SEJARAH REVOLUSI AMERIKA serikat pasca
BAB I
PEMBAHASANA
A. Arti Penting Revolusi Amerika
Revolusi Amerika punya arti penting melampaui benua Amerika
Utara. Hal ini menarik perhatian para intelektual politik di seluruh
Eropa. Idealis terkemuka seperti Thaddeus Kosciusko, Friedrich von
Steuben dan Marquis de Lafayette menjadi pendukungnya untuk
mengukuhkan gagasan yang mereka harap dapat diterapkan di negara
mereka masing-masing. Kesuksesan Revolusi Amerika memperkuat
konsep hak alami di seluruh dunia Barat dan memperluas kritikus
rasionalis
pencerahan
tentang
tatanan
kuno
yang
dibangun
berlandaskan monarki yang diwariskan dan gereja yang mapan. Dalam
kenyataannya, hal ini merupakan cikal-bakal Revolusi Perancis, tetapi
tidak mencapai tingkat kekejaman dan kekacauan seperti Revolusi
Perancis karena terjadi di dalam masyarakat yang sudah menganut
liberalisasi. Gagasan revolusi paling sering digambarkan sebagai
kemenangan teori kontrak sosial/hak asasi John Locke. Walaupun
sejauh ini pernyataan itu benar, karakterisasi ini terlalu cepat bagi
kelanjutan dari kepentingan kaum Protestan penentang Calvinis, di
mana kaum Pilgrim dan Puritan juga mendukung gagasan kontrak
sosial dan komunitas pemerintahan otonomi. Intelektual penganut
aliran Locke dan pendeta Protestan menjadi pendukung penting dalam
ketegangan liberalisme yang tumbuh subur di koloni Inggris di Amerika
Utara. Cendekiawan juga mendebat bahwa ada pendekatan lain yang
berkontribusi dalam Revolusi: “republikanisme”. Mereka menyatakan
bahwa Republikanisme tidak menyangkal kehadiran hak asasi tetapi
menurunkan
derajat
mereka
di
bawah
kepercayaan
bahwa
pemeliharaan republik yang bebas membutuhkan tanggung jawab
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
1
sosial yang kuat dan menumbuhkan sikap non-egoistis di antara para
pemimpinnya. Jaminan hak individu, bahkan pengejaran kebahagiaan
individu, malah terlihat egois. Republikanisme sempat mengancam
akan menyingkirkan hak asasi sebagai tujuan utama Revolusi. Namun
kebanyakan sejarawan masa kini mengakui bahwa perbedaan itu
terlalu dibesar-besarkan. Kebanyakan individu berpikir seperti itu pada
abad ke-18 membayangkan kedua gagasan tersebut lebih sebagai dua
sisi koin intelektual yang sama.1
Revolusi biasanya diikuti kekerasan dalam skala besar. Menurut
kriteria ini, Re-volusi Amerika dianggap relatif tenang. Ada sekitar
100.000 kaum Loyalis meninggalkan Negara Serikat yang baru.
Beberapa ribu di antaranya merupakan anggota elite lama yang
mengalami
penyitaan
properti
dan
digusur;
yang
lain
adalah
masyarakat biasa yang setia pada raja mereka. Mayoritas mereka
yang dikucilkan melakukan hal ini secara sukarela. Revolusi ini
memang membuka dan semakin meliberalisasi masyarakat yang
memang sudah liberal. Di New York dan Carolina, estate luas kaum
Loyalis dibagi-bagi di antara para petani kecil. Asumsi liberal menjadi
norma sosial dalam kultur politik Amerika baik dalam merombak
Gereja Anglikan, prinsip pemilihan eksekutif nasional dan negara, atau
ketidaksukaan meluas akan gagasan kebebasan individu. Meski
demikian, struktur masyarakat nyaris tidak berubah. Baik ada revolusi
atau tidak, kebanyakan masyarakat tetap aman dalan kehidupan,
kemerdekaan, dan kepemilikan mereka.2
B. Latar Belakang Revolusi Amerika
Presiden Amerika Serikat yang kedua`, John Adam (1735-1826), menyatakan
bahwa Revolusi Amerika sudah dimulai sebelum perang meletus. Revolusinya terdapat
didalam pikiran dan rakyat Amerika. Prinsip serta semangat yang membawa rakyat
Amerika untuk memberontak sehingga harus ditelusuri kembali sampai 200 tahun yang
1
2
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 73
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 73
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
2
lampau atau dicari didalam sejarah Negara ini semenjak berdirinya perkebunan yang
pertama di Amerika3. Dengan demikian, untuk mengetahui latar belakang Revolusi
Amerika harus ditelusuri sejak London Company berhasil mendirikan pos dagang yang
pertama di Jamestown pada 1607.
London Company dengan berbekal the royal charter4 yang diperoleh dari aja
Inggris pergi ke Benua Amerika dan tiba di benua ini mendirikan pos dagang yang
pertama di Jamestown pada 1607. Di tempat ini selanjutnya kongsi dagang ini bisa
melakukan control terhadap kinerja gubernur koloni melalui penempatan wakil-wakil
penduduk koloni di dalam dewan legislatif. Hal semacam ini juga digunakan Plymouth
Company yang berbekal pada the royal charter dari Raja Inggris mendirikan dan
menyelenggarakan pemerintahannya sendiri secara penuh di New England. Wakil-wakil
para koloni di dalam dewan legeslatif menggunakan hak control atas keuangan,
menetapkan ketentuan penarikan pajak tidak boleh dikenakan tanpa melalui perwakilan,
pendapatan bersama tidak boleh dikeluarkan tanpa persetujuan para wakil yang terpilih.
Hal ini sudah terbiasa dirasakan kaum koloni, sehingga mereka merasa memiliki tradisi
menjadi orang merdeka. Berbekal tradisi yang demikian ini sebagai modal dasar bagi
para penduduk koloni untuk melawan pemerintahan colonial Inggris sehingga benar apa
yang dikatakan Presiden John Adam bahwa Revolusi Amerika sudah dimulai sebelum
perang meletus karena sesungguhnya revolusinya sudah terdapat di dalam pikiran dan
rakyat Amerika.
Pada saat menjelang Revolusi Amerika meletus, seluruh penduduk koloni sudah
mempunyai pengalaman berpemerintahan sendiri selama bertahun-tahun dan demogratis
terjadi perkembangan penduduk koloni yang meningkat secara signifikan antara 16881750, yakni mencapai 1.600.000 orang. Aspek ini tentu berdampak terhadap motivasi
masyarakat koloni untuk berjuang dalam rangka memperjuangkan hak-haknya. Adanya
jumlah orang yang banyak, artinya berpotensi untuk memaksimalkan mobilitas massa.5
Pada abad XVIII terjadi perluasan secara teratur gelombang perpindahan dari
Eropa dan berhubung tanah dengan baik untuk pemukiman di dekat pesisir sudah
diduduki, para pemukim baru harus masuk lebih jauh ke pedalaman di belakang garis
3
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:97
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:97
5
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:97
4
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
3
jeram sungai-sungai. Para pedagang menjelajah ke daerah belakang dengan membawa
pulang kisah lembah-lembah kaya dan membujuk para petani membawa keluarga mereka
menembus hutan belantara. Sekalipun mengalami kesulitan karena ganasnya alam,
namun para pemikum baru itu akhirnya datang dan pada 1730-an belum merumuskan
garis politik yang tegas bagi daerah-daerah koloni yang menjadi miliknya. Hal ini karena
pemerintah Kerajaan Inggris berperang pada pandangan merkantilis bahwa koloni-koloni
harus menyediakan bahan-bahan mentah kepada negeri-induk dan tidak menyainginya
dalam pembuatan barang. Akan tetapi garis kebijakan ini dilaksanakan dengan buruk dan
koloni-koloni tidak pernah menganggap diri mereka sendiri lebih sebagai Negara atau
anggota persemakmuran seperti juga Inggris yang hanya memiliki hubungan longgar
dengan para pejabat di London. Factor geografi yang jauh antara negeri induk dengan
para kolonis yang dibatasi oleh lautan luas akan memperkecil bahaya kecemasan para
kolonis terhadap tindakan balasan yang tentu akan dirasakan para kolonis seandainya
jarak negeri induk para kolonis dekat.
Para kolonis pewaris tradisi bangsa Inggris tentang perjuangan panjang demi
kemerdekaan politik memasukkan konsep kemerdekaan ke dalam Piagam Virginia yang
pertama yang menyatakan bahwa kaum kolonis Inggris harus menikmati segala
kebebasan, hak, dan kekebalan yang sama seperti seandainya mereka lahir dan berdiam di
dalam wilayah Inggris. Hal itu berarti harus turut menikmati hikmah Magna Charta dan
hukum adat. Pada mulanya koloni-koloni masih dapat berpegang pada warisan hak-hak
mereka berkat anggapan Raja Inggris bahwa mereka tidak berada di bawah control
parlemen. Lagi pula selama bertahun-tahun, raja-raja Inggris terlalu sibuk dengan
pergulatan yang terjadi di Inggris yang memuncak pada Revolusi puritan sehingga rajaraja Inggris tidak sempat memaksakan kehendak mereka di seberang (daerah koloni).
Sebelum parlemen Inggris sempat menaruh perhatian kepada tugas membentuk kolonikoloni Amerika di bawah kerangka sistem politik yang menyangkut seluruh imperium,
koloni-koloni itu telah berkembang kuat dan makmur dengan sendirinya.
Pada awal keberadaan para kolonis di benua baru, para kolonis hidup menurut
hukum dan konstitusi Inggris dengan badan legislatif, sistem pemerintahan yang
berperwakilan dan diakuinya jaminan kebebasan pribadi berdasarkan hukum adat. Akan
tetapi, pembuatan peraturan menjadi semakin banyak pandangan dari segi Amerika dan
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
4
pelaksanaan serta kebiasaan Inggris semakin sedikit saja diperhatikan. Sekalipun
demikian, kebebasan koloni dari control nyata inggris bukannya dicapai tanpa konflik
dan sejarah koloni menunjukkan penuh sengketa antara badan perwakilan yang dipilih
oleh rakyat dan para gubernur koloni yang diangkat oleh raja. Namun, para kolonis
mampu membuat gubernur tidak berdaya sebab sesuai dari badan perwakilan. Kadangkadang para gubernur disuruh untuk memberikan jabatan yang menguntungkan atau izin
tanah kepada para kolonis yang berpengaruh guna menjamin dukungan mereka bagi
rencana-rencana kerajaan. Akan tetapi sering juga terjadi bahwa begitu para kolonis itu
telah menerima pemberian, begitu pula mereka terus memperjuangkan kehendak rakyat
koloni secara giat. Pertikaian sering terjadi antara gubernur dan badan perwakilan
demikian semakin mempertajam kesadaran kaum kolonis akan perbedaan kepentingan
antara Inggris dan Amerika. Secara bertahap badan perwakilan mengambil alih tugas
gubernur beserta dewan penasihatnya sehingga pusat pemerintahan colonial bergeser dari
London ke ibu kota provinsi di tanah koloni.
Inggris memiliki tiga belas koloni di sepanjang pesisir pantai Samudra Atlantik. 6
Dengan menanamkan kekuasaannya dengan lading, perkebunan, pemukiman, sedangkan
Prancis menanamkan kekuasaan di Lembah St. Lawrence di Kanada sebelah timur.
Prancis yang hannya mengirim sedikit saja pemukim dan lebih bnayak penjelajah,
misionaris, dan dengan mendirikan sederetan benteng serta pos perdagangan telah
membangun suatu wilayah kekuasaan yang berbentuk bulan sabit yang membentang dari
Quebec disebelah timur-laut sampai New Orleans di selatan. Posisi koloni prancis yang
demikian ini tampak akan menjepit Inggris di dalam sebaris tanah sempit di sebelah timur
Pergunungan Appalachia.7 Posisi kloni Inggris sangat tidak menguntungkan karena jika
ingin memperluaskan koloninya kea rah urutan terhadang oleh prancis yang telah
menanam kekuasaan di Kanada, dan jika menginginkan perluasan koloni ke arah barat
harus menghadapi prancis yang telah menguasai Quebec, Lousiana dan Lembah Ohio,
sedangkan jika menginginkan perluasan koloni kea rah selatan terhalang oleh Spanyol
yang telah menanamkan kekuasaannya di Florida dan New Meksiko. Untuk mengetahui
keberadaan koloni Inggris yang terjepit di antara koloni-koloni Prancis dan Spanyol,
dapat dilihat pada peta dibawah ini.
6
7
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:100
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:100
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
5
Gambar 1
Keberadaan Koloni Inggris Terjepit Diantara Koloni Prancis dan Spanyol
Pertikaian sudah terjadi sejak 1613 antara para kolonis Prancis dengan Inggris
yang berujung pada terjadinya peperangan perebutan koloni anatara Prancis dan Inggris
yang sesungguhnya merupakan rivalitas kedua Negara tersebut dalam memperebutkan
dominasi sebagai Negara paling kuat di Eropa. Antara 1689-1697 terjadi “Perang Raja
William” merupakan perang perebutan koloni antara kedua Negara tersebut di Amerika
yang sesungguhnya bagian dari Perang Palatin antara Inggris dan Perancis di Eropa.
Selain itu, kedua Negara itu saling berperang seperti tampak dalam Perang Anne (17021713) sebagai perang pendamping Perang Perebutan Tahta Spanyol. Demikian juga
kedua Negara itu terlibat dalam Perang Raja George (1744-1748) mengiringi Perang
Perebutan Tahta Austria.8 Meskipun Inggris mendapatkan keuntungan-keuntungan
tertentu dalam perang-perang tersebut namun sebenarnya umum tidak ada pemenang
yang tegas di dalam pertempuran-pertempuran tersebut, dan posisi koloni Prancis di
8
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:101
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
6
Benua Amerika tetap kokoh. Walaupun demikian di dalam peperangan berlaku prinsip
kalah menjadi abu, menang menjadi arang, maksudnya baik yang kalah maupun yang
menang akan mengalami kerugian besar baik secara materi maupun rohani dan tentu
pihak yang kalah mengalami kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan pihak
yang menang.
