Eksistensi Ruang Publik Perkotaan Studi

Eksistensi Ruang Publik Perkotaan: Studi Kasus di Taman Kandaga
Puspa, Cilaki, Bandung
Petrick (Pendidikan Sosiologi B 2014, 4815142570)
Email: Patrick.dayoh@gmail.com

Abstrak
Studi ini ingin menjelaskan tentang eksistensi taman Kadaga Puspa sebagai ruang publik
perkotaan di Kota Bandung. Taman Kandaga puspa sudah ada sejak era kolonial dan
memiliki nilai historis yang tinggi bagi perjalanan kota Bandung. Sebagai ruang publik,
taman Kandaga Puspa berhasil menjadi perpustakaan bunga serta sarana hiburan warganya
untuk melepas penat dari aktivitas sehari-hari. Akan tetapi tak lama setelah diresmikan, taman
ini tidak terawat akibat karena tidak adanya kesepakatan antara pemerintah dan pihak
pengelola.

Pengantar
Tulisan ini ingin memaparkan tentang eksistensi taman Kandaga Puspa sebagai ruang publik
perkotaan di kota Bandung. Topik bahasan ini sangat menarik bagi penulis karena sejak
dahulu Bandung memang telah dikenal sebagai kota yang sangat memperhatikan keberadaan
taman kota. Inilah yang menyebabkan julukan Kota Kembang menjadi sangat identik dengan
ibu kota provinsi Jawa Barat ini. Saat ini saja, dalam salah satu program kerjanya walikota
Bandung dengan sangat serius membenahi tata ruang dan keindahan kota, salah satunya

dengan membuat taman tematik. Taman tematik merupakan salah satu program pemerintah
kota Bandung untuk merevitalisasi taman-taman kota dengan memberikan berbagai tema
untuk beberapa taman kota.
Sejauh ini, Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung telah membuat 13 taman
tematik dari target 21 taman yang akan ditematikkan dalam periode 2013-2018.1 Tamantaman ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti wifi, tempat duduk, toilet dan lainlain. Sehingga taman kota dapat menjadi tujuan wisata yang murah meriah bagi masyarakat
kota. Tidak hanya itu, taman juga menjadi sarana bermain, berkumpul dengan teman,
keluarga dan kerabat. Tanpa menghilangkan ataupun mengurangi fungsinya sebagai paru1

www.bandungjuara.com/tamantematikdibandung. Diakses pada 07 Desember 2015
pukul 22:46 WIB

paru kota, taman kota di Bandung telah menjadi tujuan wisata bagi warganya yang ingin
menghilangkan kejenuhan dari aktivitas sehari-hari.
Dari ke-13 taman yang ditematikkan, taman Kandaga Puspa merupakan salah satu yang
menjadi destinasi pengunjung. Bagi masyarakat sekitar, taman ini lebih akrab dipanggil
taman Cilaki. Selain lokasinya yang berada di jalan Cilaki, taman ini juga dahulunya
merupakan salah satu dari tiga taman yang termasuk dalam Tjilakiplein yaitu program tata
kota yang digagas sejak era kolonial. Awalnya taman cilaki ini tidak difungsikan sebagai
taman, melainkan sebagai jalur hijau dan hutan kota. Ini dapat dilihat dari susunan pohonnya
yang tidak teratur. Namun sejak diresmikan sebagai taman Kandaga Puspa pada tanggal 30

Desember 2013, taman ini menjadi lebih rapih dan indah dengan dihiasi beragam jenis bunga.
Pada awal peresmiannya, taman Kandaga Puspa sangat diminati pengunjung karena
suasananya yang nyaman dan pemandangannya yang indah. Terlebih lagi taman ini memiliki
potensi menjadi taman edukasi karena disetiap tanaman terdapat papan nama yang
menjelaskan nama umum dan nama latinnya. Sehingga pengunjung bisa berjalan-jalan
sekaligus menambah wawasan flora mereka. Akan tetapi ketika penulis berkunjung ke taman
kandaga puspa pada tanggal 31 Oktober 2015 lalu, hal-hal tersebut diatas sama sekali tidak
dijumpai lagi oleh penulis. Tanaman warna-warni yang dulu menghiasi taman ini kini tak
terlihat lagi dan hanya segelintir pengunjung yang dapat dijumpai disana. Hal ini merupakan
akibat dari tidak adanya kepastian dari pemerintah terkait arah pembangunan taman Kandaga
Puspa. Bahkan beberapa waktu belakangan terdengar kabar bahwa taman ini hendak ditutup
karena akan dibangun bendungan di wilayah tersebut.

