Proses Berpikir Siswa Dalam Penyelesaian Masalah Pythagoras Berdasarkan Gender di Kelas VIII MTs Arrahmah Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tes dan wawancara untuk mengetahui proses berpikir siswa
dalam menyelesaikan pythagoras, peneliti menggunakan indikator proses berpikir
ada tiga tahapan yaitu: (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan
(3) penarikan kesimpulan.61 Berikut ini pembahasan hasil penelitian proses berpikir
berdasarkan paparan data penelitian di atas.
A.

Proses Berpikir dengan subjek jenis kelamin laki-laki Kelas VIII dalam
Menyelesaikan Soal Pythagoras.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan jenis kelamin laki-

laki subjek TRF memahami soal pythagoras dengan menyebutkan unsur-unsur
yang terdapat dalam soal dan yang ditanyakan dari soal serta mengubah apa yang
diketahui dan yang ditanyakan kedalam gambar, subjek TRF menyebutkan apa
yang diketahui dari soal, sebagaimana diungkapkannya “agar memahami soal
tersebut saya memasukkan angka-angka, hal yang menyebutkan dalam soal
tersebut kedalam gambar ”. serta “saat memasukkan dalam gambar menjadikan
bentuk trapesium sembarang, maka saya memotong garis tengah trapesium

tersebut,sehingga menjadi sebuah segitiga siku-siku”.

Sehingga subjek TRF

mampu melakukan pembentukan pengertian. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Sumadi bahwasannya salah satu ciri proses berpikir dalam

61

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan..., hal. 55
94

95

pembentukan pengertian yang dilakukan oleh siswa adalah menganalisis ciri-ciri
dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya
satu demi satu62.
Kemudian untuk penyelesaian masalah pada soal, siswa menggunakan
konsep pythagoras. Dalam proses penyelesaian subjek TRF mampu melakukan
pembentukan pendapat, serta mampu memahami langkah-langkah yang ditempuh

dalam menyelesaikan soal pythagoras berdasarkan konsep yang telah dipelajari.
Sebagaimana yang diungkapkan subjek yaitu “yakin karena potongan dari
trapesium tersebut membentuk segitiga yang mencari sisi miring dari segitiga
tersebut” dan didasarkan pada hasil jawaban subjek TRF menuliskan bahwa dia

menggunakan rumus c = √

2

+

2.

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan

oleh Wasty Soemanto bahwasannya salah satu ciri proses berpikir dalam
pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau
lebih.63
Pada hasil akhir penyelesaian subjek TRF mampu melakukan sesuai pendapat
yang telah dia bentuk, hal ini didasarkan pada hasil jawaban bahwa TRF

menyebutkan bahwa jarak sama dengan 34. Menurut Wasty Soemanto bahwa
dalam penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan yaitu hasil perkerjaan
akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang
sudah ada.64 Maka subjek TRF mampu memenuhi tahapan-tahapan proses berpikir

62

Ibid., hal.55
Wasty Soemanto, Psikologi Pedidikan , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal. 32
64
Ibid., hal 32

63

96

sesuai dengan indikator. Begitu juga dengan soal nomor 2, dan 3 , subjek TRF juga
mampu memenuhi tahapan proses berpikir sesuai dengan indikator.
Begitu juga dengan subjek ADR tahapan proses berpikir untuk soal nomor 1
dan 2 terpenuhi semua indikator seperti subjek TRF, namun pada soal nomor 3

subjek ADR tidak memenuhi semua tahapan proses berpikir sesuai dengan
indikator seperti nomor 1 dan 2. Pada soal nomor 3, ADR tidak mampu
menyebutkan apa yang terdapat pada soal. Sebagaimana yang diungkapkannya
bahwa “sebenarnya soal nomor 3 ini menggunakan cara pythagoras tapi saya
bingung untuk memahami soal tersebut, jadinya belum bisa mengerjakan sampai
selesai”. Dari yang diungkapkan oleh subjek ADR bahwa dia bingung memahami

soal dan didasarkan pada jawaban, subjek tidak menulis apa saja yang diketahui
oleh soal atau tidak menulis unsur yang ada pada soal. Maka subjek ADR pada soal
nomor 3 tidak memenuhi tahapan proses berpikir pembentukan pengertian yang
diungkapkan oleh Sumadi, bahwa dalam pembentukan pengertian salah satunya
yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. objek tersebut kita
perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu.65
Kemudian pada tahapan pembentukan pendapat subjek ADR tidak memenuhi
indikator, hal ini diungkapkan subjek ADR pada saat wawancara yaitu “ setelah
saya menemukan a 1 akar 2, saya bingung harus dimasukkan kemana lagi pak”.