Pertikaian anatara Inggris dan Prancis memasuki tahan terakhir pada 1750-an.
Setelah Persetujuan Perdamaian Aix-la-Chappelle tahun 1748, Prancis memperketat
genggamannya atas Lembah Mississippi. Pada waktu bersamaan arus perpindahan kolnis
Inggris yang menyeberangi Alleghenies bertambah banyak dan hal ini merangsang
perebutan untuk sama-sama memiliki daerah tersebut. Prancis bukan hanya mengancam
pemerintah Kerajaan Inggris, tetapi juga mengancam para kolonis Amerika sebab dengan
menguasai Lembah Mississippi Prancis dapat membendung Inggris yang akan
memperluas koloninya kea rah barat.9 Memasuki 1754 suatu berontakan bersenjata antara
beberapa anggota lascar milisi Virginia di bawah pimpinan George Washington yang
masih berusia 22 tahun dan sepasukkan tentara Prancis mengobarkan perang Prancis dan
Indian dan kesempatan ini di manfaatkan Inggris untuk membantu Indian. Perang ini
menentukan apakah Inggris atau Prancis yang akan lebih unggul di Amerika Utara.10
Posisi daerah jajahan Inggris di Amerika Utara kurang menguntungkan karena
daerah jajahan Inggris berada di sepanjang pantai timur Samudra Atlantik terjepit oleh
daerah jajahan Prancis dan Spanyol. Inggris jika menginginkan perluasan koloni kea rah
utara, maka terhadang oleh koloni Pracis yang menguasai Kanada. Demikian juga jika
Inggris menginginkan perluasan koloni kea rah selatan, maka terhadang oleh Spanyol
yang menguasai daerah koloni di Florida dan di New Meksiko. Sementara itu, jika
inggris menginginkan perluasan koloni kea rah barat, maka terhadang oleh Pracis yang
telah menguasai daerah Louisiana, Lembah Ohio, dan daerah Quebec. Setelah ditimbangtimbang untung ruginya, Inggris menentukan pilihannya dengan meluaskan koloninya ke
arah barat dengan menyeberangi pegunungan Rocky dan harus menghadapi Prancis.
Pertimbangan lainnya bagi Inggris untuk memperluaskan koloni ke arab barat yaitu di
daerah sebelah barat tersedia hamparan tanah yang luas yang memiliki kekayaan alam
berupa tambang, sumber mineral dan berbagai hasil hutan yang melimpah. Sedangkan
9
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:102
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:102
10
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
7
tantangan yang harus dihadapinya selain menerobos Pegungungan Rocky dan hutan
belantara yang bermedan sulit, Inggris juga harus menghadapi Prancis, maka terjadilah
Perang memperebutkan daerah jajahan dengan prancis yang tidak dapat dihindari. Perang
tersebut di dalam lembaran sejarah dikenal sebagai Perang Tujuh Tahun (1756-1763).
Kemenangan inggris dalam Perang Tujuh Tahun (1756-1763) menyebabkan
Prancis menyerahkan sebagian besar daerah jajahannya ke Inggris seperti: Kanada,
sebelah timur Sungai Mississippi. Setelah pasca-Perang Tujuh Tahun Inggris menukar
koloninya di Kuba kepada Spanyol dan Inggris mendapatkan ganti dari Spanyol tanah
koloni Florida. Penukaran koloni tersebut disepakati oleh Inggris maupun Spanyol karena
memudanhkan kedua belah pihak untuk mengelola koloninya di Benua Amerika.
Akibat kemenangan Inggris terhadap Prancis dalam perang perebutan koloni di
Benua Amerika (1756-1763), wilayah jajahan Inggris semakin luas sehingga banyak
timbul masalah-masalah baru seperti: persoalan menjaga daerah-daerah pembatasan,
mengelola daerah jajahan, menghadapi pemberontakan orang-orang indian, missal
pemberontakan Ottawa pada 1763. Semua masalah tersebut harus segara diatasi dan
memerlukan biaya yang besar. Kemenangan Inggris terhadap Prancis dalam Perang
Tujuh Tahun (1756-1763) menyebabkan utang Inggris menjadi besar jumlahnya yaitu
130.000.000
poundsterling
dengan
bunga
setiap
tahunnya
sebesar
4.000.000
poundsterling.11 Inggris berusaha menutupi utangnya dengan melaksanakan Undangundang Perdagangan yang dibebankan kepada kolonis di Amerika. Misal menetapkan
Undang-undang Gula tahun 1764, Undang-undang Meterai impor tahun 1765, Undangundang Gula tahun 1764 mengatur tentang larangan impor tentang minuman keras diluar
negeri (di luar Inggris), melarang impor gula, sirup dari luar negeri, mengenakan bea
masuk atas angur, sutra, kopi, dan sejumlah barang mewah lainnya. Undang-undang
Meterai tahun 1765 mengatur tentang pembebanan terhadap bea atas surat-surat kabar,
almanac, pamphlet, lisensi, dadu, dan kartu judi kepada para kolonis di Amerika.
Berbagai pajak tersebut mengakibatkan neraca dagang kaum kolonis menjadi
buruk. Antara 1700-1703 neraca perdagangan yang buruk meningkat sampai melebihi
20.000.000 poundsterling.12 Para kolonis Inggris di Amerika kemudian menentang
11
12
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:104
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:104
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
8
kebijakan negeri induk (Inggris) dan mereka di bawah pimpinan George Washington
berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada 4 Juli 1776.
C. Corak Perlawanan Koloni
Jamestwon merupakan koloni Inggris pertama yang dibangun di Amerika,
tepatnya Amerika Utara berdasarkan piagam yang dihadiahkan Raja James I kepada
Virginia Company. Guna menghindari pihak Spanyol yang lebih dahulu datang, para
emigran yang terdiri atas orang-orang kota para petualang memilih kawasan sejauh 60km
kea rah sungai James dari teluk. Para emigran yang terdiri atas orang-orang kota dan para
petualang ini lebih tertarik untuk mencari emas dari pada berladang. Pada sekitar 1607
dan 1624 diperkirakan 14.000 orang bermigrasi ke koloni itu, namun hanya 1.132 orang
yang masih hidupa disana pada 1624.13
Corak perlawanan para kolonis Inggris di Amerika bagian utara terharap
pemeritah negeri induk, inggris dilakukan oleh kaum intelektual, kaum pedagang maupun
oleh aksi massa. Kaum intelektual melakukan aksi perlawanan dengan perang pamphlet
ideologis yang akan mempercepat meletusnya Revolusi Amerika. Mereka menentang
keberatan soal pajak-pajak baru yang dikenakan pada para kolonis. Mereka menganggap
bahwa pemungutan berbagai pajak oleh pemerintah negeri induk kepada para kolonis di
Amerika tidak dapat dibenarkan karena pengumutan pajak tersebut tanpa melalui
perwakilan (no tax without representative). Semestinya pengumungat pajak oleh negeri
induk terhadap para kolonis di Amerika harus dimintakan persetujuan kepada para wakil
rakyat di daerah koloni. Para tokoh intelektual di daerah koloni seperti Benjamin Franklin
dari Pennsyvania, John Adam dari koloni di Massachusetts, Thomas Jefferson dari koloni
Virginia yang semuanya sepakat bahwa no tax without representative.14
Kaum pedagang di berbagai koloni di Amerika merasa keberatan terhadap
kebijakan pembebanan pajak dari negeri induk terhadap para kolonis di Amerika dengan
melakukan aksi perlawanan melalui penghentian impor, maksudnya para pedagang di
tanah koloni Amerika tidak mau membeli atau melakukan tindak pemboikotan terhadap
barang-barang yang didatangkan dari negeri induk. Ketika Undang-Undang Meterai
berlakukan di tanah koloni Amerika, banyak perusahaan yang menghentikan
pekerjaannya. Demikian juga berbagai pengadilan di tanah koloni Amerika menutup diri
13
14
Wahjudi Djaja, Sejarah Eropa dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern, (Ombak, 2012), hal:171
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:105
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
9
untuk tidak memakai meterai. Namun, ada juga yang mulai bekerja dan secara terangterangan tidak menggunakan meterai.
Massa di tanah koloni Amerika menyikapi kebijakan pembebanan berbagai pajak
dari negeri induk terhadap para kolonis di Amerika dan melakukan aksi perlawanan di
bawah pimpinan Isaac Barre dengan memaksa para agen meterai untuk melakukan
jabatannya dan memaksa para pedagang untuk menghentikan pesanan barang-barang
yang didatangkan dari negeri induk. Massa di tanah koloni Amerika melakukan aksi
pembakaran terhadap surat-surat pengadilan laut di Boston. Selain itu, massa juga
melakukan aksi perampokan-perampokan terhadap rumah pengawas keuangan.15
Terjadi pertikaian antara Prancis dengan orang-orang Indian, maka Inggris
mengirimkan pasukannya untuk membantu orang-orang Indian yang dipimpin Mayjen
Thomas Gage. Para kolonis merasa tidak senang atas kehadiran pasukan Inggris terbukti
ketika Thomas Gage meminta keanggota Majelis New York bernama Sir Henry Moore
untuk membuat peraturan mengenai Undang-Undang Perumahan dan Perbekalan untuk
pasukan Inggris di Konoli New York. Melalui Undang-Undang tersebut, Thomas Gage
berharap supaya para kolonis wajib menyediakan tangsi dan perbekalan untuk pasukan
negeri induk (inggris). Hal ini memberatkan para kolonis di New York sehingga Majelis
New York menolak permohonan tersebut dan penolakan ini membuat Thomas Gage
merasa tersinggung. Kemudian ia memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan
Tugu Kemerdekaan New York pada 1776 dan konflik fisik dengan koloni di New York
tidak dapat dihindarkan.
Benjamin Franklin mengecam rencana Undang-Undang Perumahan Militer di
tanah koloni Amerika seperti yang pernah diajukan Thomas Gage karena dengan di
pertahankannya tentara negeri induk di tanah jajahan tanpa persetujuan wakil rakyat di
daerah koloni Amerika berarti tidak sesuai dengan semangat Konstitusi Inggris.
Berkenaan dengan penolakan Undang-Undang Perumahan Militer di tanah koloni
Amerika, Menteri Keuangan Inggris yang bernama Townshend pada 1767 mengusulkan
beberapa macam impor untuk kertas, the, cat. Hasil ini nantinya akan digunakan untuk
membiayai pasukan Inggris di tanah koloni Amerika.
15
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:105
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
10
Peristiwa pembakaran Kapal Gaspee pada 10 Juni 1772. Pada sore sebelum
peristiwa itu terjadi, Kapal Pabean Gaspee sedang mengejar sebuah kapal dagang gelap,
tetapi kapal tersebut kandas di Namquit. Pada pagi benar, tepatnya pada 10 Juni 1772
seorang pedagang kaya dari Providence bernama John Brown menyuruh orang-orangnya
untuk menyerbu kapal yang kandas
tersebut, dan berhasil dibakarnya. Pemerintah
Kerajaan Inggris menjanjikan hadiah untuk menemukan orang-orang yang telah
melakukan kejahatan tersebut akan tetapi, meskipun banyak saksi atas kejadian yang
illegal itu, tidak seorang pun bersedia memberi kesaksian terhadap orang-orang yang
telah melakukan kejahatan itu. Komisaris-komisaris diangkat untuk melakukan
penyelidikan, namun karena menghadapi musuh yang terang-terangan dari pihak rakyat
Rhode Island, komisaris penyelidikan tersebut tidak dapat menemukan bukti kejahatan.
Empat hari setelah peristiwa pembakaran kapal Gaspee, Gubernur Massachusetts,
Hutctington mengumumkan bahwa mulai saat itu ia akan menerima gajian dari
pemerintah kerajaan Inggris. Pada September 1772 sebuah pengumuman yang sama
dikeluarkan mengenai gaji para hakim di Massachusetts yang dibayarkan dari kas
pemerintah kerajaan Inggris. Hal ini berarti anggota-anggota badan eksekutif dan badan
pengadilan Umum. Peristiwa pembakaran kapal Gaspee dan disusul tindakan Hutchinson
mendorong timbulnya persatuan di antara orang-orang di tanah jajahan. Pengankatan
komisaris-komisaris penyelidik dan pembayaran gaji hakim dari Negara Inggris
mendorong Dewan Perwakilan Rakyat Viginia Untuk mengusulkan pada Maret 1773
supaya dibentuk Panitia Korespondensi di semua tahan jajahan untuk menentang politik
Inggris. Sementara itu, Sam Adams dengan menghadapi oposisi dari John Hancock
berhasil mengeluarkan seruan supaya diadakan rapat kota di Boston yang dalam
November 1773 telah menyediakan 20 orang panitia korepondensi tetap untuk
menyalurkan pendirian Boston kepada kota-kota yang lainnya diseluruh tanah koloni
dengan permintaan supaya kota-kota lainnya membalas dengan cara yang sama. Rapat
kota kemudian menyetujui Daftar Pembatasan dan Penyelenggaraan Hak yang disusun
oleh Joseph Warren (1741-1775).16 Peristiwa pembakaran kapal Gaspee dan tindakan
Gubernur Huntchinson menyebabkan rasa tidak puas para koonis di tanah Amerika
terhadap berbagai kebijakan negeri induk (Inggris) di tanah koloni Amerika.17
16
17
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:107
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:107
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
11
D. Penyebab Terjadinya Revolusi Amerika
1. The Great Awakening
The Great Awakening meningkatkan kelompok penginjil (gereja Kristen yang
percaya pada perubahan pribadi dan kesempurnaan Alkitab) dan semangat
kebangkitan, yang terus memainkan peran signifikan dalam kehidupan religious dan
budaya Amerika. Hal ini melemahkan status mapan para rohaniwan dan
memprovokasi para penganut agama untuk berpegang pada akal sehat mereka.