Sistematika Penulisan
Tulisan ini dilengkapi oleh beberapa data pendukung yang akan dibagi kedalam bebeberapa
sub pokok pembahasan. Pertama, menjelaskan tentang suatu pengantar terkait revitalisasi
taman kota di Bandung dan sebuah gambaran umum terkait inti permasalahan penelitian.
Kedua, menjelaskan tentang sejarah singkat dan profil lengkap taman Kandaga Puspa. Pada
bagian ini penulis akan menjelaskan awal terbentuknya taman Kandaga Puspa dan
menggambarkan kepada pembaca mengenai kondisi taman Kandaga Puspa saat ini. Ketiga,

menjelaskan taman Kandaga Puspa sebagai ruang publik, dimana taman ini dimanfaatkan
oleh warga kota untuk berinteraksi. Keempat, memaparkan konflik yang terjadi di taman

Kandaga Puspa yang menyebabkan taman ini terbengkalai dan kelima adalah penutup yang
akan memberikan kesimpulan terkait apa yang dibahas dalam tulisan ini.
Dalam memperoleh data yang mendukung tulisan ini, penulis melakukan wawancara
mendalam kepada pengelola taman, pedagang, pengunjung, dan warga sekitar taman
Kandaga Puspa. Selain itu penulis juga melakukan kajian pustaka, terutama pada karya tulis
sejenis guna mempertajam analisa dalam tulisan ini. Untuk mempermudah pembaca, penulis
juga menyertakan gambar-gambar dan bagan. Diharapkan pembaca dapat menikmati dan
tidak menemui kesulitan dalam memahami tulisan ini.

Profil Taman Kandaga Puspa
Taman Kandaga Puspa berada di Jl. Citarum No. 23 A, Bandung Wetan, Bandung, Jawa
Barat. Taman ini berbatasan langsung dengan taman Lansia di sisi Utara dan taman
Cibeunying di sisi Selatan. Sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Cisangkuy
dan SMAN 20 Bandung di sebelah Barat. Lokasi ini sangat mudah diakses oleh masyarakat
karena lokasinya yang hanya sekitar 500 meter dari Gedung Sate yang menjadi ikon kota
Bandung. Tercatat setidaknya ada dua angkutan perkotaan atau angkot yang melewati taman
ini. Yang pertama angkot tujuan Riung-Dago dan yang kedua angkot tujuan CicaheumLedeng. Selain itu, taman ini kadang menjadi daerah alternatif kegiatan karena taman lansia

terlalu ramai sedangkan taman kandaga puspa relatif lebih sepi pengunjung.
Gambar 1.
Taman Kandaga Puspa Melalui Citra Satelit

Sumber: maps.google.com (2015)
Menurut penuturan Bapak Erusman (78 tahun) yang bekerja sebagai penjual sendal keliling,
taman Kandaga Puspa ini sudah ada sejak zaman Belanda.

