Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kloning Pa (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ciri-ciri manusia adalah selalu ingin mengetahui rahasia alam, memecahkannya dan
kemudian mencari teknologi untuk memanfaatkannya, dengan tujuan memperbaiki
kehidupan manusia. Semuanya dikembangkan dengan menggunakan akal, atau rasio, yang
merupakan salah satu keunggulan manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai
sekarangpun ciri watak manusia itu masih terus berlangsung. Satu demi satu ditemukan
teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih nyaman, lebih
menyenangkan, dan lebih memuaskan.
Tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu direkayasa agar menghasilkan
produk pangan yang lebih baik, lebih enak dan lebih banyak. Dikembangkan teknologi kawin
silang, hibrida, cangkok, dan sebagainya untuk mencapai keinginan itu. Dengan
ditemukannya alat-alat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya mikroskop dan media
pembiakan di laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam tingkat yang lebih kecil, sehingga
ditemukan tanaman pangan tahan lama dan ternak dengan reproduksi susu yang lebih tinggi.
Itulah awal dari pengembangan rekayasa genetika, kemudian dunia menjadi gempar setelah
munculnya publikasi tentang kloning biri-biri “Dolly”, terutama menyangkut bagaimana
pandangan agama terhadap kloning manusia. Pada makalah ini akan dkemukakan tentang
apakah kloning itu, lalu bagaimana proses bioteknologi tersebut, dan bagaimana pandangan

ulama, atau kajian tentang hukum Islam terhadap kloning manusia tersebut.

B. Rumusan Masalah
1

1. Apa yang dimaksud dengan Kloning ?
2. Bagaimana cara lahir dan proses terjadinya kloning gen ?
3. Apa manfaat dari kloning ?
4. Apa damapak dari kloning ?
5. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap kloning pada manusia ?
6. Bagaimana perspektif hukum positif terhadap kloning ?
7. Apa yang di maksud dengan kloning pada tumbuhan dan hewan dan bagaimana
hukum nya ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu kloning
2. Mengetahui cara lahir dan proses terjadinya kloning gen
3. Mengetahui manfaat kloning
4. Menegetahui dampak kloning
5. Mengetahui perspektif hukum Islam terhadap kloning pada manusia

6. Mengetahui perspektif hukum positif terhadap kloning
7. Mengetahui tentang kloning pada tumbuhan dan hewan serta mengetahui hukum nya

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kloning
Secara harfiah, kata “klon” (Yunani: klon, klonos) berarti cabang atau ranting muda.
Kloning berarti proses pembuatan (produksi) dua atau lebih individu (makhluk hidup) yang
identik secara genetik. Kloning organisme sebenarnya sudah bcrlangsung selama beberapa
ribu tahun lalu dalam bidang hortikultura. Tanaman baru, misalnya, dapat diciptakan dari
sebuah ranting. Dalam dunia hortikultura (dunia perkebunan) kata “klon” masih digunakan
hingga abad ke-20.
Secara mendetail, dapat dibedakan 2 jenis kloning. Jenis pertama adalah pelipat
gandaan hidup sejak awal melalui pembagian sel tunggal menjadi kembar dengan bentuk
identik. Secara kodrati, mereka seperti “anak kembar”. Jenis kedua adalah produksi hewan
dari sel tubuh hewan lain. Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia.

Berdasarkan pengertian tersebut, ada beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain:

1. Kloning DNA rekombinan
Kloning ini merupakan pemindahan sebagian rantai DNA yang diinginkan dari suatu
organisme pada satu element replikasi genetik, contohnya penyisipan DNA dalam
plasmid bakteri untuk mengklon satu gen.
2. Kloning Reproduktif
Merupakan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan yang sama,
contohnya Dolly dengan suatu proses yang disebut SCNT (Somatic Cell Nuclear
Transfer).
3. Kloning Terapeutik
3

Merupakan suatu kloning untuk memproduksi embrio manusia sebagai bahan
penelitian. Tujuan utama dari proses ini bukan untuk menciptakan manusia baru, tetapi
untuk mendapatkan sel batang yang dapat digunakan untuk mempelajari perkembangan
manusia dan penyembuhan penyakit.

Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia.
Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu

organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu tunggal. Setelah keberhasilan
kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan berpendapat bahwa tidak lama
lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya membutuhkan
pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari
seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang
wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara
membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan
pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai
membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita
yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama
dengan genetika orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.

