5 ton. Dengan demikian kita bisa menentukan model dan ukuran

pondasi yang akan dipakai. Jika digunakan Pondasi Tapak beton, maka perlu diketahui Kekuatan Daya Dukung Tanah nya.

Contoh Perhitungan Disain (Design) Pondasi untuk Bangunan:

Misalkan, Pondasi Tapak ini duduk pada tanah keras yang memiliki Daya Dukung = 0,5 kg/cm2. Beban yang dipikul satu kolom di atas pondasi adalah 5 ton = 5000 kg (sudah ditambahkan Faktor Keamanan).

Perhitungan:

Maka diperlukan Pondasi Tapak dengan ukuran Luas Tapak (A) :

A = Beban : Daya Dukung Tanah

A = 5000 kg : 0,5 kg/cm2

A = 10000 cm2 = 1 m2

Untuk ukuran 1 m2, Tapak Pondasi dapat dibuat berbentuk persegi dengan ukuran 1 m x 1 m, atau bentuk persegi panjang dengan ukuran 0,8 m x 1,25 m.

Demikian cara Perhitungan Sederhana dalam mendisain (design) Pondasi yang akan dipakai untuk Rumah atau Gedung. Jika ada masukan yang lain, silahkan ditambah di kolom Komentar ya...

3. Cara Menghitung Panjang Besi Kolom diatas Pondasi (Kolom dibawah Sloof) pada Pondasi Tapak

Penggunaan Pondasi Tapak ( Pondasi Telapak / Pondasi Setempat) sering dilakukan pada pembangunan sebuah Rumah atau Gedung yang memiliki ketinggian 1 lantai, 2 lantai, atau 3 lantai.

Seperti yang ditunjukkan oleh notasi A pada Gambar 1 dibawah ini.

( Gambar 1 . Contoh Penggunaan Pondasi Tapak)

Sebelum melakukan pengecoran Pondasi Tapak, Besi Kolom diatas Pondasi (B) harus sudah terpasang kuat pada Besi Pondasi

Tapak (A) . Seperti contoh Gambar 2 dibawah ini.

Pemasangan Besi (B) ini bisa dilakukan diluar lobang Galian Pondasi, bisa juga dilakukan didalam lubang Galian Pondasi, tergantung kondisi di Lapangan dan Kemudahan pekerjaan.

( Gambar 2 . Besi B dipasang pada Besi A diluar Lobang Galian Pondasi)

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah "Bagaimana Cara menentukan Panjang Besi Kolom diatas Pondasi ( B ) tersebut..?,

bagaimana Bentuknya, dan berapa Panjangnya..?)". Untuk mengetahui-nya, silahkan dilihat pada Contoh Perencanaan dibawah ini.

Contoh Perencanaan panjang Besi Kolom diatas Pondasi Tapak (B) :

A. Data yang diketahui

Diketahui elevasi Muka Tanah = 5 cm di bawah permukaan As Jalan. Direncanakan elevasi Lantai Rumah (keramik) = 50 cm di atas permukaan As Jalan.

Kedalaman Galian Pondasi = 1,5 meter dari Muka Tanah. Ketebalan Pondasi Tapak = 35 cm.

Ketebalan Lantai Kerja Pondasi (Pasir + Cor Beton) = 10 cm. Tebal Selimut Beton pada Pondasi Tapak = 7 cm.

Diatas Pondasi tersebut akan dipasang Sloof ukuran 20/35, (lebar = 20 cm, tinggi = 35 cm). Kolom diatas Pondasi memakai Besi Tulangan diameter 14 mm, db = 14mm = 1,4 cm.

B. Perencanaan dan Perhitungan

1. Misalnya direncanakan Kedalaman Galian Sloof = 15 cm dari Muka Tanah.

2. Buat Gambar Rencana Detail Pondasi dengan Lengkap, berdasarkan semua Data yang ada dan Kedalaman Galian Sloof. Maka hasilnya menjadi seperti Gambar 3 dibawah ini.

( Gambar 3 . Rencana Detail Pondasi)

3. Dari Gambar 3 diatas terlihat bahwa : Walaupun tinggi Kolom diatas Pondasi =

90 cm , namun panjang Besi Kolom diatas

Pondasi-nya jauh melebihi nilai 90 cm tersebut. Karena pada Besi ini dibutuhkan juga:

a. Panjang Tulangan Kolom yang tertanam pada Tapak Pondasi = (Lp) ,

b. Panjang Tulangan Kolom yang harus melewati Tinggi Sloof =

35 cm ,

c. Panjang Tulangan Kolom untuk Sambungan dengan Tulangan Kolom Lt.1 nantinya = (Lk) .

4. Perhitungan

a. Panjang Tulangan Kolom, Bengkokan, dan Kait Tulangan yang tertanam pada Tapak Pondasi = Lp .

( Gambar 4 .)

Lp = 35cm - 7cm + (20 x db) + (8 x db) Lp = 35cm - 7cm + (20 x 1,4cm) + (8 x 1,4cm)

Lp = 35cm - 7cm + 28cm + 11,2cm Lp = 67,2 cm =

67 cm . Keterangan : (20db dan 8db, berdasarkan kebiasaan di lapangan).

b. Panjang Tulangan Kolom dan Kait Tulangan untuk Sambungan dengan Tulangan Kolom Lt.1 = Lk .

( Gambar 5 .)

Lk = Ls + (8 x db) Lk = (48 x db) + (8 x db) Lk = (48 x 1,4cm) + (8 x 1,4cm) Lk = 67,2xm + 11,2cm Lk = 78,4 cm =

78 cm . Keterangan : (48db berdasarkan SNI tahun 2002, dan 8db berdasarkan kebiasaan di lapangan).

5. Penjumlahan, Panjang Besi Kolom diatas Pondasi / Kolom dibawah Sloof = (L) L = 90cm + Lp + 35cm + Lk L = 90cm + 67cm + 35cm + 78cm L = 270 cm .

Demikian tulisan saya kali ini.. Semoga berguna..

4. Tips dan Cara Menghitung Kebutuhan Jumlah Keramik Lantai

Rumah

Posisi pemasangan Keramik Lantai pada Rumah atau Gedung biasanya antara lain:

1. Lantai Dalam Ruangan Rumah, misalnya Ruang Tamu, Kamar Tidur, Ruang Keluarga, Ruang TV, dsb.

2. Lantai Kamar Mandi.

3. Lantai Teras, (teras depan atau teras belakang)

4. Halaman, (halaman depan atau halaman belakang)

5. Garasi (mobil atau sepeda motor)

6. Balkon.

7. dan sebagainya, tergantung disain Rumah tersebut.

Keramik Lantai yang biasa dipasang tersebut memiliki ukuran yang bervariasi, dan biasa memiliki bentuk Bujursangkar. Ada yang berukuran 20x20 (satuan dalam centimeter), ada 30x30, 40x40, 60x60, 80,80, dan sebagainya. Biasanya Ukuran 60x60 keatas adalah

berbahan Granit, Semi Granit, dan Marmer. Keramik Lantai jarang sekali memiliki ukuran lebih besar dari 40x40, kecuali Keramik Dinding.

Beberapa Hal yang Perlu diketahui sebelum Melakukan Perhitungan Jumlah Keramik Lantai:

1. Keramik yang dijual di pasaran biasanya dikemas didalam Kotak. Dalam 1 Kotak tersebut terdiri dari Beberapa Keping Keramik, yang apabila dihitung Luas Totalnya tidak semuanya berjumlah 1 m2. Ada yang 1 kotak berjumlah Tepat 1 m2, ada yang

Kurang dari 1 m2, dan ada yang lebih dari 1 m2.