“Taman ini mah udah lama, dari zaman Belanda, taman Cilaki namanya. Taman yang
di depan itu (taman lansia) sama yang dibelakang (taman cibeunying) dulu
dipanggilnya ya sama aja taman Cilaki juga”2
Taman ini merupakan bagian dari Tjilakiplein3 yang digagas Belanda kala itu. Dari Gambar 1
diatas bisa dilhat bahwa Tjilakiplein terbagi menjadi tiga segmen yaitu segmen utara berada
di antara jalan Diponegoro dan jalan Cimanuk (taman lansia). Segmen tengah berada di
antara jalan Cimanuk dengan jalan Citarum (taman kandaga puspa). Dan Segmen selatan
berada di antara jalan Citarum dengan jalan Ciliwung (taman cibeunying atau pet park).
Awalnya, taman ini hanya merupakan jalur hijau dan hutan kota. Sempat cukup lama
terbengkalai, tempat ini menjadi sangat kumuh dengan pohon-pohon besar yang tidak
terawat. Kesan ini diperparah dengan banyaknya tunawisma yang mendiami kawasan ini.
Akhirnya setelah taman ini direvitalisasi menjadi taman Kandaga Puspa, kesan negatif

tersebut lambat laun mulai berkurang. Pemilihan nama kandaga puspa pun bukan tanpa
alasan. Kata“Kandaga” yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti tempat atau wadah dan
“Puspa” yang berarti bunga memberikan arti bahwa taman ini adalah wadah dari segala jenis
bunga. Keberadaan taman ini juga sekaligus menyiratkan tujuan untuk menegaskan kembali
identitas Bandung sebagai “Kota Kembang”.
Ide untuk merevitalisasi taman kandaga puspa awalnya muncul dari para mahasiswa pecinta
tanaman dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Didasarkan pada kecintaan mereka
terhadap tanaman, mereka bersama dengan komunitas pedagang tanaman hias di sekitar jalan
Cilaki memberikan konsep tentang perpustakaan bunga yang kemudian disetujui oleh
pemerintah daerah Melalui Badan Promosi Pariwisata Kota Bandung dan Dinas Pemakaman
dan Pertamanan Kota Bandung. Tak lama berselang, tepatnya pada tanggal 30 Desember
2013 walikota Bandung yaitu Ridwan Kamil meresmikan taman Kandaga puspa ini dengan
mempercayakan pengelolaan taman kepada para mahasiswa tersebut.
Menurut penuturan pengelola taman yang sempat diwawancarai oleh penulis, di lahan satu
hektare ini terdapat kurang lebih 10 ribu jenis tanaman. Diantara tanaman-tanaman tersebut
terdapat juga tanaman langka seperti Pinsettia, Kalanchoe, Amarillis, Rhododendron, dan
lain-lain. Seluruh koleksi tanaman-tanaman hias yang ada di taman ini sepenuhnya milik
2

Wawancara penulis dengan Bapak Erusman (78 tahun) pada tanggal 31 Oktober 2015

pukul 11.37 WIB
3
Tjilakiplein yang terletak di sebelah timur Gedung Sate awalnya tidak direncanakan
sebagai taman. Awalnya hanya sebagai jalur hijau antara Tjilakiweg (Jl. Cilaki) dengan
Tjisangkoeistraat-Keyserstraat (Jl. Cisangkuy). Penanaman pohon yang tidak diatur
dimaksudkan adalah sebagai hutan kota dan pelindung jalan. www.asiamaya.com/tamankandaga-puspa. diakses pada tanggal 28 November 2015 pukul 21.46 WIB

komunitas pecinta tanaman mahasiswa Universitas Padjadjaran dan komunitas pedagang
tanaman hias di jalan Cilaki. Kebanyakan tanaman-tanaman tersebut didatangkan langsung
dari daerah asalnya untuk dibudidayakan di taman ini. Keberadaan tanaman-tanaman tersebut
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, terlebih lagi bagi mereka yang menyukai
tanaman hias.
Fasilitas di taman kandaga puspa juga terbilang cukup lengkap. Disini terdapat wifi yang
disediakan pemerintah kota Bandung. Tentu hal ini menjadi daya tarik bagi kaum muda yang
tak bisa dipisahkan dari jejaring sosial dan media internet. Tak jarang taman ini menjadi
tempat bagi kaum muda untuk berkumpul, mulai dari yang mengerjakan tugas sekolah,
berdiskusi dengan teman, hingga yang hanya sekedar menikmati kesejukan taman. Disini
juga tersedia banyak tempat duduk yang terletak di sepanjang jalan yang ada di dalam area
taman ini. Fasilitas lain seperti tempat sampah, toilet, dan mushola juga tersedia disini. Akan
tetapi ada satu hal yang berbeda di taman ini. Ketika sampai di pintu masuk, pengunjung

langsung dihadapkan dengan tata tertib taman, buku tamu dan sebuah kotak donasi.
Gambar 2.
Kotak Donasi di Taman Kandaga Puspa