B. LAHIR DAN BERKEMBANGNYA KLONING GEN
Sekitar satu abad lalu, Gregor Mendel merumuskan aturan-aturan menerangkan
pewarisan sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme yang dapat diwariskan di atur oleh suatu
faktor yang disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada di dalam suatu sel, tepatnya di
dalam kromosom. Gen menjadi dasar dalam perkembangan penelitian genetika meliputi
pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian lebih berkembang
baik diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya, kode-kode genetik,
serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan. Suatu penelitian rekomendasi atau

rekayasa genetika ynag inti prosesnya adalah kloning gen, yaitu suatu prosedur unutk
memperoleh replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal.

4

Belakangan ini di media masa (televisi, koran, Internet,dll.) memberitakan tentang
kloning manusia. Tetapi karena belum ditemukan rujukan dari kitab-kitab hukum terdahulu,
para ahli hukum sekarang masih memperdebatkan masalah ini dan belum ditemukan
kesepakatan final dalam kasus yang menyeluruh.
Adanya beberapa strategi intervensi genetika : strategi intervensi genetika yang
pertama bersifat terapeutik yang mempunyai tujuan dan maksud menyembuhkan atau
mengurangi gejala-gejala. Hal ini merupakan terapi gen, yaitu dimasukannya sebuah gen
kedalam tubuh manusia untuk mengurangi suatu kelainan genetik. Jelas hal ini merupakan
praktik kedokteran yaitu menyembuhkan orang sakit. Strategi intervensi kedua adalah
eugenika (kata yunani : ”terlahir dengan baik”) dengan tujuan memperbaiki organisme
dengan cara tertentu.
C. Manfaat Kloning
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di
bidang medis. Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas
sebagai berikut:

a. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak.
b. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ
pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko
penolakan.
c. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh
yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Kemungkinan bahwa kelak manusia
dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio
hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia
hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio
dan sel-sel hasil kloning.
d. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan
mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi
kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat
proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.

5

e. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakitpenyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam
menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak,
jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan

bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

D. Dampak Kloning
Perdebatan tentang kloning dikalangan ilmuwan barat terus terjadi, bahkan dalam hal
kloning binatang sekalipun, apalagi dalam hal kloning manusia. Kelompok kontra kloning
diwakili oleh George Annos (seorang pengacara kesehatan di universitas Boston) dan pdt.
Russel E. Saltzman (pendeta gereja lutheran). menurut George Annos, kloning akan memiliki
dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :
1.

Merusak peradaban manusia.

2. Memperlakukan manusia sebagai objek.
3. Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak
semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang
dimiliki oleh manusia hasil kloning.
4. Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu terhadap
kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki
keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia awam
yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning Einstein, kloning Beethoven

maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini akan menimbulkan perasaan dominasi oleh
manusia hasil kloning tersebut sehingga bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil
kloning malah menguasai manusia sebenarnya karena keunggulan mereka dalam
berbagai bidang.

6

E. Hukum Kloning dalam perspektif hukum Islam
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam
kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh
karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini adalah
menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:

“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut

menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia mencegah tindakan-tindakan
yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah
tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah
atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai Pencipta?
Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada pernyataan al-Qur’an bahwa Allah SWT
telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi ‘Isa As. tanpa ayah, sebagai
berikut:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah”
(seorang manusia), maka jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 59).

Pada surat yang sama juga dikemukakan:

7

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan
kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di

akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara
dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orangorang yang saleh. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak,
padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan
perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila
Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
“Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 45-47).

Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu
terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di
alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualianpengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan ‘Isa
As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak
Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu
sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena
bahan-bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi
adalah benda ciptaan Allah SWT.
Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan bagi
pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang lahir
dalam ikatan perkawinan membawa komponen-komponen genetis dari kedua orang tuanya,
dan kombinasi genetis inilah yang memberi mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat
Islam dalam hal ini adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif pada

hubungan suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran
institusi keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar
(nenek moyang) mereka serta merusak aturan hukum Islam tentang waris yang didasarkan
pada pertalian darah.

