Gery cnth Penerapan konstruksi hijau mk.

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI
Disusun oleh:
Novalin Yulita Titiheru
(090 212 087)
Di bimbing oleh:
Dr. Ir. Veronica A. Kumurur, M.Si

ABSTRAK
Fakta bahwa pembangunan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
berupa penurunan kualitas lingkungan yang di sebabkan oleh meningkatnya volume
limbah yang dihasilkan oleh aktivitas konstruksi. Oleh karena itu dibutuhkan
pengelolaan yang tepat untuk mengatasi menurunnya ketersediaan sumberdaya
alam yang diakibatkan oleh eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Sebuah
gagasan yang dianggap berpotensi dapat mengurangi pembuangan limbah adalah
dengan menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini mengandung
tiga pilar utama yang saling terkait dan saling menunjang yaitu pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial dan pelestarian lingkungan hidup. Salah satu
terjemahan konsep pembangunan berkelanjutan di tingkat praktis dikenal dengan
green construction dimana implementasinya mulai mendapat perhatian dari berbagai
pihak. Selain itu juga dibutuhkan proses konstruksi yang bertanggung jawab agar
limbah yang dihasilkan seminimal mungkin. Sedangkan tujuan khusus adalah

mengembangkan bangunan Edukasi yang didahului dengan mengidentifikasi faktor
green pada proses konstruksi.

Kata Kunci : Konstruksi Hijau; Bangunan Edukasi

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

BAB 1
PENDAHULUAN
Fenomena pemanasan global yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca di
Bumi diyakini oleh para peneliti disebabkan salah satunya adalah pembangunan.
Salah satu indikator bahwa bumi tengah mengalami perubahan adalah tingginya
konsentrasi karbondioksida (CO2) di udara yang bersifat menghalangi pelepasan
panas dari bumi. Kwanda (2003) mengemukakan, konsumsi energi yang besar
dengan pertumbuhan 2% per tahun sampai tahun 2020 akan menghasilkan emisi
global CO2 dan gas rumah kaca lainnya naik menjadi dua kali lipat dari tahun 19651998 yang berdampak pada perubahan iklim dunia. Hal senada juga diungkapkan
oleh Salim (2010) yang menyatakan, bila cara-cara pembangunan tetap dilakukan
seperti biasanya tanpa perubahan, maka pada tahun 2050 diperkirakan konsentrasi

CO2 akan mencapai 500 part per million (ppm) atau menjadi dua kali lipat
konsentrasinya bila dibandingkan sebelum revolusi industri. Secara global, Indonesia
berada di urutan ke lima dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca atau sekitar
4,63% (World Resources Institute, 2005).
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-13 tentang Perubahan Iklim Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Bali pada bulan Desember 2007,
Indonesia sepakat untuk menurunkan konsentrasi CO2 di udara sebesar 26%
sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 dan disepakati tentang “peta jalur hijau”
dengan pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah karbon. Indonesia
seharusnya tidak terfokus hanya untuk menurunkan konsentrasi CO2 saja, namun
tetap melanjutkan aktivitas industri termasuk industri konstruksinya dengan cara-cara
yang memperhatikan lingkungan guna menyediakan ruang untuk hidup layak bagi
generasi mendatang. Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang dan
sedang membangun, telah memiliki cetak biru bagi sector konstruksi sebagai grand
design dan grand strategy yang disebut dengan Konstruksi Indonesia 2030.
Undang-Undang No.32 Tahun 2009, Pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai : Upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan telah disepakati untuk
melaksanakan suatu pola pembangunan baru yang diterapkan secara global yang
dikenal sebagai Enviromentally Sound and Sustainable Development (ESSD), yang
di Indonesia dikenal sebagai Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan (PBBL) yang didefinisikan sebagai : Pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya.
Pembangunan yang menjamin keseimbangan antara pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial (kemasyarakatan) dan keterjaminan kelestarian lingkungan.
Sustainable development menurut Susan Baker [1], menawarkan tiga perubahan,
yaitu; Sosial, yang berkaitan dengan perilaku dan tata nilai, kekerabatan dan
kelembagaan dalam masyarakat; Ekonomi, difokuskan pada alokasi dan distribusi
dari sumber daya yang lebih sedikit; Ekologi, termasuk ke dalamnya kontribusi dari
kedua aspek sebelumnya yaitu ekonomi dan sosial dan pengaruhnya terhadap
lingkungan dan sumber daya tersebut. Hal tersebut dikenal dengan tiga pilar
sustainable development (pembangunan yang berkelanjutan), dimana ketika aspek
tersebut terjadi saling keterkaitan secara dinamis.