Mungkin yang paling penting, semua ini mengarah kepada proliferasi sekte dan
kelompok agama, yang pada akhirnya mendorong orang-orang menerima prinsip
toleransi religius.
2. Berkembangnya Otonomi Daerah
Pada 1618, Persekutuan Virginia mengeluarkan instruksi kepada gubernur yang
ditunjuk yang menyatakan bahwa setiap penduduk bebas dalam perkebunan harus
memilih wakilnya untuk bergabung dengan gubernur dan dewan yang ditunjuk dalam
mengesahkan peraturan pemerintah demi kemakmuran koloni. Langkah ini terbukti
menjadi yang salah satu langkah dengan dampak paling jauh ke depan dalam seluruh
periode kolonial. Sejak saat itu, masyarakat umum menerima fakta bahwa warga
koloni mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan mereka sendiri.
3. Kesadaran tentang Kebebasan
Pada awal abad 18, hampir semua koloni berada di bawah yurisdiksi langsung
Kerajaan Inggris, tetapi mengikuti aturan yang dibentuk oleh Revolusi Agung.
Gubernur koloni mencoba menerapkan kekuasaan yang menghilang dari tangan Raja
di Inggris, tetapi majelis koloni yang mengetahui peristiwa tersebut, berupaya
mengesahkan “hak” dan “kebebasan” mereka. Dasar tuntutan mereka adalah pada dua
kekuatan signifikan yang mirip dengan apa yang dianut oleh Parlemen Inggris: hak
untuk memilih dalam masalah pajak, pembelanjaan dan hak memulai legislasi
ketimbang hanya bereaksi terhadap proposal dari gubernur.
4. Inggris butuh dana besar setelah perang tujuh tahun
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
12
Gambar 2
Perang Tujuh Tahun (INGGRIS – PERANCIS)
Kita kenal akan tahun itu, yakni berakhirnya Perang Tujuh Tahun. Inggris dapat
menguasai sekalian tanah jajahan Prancis di India dan Amerika Utara. Kolonis bangsa
Inggris di Amerika itu tak merasa dirinya terancam lagi oleh Prancis dari belakang
dan tak ada perlunya mereka memberi hati pada inggris, sebab sekarang tak perlu lagi
mengharapkan sokongan militer dari tanah asal itu. Tetapi tanah koloni yang
diperoleh Inggris dari Prancis letaknya menelilingi daerah koloni lama itu. Inggris
tiba-tiba merasa bertanggung jawab atas nasib bangsa Indian, yang didesak oleh
kolonis ke daerah barat itu. Tetapi ada udang dibalik batu; inggris ingin menguasai
perdagangan kulit pelsa yang menguntungkan itu. Masih banyak hal-hal lain, yang
menggelisahkan para kolonis itu. Misalnya berbagai aturan yang diadakan inggris
dengan tujuan mendesak perkembangan perdagangan dan perusahaan didaerah koloni
demi kepentingan tanah Inggris dan banyak pula aturan yang tujuannya supaya para
kolonis itu menyumbang sebagian dari kemakmurannya kepada tanah Inggris.
Menurut undang-undang Tetes tahun 173318 tanah koloni harus membayar cukai atas
tetes, yang didatangkan dari Hindia-Barat. Currencyact tahun 1751 menentukan
bahwa hutang para kolonis kepada Inggris tak boleh dibayar dengan uang kertas.
Karena tanah koloni itu tidak menghasilkan logam mulia, maka import dari Inggris
terpaksa dibayar dengan export ke tanah Inggris. Lama Amerika berhubungan pada
18
Noer Toegiman, Aera Eropa, (Bandung, Jakarta, Amsterdam: Ganaco.N.V, 1956), hal: 127
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
13
Inggris. Baru sesudah Perang Dunia I, Amerika menjadi negara berpihutang dari
negara yang berhutang.19
Kemenangan Inggris dalam perang Tujuh Tahun ternyata tidak menyelesaikan
masalah yang harus dihadapi pemerintah Inggris di koloni Amerika. Bagi Inggris
kemenangan dalam perang meyisakan hutang yang jumlahnya cukup besar, mencapai
130 juta Pound.20 Lebih dari pada itu, bertambahnya wilayah Inggris telah menambah
beban baru yang harus ditanggung oleh pemerintah Inggris. Akhirnya pemerintah
Inggris membebani daerah koloni untuk turut serta meringankan beban keuangan
yang dihadapi Inggris. Daerah-daerah koloni tersebut dipungut berbagai macam pajak
tanpa melalui perundingan. Pajak tersebut terhimpun dalam berbagai aturan seperti21:
Undang-undang Gula (Sugar Act) pada tahun 1764, yang mana Undang-Undang
ini mengatur tentang kenaikan pajak bagi gula yang masuk ke Amerika.
Undang-Undang Stempel (Stamp Act) pada tahun 1765 yang mengatur tentang
pajak materai atas surat-surat kabar, pamflet, percetakan, dokumen-dokumen
hukum, asuransi, surat perkapalan dan lisensi.
Undang-Undang Seperempat (Quarter Act), yang disahkan pada 1765, yang
mewajibkan koloni menyediakan perlengkapan dan barak bagi serdadu kerajaan.
Undang-Undang Townshend yang berdasarkan premis bahwa pajak yang
dibebankan pada barang yang diimpor oleh koloni itu legal sementara pajak
internal (seperti UU Stempel) itu ilegal.
19
Noer Toegiman, Aera Eropa, (Bandung, Jakarta, Amsterdam: Ganaco.N.V, 1956), hal: 127
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal:104
21
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 61
20
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
14
5. The Boston Tea Party
Gambar 3
Peristiwa The Boston Tea Party
Pada 1773, Inggris Raya memberikan isu yang sempurna bagi Adams dan
para sekutunya. Persekutuan Hindia Timur yang berkuasa mendapati dirinya berada
dalam krisis finansial, dan memohon pada pemerintah Inggris yang kemudian
memberinya monopoli atas semua teh yang diekspor ke koloni. Pemerintah juga
mengizinkan Persekutuan Hindia Timur untuk menyediakan kebutuhan pengecer
secara langsung, melangkahi tengkulak kolonial. Pada saat itu, kebanyakan teh yang
dikonsumsi di Amerika diimpor secara tidak sah dan bebas cukai. Dengan menjual
teh melalui agennya sendiri dengan harga lebih murah, Persekutuan Hindia Timur
membuat penyelundupan menjadi sesuatu yang tidak menguntungkan dan
mengancam akan melenyapkan pedagang kolonial yang mandiri.22
Tergugah tidak hanya karena kerugian dari perdagangan teh tetapi juga karena
praktik monopoli itu, para pedagang bergabung dengan kelompok radikal yang terus
memperjuangkan kemerdekaan. Di pelabuhan pusat dan dalam Pantai Atlantik, agen
dari Persekutuan Hindia Timur dipaksa untuk mengundurkan diri. Kiriman the yang
baru datang entah dikembalikan atau digudangkan. Namun agen menentang warga
koloni di Boston; dengan sokongan gubernur kerajaan, mereka bersiap mendaratkan
muatan yang akan tiba tanpa memedulikan pihak oposisi.23
22
23
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 63
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 64
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
15
Pada malam 16 Desember 1773, sekelompok orang menyamar sebagai Indian
Mohawk dipimpin Samuel Adams menaiki tiga kapal Inggris yang tertambat dan
membuang muatan teh mereka ke pelabuhan Boston. Karena ragu akan komitmen
bangsa mereka terhadap prinsip, mereka takut jika teh tersebut tiba di daratan, warga
koloni akan membeli teh itu dan membayar pajak. Sekarang krisis melanda Inggris
Raya. Persekutuan Hindia Timur telah melaksanakan perintah parlemen. Jika
perusakan teh tidak dihukum, itu berarti Parlemen harus mengakui pada dunia bahwa
mereka tidak punya kontrol atas warga koloni. Pendapat resmi di Inggris Raya hampir
dengan suara bulat mengutuk Pesta Teh Boston sebagai tindakan vandalisme dan
mendukung tindakan legal untuk menghukum pemberontak koloni.24
6. Buku Thomas Paine yang berjudul Common Sense
Semangat tempur kekuatan koloni Inggris di Amerika semakin memuncak ketika
rakya koloni membaca buku Thomas Paine yang berjudul Common Sense. Isi buku
tersebut pada prinsipnya dapat membakar jiwa patriotisme rakya koloni Amerika
untuk mengusir pemerintah jajahan Inggris. Ia di dalam buku tersebut mencemooh
pribadi Raja Inggris yang korup dalam meperintah negeri Inggris. Lebih lanjut lagi ia
menyatakan bahwa satu orang yang jujur jauh lebih berharga daripada semua banditbandit bermahkota yang pernah hidup di muka bumi ini. Salah seorang bandit
bermahkota tersebut adalah raja Inggris yang telah menjajah para kolonis di tanah
Amerika ini.
24
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 64
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
16
Gambar 4
Thomas Paine dengan bukunya yang berjudul Common sense
E. Proses Terjadinya Revolusi Amerika
Dengan adanya peristiwa teh di Boston, Menurut aturan baru, the hanya boleh
dimasukkan sesudah dikenakan cukai masuk. Tanggal 16 Desember ada pemuda-pemuda
Amerika yang menyaru sebagai orang Indian naik ke atas kapal itu dan membuang
seluruh muatannya kedalam laut. Peristiwa itu menjadi permulaan persengketaan. Orang
Inggris segera membalas perbuatan itu dengan aturan-aturan yang dipertajam. Sebagai
jawaban atas tindakan itu, dalam bulan September tahun 1774 diadakan kongres pertama
di Philadelphia, yang dihadiri oleh hamper sekalian tanah koloni Amerika. Apa yang
diputuskan? Dibuat daftar mengenai tindakan-tindakan Inggris, yang tidak disenangi
para kolonis, diputuskan menghentikan import dari Inggris dan export ke tanah asal itu.
George III menganggap perbuatan itu sebagai suatu pemberontakan. Tak dapat ia dituduh
sebagai tyran, sebagai yang dituduhkan para kolonis Amerka itu. George III dapat
mengemukakan bahwa keputusan tadi itu diambil oleh suatu golongan kecil yang radikal
saja, sebagian besar dari pada kolonis akan tetap ingin menjadi rakyat Baginda; tetapi
pemerintah Inggris membuat kesalahan yang selalu dilakukan orang terhadap gerakan
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
17
revolusioner, yakni orang mengangap enteng saja gerakan itu, berdasarkan tenaga aktif
gerakan itu sangat sedikit jumlahnya. Sebab golongan tengah, yang besar jumlahnya itu
dan mereka yang termasuk golongan yang tak ikut-ikut serta, biasanya lama-lama akan
ikut pada pelopor-pelopor yang tak banyak jumlahnya, tetapi yang tak mau mundur
setampak pun. Artinya dengan syarat-syarat, bahwa tuntutan-tuntutan yang dikemukakan
golongan kecil yang aktif itu ada dalam garis perkembangan. Hal itu kita lihat pula pada
perkembang revolusi Amerika itu.25
George III bertekad untuk menundukkan Massachusetts dengan kekuatan senjata.
Rakyat koloni tidak menghiraukan tuntutan dan ancaman Inggris, dua belas negara koloni
lainnya telah menyatakan setia kawan berdiri di belakangnya. Pada awal Desember 1774,
ke tiga belas koloni mengadakan pertemuan di Philadelphia (yang kemudian dikenal
dengan Kongres Kontinental I) untuk menentukan langkah dalam menghadapi Inggris.
Peristiwa ini merupakan pertama kalinya bagi ketiga belas koloni di Amerika untuk
bersatu dan saling bekerja sama. Kongres Kontinental I menghasilkan pernyataan yang
pada dasarnya bahwa rakyat koloni di Amerika tetap setia kepada Raja Inggris dan
menuntut kebi-jaksanaan agar memulihkan hubungan baik antara daerah koloni dan
negara induk Inggris.Sementara itu, telah terjadi pertempuran antara pasukan Inggris dan
rakyat koloni. Pertempuran pertama meletus di Lexington, kemudian menjalar ke
Concord, dan Boston.
25
Noer Toegiman, Aera Eropa, (Bandung, Jakarta, Amsterdam: Ganaco.N.V, 1956)
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
18
Gambar 5
Pertempuran pertama meletus di Lexington
Inggris menolak tuntutan warga koloni. Adanya The Boston Tea Party dan
tuntutan tanah koloni dianggap sebagai tanda dimulainya suatu pemberontakan.
Pemerintah Inggris segera memperbesar jumlah pasukannya di Amerika. Sejak saat itulah
kaum koloni Amerika yakin bahwa jalan damai untuk menuntut hakhaknya sebagai orang
Inggris tidak mungkin dapat tercapai. Bahkan, mereka terancam akan dimusnahkan
segalanya sehingga mereka bertekad untuk mempertahankan kebebasannya. Kaum koloni
Amerika kemudian mengangkat Goeroge Washington, seorang yang berjasa kepada
Inggris dalam Perang Laut Tujuh Tahun untuk menghadapi Inggris.
Pada mulanya perang ini hanya bersifat menentang kekerasan pemerintah Inggris
terhadap kaum koloni dan belum mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan. Akan
tetapi, tujuan perang menjadi jelas setelah terbitnya buku Common Sense (1776) karya
Thomas Paine. Tulisan ini berisikan paham kemerdekaan yang kemudian menyadarkan
kaum koloni untuk mengubah tujuan perjuangannya dari menentang kekerasan menjadi
perjuangan mencapai kemerdekaan.