8

Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan
mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau
mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang Tuhan,
dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum. M. Kuswandi, staf
pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat teknik kloning diharamkan,
dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh
suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan menghancurkan
manusia sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang
dapat hidup).
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah
hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya
mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun nukleus berasal dari suami
(ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia
seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis
bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil
kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa
kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan
kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent,
barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang
mengandung bukan ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan sebagai
berikut:
1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan sampai
ke negri Cina sekalipun).
3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia
ketahui (lihat QS. 96/al-‘Alaq).
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin Allah
(lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).
9

Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan teknologi
bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari takdir
(kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap kemajuan
teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun
membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di dalamnya.
Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih bersifat
tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada manusia
hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau sisi applied science dari
teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai implikasi sosial praktis sudah
barang tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure science (ilmuilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan terus di laboratorium baik ada larangan
maupun tidak. Wilayah pure science juga punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.
Dalam mencari batas “keseimbangan” antara kemajuan IPTEK dan Doktrin Agama,
pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejuh mana para ilmuan, budayawan dan agamawan
dapat berlaku adil dalam melihat kedua fenomena yang berbeda misi dan orientasi tersebut?
Menekankan satu sisi dengan melupakan atau menganggap tidak adanya sisi yang lain, cepat
atau lambat, akan membuat orang “tertipu” dan “kecewa”. Dari situ barangkali perlu
dipikirkan format kajian dan telaah yang lebih seimbang, arif, hati-hati untuk menyikapi dan
memahami kedua sisi tersebut sekaligus. Sudah tidak zamannya sekarang, jika seseorang
ingin menelaah persoalan kloning secara utuh, tetapi tidak memperhatikan kedua sisi tersebut
secara sekaligus.
Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan agama
menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu memelihara agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itulah maka kloning itu kita uji dari sesuai atau
tidaknya dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak ada keberatannya kloning itu kita
restui, tetapi bila bertentangan dengan tujuan-tujuan syara’ tentulah kita cegah agar tidak
menimbulkan bencana. Kesimpulan yang diberikan klonasi ovum manusia itu tidak sejalan
dengan tujuan agama, memelihara jiwa, akal, keturunan maupun harta, dan di beberapa aspek
terlihat pertentangannya.
10

Untuk menentukan apakah syari’at membenarkan pengambilan manfaat terapeutik
dari kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis mudharat dari praktek ini.
Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini, maka manfaat dan mudharat terapeutik dari
kloning manusia dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam
menentukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,
lemak, jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien
untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset
kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri
penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan adalah boleh, bahkan
dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini karena ada sebuah hadits yang
menyebutkan: “Untuk setiap penyakit ada obatnya”. Namun, perlu ditegaskan bahwa
pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil kloning
guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung penyakit tesebut dapat
melanggar hak hidup manusia.
b) Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem ketidaksuburan,
tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E. Schieneke, J. Mc.
Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277 kali percobaan sebelum
akhirnya berhasil mengkloning “Dolly”. Kloning manusia tentu akan melewati
prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk menghasilkan sebuah
klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali keguguran dan kematian.
Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang dihasilkan hanya satu embrio, yang
akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga embrio-embrio lainnya akan
dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan menimbulkan problem serius, karena
nenurut syari’at pengancuran embrio adalah sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi
kloning melanggar sunnatullah dalam proses normal penciptaan manusia, yaitu
bereproduksi tanpa pasangan seks, dan hal ini akan meruntuhkan institusi perkawinan.
Produksi manusia-manusia kloning juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan
berdampak negatif pada hukum waris Islam (al-mirâts).
c) Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat
mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio
hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh
11

manusia hasil kloning. Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia
hasil kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal itu
merupakan pelanggaran terhadap hidup manusia Namun, jika penumbuhan kembali
organ tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka syari’at tidak dapat menolak
pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang dari
tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan atau
kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai kebolehan
menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang yang dipotong akibat kejahatan yang
pernah dilakukan.
d) Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun hal ini
bertentangan dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:
Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: “Hai Rasulallah,
haruskah kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: “Ya, wahai hambahamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena sesungguhnya Allah
tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya, kecuali satu macam
penyakit”. Mereka bertanya: “Apa itu?” Nabi SAW menjawab: “Penuaan”.
e) Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan
embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini dianggap
bâthil (tidak sah) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
8. Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.\
9. Sebuah hadits menyatakan: “Di antara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya”.
Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi kloning
manusia jauh lebih besar daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya, dan karenanya umat
Islam tidak dibenarkan mengambil manfaat terapeutik dari kloning manusia. Syari’at Islam
dengan nash-nashnya yang mutlak, kaidah-kaidahnya yang menyeluruh, dan berbagai tujuan
umumnya, melarang praktik kloning pada manusia. Karena jika kloning ini dilakukan pada
manusia, maka akan mengakibatkan berbagai kerusakan sebagai berikut :
12