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
Menurut pengelola taman, mahalnya biaya perawatan tanaman membuat mereka terpaksa
menyediakan kotak donasi untuk para pengunjung. Terlebih lagi sejak setahun belakangan
pemerintah kota melalui Dinas Pemakaman dan Pertamanan kota Bandung tak lagi
memberikan kucuran dana untuk perawatan tanaman. Sehingga pihak pengelola harus

mandiri dalam mengelola taman kandaga puspa ini. Meskipun begitu, pihak pengelola tetap
berkomitmen untuk mengurus taman meskipun tanpa bantuan pemerintah.

Kerangka Konseptual
Pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu kebutuhan
yang dirasakan mendesak oleh pemerintah dan masyarakat Kota Bandung. Hal ini terkait
dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan terwujudnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sebagai sarana dalam mendukung hidup sehat yang ekonomis, aman, dan sekaligus
memberikan pendidikan masyarakat dibidang pengelolaan lingkungan dan pelestarian
sumber daya alam.

Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang
terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang
terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik
maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang
dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.4 Ruang terbuka
non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras maupun ruang terbuka biru (RTB)
yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai
genangan retensi. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat
liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan
yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga. Secara ekologis RTH dapat
meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan
temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti
sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, sempadan sungai dll. Secara sosial-budaya
keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan
sebagai tetenger kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain
taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dan sebagainya.
RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai fungsi yang terkait
dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika
yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas
lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai

4

Widyastama, R. Jenis Tanaman Berpotensi untuk Penghijauan Kota. Yogyakarta,
Karnisius 1991 hal. 177

kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam
suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya
harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis,
kondisi dan ke-inginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan
kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

Taman Kandaga Puspa Sebagai Ruang Publik
Seperti apa yang penulis sampaikan diawal, kebutuhan akan ruang publik khususnya RTH
merupakan salah satu kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat kota. Di ruang publik
terbuka atau taman, warga dapat bersosialisasi melalui berbagai kegiatan seperti olahraga,
bercengkrama, rekreasi, diskusi dan lainnya. Dengan kata lain taman dapat menjadi tempat
wisata yang dekat dengan masyarakat tanpa harus menguras banyak biaya.
Gambar 3.
Masyarakat Yang Berkunjung ke Taman Kandaga Puspa


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)

Dari gambar diatas biasa kita lihat bahwa fungsi taman kota di taman Kandaga Puspa ini
telah berjalan. Namun memang antusiasme masyarakat tidak sebesar di taman-taman tematik
yang lain, maklum melihat penurunan mutu yang terjadi di taman ini sejak beberaa waktu
yang lalu. Meskipun begitu, taman kandapa puspa ini juga memili peran yang cukup vital
bagi masyarakat di jalan Cilaki. Sebab, di taman ini terdapat aliran air yang berfungsi sebagai
pengalihan konsentrasi massa air saat musim hujan karena biasanya ketika musim hujan,
banjir kerap melanda wilayah ini.