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI


4

Gambar 1: Ekologis dalam mendukung konsep Green Building (2013)
Sumber : http://www.konsepgreenbuilding.com

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan kesepakatan Indonesia dalam konferensi yang membahas
tentang Perubahan Iklim (2007). Bahwa konstruksi Indonesia mesti beriorientasi
untuk tidak menyumbangkan terhadap kerusakan lingkungan namun justru menjadi
pelopor perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan. Dalam konstruksi Indonesia
melakukan promosi sustainable construction melalui penghematan bahan dan
pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca
konstruksi.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam penulisan ini adalah mengenalkan serta mendukung penerapan
green construction dalam proses pembangunan pada gedung-gedung di Indonesia.
Khususnya bangunan Edukasi.

BAB 2


PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

PEMBAHASAN
2.1

Konstruksi Hijau

Definisi konstruksi hijau menurut Glavinich (2008,h.5), konstruksi hijau
adalah : Suatu perencanaan dan pengaturan proyek konstruksi sesuai dengan
dokumen kontrak untuk meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap
lingkungan.
Perencanaan dan pengaturan proyek didasarkan pada dokumen kontrak.
Apabila dokumen kontrak tidak memuat hal-hal tersebut maka konstruksi hijau akan
terwujud jika kontraktor menginginkan suatu nilai dari kegiatan proses konstruksinya.
Definisi tersebut di atas dapat disempurnakan menjadi :Suatu perencanaan
dan pengelolaan proyek konstruksi (sesuai dokumen kontrak) untuk meminimalkan
pengaruh proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara

kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan
mendatang.
Pengertian “….meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap
lingkungan” adalah usaha atau cara yang digunakan dalam proses konstruksi untuk
menggunakan sumber daya alam secara efisien dan meminimalkan limbah yang
dihasilkan akibat proses konstruksi untuk menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan.
Faktor green construction di Indonesia dapat disintesakan menjadi 16 faktor,
menurut Ervianto, (2012). yaitu:
a.

Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Konstruksi;
Rencana penggunaan jenis bahan bangunan ramah lingkungan yang di
tetapkan dalam spesifikasi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap jadwal
pengadaan dan kemudian akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian
pekerjaan. Salah satu ketentuan pembangunan ramah lingkungan sedapat
mungkin menggunakan bahan bangunan yang bersumber dari sekitar lokasi
proyek (aspek lokalitas). Pengadaan berbagai jenis bahan bangunan hampir
selalu melibatkan supplier local dengan berbagai kendala keterbatasan.
Pertimbangan utama pemilihan suplier lokal didasarkan pada jarak

pengembalian material ke lokasi pekerjaan menjadi relatif lebih dekat sehingga
berpotensi untuk mereduksi emisi yang bersumber dari penggunaan bahan
bakar. Jika emisi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar rendah maka
akan berdampak pada pengurangan emisi CO2 ekivalen di tingkat global, yang
dengan demikian ikut berkontribusi pada usaha penurunan pemanasan global.

b.

Sumber dan Siklus Material;
Isu utamanya adalah menjaga keberlanjutan sumberdaya alam yang terbarukan
dengan menerapkan tatanan dan pengelolaan yang baik. Salah satu
sumberdaya terbarukan adalah hutan. Selain sebagai sumber material, hutan
juga berfungsi untuk melindungi bumi dari pemanasan global, menjaga tatanan
system air, dan mempertahankan daya dukung ekosistem.
Daur hidup material dimulai dari tahap eksploitasi produk, tahap pengolahan dan
produksi, perencanaan dan penerapan secara efisien (reduce), memperpanjang
masa pemakaian produk material melalui upaya penggunaan kembali (reuse)
dan proses daur ulang (recycle). Setiap pemakaian material hendaknya selalu
memperhatikan jejak ekologis dan jejak karbon. Salah satu opsi untuk
meminimalkan jejak karbon adalah dengan menggunakan material lokal.


PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

Konstruksi hijau sudah seharusnya menggunakan material yang tidak beracun
dan berbahaya, ramah lingkungan, tersedia secara lokal, bersertifikat, hasil daur
ulang, atau material yang terbarukan secara cepat. Salah satu metode
konstruksi yang mampu mereduksi limbah, memaksimalkan daur ulang,
mereduksi debu, dan mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan
metode prafabrikasi.
c.

Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan;
Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan ekologi dan kerusakan lain serta
menjalin relasi yang baik dengan berbagai pihak selama proses konstruksi
terjadi. Berbagai aspek penting dapat menjadikan proyek konstruksi itu ramah
lingkungan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal proteksi lokasi pekerjaan
adalah :

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

d.

Merencanakan cara-cara proteksi untuk seluruh vegetasi dan pohon yang
ada di lokasi pekerjaan.
Melestarikan vegetasi dan pohon yang terpaksa dipindahkan karena
vegetasi dan pohon tersebut berada di lokasi rencana bangunan.
Merencanakan akses ke lokasi pekerjaan dengan mempertimbangkan
kerusakan lingkungan sekecil mungkin.
Penggunaan air secara bertanggung jawab dengan merencanakan
pemanfaatan air seefisien mungkin dengan tujuan agar air tetap lestari.
Memanfaatkan kembali lapisan top soil yang akan dikupas pada saat
pembersihan lahan (land clearing).

Merencanakan pengurangan debu, asap, bau tidak sedap dengan berbagai
pengaruhnya.
Melakukan pengendalian kebisingan dan getaran yang ditimbulkan oleh
berbagai peralatan konstruksi selama proses konstruksi berlangsung.

Manajemen Limbah Konstruksi;
Manajemen limbah akibat kegiatan konstruksi dan pembongkaran bangunan
bertujuan untuk mengurangi penggunaan berbagai sumber material bangunan,
memakai kembali, dan mendaur ulang. Mengurangi pemanfaatan sumber
material bangunan berkaitan erat dengan pembangunan proyek baru dan proyek
yang sedang melakukan renovasi.
Daur ulang material bangunan dapat dilakukan manakala jumlah yang tersedia
cukup dan ada permintaan pasar. Dalam beberapa proyek, material yang dapat
didaur ulang seperti kayu, beton, bata merah, metal mencapai 75% dari total
limbah.
Berbagai jenis limbah dihasilkan dari komponen bangunan, seperti pintu,
asesoris lampu, bahan kemasan material, material yang berbahaya dan
berbagai macam limbah konstruksi seperti botol, berbagai macam kaleng dan
kertas. Berdasarkan hal tersebut sudah seharusnya dalam dokumen kontrak
ditambahkan kesepakatan yang berisi bahwa kontraktor atau kepala proyek

bertanggung jawab dalam hal pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatan
pembangunan yang meliputi :
1) Menyelamatkan berbagai material

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

2)
3)
4)
5)

Proses daur ulang
Pengemasan
Material berbahaya
Material yang harus dilindungi

e.

Penyimpanan dan Perlindungan Material;
Proses pelestarian material yang akan digunakan
dalam membentuk konstruksi hijau dimulai dari
tahap persiapan hingga tahap prakonstruksi.
Perencanaan pelestarian ini dilakukan oleh tim yang
di dalamnya terdapat pihak perencana bangunan
dan kontraktor apabila terlibat dalam proses sejak
awal. Kontraktor berkewajiban menyimpan dan
melindungi seluruh material.

f.

Kesehatan dan Kenyamanan dalam Proyek;
Lingkungan harus selalu tampak bersih dan dijaga kebersihan dan
kenyamanannya dengan cara :
1) Pengadaan safety net untuk mengurangi debu,
2) Menyiram lapangan untuk mengurangi debu, dan mengadakan washing bay
untuk menjaga kebersihan jalan.

g.

Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
Kesehatan dan keselamatan pekerja selama
pelaksanaan proyek konstruksi merupakan
bagian penting yang harus mendapatkan
perhatian pelaksana konstruksi agar seluruh
persyaratan yang telah ditetapkan dapat
dipenuhi. Demikian juga kesehatan dan
keselamatan
pengguna
bangunan
pasca
konstruksi harus tetap mendapatkan perhatian
konsultan perencana.
Konstruksi hijau tidak hanya terfokus pada
kesehatan penghuni bangunan setelah bangunan
tersebut
dioperasikan,
namun
juga
memperhatikan pekerja konstruksi yang sedang
melaksanakan berbagai aktivitas pembangunan.
Salah satu aspek yang patut mendapatkan
perhatian adalah kualitas udara pada saat
konstruksi berlangsung. Jenis-jenis pekerjaan
yang menghasilkan bermacam-macam debu dalam berbagai ukuran, seperti
pekerjaan kayu, finishing dinding, pengguna bahan-bahan kimia (lem, sealent,
cat, coating). Beberapa contoh pekerjaan yang menghasilkan debu adalah :
1) Pekerjaan tanah. Agar debu tidak beterbangan di lokasi proyek dan

sekitarnya maka tanah perlu disiram air menggunakan truk springkler,
mengganti peralatan lama dengan yang baru yang lebih efisien.
2) Pekerjaan pemasangan keramik. Pekerja memotong keramik menggunakan
mesin yang menimbulkan debu halus yang beterbangan di sekitar lokasi
proyek. Secara tidak langsung pekerja akan menghirup udara yang
mengandung debu tersebut.
PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

Untuk menghindari terjadinya berbagai gangguan kesehatan bagi pekerja
konstruksi diperlukan perencanaan yang baik untuk hal berikut:
a. Memisahkan bangunan untuk tinggal para pekerja konstruksi dengan lokasi
proyek yang sedang dibangun.
b. Melindungi saluran udara dari berbagai jenis debu, kelembaban, partikel
halus, dan mikroba sebagai akibat dari pelaksanaan dan pembongkaran
bangunan.
c. Menyediakan ventilasi (exhaust) di lokasi proyek dalam jumlah yang cukup.
d. Merencanakan jadwal pelaksanaan pekerjaan guna meminimalisasi bahanbahan yang berdaya serap dalam keadaan terbuka terlalu lama sehingga
dapat meminimalkan emisi.
e. Melakukan tindakan yang tepat untuk menghindari berbagai hama yang
mengganggu kesehatan.
Keberhasilan sebuah proyek konstruksi tidak hanya bergantung pada
perencanaan proyek saja. Untuk menurunkan risiko yang mungkin terjadi,
pelaksana konstruksi wajib memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja
dengan menjamin udara yang dihirup oleh pekerja dalam kondisi layak hirup.
h.

Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi;
Dalam pelaksanaan pembangunan, kontraktor dapat menerapkan berbagai cara
untuk mengurangi pemakaian bahan bakar dan mengurangi terjadinya polusi
yang ditimbulkan oleh peralatan yang digunakan. Beberapa hal yang dapat
mengakomodasi hal tersebut adalah :
1) Melatih operator peralatan.
2) Menghindari terjadinya waktu idle peralatan.
3) Mengganti penggunaan bahan bakar fosil dengan aki yang dapat di charge di
malam hari untuk alat transportasi yang digunakan di dalam proyek.
4) Mengganti bahan bakar tak terbarukan untuk semua/sebagian peralatan
dengan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan.
5) Menganjurkan pekerja menggunakan transportasi umum saat pergi ke
tempat kerja dengan tujuan mengurangi jumlah bahan bakar yang digunakan
dan sekaligus juga mengurangi emisi.

i.

Dokumentasi;
Untuk mencapai konstruksi hijau, kontraktor wajib menyiapkan dan memberikan
usulan kegiatan sebelum pekerjaan dimulai, selama proses konstruksi sampai
dengan berakhirnya pekerjaan. Proses yang harus dijalani dari satu proyek ke
proyek lain selalu berbeda sehingga diperlukan informasi untuk pelaksanaan,
format yang akan digunakan, mengevaluasi dan kemudian menyetujui proses
yang akan dilaksanakan.

j.