1. Hilangnya hukum variasi di alam raya.
2. Kerancuan hubungan antara orang yang di kloning dengan orang hasil kloningannya.
3. Kemungkinan kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit.
4. Kloning bertentangan dengan sunnah untuk berpasang-pasangan.
Untuk menyikapi berbagai macam masalah mengenai kloning manusia, bisa memakai
pertimbangan, sebagai berikut:
a. Pertimbangan Teologi
Dalam hal ini al-Qur’an megisyaratkan adanya intervensi manusia didalam proses
produksi manusia.Sebagaimana termaktub dalam firmanNya Q.S.al-Mukminun ayat 13-14 :
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S.al-Mukminun
ayat 13-14)
Ayat ini mengisyaratkan unsur manusia ada tiga yaitu; unsur jasad (jasadiyah), unsur
nyawa (nafs), dan Unsur ruh (ruh). Bahwa asal penciptaan Manusia (Adam) dari Tanah. Pada
manusia biasa melalui proses reproduksi yaitu memerlukan laki-laki dan perempuan, namun
jika dilihat kembali proses kloning yang tidak lagi membutuhkan laki-laki dan perempuan
untuk menciptakan suatu generasi baru, maka hal ini sangat bertentangan dengan ayat tersbut
diatas.
b. Pertimbangan Etika
Dari sudut pertimbangan moral bahwa berbagai macam riset atau penelitian hendaknya
selalu dikaitkan dengan Tuhan, karena riset dengan tujuan apapun tanpa dikaitkan dengan
Tuhan tentu akan menimbulkan resiko, meskipun manusia di muka bumi adalah sebagai
khalifah, namun dalam mengekpresikan dan mengaktualisasikan kebesaran kreatifitasnya
tersebut seyogyanya tetap mengacu pada pertimbangan moral dalam agama.

13

c. Pertimbangan Hukum
Dari beragam pertimbangan mungkin pertimbangan hokum inilah yang secara tegas
memberikan putusan, khususnya dari para ulama’ fiqh yang akan menolak mengenai praktek
kloning manusia selain memakai dua landasan pertimbangan di atas. Larangan ini muncul
karena alasan adanya kekhawatiran tingginya frekuensi mutasi pada gen produk kloning
sehingga akan menimbulkan efek buruk pada kemudian hari dari segi pembiayaan yang sangat
mahal dan juga dari sudut pandang ushul fiqh bahwa jika sesuatu itu lebih banyak madharatnya dari pada manfaatnya maka sesuatu itu perlu ditolak. Dalam masalah ini terdapat beberapa
pendapat ulama tentang kloning manusia diantaranya; Muhammad Quraish Shihab
mengatakan, tidak pernah memisahkan ketetapan-ketetapan hukumnya dari moral sehingga
dalam kasus kloning walaupun dalam segi aqidah tidak melanggar wilayah qodrat Illahi,
namun karena dari moral teknologi kloning dapat mengantar kepada perpecahan manusia
karena larangan lahir dari aspek ini. Munawar Ahmad Anas mengatakan bahwa paradigma alQur’an menolak kloning seluruh siklus kehidupan mulai dari kehidupan hingga kematian,
adalah tindakan Illahiyah. Manusia adalah agen yang diberi amanah oleh Tuhan, karena itu
penggandaan manusia semata-mata tak diperlukan (suatu tindakan yang mubadzir).

F. Kloning Dalam Perspektif Hukum Positif
Hingga kini belum ada hukum positif di Indonesia terlebih lagi dalam bentuk undangundang (UU) yang mengatur mengenai kloning manusia. Padahal, produk kloning dalam
bentuk paling sederhana, yaitu sel tunas (stemcell) sudah mulai dipasarkan di dunia dan tidak
tertutup kemungkinan masuk ke Indonesia.Selain itu, dorongan untuk melakukan penelitian sel
tunas sudah cukup tinggi di Indonesia, bahkan uji coba pembuatan sel tunas mulai dilakukan di
Pusat Primata bekerja sama dengan Monash University, Australia. Mas Achmad Santosa pada
makalah tertulisnya "Status Hukum Human Cloning di Beberapa Negara" memaparkan
perdebatan tentang kloning manusia dari sudut etika, agama dan hukum belum berkembang
sebagaimana halnya di negera Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Para politisi di DPR dan
penentu kebijakan kunci juga belum memahami tentang kloning manusia dan berbagai
implikasinya.