2. Konsumen membeli Keramik dalam Satuan Kotak, bukan dalam satuan Meter Persegi.

3. Keramik Lantai ukuran 20x20, biasanya dalam 1 kotak berjumlah 25 keping. Ini berarti 1 kotak Keramik Tersebut sama dengan

1 m2 , karena Luasnya = 0,2m x 0,2m x 25 = 1 m2.

4. Keramik Lantai ukuran 30x30, biasanya dalam 1 kotak berjumlah 11 keping. Ini berarti 1 kotak Keramik Tersebut sama dengan 0,99 m2 , karena Luasnya = 0,30m x 0,30m x 11 = 0,99 m2.

5. Keramik Lantai ukuran 40x40, biasanya dalam 1 kotak berjumlah 6 keping. Ini berarti 1 kotak Keramik Tersebut sama dengan 0,96 m2 , karena Luasnya = 0,40m x 0,40m x 6 = 0,96 m2.

6. Keramik (Granit, Semi-Granit) Lantai ukuran 60 x 60, dalam 1 kotak ada berjumlah 3 keping. Ini berarti 1 kotak Keramik Tersebut sama dengan 1,08 m2 , karena Luasnya = 0,6m x 0,6m x 3 = 1,08 m2.

7. Keramik (Granit, Semi-Granit) Lantai ukuran 60 x 60, dalam 1 kotak ada berjumlah 4 keping. Ini berarti 1 kotak Keramik Tersebut sama dengan 1,44 m2 , karena Luasnya = 0,6m x 0,6m x 4 = 1,44 m2.

Disini Jelas terlihat bahwa, 1 kotak Keramik belum tentu Luas Keramik 1 kotak tersebut = 1 m2. Ini tergantung pada Ukuran Keramiknya dan Berapa Keping Keramik yang dikemas dalam 1 Kotak tersebut.

Contoh Perhitungan:

Dari Gambar Denah Rumah dibawah, misalkan Keramik Lantai yang hendak digunakan adalah berukuran 40x40, dan 1 kotak

Keramik tersebut berjumlah 6 keping (data ini Wajib diketahui terlebih dahulu) . Berapa Kotak Keramik Lantai (tidak termasuk Lantai Kamar Mandi) yang harus kita beli untuk kebutuhan Rumah tersebut...?

Jawaban:

1. Hitung Luas Total Lantai Rumah yang hendak dipasang Keramik (tidak termasuk Lantai Kamar Mandi). Luas Lantai = (3,5 x 3,1)+(1,65 x 1.40)+(3,5 x 3.1)+(3,14 x 5,0) = 39,71 m2 .

2. Hitung Jumlah Keramik ukuran 40x40 yang diperlukan untuk dipasang pada lantai seluas 39,71 m2 tsb . Jumlah Keramik = 39,71 m2 : 0,96 = 41,36 kotak (Cat: 1 kotak Keramik ukuran 40x40 = 0,96 m2)

3. Hitung Jumlah Keramik yang Seharusnya Dibeli (tambahkan 3% dari Perhitungan diatas) Jumlah Keramik = 41,36 kotak x 103 % = 42,60 kotak Catatan: Penambahan 3% ini berdasarkan pengalaman, untuk mengantisipasi Keramik yang Pecah dan Keramik yang tidak terpakai (Sisa Potongan).

4. Beli Keramik sejumlah 43 kotak (perhitungan dibulatkan keatas dari 42,60 kotak menjadi 43 kotak). Karena tidak mungkin kita membeli Keramik sejumlah 42,60 kotak kan...? Pada umumnya Keramik itu dijual per-Kotak, bukan per-Keping.

Demikian tulisan kali ini tentang Cara Menghitung Kebutuhan Keramik Lantai Rumah, semoga Artikel ini berguna.

5. Cara Menghitung Jumlah Semen dan Pasir pada Pekerjaan Pemasangan Batubata dan Plesteran

Pada tulisan saya sebelumnya Cara Hitung Kebutuhan Jumlah Batubata pada sebuah Rumah , telah diketahui volume Luas Dinding yang akan dipasang Batubata = 150,26 m2 , dan jumlah Batubata yang diperlukan = 10.067 buah , pada Rumah seperti Gambar 1 dibawah ini. Cara lengkap perhitungannya bisa dilihat DISINI .

( Gambar 1 )

Pada kesempatan kali ini saya akan menghitung Jumlah Semen dan Pasir Pasang yang diperlukan untuk Pemasangan Dinding Bata

tersebut, dan Jumlah Semen dan Pasir Pasang yang diperlukan untuk Pleseteran Dinding Bata tersebut.

Perhitungan Jumlah Semen dan Pasir Pasang untuk Pemasangan Dinding Bata :

Perhitungan dilakukan berdasarkan tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang berlaku, misalnya seperti Gambar 2 dibawah ini.

( Gambar 2 . AHSP A.4.4.1.9 - Pemasangan 1 m2 Dinding Bata tebal 1/2 batu Campuran 1:4)

Dengan adanya tabel AHSP diatas, perhitungan kebutuhan jumlah Semen dan Pasir Pasang bisa dilakukan dengan mudah. Yaitu dengan mengalikan jumlah Luas Dinding yang akan dipasang Batubata = 150,26 m2 dengan Koefisien Semen dan Pasir Pasang yang Dengan adanya tabel AHSP diatas, perhitungan kebutuhan jumlah Semen dan Pasir Pasang bisa dilakukan dengan mudah. Yaitu dengan mengalikan jumlah Luas Dinding yang akan dipasang Batubata = 150,26 m2 dengan Koefisien Semen dan Pasir Pasang yang

Semen yang dibutuhkan = 150,26 m2 x 11,5 kg/m2 Semen yang dibutuhkan = 1727,99 kg Semen yang dibutuhkan = 34,56 sak (jika memakai Semen yang beratnya = 50 kg/sak) Semen yang dibutuhkan = 43,20 sak (jika memakai Semen yang beratnya = 40 kg/sak)

Pasir yang dibutuhkan = 150,26 m2 x 0,043 m3/m2 Pasir yang dibutuhkan = 6,46 m3 .

Perhitungan Jumlah Semen dan Pasir Pasang untuk Plesteran :

Perhitungan dilakukan berdasarkan tabel Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang berlaku, misalnya seperti Gambar 3 dibawah ini.

( Gambar 3 . AHSP A.4.4.2.4 - Pemasangan 1 m2 Plesteran Campuran 1:4)

Dengan adanya tabel AHSP diatas, perhitungan kebutuhan jumlah Semen dan Pasir Pasang bisa dilakukan dengan mudah. Yaitu dengan mengalikan jumlah Luas Dinding yang akan dipasang Batubata = 150,26 m2 dengan Koefisien Semen dan Pasir Pasang yang tertera pada tabel Gambar 3 tersebut.

Semen yang dibutuhkan = 150,26 m2 x 6,24 kg/m2 Semen yang dibutuhkan = 937,62 kg Semen yang dibutuhkan = 18,75 sak (jika memakai Semen yang beratnya = 50 kg/sak) Semen yang dibutuhkan = 23,44 sak (jika memakai Semen yang beratnya = 40 kg/sak)

Pasir yang dibutuhkan = 150,26 m2 x 0,024 m3/m2 Pasir yang dibutuhkan = 3,61 m3 .

Perhitungan kebutuhan Semen dan Pasir pada 2 Jenis Pekerjaan ini selesai.. semoga bermanfaat..