Pelatihan Bagi Subkontraktor;
Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai proyek konstruksi, subkontraktor
merupakan factor penting dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak. Beberapa hal yang wajib dipahami oleh subkontraktor adalah :
1) Rttencana pengolahan konstruksi.
2) Rencana penyediaan kualitas udara yang baik.
3) Cara-cara membangun yang efisien dalam pemanfaatan berbagai
sumberdaya alam.

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

k.

Pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi;
Jejak ekologis bertujuan untuk mengukur kebutuhan sumberdaya alam yang
digunakan oleh setiap bangsa dan setiap orang. Indikator jejak ekologis
diantaranya adalah berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk membangun
gedung dan jaringan infrastruktur.

l.

Kualitas udara tahap konstruksi;
Udara segar tanpa ada kandungan polutan berbahaya sangat dibutuhkan untuk
seluruh pekerja konstruksi berlangsung. Pencapaian kualitas udara segar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Kulitas udara dalam ruang kantor proyek
2) Kualitas udara dalam lokasi pekerjaan.
Usaha untuk mencapai kualitas udara yang baik dapat dilakukan dengan
memasang tanda dilarang merokok di semua ruangan di kantor proyek dan di
lokasi kerjam dan menyediakan area merokok yang berjarak ± 5 meter di luar
kantor proyek dan ± 5 meter di luar lokasi kerja.

m.

Konservasi air;
Tujuan penting dari konstruksi berkelanjutan adalah mengunakan air secara
bertanggung jawab dengan mengurangi penggunaan air dan menjaga kualitas
air. Usaha yang dapat dilakukan dilokasi pekerjaan antara lain :
1) Melakukan edukasi terhadap seluruh pekerja proyek.
2) Melakukan pemantauan dan pencatatan pemakaian air (pasang meteran air)
3) Penghematan konsumsi air.
4) Daur ulang pemakaian air bila memungkinkan

n.

Tepat guna lahan;
Pemilihan lokasi gedung yang tepat merupakan salah satu kunci dalam
pelaksanaan konstruksi hijau. Tujuan proses pembangunan ramah lingkungan
adalah meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

o.

Efisiensi dan konservasi energi;
Energi yang digunakan dalam proses konstruksi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1) Energi yang digunakan untuk ruang kantor proyek
2) Energi yang digunakan untuk peralatan konstruksi guna mendukung
aktivitas pekerjaan dilokasi proyek.

p.

Manajemen lingkungan proyek
Berdasarkan penilitian mengenai manajemen industri konstruksi, terdapat lima
faktor yang umumnya menjadi dampak dari pelaksanaan proses konstruksi,
diantaranya adalah kebisingan, kualitas udara, kuantitas dan kualitas air,
getaran, dan fasilitas jalan (Sutrisno dkk, 2009).

2.2

Ekologi

Arsitektur ekologis mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis
(arsitektur kemanusiaan yang memperhatikankesehatan penghuni), arsitektur
alternative, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energy surya), arsitektur
bionic (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan pembangunan alam), serta
PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

pembangunan berkelanjutan. Maka, istilah arsitektur ekologis adalah istilah holistik
yang sangat luas dan mengandung semua bidang tersebut.

Arsitektur
Biologis
Arsitektur
Surya

Bionik-Struktur
alamiah

Arsitektur
Ekologis

Arsitektur
Alternatif

Bahan dan
konstruksi
yg.berkelanjutan

Gambar 2: Konsep Arsitektur ekologis yang holistis (berkeseluruhan)
Sumber : Heinz Frick & Bambang Suskiyatno, 2007

