Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terh

1

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX)
Marheny Lukitasari
IKIP PGRI Madiun
Abstrak
Cahaya matahari mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi
tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan menutup membukanya
stomata, perkecambahan tanaman, sehingga ketersediaan cahaya matahari
menentukan tingkat produksi tanaman. Perlakuan dengan pemberian naungan
pada kedelai akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman
kedelai yang dipengaruhi oleh naungan adalah batang tidak kokoh, karena garis
tengah batang lebih kecil sehingga tanaman menjadi mudah rebah. Tujuan
kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya
matahari terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (glicyne max). Metode
penelitian adalah eksperimen dengan perlakuan naungan pada bedengan yang
ditanami kedelai. Perlakuan naungan adalah 75%, 50%, 25% dan 0%. Sumber
data yaitu: a) tinggi tanaman, dan b) jumlah daun. Data diambil setiap lima hari
dengan ulangan tiga tanaman. Analisis data dengan anova satu jalur, melalui
bantuan program SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi

tanaman dan jumlah daun berbeda secara signifikan. Hal ini berarti perlakuan
naungan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
Abstract
Sunlight has important role towards the physiological process of plants
such as photosynthesis, respiration, the open-close and development of stomata,
and germination. In other words, sunlight is able to determine the level of plant
production. Giving shelter for soya will influence the morphological
characteristics of that plant. Soya, which is given a shelter, has tiny breakable
stem. The object of the study is analyzing the influence of sunlight’s intensity
towards the development of soya (glycine max). The writer uses different shelter
treatment to soya bed. The treatments are 75%, 50%, 25%, and 0%. The sources
of the data are the heights of plant and the number of leaves which counted per
five days. The analysis of the data uses one way anova of SPSS version 16. The
result of the study shows that the differences of shelter treatment influence the
heights of plant and the number of leaves. Therefore, shelter treatment gives real
influence to the development of soya.
PENDAHULUAN
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa
adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman
ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan

intensitasnya. Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu
tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari). Dengan demikian
pengertian intensitas yang dimaksud sudah termasuk lama penyinaran, yaitu lama
matahari bersinar dalam satu hari. Pada dasarnya intensitas cahaya matahari akan

2

berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini dikarenakan
intensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan
air untuk membentuk karbohidrat.
Berdasarkan ekologi terhadap kemampuan penerimaan cahaya, Lukitasari
(2010) menyatakan bahwa secara garis besar tanaman dapat dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu: 1) Heliofit, tanaman yang tumbuh baik jika terkena cahaya
matahari penuh, dan 2) Skiofit, tanaman yang tumbuh baik pada intensitas cahaya
yang rendah. Secara umum, Suryowinoto (1988) mengemukakan bahwa terdapat
dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor makro dan
faktor mikro. Yang termasuk dalam faktor makro adalah: cahaya matahari, suhu,
kelembaban, awan, angin, serta pencemaran udara. Sedangkan faktor mikro
meliputi media tumbuh dan kandungan O2 dan CO2 yang ada di udara,
Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi

menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih
sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih tebal tetapi ukurannya
lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Beberapa efek dari cahaya
matahari penuh yang melebihi kebutuhan optimum akan dapat menyebabkan layu,
fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi kondisi tersebut cenderung
mempertinggi daya tahan tanaman.
Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya matahari mempunyai peranan
besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan
dan perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan perkecambahan
tanaman, metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan cahaya matahari
menentukan tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan cahaya
matahari melalui proses fotosintesis. Chozin (1998) melaporkan bahwa intensitas
cahaya di bawah tegakan karet umur dua dan tiga tahun setara dengan intensitas
cahaya di bawah paranet 25% dan 50%, sedangkan pada tegakan karet berumur
empat tahun sudah melebihi intensitas cahaya dalam paranet 75%.
Pendapat di atas diperkuat oleh Baharsyah dkk, (1985) bahwa cahaya
matahari sangat besar peranannya dalam proses fisiologis yaitu fotosintesis,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, pembukaan dan penutupan stomata,
berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran matahari
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui proses