6. Cara Menghitung Kebutuhan Jumlah Batubata pada Pembangunan sebuah Rumah

Ada 4 Data yang perlu diketahui untuk dapat melakukan Perhitungan jumlah Batu bata pada sebuah Rumah, yaitu:

1. Harus diketahui Gambar Denah Lantai dan Denah Kusen Rumah tersebut, yang menyajikan data Ukuran semua ruangan dan Jumlah Kusen Pintu dan Jendela. Seperti terlihat pada Gambar 1 dibawah ini.

( Gambar 1 )

2. Harus diketahui Ukuran Kusen Pintu dan Jendela yang akan dipasang semua Dinding Rumah tersebut, seperti terlihat pada Gambar 2 dibawah ini.

( Gambar 2 )

3. Harus diketahui Tinggi Batu NOL BANGUNAN , seperti terlihat pada Contoh Gambar 3 dibawah ini. Pada Gambar 3 dibawah ini terlihat bahwa Tinggi Rencana Lantai Rumah dari Muka Jalan adalah =

65 cm , sedangkan Tinggi bagian Atas Permukaan Sloof dari Muka Jalan adalah = 20 cm, sehingga perlu dilakukan pemasangan Batu Nol Bangunan =

45 cm .

Pemasangan Batu Nol Bangunan tidak harus selalu ada pada Pembangunan sebuah Rumah. Hal ini tergantung pada Ketinggian Muka Tanah Rumah tersebut dari Muka Jalan, dan Jenis dan Ukuran Pondasi Menerus yang diterapkan pada pembangunan Rumah tersebut.

( Gambar 3 : Tampak Samping,Tinggi Batu Nol =

45 cm )

4. Harus diketahui Tinggi Bata (Tinggi Pasangan Bata Dinding Rumah), seperti terlihat pada Gambar 4 dibawah ini. Tinggi Bata = 380

cm .

( Gambar 4: Tampak Samping, Tinggi Dinding Bata = 380 cm )

Setelah ke-4 Data diatas kita ketahui, selanjutnya kita dapat Menghitung Kebutuhan Jumlah Batubata untuk dipasang sebagai Dinding pada Rumah tersebut.

Perhitungan Jumlah Batubata:

A. Lakukan Perhitungan Luas Dinding yang akan dipasang Batubata =A (meter-persegi)

1. Panjang semua Dinding yang akan dipasang Batubata = L (meter) L = L vertikal + L horizontal L = (7,5 + 1,5 + 7,5 + 7) + (6 + 1,9 + 1,9 + 6) L = 23,5 + 15,8 L = 39,3 meter .

2. Luas Pasangan Batubata untuk Nol Bangunan = A1 (meter-persegi) A1 = L x Tinggi (Pasangan Batu Nol)

A1 = 39,3 x 0,45 A1 = 17,685 m2

3. Luas Dinding Bata, termasuk Kolom Praktis dan Area Kusen Pintu dan Jendela = A2 (meter-persegi)

A2 = L x Tinggi (Pasangan Batu Dinding Rumah)

A2 = 39,3 x 3,8 A2 = 149,34 m2

4. Luas Area Pintu dan Jendela yang tidak dipasang Batubata = A3 (meter-persegi)

Luas Area Pintu tipe P1 = 1 x 2,6 x 1 unit = 2,6 m2 Luas Area Pintu tipe P2 = 0,9 x 2,6 x 3 unit = 7,02 m2 Luas Area Pintu tipe P3 = 0,7 x 2 x 1 unit = 1,4 m2 Luas Area Jendela tipe J1 = 1,15 x 1,3 x 3 unit = 4,485 m2 Luas Area Jendela tipe J2 = 1,15 x 1,1 x 1 unit = 1,265 m2

A3 = 2,6 + 7,02 + 1,4 + 4,485 + 1,265 A3 = 16,77 m2

5. Luas Area Kolom Praktis pada Perhitungan ini diasumsikan = 0, karena nilainya kecil.

6. Luas Dinding yang akan dipasang Batubata = A (meter-persegi)

A = A1 + A2 - A3

A = 17,685 + 149,34 - 16,77

A = 150,255 m2

B. Lakukan Perhitungan Jumlah Batubata =n (buah)

n = AxK

Keterangan:

K adalah Koefisien, yaitu Jumlah Batubata yang dibutuhkan untuk memasang dinding seluas 1 meter-persegi. Nilainya bisa bervariasi, tergantung dari ukuran Dimensi Batubata tersebut. Untuk mengetahui Nilai K ini, bisa dilihat pada tulisan saya sebelumnya DISINI ," Cara Menghitung Kebutuhan Jumlah Batubata Per-Meter Persegi ".

Lanjutkan Perhitungan.., misalnya diketahui nilai K = 67 buah/m2 Maka, n = 150,255 x 67 = 10.067 buah

Contoh Perhitungan selesai.. Untuk menghitung jumlah Semen dan Pasir yang dibutuhkan bisa dilihat DISINI .. Semoga tulisan ini berguna..

7. Cara dan Teknis Kerja Menghitung Volume Tanah Timbun pada sebidang Tanah Kosong

Pekerjaan Penimbunan sering dilakukan pada kegiatan Proyek Sipil, yang bertujuan untuk menambah ketinggian suatu Lahan (Area) agar menjadi lebih tinggi dari kondisi sebelumnya.

Penimbunan sering dilakukan untuk menambah ketinggian lantai Rumah, Gedung, Kantor, Pasar, Halaman, Jalan Raya, Tanah Kosong, dan sebagainya. Material timbunan bisa menggunakan Tanah Biasa, bisa juga menggunakan Bahan Pilihan (sesuai dengan spesifikasi material yang telah disepakati).

Schedule Penimbunan bisa dilakukan pada 2 waktu, yaitu:

1. Pada saat kondisi Lahan (Area) masih kosong, belum ada kegiatan pekerjaan Konstruksi diatasnya.

2. Bersamaan dengan kegiatan pekerjaan Konstruksi diatasnya.

Contoh Perhitungan:

Pada tulisan kali ini, saya akan memberikan contoh cara Menghitung Volume Tanah Timbun pada sebidang tanah kosong, ukuran lebar tanah = 80 meter, dan panjang = 90 meter (seperti terlihat pada Gambar 1 dibawah ini). Dengan Elevasi Rencana Timbunan = 0,5 m diatas Permukaan Tanah Tertinggi tanah tersebut.

Cara Perhitungan:

A. Lakukan Pengambilan Data di Lapangan (di Lokasi tanah kosong tersebut)

1. Pengambilan Data di Lapangan adalah melakukan Kegiatan Pengukuran di Lokasi Tanah tersebut dengan menggunakan alat Theodolit atau Water-Pas, dibantu dengan Rambu Ukur.

Contoh Perhitungan disini adalah dengan cara membuat Cross Section Melintang (Potongan Area Melintang) pada bidang tanah tersebut. Cross Section direncanakan dibuat setiap jarak

30 meter , seperti Gambar 2 dibawah ini. Sehingga didapat 4 buah Cross Section, yaitu: A1-A1' , A2-A2' , A3-A3' , dan A4-A4 '.

2. Buat Patok Kayu sementara dan pasang pada setiap Cross Section tersebut setiap jarak

20 meter , seperti Gambar 3 dan Gambar

4 dibawah ini. Dari Gambar dibawah terlihat, dibutuhkan 20 buah Patok Kayu. Ukuran Patok Kayu tidak perlu besar, karena fungsinya hanya sebagai tanda untuk posisi Rambu Ukur pada saat pengukuran nantinya.

3. Lakukan Pengukuran Ketinggian pada semua Permukaan Tanah yang telah ditandai oleh Patok Kayu sebelumnya (ada 20 titik, sesuai dengan jumlah Patok Kayu), dengan menggunakan Theodolit atau Water-Pas dan Rambu Ukur. Lakukan pengukuran dengan

benar dan akurat.