Dalam Kongres Kontinental II tahun 1775 di Philadelphia, para wakil dari ketiga
belas koloni sepakat untuk memerdekakan diri. Akhirnya pada tanggal 4 Juli 1776
dicanangkan Declaration of Independence sebagai alasan untuk memisahkan diri dari
negeri induk Inggris. Naskah Declaration of Independence ini disusun oleh panitia kecil
yang beranggotakan lima orang, yakni Thomas Jefferson, Benyamin Franklin, Roger
Sherman,Robert Livingstone, dan John Adams. Mereka itulah yang kemudian dikenal
dengan Lima Tokoh Penyusun Naskah Declaration of Independence. Pada tanggal 4 Juli
1776 ditandatangani Declaration of Independence dan dijadikan hari Kemerdekaan
Amerika (Independence Day).
Sementara itu, peperangan semakin meluas hampir di seluruh tiga belas koloni.
Pada mulanya tentara Amerika yang dipimpin oleh George Washington tersebut selalu
mengalami kekalahan. Kekalahan yang dialami oleh Amerika disebabkan oleh faktor
kelemahan militer Amerika yang sebagian besar terdiri atas kalangan sipil yang tidak
memiliki pengalaman tempur. Di samping masalah militer, Amerika juga dihadapkan
pada kondisi di dalam masyarakat yang belum seluruhnya mendukung terhadap
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
19
kemerdekaan Amerika. Beberapa golongan masyarakat yang justru umumnya berasal dari
kelas menengah ke atas masih banyak yang pro terhadap Inggris dan tidak setuju kalau
Amerika merdeka menjadi suatu negara.
Menyadari kelemahan tersebut, para pemimpin Amerika berusaha untuk
menyusun strategi agar dapat mengalahkan kekuatan Inggris. Strategi yang kemudian
dilakukan adalah dengan meminta dukungan terhadap negara-negara Eropa lainnya
terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Amerika. Permintaan dukungan tersebut
terutama diarahkan pada negara-negara yang memiliki konflik dengan Inggris seperti
Prancis, Spanyol, Denmark, dan Belanda. Melalui dutanya yang bernama Benjamin
Franklin, Amerika berhasil menyusun dukungan dari negara-negara Eropa tersebut
terutama dari Prancis untuk membantu perang kemerdekaan Amerika.
Bantuan dari negara-negara Eropa sangat berarti bagi kemerdekaan Amerika. Hal
ini terbukti sejak tahun 1780, pasukan Amerika berhasil mengalahkan pasukan Inggris di
berbagai pertempuran. Walaupun daerah Carolina, Charleston, dan Virginia sempat
dikuasai oleh Inggris, akan tetapi pada pertempuran berikutnya pasukan Inggris berhasil
dikalahkan oleh pasukan gabungan Amerika dan Prancis. Gabungan pasukan George
Washington dan Rochambeau yang berjumlah 15.000 orang berhasil mengalahkan
pasukan Inggris di bawah pimpinan Lord Cornwalis di daerah Yorktown, pantai Virginia.
Akhirnya pada tanggal 19 Oktober 1781, pasukan Cornwalis menyerah dan parlemen
Inggris segera memutuskan untuk menghentikan perang. Pada tahun 1782, perjanjian
perdamaian dimulai antara Amerika Serikat dengan Inggris dan baru pada tanggal 3
September 1783 secara resmi ditandatangani perjanjian perdamaian tersebut. Hasil
Perjanjian Paris tahun 1783 berisi tentang pengakuan Inggris terhadap kemerdekaan dan
kedaulatan ketiga belas koloni menjadi negara merdeka yaitu Amerika Serikat. Selain itu,
Inggris juga menyerahkan daerah bagian barat Mississippi kepada negara baru tersebut.
Sesudah peperangan berakhir, kongres Amerika kemudian mengusulkan agar 13 negara
bagian menyerahkan kembali hak milik kaum moderat/royalis yang dulu pro terhadap
Inggris yang selama peperangan disita oleh kaum milisi. Pasca perang negara baru ini
mulai berkonsentrasi untuk menyusun pemerintahan nasional yang dapat menaungi
seluruh aspirasi rakyat Amerika.
F. Persiapan Para Kolonis Menuju Kemerdekaan Amerika
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
20
Berbagai langkah yang disiapkan oleh rakyat Amerika untuk menuju
kemerdekaan sebagai berikut:
a. Kongres Konstinental I (5 September 1774)
Pada Juni 1774 Dewan Perwakilan Massachusetts mengusulkan seluruh koloni
supaya mengadakan konges Pada September di Philadelphia dan di seluruh koloni
supaya menyelenggarakan kongres tingkat provinsi atau semacam konvensi daerah
untuk memilih delegasi di dalam kongres konstinental yang direncanakan dimulai
pada 5 September 1774. Pada Kongres Konstinental I dihadiri leh 56 delegasi dari 12
tanah koloni dari 13 koloni Inggris di tanah Amerika. Kedua elas koloni tersebut
adalah Massachusetts, New Hampshire, Rhode Island, Connecticut, New York, New
Jersey, Pennsylvania, Delaware, Maryland, Virginia, Carolina Utara, Carolina
Selatan. Salah satu koloni Inggris yang belum dapat menghadiri Kongres
Konstinental I adalah Georgia. Agenda di dalam Kongre ini adalah pembahasan
seputar persiapan-persiapan untuk menuju kemerdekaan dari cengkeraman negeri
induk, Inggris dan mncari langkah untuk melemahkan kekuatan Inggris di koloni
Amerika. Kongres Konstinental I merupakan duel antara sayap radikal yang diwakili
Patrick Henry dan Henry Lee dari Virginia, Sam Adams dari Massachusetts,
Christopher Gadsden dari Carolina Selatan dan konservatif diwakili Joseph Galloway
dan James Duane dari New York.26 Pada mulanya golongan radikal mencatat dua
buah kemenagan ketika seorang yang bukan wakil yaitu Charles Thomson dari
Pennsylvania dipilih menjadi sekretaris kongres, dan ketika Resolusi Suffolk disetuji.
Resolusi itu mencela Undang-Undang Paksaan sebagai pelanggaran undang-undang
dasar dan mengajurkan supaya rakyat Massachusetts membentuk pemerintahan
sendiri dan menahan pajak-pajak yang telah dipungut sampai undang-undang tersebut
dibatalkan, serta menasehati rakyat supaya mempersenjatai diri dan mendirikan misili
sendiri serta menganjurkan sangsi ekonomi yang keras terhadap Inggris. Semangat
Revolusi Suffolk bukan merupakan ramalan yang benar tentang suasana dan
tindakan-tindakan kongres di kemudian hari. Dengan bersatu di belakang Joseph
Galloway, golongan konservatif mencoba untuk menerima suatu rencana penyatuan
yang merupakan versi yang telah dicairkan dan Rencana Albany buatan Franklin
26
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:109
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
21
dahulu. Berdasarkan usulan Galloway, pemerintah pusat akan terdiri dari seorang
presiden jenderal yang diangkat oleh raja dan memegang jabatannya selama
dikehendaki oleh raja dengan hak veto atas tindakan-tindakan majelis agung yang
anggotanya harus dipilih untuk jabatan tiga tahun oleh dewan perwakilan tiap-tiap
provinsi. Presiden dan majelis akan menjadi suatu cabang yang lebih rendah dan
nyata dari dewan perundangan Inggris. Tindakan-tindakan mengenai Amerika dapat
berasal baik dari badan ini maupun dari Parlemen Inggris, sedangkan izin dari
masing-masing diperlukan untuk tindakan-tindakan yang akan menjadi undangundang. Usul ini disokong oleh Jame Duane (1733-1791) dari New York. Akhirnya
dilakukan pemungutan suara di bawah rencana kesatuan yang menentukan bahwa
tiap-tiap provinsi mempunyai satu suara dan dimenangkan oleh golongan radikal
dengan kemenangan tipis. Golongan radikal kemudian memegang kendali dan
berhasil menghapuskan usulan dari golongan konservatif.27
Melalui Kongres Konstinental I golongan radikal memegang inisiatif di dalam
jalannya siding dan akhirnya kongres tersebut berhasil memutuskan mengajak secara
bersama-sama seluruh rakyat koloni untuk menghentikan segala impor dan menolak
barang-barang mewah dari negeri induk, Inggris. Bagi siapapun yang kedua dalam
Kongres Konstinental I meminta kedua belas koloni yang hadir supaya
mempersiapkan diiri membentuk tentara (lascar) misili guna menghadapi pasukan
induk, Inggris. Keputusan yang ketiga segera mengajak Koloni Georgia untuk
bergabung dalam Kongres Konstinental II yang rencana penyelenggaraan pada Mei
tahun 1775.28
Raja George III bernama pemerintah Kerajaan Ingris bertekad untuk
menundukkan Massachusetts dengan kekuatan tentaranya, sedangkan rakyat koloni di
Koloni Teluk Massachusetts mempersenjatai dirinya sesuai denganResolusi Suffolk
sehingga bentrokan senjata tidak dapat dihindarkan. Pada 7 Februari 1774 suatu
pernyataan dari pemerintah Kerajaan Inggris menyatakan baha Masschusetts
melakukan pemberontakan. Pada Maret 1774 Raja Inggris mengesahkan undangundang yang melarang tanah jajahan New England untuk mengadakan perdagangan
dengan setiap bangsa kecuali Inggris dan Hindia Barat milik Inggris sesudah 1 Juli
27
28
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:110
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:110
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
22
1774 dan menghalangi orang-orang New England untuk mengunjungi daerah
perikanan di Atllantik Utara dan pada April 1774 ketentuan dari undang-undang
tersebut diperluas terhadap tanah kolon lainnya yang telah meratifikasi Kongres
Konnstinental. Di tangan kanan pemerintah Inggris memegang pedang di dalam
tangan kirinya memegang obor perdamaian dengan syarat bahwa parlemen dengan
persetujuan raja akan setiap tanah jajahan Amerika yang melalui dewan
perwakilannya sendiri telah menetapkan pajak terhadap dirinya untuk pertahanan
bersama dan sokongan terhadap dirinya sendiri untuk pertahanan bersama dan
songkongan terhadap pemerintah sipil dalam provinsi, telah dapat memenangkan
persetujuan Majelis Rendah di parlemen Inggris.
Dalam masa lowong antara Kongres I dan Kongres II, Massachusetts, kecuali
Boston yang diduduki Jenderal Gage, membangun kembali misili dan mulai
mengumpulkan senjata dan peralatan perang lainnya di gudang-gudang militer. Pada
Desember 1774 Jenderal Gage meminta pasukan yang cukup untuk mendudukan
Massachusetts dan pada April 1775 Gage siap menyerang Concord yang menjadi
gudang perbekalan untuk milisi Massachusetts. Pada 18 April 1775 tepatnya pukul 10
malam pasukan Gage menuju kea rah Common dan mulai naik kapal untuk
menyeberang Sungai Charles ke jurusan Cambridge. Ketika tujuan ini diketahui
Panitia Keselamatan Boston, segera dikirim Paul Revene dan William Dawes untuk
memberikan peringatan kepada ddaerah-daerah, termasuk menginformasikan kepada
Sam Adams dan John Hancock yang sedang berada di Lexington bahwa pasukan
Gage di bawah pimpinan Francis Smith yang akan tiba di pagi hari di Lexington.
Mereka dilawan oleh 70 anggota pasukan gerak cepat (milisi) yang dibentuk oleh
Kongres Provinsi Massachusetts dan rakyat koloni di Massachusetts harus
menyiapkan diri untuk melawan pasukan tentara pemerintah colonial Inggris di
bawah pimpinan Jenderal Gage. Bentrokan senjata tidak terelakkan ketika pasukan
Inggris di bawah pimpinan Kolonel Francis Smith menghancurkan beberapa alat
militer dan tepung di gudang militer Concord. Pasukan milisi di jembatan utara
Concord yang kian bertambah banyak menyerang pasukan Smith dan ketika pasukan
Smith mundur dari Concord untuk berbaris lagi ke Boston, tiba-tiba mendapat
serangan dari pasukan milisi dari segala penjuru. Namun, pasukan Smith tertolong
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
23
oleh bala bantuan yaitu ketika tiba di Lexingson. Serangan bertubi-tubi berlansung
terus sampai pasukan Inggris terdesak berat. Akhirnya pasukan Inggris tiba di
Charlestown dan mendapat perlindungan dari meriam-meriam kapal perang di
pelabuhan. Di dalam pertempuran tersebut pihak Inggris menderita korban sebanyak
73 tewas, 174 luka-luka, dan 26 orang hilang. Sedangkan pihak milisi menderita
korban 93 tewas, luka-luka, atau hilang.29
Keberhasilan pasukan milisi Amerika memukul mundur pasukan Inggris
Lexington telah membuktikan bahwa orang-orang milisi yang masih “hijau” dapat
melawan prajurit-prajurit baju merah Inggris yang berpengalaman. Hal ini menambah
rasa percaya diri pasukan milisi untuk segera membebaskan Boston dari pasukan
tentara Inggris di bawah pimpinan Jendral Tomas Gage. Pengepungan terhadap
Boston oleh pasukan milisi Amerika segera dimulai. Semangat nasionalisme telah
membakar jiwa rakyat di New England untuk mendaptarkan diri secara sukarela ke
dalam pasukan milisi. Keberadaan daerah-daerah pengalaman di bawah kekuasaan
kaum Patriot membuat Jenderal Gage merasa tidak aman tentang pertahanan Boston.