Serta didasarkan pada jawaban ADR, subjek tidak meletakkan hubungan antara dua
buah pengertian atau lebih. Begitu juga dengan tahapan proses berpikir penarikan


65

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan..., hal. 55

97

kesimpulan atau pembentukan pengertian, hal ini didasarkan pada jawaban subjek
ADR. Subjek tidak menulis penyelesaian dalam jawabannya.
Kesimpulannya Proses berpikir siswa laki-laki dalam menyelesaikan masalah
pythgoras di kelas VIII MTs Arrahmah adalah mampu memenuhi indikator proses
berpikir yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, penarikan
kesimpulan.. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hambarik Fatikhatul Habibah,
bahwa proses berpikir siswa laki-laki memenuhi proses berpikir konseptual66.
Dimana proses berpikir konseptual indikatornya adalah siswa mampu menyatakan
apa yang diketahui dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubahnya dalam
kalimat matematika (B.1.1), siswa mampu menyatakan apa yang ditanya soal
dengan bahasa sendiri atau mengubahnya dalam kalimat matematika (B.1.2), siswa
mampu membuat rencana penyelesaian dengan lengkap (B.1.3), siswa mampu
menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal
menggunakan konsep yang dipelajari (B.1.4), siswa mampu memeriksa kembali

kebenaran atau mengkoreksi kesalahan dari setiap langkah penyelesaian sehingga
diperoleh hasil yang benar (B.1.5).67

66

Hambarik Fatikhatul Habibah, Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Limit
Berdasarkan Gender Pada Siswa Kelas XI Unggulan IPA 1 MAN Tulungagung 1 Tahun Ajaran
2014/2015, (Tulungagung: Skripsi, Tidak diterbitkan 2015), hal.178
67
Avissa Purnama Yanti dan Muhamad Syazali, Analisis Proses Berpikir Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Bransford dan Stein Ditinjau
dari Adversity Quotient, Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 7, No. 1, 2016, hal 63 -74.

98

B.

Proses Berpikir Subjek Kelas VIII dengan jenis kelamin perempuan
dalam Menyelesaikan Soal Pythagoras.
Subjek dengan jenis kelamin perempuan yaitu NR dalam soal nomor 1 NR


mampu memahami soal pythagoras dengan menyebutkan unsur-unsur yang
terdapat dalam soal dan yang ditanyakan dari soal serta mengubah apa yang
diketahui dan yang ditanyakan kedalam gambar, hal ini didasarkan pada hasil
wawancara subjek NR yang mengungkapkan bahwa “menggambar maksud cerita
nomor 1 “, serta “sisi a bernilai 16 km, sisi b bernilai 40-10 yaitu 30 km, dan
mencari sisi c”. sehingga subjek NR mampu melakukan pembentukan pengertian.

Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sumadi bahwasanya salah
satu ciri proses berpikir dalam membentuk pengertian yang dilakukan oleh siswa
adalah menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut kita
perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu68.
Kemudian untuk menyelesaikan masalah pada soal nomor 1 siswa
menggunakan konsep pythagoras. Dalam proses penyelesaian subjek NR mampu
melakukan pembentukan pendapat, serta mampu memahami langkah-langkah yang
ditempuh dalam menyelesaikan soal pythagoras berdasarkan konsep yang telah
dipelajari. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan subjek NR yang
mengungkapkan bahwa “konsep pythagoras” serta “rumus pythagoras c2 = a 2 + b2
“. Pada jawaban subjek NR tertulis bahwa setelah dia menulis rumusnya, langkah
selanjutnya memasukkan unsur-unsur yang diketahui soal kedalam rumus. Hal ini

sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wasty Soemanto bahwasannya salah satu

68

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan..., hal 55

99

ciri proses berpikir dalam pembentukan pendapat yaitu menentukan hubungan yang
logis antar bagian-bagian.69
Pada hasil akhir penyelesaian subjek NR mampu melakukan pengambilan
keputusan sesuai pendapat yang telah dia bentuk. Hal ini didasarkan pada hasil
wawancara yang diungkapkan oleh subjek NR bahwa “34 Km”. Menurut Wasty
Soemanto bahwa dalam penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan yaitu
hasil perbuatan akal untuk membentukan pendapat baru berdasarkan pendapatpendapat yang telah ada.70 Maka subjek NR mampu memenuhi tahapan-tahapan
proses berpikir sesuai dengan indikator. Dari tiga tahapan proses tersebut subjek
APTH juga mampu memenuhi tahapan proses berpikir.
Begitu juga dengan nomor 2, subjek NR juga mampu memenuhi tahapan
proses berpikir sesuai dengan indikator. Namun berbeda untuk subjek APTH, untuk
soal nomor 2 subjek APTH hanya mampu melakukan proses pembentukan

pengertian saja, yaitu didasarkan pada hasil wawancara yang diungkapkan oleh
subjek APTH bahwa “panjang16, luas 192”. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Wasty Soemanto bahwasannya salah satu ciri proses berpikir
dalam pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua pengertian
atau lebih.71
Tahap pembentukan pendapat, subjek APTH tidak meletakkan hubungan
antara dua buah pengertian atau lebih. Hal ini didukung oleh wawancara yang
diungkapkan oleh subjek APTH bahwa “bingung” serta “karena saya tidak tahu