4. Pengambilan Data di Lapangan selesai.., selanjutnya boleh pulang.. Lanjutkan Pekerjaan Perhitungan Volume Timbunannya di Kantor..

B. Lakukan Perhitungan Volume Timbunan

1. Dari data Pengukuran di Lapangan diperoleh

20 titik data Tinggi Permukaan tanah. Diketahui pula dimana posisi Titik Permukaan

Tanah Tertinggi . Naikkan 0,5 m dari Titik Permukaan Tanah Tertinggi tersebut, seperti Garis Putus-putus pada Gambar 5 dibawah ini. Garis Putus-putus ini adalah Elevasi Rencana Timbunan.

19 titik lainnya. Buat Gambar dari hasil Data Ukur tersebut dengan lengkap, seperti Gambar 5 dibawah ini.

2. Berdasarkan Garis Elevasi Rencana Timbunan, hitung Ketinggiian

( Gambar 5 : Data Tinggi Tanah hasil Pengukuran di Lapangan)

3. Jika disederhanakan, Gambar 5 diatas menjadi seperti Gambar 6 dibawah ini. Terbentuk bidang A1 , A2 , A3 , dan A4 (berbentuk Polygon Tertutup), yang merupakan hasil dari Cross Section Melintang (Potongan Area Melintang). Bagian yang Diarsir adalah daerah Rencana Timbunan.

( Gambar 6 : Hasil dari Cross Section Melintang)

4. Pada kondisi seperti Gambar 6 diatas, Rumus Menghitung Volume Timbunannya adalah:

Keterangan:

V = Volume Timbunan, diatas Permukaan Kontur Tanah (m3) A1 = Luas Penampang bidang 1 (m2) A2 = Luas Penampang bidang 2 (m2) A3 = Luas Penampang bidang 3 (m2) A4 = Luas Penampang bidang 4 (m2) L1 = Jarak antara A1 dan A2 (m) L2 = Jarak antara A2 dan A3 (m) L3 = Jarak antara A3 dan A4 (m)

5. Sekarang kita hitung terlebih dahulu Luas A1 , A2 , A3 , dan A4 tersebut, berdasarkan data yang ada. Perhatikan Gambar 7 dibawah

ini. Semua bidang A1 , A2 , A3 , dan A4 (bagian yang diarsir) bentuknya adalah Polygon tertutup.

Cara Matematis untuk Menghitung Luas Polygon Tertutup ada 2, yaitu:

1. Dengan Cara Koordinat , caranya dapat dilihat dipelajari DISINI .

(Gambar 7)

6. Karena bentuk Gambar Polygon-nya Trapesium (beberapa Trapesium), dan Nilai Ukuran yang Tertera pada Gambar adalah

ukuran Trapesium-nya juga (bukan merupakan Titik Koordinat), lebih efisien jika menghitung Luas Bidang A1 dengan Cara

Trapezoidal's Rule.

( Gambar 8 : Bidang A1 , dimana A1 = a1 + b1 + c1 + d1 )

Luas A1 = Luas a1 + Luas b1 + Luas c1 + Luas d1

Luas A1 = ((0,7+0,6)/2 x 20) + ((0,6+0,5)/2 x 20) + ((0,5+0,5)/2 x 20) + ((0,5+0,6)/2 x 20) Luas A1 = (0,65 x 20) + (0,55 x 20) + (0,5 x 20) + (0,55 x 20) Luas A1 = 13 + 11 + 10 + 11 Luas A1 =

45 m2 (meter-persegi)

7. Dengan Cara yang sama, lakukan Perhitungan Luas bidang A2 , A3 , dan A4 , maka akan diperoleh :

Luas A2 = 52 m2 (meter-persegi) Luas A3 = 59 m2 (meter-persegi) Luas A4 = 67 m2 (meter-persegi)

8. Selanjutnya kita dapat menghitung Volume Tanah Timbun ( V )

V = ((45+52)/2 x 30) + ((52+59)/2 x 30) + ((59+67)/2 x 30)

V = (48,5 x 30) + (55,5 x 30) + (63 x 30)

V = 1455 + 1665 + 1890

V = 5010 m3 (meter-kubik)

9. Perhitungan Volume Tanah Timbun selesai.. Semoga Informasi ini berguna..

Catatan: Volume tersebut dalam keadaan Tanah Padat, bukan dalam keadaan Gembur. Semakin dekat jarak L1, L2, dan L3, maka akan semakin akurat Perhitungan Volume Tanah Timbun tersebut, dan semakin dekat jarak Patok Kayu sementara yang dipasang pada setiap Cross Section, maka akan semakin akurat pula Perhitungan Volume Tanah Timbun tersebut.

8. Daftar Berat Jenis Material Bangunan

Sebuah Bangunan terdiri dari berbagai macam Material yang dipadukan menjadi satu kesatuan, sehingga tercipta sebuah bangunan yang Komplit, mulai dari Pondasi, Dinding, Kusen dan Pintu, Atap, sampai pekerjaan Finishing. Setiap Material komponen bangunan ini

memiliki Berat Jenis yang berbeda-beda, sesuai Bahan dan karakteristiknya masing-masing.

Dengan mengetahui Berat Jenis dari setiap Item Material pada Bangunan ini, kita dapat Menghitung Beban Real dari Bangunan tersebut. Berdasarkan data Beban Real ini kita dapat melakukan Disain Struktur yang "Aman".

Berat Material ini sendiri merupakan Beban Mati (qd) selain Beban Mati Tambahan (qd), yang menjadi Dasar Perhitungan dalam

Disain Struktur. Untuk mendisain Struktur kita juga harus menambahkan Beban Hidup (ql). Rumusnya Beban Maksimum pada Struktur dapat dilihat dibawah:

Beban Maksimum (qu) = 1,2.qd + 1,6.ql

Jadi cukup penting bagi kita untuk mengetahui Berat Jenis dari masing-masing Material Bangunan, agar kita dapat mendisain Struktur secara Real, bukan hanya secara Teori saja. Beberapa item Daftar Berat Jenis Material Bangunan dapat dilihat dibawah ini :

No Nama Material

Berat jenis

1 Pasir

kg/m3

2 Kerikil, Koral, Split (kering/lembab)

kg/m3

3 Tanah, Lempung (kering/lembab)

kg/m3

4 Tanah, Lempung (basah)

kg/m3

5 Batu Alam

kg/m3

6 Batu Belah, Batu Bulat, Batu Gunung 1500 kg/m3

7 Batu Karang 700 kg/m3

8 Batu Pecah 1450 kg/m3

9 Pasangan Bata Merah 1700 kg/m3

10 Pasangan Batu Belah, Bulat, Gunung 20 kg/m3

11 Pasangan Batu Cetak 20 kg/m3

12 Pasangan Batu Karang 1450 kg/m3

13 Kayu (Kelas I) 1000 kg/m3

14 Beton 20 kg/m3

15 Beton Bertulang 2400 kg/m3

16 Besi Tuang 7250 kg/m3

17 Baja 7850 kg/m3

18 Timah Hitam/ Timbel 11400 kg/m3

No. Nama Material Berat Jenis

1 Semen

Kg/m3

2 Seng

Kg/m3

3 Air Bersih

Kg/m3

4 Stainless Steel

Kg/m3

5 Alumanium

Kg/m3

6 Tembaga

Kg/m3

7 Emas

Kg/m3

No. Nama Material Berat Jenis

8 Perak

Kg/m3

9 Perunggu

Kg/m3

10 Nikel

Kg/m3

11 Platina

Kg/m3

12 Granit

Kg/m3

13 Marmer

Kg/m3

14 Gypsum Padat

Kg/m3

15 Kertas Standar

Kg/m3

16 Kardus

Kg/m3

17 Serbuk Gergaji

Kg/m3

18 Pasir Lembab

Kg/m3

19 Pasir Jenuh Air

Kg/m3

B. Komponen Bangunan

No.