Ancaman-ancaman dapat di arahkan kepada kota itu baik dari Charlestown di mana
meriam-meriam yang sedang diarahkan ke Bunker atau Breed’s Hills akan
menyebabkan bagi
PEMBAHASANA
A. Arti Penting Revolusi Amerika
Revolusi Amerika punya arti penting melampaui benua Amerika
Utara. Hal ini menarik perhatian para intelektual politik di seluruh
Eropa. Idealis terkemuka seperti Thaddeus Kosciusko, Friedrich von
Steuben dan Marquis de Lafayette menjadi pendukungnya untuk
mengukuhkan gagasan yang mereka harap dapat diterapkan di negara
mereka masing-masing. Kesuksesan Revolusi Amerika memperkuat
konsep hak alami di seluruh dunia Barat dan memperluas kritikus
rasionalis
pencerahan
tentang
tatanan
kuno
yang
dibangun
berlandaskan monarki yang diwariskan dan gereja yang mapan. Dalam
kenyataannya, hal ini merupakan cikal-bakal Revolusi Perancis, tetapi
tidak mencapai tingkat kekejaman dan kekacauan seperti Revolusi
Perancis karena terjadi di dalam masyarakat yang sudah menganut
liberalisasi. Gagasan revolusi paling sering digambarkan sebagai
kemenangan teori kontrak sosial/hak asasi John Locke. Walaupun
sejauh ini pernyataan itu benar, karakterisasi ini terlalu cepat bagi
kelanjutan dari kepentingan kaum Protestan penentang Calvinis, di
mana kaum Pilgrim dan Puritan juga mendukung gagasan kontrak
sosial dan komunitas pemerintahan otonomi. Intelektual penganut
aliran Locke dan pendeta Protestan menjadi pendukung penting dalam
ketegangan liberalisme yang tumbuh subur di koloni Inggris di Amerika
Utara. Cendekiawan juga mendebat bahwa ada pendekatan lain yang
berkontribusi dalam Revolusi: “republikanisme”. Mereka menyatakan
bahwa Republikanisme tidak menyangkal kehadiran hak asasi tetapi
menurunkan
derajat
mereka
di
bawah
kepercayaan
bahwa
pemeliharaan republik yang bebas membutuhkan tanggung jawab
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
1
sosial yang kuat dan menumbuhkan sikap non-egoistis di antara para
pemimpinnya. Jaminan hak individu, bahkan pengejaran kebahagiaan
individu, malah terlihat egois. Republikanisme sempat mengancam
akan menyingkirkan hak asasi sebagai tujuan utama Revolusi. Namun
kebanyakan sejarawan masa kini mengakui bahwa perbedaan itu
terlalu dibesar-besarkan. Kebanyakan individu berpikir seperti itu pada
abad ke-18 membayangkan kedua gagasan tersebut lebih sebagai dua
sisi koin intelektual yang sama.1
Revolusi biasanya diikuti kekerasan dalam skala besar. Menurut
kriteria ini, Re-volusi Amerika dianggap relatif tenang. Ada sekitar
100.000 kaum Loyalis meninggalkan Negara Serikat yang baru.
Beberapa ribu di antaranya merupakan anggota elite lama yang
mengalami
penyitaan
properti
dan
digusur;
yang
lain
adalah
masyarakat biasa yang setia pada raja mereka. Mayoritas mereka
yang dikucilkan melakukan hal ini secara sukarela. Revolusi ini
memang membuka dan semakin meliberalisasi masyarakat yang
memang sudah liberal. Di New York dan Carolina, estate luas kaum
Loyalis dibagi-bagi di antara para petani kecil. Asumsi liberal menjadi
norma sosial dalam kultur politik Amerika baik dalam merombak
Gereja Anglikan, prinsip pemilihan eksekutif nasional dan negara, atau
ketidaksukaan meluas akan gagasan kebebasan individu. Meski
demikian, struktur masyarakat nyaris tidak berubah. Baik ada revolusi
atau tidak, kebanyakan masyarakat tetap aman dalan kehidupan,
kemerdekaan, dan kepemilikan mereka.2
B. Latar Belakang Revolusi Amerika
Presiden Amerika Serikat yang kedua`, John Adam (1735-1826), menyatakan
bahwa Revolusi Amerika sudah dimulai sebelum perang meletus. Revolusinya terdapat
didalam pikiran dan rakyat Amerika. Prinsip serta semangat yang membawa rakyat
Amerika untuk memberontak sehingga harus ditelusuri kembali sampai 200 tahun yang
1
2
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 73
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 73
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
2
lampau atau dicari didalam sejarah Negara ini semenjak berdirinya perkebunan yang
pertama di Amerika3. Dengan demikian, untuk mengetahui latar belakang Revolusi
Amerika harus ditelusuri sejak London Company berhasil mendirikan pos dagang yang
pertama di Jamestown pada 1607.
London Company dengan berbekal the royal charter4 yang diperoleh dari aja
Inggris pergi ke Benua Amerika dan tiba di benua ini mendirikan pos dagang yang
pertama di Jamestown pada 1607. Di tempat ini selanjutnya kongsi dagang ini bisa
melakukan control terhadap kinerja gubernur koloni melalui penempatan wakil-wakil
penduduk koloni di dalam dewan legislatif. Hal semacam ini juga digunakan Plymouth
Company yang berbekal pada the royal charter dari Raja Inggris mendirikan dan
menyelenggarakan pemerintahannya sendiri secara penuh di New England. Wakil-wakil
para koloni di dalam dewan legeslatif menggunakan hak control atas keuangan,
menetapkan ketentuan penarikan pajak tidak boleh dikenakan tanpa melalui perwakilan,
pendapatan bersama tidak boleh dikeluarkan tanpa persetujuan para wakil yang terpilih.
Hal ini sudah terbiasa dirasakan kaum koloni, sehingga mereka merasa memiliki tradisi
menjadi orang merdeka. Berbekal tradisi yang demikian ini sebagai modal dasar bagi
para penduduk koloni untuk melawan pemerintahan colonial Inggris sehingga benar apa
yang dikatakan Presiden John Adam bahwa Revolusi Amerika sudah dimulai sebelum
perang meletus karena sesungguhnya revolusinya sudah terdapat di dalam pikiran dan
rakyat Amerika.
Pada saat menjelang Revolusi Amerika meletus, seluruh penduduk koloni sudah
mempunyai pengalaman berpemerintahan sendiri selama bertahun-tahun dan demogratis
terjadi perkembangan penduduk koloni yang meningkat secara signifikan antara 16881750, yakni mencapai 1.600.000 orang. Aspek ini tentu berdampak terhadap motivasi
masyarakat koloni untuk berjuang dalam rangka memperjuangkan hak-haknya. Adanya
jumlah orang yang banyak, artinya berpotensi untuk memaksimalkan mobilitas massa.5
Pada abad XVIII terjadi perluasan secara teratur gelombang perpindahan dari
Eropa dan berhubung tanah dengan baik untuk pemukiman di dekat pesisir sudah
diduduki, para pemukim baru harus masuk lebih jauh ke pedalaman di belakang garis
3
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:97
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:97
5
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:97
4
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
3
jeram sungai-sungai. Para pedagang menjelajah ke daerah belakang dengan membawa
pulang kisah lembah-lembah kaya dan membujuk para petani membawa keluarga mereka
menembus hutan belantara. Sekalipun mengalami kesulitan karena ganasnya alam,
namun para pemikum baru itu akhirnya datang dan pada 1730-an belum merumuskan
garis politik yang tegas bagi daerah-daerah koloni yang menjadi miliknya. Hal ini karena
pemerintah Kerajaan Inggris berperang pada pandangan merkantilis bahwa koloni-koloni
harus menyediakan bahan-bahan mentah kepada negeri-induk dan tidak menyainginya
dalam pembuatan barang. Akan tetapi garis kebijakan ini dilaksanakan dengan buruk dan
koloni-koloni tidak pernah menganggap diri mereka sendiri lebih sebagai Negara atau
anggota persemakmuran seperti juga Inggris yang hanya memiliki hubungan longgar
dengan para pejabat di London. Factor geografi yang jauh antara negeri induk dengan
para kolonis yang dibatasi oleh lautan luas akan memperkecil bahaya kecemasan para
kolonis terhadap tindakan balasan yang tentu akan dirasakan para kolonis seandainya
jarak negeri induk para kolonis dekat.
Para kolonis pewaris tradisi bangsa Inggris tentang perjuangan panjang demi
kemerdekaan politik memasukkan konsep kemerdekaan ke dalam Piagam Virginia yang
pertama yang menyatakan bahwa kaum kolonis Inggris harus menikmati segala
kebebasan, hak, dan kekebalan yang sama seperti seandainya mereka lahir dan berdiam di
dalam wilayah Inggris. Hal itu berarti harus turut menikmati hikmah Magna Charta dan
hukum adat. Pada mulanya koloni-koloni masih dapat berpegang pada warisan hak-hak
mereka berkat anggapan Raja Inggris bahwa mereka tidak berada di bawah control
parlemen. Lagi pula selama bertahun-tahun, raja-raja Inggris terlalu sibuk dengan
pergulatan yang terjadi di Inggris yang memuncak pada Revolusi puritan sehingga rajaraja Inggris tidak sempat memaksakan kehendak mereka di seberang (daerah koloni).
Sebelum parlemen Inggris sempat menaruh perhatian kepada tugas membentuk kolonikoloni Amerika di bawah kerangka sistem politik yang menyangkut seluruh imperium,
koloni-koloni itu telah berkembang kuat dan makmur dengan sendirinya.
Pada awal keberadaan para kolonis di benua baru, para kolonis hidup menurut
hukum dan konstitusi Inggris dengan badan legislatif, sistem pemerintahan yang
berperwakilan dan diakuinya jaminan kebebasan pribadi berdasarkan hukum adat. Akan
tetapi, pembuatan peraturan menjadi semakin banyak pandangan dari segi Amerika dan
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
4
pelaksanaan serta kebiasaan Inggris semakin sedikit saja diperhatikan. Sekalipun
demikian, kebebasan koloni dari control nyata inggris bukannya dicapai tanpa konflik
dan sejarah koloni menunjukkan penuh sengketa antara badan perwakilan yang dipilih
oleh rakyat dan para gubernur koloni yang diangkat oleh raja. Namun, para kolonis
mampu membuat gubernur tidak berdaya sebab sesuai dari badan perwakilan. Kadangkadang para gubernur disuruh untuk memberikan jabatan yang menguntungkan atau izin
tanah kepada para kolonis yang berpengaruh guna menjamin dukungan mereka bagi
rencana-rencana kerajaan. Akan tetapi sering juga terjadi bahwa begitu para kolonis itu
telah menerima pemberian, begitu pula mereka terus memperjuangkan kehendak rakyat
koloni secara giat. Pertikaian sering terjadi antara gubernur dan badan perwakilan
demikian semakin mempertajam kesadaran kaum kolonis akan perbedaan kepentingan
antara Inggris dan Amerika. Secara bertahap badan perwakilan mengambil alih tugas
gubernur beserta dewan penasihatnya sehingga pusat pemerintahan colonial bergeser dari
London ke ibu kota provinsi di tanah koloni.
Inggris memiliki tiga belas koloni di sepanjang pesisir pantai Samudra Atlantik. 6
Dengan menanamkan kekuasaannya dengan lading, perkebunan, pemukiman, sedangkan
Prancis menanamkan kekuasaan di Lembah St. Lawrence di Kanada sebelah timur.
Prancis yang hannya mengirim sedikit saja pemukim dan lebih bnayak penjelajah,
misionaris, dan dengan mendirikan sederetan benteng serta pos perdagangan telah
membangun suatu wilayah kekuasaan yang berbentuk bulan sabit yang membentang dari
Quebec disebelah timur-laut sampai New Orleans di selatan. Posisi koloni prancis yang
demikian ini tampak akan menjepit Inggris di dalam sebaris tanah sempit di sebelah timur
Pergunungan Appalachia.7 Posisi kloni Inggris sangat tidak menguntungkan karena jika
ingin memperluaskan koloninya kea rah urutan terhadang oleh prancis yang telah
menanam kekuasaan di Kanada, dan jika menginginkan perluasan koloni ke arah barat
harus menghadapi prancis yang telah menguasai Quebec, Lousiana dan Lembah Ohio,
sedangkan jika menginginkan perluasan koloni kea rah selatan terhalang oleh Spanyol
yang telah menanamkan kekuasaannya di Florida dan New Meksiko. Untuk mengetahui
keberadaan koloni Inggris yang terjepit di antara koloni-koloni Prancis dan Spanyol,
dapat dilihat pada peta dibawah ini.
6
7
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:100
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:100
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
5
Gambar 1
Keberadaan Koloni Inggris Terjepit Diantara Koloni Prancis dan Spanyol
Pertikaian sudah terjadi sejak 1613 antara para kolonis Prancis dengan Inggris
yang berujung pada terjadinya peperangan perebutan koloni anatara Prancis dan Inggris
yang sesungguhnya merupakan rivalitas kedua Negara tersebut dalam memperebutkan
dominasi sebagai Negara paling kuat di Eropa. Antara 1689-1697 terjadi “Perang Raja
William” merupakan perang perebutan koloni antara kedua Negara tersebut di Amerika
yang sesungguhnya bagian dari Perang Palatin antara Inggris dan Perancis di Eropa.
Selain itu, kedua Negara itu saling berperang seperti tampak dalam Perang Anne (17021713) sebagai perang pendamping Perang Perebutan Tahta Spanyol. Demikian juga
kedua Negara itu terlibat dalam Perang Raja George (1744-1748) mengiringi Perang
Perebutan Tahta Austria.8 Meskipun Inggris mendapatkan keuntungan-keuntungan
tertentu dalam perang-perang tersebut namun sebenarnya umum tidak ada pemenang
yang tegas di dalam pertempuran-pertempuran tersebut, dan posisi koloni Prancis di
8
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:101
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
6
Benua Amerika tetap kokoh. Walaupun demikian di dalam peperangan berlaku prinsip
kalah menjadi abu, menang menjadi arang, maksudnya baik yang kalah maupun yang
menang akan mengalami kerugian besar baik secara materi maupun rohani dan tentu
pihak yang kalah mengalami kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan pihak
yang menang.