fotosintesis. Hubungan antara penyinaran matahari dengan hasil adalah kompleks
terutama untuk tanaman kedelai yang memang pada dasarnya merupakan tanaman
yang menyukai cahaya matahari penuh.
Kedelai merupakan komoditas penting dalam hal penyediaan pangan
sehingga telah menjadi komoditas utama dalam pembangunan pertanian di
Indonesia (Adimihardja,1992). Kedelai yang dibudidayakan selama ini sebenarnya
terdiri dari paling tidak dua spesies yaitu Glycine max biasa disebut kedelai putih.
Ciri utamanya adalah warna biji yang berkisar antara kemungkinan berwarna
kuning, agak putih, atau hijau. Spesies kedua adalah Glycine soja atau kedelai
hitam dengan ciri utama warna biji hitam. Glycine max merupakan tanaman asli
daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara Glycine soja
merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah
menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia.

3

Perlakuan dengan pemberian naungan pada kedelai akan mempengaruhi
sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kedelai yang bisa dipengaruhi oleh
naungan adalah batang tidak kokoh, karena garis tengah batang lebih kecil
sehingga tanaman menjadi mudah rebah seperti diungkapkan Adisarwanto (1999).

Hal ini tidak berlaku bagi tanaman yang toleran naungan karena cenderung lebih
efisien dalam pemanfaatan cahaya. Pada batas naungan tertentu proses fisiologis
didalam tanaman toleran tersebut tidak terlalu dipengaruhi naungan sehingga
tanaman tumbuh normal, tidak terjadi etiolasi dan kerebahan yang tentunya tidak
mempengaruhi hasil (Asadi dkk,1991).
Asadi, dkk (1997) menjelaskan bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan
dicirikan oleh: a) peningkatan luas daun dan penurunan penggunaan metabolit,
b) penurunan jumlah tranmisi dan refleksi cahaya. Penurunan intensitas cahaya
akibat naungan juga akan menurunkan rasio klorofil a/b, tetapi akan meningkatkan
jumlah relative klorofil. Pemberian naungan pada tanaman akan berdampak
terhadap proses metabolism dalam tubuh tanaman dan akhirnya akan berdampak
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, terutama karena kurangnya
intensitas cahaya yang diterima tanaman tersebut (Baharsyah,1980).
Widiastuti, dkk (2004) juga menyatakan bahwa pemberian perlakuan
naungan pada berbagai stadi pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap jumlah
bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat biji, dan produksi biji kering
pada berbagai macam variaetas kedelai. Pemberian naungan 20% akan
memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian
polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbunga.
Hasil produksi kedelai yang optimum membutuhkan intensitas cahaya

yang cukup. Produksi kedelai selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang
diserap tanaman juga ditentukan oleh tingkat efisiensi penggunaan cahaya oleh
tanaman bersangkutan. Oleh karena itulah, untuk mengetahui bagaimana pengaruh
intensitas cahaya matahari terhadap pertumbuhan tanaman kedelai maka kegiatan
penelitian ini dilaksanakan.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya
matahari terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (glicyne max).
METODE
Metode kegiatan penelitian yang diterapkan adalah eksperimen dengan
memberi perlakuan naungan pada bedengan yang ditanami kedelai. Perlakuan
naungan dengan menggunakan paranet, dengan kondisi naungan 75%, 50%, 25%
dan 0% untuk kontrol. Bedengan dibuat dengan arah utara selatan sebanyak empat
bedeng dengan ukuran 1,5 meter x 4 meter per bedengnya. Jenis kedelai yang
ditanam adalah glicyne max atau kedelai putih. Pemberian perlakuan naungan
setalah tanaman berumur dua minggu setelah tanam.
Sumber data yang diambil adalah data pertumbuhan tanaman kedelai,
yaitu: a) tinggi tanaman, dan b) jumlah daun. Pengamatan dilakukan setelah
perlakuan berjalan satu minggu dengan interval pengamatan setiap lima hari


4

sekali. Pengambilan masing-masing data diambil ulangan sebanyak tiga tanaman
untuk setiap perlakuan.
Analisis data dilakukan dengan teknik anova satu jalur, dengan tujuan
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan naungan yang dilakukan. Proses
analisis dengan bantuan program SPSS versi 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan terhadap data yang dikumpulkan, yaitu pada tinggi batang
dan jumlah daun dianalisis dengan menggunakan anova satu jalur. Tinggi tanaman
dan jumlah daun merupakan indikator yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman. Hasil tabel sidik ragam untuk tinggi tanaman setelah diuji,
menampakkan hasil seperti nampak pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai.