Nama Material

Berat Jenis

1 Adukan, per cm tebal

21 Kg/m2

2 Aspal, termasuk bahan penambah

14 Kg/m2

3 Dinding satu bata 450 Kg/m2

4 Dinding setengah bata 250 Kg/m2

5 Dinding batako berlubang :

No.

Nama Material

Berat Jenis

a. Tebal 20 cm

Kg/m2

b. Tebal 10 cm

Kg/m2

6 Dinding batako tanpa lubang :

a. Tebal 15 cm

Kg/m2

b. Tebal 10 cm

Kg/m2

7 Langit-langit asbes termasuk rangka

11 Kg/m2

Lantai kayu untuk bentang 5 m dan beban hidup 200

40 Kg/m2

kg/m2

9 Rangka plafon kayu

7 Kg/m2

10 Atap gentang dengan reng dan usuk

50 Kg/m2

11 Atap sirap dengan reng dan usuk

40 Kg/m2

12 Atap seng gelombang

10 Kg/m2

13 Penutup lantai per cm tebal

24 Kg/m2

9. Cara dan Teknis Kerja Memasang Besi Tulangan Pelat Lantai Beton pada Rumah Lantai 2

Pemasangan Besi Plat Lantai pada rumah dan gedung dilakukan setelah pemasangan Besi Balok selesai. Karena pada prinsipnya sebaiknya Besi Lantai di pasang diatas Besi Balok. Walaupun sebagian orang ada yang memasang sebagian Besi Plat Lantai ini dibawah Besi Balok. Perbedaan kedua sistem pemasangan ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 dibawah ini.

(Gambar 1. Besi Lantai seluruhnya dipasang diatas Besi Balok)

(Gambar 2. Besi Lantai sebagian dipasang diatas dan dibawah Besi Balok)

Tampak pada Gambar 1, sistem pemasangan Besi Lantai-nya lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Berbeda dengan Gambar 2 yang sistem pemasangannya lebih kompleks. Pada kesempatan ini saya akan membahas Cara Pelaksanaan Pemasangan Besi Plat Lantai sesuai dengan Gambar 2, dengan asumsi Gambar 1 akan lebih mudah dipahami jika Gambar 2 telah dikuasai.

10. Teknik Kerja Memasang Besi Tulangan Pelat Lantai Beton

Contoh :

Pelat Beton direncanakan memiliki ketebalan 10 cm. Besi Tulangan Pelat Lantai ber-diameter 9 mm. Jarak Pemasangan Besi Tulangan Pelat Lantai 12,5/25 cm.

1. Sesudah Bekisting Balok, Bekisting Pelat Lantai Beton, dan Besi Balok selesai dikerjakan, maka kita bisa memulai pekerjaan pemasangan Besi Pelat Lantai Beton seperti Gambar 3 dibawah ini. Perhatikan tulisan AS pada gambar, itu menjadi Acuan pada Gambar dan Pelaksanaan selanjutnya. Susun besi 9 mm (yang telah diluruskan sebelumnya) sesuai dengan Gambar 3 dibawah ini.

Vb = Vertikal Bawah 2,5 cm = Jarak rencana antara Besi Tulangan dan Tripleks Bekisting Pelat Lantai.

(Gambar 3.)

2. Susun besi 9 mm sesuai dengan Gambar 4 dibawah ini . Posisi besi diletakkan tepat diatas besi Gambar 3 (bersinggungan). Lalu ikat setiap pertemuan besi tersebut dengan Bendrat (kawat ikat atau kawat beton). Perhatikan tulisan AS pada gambar, itu menjadi Acuan pada Gambar dan Pelaksanaan selanjutnya.

Hb = Horizontal Bawah 2,5 cm = Jarak rencana antara Besi Tulangan dan Tripleks Bekisting Pelat Lantai.

(Gambar 4.)

3. Lalu susun besi 9 mm sesuai dengan Gambar 5 dibawah ini . Posisi besi diletakkan diatas (kira-kira 2,5 cm dari rencana Top Cor Plat Beton), ini membuat jarak dengan besi dibawahnya (Gambar 3 dan Gambar 4) kira-kira 4 cm . Perhatikan tulisan AS pada gambar, susunan Besi ini bergeser 12,5 cm dari besi dibawahnya.

Pada Garis Kotak putus-putus (daerah asumsi Momen Plat Lantai dianggap NOL), besi tersebut ditekuk kebawah (2,5 cm dari Tripleks), karena didalam area Garis Kotak putus-putus tersebut momen yang terjadi adalah Momen Postif (gaya tarik terjadi pada bagian bawah Plat Lantai Beton).

Ha = Horizontal Atas 2,5 cm = Jarak rencana antara Besi Tulangan dan Top Cor Rencana Plat Beton.

(Gambar 5.)

4. Pemasangan selanjutnya sama dengan Poin No. 3 diatas , hanya kali ini dipasang pada posisi Vertikal Atas (Va). Perhatikan tulisan AS pada gambar, susunan Besi ini bergeser 12,5 cm dari besi dibawahnya. Lalu ikat setiap pertemuan besi tersebut dengan Bendrat (kawat ikat atau kawat beton).

Va = Vertikal Atas 2,5 cm = Jarak rencana antara Besi Tulangan dan Top Cor Rencana Plat Beton.

(Gambar 6.)

5. Tambahkan Besi Tulangan Ekstra untuk Momen (pada bidang Horizontal) seperti Gambar 7 dibawah ini, agar kekuatan Plat Lantai pada tumpuan Balok menjadi lebih tinggi. Perhatikan tulisan AS pada gambar, susunan Besi ini bergeser 12,5 cm dari Gambar

5. Lalu ikat setiap pertemuan besi tersebut dengan Bendrat (kawat ikat atau kawat beton).

(Gambar 7.)

6. Tambahkan Besi Tulangan Ekstra untuk Momen (pada bidang Vertikal) seperti Gambar 8 dibawah ini, agar kekuatan Plat Lantai pada tumpuan Balok menjadi lebih tinggi. Perhatikan tulisan AS pada gambar, susunan Besi ini bergeser 12,5 cm dari Gambar

6. Lalu ikat setiap pertemuan besi tersebut dengan Bendrat (kawat ikat atau kawat beton).

(Gambar 8.)

7. Periksa semua ikatan Bendrat (kawat ikat atau kawat beton) yang ada , apakah ada yang belum terikat atau tidak. Sering dilakukan di lapangan, pengikatan ini tidak dilakukan secara menyeluruh pada setiap pertemuan besi yang ada, namun dibuat berjarak setiap 1 baris besi. Dengan asumsi tidak mengurangi kekuatan susunan Besi Plat Lantai tersebut, dan kualitas Plat Beton Bertulang tersebut nantinya.

8. Selanjutnya ganjal semua Besi Plat Lantai tersebut dengan Beton Decking (Beton Tahu) , agar tidak menempel langsung pada Tripleks Bekisting.

9. Rapikan susunan besi yang tidak lurus dan ikatan yang kurang kuat.., selesai..

Demikian tulisan saya kali ini.., semoga berguna..

11. Cara Menghitung Volume Beton Kolom, Balok, dan Plat Lantai Rumah

Proyek Sipil | 04.47 |

Pada artikel sebelumnya saya telah menulis tentang Cara Mudah dan Cepat Menghitung Volume Beton Sloof Rumah . Pada kesempatan kali ini saya lanjutkan dengan Cara Perhitungan Volume Beton pada Kolom, Balok, dan Plat Lantai.

