Perancangan desain Baby Daycare Kristen
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada masa lahirnya R.A Kartini di era tahun 1879, kekuasaan di Indonesia
masih mengutamakan dan menempatkan gender laki-laki berada lebih di atas
dibandingkan gender perempuan. Perempuan dianggap hanya sebagai individu
yang mengurusi pekerjaan rumah. Mulai pada tahun 1903, perempuan Indonesia
sudah mulai memasuki jenjang pendidikan dan dapat bekerja layaknya seorang
laki-laki hingga saat ini. Hal tersebut tentu berefek pada urusan rumah tangga
yang biasa dilakukan wanita yang mungkin ditinggalkan. Dalam hal lain,
perempuan yang sudah menikah dituntut untuk dapat merawat sang buah hati.
Berdasarkan hasil statistik inflasi oleh Bank Indonesia, pada bulan Juni 2015
tingkat inflasi menempati posisi pada angka 7,26%. Berdasarkan data tingginya
tingkat inflasi ini, hal ini mempengaruhi banyak keluarga di Indonesia untuk tidak
bergantung pada satu sumber pemasukan yang dihasilkan oleh suami saja,
perempuan masa kini turut bekerja menambah pemasukan untuk ekonomi
keluarga.
Namun, ada persoalan lain bagi perempuan yang ingin meniti karier yaitu
dalam urusan merawat anak. Dalam beberapa budaya Indonesia, urusan merawat
anak di bawah umur lima tahun masih didominasi oleh perempuan—atau
diwajibkan pada perempuan. Oleh sebab itu, beberapa perempuan kebanyakan
mulai memperkerjakan seorang pengasuh untuk bayinya. Namun pada beberapa
1
kasus pada tahun 2016 banyak pengasuh yang melakukan penganiayaan,
penculikan, bahkan membunuh anak majikannya, sehingga orang tua mulai
khawatir akan pengasuhannya oleh pengasuh bayi. Dalam alternatif lain,
perempuan berkarier terkadang juga menitipkan anak pada orang tua. Namun
stereotip pengasuhan anak oleh sosok nenek sering kali berlebihan, seperti
memberikan mainan, permen, uang jajan, dan apapun yang menjadi keinginan
sang anak tanpa memperhatikan perkembangan psikologi sang anak disaat dewasa
nanti. Oleh sebab itu diperlukan suatu sarana atau keluarga pengganti yang dapat
memenuhi aspek pendidikan, psikologi, perawatan, dan keimanan anak. Dalam
hal ini, solusi yang saya tawarkan adalah dalam bentuk tempat penitipan anak.
Tempat penitipan anak dapat diartikan sebagai suatu suaka perawatan anak
khusus yang dirancang untuk memenuhi aspek-aspek pendidikan, psikologis,
perawatan, sosial, kemandirian, kesehatan, bahkan sampai keimanan anak. Namun
yang paling berbeda dari tempat penitipan biasa adalah masalah mengenai
keimanan, hal itu menjadi pertimbangan penting oleh sebagian orang tua.
Keimanan adalah prioritas penting bagi orang tua dalam hal mendidik anak,
disebabkan bahwa agama adalah sebuah ideologi dan panutan dasar bagi seorang
manusia untuk menentukan masa depan dan sikapnya nanti. Para orang tua pun
memiliki kepercayaan lebih pada penitipan anak yang sesuai dengan agamanya,
contohnya dalam ajaran kristiani yaitu mengutamakan kasih dan kesederhanaan.
Dalam hal ini penulis memfokuskan keimanan anak pada kristiani, maka tempat
penitipan anak yang akan didesain oleh penulis dirancang berdasarkan prinsip dan
keimanan kristen.
2
Tempat penitipan anak yang dilandasi kristiani ini menggabungkan
pendidikan dan agama dalam hal mendesain, seperti menggunakan cerita-cerita
dalam Alkitab yaitu kisah mengenai Yunus, Nabi Nuh, dan cerita Adam dan
Hawa. Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa desain tempat tersebut
menjadi sebuah tematik ruang yang berbeda. Selain itu, desain furnitur
disesuaikan pada fungsinya untuk anak-anak, yaitu mempertimbangkan masalah
ergonominya, keamanannya, hingga perawatan yang mudah dibersihkan.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa masalah yang dapat dipertimbangkan
sebagai identifikasi masalah untuk memulai suatu desain penitipan anak yang
berlandaskan nilai-nilai kristiani yaitu :
1. Belum tersedianya tempat penitipan anak yang secara khusus
pengasuhannya lebih menitikberatkan pada nilai – nilai kristiani.
2. Orang tua sudah sulit mempercayai hak asuhnya terhadap baby
sitter ataupun orang lain, disebabkan oleh beberapa hal yaitu
kekerasan pada anak, pelantaran, gangguan sosial, dan trauma.
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas maka terdapat
beberapa rumusan masalah yaitu :
1.3.1. Bagaimana penerapan desain untuk mendukung aspek
pendidikan, psikologis, pertumbuhan fisik dan mental anak?
3
1.3.2. Bagaimana cara untuk menggabungkan pendidikan dan nilai
– nilai Kristiani dalam sebuah rancangan ruang interior untuk
anak-anak?
1.3.3. Bagaimana cara perancangan desain untuk memenuhi
ergonomi anak – anak di tempat penitipan anak?
1.3.4. Bagaimana menerapkan fungsi keluarga dalam Tempat
Penitipan Anak Kristen?
1.4.
Tujuan Perancangan
Membuat suatu konsep perancangan interior yang memenuhi syarat penataan
interior Tempat Penitipan Anak yaitu dengan mengemukakan data-data teori dan
laporan survei sehingga karya tulis ini dapat diperoleh dari dasar pemikiran, teori
yang digunakan, dan kenyataan yang ada di lapangan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menciptakan aspek yang mendukung Tempat Penitipan Anak
yang baik yaitu sebagai berikut.
1. Dengan memperhatikan aspek pendidikan, psikologis anak, pertumbuhan fisik
dan mental anak yaitu dengan cara menerapkan desain ruangan yang menarik
minat anak untuk belajar secara langsung ataupun tidak langsung dan
mempertimbangkan ergonomi ruang yang disesuaikan dengan pertumbuhan
fisik anak;
2. Dengan mengarahkan desain yang berhubungan dengan cerita dan konsep
Alkitabiah, Contohnya seperti cerita Nuh dengan kapal besar yang berisi jenisjenis hewan sebagai sarana untuk mendesain sekaligus memberikan
4
pembelajaran pendidikan bagi anak – anak. Lalu memperhatikan warna dan
bentuk yang menyesuaikan dengan perkembangan anak untuk memotifasinya
bermain dan bersosialisasi dengan anak lainya;
3. Memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan anak. Misalnya penggunaan
furnitur yang sesuai dengan ergonomi dan antropometrik anak, menghindarkan
penggunaan furnitur dengan sudut lancip atau bersiku yang dapat
menyebabkan cedera atau berbahaya bagi anak-anak, penggunaan material
yang lebih lembut/empuk dan tidak licin sehingga ketika anak jatuh tidak
menyebabkan luka atau cedera, ukuran yang sesuai dalam tinggi anak disetiap
umurnya, toilet anak, ranjang anak, lemari hingga loker khusus untuk anak.
4. Fungsi keluarga ini dapat diberikan dengan sifat yang sama yaitu memberikan
kasih sayang, perhatian secara khusus, belajar mengenai lingkungan dan
sesamanya, serta memberikan pengertian mengenai perbedaan antara pengasuh
dan orang tua itu sendiri.
1.5.
Gagasan Perancangan
Dalam proyek TA ini, saya memiliki gagasan sebagai awal ide perancangan untuk
tempat penitipan anak yang berlandaskan nilai-nilai kristiani, yaitu dengan
mengarahkan desain pada cerita-cerita Alkitab , seperti cerita mengenai nabi Nuh,
Adam dan Hawa, Nabi Yunus dan lainnya. Dalam mewujudkannya menggunakan
warna-warna coklat kayu oak, atau kayu jati untuk kapal dengan dikombinasikan
material puzzle ringan terbuat dari plastik yang ringan dan aman. Menggunakan
pencahayaan buatan warm dan general lamp pada ruang umum, pada beberapa
5
tempat seperti lorong, ruang tematik akan menggunakan spot light berjenis LED
(Light Emitting Diode). Dari cerita tersebut maka anak – anak dapat belajar
sekaligus mengerti mengenai keselamatan dan kekristenan bukan hanya sekedar
diasuh dan diberi pendidikan biasa. Ditambah lagi dengan nilai kesederhanaan,
dan kasih sebagai hal yang paling utama dalam sistem pengasuhan anak.
1.6.
Manfaat Perancangan
Desain ini dapat meningkatkan sifat perkembangan motorik anak agar sesuai
standar dan berkembang dengan baik. Ada fasilitas pendukung untuk anak sebagai
pembantu anak untuk bermain dan buang air. Memberikan kesan percaya kepada
orang tua dalam menitipkan anaknya di tempat penitipan anak tersebut yang
dikombinasikan dengan bahasa desain untuk kristiani.
1.7.
Ruang Lingkup Perancangan
Untuk perancangan tempat penitipan anak yang berlandaskan kristiani,
beberapa fasilitas pendukung dibuat untuk memenuhi kebutuhan anak – anak.
Fasilitas tersebut yaitu :
1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berupa klinik umum dengan dukungan praktek
Dokter spesialis anak untuk memenuhi kesehatan sang anak pada masa
pengasuhan.
2. Fasilitas Bermain
Fasilitas bermain outdoor (pohon, taman, pasir, kolam,fasilitas
bermain anak) dan indoor ( mainan , furniture, ruang tematik cerita
anak) untuk mendukung sosialiasi dan perkembangan masa anak.
3. Fasilitas Ruang Tidur anak
Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan bilogis anak, dengan
pengawasan cctv dan pengasuh profesional.
4. Fasilitas Taman
6
Fasilitas
bermain
outdoor
berupa
taman
untuk
mendukung
perkembangan anak dengan mengenal lingkungan sekitar seperti
tanaman, pasir,tanah, air, dsb.
5. Fasilitas “Creative Area”
Berupa ruang khusus untuk anak berumur satu sampai 5 tahun, yaitu
dengan permainan bentuk menggunakan clay, merangkai bunga,
membuat boneka, bermain musik dsb.
6. Fasilitas Ruang Ganti
Untuk sarana pendukung ruang mengganti pakaian anak setelah
bermain outdoor ataupun berganti waktu.
1.8.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Saya menjelaskan mengenai latar belakang perancangan, identifikasi
masalah, rumusan masalah, Tujuan perancangan, gagasan perancangan,
manfaat rancngan, ruang lingkup perancangan, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Teori
menjelaskan mengenai kajian teori mengenai Tempat penitipan anak,
psikologi anak, perkembangan motorik dan sensorik anak, ergonomi
anak, pencahayaan, dan Kekristenan.
BAB II
KAJIAN TEORI PERANCANGAN DAYCARE
2.1.
Pengertian Tempat Penitipan Anak (Daycare)
Daycare menurut Sudono (2000) adalah sarana pengasuhan anak dalam
kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. daycare merupakan upaya
yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama
beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat
7
dilaksanakan secara lengkap. dalam hal ini, pengertian daycare hanya sebagai
pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan
orangtua.
Taman Pentitipan Anak (TPA) menurut Miftakhul Jannah Gayamsari
(2000: 22) adalah wahana belajar yang menggunakan sistem Beyond Center and
Circle Time (BCCT) dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai
pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan
atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam memberikan pendidikan dan
mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lainnya.
Dan pengertian Tempat Penitipan Anak (TPA) menurut kementrian
pendidikan nasional dalam bukunya mengenai petunjuk teknis penyelenggaraan
Taman Penitipan Anak (TPA), (2011: 02) adalah salah satu bentuk PAUD pada
jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun.
Taman Penitipan Anak sekarang ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
tipe. Pertama, tipe pengasuhan penuh (Full Day Care) yaitu penitipan anak yang
dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan, dan
pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial secara penuh. Kedua,
tipe setengah pengasuhan (Semi Day Care) yaitu penitipan anak yang
dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa hanya penyuluhan atau pelayanan
saja ataupun pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial saja.
Ketiga, tipe pengasuhan sewaktu-waktu (Insidental Day Care) yaitu penitipan
anak yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan,
dan pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial sewaktu-waktu
bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan orangtua. (Wahyuti, 2003:30-32).
8
Dari beberapa pendapat ahli mengenai TPA, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian TPA adalah suatu sarana yang dapat membantu
orang tua dalam pengasuhannya sebagai pengganti dari kesibukan orang tua, atau
kesulitan dalam memenuhi pemeliharaan sang buah hati, tentunya TPA akan
memberikan seluruh pelayanan kesehatan, gizi, motorik, sensorik, pendidikan,
sosial, psikologis, dan spiritual.