Pertikaian anatara Inggris dan Prancis memasuki tahan terakhir pada 1750-an.
Setelah Persetujuan Perdamaian Aix-la-Chappelle tahun 1748, Prancis memperketat
genggamannya atas Lembah Mississippi. Pada waktu bersamaan arus perpindahan kolnis
Inggris yang menyeberangi Alleghenies bertambah banyak dan hal ini merangsang
perebutan untuk sama-sama memiliki daerah tersebut. Prancis bukan hanya mengancam
pemerintah Kerajaan Inggris, tetapi juga mengancam para kolonis Amerika sebab dengan
menguasai Lembah Mississippi Prancis dapat membendung Inggris yang akan
memperluas koloninya kea rah barat.9 Memasuki 1754 suatu berontakan bersenjata antara
beberapa anggota lascar milisi Virginia di bawah pimpinan George Washington yang
masih berusia 22 tahun dan sepasukkan tentara Prancis mengobarkan perang Prancis dan
Indian dan kesempatan ini di manfaatkan Inggris untuk membantu Indian. Perang ini
menentukan apakah Inggris atau Prancis yang akan lebih unggul di Amerika Utara.10
Posisi daerah jajahan Inggris di Amerika Utara kurang menguntungkan karena
daerah jajahan Inggris berada di sepanjang pantai timur Samudra Atlantik terjepit oleh
daerah jajahan Prancis dan Spanyol. Inggris jika menginginkan perluasan koloni kea rah
utara, maka terhadang oleh koloni Pracis yang menguasai Kanada. Demikian juga jika
Inggris menginginkan perluasan koloni kea rah selatan, maka terhadang oleh Spanyol
yang menguasai daerah koloni di Florida dan di New Meksiko. Sementara itu, jika
inggris menginginkan perluasan koloni kea rah barat, maka terhadang oleh Pracis yang
telah menguasai daerah Louisiana, Lembah Ohio, dan daerah Quebec. Setelah ditimbangtimbang untung ruginya, Inggris menentukan pilihannya dengan meluaskan koloninya ke
arah barat dengan menyeberangi pegunungan Rocky dan harus menghadapi Prancis.
Pertimbangan lainnya bagi Inggris untuk memperluaskan koloni ke arab barat yaitu di
daerah sebelah barat tersedia hamparan tanah yang luas yang memiliki kekayaan alam
berupa tambang, sumber mineral dan berbagai hasil hutan yang melimpah. Sedangkan
9
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:102
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:102
10
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
7
tantangan yang harus dihadapinya selain menerobos Pegungungan Rocky dan hutan
belantara yang bermedan sulit, Inggris juga harus menghadapi Prancis, maka terjadilah
Perang memperebutkan daerah jajahan dengan prancis yang tidak dapat dihindari. Perang
tersebut di dalam lembaran sejarah dikenal sebagai Perang Tujuh Tahun (1756-1763).
Kemenangan inggris dalam Perang Tujuh Tahun (1756-1763) menyebabkan
Prancis menyerahkan sebagian besar daerah jajahannya ke Inggris seperti: Kanada,
sebelah timur Sungai Mississippi. Setelah pasca-Perang Tujuh Tahun Inggris menukar
koloninya di Kuba kepada Spanyol dan Inggris mendapatkan ganti dari Spanyol tanah
koloni Florida. Penukaran koloni tersebut disepakati oleh Inggris maupun Spanyol karena
memudanhkan kedua belah pihak untuk mengelola koloninya di Benua Amerika.
Akibat kemenangan Inggris terhadap Prancis dalam perang perebutan koloni di
Benua Amerika (1756-1763), wilayah jajahan Inggris semakin luas sehingga banyak
timbul masalah-masalah baru seperti: persoalan menjaga daerah-daerah pembatasan,
mengelola daerah jajahan, menghadapi pemberontakan orang-orang indian, missal
pemberontakan Ottawa pada 1763. Semua masalah tersebut harus segara diatasi dan
memerlukan biaya yang besar. Kemenangan Inggris terhadap Prancis dalam Perang
Tujuh Tahun (1756-1763) menyebabkan utang Inggris menjadi besar jumlahnya yaitu
130.000.000
poundsterling
dengan
bunga
setiap
tahunnya
sebesar
4.000.000
poundsterling.11 Inggris berusaha menutupi utangnya dengan melaksanakan Undangundang Perdagangan yang dibebankan kepada kolonis di Amerika. Misal menetapkan
Undang-undang Gula tahun 1764, Undang-undang Meterai impor tahun 1765, Undangundang Gula tahun 1764 mengatur tentang larangan impor tentang minuman keras diluar
negeri (di luar Inggris), melarang impor gula, sirup dari luar negeri, mengenakan bea
masuk atas angur, sutra, kopi, dan sejumlah barang mewah lainnya. Undang-undang
Meterai tahun 1765 mengatur tentang pembebanan terhadap bea atas surat-surat kabar,
almanac, pamphlet, lisensi, dadu, dan kartu judi kepada para kolonis di Amerika.
Berbagai pajak tersebut mengakibatkan neraca dagang kaum kolonis menjadi
buruk. Antara 1700-1703 neraca perdagangan yang buruk meningkat sampai melebihi
20.000.000 poundsterling.12 Para kolonis Inggris di Amerika kemudian menentang
11
12
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:104
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:104
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
8
kebijakan negeri induk (Inggris) dan mereka di bawah pimpinan George Washington
berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada 4 Juli 1776.
C. Corak Perlawanan Koloni
Jamestwon merupakan koloni Inggris pertama yang dibangun di Amerika,
tepatnya Amerika Utara berdasarkan piagam yang dihadiahkan Raja James I kepada
Virginia Company. Guna menghindari pihak Spanyol yang lebih dahulu datang, para
emigran yang terdiri atas orang-orang kota para petualang memilih kawasan sejauh 60km
kea rah sungai James dari teluk. Para emigran yang terdiri atas orang-orang kota dan para
petualang ini lebih tertarik untuk mencari emas dari pada berladang. Pada sekitar 1607
dan 1624 diperkirakan 14.000 orang bermigrasi ke koloni itu, namun hanya 1.132 orang
yang masih hidupa disana pada 1624.13
Corak perlawanan para kolonis Inggris di Amerika bagian utara terharap
pemeritah negeri induk, inggris dilakukan oleh kaum intelektual, kaum pedagang maupun
oleh aksi massa. Kaum intelektual melakukan aksi perlawanan dengan perang pamphlet
ideologis yang akan mempercepat meletusnya Revolusi Amerika. Mereka menentang
keberatan soal pajak-pajak baru yang dikenakan pada para kolonis. Mereka menganggap
bahwa pemungutan berbagai pajak oleh pemerintah negeri induk kepada para kolonis di
Amerika tidak dapat dibenarkan karena pengumutan pajak tersebut tanpa melalui
perwakilan (no tax without representative). Semestinya pengumungat pajak oleh negeri
induk terhadap para kolonis di Amerika harus dimintakan persetujuan kepada para wakil
rakyat di daerah koloni. Para tokoh intelektual di daerah koloni seperti Benjamin Franklin
dari Pennsyvania, John Adam dari koloni di Massachusetts, Thomas Jefferson dari koloni
Virginia yang semuanya sepakat bahwa no tax without representative.14
Kaum pedagang di berbagai koloni di Amerika merasa keberatan terhadap
kebijakan pembebanan pajak dari negeri induk terhadap para kolonis di Amerika dengan
melakukan aksi perlawanan melalui penghentian impor, maksudnya para pedagang di
tanah koloni Amerika tidak mau membeli atau melakukan tindak pemboikotan terhadap
barang-barang yang didatangkan dari negeri induk. Ketika Undang-Undang Meterai
berlakukan di tanah koloni Amerika, banyak perusahaan yang menghentikan
pekerjaannya. Demikian juga berbagai pengadilan di tanah koloni Amerika menutup diri
13
14
Wahjudi Djaja, Sejarah Eropa dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern, (Ombak, 2012), hal:171
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:105
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
9
untuk tidak memakai meterai. Namun, ada juga yang mulai bekerja dan secara terangterangan tidak menggunakan meterai.
Massa di tanah koloni Amerika menyikapi kebijakan pembebanan berbagai pajak
dari negeri induk terhadap para kolonis di Amerika dan melakukan aksi perlawanan di
bawah pimpinan Isaac Barre dengan memaksa para agen meterai untuk melakukan
jabatannya dan memaksa para pedagang untuk menghentikan pesanan barang-barang
yang didatangkan dari negeri induk. Massa di tanah koloni Amerika melakukan aksi
pembakaran terhadap surat-surat pengadilan laut di Boston. Selain itu, massa juga
melakukan aksi perampokan-perampokan terhadap rumah pengawas keuangan.15
Terjadi pertikaian antara Prancis dengan orang-orang Indian, maka Inggris
mengirimkan pasukannya untuk membantu orang-orang Indian yang dipimpin Mayjen
Thomas Gage. Para kolonis merasa tidak senang atas kehadiran pasukan Inggris terbukti
ketika Thomas Gage meminta keanggota Majelis New York bernama Sir Henry Moore
untuk membuat peraturan mengenai Undang-Undang Perumahan dan Perbekalan untuk
pasukan Inggris di Konoli New York. Melalui Undang-Undang tersebut, Thomas Gage
berharap supaya para kolonis wajib menyediakan tangsi dan perbekalan untuk pasukan
negeri induk (inggris). Hal ini memberatkan para kolonis di New York sehingga Majelis
New York menolak permohonan tersebut dan penolakan ini membuat Thomas Gage
merasa tersinggung. Kemudian ia memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan
Tugu Kemerdekaan New York pada 1776 dan konflik fisik dengan koloni di New York
tidak dapat dihindarkan.
Benjamin Franklin mengecam rencana Undang-Undang Perumahan Militer di
tanah koloni Amerika seperti yang pernah diajukan Thomas Gage karena dengan di
pertahankannya tentara negeri induk di tanah jajahan tanpa persetujuan wakil rakyat di
daerah koloni Amerika berarti tidak sesuai dengan semangat Konstitusi Inggris.
Berkenaan dengan penolakan Undang-Undang Perumahan Militer di tanah koloni
Amerika, Menteri Keuangan Inggris yang bernama Townshend pada 1767 mengusulkan
beberapa macam impor untuk kertas, the, cat. Hasil ini nantinya akan digunakan untuk
membiayai pasukan Inggris di tanah koloni Amerika.
15
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:105
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
10
Peristiwa pembakaran Kapal Gaspee pada 10 Juni 1772. Pada sore sebelum
peristiwa itu terjadi, Kapal Pabean Gaspee sedang mengejar sebuah kapal dagang gelap,
tetapi kapal tersebut kandas di Namquit. Pada pagi benar, tepatnya pada 10 Juni 1772
seorang pedagang kaya dari Providence bernama John Brown menyuruh orang-orangnya
untuk menyerbu kapal yang kandas
tersebut, dan berhasil dibakarnya. Pemerintah
Kerajaan Inggris menjanjikan hadiah untuk menemukan orang-orang yang telah
melakukan kejahatan tersebut akan tetapi, meskipun banyak saksi atas kejadian yang
illegal itu, tidak seorang pun bersedia memberi kesaksian terhadap orang-orang yang
telah melakukan kejahatan itu. Komisaris-komisaris diangkat untuk melakukan
penyelidikan, namun karena menghadapi musuh yang terang-terangan dari pihak rakyat
Rhode Island, komisaris penyelidikan tersebut tidak dapat menemukan bukti kejahatan.
Empat hari setelah peristiwa pembakaran kapal Gaspee, Gubernur Massachusetts,
Hutctington mengumumkan bahwa mulai saat itu ia akan menerima gajian dari
pemerintah kerajaan Inggris. Pada September 1772 sebuah pengumuman yang sama
dikeluarkan mengenai gaji para hakim di Massachusetts yang dibayarkan dari kas
pemerintah kerajaan Inggris. Hal ini berarti anggota-anggota badan eksekutif dan badan
pengadilan Umum. Peristiwa pembakaran kapal Gaspee dan disusul tindakan Hutchinson
mendorong timbulnya persatuan di antara orang-orang di tanah jajahan. Pengankatan
komisaris-komisaris penyelidik dan pembayaran gaji hakim dari Negara Inggris
mendorong Dewan Perwakilan Rakyat Viginia Untuk mengusulkan pada Maret 1773
supaya dibentuk Panitia Korespondensi di semua tahan jajahan untuk menentang politik
Inggris. Sementara itu, Sam Adams dengan menghadapi oposisi dari John Hancock
berhasil mengeluarkan seruan supaya diadakan rapat kota di Boston yang dalam
November 1773 telah menyediakan 20 orang panitia korepondensi tetap untuk
menyalurkan pendirian Boston kepada kota-kota yang lainnya diseluruh tanah koloni
dengan permintaan supaya kota-kota lainnya membalas dengan cara yang sama. Rapat
kota kemudian menyetujui Daftar Pembatasan dan Penyelenggaraan Hak yang disusun
oleh Joseph Warren (1741-1775).16 Peristiwa pembakaran kapal Gaspee dan tindakan
Gubernur Huntchinson menyebabkan rasa tidak puas para koonis di tanah Amerika
terhadap berbagai kebijakan negeri induk (Inggris) di tanah koloni Amerika.17
16
17
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:107
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:107
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
11
D. Penyebab Terjadinya Revolusi Amerika
1. The Great Awakening
The Great Awakening meningkatkan kelompok penginjil (gereja Kristen yang
percaya pada perubahan pribadi dan kesempurnaan Alkitab) dan semangat
kebangkitan, yang terus memainkan peran signifikan dalam kehidupan religious dan
budaya Amerika. Hal ini melemahkan status mapan para rohaniwan dan
memprovokasi para penganut agama untuk berpegang pada akal sehat mereka.