Perlakuan
Galad
Total

db

k-1= 4-1 = 3
15-3=12
N-1=16-1=15

JK
455,6
541,3
996,9

KT
151,9
45,11

fh
3,37

ftab
2,61

ket

signifikan

Tabel sidik ragam tinggi batang diatas menunjukkan bahwa f hitung lebih
besar dari f tabel (3,37 > 2,61) yang berarti perlakuan naungan berpengaruh
terhadap tinggi tanaman kedelai.
Hasil signifikansi tabel sidik ragam menunjukkan bahwa intensitas cahaya
matahari mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai. Hal ini karena
intensitas cahaya matahari mempengaruhi berbagai proses dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, diantaranya adalah, transpirasi dan terutama adalah
fotosintesis seperti diungkap oleh Asadi, dkk (1991). Berdasarkan hasil kegiatan
yang sudah dilaksanakan maka pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari. Williams, et al (1976) menyatakan bahwa
berkurangnya cahaya yang diterima oleh tanaman akan dapat mempengaruhi
pengurangan pertumbuhan akar, serta tanaman menunjukkan gejala etiolasi dengan
ditunjukkan pertambahan panjang batang pada intensitas cahaya rendah. Kondisi
ini ditunjukkan juga oleh kedelai yang berada pada perlakuan naungan 75%,
pertumbuhan bantangnya lebih panjang dibandingkan pertumbuhan batang pada
perlakuan naungan yang lainnya.
Melengkapi tabel sidik ragam, berdasarkan rata-rata tinggi tanaman
kemudian dividualisaikan dengan grafik pertumbuhan seperti nampak pada

gambar 1.

5

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

t
i
n
g
g

i

BEDENG 1 (CAHAYA 25%)
BEDENG 2 (CAHAYA 50%)
BEDENG 3 (75%)
BEDENG 4 (CAHAYA 100%)

5

10 15 20

hari ke
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kedelai pada perlakuan naungan yang berbeda

Gambar 1 yang menunjukkan grafik tinggi tanaman kedelai dengan melihat
rata-ratanya, menunjukkan bahwa perlakuan pada bedeng 1 dengan intensitas
cahaya 25% menunjukkan rata-rata tinggi tanaman paling tinggi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa batang tanaman kedelai pada perlakuan naungan 75% yang
berarti cahaya matahari yang diterima adalah 25% mengalami etiolasi, sehingga
menjadi lebih panjang dibandingkan tinggi tanaman pada perlakuan yang lainnya.
Sebaliknya, pada perlakuan tanpa naungan atau dengan cahaya 100% nampak
tinggi tanaman justru paling pendek rata-ratanya dibandingkan perlakuan naungan
yang lain. Meskipun nampak pendek, tetapi batang tanaman kedelai tersebut
nampak kokoh, berwana hijau tua, pertumbuhan terlihat lebih baik dibanding
perlakuan yang lainnya. Hal ini seperti diungkapkan Baharsyah dkk, (1985) bahwa
cahaya sangat besar peranannya dalam proses fisiologis terutama fotosintesis,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga pembukaan dan
penutupan stomata serta berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan.
Cahaya matahari secara keseluruhan mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan
hasil tanaman.
Tabel 2. Tabel sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Kedelai.

db
k-1= 4-1 = 3

JK
38,2

KT
12,7

galad

15-3=12

49,8

4,15

total

N-1=16-1=15

88

perlakuan

fh
3,07

ftab
2,61

ket
Signifikan

Tabel 2 adalah tabel sidik ragam yang menunjukkan bahwa jumlah daun
berbeda secara signifikan yang ditunjukkan oleh f hitung lebih besar dari f tabel
(3,07>2,61). Hal ini berarti bahwa perlakuan intensitas cahaya dengan
menggunakan naungan berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.
Perbedaan jumlah daun terhadap perlakuan intensitas cahaya juga nampak dari
grafik yang nampak pada gambar 2.