Gambar 4.
Aliran sungai Yang Melintasi Taman Kandaga Puspa

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)

Arie Chandra selaku pengelola taman mengatakan bahwa dengan adanya taman ini akan
menjadi trendmark, karena setiap kota harus mempunyai simbol, begitupun kota Bandung.
Beliau mengharapkan dengan dibangunnya taman ini akan menggunggah kesadaran warga
Bandung terhadap julukan The City of Flower yang bukan hanya sekedar nama.
Pengunjung bisa berkunjung ke taman ini dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Akan tetapi pada pukul 10.00 WIB hanya satu pintu saja yang dibuka, yaitu pintu depan yang
berada di jala Citarum. Perbaikan pada fasilitas juga masih akan dilakukan, rencananya
petugas akan memasang dekorasi lampu di area taman, sehingga akan berlaku jam malam
untuk pengunjung yang ingin datang ke taman ini. Lampu yang digunakan pun harus lampu
khusus, karena tanaman merupakan makhluk hidup yang juga membutuhkan tidur di malam
hari.
Ketika melangkahkan kaki di Taman Kandaga Puspa, mata seolah dimanjakan oleh
pemandangan indah bunga-bunga. Tanaman anggrek yang tergantung di pohon mengundang
mata siapa saja untuk menatapnya, bunga yang dalam bahasa latin disebut phalaenopsis
fimbriata ini berukuran 2 inci dengan kombinasi warna putih dan unggu di mahkotanya,

tanaman ini sudah tergolong langka karena sudah jarang ditemukan di Indonesia. Taman ini
mempunyai sepuluh tanaman anggrek yang ditanam di sini.
Perjalanan di sekitar taman yang cukup luas ini tidak henti-hentinya menyuguhkan keindahan
yang memanjakan mata, banyak pengunjung yang sengaja datang mampir hanya untuk jalanjalan atau sekedar duduk merilekskan tubuh. Bunga berwarna merah tampak mendominasi di
setiap area taman Kandaga Puspa. Suasana di taman tidak terasa panas, tingginya pohonpohon yang tumbuh melindungi kepala kita dari panasnya terik matahari. Untuk berkeliling
taman, kita bisa menelusuri jalan setapak dan melihat berbagai macam tanaman berwarnawarni dari jenis yang berbeda. Hampir di setiap tanaman, akan ada tulisan yang menempel
dibatang tanaman dan menjelaskan informasi mengenai tanaman tersebut. Jadi akan banyak
ilmu yang pengunjung dapatkan ketika mereka datang kesini untuk melihat tanaman.
Jalan setapak yang terbentang di sepanjang taman, terbagi dua oleh aliran sungai yang
panjang. Di pertengahan taman terdapat sebuah jembatan berwarna merah yang terlihat
memperkaya estetika taman. Banyak pengunjung yang bergaya di depan kamera secara
bergantian untuk memotret keindahan taman dengan latar jembatan yang memiliki panjang
sekitar 5 meter tersebut. Pemandangan di taman ini memang membuat nyaman pengunjung
untuk berlama-lama tinggal di taman. Bukan hanya menikmati sejuknya taman dari penatnya
kota Bandung yang mulai panas, taman ini dilengkapi juga fasilitas kursi untuk beristirahat.
Beberapa kursi kecil berwarna orange banyak tersebar di area taman, pengunjung yang lelah
biasanya akan duduk santai sambil menikmati pemandangan alam. Terlihat beberapa
pasangan anak muda yang sedang asik mengobrol dan bersenda gurau duduk di kursi
tersebut. Selain itu terdapat juga sebuah taman kecil dengan empat buah tempat duduk
berwarna hitam membentuk lingkaran, di tengah empat kursi tersebut terbangun sebuah lahan
berbentuk lingkaran dengan bunga tapak dara berwarna-warni yang tumbuh mekar. Biasanya
tempat ini menjadi favorit pengunjung yang datang beramai-ramai bersama teman atau
keluarga.
Tak sekedar mempercantik taman, pemerintah juga mengembangkan konsep taman sebagai
tempat berkumpulnya anak muda dengan menyediakan wifi. Hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi beberapa pengunjung yang hanya ingin bersantai sambil berselancar melalui
internet. Tidak seperti wifi di restaurant, pengunjung bisa menikmati wifi gratis tanpa
mengeluarkan biaya untuk memesan makanan. Beberapa tempat sampah ramah lingkungan