2.1.1. Dasar Hukum Taman Penitipan Anak (TPA)
Penyelenggara program TPA di Indonesia mengacu pada peraturan dan kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai berikut ; (a) UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, (b) UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, (c) UU Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak, (d)
UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2004- 2025, (e) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, (f) Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58
Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58
tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang
menetapkan beberapa standar Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Permendiknas tersebut,
yaitu: (a) Standar tingkat pencapaian perkembangan, (b) Standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (c) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (d) Standar sarana
dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
a) Standar tingkat pencapaian perkembangan Menggambarkan pertumbuhan
dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
9
tertentu. Perkembangan anak yang dicapai : aspek pemahaman nilai-nilai
agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional
Pertumbuhan : pemantauan kesehatan dan gizi.
b) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik PAUD pada jalur
pendidikan formal (TK/RA), terdiri atas guru dan guru pendamping,
sedangkan pendidik PAUD pada jalur nonformal (KB/TPA), terdiri atas
guru, guru pendamping, dan pengasuh. Tenaga kependidikan pada
pendidikan
formal
terdiri
atas
:
Pengawas,
Pengelola,
Tenaga
Administrasi, dan Petugas Kebersihan.
c) Standar isi, proses, dan penilaian : Standar Isi antara lain; 1. Struktur
Program : Lingkup Pengembangan Meliputi : a. Nilai-nilai agama dan
moral b. Fisik c. Kognitif d. Bahasa e. Sosial Emosional Dilakukan secara
terpadu dengan pendekatan tematik, Standar Proses antara lain ;
Perencanaan 1. Pengembangan Rencana Pembelajaran Perencanaan
Semester, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan
Harian (RKH), dan Standar Penilaian antara lain ; teknik penilaian :
pengamatan, penugasan unjuk kerja,pencatatan anekdot,dialog, laporan
orang tua, dokumentasi hasil karya anak, deskripsi profil anak Proses
penilaian dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh dan
berkelanjutan.
d) Standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan ; Standar
sarana dan prasarana haruslah aman, nyaman, terang, memenuhi kriteria
kesehatan bagi anak dan sesuai tingkat perkembangan anak.
10
Menurut Setiawan (2002:77) bahwa untuk mendukung mewujudkan anak
usia dini yang berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan berprestasi, maka
filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.
1. Tempa
Tempa adalah untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui
upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga yang
teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik
kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.
2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui
bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan
seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan
merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi,
memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya
belajar anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak
untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan
pertumbuhan dan perkembangan, misalnya perlakuan kasar, penganiayaan
fisik dan mental dan ekploitasi.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk
perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal; a).
Integritas,
iman,
dan
taqwa;
b).
Patriotisme,
nasionalisme
dan
kepeloporan; c). Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas; d).
Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji; e). Jiwa tanggap
(penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis dan idealisme;
11
f). Optimis dan keberanian mengambil resiko; g). Jiwa kewirausahaan,
kreatif dan profesional.
2.2. Perkembangan Anak
Perkembangan Anak pada tempat penitipan anak dimulai hingga umur tiga
bulan sampai dengan enam tahun, berdasarkan Badan Keluarga Berencana (KKB)
dan pemberdayaan perempuan, perkembangan anak di atur dalam sebuah standar
hukum yang disusun dalam sebuah buku atau Kartu Kembang Anak (KKA).
Dalam buku tersebut, tugas perkembangan anak oleh orangtua harus sesuai
dengan standar yang tertera dalam kartu. Awal tugas perkembangan anak ini
dimulai sejak anak berusia 1 minggu sampai 12 minggu.
2.2.1. Perkembangan Sensorik dan Motorik
Perkembangan sensorik merupakan bagian dari otak yang
berkembang untuk menstimulasi beberapa indra sentuhan, lihat, rasa
,cium ,kecap , dan dengar ; dan kemampuan indrawi mereka
berkembang cepat di bulan-bulan pertama kehidupan. Namun beberapa
indra diantaranya sudah dimulai bahkan saat bayi belum lahir. Lalu
perkembangan motorik merupakan perkembangan yang dimulai dari
fisik. Secara garis besar sensorik berarti pikiran dan perasaan
sedangkan motorik merupakan perkembangan fisik. Bayi tidak perlu
diajarkan untuk melakukan keterampilan motorik dasar seperti meraih,
merangkak, dan berjalan. Namun untuk bayi pada usia dua tahun lebih
dapat distimulasikan melalui lingkungan sekitarnya atau dengan
menggunakan mainan.
2.2.2. Perkembangan Kognitif Selama Tiga Tahun Pertama
12
selama beberapa dekade terakhir, peneliti telah beralih ke
pendekatan – pendekatan baru untuk menambah pengetahuan kita
tentang perkembangan kognitif bayi dan anak.
a. Pendekatan pemrosesan informasi
berfokus pada berbagai proses yang terlibat dalam persepsi ,
pembelajaran, ingatan, dan pemecahan masalah. Pendekatan ini
mencoba untuk menemukan apa yang dilakukan oleh orang
dengan informasi, sejak saat mereka berhadapan dengan
informasi hingga mereka menggunakannya, contohnya adalah
Habituasi.
Habituasi merupakan pembelajaran di mana
pemaparan berulang dari suatu stimulus mengurangi perhatian
terhadap stimulus tersebut. Contohnya ketika seorang anak
yang sedang asik bermain ayunan lalu pada lingkungannya
tersebut terjadi sebuah kecelakaan motor, lalu anak tersebut
seketika berhenti bermain dan melihat kejadian itu. Secara tak
sadar otak akan melakukan persepsi dari informasi yang terjad,
dan ketika kejadian yang terjadi merupakan hal yang baru maka
setelah teralami oleh anak tersebut akan distimulasikan menjadi
familiar, sesuatu yang tidak diketahui menjadi diketahui.
b. Pendekatan neurosains kognitif
menelaah “peranti keras” sistem saraf pusat. Pendekatan ini
berupaya untuk mengedintifikasi struktur-struktur otak yang
terlibat aspek kognitif tertentu. Mengartikan bahwa pematangan
neurologis merupakan faktor besar dalam perkembangan
kognitif. Pertumbuhan otak. Sistem saraf pusat sangat
berhubungan dengan ingatan jangka panjang, ingatan ini
13
memiliki jenis yang berbeda yaitu eksplisit-implisit. Untuk
jenis eksplisit, ingatan ini bersifat sadar atau ingatan yang
disengaja, biasanya terdiri atas berbagai fakta,nama,peristiwa,
dan hal lain yang seseorang dapat utarakan, dan nyatakan.
Ingatan implisit mengacu pada ingatan yang terjadi tanpa usaha
atau bahkan kesadaran ; secara umum menyimpan informasi
tentang berbagai kebiasaan dan keterampilan.
c. Pendekatan Sosial-Kontekstual
Menelaah aspek-aspek lingkungan dari proses pembelajaran,
khususnya peran orang tua dan pengasuh lainnya. Pendekatan
melalui sosial-kontekstual ini merujuk pada interaksi timbal
balik dengan orang dewasa (pengasuh ataupun orang tua) dan
sang anak. Perbedaan budaya sangat mempengaruhi bagaimana
konteks sosial mereka dapat terbentuk, seperti sebuah penelitian
lintas budaya oleh (Rogoff, Mistry, 1994) dengan mengunjungi
praktik pengasuhan anak di tempat yang berbeda dan
memberikan mainan asing terhadap anak2 tersebut. Selain itu
perkembangan bahasa juga sangat memberikan kontribusi bagi
perkembangan kognitif sang anak dari orang tua ataupun
pengasuh anak.
2.2.3. Prinsip – prinsip Perkembangan
seperti
sebelum
kelahiran,
prinsip
pertumbuhan
dan
perkembangan mengikuti prinsip sefalokaudal dan proximodistal.
Menurut prinsip sefalokaudal, pertumbuhan terjadi dari atas
kebawah. Karena otak tumbuh cepat sebelum kelahiran, kepala
14
neonates berukuran besar dan tidak proporsional. Kepala akan
menjadi lebih kecil secara proporsional seiring pertambahan tinggi
tubuh dan perkembangan bagian bawah tubuh (lihat Gambar 2.1).
perkembangan sensorik dan motoric berlangsung dengan mengikuti
prinsip yang sama : Bayi belajar untuk menggunakan bagian atas
tubuhnya sebelum bagian bawah tubuhnya. Mereka milhat objek
sebelum mereka dapat mengendalikan tubuh mereka, dan mereka
belajar untuk melakukan berbagai hal dengan tangan sebelum dapat
merangkak atau berjalan.
Menurut
prinsip
proximodistal
(dari
dalam
ke
luar),
pertumbuhan dan perkembangan motoric berlangsung dari pusat
tubuh ke luar. Di dalam Rahim, kepala dan badan berkembang
sebelum tungkai lengan dan kaki, kemudian tangan dan kaki, lalu jari
tangan dan jari kaki. Selama masa bayi dan masa awal kanak-kanak,
tungkai terus bertumbuh lebih cepat dibandingkan tangan dan kaki.
Anak-anak juga pertama mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan lengan atas dan tungkai kaki atas (yang paling dekat
dengan bagian tengah tubuh), lengan bawah dan betis, kemudian
tangan dan kaki, dan akhirnya jari tangan dan kaki.
Gambar 2.1 perkembangan fisik
Sumber : Papalia olds Feldman. 2009. perkembangan manusia.
2.2.4. Perkembangan Fisik
Anak tumbuh cepat selama tiga tahun pertama, terutama
selama beberapa bulan pertama, dan tidak akan mengalaminya lagi di
masa-masa berikutnya. Pada usia lima bulan, berat bayi laki-laki saat
15
dilahirkan bertambah dua kali lipat menjadi 16 pon dan setelah satu
tahun bertambah tiga kali lipat menjadi 23 pon. Tingkat kecepatan
tumbuh seperti ini menurun selama tahun kedua dan ketiga.
Sedangkan untuk anak perempuan pada perkembangannya mengikuti
pola yang sama, tetapi sedikit lebih kecil. Pada usia tiga tahun, anak
perempuan pada umumnya memiliki berat satu pon lebih sedikit dan
setengah inci lebih pendek dibandingkan anak laki-laki pada
umumnya. (kuczmarski et al., 2000). Saat bayi tumbuh, bentuk tubuh
dan proporsinya juga berubah : anak tiga tahun biasanya lebih
langsing jika dibandingkan anak satu tahun yang berpipi bulat dan
berperut buncit.
Gigi biasanya mulai muncul antara 3 atau 4 bulan, saat bayi
mulai mengambil apapun yang ada di dekat mereka dan
memasukannya ke dalam mulut; tetapi gigi pertama mungkin tidak
akan benar-benar tumbuh sampai antara usia 5 dan 9 bulan, atau
bahkan lebih. Pada ulang tahun pertama, bayi secara umum memiliki
enam sampai empat gigi. Di usia 3 tahun, gigi susu (deciduous) yang
16
berjumlah 21 telah tumbuh dan anak dapat mengunyah makanan apa
pun yang mereka mau.
Gen yang diwarisi oleh bayi akan memengaruhi secara kuat
apakah anak akan tumbuh tinggi atau pendek, kurus atau gempal,
atau diantaranya. Pengaruh genetik ini berinteraksi dengan pengaruh
lingkungan seperti gizi dan kondisi tempat tinggal. Misalnya, anak
Jepang Amerika lebih tinggi dan berat dibandingkan anak dengan
usia sama di Jepang. Kemungkinan Karena perbedaan makanan
(Broude,1995). Kini, anak-anak di banyak negara berkembang
tumbuh makin tinggi dan lebih cepat matang secara seksual pada
usia yang lebih dini dibandingkan anak-anak pada satu abad yang
lalu, kemungkinan Karena gizi dan sanitasi yang lebih baik serta
adanya perawatan kesehatan dan menurunnya jumlah kelahiran anak.
2.3.
Teori Perkembangan Dr. Maria Montessori
Metode Montessori adalah sebuah metode Pendidikan bagi anak yang
dalam penyusunannya berdasarkan teori perkembangan anak. Metode ini
pertama kali digagas oleh seorang dokter asal Italia yaitu Maria Montessori pada
akhir abad 19 dan awal 20. Metode ini dilaksanakan di taman kanak-kanak
(preschool) dan sekolah dasar (elementary school). Karakteristik dari metode ini
adalah menekankan pada aktivitas yang dimunculkan oleh diri anak dan
menekankan
pada
adaptasi
lingkungan
belajar
anak
pada
level
perkembangannya dan peran dari aktifitas fisik dalam menyerap konsep
pembelajaran dan kemampuan praktis.
Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan
sebagai berikut:
17
a. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan
daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalamanpengalaman melalui sensorinya.
b. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya
(berbicara, bercakap-cakap).
c. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat
dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak
bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda
kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore,
malam).
d. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk
peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya
pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4
– 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.
Tahap perkembangan dan klasifikasi umur oleh Montessori
tersebut dapat digunakan dalam memberikan Pendidikan yang
tepat, sesuai dengan tahapan perkembangan rentang usia anak.