14

Ia melihat urgensi pengaturan kloning manusia di Indonesia belum secara nyata
muncul, tidak seperti GMO (Genetically Modified Organism). Dalam hal ini Komisi VIII DPR
dan Kementerian Lingkungan Hidup telah menyepakati keluarnya UU tentang ratifikasi
protokol keamanan hayati, yang mengatur agar produk GMO tidak mengganggu, merugikan,
dan membahayakan keragaman hayati dan lingkungan hidup.
Sikap dari komunitas ilmuwan juga belum jelas terhadap kloning manusia, terutama
kebutuhan melakukan riset sel tunas embrionik. Oleh sebab itu, Mas Achmad berpendapat,
LIPI dan AIPI perlu melakukan pembicaraan terus-menerus dengan tokoh agama, ilmuwan
sosial, serta pakar etika dan hukum untuk sampai pada kesimpulan untuk kemudian menyikapi
perkembangan kloning manusia di berbagai negara.
Indonesia seharusnya mengarahkan dan mengembangkan kebijakan mengenai hal
tersebut, karena menurut Mas Achmad, cepat atau lambat Indonesia akan dituntut oleh
komunitas global untuk bersikap terhadap soal ini sebagai salah satu konsekuensi dari
globalisasi.
Kebijakan pelarangan kloning manusia telah dikeluarkan di banyak negara. Di Eropa,
pada awal tahun 2000, 30 negara telah menandatangani Konvensi Dewan Eropa tentang
pelarangan kloning manusia. Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), kebijakan atau peraturan
perundang-undangan tentang kloning manusia masih berupa RUU.
Di Asia, perkembangan pengaturan kloning terjadi di Korea Selatan. Pemerintah negara
ini bulan lalu memperkenalkan RUU yang melarang kloning manusia dan ESR (Embryonic
Stemcells Research) dengan ancaman hukuman bagi pelakunya 10 tahun penjara. Namun, hal
ini memancing protes para ilmuwan karena memasukkan ESR sebagai hal yang dilarang.
Mereka beranggapan pelarangan itu tidak sejalan dengan kebutuhan kegiatan penelitian dan
umat manusia.
Menunjuk adanya kesepakatan umum tentang pelarangan kloning reproduktif di Badan
Bioetika Presiden di AS, Bertens mengatakan, kesepakatan penolakan kloning reproduktif di
bidang etika ini sebaiknya dilarang juga pada taraf internasional. Hal ini supaya tidak muncul
percobaan yang mencari sensasi di tempat yang belum diberlakukan larangan nasional.

15

G. Kloning Pada Tumbuhan Dan Hewan
1. Kloning terhadap Tumbuhan
Suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau
jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat
memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
Dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas
apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara
langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.Ada beberapa tipe jaringan yang
digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.Pertama adalah jaringan muda
yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga
memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan
pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang.
Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman
muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan
tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang
berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
Keuntungan :
a. Tidak tergantung musim.
b. Dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan cepat.
c. Bibit seragam dan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
d. Pengangkutan bibit realtif murah.
e. Dalam proses pembibitan bebas hama, penyakit, dll.
16

Kerugian :
a. Mahal dan sulit.
b. Membutuhkan investasi tinggi untuk laboratorium, peralatan, dan perlengkapan
c. Dibutuhkan SDM handal.
d. Kurang kokoh pada akar.

2. Kloning Pada Hewan
Proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik
secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam
dan dialami oleh banyak bakteria, serangga, atau tumbuhan. Dalam bioteknologi, kloning
merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan
berkas DNA atau gen, sel, atau organisme. Arti lain kloning digunakan pula di luar ilmuilmu hayati.
Cara pertama, kloning dilakukan dengan mengambil inti sel (nucleus of cells)
pendonor yang kemudian ditanamkan ke dalam ovum lain yang nukleusnya telah
dikosongkan. Cara kedua, kloning dilakukan dengan menggunakan inti sel (nucleus) itu
sendiri, dari sel telur milik sendiri bukan dari pendonor. Cara ketiga, cloning dilakukan
dengan menanamkan inti sel (nucleus) jantan ke dalam ovum wanita yang telah
dikosongkan nukleusnya. Cara keempat, kloning dilakukan dengan cara pembuahan
(fertilization) ovum oleh sperma yang dengan proses tertentu.
Keuntungan
a. Menghasilkan hewan dengan memiliki ciri morfologi dan fisiologi yang sama.
b. Menghasilkan hewan dengan jumlah banyak dan waktu singkat
c. Menghasilkan bibit unggul yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