juga tersebar di sini, tempat sampah yang menggunakan kantong kresek tersebut terbuat dari
bahan tapioka sehingga dapat dengan cepat terurai. Tempat sampah ramah lingkungan
tersebut terdiri dari dua warna. Plastik berwarna hijau untuk sampah organik dan warna putih
untuk sampah non organik. Taman ini juga menyediakan toilet untuk pengunjung, sehingga
pengunjung tidak perlu khawatir jika ingin buang air saat berada di taman.
“Beberapa bulan yang lalu pernah berkunjung kesini, belum kayak gini, ga ada bungabunga, terus pagar-pagar gak ketata, pas udah lama gak kesini lagi, kaget pas kesini
lagi banyak bunga-bunga udah keren bangetlah,”5
Biasanya Ahmad sering datang ke taman Cilaki berkumpul bersama teman-teman
sekolahnya untuk mengerjakan tugas bersama. Ahmad merasa di kota Bandung sulit
menemukan ruang hijau yang benar-benar bisa membuatnya nyaman untuk merefleksikan
otak dari banyaknya tugas sekolah. Sebagai warga Bandung Ahmad merasa semakin betah
tinggal di kota Bandung.
Taman Kandaga Puspa seolah-olah menghidupkan kembali suasana sejuk yang mulai punah,
keberadaannya berfungsi sebagai jantung kota Bandung yang penuh dengan polusi kendaraan
dan pembangunan kota saat ini. Kota Bandung kini memiliki perpustakaan bunga, taman
tematik ini perlahan merubah pemikiran banyak orang untuk menjadikan Bandung sebagai
Kota Sehat. Dengan begitu, Kota Bandung akan kembali dipenuhi dengan bunga-bunga yang
menarik dan menjadi objek wisatawan.

Terbengkalainya Taman Kandaga Puspa
Sebelum berkunjung ke taman Kandaga Puspa untuk melakukan penelitian lapangan, penulis
melakukan pencarian informasi melalui media internet. Sangat menarik bahwa yang penulis
temukan di internet adalah sisi-sisi positif taman kandaga puspa. tak ada satupun website
yang membahas sisi negatif taman ini. Akan tetapi, ketika penulis terjun langsung ke
lapangan, penulis dibuat terkejut dengan kondisi nyata yang ada disana. Tak ada bunga
warna-warni, yang ada hanya tumpukan dedauan kering. Sungai yang mengalir di tengahtengah taman kini tak sebersih saat penulis melihatnya di internet. Beberapa kantong kresek
berisi sampah, dibiarkan di buang di atas aliran sungai. Sampah juga berserakan di sepanjang
jalan tempat pengunjung lewat, yang paling banyak adalah sampah daun-daun kering.
Tanaman yang berjejer di jalan taman ini juga banyak yang kering dan mat
5

Wawancara penulis pada tanggal 31 Oktober 2015

Gambar 5.
Kondisi Taman Kandaga Puspa yang Tidak Terawat

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
Dari gambar diatas bisa kita lihat betapa sangat disayangkan, Taman Kandaga Puspa yang
sebelumnya dipenuhi dengan tanaman dan bunga-bunga yang indah, kini sedikit tidak
terawat, beberapa tanaman banyak yang kering dan dibiarkan mati begitu saja, tanpa ada
perawatan secara teratur.
Akan tetapi hal tersebut justru menambah rasa ingin tahu penulis terhadap taman ini.
Selanjutnya penulis menemui Bapak Dadang Rohimat selaku Koordinator lapangan Taman
kandaga puspa untuk memastikan kondisi ini. Beliau mengakui bahwa taman ini agak tidak
terawat, dan beliau pun mau berbagi sedikit informasi kepada penulis terkait kondisi yang
terjadi di taman kandaga puspa. Menurut Bapak dadang, kondisi ini terjadi akibat tidak
adanya kepastian dari pemerintah kepada pihak pengelola. Sejak diresmikan 30 Desember
2013 pengelolaan taman ini dipercayakan kepada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran dibawah naungan Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung serta Badan
Promosi Pariwisata Kota Bandung. Setelah kontrak pertama satu tahun terakhir telah
berakhir, hingga kini pemerintah tidak juga meberi kepastian kepada mereka. Pihak pengelola
sebenarnya sudah melayangkan surat beberapa kali kepada pemerintah kota Bandung, namun
sayangnyasurat tersebut tidak digubris sama sekali.
”kami disini juga masih menunggu kepastian. Kalau begini terus, kamipun mau
bubar. Mahasiswa punya masa depan, saya juga punya keluarga kan. Ngapain
nongrong disini terus”6
Tanpa adanya bantuan dana dari pemerintah Pak Dadang mengakui sangat sulit untuk
memelihara tanaman-tanaman di Taman ini, apalagi tanaman-tanaman tersebut termasuk
6