69

Wasty Soemanto, Psikologi Pedidikan ..., hal. 32
Ibid., hal.32
71
Ibid., hal. 32
70

100

yang dicari”. Pada jawaban dia juga tidak menulis rumus yang digunakan dan


langkah penyeselesaian. Karena subjek APTH tidak menulis langkah penyelesaian,
sehingga subjek APTH juga tidak melakukan proses penarikan kesimpulan atau
pembentukan keputusan Sehingga subjek APTH tidak mampu melakukan proses
berpikir tahap pembentukan pendapat dan pembentukan keputusan atau penarikan
kesimpulan.
Untuk soal nomor 3 subjek NR hanya memenuhi tahapan proses berpikir
pembentukan pengertian saja. hal ini didasarkan pada hasil wawancara bahwa
subjek NR mengungkapan “sisi AC 1, maka sisi AB 1 karena ada tanda sama ”.
subjek NR mengungkapkan unsur-unsur yang terdapat dalam soal nomor 3. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wasty Soemanto bahwasanya
salah satu ciri proses berpikir dalam membentuk pengertian yang dilakukan oleh
siswa adalah menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut
kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu72.
Tahapan selanjutnya yaitu pembentukan pendapat, subjek NR dalam
mengungkapkan pendapat-pendapat setelah mengetahui unsur-unsur yang ada
belum tepat. Hal ini didasarkan pada Jawaban subjek NR, sehingga dalam proses
pembentukan pendapat NR tidak memenuhi. Dalam proses pembentukan pendapat
subjek NR tidak memenuhi maka mengakibatkan dalam proses penarikan
kesimpulan atau pembentukan kesimpulan


subjek NR juga tidak mampu

memenuhinya. Begitu juga dengan subjek APTH, dia juga hanya memenuhi
tahapan proses berpikir pembentukan pengertian saja, sama dengan subjek NR.

72

Ibid., hal. 32

101

Kesimpulannya proses berpikir siswa perempuan dalam menyelesaikan
masalah pythgoras di kelas VIII MTs Arrahmah adalah mampu memenuhi salah
satu indikator proses berpikir yaitu pembentukan pengertian saja. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Indahsari Himatul Rohmah dan Farid Imroatus Sholihah,
bahwa siswa perempuan memiliki jenis proses berpikir konseptual dan
komputasional73. Dimana proses berpikir konseptual indikatornya adalah siswa
mampu menyatakan apa yang diketahui dalam soal dengan bahasa sendiri atau
mengubahnya dalam kalimat matematika (B.1.1), siswa mampu menyatakan apa
yang ditanya soal dengan bahasa sendiri atau mengubahnya dalam kalimat
matematika (B.1.2), siswa mampu membuat rencana penyelesaian dengan lengkap
(B.1.3), siswa mampu menyatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam
menyelesaikan soal menggunakan konsep yang dipelajari (B.1.4), siswa mampu
memeriksa kembali kebenaran atau mengkoreksi kesalahan dari setiap langkah
penyelesaian

sehingga

diperoleh

hasil

yang

benar

(B.1.5).74

Berpikir

Komputasional indikatornya75 adalah siswa tidak mampu menyatakan apa yang
diketahui dalam soal dengan bahasa sendiri atau mengubahnya dalam kalimat
matematika (B.3.1), Siswa tidak mampu menyatakan apa yang ditanya dalam soal
dengan bahasa sendiri atau mengubahnya dalam kalimat matematika (B.3.2), Siswa
tidak membuat rencana penyelesaian dengan lengkap(B.3.3), Siswa tidak mampu

73

Indahsari Himatul Rohmah Farid Imroatus Sholihah, Proses Berpikir Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Suku Banyak Berdasarkan Gender Pada Siswa Kelas Xi Ipa 1 Man Kunir Blitar
Tahun Ajaran 2015/2016 , Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Jurnal Tidak
Diterbitkan.
74
Avissa Purnama Yanti dan Muhamad Syazali, Analisis Proses Berpikir Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Bransford dan Stein Ditinjau
dari Adversity Quotient,.....
75
Ibid.,

102

menyatakan langkah langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal
menggunakan konsep yang pernah dipelajari (B.3.4), Siswa tidak memeriksa atau
mengoreksi kembali penyelesaian yang dibuat (B.3.5). Maka siswa perempuan
masuk kedalam indikator proses berpikir konseptual yang pertama (B.1.1) dan
indikator proses berpikir komputasional ketiga (B.3.3) dan keempat (B.3.4).