Mungkin yang paling penting, semua ini mengarah kepada proliferasi sekte dan
kelompok agama, yang pada akhirnya mendorong orang-orang menerima prinsip
toleransi religius.
2. Berkembangnya Otonomi Daerah
Pada 1618, Persekutuan Virginia mengeluarkan instruksi kepada gubernur yang
ditunjuk yang menyatakan bahwa setiap penduduk bebas dalam perkebunan harus
memilih wakilnya untuk bergabung dengan gubernur dan dewan yang ditunjuk dalam
mengesahkan peraturan pemerintah demi kemakmuran koloni. Langkah ini terbukti
menjadi yang salah satu langkah dengan dampak paling jauh ke depan dalam seluruh
periode kolonial. Sejak saat itu, masyarakat umum menerima fakta bahwa warga
koloni mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan mereka sendiri.
3. Kesadaran tentang Kebebasan
Pada awal abad 18, hampir semua koloni berada di bawah yurisdiksi langsung
Kerajaan Inggris, tetapi mengikuti aturan yang dibentuk oleh Revolusi Agung.
Gubernur koloni mencoba menerapkan kekuasaan yang menghilang dari tangan Raja
di Inggris, tetapi majelis koloni yang mengetahui peristiwa tersebut, berupaya
mengesahkan “hak” dan “kebebasan” mereka. Dasar tuntutan mereka adalah pada dua
kekuatan signifikan yang mirip dengan apa yang dianut oleh Parlemen Inggris: hak
untuk memilih dalam masalah pajak, pembelanjaan dan hak memulai legislasi
ketimbang hanya bereaksi terhadap proposal dari gubernur.
4. Inggris butuh dana besar setelah perang tujuh tahun
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
12
Gambar 2
Perang Tujuh Tahun (INGGRIS – PERANCIS)
Kita kenal akan tahun itu, yakni berakhirnya Perang Tujuh Tahun. Inggris dapat
menguasai sekalian tanah jajahan Prancis di India dan Amerika Utara. Kolonis bangsa
Inggris di Amerika itu tak merasa dirinya terancam lagi oleh Prancis dari belakang
dan tak ada perlunya mereka memberi hati pada inggris, sebab sekarang tak perlu lagi
mengharapkan sokongan militer dari tanah asal itu. Tetapi tanah koloni yang
diperoleh Inggris dari Prancis letaknya menelilingi daerah koloni lama itu. Inggris
tiba-tiba merasa bertanggung jawab atas nasib bangsa Indian, yang didesak oleh
kolonis ke daerah barat itu. Tetapi ada udang dibalik batu; inggris ingin menguasai
perdagangan kulit pelsa yang menguntungkan itu. Masih banyak hal-hal lain, yang
menggelisahkan para kolonis itu. Misalnya berbagai aturan yang diadakan inggris
dengan tujuan mendesak perkembangan perdagangan dan perusahaan didaerah koloni
demi kepentingan tanah Inggris dan banyak pula aturan yang tujuannya supaya para
kolonis itu menyumbang sebagian dari kemakmurannya kepada tanah Inggris.
Menurut undang-undang Tetes tahun 173318 tanah koloni harus membayar cukai atas
tetes, yang didatangkan dari Hindia-Barat. Currencyact tahun 1751 menentukan
bahwa hutang para kolonis kepada Inggris tak boleh dibayar dengan uang kertas.
Karena tanah koloni itu tidak menghasilkan logam mulia, maka import dari Inggris
terpaksa dibayar dengan export ke tanah Inggris. Lama Amerika berhubungan pada
18
Noer Toegiman, Aera Eropa, (Bandung, Jakarta, Amsterdam: Ganaco.N.V, 1956), hal: 127
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
13
Inggris. Baru sesudah Perang Dunia I, Amerika menjadi negara berpihutang dari
negara yang berhutang.19
Kemenangan Inggris dalam perang Tujuh Tahun ternyata tidak menyelesaikan
masalah yang harus dihadapi pemerintah Inggris di koloni Amerika. Bagi Inggris
kemenangan dalam perang meyisakan hutang yang jumlahnya cukup besar, mencapai
130 juta Pound.20 Lebih dari pada itu, bertambahnya wilayah Inggris telah menambah
beban baru yang harus ditanggung oleh pemerintah Inggris. Akhirnya pemerintah
Inggris membebani daerah koloni untuk turut serta meringankan beban keuangan
yang dihadapi Inggris. Daerah-daerah koloni tersebut dipungut berbagai macam pajak
tanpa melalui perundingan. Pajak tersebut terhimpun dalam berbagai aturan seperti21:
Undang-undang Gula (Sugar Act) pada tahun 1764, yang mana Undang-Undang
ini mengatur tentang kenaikan pajak bagi gula yang masuk ke Amerika.
Undang-Undang Stempel (Stamp Act) pada tahun 1765 yang mengatur tentang
pajak materai atas surat-surat kabar, pamflet, percetakan, dokumen-dokumen
hukum, asuransi, surat perkapalan dan lisensi.
Undang-Undang Seperempat (Quarter Act), yang disahkan pada 1765, yang
mewajibkan koloni menyediakan perlengkapan dan barak bagi serdadu kerajaan.
Undang-Undang Townshend yang berdasarkan premis bahwa pajak yang
dibebankan pada barang yang diimpor oleh koloni itu legal sementara pajak
internal (seperti UU Stempel) itu ilegal.
19
Noer Toegiman, Aera Eropa, (Bandung, Jakarta, Amsterdam: Ganaco.N.V, 1956), hal: 127
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal:104
21
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 61
20
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
14
5. The Boston Tea Party
Gambar 3
Peristiwa The Boston Tea Party
Pada 1773, Inggris Raya memberikan isu yang sempurna bagi Adams dan
para sekutunya. Persekutuan Hindia Timur yang berkuasa mendapati dirinya berada
dalam krisis finansial, dan memohon pada pemerintah Inggris yang kemudian
memberinya monopoli atas semua teh yang diekspor ke koloni. Pemerintah juga
mengizinkan Persekutuan Hindia Timur untuk menyediakan kebutuhan pengecer
secara langsung, melangkahi tengkulak kolonial. Pada saat itu, kebanyakan teh yang
dikonsumsi di Amerika diimpor secara tidak sah dan bebas cukai. Dengan menjual
teh melalui agennya sendiri dengan harga lebih murah, Persekutuan Hindia Timur
membuat penyelundupan menjadi sesuatu yang tidak menguntungkan dan
mengancam akan melenyapkan pedagang kolonial yang mandiri.22
Tergugah tidak hanya karena kerugian dari perdagangan teh tetapi juga karena
praktik monopoli itu, para pedagang bergabung dengan kelompok radikal yang terus
memperjuangkan kemerdekaan. Di pelabuhan pusat dan dalam Pantai Atlantik, agen
dari Persekutuan Hindia Timur dipaksa untuk mengundurkan diri. Kiriman the yang
baru datang entah dikembalikan atau digudangkan. Namun agen menentang warga
koloni di Boston; dengan sokongan gubernur kerajaan, mereka bersiap mendaratkan
muatan yang akan tiba tanpa memedulikan pihak oposisi.23
22
23
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 63
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 64
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
15
Pada malam 16 Desember 1773, sekelompok orang menyamar sebagai Indian
Mohawk dipimpin Samuel Adams menaiki tiga kapal Inggris yang tertambat dan
membuang muatan teh mereka ke pelabuhan Boston. Karena ragu akan komitmen
bangsa mereka terhadap prinsip, mereka takut jika teh tersebut tiba di daratan, warga
koloni akan membeli teh itu dan membayar pajak. Sekarang krisis melanda Inggris
Raya. Persekutuan Hindia Timur telah melaksanakan perintah parlemen. Jika
perusakan teh tidak dihukum, itu berarti Parlemen harus mengakui pada dunia bahwa
mereka tidak punya kontrol atas warga koloni. Pendapat resmi di Inggris Raya hampir
dengan suara bulat mengutuk Pesta Teh Boston sebagai tindakan vandalisme dan
mendukung tindakan legal untuk menghukum pemberontak koloni.24
6. Buku Thomas Paine yang berjudul Common Sense
Semangat tempur kekuatan koloni Inggris di Amerika semakin memuncak ketika
rakya koloni membaca buku Thomas Paine yang berjudul Common Sense. Isi buku
tersebut pada prinsipnya dapat membakar jiwa patriotisme rakya koloni Amerika
untuk mengusir pemerintah jajahan Inggris. Ia di dalam buku tersebut mencemooh
pribadi Raja Inggris yang korup dalam meperintah negeri Inggris. Lebih lanjut lagi ia
menyatakan bahwa satu orang yang jujur jauh lebih berharga daripada semua banditbandit bermahkota yang pernah hidup di muka bumi ini. Salah seorang bandit
bermahkota tersebut adalah raja Inggris yang telah menjajah para kolonis di tanah
Amerika ini.
24
Dr. Wood Gray, Garis Besar Sejarah Amerika (Yogyakarta: Bentang, 2014), hal: 64
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
16
Gambar 4
Thomas Paine dengan bukunya yang berjudul Common sense
E. Proses Terjadinya Revolusi Amerika
Dengan adanya peristiwa teh di Boston, Menurut aturan baru, the hanya boleh
dimasukkan sesudah dikenakan cukai masuk. Tanggal 16 Desember ada pemuda-pemuda
Amerika yang menyaru sebagai orang Indian naik ke atas kapal itu dan membuang
seluruh muatannya kedalam laut. Peristiwa itu menjadi permulaan persengketaan. Orang
Inggris segera membalas perbuatan itu dengan aturan-aturan yang dipertajam. Sebagai
jawaban atas tindakan itu, dalam bulan September tahun 1774 diadakan kongres pertama
di Philadelphia, yang dihadiri oleh hamper sekalian tanah koloni Amerika. Apa yang
diputuskan? Dibuat daftar mengenai tindakan-tindakan Inggris, yang tidak disenangi
para kolonis, diputuskan menghentikan import dari Inggris dan export ke tanah asal itu.
George III menganggap perbuatan itu sebagai suatu pemberontakan. Tak dapat ia dituduh
sebagai tyran, sebagai yang dituduhkan para kolonis Amerka itu. George III dapat
mengemukakan bahwa keputusan tadi itu diambil oleh suatu golongan kecil yang radikal
saja, sebagian besar dari pada kolonis akan tetap ingin menjadi rakyat Baginda; tetapi
pemerintah Inggris membuat kesalahan yang selalu dilakukan orang terhadap gerakan
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
17
revolusioner, yakni orang mengangap enteng saja gerakan itu, berdasarkan tenaga aktif
gerakan itu sangat sedikit jumlahnya. Sebab golongan tengah, yang besar jumlahnya itu
dan mereka yang termasuk golongan yang tak ikut-ikut serta, biasanya lama-lama akan
ikut pada pelopor-pelopor yang tak banyak jumlahnya, tetapi yang tak mau mundur
setampak pun. Artinya dengan syarat-syarat, bahwa tuntutan-tuntutan yang dikemukakan
golongan kecil yang aktif itu ada dalam garis perkembangan. Hal itu kita lihat pula pada
perkembang revolusi Amerika itu.25
George III bertekad untuk menundukkan Massachusetts dengan kekuatan senjata.
Rakyat koloni tidak menghiraukan tuntutan dan ancaman Inggris, dua belas negara koloni
lainnya telah menyatakan setia kawan berdiri di belakangnya. Pada awal Desember 1774,
ke tiga belas koloni mengadakan pertemuan di Philadelphia (yang kemudian dikenal
dengan Kongres Kontinental I) untuk menentukan langkah dalam menghadapi Inggris.
Peristiwa ini merupakan pertama kalinya bagi ketiga belas koloni di Amerika untuk
bersatu dan saling bekerja sama. Kongres Kontinental I menghasilkan pernyataan yang
pada dasarnya bahwa rakyat koloni di Amerika tetap setia kepada Raja Inggris dan
menuntut kebi-jaksanaan agar memulihkan hubungan baik antara daerah koloni dan
negara induk Inggris.Sementara itu, telah terjadi pertempuran antara pasukan Inggris dan
rakyat koloni. Pertempuran pertama meletus di Lexington, kemudian menjalar ke
Concord, dan Boston.
25
Noer Toegiman, Aera Eropa, (Bandung, Jakarta, Amsterdam: Ganaco.N.V, 1956)
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
18
Gambar 5
Pertempuran pertama meletus di Lexington
Inggris menolak tuntutan warga koloni. Adanya The Boston Tea Party dan
tuntutan tanah koloni dianggap sebagai tanda dimulainya suatu pemberontakan.
Pemerintah Inggris segera memperbesar jumlah pasukannya di Amerika. Sejak saat itulah
kaum koloni Amerika yakin bahwa jalan damai untuk menuntut hakhaknya sebagai orang
Inggris tidak mungkin dapat tercapai. Bahkan, mereka terancam akan dimusnahkan
segalanya sehingga mereka bertekad untuk mempertahankan kebebasannya. Kaum koloni
Amerika kemudian mengangkat Goeroge Washington, seorang yang berjasa kepada
Inggris dalam Perang Laut Tujuh Tahun untuk menghadapi Inggris.
Pada mulanya perang ini hanya bersifat menentang kekerasan pemerintah Inggris
terhadap kaum koloni dan belum mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan. Akan
tetapi, tujuan perang menjadi jelas setelah terbitnya buku Common Sense (1776) karya
Thomas Paine. Tulisan ini berisikan paham kemerdekaan yang kemudian menyadarkan
kaum koloni untuk mengubah tujuan perjuangannya dari menentang kekerasan menjadi
perjuangan mencapai kemerdekaan.