A. Volume Kolom Beton

(Kolom = 6 Unit, satuan dalam CM)

Volume Kolom = 0,25m x 0,35m x 3,8m x 6 Unit = 1,995 m3

B. Volume Balok Beton

(Denah, Balok diatas Kolom, satuan dalam CM)

Volume Balok = (0,25m x 0,45m x 4,5m x 4 Unit) + (0,25 x 0,40 x 4m x 3 Unit) = 3,225 m3

C. Volume Plat Lantai Beton

(Plat Lantai Beton, satuan dalam CM)

Untuk Perhitungan Volume Plat Lantai Beton biasa dilakukan dalam 2 cara (atas 2 Kepentingan), yaitu:

1. Volume Bersih Plat Lantai Beton (tidak termasuk Volume Plat Lantai diatas Balok)

Volume Plat Lantai Beton = (0,10m x 4,25m x 3,75m) x 2 Unit = 3,1875 m3

Cara ini biasa dilakukan untuk mengetahui Volume Beton yang diperlukan dalam Rencana Pengecoran, karena ini merupakan Nilai Real volume Beton yang dibutuhkan dalam Pengecoran Plat Lantai nantinya.

2. Volume Kotor Plat Lantai Beton (termasuk Volume Plat Lantai diatas Balok)

Volume Plat Lantai Beton = (0,10m x 9,25m x 4,25m) = 3,93125 m3

Cara ini biasa dilakukan untuk mengetahui Volume Beton dalam Menghitung (membuat) Rencana Anggaran Biaya (R AB). Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian dalam Pelaksanaan Pekerjaan dan Akurasi Perhitungan Jumlah Besi Tulangan Plat Lantai Beton tersebut. Karena bagaimanapun juga Pembesian (Tulangan) Plat Lantai dibuat bertumpu pada Balok Beton dibawahnya.

Demikian tulisan kali ini, semoga berguna.

12. Cara Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rumah atau Gedung

Tahap dan Proses dalam membuat RAB Rumah atau Gedung adalah sebagai berikut:

1. Baca Gambar, Pelajari, dan Pahami dulu dengan Cermat dan Teliti semua Gambar Rencana (Bestek) yang ada, termasuk Detail Gambarnya.

2. Buka Aplikasi Ms-Excel , buat File Excel baru, misalnya: RAB Rumah 1 Unit.xlsx. Pada Sheet1 buat tabel kolom No., Uraian Pekerjaan, Satuan, dst. Lalu buat Uraian Pekerjaan yang akan dilakukan dalam Pembangunan Rumah tersebut (dengan lengkap), berdasarkan Gambar Rencana (Bestek). Kemudian rename Sheet1 tsb. menjadi sheet RAB, agar penyajian File Excel-nya lebih Informatif. Seperti Contoh Gambar dibawah ini:

Gambar 1. Sheet RAB - Uraian Pekerjaan

3. Hitung Volume semua Item Uraian Pekerjaan tersebut . Bisa dengan 2 cara, yaitu:

a. Dengan cara Manual, lalu masukkan Data Hasil Perhitungan pada kolom VOLUME [VOL].

b. Dengan langsung Menghitung Volume pada file Excel tsb., pada masing-masing Range Pekerjaan, pada kolom VOLUME [VOL]. Seperti Contoh Gambar dibawah ini:

Gambar 2. Sheet RAB - Uraian Pekerjaan yang telah ada Volume

4. Buat Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah , caranya:

a. Buka Sheet2, lalu Rename Sheet2 tsb. menjadi sheet Harga Bahan dan Upah.

b. Pada sheet Harga Bahan dan Upah, buat tabel Harga Bahan dan Upah, dibuat sesuai dengan Analisa Bahan dan Upah yang akan dibuat nantinya.

Seperti Contoh Gambar dibawah ini:

Gambar 3. Sheet Harga Bahan dan Upah

5. Buat Perhitungan Analisa Harga Satuan Bahan dan Upah , caranya:

a. Buka Sheet3, lalu Rename Sheet3 tsb. menjadi sheet Analisa Bahan dan Upah.

b. Pada sheet Analisa Bahan dan Upah ini, buat Analisa Satuan Bahan dan Upah sesuai dengan Uraian Pekerjaan yang ada. Anda bisa copy-paste dari Analisa yang telah dibuat BSN pada situs ini http://sisni.bsn.go.id/ , atau anda bisa buat Analisa versi anda

sendiri. Pekerjaan Ls (lumpsum atau taksir) tidak perlu dibuat Analisanya.

c. Input data Harga Satuan Bahan dan Harga Satuan Upah dari sheet Harga Bahan dan Upah (Gambar 3) pada sheet Analisa

Bahan dan Upah (Gambar 4). Caranya di Link-kan ya..

d. Catatan pribadi saya (Penulis): Tidak semua Koefisien yang ada pada Analisa yang banyak saya temukan selama ini sesuai dengan Real-Cost di lapangan. Jadi untuk mendapatkan Analisa yang Real-Cost (sesuai dengan di lapangan), terkadang saya harus

melakukan Revisi pada Koefisien-koefisien tersebut. Contoh Analisa dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 4. Sheet Analisa Bahan dan Upah

6. Input Data dari sheet Harga Analisa Bahan dan Upah (Rp.) pada sheet RAB ,( dari Gambar.4 ke Gambar.2). Caranya di Link-

kan ya..

Hasilnya seperti Gambar dibawah ini:

Gambar 5. Sheet RAB yang telah ada Harga Analisa

7. Lakukan Perhitungan untuk Mendapatkan JUMLAH HARGA [RP.], yaitu mengalikan data kolom VOLUME [VOL.] dengan data kolom HARGA SAT. [Rp.].

Hasilnya seperti Gambar dibawah ini:

Gambar 6. Sheet RAB yang telah ada Jumlah Harga

8. Buat Rekapitulasi Total Rencana Anggaran Biaya (RAB) , caranya:

a. Buka Sheet4 (jika blom ada Sheet4, klik tombol Insert Worksheet supaya ada), lalu Rename Sheet4 tsb. menjadi sheet Rekapitulasi RAB.

b. Pada sheet Rekapitulasi RAB, buat Judul Uraian Pekerjaan yang ada saja (yaitu poin A s/d I). Lalu input Data pada Gambar 6 ke dalam sheet Rekapitulasi RAB tsb. Caranya di Link-kan ya..

Hasilnya seperti Gambar dibawah ini:

Gambar 7. Sheet Rekapitulasi Total Anggaran Biaya (RAB)

9. Selesai... Supaya lebih jelas, silahkan download file Excel-nya Disini... Semoga bermanfaat..

12. Cara Menentukan Lama Waktu Pelaksanaan Pekerjaan (Durasi) Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran

Saat membuat Time Schedule dan Kurva S, kita harus merencanakan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan (Durasi Pekerjaan) dari semua Item Pekerjaan yang ada. Informasi Durasi Pekerjaan ini disajikan dalam bentuk Bar-Chart (grafik batang), seperti Gambar 1 dibawah ini.

( Gambar 1 : Time Schedule dan Kurva S)

Bar-Chart pada Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa Durasi Pekerjaan Dinding Bata adalah = 4 minggu. Dari mana datangnya Durasi = 4 minggu ini..? Silahkan lanjutkan membaca tulisan dibawah ini..

Sebelum melakukan perhitungan Durasi, lihat dulu RAB-nya, pekerjaan apa saja yang termasuk dalam Pekerjaan Dinding Bata tersebut dan berapa Volume-nya. Seperti terlihat pada Gambar 2 dibawah ini.