17

Kerugian
a. Mudah terserang penyakit.
b. Biayanya mahal
c. Menghentikan evolusi alamiah pada makhluk hidup.
Rekombinasi gen
Proses pemutusan seunting bahan genetika (biasanya DNA, namun juga bisa RNA)
yang kemudian diikuti oleh penggabungan dengan molekul DNA lainnya. Pada eukariota
rekombinasi biasanya terjadi selama meiosis sebagai pindah silang kromosom antara
kromosom yang berpasangan. Proses ini menyebabkan keturunan suatu makhluk hidup
memiliki kombinasi gen yang berbeda dari orang tuanya, dan dapat menghasilkan alel kimerik
yang baru. Rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, yaitu ketika fase yang
disebut sebagai “pindah silang” atau crossing over, pada profase. Pada fase itu, gen-gen dari
pasangan kromosom homolog saling bertukaran. Seperti kita ketahui, manusia memiliki 2 set
kromosom yang saling berpasangan, satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ayah, dan
satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis (perbanyakan sel),
kedua set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada perubahan susunan
gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu pada pembentukan sel gamet, pindah silang,
sehingga satu set kromosom hasil dari pembelahan meiosis akan membawa kombinasi sifat
ayah dan sifat ibu.
Secara buatan, rekombinasi gen merupakan salah satu alat bioteknologi untuk membuat
GMO ( Genetically Modified Organism), yaitu organisme yang telah dimodifikasi genetik nya.
Para ahli telah berhasil menghilangkan, menambahkan, atau menukar gen-gen tertentu
sehingga didapat sifat-sifat baru yang disukai. Umumnya organisme yang dimodifikasi adalah
bakteri, karena struktur genetisnya lebih sederhana dibandingkan organisme yang lebih tinggi.
Salah satu contoh yang paling populer adalah penyisipan gen pembuat insulin ke dalam genom
bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri tersebut dapat memproduksi hormon insulin untuk
para penderita diabetes.
Keuntungan

18

a. Keturunan suatu makhluk hidup memiliki kombinasi gen yang berbeda dari orang
tuanya.
b. Mengijinkan organis me yang bereproduksi secara seksual menghindari Rachet Muller,
Kerugian
a. Petani akan menderita kerugian karena penanam modal besar memperoleh tanaman
transgenik kualitas unggul.
b. Pencemaran biologis akibat pelepasan organisme transgenik ke alam bebas.
c. Alergi yang disebabkan oleh makanan dari produk rekayasa genetika.

19

BAB III
PENUTUP
Simpulan
1) Dampak yang di akibatkan kloning ada dua: manfaat dan kerugian.
2) Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa
hukum Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang diperbolehkan, dan
Kloning yang tidak diperbolehkan. Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan
adalah Kloning yang meninmbulkan kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning
pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama
penyakit-penyakit kronis.Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning
terhadap manusia yang dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit;
antara lain : menghilangkan nasab, menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’)

20

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya
Al-Hadits dan Terjemahnya
Alkaf, Halid. Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (PB UIN: Jakarta.
2003) hal.4.
Almundziri, Imam. Ringkasan Hadist Shahih Muslim edisi 2. PUSTAKA AMANI,
Jakarta.2003.
An-Nasa’I, Imam. Sunan An-Nasa’i. Darul Fikri. Beirut Lebanon.2000
Asy-Syaukani,Lutfi. Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer
(Pustaka Hidayah: Bandung.1998) hal.141
Ibnu Majah. Sunan Ibnu Majah, Dar el Fikr. Beirut Lebanon.2000
Mahfudh, Sahal, Dr. Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (LTN NU dan
Diantama: Surabaya. 2004) hal.544.
Muslim, Imam. Shahih Muslim, Darul Kutub al-Islamiyah.Beirut. 2001
semarang.
Forum Karya Ilmiah 2004, Kilas Balik Teoritis Fiqh Islam.

21