Arsitektur Ekologis tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam
arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran
baku, melainkan arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan
lingkungan alamnya. Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain seperti
waktu, lingkungan alam, social-budaya, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini
menunjukan bahwa arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat, dan vital
dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.
Pemanfaatan Material Ekologis
Material ekologis disebut juga material alami, yaitu material yang bersumber dari
alam dan tidak mengandung zat-zat yang mengganggu kesehatan, misalnya batu
alam, kayu, bambo, tanah liat. Material yang digolongkan dalam jenis ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
(a) Eksploitasi dan produksinya menggunakan energy sesedikit mungkin;
(b) Tidak mengalami transformasi bahan sehingga dapat dikembalikan ke alam;
(c) Eksploitasi, produksi, penggunaan, dan pemeliharaannya tidak mencemari
lingkungan;
(d) Bersumber dari sumber alam lokal.
Berdasarkan hal tersebut untuk memperkecil jumlah limbah yang dihasilkan
selama proses konstruksi, kontraktor dapat menerapkan strategi sejak tahap
pengadaan, di antaranya adalah :
a. Order material hanya yang dibutuhkan saja;
b. Efisienkan kemasan dan transportasi material;
c. Sedapat mungkin gunakan material ukuran standar;
d. Merakit material prafabrikasi di luar lokasi proyek.
Dalam usaha untuk mengurangi jumlah limbah dapat diterapkan konsep 3R, yaitu
Reduce, Reuse dan Recycle.

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

Penggunaan Limbah plastik dan serbuk kayu untuk papan buatan

Membangun secara Ekologis
Konstruksi hijjau adalah proses dalam merealisasikan bangunan fisik konstruksi
dengan mengedepankan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Salah satunya adalah
aspek berkelanjutan yang ditinjau dari banyak hal. Pembangunan harus didasarkan
pada teknologi local dan tuntutan ekologis alam. Pembangunan yang berkelanjutan
mempunyai empat asas ekologis berikut :
a. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat daripada alam mampu
membentuk penggantinya.
b. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energy
terbarukan.
c. Menghasilkan sisa material/potongan/sampah yang dapat digunakan sebagai
bahan produksi bahan baru.
d. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.
Penggunaan material dalam proyek hijau.

Pengembangan bahan bangunan dari limbah ini selain dapat menunjang
kebutuhan pembangunan juga dapat memecahkan masalah lingkungan yang
selanjutnya produk ini dapat dikategorikan sebagai bahan bangunan ekologis.
Bahan bangunan ekologis yang dimaksudkan disini adalah bahan bangunan
yang dibentuk dari bahan sisa atau limbah industri melalui proses yang ramah
lingkungan serta aman terhadap kesehatan baik saat diterapkan maupun
pemanfaatan bangunan. Pengembangan bahan bangunan ekologis ini mulai
dilakukan seiring dengan adanya masalah lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan industri dan kegiatan lainnya yang menghasilkan bahan sisa atau buangan.

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

Limbah dari berbagai industri tersebut terasa semakin mengganggu terhadap
kesehatan dan kualitas lingkungan. Untuk itulah perlu adanya penanganan yang
komprehensip, konseptual, terarah dan berkelanjutan.
Beberapa contoh bahan limbah dalam Pembangunan Berkelanjutan :
1. Genteng semen ijuk adalah genteng beton yang dibuat dari campuran pasir,

semen dan ijuk sebagai pengisinya. Genteng semen ijuk ini juga dapat digunakan
sebagai penutup atap sama seperti genteng lainnya.
2. Panel serat tebu berbentuk papan yang terbuat dari serat tebu. Papan ini dapat
digunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-struktural bangunan. Serat
tebu juga disebutkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
3. Sawit block dapat menghasilkan bahan bangunan berupa conblock yang dapat
digunakan untuk dinding partisi non-struktural bangunan.
4. Panel dari sekam padi, tongkol jagung dan kulit singkong. Ketiganya
menghasilkan serat alami yang dapat dijadikan panel konstruksi murah dengan
perekat berbasis tannin. Panel tersebut dapat mengurangi biaya konstruksi dan
mengurangi ketergantungan pada bahan bangunan impor.