Tabel 1.1. klasifikasi tahapan perkembangan berdasarkan umur
Sumber : (Greek. 2011. Buku metode Montessori (panduan wajib bagi guru,
orang tua didik PAUD).
18
2.3.1. Peran Guru dalam metode Montessori
pada masa usia 2 hingga 6 tahun anak-anak sangat senang
kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya
19
sendiri, Karena mereka membutuhkan kemerdekaan dan
perhatian. Pada masa ini juga muncul pengetahuan yang besar
dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar
hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dalam tujuan untuk
mengetahui
sesuatu.
Guru
dan
orang
tua
hendaknya
memberikan jawaban yang wajar hingga sampai usia ini. Anakanak masih sangat suka meniru segala sesuatu yang dilakukan
orang tuanya.
2.4.
Antropometri Anak
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga
meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.
Secara devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran,
kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut
Stevenson (1989) antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Berikut adalah standar antropometrik untuk anak usia 5-6 tahun
dalam satuan cm (Ruth:2000) :
20
Gambar 2.2. Tinggi badan posisi berdiri dan tinggi mata posisi berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
dalam gambar di atas pengukuran antropometri anak mengenai tinggi
badan posisi berdiri dan tinggi mata dapat digunakan untuk mendesain
furniture lemari ataupun rak tas bagi anak-anak.
Gambar 2.3. Tinggi badan posisi duduk dan tinggi mata posisi duduk
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Pada gambar .. ukuran antropometri anak saat posisi duduk dapat
digunakan sebagai acuan dalam mendesain fasilitas duduk bagi anakanak.
Gambar 2.4. Tinggi pinggul posisi berdiri dan tinggi lutut
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
21
Ukuran antropometri anak pada gambar diatas sebagai acuan untuk
mendesain kabinet dan kamar mandi pada anak.
Gambar 2.5. Lebar bahu dari kiri ke kanan dan lebar per lengan
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Lebar bahu pada anak sebagai acuan untuk mendesain sirkulasi dan
fasilitas bermain anak.
Gambar 2.6. Rentang tangan maksimum dan jangkauan tangan vertikal
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Rentang tangan dan jangkauan anak untuk ukuran 99cm – 117 cm,
sedangkan pada ukuran jangkauan anak-anak dapat dihubungkan
dengan desain loker anak dan lemari.
22
Gambar 2.7. Panjang dari pantat hingga kaki terjulur dan panjang dari pantat sampai
ujung lutut
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Patokan ukuran antropometri anak dari panjang pantat hingga kaki
terjulur dan dari bagian pantat sampai ujung kaki dihubungkan untuk
desain rest foot kursi belajar ataupun makan, dan fasilitas duduk
lainnya.
Gambar 2.8. Tinggi meja kerja posisi berdiri maksimum dan minimum dan panjang
permukaan meja kerja posisi berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar antropometri di atas digunakan sebagai acuan desain untuk
meja dan wastafel anak.
23
Gambar 2.9. Lebar minimum wastafel dan tinggi wastafel
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar 2.9. Lebar, panjang, dan tinggi minimum WC anak
Sumber: https://www.alibaba.com
Acuan
antropometri
untuk
desain
toilet
khusus
anak
dapat
menggunakan ukuran standar pada gambar di atas.
Gambar 2.10. Lebar tangan, tinggi tangan dan poros tangan ; lebar dan panjang serta
lebar telapak kaki
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Antropometri gambar di atas untuk mendesain hand rail untuk anak
ataupun genggaman mainan yang disesuaikan pada furnitur, lalu untuk
telapak kaki dapat dihubungkan dengan foot steps dan desain lemari
sepatu untuk anak.
24
Gambar 2.11. Tinggi kenop pintu dan jarak melihat tinggi objek
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar 2.12. Rak penyimpanan buku
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar 2.13. Ilustrasi kursi anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
25
TABEL II.1. Ilustrasi kursi anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
A
B
C
D
E
Tinggi kursi
Tinggi kaki kursi
Lebar kursi
Kedalaman kursi
Tinggi sandaarn kursi
3.
Dimensi Standar
(cm)
55-60
25
23,75
32,25
30-35,5
Gambar 2.14. Sudut lipatan lutut 900 pada saat anak duduk
Sumber : TableChairHeightGuide.pdf
Sudut lipatan 90o pada lutut merupakan sudut terbaik anak pada saat
duduk. Kursi yang ideal pun memiliki dudukan kursi yang luasnya ideal
untuk anak, tidak terlalu kecil , terlalu besar atau terlalu tinggi
(sehingga kaki menggantung). Sama halnya dengan meja anak. Meja
yang tidak sesuai akan menyulitkan aktivitas anak dan membentuk
postur tubuh yang salah.
Tabel II.2. Panduan standar ketinggian kursi pada anak sesuai dengan umurnya
Sumber : TableChairHeightGuide.pdf
26
Tabel II.3. Panduan standar ketinggian meja anak disesuaikan dengan ketinggian
kursi
Sumber : TableChairHeightGuide.pdf
Gambar 2.15. Ukuran kursi dan meja sesuai tahapan usia anak
Sumber : www.espocatalogue.org
27
Gambar 2.16. Ilustrasi meja anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.4. Ilustrasi meja anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
A1
B
B1
C
D
Jarak keseluruhan
Area meja anak
Panjang 1 meja 2 anak
Panjang 1 meja 1 anak
Lebar anak saat duduk
Jarak kursi anak dengan anak
Standar (cm)
162,5 – 167,5
62,5 – 67,3
85
42,5
20-25
7-10
E
F
G
H
I
berdiri/ berjalan
Lebar anak berdiri / berjalan
Tinggi meja
Jarak meja dengan kaki anak
Kedalaman kursi
Tinggi kaki kursi
30,5
45
6-10
40-42,5
25
28
Gambar 2.17. Ilustrasi jarak anak sedang duduk dengan anak berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.5. Ilustrasi jarak anak sedang duduk dengan anak berdiri
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
B
C
D
Panjang 1 meja 1 anak
Lebar anak saat duduk
Lebar anak berdiri / berjalan
Lebar anak berdiri pada lemari /
Standar (cm)
162,5 – 167,5
62,5 – 67,3
85
42,5
E
F
rak
Lebar lemari/ rak
Tinggi lemari / rak
20-25
7-10
Gambar 2.18. Ilustrasi jarak 2 anak duduk dan 2 anak berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.6. Ilustrasi jarak 2 anak duduk dan 2 anak berdiri
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
Jarak 2 anak duduk dan 2 anak
Standar (cm)
151 – 156,5
B
C
D
berdiri/ berjalan
Jarak 2 anak saat duduk
Lebar 2 anak berdiri / berjalan
Tinggi meja
80- 85,5
71
45
29
Gambar 2.19. Ilustrasi Rak Anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.7. Ilustrasi Rak Anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
B
Lebar rak
Lebar anak saat mengambil barang
Standar (cm)
30,5-40
40-80
C
D
E
F
di rak
Panjang rak
Tinggi rak maksimum
Tinggi rak – unit atas
Tinggi per unit
4.
122
76,2- 152,4
114-122
30,5
Gambar 2.20. Ilustrasi area meja anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.8. Ilustrasi area meja anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
30
A
B
C
D
E
F
G
Jarak 2 anak saat duduk
Lebar siku maksimum anak
Lebar pundak anak
Lebar siku maksimum anak
Panjang meja untuk 2 anak
Lebar 1 meja 1 anak
Lebar 1 meja 2 anak
Standar (cm)
80-85,5
10
35,25-40
10
100,5-110
42,5
85
2.4. Studi Lapangan
2.4.1. Puspa Sehat Jatinangor
Puspa sehat Jatinangor merupakan tempat penitipan anak yang
dibangun untuk memenuhi fasilitas penelitian Universitas
Padjadjaran, Fakultas keperawatan. Puspa sehat beralamat di
jalan raya Bandung Sumedang KM.21 Jatinangor Sumedang.
31
Gambar 2.21.
Tampat Depan Puspa Sehat Jatinangor
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Puspa sehat jatinangor menggunakan desain yang standar
dengan beberapa sentuhan modern minimalis.
Gambar 2.22.
Ruang tamu dan ruang administrasi (Sumber : Dokumentasi
Pribadi)
Pada saat masuk menuju ruangan pertama yaitu ruang tamu
dan ruang administrasi, terdapat sebuah sofa yang menutupi
ruang administrasi, sofa tersebut membuat sirkulasi menjadi
sempit untuk akses admin kedalam ruangannya.
Tabel 2.1. Kegiatan Harian Puspa Sehat
07 : 30 – 08 : 00
Penyambutan
08 : 00 – 08 : 30
Sarapan Pagi
08 : 30 – 09 : 00
09 : 00 – 09 : 30
Kegiatan Outdoor
Kegiatan Terstruktur
09 : 30 – 10 : 00
Permainan Motorik halus
32
10 : 00 – 10 : 30
Makan Buah / Jus
10 : 30 – 11 : 00
Belajar Menyanyi
11 : 00 – 12 : 00
Permainan Motorik Kasar
12 : 00 – 12 : 30
12 : 30 – 13 : 00
13 : 00 – 14 : 30
Makan Siang
Persiapan Tidur ; Ganti Pampers ;
Berdoa
Tidur Siang
14 : 30 – 15 : 30
Mandi
15 : 30 – 16 : 00
Persiapan Pulang
Kegiatan Harian Puspa Sehat meliputi baca doa dan surat
pendek, belajar membaca, belajar mengenal huruf dan angka
pada hari senin, selasa dan rabu. Sedangkan pada hari kamis
diadakan olahraga bersama di tempat lapangan sepak bola
unpad, pada hari jumatnya ada pijat bayi dan latihan untuk
meremas dan menyobek.
33
Gambar
2.23.
Ruang Administrasi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.24.
Ruang tidur bayi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
34
Fasilitas pada Tempat Penitipan Anak Puspa Jatinangor ini memiliki
fasilitas tempat bermain anak, ruang kelas PAUD, tempat tidur bayi
dan Musholla sebagai tempat beribadah Pegawai, dapur,pantry mini
dan kamar mandi anak.
Gambar 2.25.
Kamar mandi Anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
35
Gambar 2.26.
Taman Bermain Anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.27.
Dapur Umum (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.28.
Ruang Belajar Dini (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.29.
36
Ruang Tidur Anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Ruang Tidur Anak ini berada di lantai dua gedung TPA,
Mereka tidur secara bersama sama dengan kasur lantai.
Untuk ruang tidur anak ini biasanya ditempati oleh
anak PAUD usia sekitar 5-6 Tahun.
2.4.2. Kids Potensia Bandung
37
Kidz Potentia merupakan Preschool dan Daycare yang
berlokasi di jl. Terusan Sutami II no 19A Bandung, dekat
Setrasari
Plaza.
Learning, Multiple
Pendekatan kami
Intelligence, Moving
adalah
Class
Active
serta
Character Education (akhlak mulia / noble character).
Gambar 2.30.
Gedung depan Kid Potensia (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
Fasilitas Kidz Potentia diantaranya Gym yaitu ruang bermain
indoor yang dilengkapi dengan kolam bola, flying fox,
trampolin dan alat2 bermain lain. Fasilitas outdoor terdiri
dari Playground Pasir, yang terdiri dari area pasir, ayunan serta
titian keseimbangan.
38
Tabel Jadwal kegiatan di Kids Potensia Bandung
Tabel Jadwal Kegiatan Anak Pra Sekolah
Gambar2.31.
Gym dan tempat bermain anak (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
(Sumber : https://kidzpotentia.wordpress.com/)
Tabel Jadwal Kegiatan Kids Potensia
39
(Sumber : https://kidzpotentia.wordpress.com/)
Gambar 2.33.
Kegiatan Bermain air (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
40
Gambar 2.34.
Denah Lokasi Kids Potensia (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
2.5. Literatur Konsep
Konsep
perancangan
Ruangan
akan
dikombinasikan
dengan pendidikan kristen mengenai cerita Alkitab, seperti
menggunakan cerita Nabi Nuh untuk melatih anak mengenal
jenis-jenis hewan. Maka dapat diartikan desain ruangan akan
menjadi ruang yang berbeda (Tematik). Penggunaan material pun
harus disesuaikan bagi anak-anak dengan menggunakan bahan
yang soft dan mengurangi penggunaan sudut lancip pada
furniture. Contohnya adalah busa warna dan beberapa material
kayu yang dibubut halus.
41
KRISTEN
DAYCARE
ALKITA
B
2 TIMOTIUS
3:16
CERITA
NABI
IIMAGODEI
ANAK - ANAK
DALAM KELUARGA
KASIH DAN
KESEDERHANAAN
JATI DIRI
Bagan 3.8 Mind Mapping Konsep
(sumber : Dokumen Pribadi)
Dari mind maping di atas dapat dijabarkan bahwa konsep
yang di ambil berdasarkan iman kristen. Iman kristen yang
dimaksud adalah mengenai kitab injil yang merupakan perkataan
dari Allah sendiri terhadap manusia melalui cerita-cerita para
nabi, sejarah, puji-pujian, dan nubuat dari Yesus sendiri. Dari
beberapa isi alkitab tersebut penulis mengambil sebuah ayat inti
untuk digunakan sebagai konsep pengajaran bagi anak-anak yaitu
dari ayat “2 Timotius 3:16” yang berisikan “Segala tulisan yang
di ilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran” dari kutipan ayat ini, penulis
42
dapat menggunakannya untuk pengaplikasian di tempat penitipan
anak Kristen di Bandung.