Wawancara penulis dengan Bapak Dadang pada tanggal 31 Oktober 2015

tanaman yang langka. oleh sebab itu tanaman-tanaman langka tersebut dibawa kembali oleh
mahasiswa Universitas Padjadjaran agar tetap mendapat perawatan. Itulah sebabnya mengapa
di taman ini tidak ada lagi tanaman-tanaman hias yang beranekaragam. Sebelum taman ini
terbengkalai, di pintu-pintu masuk taman ini terdapat buku tamu disertai kolom komentar.
Akan tetapi sekarang tidak disediakan lagi karena banyaknya komentar-komentar negatif
yang datang dari masyarakat.
Beberapa dampak yang ditimbulkan dari terbengkalainya taman kandaga puspa salah satunya
adalah taman ini menjadi semakin sepi akibat banyak pengunjug yang tidak puas dengan
pelayanan di taman ini. Taman ini menjadi terlihat kumuh dengan datangnya para tunawisma
yang kembali ke wilayah ini pasca tak terurusnya taman kandaga puspa. Ini Sedikit
mencoreng nama baik Bandung, apalagi lokasi taman ini tidak jauh dari pusat pemerintahan
Jawa Barat yang ada di jalan Diponegoro yaitu Gedung Sate .

Penutup
Uraian diatas telah sedikit memberikan gambaran mengenai Taman Kandaga Puspa di jalan
Cilaki, Bandung. Salah satu ruang terbuka hijau yang telah ada sejak era kolonial dan tetap
dipertahankan dalam upaya menegaskan kembali Bandung sebagai Kota Kembang. Perjalan
taman kandaga puspa dari dulu hingga sekarang telah melewati tiga fase. Yang pertama
Tjilakiplein di era kolonial, lalu lama-kelamaan masyarakat lebih mengenal taman ini sebagai
Taman Cilaki hingga direvitalilasi menjadi Kandaga Puspa atau Pustaka Bunga terhitung
sejak 30 Desember 2013.
Gambar 6.
Perubahan Nama Taman Kandaga Puspa
Tjilakiplein

Taman Cilaki

Taman Kandaga
Puspa

Sumber: Pengamatan lapangan (2015)
Skema diatas menunjukkan sisi historis taman kandaga puspa. Tempat yang pada awalnya
tidak diperuntukan sebagai taman melainkan jalur hijau dan hutan kota ini memiliki nilai
historis yang tinggi bagi perjalanan kota Bandung. Meski kini taman ini telah direvitalisasi,
bukan berarti taman ini terhindar dari masalah. Sejak awal tahun 2015 taman ini terbengkalai
karena tidak ada kejelasan dari pemerintah kota terkait perpanjangan kontrak pengelola
taman. Semenjak itu taman ini kembali tak terurus dan kehilangan citranya sebagai Pustaka
Bunga.

Daftar Pustaka

Suryanti, titian.1993. Fungsi Ruang Terbuka untuk Kesehatan Manusia di Lingkungan
Pemukiman Padat. Jakarta: UI press
Budihardjo, Eko dan Sudanti Hardjohubojo. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung :
Penerbit Alumni.
Widyastama, R. 1997. Jenis Tanaman Berpotensi untuk Penghijauan Kota. Yogyakarta:
Karnisius
http://www.asiamaya.com/taman-kandaga-puspa
http//www.Bandungjuara.com