( Gambar 2 : Pekerjaan Dinding Bata pada RAB)

Terlihat pada Gambar 2 diatas, ada 2 Item Pekerjaan yang termasuk dalam Pekerjaan Dinding Bata tersebut, yaitu: Pekerjaan

Pasangan Dinding 1/2 Bata Campuran 1:4 (volume = 150,26 m2 ), dan Pekerjaan Plesteran dan Aci Campuran 1:4 (volume = 284,34 m2 ).

1. Menghitung Durasi Pekerjaan Pemasangan Dinding 1/2 Bata :

a. Berdasarkan data Analisis Harga Satuan (AHSP) untuk pekerjaan " Pemasangan 1 m2 Dinding 1/2 Batu campuran 1SP : 4PP" pada Gambar 3 dibawah ini, bisa dihitung berapa hari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan tersebut. (Keterangan: OH = Orang Hari) .

( Gambar 3 : AHSP No. A.4.4.1.9 - Tenaga dan Bahan)

Dari Gambar 3 AHSP diatas, bisa dilihat bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan Pemasangan 1 m2 Dinding 1/2 Batu, koefisien Tukang Batu-nya = 0,1 OH . Ini artinya: 1 orang Tukang Batu harus bisa menyelesaikan minimal = (1 : 0,1) =

10 m2 Pasangan Dinding 1/2 Batu dalam 1 hari.

b. Jika pekerjaan ini dilaksanakan oleh 2 orang Tukang Batu, maka : Durasi-nya = 150,26 m2 : (10 m2 x 2 orang) = 7,5 hari. Direncanakan selesai = 7 hari .

2. Menghitung Durasi Pekerjaan Plesteran :

a. Berdasarkan data Analisis Harga Satuan (AHSP) untuk pekerjaan " Pemasangan 1 m2 Plesteran campuran 1SP : 4PP tebal 15

mm" pada Gambar 4 dibawah ini, bisa dihitung berapa hari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan tersebut. (Keterangan: OH = Orang Hari) ..

( Gambar 4 : AHSP No. A.4.4.2.4 - Tenaga dan Bahan)

Dari Gambar 4 AHSP diatas, bisa dilihat bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan Pemasangan 1 m2 Plesteran, koefisien Tukang Batu-

nya = 0,15 OH . Ini artinya: 1 orang Tukang Batu harus bisa menyelesaikan minimal = (1 : 0,15) = 6,67 m2 Plesteran dalam 1 hari.

b. Jika pekerjaan ini direncanakan akan dilaksanakan oleh 2 orang Tukang Batu, maka : Durasi-nya = 284,34 m2 : (6,67 m2 x 2 orang) = 21,3 hari . Direncanakan selesai =

21 hari .

3. Penjumlahan dan Kesimpulan :

a. Dari ke-2 Perhitungan diatas, diperoleh Durasi = 7 hari + 21 hari =

28 hari = 4 minggu .

b. Selanjutnya buat Bar-Chart pada Time Schedule selama = 4 minggu, seperti Gambar 1 diatas.

c. Jika jumlah Tukang Batu ditambah menjadi 3 atau 4 orang, pelaksanaan menjadi semakin cepat selesai.

Semoga tulisan ini berguna..

13. Cara dan Tips Memasang Keramik Lantai pada sebuah Ruangan - Mengatur Susunan Pasangan Keramik

Pekerjaan pemasangan Keramik Lantai biasanya diterapkan pada lantai sebuah Rumah, Kamar Mandi, Kantor, Gedung, Hotel, Selasar, Garasi, dan sebagainya. Dengan tujuan membuat Lantai tersebut menjadi bersih, indah, rapi, lebih nyaman untuk dilalui (dipergunakan), serta mudah dalam perawatan kebersihannya.

Seperti yang telah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, pada " Tips dan Cara Menghitung Kebutuhan Jumlah Keramik Lantai

Rumah ", Keramik Lantai yang banyak digunakan biasanya berbentuk Bujur Sangkar. Ada yang berukuran 20x20 cm, 30x30 cm, 40x40 cm, 50x50 cm, 60x60 cm, 80x80 cm, dan sebagainya. Kita bisa memilih Ukuran Keramik yang ideal (cocok) untuk dipasangan pada Ruangan yang kita inginkan.

Pola pemasangan Keramik pada sebuah Ruangan sebaiknya direncanakan terlebih dahulu, agar menghasilkan tampilan yang lebih Indah dan lebih Ekonomis . Disini saya akan memberikan Tips Cara Mengatur Susunan Pasangan Keramik Lantai tersebut.

Tips dan Cara Mengatur Susunan Pasangan Keramik:

1. Gambar 1 dibawah adalah contoh Denah Rumah yang akan dipasang Keramik, yang memiliki Pintu Masuk tipe 2 Daun. Tahap pertama: Ukur lebar ruangan tersebut. Seperti terlihat pada Gambar 1 dibawah, didapat Lebar ruangan = 286 cm .

2. Ukuran Keramik Lantai yang hendak dipasang adalah 60x60 cm . Selanjutnya kita akan merencanakan peletakan posisi Keramik

Pertama yang letaknya tepat di Area Pintu masuk. Seperti terlihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Posisi Keramik Pertama ini penting, menjadi pedoman untuk pemasangan Keramik selanjutnya. Karena posisinya berada pada Pintu Masuk (yang senantiasa terlihat saat seseorang masuk atau keluar Rumah), maka letaknya harus Simetris terhadap Lebar ruangan, agar indah dilihat.

3. Alternatif Pertama dari peletakan Keramik Pertama terlihat pada Gambar 3 dibawah ini. Jika dilanjutkan dengan pemasangan

Keramik sebelah Kanan dan Kiri-nya, tentu saja akan terlihat seperti Gambar 4 dibawah ini. Pada bagian terluar Kanan dan Kiri tersebut, akan terbentuk jarak

23 cm , yang tentu saja harus dipasang Keramik juga (pakai Potongan Keramik).

4. Alternatif Kedua dari peletakan Keramik Pertama terlihat pada Gambar 5 dibawah ini. Jika dilanjutkan dengan pemasangan

Keramik sebelah Kanan dan Kiri-nya, tentu saja akan terlihat seperti Gambar 6 dibawah ini. Pada bagian terluar Kanan dan Kiri tersebut, akan terbentuk jarak

53 cm , yang tentu saja harus dipasang Keramik juga (pakai Potongan Keramik).

5. Dari dua Alternatif diatas, secara pribadi saya akan memilih Pola Pemasangan Keramik Alternatif Kedua , karena akan lebih indah dan rapi dilihat. Ini disebabkan karena Ukuran Keramik utuh = 60x60 cm (lebarnya =

60 cm ), sedangkan lebar Potongan Keramik-nya =

53 cm . Perbedaannya tidak mencolok, hanya 7 cm ).

6. Setelah disepakati memakai pola pemasangan Alternatif Kedua , lanjutkan dengan pemasangan Kepala Keramik , seperti terlihat pada Gambar 7 dibawah ini. Semua Keramik yang terpasang pada Gambar 7 tersebut diberi nama Kepala Keramik (istilah di Lapangan), yang fungsinya menjadi Pedoman bagi pemasangan Keramik yang lain (selanjutnya).

7. Lanjutkan pemasangan Keramik lainnya sampai selesai, seperti terlihat pada Gambar 8 dibawah ini. Lalu lakukan pengisian Nat Keramik. Setelah pengisian Nat Keramik selesai, lakukan Pembersihan.