Sebagai pengajaran yang dimaksudkan pada ayat timotius
tersebut maka penulis mengambil bagian cerita-cerita nabi yang
disesuaikan untuk anak-anak umur dua hingga enam tahun.
Cerita tersebut yaitu, cerita nabi Nuh, Cerita Adam dan Hawa
(penciptaan), dan terakhir cerita nabi Yunus. Dari cerita tersebut
akan disaring kembali menjadi solusi yang kompleks yaitu
intisari akan kebenaran dan kekuasaan Allah bagi dunia ini.
Kebenaran ini dapat diambil dari nilai khas kristiani yang
menjadi dasarnya yaitu Kasih dan Kesederhanaan. Nilai kasih
dapat dijabarkan kedalam 9 buah roh (Galatia 5:22-23) : kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan
,kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Sedangkan
kesederhanaan dapat diartikan sebagai pembebasan segala ikatan
yang
tidak
di
perlukan.
Berbeda
dengan
kemiskinan,
kesederhanaan merupakan suatu pilihan, keputusan untuk
menjalani hidup yang berfokus pada apa yang benar-benar berarti
(Al-Muhasibi, 2006).
Dari prinsip-prinsip di atas maka sistem desain dan sistem
pengasuhan akan memberikan dampak kepribadian “Imago Dei”
yang sejati.
43
BAB 3
DESKRIPSI DAN PROGRAM PERANCANGAN TEMPAT PENITIPAN
ANAK KRISTIANI
3.1 Deskripsi Proyek
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, maka akan dibuat sebuah
proyek perancangan desain interior :
44
Judul Proyek
: Tempat Penitipan Anak
Lokasi
: Jalan L. L RE Martadinata No.47, Riau, Bandung.
Luas Bangunan Perancangan : ± 2812 m2
Perancangan Tempat Penitipan Anak sendiri ditujukan untuk menampung
banyaknya kebutuhan orang tua dalam hal pengasuhan anak yang memiliki
prinsip-prinsip kristiani.
Adapun fungsi-fungsi yang dimiliki Tempat Penitipan Anak ini, yaitu :
1. Sebagai sarana tempat penyedia pelayanan asuh terhadap anak
berusia 2 tahun hingga 6 tahun, dengan memberikan stimulasi
atau pengasuhan yang belum dapat diberikan oleh orang tua.
2. Memberikan pelayanan pendidikan kristiani dan pemeriksaan
kesehatan
secara
berkala
untuk
memenuhi
seluruh
perkembangan yang dibutuhkan oleh sang anak.
3.2 Deskripsi Site
1. Nama : The Secret Factory Outlet
2. Lokasi : Jalan L. L RE Martadinata No.47, Riau, Bandung, Jawa Barat
3. Fungsi : Factory Outlet
Tinjauan lokasi akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu makro serta mikro.
3.2.1
Analisa Tapak (Site Analisys)
45
Gambar 3.1 Fasad The Secret Factory Outlet
(sumber : Dokumen Pribadi)
Bangunan perancangan yang akan dipilih adalah The Sercret
Factory Outlet, Bandung yang terletak di Jalan L. L RE Martadinata
No.47, Riau, Bandung, Jawa Barat. Secret terletak di tempat yang
sangat strategis, karena Jalan Riau merupakan salah satu jalan utama /
jalan protocol di Bandung yang memiliki banyak tempat rekreasi,
seperti rumah makan, café, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan lain
sebagainya. Lokasi Jalan Riau pun menjadi terkenal dan dianggap
sebagai daerah yang penting. Selain banyak tempat hiburan, lokasi ini
dekat dengan tempat pendidikan sekolah, mulai dari taman kanakkanak, sampai sekolah menengah ke atas. Jalan yang panjang dan
memiliki penghijauan cukup baik, membuat Jalan Riau menjadi salah
satu jalan besar yang mudah untuk diakses serta dianggap daerah yang
strategis untuk berinvestasi dalam menjalankan bisnis.
Berikut ini merupakan batasan site dari The Secret Factory Outlet :
1. Batas Timur : Rumah makan Riung Sari.
2. Batas Barat : Rumah penduduk.
46
3. Batas Utara : Rumah Komandan AD.
4. Batas Selatan : Rumah sakit khusus gigi dan mulut.
Ada beberapa kriteria dalam pemilihan site, yaitu :
1. Berada di daerah yang strategis dan sibuk sehingga banyak
aktivitas yang terdapat di daerah Riau.
2. Ada di tengah kota Bandung dan dekat dengan bangunanbangunan besar publik lainnya, seperti mall, hotel, swalayan,
sekolah, pusat perbelanjaan, café.
3. Akses yang mudah dijangkau dengan banyaknya jalan di
daerah sekitar site.
4. Site memiliki ruang terbuka bagi kebutuhan kesehatan sang
anak dalam bermain outdoor.
47
Aspek
Data Eksisting
Lokasi
The Secret Factory
Potensi
Berpotensi
Outlet, Jalan L. L RE
lokasi Baby Daycare
yang dapat menarik
Martadinata
Kristen,
kaerna
perhatian
Riau, Bandung, Jawa
maerupakan
tempat
letaknya yang mudah
Barat.
yang strategis untuk
dilihat dan terletak di
tempat rekreasi.
samping jalan raya
No.47,
Kendala
Keputusan
sebagai
Gambar
Merancang
design
karena
(Fasad The Secret Factory
Outlet)
Ruangan yang besar
tanpa banyak kolom.
Pencahayaan
Matahari
terbit
sebelah
di
kanan
Cahaya
matahari
yang
Walaupun
masuk ke dalam pada
cahaya
bangunan ke bagian
bagian
yang
kiri, sehingga sinar
bangunan
matahari
membuat
ruangan
belakang
bangunan
yang
memiliki
skylight
belakang
alami
masuk
Mendesain
ruangan
dengan
(Pencahayaan
memanfaatkan
bangunan
ruangan perlu di
pencahayaan
kesan yang hangat dan
bantu
sehingga lebih hemat
alami
pencahayaan
dan
buatan
kesan alami pada area
Cahaya
memberikan
ada
bagi
pada
belakang
museum.
bagian
dapat
menjadi terang pada
dimanfaatkan
dengan
siang hari.
zoning dan blocking yang
dengan
untuk
memberikan
alami
pada
kebanyakan
dari cahaya buatan)
memberikan
café dan pameran.
kenyamanan.
tepat.
Penghawaan
Penghawaan
bangunan
karena
bangunan
tertutup
dalam
Tidak
banyak
Merancang bangunan
kurang
angin luar yang
dan
merupakan
dapat masuk ke
penghawaan
dalam
seperti kipas dan AC
yang
dengan
museum
kecuali
bagian
memanfaatkan
untuk
belakang
penghawaan
arah, kecuali bagian
bangunan,
belakang bangunan.
harus
banyak.
memanfaatkan
memanfaatkan
yang
(
Penghawaan
ruangan)
membantu
dinding dari segala
dan
buatan
tidak
alami
terlalu
Dan
48
dalam
3.2.2 Analisa Bangunan
Di dalam The Secret Factory Outlet, terdapat beberapa ruangan,
diantaranya adalah area retail, satpam, mushola, wc, serta area staff.
Bangunan ini cenderung tertutup, tetapi memiliki sedikit bukaan dari
bagian belakang bangunan yang memiliki skylight dan juga vegetasi serta
kolam buatan di dalam ruangan. Karena tertutup, penghawaan di dalam
ruangan pun sangat kurang, kecuali bagian belakang.
Terdapat 2 lantai di dalam bangunan ini. Lantai pertama sangat
luas, sehingga sirkulasi sangat baik. Ruangan yang ada di lantai 1 adalah
area retail, satpam, wc, dan mushola. Sedangkan untuk lantai 2 (hanya
bagian belakang bangunan), digunakan untuk area retail. Karena berada di
bagian belakang bangunan, maka pencahayaan disini cukup baik. Lantai
kedua ini dapat dijadikan ruang olahraga dan tempat pijat bayi, sedangkan
lantai 1 menjadi sepenuhnya area untuk memfasilitasi kebutuhan anak.
Aspek
Data Eksisting
Tangga
Memiliki
Fasad
1
Potensi
lokasi
Jumlah
Kendala
tangga
Keputusan
dapat
Dapat
didesain
tyangga yang dapoat
merngarahkan user ke
sebagai
dimanfaatkan
tempat tertentu
pendukung
bagian
inti
bangunnan.
Bangunan tertutup
Fasad
bangunan
Memiliki
menghadap
kea
jendela
vertical
dari
tertutup
bawah
sampai
atas
depan, membuat
menjadi “bangunan
(fasad The Secret Factory
tidak
tertutup
Outlet)
timur
rah
beberapa
Gambar
dinding
bangunan
Bangunan
dari
ada
dapat
dirancang
tetapi
sehingga cahaya pun
penghawaan
terbuka” pada saat
dapat masuk.
yang masuk ke
yang sama.
dalam ruangan.
49
Jendela
Memiliki
sedikit
Memaksimalkan cahaya
Memposisikan
sehingga
dan penghawaan buatan
zoning yang tepat
masuknya cahaya dan
seperti AC dan vegetasi
untuk area dengan
udara sangat minim.
buatan dalam ruang.
aktivitas tinggi agar
jendela
(banguan
yang
tertutup
mendapatkan
sehingga cahaya dan udara
cahaya
dan
minim dalam ruangan)
penghawaan
yang
tepat.
Kolom
Memiliki ukuran kolom
Terdapat banyak kolom
Banyaknya kolom,
yang teratur.
di
besar
tengah-tengah
dapat
bangunan, tetapi bentuk
dijadikan sekat dan
kolom
ditutup
yang
simetris
memudahkannya untuk
mengolahnya
dengan
partisi kaca.
menjadi
suatu desain.
3.3 Analisa Pengguna
3.3.1
Identifikasi User
1. Orang tua / Konsumen
Merupakan konsumen untuk memberikan kepercayaan secara
penuh kepada pengasuh terhadap anaknya.
2. Staff pengasuh
50
Merupakan pengurus pelayanan jasa pengasuhan, bagi orang
tua yang tidak dapat memberikan pelayanan asuh secara penuh
atau sebagian.
3. Administrasi
Staff yang melakukan pekerjaannya secara khusus mengurusi
administrasi keuangan.
4. Pengelola
Beberapa orang yang bertugas untuk mengelola (mengatur)
tentang semua kegiatan yang akan dan berlangsung di dalam
Tempat Penitipan Anak.
5. Pendeta
Sebagai seorang penyedia layanan pengetahuan alkitab dan
memberikan pembelajaran bagi staff dan pengelola untuk
saling melengkapi keimanan.
6. Dokter Spesialis Anak
Sebagai seorang penyedia layanan kesehatan dan pengobatan
bagi anak usia dini di dalam Tempat Penitipan Anak.
3.3.2
Struktur Organisasi
Pemilik
General
Manager
Pendeta
Admin
Staff OB
staff
pengasuh
51
Bagan 3.2 Struktur Organisasi
(sumber : Dokumen Pribadi)
3.3.3
Job Description
1. Pemilik
a. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber
pendapatan
serta
pembelanjaan
dan
kekayaan
perusahaan.
b. Mengambil berbagai macam keputusan.
c. .Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam
hubungannya dengan dunia luar.
d. Mengendalikan uang pendapatan.
52
e. Memimpin seluruh staff dan manager.
f. Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi
(umumnya bekerja sama dengan CEO maupun MD).
g. Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan
pelaksanaan tata-tertib; keadilan
bagi
semua
untuk
dan kesempatan
berkontribusi
secara
tepat;
menyesuaikan alokasi waktu per item masalah;
menentukan urutan agenda; mengarahkan diskusi ke
arah konsensus; menjelaskan dan menyimpulkan
tindakan dan kebijakan.