6

Perlakuan tanpa naungan dan naungan 25% menunjukkan jumlah daun
yang lebih banyak dibanding perlakuan naungan 50% dan 75%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kedelai membutuhkan cahaya optimal untuk mendukung
pertumbuhannya. Intensitas cahaya merupakan komponen penting bagi
pertumbuhan kedelai, karena akan mempengaruhi proses fotosintesis yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan yang ditunjukkan dari banyaknya jumlah daun
yang diamati. Peningkatan intensitas cahaya matahari merupakan sumber energi
utama untuk melakukan proses fotosintesis (Lakitan, 1993). Hasil fotosintesis akan
ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman melalui floem, yang selanjutnya
energi hasil fotosintesis tersebut akan dipergunakan tanaman untuk mengaktifkan
pertumbuhan tunas, daun, dan batang sehingga tanaman tumbuh optimal.
Jumlah daun yang semakin sedikit pada perlakuan naungan 75% berarti
indeks luas daun dari suatu tanaman juga akan semakin rendah. Kondisi ini
konsekuensinya adalah semakin rendah pula proses fotosintesis yang dilakukan
daun. Intensitas yang rendah pada naungan 75% juga akan menjadikan
pertumbuhan daun melebar, tetapi tipis lapisan epidermisnya, jumlah jaringan
palisade sedikit, ruang antar sel lebih lebar dan jumlah stomata menjadi lebih
banyak. Namun sebaliknya, pada tanaman dengan naungan rendah, 25% maka
intensitas cahaya yang diterima tinggi sehingga pertumbuhan daunnya lebih
sedikit, berbentuk lebih kecil dengan jumlah stomata yang sedikit, lapisan kutikula
dan dinding sel lebih tebal, ruang antar sel kecil dengan struktur daun yang keras.
Dijelaskan dalam Lakitan (1993) bahwa pertumbuhan awal daun terjadi
karena meristem apikal dan marginal yang memiliki pola pembelahan berbeda.
Perluasan permukaan daun berasosiasi dengan peningkatan jumlah dan ukuran
khloroplas serta jumlah klorofil yang terdapat pada palisade dan spons parenkim.
Susunan sel-sel jaringan palisade saling melekat, tetapi beberapa bagian terpisah
sehingga udara dalam ruang antar sel tetap mencapai sisi panjang dengan kloroplas
melekat pada tepi dinding. Hal ini menjelaskan mengapa tanaman kedelai
memiliki pada perlakuan naungan berbeda secara signifikan, sehingga pada
dasarnya kedelai akan memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya
matahari yang diterimanya.
j 12
u 10
m
8
l
a
6
h
d
a
u
n

BEDENG 2
(CAHAYA 50%)
BEDENG 3
(CAHAYA 75%)
BEDENG 4
(CAHAYA 100%)
BEDENG 1
(CAHAYA 25%)

4
2
0
5

10 15 20

Hari ke-

Gambar 2. Jumlah Daun Kedelai pada perlakuan naungan yang berbeda

7

Gambar 2 menunjukkan grafik rata-rata jumlah daun pada perlakuan
naungan yang berbeda. Nampak pada grafik bahwa rata-rata jumlah daun tertinggi
adalah pada perlakuan cahaya 100% atau bedeng tanpa naungan. Hal ini
menunjukkan bahwa kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya
matahari optimal atau baik tumbuh pada kondisi tanpa naungan. Lukitasari (2010)
menyatakan bahwa setiap tumbuhan mempunyai kebutuhan intensitas radiasi
matahari yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi di lapang selain faktoe
genetiknya. Kondisi tersebut secara bersamaan akan mempengaruhi sifat-sifat
morfologi dan fisiologi tanaman bersangkutan. Lebih jauh dijelaskan bahwa
jumlah daun merupakan cerminan potensi tanaman dalam menyediakan tempat
berlangsungnya proses fotosintesis. Tanaman yang tumbuh dengan naungan akan
memiliki kompensasi hasil asimilasi yang lebih rendah dibandingkan tanaman
yang tumbuh di tempat dengan cahaya matahari yang optimal (Levitt, 1980).
Perbedaan tingkat naungan pada perlakuan secara keseluruhan
mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban udara dan suhu tanah
lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman
berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energi cahaya yang akan diubah menjadi
energi panas dan energi kimia. Tingkat naungan 0% – 25% menyebabkan
intensitas cahaya yang diterima tanaman berkisar antara 20.181,81 lux – 42.771,81
lux (Widiastuti, 2004). Semakin besar tingkat naungan berbanding terbalik dengan
intensitas cahaya yang diterima tanaman, sehingga juga akan mempengaruhi suhu
udara rendah dan kelembaban udara yang semakin tinggi. Kelembaban udara yang
rendah akan menghambat pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Kelembaban
udara dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dapat mempengaruhi
proses fotosintesis. Laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya kelembaban
udara sekitar tanaman.
KESIMPULAN
Hasil kegiatan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan
naungan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditunjukkan
adanya perbedaan signifikan pada tinggi tanaman dan jumlah daunnya. Tanaman
kedelai merupakan tanaman yang menyukai cahaya matahari, sehingga
membutuhkan intensitas yang optimum bagi proses pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, M. 1992. Pengaruh Pemupukan Awal Dan Inokulasi Rhizobium
Terhadap Dan Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai. Pusat
penelitian dan pengembangan tanaman pangan: Bogor.
Adisarwanto, T dan Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Pangan Kedelai Di
Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar swadaya: Bogor.
Asadi, Dimiarti, Arsyad. 1991. Adaptasi varietas kedelai pada pertanaman
tumpang sari dan naungan buatan. Seminar hasil penelitian tanaman
pangan, Bogor.