8. Pekerjaan selesai.. Semoga informasi ini berguna.. Untuk melengkapi.., jika pemasangan Keramik Lantai tersebut mengikuti pola pemasangan Alternatif Pertama , hasilnya menjadi seperti Gambar 9 dibawah ini.

14. Cara Memperbaiki Pasangan Keramik Lantai yang Kopong

Pemasangan Keramik Rumah biasa dilakukan secara manual yaitu dengan Aktifitas Tangan Manusia (tukang Keramik). Pemasangan Keramik ini sebaiknya rapi dan padat, tapi ada juga Pasangan Keramik yang tidak sempurna, seperti Kopong, yang bisa terjadi p ada bagian Pinggir Keramik atau bagian Tengah Keramik.

Untuk mengetahui Keramik Lantai Kopong atau tidak, caranya dengan Mengetuk Permukaan Keramik tersebut dengan Jari Tangan (seperti Gambar diatas), bunyi yang muncul biasanya agak berbeda dengan Keramik lainnya. Pada saat diketuk, bunyi yang dihasilkan Lebih Nyaring, karena Lapisan Spesi dibawah Keramik tersebut kosong.

Apabila kita kita mengalami hal tersebut, kita dapat memperbaikinya dengan Langkah berikut:

A. Solusi untuk mengatasi Keramik Lantai yang Kopong pada bagian Pinggir

1. Kerok dan buang Nat (dempul) Keramik Lama dengan menggunakan Sekrap, sampai kedalaman dasar keramik, usahakan sebersih mungkin dan selebar mungkin.

2. Buat adukan Nat (dempul) yang Baru untuk pendempulan kembali. Adukan dibuat Encer sehingga nantinya bisa disiramkan

3. Siram dan tuang adukan Nat (dempul) yang encer tadi ke bekas bongkaran Nat sebanyak mungkin, sampai benar-benar meresap dan terisi penuh, tusuk adukan tersebut dengan Sekrap agar benar-benar padat dan tidak ada rongga lagi.

4. Setelah penuh, biarkan sampai Bahan Pengisi Nat (dempul) tersebut mengering.

5. Setelah kering, bersihkan sisa Bahan Pengisi Nat (dempul) tersebut dari Permukaan Keramik.

B. Solusi untuk mengatasi Keramik Lantai yang Kopong pada bagian Tengah

Apabila kopong terjadi pada bagian Tengah Keramik, cara memperbaikinya yaitu dengan cara Membongkar Keramik tersebut dan Mengganti dengan Keramik Baru dengan cara Pemasangan yang baik dan padat. Caranya adalah sebagai berikut :

1. Bongkar Keramik Lantai yang kopong. Sebaiknya gunakan Mesin Gerinda dengan Mata Potong Keramik untuk memotong Keliling Keramik yang hendak dibongkar tersebut sebelum melakukan pembongkaran, agar pembongkaran te rkonsentrasi pada 1 Keping Keramik itu saja, dan tidak merembet pada keramik di sebelahnya.

2. Bersihkan Sisa bongkaran, buang dan bersihkan juga Adukan Mortar pasangan Keramik Lantai Lama tersebut agar bisa dilakukan pemasangan Keramik Lantai yang Baru.

3. Lakukan pemasangan Keramik Lantai yang Baru dengan Baik dan Padat. Cara pemasangan yang baik yaitu:

a. Rendam Keramik Baru yang hendak dipasang terlebih dahulu, sampai jenuh Air.

b. Buat Adonan campuran Semen dan Air seperti berbentuk Pasta.

c. Oleskan Pasta tersebut pada Permukaan Belakang Keramik Baru tersebut.

d. Buat Mortar (Semen dan Pasir) dengan Perbandingan 1:4 atau 1:3, tuang dan ratakan pada daerah yang hendak dipasang Keramik Baru tersebut.

e. Lakukan Pemasangan Keramik Baru tersebut dengan Baik dan Padat, ketuk dengan Palu Khusus Keramik agar padat.

f. Jangan langsung melakukan Pendempulan (pengisian Nat Keramik), biarkan 1 atau 2 hari agar Sisa Udara dari proses Reaksi Panas Semen Mortar keluar melalui sela-sela Nat Keramik tersebut. Setelah itu terjadi baru kita melakukan Pemdempulan (Pengisian Nat Keramik).

Demikian Tips Perbaikan Keramik Kopong ini, semoga berguna.

15. Apa Ciri-ciri dan Perbedaan Keramik Lantai dan Keramik Dinding..?

Jika kita perhatikan di sekitar kita, pada umumnya ada 3 Posisi Pasangan Keramik yang dilakukan pada sebuah Rumah atau Gedung, yaitu :

1. Keramik yang dipasang di atas Lantai,

2. Keramik yang dipasang pada Dinding, dan

3. Keramik yang dipasang pada Langit-langit, seperti dibawah Plat Lantai Beton atau dibawah Plat

Tangga Beton, seperti Gambar 1 dibawah ini, (walaupun Hal ini sangat jarang dilakukan).

( Gambar 1 . Pemasangan Keramik dibawah Plat Lantai Beton)

Berdasarkan Kekuatannya, Keramik yang dibuat oleh Pabrik terdiri atas 2 jenis, yaitu :

1. Keramik yang Tahan terhadap Tekanan, biasanya digunakan untuk Keramik Lantai Yaitu Keramik yang (dalam keadaan terpasang) diperkirakan Kuat menahan Beban Manusia yang berjalan diatasnya, dan tahan terhadap Tekanan beban Furniture yang nantinya akan diletakkan diatasnya, seperti Meja, Kursi, Lemari, Tempat Tidur, Sofa, Rak, dan sebagainya.

Ciri-ciri umumnya adalah :

a. Biasanya memiliki bidang (ukuran) Bujur Sangkar, seperti: 60x60 cm, 50x50 cm, 40x40 cm, 33,3x33,3 cm, 30x30 cm, 25x25 cm, 20x20 cm, dan sebagainya.

b. Keramik ini Lebih Tebal dari Keramik yang biasa dipakai untuk Dinding.

c. Permukaan Keramik ini ada 2 macam. Ada yang Permukaannya Halus, cocok dipakai untuk Lantai didalam Rumah. Dan ada yang Permukaannya Kasar, cocok dipakai untuk Lantai Kamar Mandi dan Lantai diluar Rumah yang sewaktu-waktu terkena Air.

2. Keramik yang tidak Tahan terhadap Tekanan, biasanya digunakan untuk Keramik Dinding

Yaitu Keramik yang (dalam keadaan terpasang) diperkirakan Tidak Kuat menahan Beban Manusia

yang berjalan diatasnya, dan Tidak Kuat menahan Tekanan beban Furniture yang nantinya akan diletakkan diatasnya, seperti Meja, Kursi, Lemari, Tempat Tidur, Sofa, Rak, dan sebagainya.

Ciri-ciri umumnya adalah :

a. Biasanya memiliki bidang (ukuran) Persegi Panjang, seperti: 25x75 cm, 30x60 cm, 20x60 cm, 25x50 cm, 20x40 cm, 20x25 cm, dan sebagainya.

b. Keramik ini Lebih Tipis dari Keramik yang biasa dipakai untuk Lantai.

c. Keramik ini pada umumnya memiliki Permukaan yang Halus dan Mudah dibersihkan.

( Gambar 2 . Keramik Dinding dan Keramik Lantai)

Berdasarkan Ciri-ciri diatas, kita bisa membedakan mana yang merupakan Keramik Lantai dan mana yang merupakan Keramik Dinding. Jika anda masih kurang yakin tentang Hal ini (pada saat membeli Keramik), anda bisa menanyakannya langsung pada Pihak Penjual yang berkompeten dalam hal tersebut.