2. Manager
a. Membuat,
konsep
merumuskan,
dan
menyusun,
menetapkan
umum
perusahaan,
rencana
mengarahkan dan memberikan kebijakan/keputusan
atas segala rancang bangun dan implementasi
perusahaan ke arah pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan.
b. Mengarahkan karyawan untuk meningkatkan seluruh
sumber
daya
yang
ada
secara
optimal
bagi
kepentingan perusahaan.
c. Mengatur seluruh sistem manajemen dan perumusan
peraturan,
kebijakan
dan
prosedur-prosedur
53
manajerial
bagi
perkembangan
dan
kemajuan
perusahaan.
d. Memberikan kemampuan profesional secara optimal
bagi kepentingan perusahaan.
e. Membantu Pemilik untuk melakukan pengawasan dan
pengendalian atas seluruh kinerja perusahaan.
f. Menciptakan suasana tenang, damai, dan energik
terhadap seluruh aktivitas.
g. Mengarahkan seluruh karyawan untuk bekerja
secara profesional, efisien, dan efektif.
h. Membantu Pemilik dalam mengadakan pengawasan
terhadap seluruh kinerja departemen / divisi.
i. Merealisasikan dan melaksanakan rencana serta
prosedur-prosedur
yang
diterapkan
melalui
pendelegasian wewenang dan perumusan peraturan,
kebijakan.
j. Membuat laporan kegi
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada masa lahirnya R.A Kartini di era tahun 1879, kekuasaan di Indonesia
masih mengutamakan dan menempatkan gender laki-laki berada lebih di atas
dibandingkan gender perempuan. Perempuan dianggap hanya sebagai individu
yang mengurusi pekerjaan rumah. Mulai pada tahun 1903, perempuan Indonesia
sudah mulai memasuki jenjang pendidikan dan dapat bekerja layaknya seorang
laki-laki hingga saat ini. Hal tersebut tentu berefek pada urusan rumah tangga
yang biasa dilakukan wanita yang mungkin ditinggalkan. Dalam hal lain,
perempuan yang sudah menikah dituntut untuk dapat merawat sang buah hati.
Berdasarkan hasil statistik inflasi oleh Bank Indonesia, pada bulan Juni 2015
tingkat inflasi menempati posisi pada angka 7,26%. Berdasarkan data tingginya
tingkat inflasi ini, hal ini mempengaruhi banyak keluarga di Indonesia untuk tidak
bergantung pada satu sumber pemasukan yang dihasilkan oleh suami saja,
perempuan masa kini turut bekerja menambah pemasukan untuk ekonomi
keluarga.
Namun, ada persoalan lain bagi perempuan yang ingin meniti karier yaitu
dalam urusan merawat anak. Dalam beberapa budaya Indonesia, urusan merawat
anak di bawah umur lima tahun masih didominasi oleh perempuan—atau
diwajibkan pada perempuan. Oleh sebab itu, beberapa perempuan kebanyakan
mulai memperkerjakan seorang pengasuh untuk bayinya. Namun pada beberapa
1
kasus pada tahun 2016 banyak pengasuh yang melakukan penganiayaan,
penculikan, bahkan membunuh anak majikannya, sehingga orang tua mulai
khawatir akan pengasuhannya oleh pengasuh bayi. Dalam alternatif lain,
perempuan berkarier terkadang juga menitipkan anak pada orang tua. Namun
stereotip pengasuhan anak oleh sosok nenek sering kali berlebihan, seperti
memberikan mainan, permen, uang jajan, dan apapun yang menjadi keinginan
sang anak tanpa memperhatikan perkembangan psikologi sang anak disaat dewasa
nanti. Oleh sebab itu diperlukan suatu sarana atau keluarga pengganti yang dapat
memenuhi aspek pendidikan, psikologi, perawatan, dan keimanan anak. Dalam
hal ini, solusi yang saya tawarkan adalah dalam bentuk tempat penitipan anak.
Tempat penitipan anak dapat diartikan sebagai suatu suaka perawatan anak
khusus yang dirancang untuk memenuhi aspek-aspek pendidikan, psikologis,
perawatan, sosial, kemandirian, kesehatan, bahkan sampai keimanan anak. Namun
yang paling berbeda dari tempat penitipan biasa adalah masalah mengenai
keimanan, hal itu menjadi pertimbangan penting oleh sebagian orang tua.
Keimanan adalah prioritas penting bagi orang tua dalam hal mendidik anak,
disebabkan bahwa agama adalah sebuah ideologi dan panutan dasar bagi seorang
manusia untuk menentukan masa depan dan sikapnya nanti. Para orang tua pun
memiliki kepercayaan lebih pada penitipan anak yang sesuai dengan agamanya,
contohnya dalam ajaran kristiani yaitu mengutamakan kasih dan kesederhanaan.
Dalam hal ini penulis memfokuskan keimanan anak pada kristiani, maka tempat
penitipan anak yang akan didesain oleh penulis dirancang berdasarkan prinsip dan
keimanan kristen.
2
Tempat penitipan anak yang dilandasi kristiani ini menggabungkan
pendidikan dan agama dalam hal mendesain, seperti menggunakan cerita-cerita
dalam Alkitab yaitu kisah mengenai Yunus, Nabi Nuh, dan cerita Adam dan
Hawa. Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa desain tempat tersebut
menjadi sebuah tematik ruang yang berbeda. Selain itu, desain furnitur
disesuaikan pada fungsinya untuk anak-anak, yaitu mempertimbangkan masalah
ergonominya, keamanannya, hingga perawatan yang mudah dibersihkan.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa masalah yang dapat dipertimbangkan
sebagai identifikasi masalah untuk memulai suatu desain penitipan anak yang
berlandaskan nilai-nilai kristiani yaitu :
1. Belum tersedianya tempat penitipan anak yang secara khusus
pengasuhannya lebih menitikberatkan pada nilai – nilai kristiani.
2. Orang tua sudah sulit mempercayai hak asuhnya terhadap baby
sitter ataupun orang lain, disebabkan oleh beberapa hal yaitu
kekerasan pada anak, pelantaran, gangguan sosial, dan trauma.
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa identifikasi masalah di atas maka terdapat
beberapa rumusan masalah yaitu :
1.3.1. Bagaimana penerapan desain untuk mendukung aspek
pendidikan, psikologis, pertumbuhan fisik dan mental anak?
3
1.3.2. Bagaimana cara untuk menggabungkan pendidikan dan nilai
– nilai Kristiani dalam sebuah rancangan ruang interior untuk
anak-anak?
1.3.3. Bagaimana cara perancangan desain untuk memenuhi
ergonomi anak – anak di tempat penitipan anak?
1.3.4. Bagaimana menerapkan fungsi keluarga dalam Tempat
Penitipan Anak Kristen?
1.4.
Tujuan Perancangan
Membuat suatu konsep perancangan interior yang memenuhi syarat penataan
interior Tempat Penitipan Anak yaitu dengan mengemukakan data-data teori dan
laporan survei sehingga karya tulis ini dapat diperoleh dari dasar pemikiran, teori
yang digunakan, dan kenyataan yang ada di lapangan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menciptakan aspek yang mendukung Tempat Penitipan Anak
yang baik yaitu sebagai berikut.
1. Dengan memperhatikan aspek pendidikan, psikologis anak, pertumbuhan fisik
dan mental anak yaitu dengan cara menerapkan desain ruangan yang menarik
minat anak untuk belajar secara langsung ataupun tidak langsung dan
mempertimbangkan ergonomi ruang yang disesuaikan dengan pertumbuhan
fisik anak;
2. Dengan mengarahkan desain yang berhubungan dengan cerita dan konsep
Alkitabiah, Contohnya seperti cerita Nuh dengan kapal besar yang berisi jenisjenis hewan sebagai sarana untuk mendesain sekaligus memberikan
4
pembelajaran pendidikan bagi anak – anak. Lalu memperhatikan warna dan
bentuk yang menyesuaikan dengan perkembangan anak untuk memotifasinya
bermain dan bersosialisasi dengan anak lainya;
3. Memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan anak. Misalnya penggunaan
furnitur yang sesuai dengan ergonomi dan antropometrik anak, menghindarkan
penggunaan furnitur dengan sudut lancip atau bersiku yang dapat
menyebabkan cedera atau berbahaya bagi anak-anak, penggunaan material
yang lebih lembut/empuk dan tidak licin sehingga ketika anak jatuh tidak
menyebabkan luka atau cedera, ukuran yang sesuai dalam tinggi anak disetiap
umurnya, toilet anak, ranjang anak, lemari hingga loker khusus untuk anak.
4. Fungsi keluarga ini dapat diberikan dengan sifat yang sama yaitu memberikan
kasih sayang, perhatian secara khusus, belajar mengenai lingkungan dan
sesamanya, serta memberikan pengertian mengenai perbedaan antara pengasuh
dan orang tua itu sendiri.
1.5.
Gagasan Perancangan
Dalam proyek TA ini, saya memiliki gagasan sebagai awal ide perancangan untuk
tempat penitipan anak yang berlandaskan nilai-nilai kristiani, yaitu dengan
mengarahkan desain pada cerita-cerita Alkitab , seperti cerita mengenai nabi Nuh,
Adam dan Hawa, Nabi Yunus dan lainnya. Dalam mewujudkannya menggunakan
warna-warna coklat kayu oak, atau kayu jati untuk kapal dengan dikombinasikan
material puzzle ringan terbuat dari plastik yang ringan dan aman. Menggunakan
pencahayaan buatan warm dan general lamp pada ruang umum, pada beberapa
5
tempat seperti lorong, ruang tematik akan menggunakan spot light berjenis LED
(Light Emitting Diode). Dari cerita tersebut maka anak – anak dapat belajar
sekaligus mengerti mengenai keselamatan dan kekristenan bukan hanya sekedar
diasuh dan diberi pendidikan biasa. Ditambah lagi dengan nilai kesederhanaan,
dan kasih sebagai hal yang paling utama dalam sistem pengasuhan anak.
1.6.
Manfaat Perancangan
Desain ini dapat meningkatkan sifat perkembangan motorik anak agar sesuai
standar dan berkembang dengan baik. Ada fasilitas pendukung untuk anak sebagai
pembantu anak untuk bermain dan buang air. Memberikan kesan percaya kepada
orang tua dalam menitipkan anaknya di tempat penitipan anak tersebut yang
dikombinasikan dengan bahasa desain untuk kristiani.
1.7.
Ruang Lingkup Perancangan
Untuk perancangan tempat penitipan anak yang berlandaskan kristiani,
beberapa fasilitas pendukung dibuat untuk memenuhi kebutuhan anak – anak.
Fasilitas tersebut yaitu :
1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berupa klinik umum dengan dukungan praktek
Dokter spesialis anak untuk memenuhi kesehatan sang anak pada masa
pengasuhan.
2. Fasilitas Bermain
Fasilitas bermain outdoor (pohon, taman, pasir, kolam,fasilitas
bermain anak) dan indoor ( mainan , furniture, ruang tematik cerita
anak) untuk mendukung sosialiasi dan perkembangan masa anak.
3. Fasilitas Ruang Tidur anak
Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan bilogis anak, dengan
pengawasan cctv dan pengasuh profesional.
4. Fasilitas Taman
6
Fasilitas
bermain
outdoor
berupa
taman
untuk
mendukung
perkembangan anak dengan mengenal lingkungan sekitar seperti
tanaman, pasir,tanah, air, dsb.
5. Fasilitas “Creative Area”
Berupa ruang khusus untuk anak berumur satu sampai 5 tahun, yaitu
dengan permainan bentuk menggunakan clay, merangkai bunga,
membuat boneka, bermain musik dsb.
6. Fasilitas Ruang Ganti
Untuk sarana pendukung ruang mengganti pakaian anak setelah
bermain outdoor ataupun berganti waktu.
1.8.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Saya menjelaskan mengenai latar belakang perancangan, identifikasi
masalah, rumusan masalah, Tujuan perancangan, gagasan perancangan,
manfaat rancngan, ruang lingkup perancangan, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Teori
menjelaskan mengenai kajian teori mengenai Tempat penitipan anak,
psikologi anak, perkembangan motorik dan sensorik anak, ergonomi
anak, pencahayaan, dan Kekristenan.
BAB II
KAJIAN TEORI PERANCANGAN DAYCARE
2.1.
Pengertian Tempat Penitipan Anak (Daycare)
Daycare menurut Sudono (2000) adalah sarana pengasuhan anak dalam
kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. daycare merupakan upaya
yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama
beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat
7
dilaksanakan secara lengkap. dalam hal ini, pengertian daycare hanya sebagai
pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan
orangtua.
Taman Pentitipan Anak (TPA) menurut Miftakhul Jannah Gayamsari
(2000: 22) adalah wahana belajar yang menggunakan sistem Beyond Center and
Circle Time (BCCT) dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai
pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan
atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam memberikan pendidikan dan
mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lainnya.
Dan pengertian Tempat Penitipan Anak (TPA) menurut kementrian
pendidikan nasional dalam bukunya mengenai petunjuk teknis penyelenggaraan
Taman Penitipan Anak (TPA), (2011: 02) adalah salah satu bentuk PAUD pada
jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun.
Taman Penitipan Anak sekarang ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
tipe. Pertama, tipe pengasuhan penuh (Full Day Care) yaitu penitipan anak yang
dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan, dan
pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial secara penuh. Kedua,
tipe setengah pengasuhan (Semi Day Care) yaitu penitipan anak yang
dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa hanya penyuluhan atau pelayanan
saja ataupun pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial saja.
Ketiga, tipe pengasuhan sewaktu-waktu (Insidental Day Care) yaitu penitipan
anak yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan,
dan pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial sewaktu-waktu
bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan orangtua. (Wahyuti, 2003:30-32).