Dalam Kongres Kontinental II tahun 1775 di Philadelphia, para wakil dari ketiga
belas koloni sepakat untuk memerdekakan diri. Akhirnya pada tanggal 4 Juli 1776
dicanangkan Declaration of Independence sebagai alasan untuk memisahkan diri dari
negeri induk Inggris. Naskah Declaration of Independence ini disusun oleh panitia kecil
yang beranggotakan lima orang, yakni Thomas Jefferson, Benyamin Franklin, Roger
Sherman,Robert Livingstone, dan John Adams. Mereka itulah yang kemudian dikenal
dengan Lima Tokoh Penyusun Naskah Declaration of Independence. Pada tanggal 4 Juli
1776 ditandatangani Declaration of Independence dan dijadikan hari Kemerdekaan
Amerika (Independence Day).
Sementara itu, peperangan semakin meluas hampir di seluruh tiga belas koloni.
Pada mulanya tentara Amerika yang dipimpin oleh George Washington tersebut selalu
mengalami kekalahan. Kekalahan yang dialami oleh Amerika disebabkan oleh faktor
kelemahan militer Amerika yang sebagian besar terdiri atas kalangan sipil yang tidak
memiliki pengalaman tempur. Di samping masalah militer, Amerika juga dihadapkan
pada kondisi di dalam masyarakat yang belum seluruhnya mendukung terhadap
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
19
kemerdekaan Amerika. Beberapa golongan masyarakat yang justru umumnya berasal dari
kelas menengah ke atas masih banyak yang pro terhadap Inggris dan tidak setuju kalau
Amerika merdeka menjadi suatu negara.
Menyadari kelemahan tersebut, para pemimpin Amerika berusaha untuk
menyusun strategi agar dapat mengalahkan kekuatan Inggris. Strategi yang kemudian
dilakukan adalah dengan meminta dukungan terhadap negara-negara Eropa lainnya
terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Amerika. Permintaan dukungan tersebut
terutama diarahkan pada negara-negara yang memiliki konflik dengan Inggris seperti
Prancis, Spanyol, Denmark, dan Belanda. Melalui dutanya yang bernama Benjamin
Franklin, Amerika berhasil menyusun dukungan dari negara-negara Eropa tersebut
terutama dari Prancis untuk membantu perang kemerdekaan Amerika.
Bantuan dari negara-negara Eropa sangat berarti bagi kemerdekaan Amerika. Hal
ini terbukti sejak tahun 1780, pasukan Amerika berhasil mengalahkan pasukan Inggris di
berbagai pertempuran. Walaupun daerah Carolina, Charleston, dan Virginia sempat
dikuasai oleh Inggris, akan tetapi pada pertempuran berikutnya pasukan Inggris berhasil
dikalahkan oleh pasukan gabungan Amerika dan Prancis. Gabungan pasukan George
Washington dan Rochambeau yang berjumlah 15.000 orang berhasil mengalahkan
pasukan Inggris di bawah pimpinan Lord Cornwalis di daerah Yorktown, pantai Virginia.
Akhirnya pada tanggal 19 Oktober 1781, pasukan Cornwalis menyerah dan parlemen
Inggris segera memutuskan untuk menghentikan perang. Pada tahun 1782, perjanjian
perdamaian dimulai antara Amerika Serikat dengan Inggris dan baru pada tanggal 3
September 1783 secara resmi ditandatangani perjanjian perdamaian tersebut. Hasil
Perjanjian Paris tahun 1783 berisi tentang pengakuan Inggris terhadap kemerdekaan dan
kedaulatan ketiga belas koloni menjadi negara merdeka yaitu Amerika Serikat. Selain itu,
Inggris juga menyerahkan daerah bagian barat Mississippi kepada negara baru tersebut.
Sesudah peperangan berakhir, kongres Amerika kemudian mengusulkan agar 13 negara
bagian menyerahkan kembali hak milik kaum moderat/royalis yang dulu pro terhadap
Inggris yang selama peperangan disita oleh kaum milisi. Pasca perang negara baru ini
mulai berkonsentrasi untuk menyusun pemerintahan nasional yang dapat menaungi
seluruh aspirasi rakyat Amerika.
F. Persiapan Para Kolonis Menuju Kemerdekaan Amerika
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
20
Berbagai langkah yang disiapkan oleh rakyat Amerika untuk menuju
kemerdekaan sebagai berikut:
a. Kongres Konstinental I (5 September 1774)
Pada Juni 1774 Dewan Perwakilan Massachusetts mengusulkan seluruh koloni
supaya mengadakan konges Pada September di Philadelphia dan di seluruh koloni
supaya menyelenggarakan kongres tingkat provinsi atau semacam konvensi daerah
untuk memilih delegasi di dalam kongres konstinental yang direncanakan dimulai
pada 5 September 1774. Pada Kongres Konstinental I dihadiri leh 56 delegasi dari 12
tanah koloni dari 13 koloni Inggris di tanah Amerika. Kedua elas koloni tersebut
adalah Massachusetts, New Hampshire, Rhode Island, Connecticut, New York, New
Jersey, Pennsylvania, Delaware, Maryland, Virginia, Carolina Utara, Carolina
Selatan. Salah satu koloni Inggris yang belum dapat menghadiri Kongres
Konstinental I adalah Georgia. Agenda di dalam Kongre ini adalah pembahasan
seputar persiapan-persiapan untuk menuju kemerdekaan dari cengkeraman negeri
induk, Inggris dan mncari langkah untuk melemahkan kekuatan Inggris di koloni
Amerika. Kongres Konstinental I merupakan duel antara sayap radikal yang diwakili
Patrick Henry dan Henry Lee dari Virginia, Sam Adams dari Massachusetts,
Christopher Gadsden dari Carolina Selatan dan konservatif diwakili Joseph Galloway
dan James Duane dari New York.26 Pada mulanya golongan radikal mencatat dua
buah kemenagan ketika seorang yang bukan wakil yaitu Charles Thomson dari
Pennsylvania dipilih menjadi sekretaris kongres, dan ketika Resolusi Suffolk disetuji.
Resolusi itu mencela Undang-Undang Paksaan sebagai pelanggaran undang-undang
dasar dan mengajurkan supaya rakyat Massachusetts membentuk pemerintahan
sendiri dan menahan pajak-pajak yang telah dipungut sampai undang-undang tersebut
dibatalkan, serta menasehati rakyat supaya mempersenjatai diri dan mendirikan misili
sendiri serta menganjurkan sangsi ekonomi yang keras terhadap Inggris. Semangat
Revolusi Suffolk bukan merupakan ramalan yang benar tentang suasana dan
tindakan-tindakan kongres di kemudian hari. Dengan bersatu di belakang Joseph
Galloway, golongan konservatif mencoba untuk menerima suatu rencana penyatuan
yang merupakan versi yang telah dicairkan dan Rencana Albany buatan Franklin
26
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:109
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
21
dahulu. Berdasarkan usulan Galloway, pemerintah pusat akan terdiri dari seorang
presiden jenderal yang diangkat oleh raja dan memegang jabatannya selama
dikehendaki oleh raja dengan hak veto atas tindakan-tindakan majelis agung yang
anggotanya harus dipilih untuk jabatan tiga tahun oleh dewan perwakilan tiap-tiap
provinsi. Presiden dan majelis akan menjadi suatu cabang yang lebih rendah dan
nyata dari dewan perundangan Inggris. Tindakan-tindakan mengenai Amerika dapat
berasal baik dari badan ini maupun dari Parlemen Inggris, sedangkan izin dari
masing-masing diperlukan untuk tindakan-tindakan yang akan menjadi undangundang. Usul ini disokong oleh Jame Duane (1733-1791) dari New York. Akhirnya
dilakukan pemungutan suara di bawah rencana kesatuan yang menentukan bahwa
tiap-tiap provinsi mempunyai satu suara dan dimenangkan oleh golongan radikal
dengan kemenangan tipis. Golongan radikal kemudian memegang kendali dan
berhasil menghapuskan usulan dari golongan konservatif.27
Melalui Kongres Konstinental I golongan radikal memegang inisiatif di dalam
jalannya siding dan akhirnya kongres tersebut berhasil memutuskan mengajak secara
bersama-sama seluruh rakyat koloni untuk menghentikan segala impor dan menolak
barang-barang mewah dari negeri induk, Inggris. Bagi siapapun yang kedua dalam
Kongres Konstinental I meminta kedua belas koloni yang hadir supaya
mempersiapkan diiri membentuk tentara (lascar) misili guna menghadapi pasukan
induk, Inggris. Keputusan yang ketiga segera mengajak Koloni Georgia untuk
bergabung dalam Kongres Konstinental II yang rencana penyelenggaraan pada Mei
tahun 1775.28
Raja George III bernama pemerintah Kerajaan Ingris bertekad untuk
menundukkan Massachusetts dengan kekuatan tentaranya, sedangkan rakyat koloni di
Koloni Teluk Massachusetts mempersenjatai dirinya sesuai denganResolusi Suffolk
sehingga bentrokan senjata tidak dapat dihindarkan. Pada 7 Februari 1774 suatu
pernyataan dari pemerintah Kerajaan Inggris menyatakan baha Masschusetts
melakukan pemberontakan. Pada Maret 1774 Raja Inggris mengesahkan undangundang yang melarang tanah jajahan New England untuk mengadakan perdagangan
dengan setiap bangsa kecuali Inggris dan Hindia Barat milik Inggris sesudah 1 Juli
27
28
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:110
IG. Krisnaldi, Sejarah Amerika serikat (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012) , hal:110
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
22
1774 dan menghalangi orang-orang New England untuk mengunjungi daerah
perikanan di Atllantik Utara dan pada April 1774 ketentuan dari undang-undang
tersebut diperluas terhadap tanah kolon lainnya yang telah meratifikasi Kongres
Konnstinental. Di tangan kanan pemerintah Inggris memegang pedang di dalam
tangan kirinya memegang obor perdamaian dengan syarat bahwa parlemen dengan
persetujuan raja akan setiap tanah jajahan Amerika yang melalui dewan
perwakilannya sendiri telah menetapkan pajak terhadap dirinya untuk pertahanan
bersama dan sokongan terhadap dirinya sendiri untuk pertahanan bersama dan
songkongan terhadap pemerintah sipil dalam provinsi, telah dapat memenangkan
persetujuan Majelis Rendah di parlemen Inggris.
Dalam masa lowong antara Kongres I dan Kongres II, Massachusetts, kecuali
Boston yang diduduki Jenderal Gage, membangun kembali misili dan mulai
mengumpulkan senjata dan peralatan perang lainnya di gudang-gudang militer. Pada
Desember 1774 Jenderal Gage meminta pasukan yang cukup untuk mendudukan
Massachusetts dan pada April 1775 Gage siap menyerang Concord yang menjadi
gudang perbekalan untuk milisi Massachusetts. Pada 18 April 1775 tepatnya pukul 10
malam pasukan Gage menuju kea rah Common dan mulai naik kapal untuk
menyeberang Sungai Charles ke jurusan Cambridge. Ketika tujuan ini diketahui
Panitia Keselamatan Boston, segera dikirim Paul Revene dan William Dawes untuk
memberikan peringatan kepada ddaerah-daerah, termasuk menginformasikan kepada
Sam Adams dan John Hancock yang sedang berada di Lexington bahwa pasukan
Gage di bawah pimpinan Francis Smith yang akan tiba di pagi hari di Lexington.
Mereka dilawan oleh 70 anggota pasukan gerak cepat (milisi) yang dibentuk oleh
Kongres Provinsi Massachusetts dan rakyat koloni di Massachusetts harus
menyiapkan diri untuk melawan pasukan tentara pemerintah colonial Inggris di
bawah pimpinan Jenderal Gage. Bentrokan senjata tidak terelakkan ketika pasukan
Inggris di bawah pimpinan Kolonel Francis Smith menghancurkan beberapa alat
militer dan tepung di gudang militer Concord. Pasukan milisi di jembatan utara
Concord yang kian bertambah banyak menyerang pasukan Smith dan ketika pasukan
Smith mundur dari Concord untuk berbaris lagi ke Boston, tiba-tiba mendapat
serangan dari pasukan milisi dari segala penjuru. Namun, pasukan Smith tertolong
Sejarah Dunia II “Revolusi Amerika Serikat”
23
oleh bala bantuan yaitu ketika tiba di Lexingson. Serangan bertubi-tubi berlansung
terus sampai pasukan Inggris terdesak berat. Akhirnya pasukan Inggris tiba di
Charlestown dan mendapat perlindungan dari meriam-meriam kapal perang di
pelabuhan. Di dalam pertempuran tersebut pihak Inggris menderita korban sebanyak
73 tewas, 174 luka-luka, dan 26 orang hilang. Sedangkan pihak milisi menderita
korban 93 tewas, luka-luka, atau hilang.29
Keberhasilan pasukan milisi Amerika memukul mundur pasukan Inggris
Lexington telah membuktikan bahwa orang-orang milisi yang masih “hijau” dapat
melawan prajurit-prajurit baju merah Inggris yang berpengalaman. Hal ini menambah
rasa percaya diri pasukan milisi untuk segera membebaskan Boston dari pasukan
tentara Inggris di bawah pimpinan Jendral Tomas Gage. Pengepungan terhadap
Boston oleh pasukan milisi Amerika segera dimulai. Semangat nasionalisme telah
membakar jiwa rakyat di New England untuk mendaptarkan diri secara sukarela ke
dalam pasukan milisi. Keberadaan daerah-daerah pengalaman di bawah kekuasaan
kaum Patriot membuat Jenderal Gage merasa tidak aman tentang pertahanan Boston.
Ancaman-ancaman dapat di arahkan kepada kota itu baik dari Charlestown di mana
meriam-meriam yang sedang diarahkan ke Bunker atau Breed’s Hills akan
menyebabkan bagi