5. Komponen struktur bangunan dari batang
limbah pertanian. Sebuah perusahaan di
Oregon telah mengembangkan proses unik
untuk menghasilkan struktur bangunan dari
batang limbah pertanian dengan menciptakan
sebuah mesin yang membuat balok dari
batang limbah pertanian untuk konstruksi
bangunan.
2.3

Bangunan Edukasi

Pengolahan lingkungan sebagai dukungan pembangunan yang berkelanjutan
ini harus di capai melalui pendidikan lingkungan dengan pengertian, pemahaman
dan pelaksanaan sikap dan perilaku yang terintegrasi dalam segenap subjek
pengetahuan yang kita pelajari. Jadi, motivasi terhadap kelestarian lingkungan hidup
ini harus mendasari pendidikan maupun pelatihan keterampilan di segenap bidang
kegiatan pembangunan, baik di sektor pemerintahan/administrasi, swasta, industri,
perdagangan, pertambangan, perkebunan, di sektor transportasi komunikasi dan
informasi serta pelayanan masyarakat lainnya. Dalam pembangunan perlu ada

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

internalisasi dari dampak yang eksternal. Artinya apabila timbul dampak positif yang
menguntungkan, harus bermakna bagi para pelaksana, sedangkan apabila dampak
negatif, upaya pengelolaan dan cara mengatasinya harus menjadi kewajiban dan
tanggung jawab internal para pelaksana.
2.4

Penerapan Konstruksi Hijau Pada Bangunan Edukasi

Prinsip dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah penggunaan energi
yang optimal mulai dari tahap perencanaan, konstruksi, pemanfaatan sampai pada
pembongkaran. Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang
berbeda-beda, tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan
efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi
yang berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama
para ahli Green Building untuk membuat design yang cocok pada kondisi eksternal
internal lingkungan sekitarnya.
Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan
beberapa proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT.
Pembangunan Perumahan dan proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun
sayangnya hingga saat ini belum ada payung hukum yang menaungi penerapan
konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang akan diberikan pada
pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau. Di negara maju
seperti Amerika Serikat apresiasi terhadap konstruksi hijau diberikan berupa insentif
financial pada proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau berupa
pengurangan pajak, kemudahan pinjaman hingga pengurangan retribusi operasional
bangunan. Contohnya pada U.S. Environmental Protection Agency Science and
Technology Center (Kansas City, KS) oleh Hoefer Wysocki, yang sudah menerapkan
konsep konstruksi hijau.

U.S. Environmental Protection Agency Science and Technology Center (Kansas City, KS)

Hoefer Wysocki, 2003

EPA (Environmental Protection Agency) adalah salah satu laboratorium yang
di buka pada tanggal 4 Agustus 2003 di Kansas-Amerika Serikat. Bangunan Edukasi
ini adalah contoh perlindungan lingkungan yang dirancang untuk melestarikan
sumber daya alam, menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan berfungsi sebagai
model untuk pengembangan laboratorium masa depan. EPA sudah teruji dan
mendapatkan Gold Sertifikasi untuk penggunaan energi yang mencapai 28%
dibandingkan lembaga laboratorium rata-rata.
-

Efisiensi Air

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

Sebuah koleksi graywater unik dan sistem reuse, mengumpulkan air hujan dari
atap , pengendali udara kondensat , dan air ditolak dari sistem reverse osmosis
digunakan untuk menghasilkan air murni untuk percobaan laboratorium .
Graywater ini pertama kali menetap di tangki sedimen , dan kemudian disimpan
dalam tangki bawah tanah yang besar, sebelum digunakan kembali di gedung
untuk menyiram toilet dan sebagai pendingin air makeup tower. Sistem
pengumpulan graywater mengurangi limpasan situs sebesar 40 persen, dan
memiliki potensi untuk menghasilkan lebih dari 500.000 galon air per tahun untuk
mengimbangi kebutuhan pasokan air kota.

Small water-cooled chillers

Plate and frame heat exchanger.

-

Bahan & Sumber Daya
97 % persen bahan bangunan yang di daur ulang konten & perabot
Konstruksi daur ulang dialihkan 72 % sampah dari
tempat pembuangan sampah
76 % dari konstruksi dan bahan perabotan

-

Energi & Suasana
Penggunaan Energi rendah pada kaca untuk semua jendela.
Penggunaan lampu halogen untuk penerangan langsung dan pengunaan kaca
untuk pencahayaan langsung
5 modular alam boiler berbahan bakar gas 3, pendingin air - cooled , satu variabel
kecepatan chiller primer dan satu yang mempekerjakan pemulihan air panas
Volume Variabel lemari asam.