8

Baharsyah, J. S, Suwardi,D dan Irsal Las. 1985. Hubungan Iklim dengan
Pertumbuhan Kedelai. Badan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bogor.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T.
Grafindo Persada. Jakarta.
Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun
Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing.
Company Belmont, California.
Widiastuti, L., Tohari, Sulistyaningsih, E. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan
Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman
Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian (11)2: 35-42.
Williams, C.N., dan Joseph. 1976. Climate, soil and Crop Production in the
Humid Tropes. Oxford University Press. Kuala Lumpur.

9

Surat Pernyataan Sumber Tulisan PKM-AI
Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:
Nama : Ervin Puspitasari
NIM : 08431080
1) Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim
lainnya benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan:
-

adalah benar-benar kegiatan penelitian yang telah kami lakukan sendiri
bersama dengan kelompok kami.

-

topik kegiatan: Pengaruh Intensitas Matahari terhadap Pertumbuhan
Kedelai, pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan.

- dilaksanakan tahun 2011, di kebun percobaan IKIP PGRI Madiun
2) Naskah ini belum pernah diterbitkan/ dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Madiun, 17 Februari 2012
Yang membuat pernyataan,

Ervin Puspitasari

Mengetahui

Sri Utami, S.Pd, M.Pd

10

HALAMAN PENGESAHAN USUL
PKM AI
1. Judul Kegiatan

: Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari
terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai
(glycine max)

2. Bidang Kegiatan

: (√ ) PKM-AI

3. Ketua Pelaksana Kegiatan
Nama Lengkap
NIM
Jurusan
Institut
Alamat Rumah
No Hp
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIK
c. Alamat Rumah
d. No Hp

: Ervin Puspitasari
: 08431080
: Pendidikan Biologi
: IKIP PGRI Madiun
: Desa Mruwak Kec. Dagangan,
Kab. Madiun
: 085735102817
: 2 orang

: Marheny Lukitasari, S.P.,S.Pd.,M.Pd
: 110 307
: Perum Widodo Kencono Indah II/ E-10
Kecamatan Taman Kota Madiun
: 081913085858
Madiun, 21 Februari 2012

Menyetujui,
Ketua Program Studi

Ketua Pelaksana,

Sri Utami, S.Pd.,M.Pd
NIK. 110430

Ervin Puspitasari
NIM. 08431080

Wakil Rektor III

Dosen Pendamping

Drs. Nurhadji Nugroho, M.Pd
NIK. 110 028

Marheny Lukitasari, S.P.,S.Pd.,M.Pd
NIK. 110 307

11

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX)
BIDANG KEGIATAN
PKM ARTIKEL ILMIAH (PKM-AI)

DISUSUN OLEH:
ERVIN PUSPITASARI
KRISTIANITA
KLAUDIA PUTRI

NIM. 08431080/ T A 2008/ KETUA
NIM. 08431098/ TA 2008/ ANGGOTA
NIM 10431001/ TA 2010/ ANGGOTA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI
MADIUN
2012