8
Dari beberapa pendapat ahli mengenai TPA, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian TPA adalah suatu sarana yang dapat membantu
orang tua dalam pengasuhannya sebagai pengganti dari kesibukan orang tua, atau
kesulitan dalam memenuhi pemeliharaan sang buah hati, tentunya TPA akan
memberikan seluruh pelayanan kesehatan, gizi, motorik, sensorik, pendidikan,
sosial, psikologis, dan spiritual.
2.1.1. Dasar Hukum Taman Penitipan Anak (TPA)
Penyelenggara program TPA di Indonesia mengacu pada peraturan dan kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai berikut ; (a) UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, (b) UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, (c) UU Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak, (d)
UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2004- 2025, (e) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, (f) Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58
Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58
tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang
menetapkan beberapa standar Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Permendiknas tersebut,
yaitu: (a) Standar tingkat pencapaian perkembangan, (b) Standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (c) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (d) Standar sarana
dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
a) Standar tingkat pencapaian perkembangan Menggambarkan pertumbuhan
dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
9
tertentu. Perkembangan anak yang dicapai : aspek pemahaman nilai-nilai
agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional
Pertumbuhan : pemantauan kesehatan dan gizi.
b) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik PAUD pada jalur
pendidikan formal (TK/RA), terdiri atas guru dan guru pendamping,
sedangkan pendidik PAUD pada jalur nonformal (KB/TPA), terdiri atas
guru, guru pendamping, dan pengasuh. Tenaga kependidikan pada
pendidikan
formal
terdiri
atas
:
Pengawas,
Pengelola,
Tenaga
Administrasi, dan Petugas Kebersihan.
c) Standar isi, proses, dan penilaian : Standar Isi antara lain; 1. Struktur
Program : Lingkup Pengembangan Meliputi : a. Nilai-nilai agama dan
moral b. Fisik c. Kognitif d. Bahasa e. Sosial Emosional Dilakukan secara
terpadu dengan pendekatan tematik, Standar Proses antara lain ;
Perencanaan 1. Pengembangan Rencana Pembelajaran Perencanaan
Semester, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan
Harian (RKH), dan Standar Penilaian antara lain ; teknik penilaian :
pengamatan, penugasan unjuk kerja,pencatatan anekdot,dialog, laporan
orang tua, dokumentasi hasil karya anak, deskripsi profil anak Proses
penilaian dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh dan
berkelanjutan.
d) Standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan ; Standar
sarana dan prasarana haruslah aman, nyaman, terang, memenuhi kriteria
kesehatan bagi anak dan sesuai tingkat perkembangan anak.
10
Menurut Setiawan (2002:77) bahwa untuk mendukung mewujudkan anak
usia dini yang berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan berprestasi, maka
filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.
1. Tempa
Tempa adalah untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui
upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olahraga yang
teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik
kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.
2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui
bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan
seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan
merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi,
memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya
belajar anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak
untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan
pertumbuhan dan perkembangan, misalnya perlakuan kasar, penganiayaan
fisik dan mental dan ekploitasi.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk
perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal; a).
Integritas,
iman,
dan
taqwa;
b).
Patriotisme,
nasionalisme
dan
kepeloporan; c). Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas; d).
Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji; e). Jiwa tanggap
(penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis dan idealisme;
11
f). Optimis dan keberanian mengambil resiko; g). Jiwa kewirausahaan,
kreatif dan profesional.
2.2. Perkembangan Anak
Perkembangan Anak pada tempat penitipan anak dimulai hingga umur tiga
bulan sampai dengan enam tahun, berdasarkan Badan Keluarga Berencana (KKB)
dan pemberdayaan perempuan, perkembangan anak di atur dalam sebuah standar
hukum yang disusun dalam sebuah buku atau Kartu Kembang Anak (KKA).
Dalam buku tersebut, tugas perkembangan anak oleh orangtua harus sesuai
dengan standar yang tertera dalam kartu. Awal tugas perkembangan anak ini
dimulai sejak anak berusia 1 minggu sampai 12 minggu.
2.2.1. Perkembangan Sensorik dan Motorik
Perkembangan sensorik merupakan bagian dari otak yang
berkembang untuk menstimulasi beberapa indra sentuhan, lihat, rasa
,cium ,kecap , dan dengar ; dan kemampuan indrawi mereka
berkembang cepat di bulan-bulan pertama kehidupan. Namun beberapa
indra diantaranya sudah dimulai bahkan saat bayi belum lahir. Lalu
perkembangan motorik merupakan perkembangan yang dimulai dari
fisik. Secara garis besar sensorik berarti pikiran dan perasaan
sedangkan motorik merupakan perkembangan fisik. Bayi tidak perlu
diajarkan untuk melakukan keterampilan motorik dasar seperti meraih,
merangkak, dan berjalan. Namun untuk bayi pada usia dua tahun lebih
dapat distimulasikan melalui lingkungan sekitarnya atau dengan
menggunakan mainan.
2.2.2. Perkembangan Kognitif Selama Tiga Tahun Pertama
12
selama beberapa dekade terakhir, peneliti telah beralih ke
pendekatan – pendekatan baru untuk menambah pengetahuan kita
tentang perkembangan kognitif bayi dan anak.
a. Pendekatan pemrosesan informasi
berfokus pada berbagai proses yang terlibat dalam persepsi ,
pembelajaran, ingatan, dan pemecahan masalah. Pendekatan ini
mencoba untuk menemukan apa yang dilakukan oleh orang
dengan informasi, sejak saat mereka berhadapan dengan
informasi hingga mereka menggunakannya, contohnya adalah
Habituasi.
Habituasi merupakan pembelajaran di mana
pemaparan berulang dari suatu stimulus mengurangi perhatian
terhadap stimulus tersebut. Contohnya ketika seorang anak
yang sedang asik bermain ayunan lalu pada lingkungannya
tersebut terjadi sebuah kecelakaan motor, lalu anak tersebut
seketika berhenti bermain dan melihat kejadian itu. Secara tak
sadar otak akan melakukan persepsi dari informasi yang terjad,
dan ketika kejadian yang terjadi merupakan hal yang baru maka
setelah teralami oleh anak tersebut akan distimulasikan menjadi
familiar, sesuatu yang tidak diketahui menjadi diketahui.
b. Pendekatan neurosains kognitif
menelaah “peranti keras” sistem saraf pusat. Pendekatan ini
berupaya untuk mengedintifikasi struktur-struktur otak yang
terlibat aspek kognitif tertentu. Mengartikan bahwa pematangan
neurologis merupakan faktor besar dalam perkembangan
kognitif. Pertumbuhan otak. Sistem saraf pusat sangat
berhubungan dengan ingatan jangka panjang, ingatan ini
13
memiliki jenis yang berbeda yaitu eksplisit-implisit. Untuk
jenis eksplisit, ingatan ini bersifat sadar atau ingatan yang
disengaja, biasanya terdiri atas berbagai fakta,nama,peristiwa,
dan hal lain yang seseorang dapat utarakan, dan nyatakan.
Ingatan implisit mengacu pada ingatan yang terjadi tanpa usaha
atau bahkan kesadaran ; secara umum menyimpan informasi
tentang berbagai kebiasaan dan keterampilan.
c. Pendekatan Sosial-Kontekstual
Menelaah aspek-aspek lingkungan dari proses pembelajaran,
khususnya peran orang tua dan pengasuh lainnya. Pendekatan
melalui sosial-kontekstual ini merujuk pada interaksi timbal
balik dengan orang dewasa (pengasuh ataupun orang tua) dan
sang anak. Perbedaan budaya sangat mempengaruhi bagaimana
konteks sosial mereka dapat terbentuk, seperti sebuah penelitian
lintas budaya oleh (Rogoff, Mistry, 1994) dengan mengunjungi
praktik pengasuhan anak di tempat yang berbeda dan
memberikan mainan asing terhadap anak2 tersebut. Selain itu
perkembangan bahasa juga sangat memberikan kontribusi bagi
perkembangan kognitif sang anak dari orang tua ataupun
pengasuh anak.
2.2.3. Prinsip – prinsip Perkembangan
seperti
sebelum
kelahiran,
prinsip
pertumbuhan
dan
perkembangan mengikuti prinsip sefalokaudal dan proximodistal.
Menurut prinsip sefalokaudal, pertumbuhan terjadi dari atas
kebawah. Karena otak tumbuh cepat sebelum kelahiran, kepala
14
neonates berukuran besar dan tidak proporsional. Kepala akan
menjadi lebih kecil secara proporsional seiring pertambahan tinggi
tubuh dan perkembangan bagian bawah tubuh (lihat Gambar 2.1).
perkembangan sensorik dan motoric berlangsung dengan mengikuti
prinsip yang sama : Bayi belajar untuk menggunakan bagian atas
tubuhnya sebelum bagian bawah tubuhnya. Mereka milhat objek
sebelum mereka dapat mengendalikan tubuh mereka, dan mereka
belajar untuk melakukan berbagai hal dengan tangan sebelum dapat
merangkak atau berjalan.
Menurut
prinsip
proximodistal
(dari
dalam
ke
luar),
pertumbuhan dan perkembangan motoric berlangsung dari pusat
tubuh ke luar. Di dalam Rahim, kepala dan badan berkembang
sebelum tungkai lengan dan kaki, kemudian tangan dan kaki, lalu jari
tangan dan jari kaki. Selama masa bayi dan masa awal kanak-kanak,
tungkai terus bertumbuh lebih cepat dibandingkan tangan dan kaki.
Anak-anak juga pertama mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan lengan atas dan tungkai kaki atas (yang paling dekat
dengan bagian tengah tubuh), lengan bawah dan betis, kemudian
tangan dan kaki, dan akhirnya jari tangan dan kaki.
Gambar 2.1 perkembangan fisik
Sumber : Papalia olds Feldman. 2009. perkembangan manusia.
2.2.4. Perkembangan Fisik
Anak tumbuh cepat selama tiga tahun pertama, terutama
selama beberapa bulan pertama, dan tidak akan mengalaminya lagi di
masa-masa berikutnya. Pada usia lima bulan, berat bayi laki-laki saat
15
dilahirkan bertambah dua kali lipat menjadi 16 pon dan setelah satu
tahun bertambah tiga kali lipat menjadi 23 pon. Tingkat kecepatan
tumbuh seperti ini menurun selama tahun kedua dan ketiga.
Sedangkan untuk anak perempuan pada perkembangannya mengikuti
pola yang sama, tetapi sedikit lebih kecil. Pada usia tiga tahun, anak
perempuan pada umumnya memiliki berat satu pon lebih sedikit dan
setengah inci lebih pendek dibandingkan anak laki-laki pada
umumnya. (kuczmarski et al., 2000). Saat bayi tumbuh, bentuk tubuh
dan proporsinya juga berubah : anak tiga tahun biasanya lebih
langsing jika dibandingkan anak satu tahun yang berpipi bulat dan
berperut buncit.
Gigi biasanya mulai muncul antara 3 atau 4 bulan, saat bayi
mulai mengambil apapun yang ada di dekat mereka dan
memasukannya ke dalam mulut; tetapi gigi pertama mungkin tidak
akan benar-benar tumbuh sampai antara usia 5 dan 9 bulan, atau
bahkan lebih. Pada ulang tahun pertama, bayi secara umum memiliki
enam sampai empat gigi. Di usia 3 tahun, gigi susu (deciduous) yang
16
berjumlah 21 telah tumbuh dan anak dapat mengunyah makanan apa
pun yang mereka mau.
Gen yang diwarisi oleh bayi akan memengaruhi secara kuat
apakah anak akan tumbuh tinggi atau pendek, kurus atau gempal,
atau diantaranya. Pengaruh genetik ini berinteraksi dengan pengaruh
lingkungan seperti gizi dan kondisi tempat tinggal. Misalnya, anak
Jepang Amerika lebih tinggi dan berat dibandingkan anak dengan
usia sama di Jepang. Kemungkinan Karena perbedaan makanan
(Broude,1995). Kini, anak-anak di banyak negara berkembang
tumbuh makin tinggi dan lebih cepat matang secara seksual pada
usia yang lebih dini dibandingkan anak-anak pada satu abad yang
lalu, kemungkinan Karena gizi dan sanitasi yang lebih baik serta
adanya perawatan kesehatan dan menurunnya jumlah kelahiran anak.
2.3.
Teori Perkembangan Dr. Maria Montessori
Metode Montessori adalah sebuah metode Pendidikan bagi anak yang
dalam penyusunannya berdasarkan teori perkembangan anak. Metode ini
pertama kali digagas oleh seorang dokter asal Italia yaitu Maria Montessori pada
akhir abad 19 dan awal 20. Metode ini dilaksanakan di taman kanak-kanak
(preschool) dan sekolah dasar (elementary school). Karakteristik dari metode ini
adalah menekankan pada aktivitas yang dimunculkan oleh diri anak dan
menekankan
pada
adaptasi
lingkungan
belajar
anak
pada
level
perkembangannya dan peran dari aktifitas fisik dalam menyerap konsep
pembelajaran dan kemampuan praktis.
Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan
sebagai berikut:
17
a. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan
daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalamanpengalaman melalui sensorinya.
b. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya
(berbicara, bercakap-cakap).
c. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat
dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak
bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda
kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore,
malam).
d. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk
peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya
pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4
– 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.
Tahap perkembangan dan klasifikasi umur oleh Montessori
tersebut dapat digunakan dalam memberikan Pendidikan yang
tepat, sesuai dengan tahapan perkembangan rentang usia anak.
Tabel 1.1. klasifikasi tahapan perkembangan berdasarkan umur
Sumber : (Greek. 2011. Buku metode Montessori (panduan wajib bagi guru,
orang tua didik PAUD).
18
2.3.1. Peran Guru dalam metode Montessori
pada masa usia 2 hingga 6 tahun anak-anak sangat senang
kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya
19
sendiri, Karena mereka membutuhkan kemerdekaan dan
perhatian. Pada masa ini juga muncul pengetahuan yang besar
dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar
hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dalam tujuan untuk
mengetahui
sesuatu.
Guru
dan
orang
tua
hendaknya
memberikan jawaban yang wajar hingga sampai usia ini. Anakanak masih sangat suka meniru segala sesuatu yang dilakukan
orang tuanya.
2.4.
Antropometri Anak
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga
meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.
Secara devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran,
kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut
Stevenson (1989) antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Berikut adalah standar antropometrik untuk anak usia 5-6 tahun
dalam satuan cm (Ruth:2000) :
20
Gambar 2.2. Tinggi badan posisi berdiri dan tinggi mata posisi berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
dalam gambar di atas pengukuran antropometri anak mengenai tinggi
badan posisi berdiri dan tinggi mata dapat digunakan untuk mendesain
furniture lemari ataupun rak tas bagi anak-anak.
Gambar 2.3. Tinggi badan posisi duduk dan tinggi mata posisi duduk
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Pada gambar .. ukuran antropometri anak saat posisi duduk dapat
digunakan sebagai acuan dalam mendesain fasilitas duduk bagi anakanak.
Gambar 2.4. Tinggi pinggul posisi berdiri dan tinggi lutut
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
21
Ukuran antropometri anak pada gambar diatas sebagai acuan untuk
mendesain kabinet dan kamar mandi pada anak.
Gambar 2.5. Lebar bahu dari kiri ke kanan dan lebar per lengan
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Lebar bahu pada anak sebagai acuan untuk mendesain sirkulasi dan
fasilitas bermain anak.
Gambar 2.6. Rentang tangan maksimum dan jangkauan tangan vertikal
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Rentang tangan dan jangkauan anak untuk ukuran 99cm – 117 cm,
sedangkan pada ukuran jangkauan anak-anak dapat dihubungkan
dengan desain loker anak dan lemari.
22
Gambar 2.7. Panjang dari pantat hingga kaki terjulur dan panjang dari pantat sampai
ujung lutut
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Patokan ukuran antropometri anak dari panjang pantat hingga kaki
terjulur dan dari bagian pantat sampai ujung kaki dihubungkan untuk
desain rest foot kursi belajar ataupun makan, dan fasilitas duduk
lainnya.
Gambar 2.8. Tinggi meja kerja posisi berdiri maksimum dan minimum dan panjang
permukaan meja kerja posisi berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar antropometri di atas digunakan sebagai acuan desain untuk
meja dan wastafel anak.
23
Gambar 2.9. Lebar minimum wastafel dan tinggi wastafel
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar 2.9. Lebar, panjang, dan tinggi minimum WC anak
Sumber: https://www.alibaba.com
Acuan
antropometri
untuk
desain
toilet
khusus
anak
dapat
menggunakan ukuran standar pada gambar di atas.
Gambar 2.10. Lebar tangan, tinggi tangan dan poros tangan ; lebar dan panjang serta
lebar telapak kaki
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Antropometri gambar di atas untuk mendesain hand rail untuk anak
ataupun genggaman mainan yang disesuaikan pada furnitur, lalu untuk
telapak kaki dapat dihubungkan dengan foot steps dan desain lemari
sepatu untuk anak.
24
Gambar 2.11. Tinggi kenop pintu dan jarak melihat tinggi objek
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar 2.12. Rak penyimpanan buku
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
Gambar 2.13. Ilustrasi kursi anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
25
TABEL II.1. Ilustrasi kursi anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
A
B
C
D
E
Tinggi kursi
Tinggi kaki kursi
Lebar kursi
Kedalaman kursi
Tinggi sandaarn kursi
3.
Dimensi Standar
(cm)
55-60
25
23,75
32,25
30-35,5
Gambar 2.14. Sudut lipatan lutut 900 pada saat anak duduk
Sumber : TableChairHeightGuide.pdf
Sudut lipatan 90o pada lutut merupakan sudut terbaik anak pada saat
duduk. Kursi yang ideal pun memiliki dudukan kursi yang luasnya ideal
untuk anak, tidak terlalu kecil , terlalu besar atau terlalu tinggi
(sehingga kaki menggantung). Sama halnya dengan meja anak. Meja
yang tidak sesuai akan menyulitkan aktivitas anak dan membentuk
postur tubuh yang salah.
Tabel II.2. Panduan standar ketinggian kursi pada anak sesuai dengan umurnya
Sumber : TableChairHeightGuide.pdf
26
Tabel II.3. Panduan standar ketinggian meja anak disesuaikan dengan ketinggian
kursi
Sumber : TableChairHeightGuide.pdf
Gambar 2.15. Ukuran kursi dan meja sesuai tahapan usia anak
Sumber : www.espocatalogue.org
27
Gambar 2.16. Ilustrasi meja anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.4. Ilustrasi meja anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
A1
B
B1
C
D
Jarak keseluruhan
Area meja anak
Panjang 1 meja 2 anak
Panjang 1 meja 1 anak
Lebar anak saat duduk
Jarak kursi anak dengan anak
Standar (cm)
162,5 – 167,5
62,5 – 67,3
85
42,5
20-25
7-10
E
F
G
H
I
berdiri/ berjalan
Lebar anak berdiri / berjalan
Tinggi meja
Jarak meja dengan kaki anak
Kedalaman kursi
Tinggi kaki kursi
30,5
45
6-10
40-42,5
25
28
Gambar 2.17. Ilustrasi jarak anak sedang duduk dengan anak berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.5. Ilustrasi jarak anak sedang duduk dengan anak berdiri
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
B
C
D
Panjang 1 meja 1 anak
Lebar anak saat duduk
Lebar anak berdiri / berjalan
Lebar anak berdiri pada lemari /
Standar (cm)
162,5 – 167,5
62,5 – 67,3
85
42,5
E
F
rak
Lebar lemari/ rak
Tinggi lemari / rak
20-25
7-10
Gambar 2.18. Ilustrasi jarak 2 anak duduk dan 2 anak berdiri
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.6. Ilustrasi jarak 2 anak duduk dan 2 anak berdiri
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
Jarak 2 anak duduk dan 2 anak
Standar (cm)
151 – 156,5
B
C
D
berdiri/ berjalan
Jarak 2 anak saat duduk
Lebar 2 anak berdiri / berjalan
Tinggi meja
80- 85,5
71
45
29
Gambar 2.19. Ilustrasi Rak Anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.7. Ilustrasi Rak Anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
A
B
Lebar rak
Lebar anak saat mengambil barang
Standar (cm)
30,5-40
40-80
C
D
E
F
di rak
Panjang rak
Tinggi rak maksimum
Tinggi rak – unit atas
Tinggi per unit
4.
122
76,2- 152,4
114-122
30,5
Gambar 2.20. Ilustrasi area meja anak
Digambar ulang berdasarkan: Ruth, Linda Cain. 2000. Desain Standards for
Children’s Environments
TABEL II.8. Ilustrasi area meja anak
Sumber: Ruth(2000)
Variabel
Nama Variabel
Dimensi
30
A
B
C
D
E
F
G
Jarak 2 anak saat duduk
Lebar siku maksimum anak
Lebar pundak anak
Lebar siku maksimum anak
Panjang meja untuk 2 anak
Lebar 1 meja 1 anak
Lebar 1 meja 2 anak
Standar (cm)
80-85,5
10
35,25-40
10
100,5-110
42,5
85
2.4. Studi Lapangan
2.4.1. Puspa Sehat Jatinangor
Puspa sehat Jatinangor merupakan tempat penitipan anak yang
dibangun untuk memenuhi fasilitas penelitian Universitas
Padjadjaran, Fakultas keperawatan. Puspa sehat beralamat di
jalan raya Bandung Sumedang KM.21 Jatinangor Sumedang.
31
Gambar 2.21.
Tampat Depan Puspa Sehat Jatinangor
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Puspa sehat jatinangor menggunakan desain yang standar
dengan beberapa sentuhan modern minimalis.
Gambar 2.22.
Ruang tamu dan ruang administrasi (Sumber : Dokumentasi
Pribadi)
Pada saat masuk menuju ruangan pertama yaitu ruang tamu
dan ruang administrasi, terdapat sebuah sofa yang menutupi
ruang administrasi, sofa tersebut membuat sirkulasi menjadi
sempit untuk akses admin kedalam ruangannya.
Tabel 2.1. Kegiatan Harian Puspa Sehat
07 : 30 – 08 : 00
Penyambutan
08 : 00 – 08 : 30
Sarapan Pagi
08 : 30 – 09 : 00
09 : 00 – 09 : 30
Kegiatan Outdoor
Kegiatan Terstruktur
09 : 30 – 10 : 00
Permainan Motorik halus
32
10 : 00 – 10 : 30
Makan Buah / Jus
10 : 30 – 11 : 00
Belajar Menyanyi
11 : 00 – 12 : 00
Permainan Motorik Kasar
12 : 00 – 12 : 30
12 : 30 – 13 : 00
13 : 00 – 14 : 30
Makan Siang
Persiapan Tidur ; Ganti Pampers ;
Berdoa
Tidur Siang
14 : 30 – 15 : 30
Mandi
15 : 30 – 16 : 00
Persiapan Pulang
Kegiatan Harian Puspa Sehat meliputi baca doa dan surat
pendek, belajar membaca, belajar mengenal huruf dan angka
pada hari senin, selasa dan rabu. Sedangkan pada hari kamis
diadakan olahraga bersama di tempat lapangan sepak bola
unpad, pada hari jumatnya ada pijat bayi dan latihan untuk
meremas dan menyobek.
33
Gambar
2.23.
Ruang Administrasi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.24.
Ruang tidur bayi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
34
Fasilitas pada Tempat Penitipan Anak Puspa Jatinangor ini memiliki
fasilitas tempat bermain anak, ruang kelas PAUD, tempat tidur bayi
dan Musholla sebagai tempat beribadah Pegawai, dapur,pantry mini
dan kamar mandi anak.
Gambar 2.25.
Kamar mandi Anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
35
Gambar 2.26.
Taman Bermain Anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.27.
Dapur Umum (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.28.
Ruang Belajar Dini (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.29.
36
Ruang Tidur Anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Ruang Tidur Anak ini berada di lantai dua gedung TPA,
Mereka tidur secara bersama sama dengan kasur lantai.
Untuk ruang tidur anak ini biasanya ditempati oleh
anak PAUD usia sekitar 5-6 Tahun.
2.4.2. Kids Potensia Bandung
37
Kidz Potentia merupakan Preschool dan Daycare yang
berlokasi di jl. Terusan Sutami II no 19A Bandung, dekat
Setrasari
Plaza.
Learning, Multiple
Pendekatan kami
Intelligence, Moving
adalah
Class
Active
serta
Character Education (akhlak mulia / noble character).
Gambar 2.30.
Gedung depan Kid Potensia (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
Fasilitas Kidz Potentia diantaranya Gym yaitu ruang bermain
indoor yang dilengkapi dengan kolam bola, flying fox,
trampolin dan alat2 bermain lain. Fasilitas outdoor terdiri
dari Playground Pasir, yang terdiri dari area pasir, ayunan serta
titian keseimbangan.
38
Tabel Jadwal kegiatan di Kids Potensia Bandung
Tabel Jadwal Kegiatan Anak Pra Sekolah
Gambar2.31.
Gym dan tempat bermain anak (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
(Sumber : https://kidzpotentia.wordpress.com/)
Tabel Jadwal Kegiatan Kids Potensia
39
(Sumber : https://kidzpotentia.wordpress.com/)
Gambar 2.33.
Kegiatan Bermain air (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
40
Gambar 2.34.
Denah Lokasi Kids Potensia (Sumber :
https://kidzpotentia.wordpress.com/)
2.5. Literatur Konsep
Konsep
perancangan
Ruangan
akan
dikombinasikan
dengan pendidikan kristen mengenai cerita Alkitab, seperti
menggunakan cerita Nabi Nuh untuk melatih anak mengenal
jenis-jenis hewan. Maka dapat diartikan desain ruangan akan
menjadi ruang yang berbeda (Tematik). Penggunaan material pun
harus disesuaikan bagi anak-anak dengan menggunakan bahan
yang soft dan mengurangi penggunaan sudut lancip pada
furniture. Contohnya adalah busa warna dan beberapa material
kayu yang dibubut halus.