-

Kualitas Lingkungan Indoor

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

Tinggi kualitas udara dalam ruangan dengan rendah VOC (volatile organic
compounds) menggunakan bahan serap selama konstruksi, pendingin
(HVAC) ,sistem pemanas, ventilasi dan udara. Pekerjaan saluran disegel
untuk mencegah infiltrasi debu atau kontaminan. Tinggi langit-langit, kantor
terbuka dengan jendela clerestory besar memungkinkan cahaya alami masuk
ke dalam gedung.
Meskipun teknologi baru yang terus dikembangkan untuk melengkapi praktek
saat ini dalam menciptakan struktur hijau , tujuan umum adalah bahwa bangunan
hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang
dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh :
a. Efisien menggunakan energi, air , dan sumber daya lain
b. Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas
c. Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.

BAB 3
PENUTUP
Dalam pembuatan Konstruksi Hijau tentunya memiliki banyak tantangan
dikarenakan Konstruksi Hijau adalah konsep membuat bangunan yang baru dan
ramah/berwawasan lingkungan. Manfaat Konstruksi Hijau dapat dirasakan sampai
masa yang akan datang, karena selain difungsikan untuk fungsi primernya sebagai
gedung atau bangunan, juga dapat bermanfaat untuk keseimbangan lingkungan.
Selain itu juga dibutuhkan proses konstruksi yang bertanggung jawab agar limbah
yang dihasilkan seminimal mungkin. Sedangkan tujuan khusus adalah
mengembangkan bangunan Edukasi yang didahului dengan mengidentifikasi faktor

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4

green pada proses konstruksi. Karena bangunan yang dirancang secara
berkelanjutan membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk beroperasi dan memiliki
performa energi yang sangat baik.

Daftar Pustaka
Ervianto, W.I., 2012, Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Ervianto, W.I., 2012, Laporan Penelitian “Identifikasi Faktor Green Construction Pada
Bangunan Gedung di Indonesia”, ITB-JICA.
Frick, Heinz/Bambang Suskiyanto. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta : Kanisius,2006
Moh.Soerjadi, Arief
Environment)

Yuwono,

Dedi

Fardiaz.,2006.,Lingkungan

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

hidup

(The

Living

4

Hoefer Wysocki, A Case Study Of the Kansas City Science & Technology Center (pdf)
Nirwono Joga,Bangunan Hijau, Hemat dan Ramah Lingkungan (online) (updated 29 Mey
2008). Tersedia di : http://www.bangunan/hijau/ramahlingkungan/lipusedukasi.html
Admin, Puslitbang, Penggunaan bahan bangunan ekologis dalam mendukung konsep green
building (online) (15 Juli 2013) tersedia di : http://www.penggunaan/bahan/bangunan/
ekologis/konsep/green/building.html
Ervianto, W.I., Pengelolaan Proyek dalam Konstruksi Berkelanjutan (online) (24 desember
2010). Tersedia di : http://www.proyek/dalam/konstruksi/berkelanjutan.com
Yohanes,O.E.,
Konstruksi
Hijau
(Online)
(6
Januari).
Tersedia
http://www.memahami/konsep/green/building/konstruksi/hijau.com

di

:

Penerapan Konstruksi Berkelanjutan Pada Konstruksi di Indonesia (online) (31 januari 2011).
Tersedia di : http://www.penerapan/konstruksi/hijau/di/Indonesia.com
U.S. Environmental Protection Agency Science and Technology Center (Kansas City, KS)
(online) Tersedia di : http://www.epa/kansas/city/science/and/technology/center.com
http://retaildesignblog.net/2011/11/03/affordable-building-materials-from-recycledagricultural-waste/
http://puskim.pu.go.id/produk-litbang/teknologi-terapan/pemanfaatan-limbah-agrp

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

4