41
KRISTEN
DAYCARE
ALKITA
B
2 TIMOTIUS
3:16
CERITA
NABI
IIMAGODEI
ANAK - ANAK
DALAM KELUARGA
KASIH DAN
KESEDERHANAAN
JATI DIRI
Bagan 3.8 Mind Mapping Konsep
(sumber : Dokumen Pribadi)
Dari mind maping di atas dapat dijabarkan bahwa konsep
yang di ambil berdasarkan iman kristen. Iman kristen yang
dimaksud adalah mengenai kitab injil yang merupakan perkataan
dari Allah sendiri terhadap manusia melalui cerita-cerita para
nabi, sejarah, puji-pujian, dan nubuat dari Yesus sendiri. Dari
beberapa isi alkitab tersebut penulis mengambil sebuah ayat inti
untuk digunakan sebagai konsep pengajaran bagi anak-anak yaitu
dari ayat “2 Timotius 3:16” yang berisikan “Segala tulisan yang
di ilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran” dari kutipan ayat ini, penulis
42
dapat menggunakannya untuk pengaplikasian di tempat penitipan
anak Kristen di Bandung.
Sebagai pengajaran yang dimaksudkan pada ayat timotius
tersebut maka penulis mengambil bagian cerita-cerita nabi yang
disesuaikan untuk anak-anak umur dua hingga enam tahun.
Cerita tersebut yaitu, cerita nabi Nuh, Cerita Adam dan Hawa
(penciptaan), dan terakhir cerita nabi Yunus. Dari cerita tersebut
akan disaring kembali menjadi solusi yang kompleks yaitu
intisari akan kebenaran dan kekuasaan Allah bagi dunia ini.
Kebenaran ini dapat diambil dari nilai khas kristiani yang
menjadi dasarnya yaitu Kasih dan Kesederhanaan. Nilai kasih
dapat dijabarkan kedalam 9 buah roh (Galatia 5:22-23) : kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan
,kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Sedangkan
kesederhanaan dapat diartikan sebagai pembebasan segala ikatan
yang
tidak
di
perlukan.
Berbeda
dengan
kemiskinan,
kesederhanaan merupakan suatu pilihan, keputusan untuk
menjalani hidup yang berfokus pada apa yang benar-benar berarti
(Al-Muhasibi, 2006).
Dari prinsip-prinsip di atas maka sistem desain dan sistem
pengasuhan akan memberikan dampak kepribadian “Imago Dei”
yang sejati.
43
BAB 3
DESKRIPSI DAN PROGRAM PERANCANGAN TEMPAT PENITIPAN
ANAK KRISTIANI
3.1 Deskripsi Proyek
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, maka akan dibuat sebuah
proyek perancangan desain interior :
44
Judul Proyek
: Tempat Penitipan Anak
Lokasi
: Jalan L. L RE Martadinata No.47, Riau, Bandung.
Luas Bangunan Perancangan : ± 2812 m2
Perancangan Tempat Penitipan Anak sendiri ditujukan untuk menampung
banyaknya kebutuhan orang tua dalam hal pengasuhan anak yang memiliki
prinsip-prinsip kristiani.
Adapun fungsi-fungsi yang dimiliki Tempat Penitipan Anak ini, yaitu :
1. Sebagai sarana tempat penyedia pelayanan asuh terhadap anak
berusia 2 tahun hingga 6 tahun, dengan memberikan stimulasi
atau pengasuhan yang belum dapat diberikan oleh orang tua.
2. Memberikan pelayanan pendidikan kristiani dan pemeriksaan
kesehatan
secara
berkala
untuk
memenuhi
seluruh
perkembangan yang dibutuhkan oleh sang anak.
3.2 Deskripsi Site
1. Nama : The Secret Factory Outlet
2. Lokasi : Jalan L. L RE Martadinata No.47, Riau, Bandung, Jawa Barat
3. Fungsi : Factory Outlet
Tinjauan lokasi akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu makro serta mikro.
3.2.1
Analisa Tapak (Site Analisys)
45
Gambar 3.1 Fasad The Secret Factory Outlet
(sumber : Dokumen Pribadi)
Bangunan perancangan yang akan dipilih adalah The Sercret
Factory Outlet, Bandung yang terletak di Jalan L. L RE Martadinata
No.47, Riau, Bandung, Jawa Barat. Secret terletak di tempat yang
sangat strategis, karena Jalan Riau merupakan salah satu jalan utama /
jalan protocol di Bandung yang memiliki banyak tempat rekreasi,
seperti rumah makan, café, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan lain
sebagainya. Lokasi Jalan Riau pun menjadi terkenal dan dianggap
sebagai daerah yang penting. Selain banyak tempat hiburan, lokasi ini
dekat dengan tempat pendidikan sekolah, mulai dari taman kanakkanak, sampai sekolah menengah ke atas. Jalan yang panjang dan
memiliki penghijauan cukup baik, membuat Jalan Riau menjadi salah
satu jalan besar yang mudah untuk diakses serta dianggap daerah yang
strategis untuk berinvestasi dalam menjalankan bisnis.
Berikut ini merupakan batasan site dari The Secret Factory Outlet :
1. Batas Timur : Rumah makan Riung Sari.
2. Batas Barat : Rumah penduduk.
46
3. Batas Utara : Rumah Komandan AD.
4. Batas Selatan : Rumah sakit khusus gigi dan mulut.
Ada beberapa kriteria dalam pemilihan site, yaitu :
1. Berada di daerah yang strategis dan sibuk sehingga banyak
aktivitas yang terdapat di daerah Riau.
2. Ada di tengah kota Bandung dan dekat dengan bangunanbangunan besar publik lainnya, seperti mall, hotel, swalayan,
sekolah, pusat perbelanjaan, café.
3. Akses yang mudah dijangkau dengan banyaknya jalan di
daerah sekitar site.
4. Site memiliki ruang terbuka bagi kebutuhan kesehatan sang
anak dalam bermain outdoor.
47
Aspek
Data Eksisting
Lokasi
The Secret Factory
Potensi
Berpotensi
Outlet, Jalan L. L RE
lokasi Baby Daycare
yang dapat menarik
Martadinata
Kristen,
kaerna
perhatian
Riau, Bandung, Jawa
maerupakan
tempat
letaknya yang mudah
Barat.
yang strategis untuk
dilihat dan terletak di
tempat rekreasi.
samping jalan raya
No.47,
Kendala
Keputusan
sebagai
Gambar
Merancang
design
karena
(Fasad The Secret Factory
Outlet)
Ruangan yang besar
tanpa banyak kolom.
Pencahayaan
Matahari
terbit
sebelah
di
kanan
Cahaya
matahari
yang
Walaupun
masuk ke dalam pada
cahaya
bangunan ke bagian
bagian
yang
kiri, sehingga sinar
bangunan
matahari
membuat
ruangan
belakang
bangunan
yang
memiliki
skylight
belakang
alami
masuk
Mendesain
ruangan
dengan
(Pencahayaan
memanfaatkan
bangunan
ruangan perlu di
pencahayaan
kesan yang hangat dan
bantu
sehingga lebih hemat
alami
pencahayaan
dan
buatan
kesan alami pada area
Cahaya
memberikan
ada
bagi
pada
belakang
museum.
bagian
dapat
menjadi terang pada
dimanfaatkan
dengan
siang hari.
zoning dan blocking yang
dengan
untuk
memberikan
alami
pada
kebanyakan
dari cahaya buatan)
memberikan
café dan pameran.
kenyamanan.
tepat.
Penghawaan
Penghawaan
bangunan
karena
bangunan
tertutup
dalam
Tidak
banyak
Merancang bangunan
kurang
angin luar yang
dan
merupakan
dapat masuk ke
penghawaan
dalam
seperti kipas dan AC
yang
dengan
museum
kecuali
bagian
memanfaatkan
untuk
belakang
penghawaan
arah, kecuali bagian
bangunan,
belakang bangunan.
harus
banyak.
memanfaatkan
memanfaatkan
yang
(
Penghawaan
ruangan)
membantu
dinding dari segala
dan
buatan
tidak
alami
terlalu
Dan
48
dalam
3.2.2 Analisa Bangunan
Di dalam The Secret Factory Outlet, terdapat beberapa ruangan,
diantaranya adalah area retail, satpam, mushola, wc, serta area staff.
Bangunan ini cenderung tertutup, tetapi memiliki sedikit bukaan dari
bagian belakang bangunan yang memiliki skylight dan juga vegetasi serta
kolam buatan di dalam ruangan. Karena tertutup, penghawaan di dalam
ruangan pun sangat kurang, kecuali bagian belakang.
Terdapat 2 lantai di dalam bangunan ini. Lantai pertama sangat
luas, sehingga sirkulasi sangat baik. Ruangan yang ada di lantai 1 adalah
area retail, satpam, wc, dan mushola. Sedangkan untuk lantai 2 (hanya
bagian belakang bangunan), digunakan untuk area retail. Karena berada di
bagian belakang bangunan, maka pencahayaan disini cukup baik. Lantai
kedua ini dapat dijadikan ruang olahraga dan tempat pijat bayi, sedangkan
lantai 1 menjadi sepenuhnya area untuk memfasilitasi kebutuhan anak.
Aspek
Data Eksisting
Tangga
Memiliki
Fasad
1
Potensi
lokasi
Jumlah
Kendala
tangga
Keputusan
dapat
Dapat
didesain
tyangga yang dapoat
merngarahkan user ke
sebagai
dimanfaatkan
tempat tertentu
pendukung
bagian
inti
bangunnan.
Bangunan tertutup
Fasad
bangunan
Memiliki
menghadap
kea
jendela
vertical
dari
tertutup
bawah
sampai
atas
depan, membuat
menjadi “bangunan
(fasad The Secret Factory
tidak
tertutup
Outlet)
timur
rah
beberapa
Gambar
dinding
bangunan
Bangunan
dari
ada
dapat
dirancang
tetapi
sehingga cahaya pun
penghawaan
terbuka” pada saat
dapat masuk.
yang masuk ke
yang sama.
dalam ruangan.
49
Jendela
Memiliki
sedikit
Memaksimalkan cahaya
Memposisikan
sehingga
dan penghawaan buatan
zoning yang tepat
masuknya cahaya dan
seperti AC dan vegetasi
untuk area dengan
udara sangat minim.
buatan dalam ruang.
aktivitas tinggi agar
jendela
(banguan
yang
tertutup
mendapatkan
sehingga cahaya dan udara
cahaya
dan
minim dalam ruangan)
penghawaan
yang
tepat.
Kolom
Memiliki ukuran kolom
Terdapat banyak kolom
Banyaknya kolom,
yang teratur.
di
besar
tengah-tengah
dapat
bangunan, tetapi bentuk
dijadikan sekat dan
kolom
ditutup
yang
simetris
memudahkannya untuk
mengolahnya
dengan
partisi kaca.
menjadi
suatu desain.
3.3 Analisa Pengguna
3.3.1
Identifikasi User
1. Orang tua / Konsumen
Merupakan konsumen untuk memberikan kepercayaan secara
penuh kepada pengasuh terhadap anaknya.
2. Staff pengasuh
50
Merupakan pengurus pelayanan jasa pengasuhan, bagi orang
tua yang tidak dapat memberikan pelayanan asuh secara penuh
atau sebagian.
3. Administrasi
Staff yang melakukan pekerjaannya secara khusus mengurusi
administrasi keuangan.
4. Pengelola
Beberapa orang yang bertugas untuk mengelola (mengatur)
tentang semua kegiatan yang akan dan berlangsung di dalam
Tempat Penitipan Anak.
5. Pendeta
Sebagai seorang penyedia layanan pengetahuan alkitab dan
memberikan pembelajaran bagi staff dan pengelola untuk
saling melengkapi keimanan.
6. Dokter Spesialis Anak
Sebagai seorang penyedia layanan kesehatan dan pengobatan
bagi anak usia dini di dalam Tempat Penitipan Anak.
3.3.2
Struktur Organisasi
Pemilik
General
Manager
Pendeta
Admin
Staff OB
staff
pengasuh
51
Bagan 3.2 Struktur Organisasi
(sumber : Dokumen Pribadi)
3.3.3
Job Description
1. Pemilik
a. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber
pendapatan
serta
pembelanjaan
dan
kekayaan
perusahaan.
b. Mengambil berbagai macam keputusan.
c. .Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam
hubungannya dengan dunia luar.
d. Mengendalikan uang pendapatan.
52
e. Memimpin seluruh staff dan manager.
f. Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi
(umumnya bekerja sama dengan CEO maupun MD).
g. Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan
pelaksanaan tata-tertib; keadilan
bagi
semua
untuk
dan kesempatan
berkontribusi
secara
tepat;
menyesuaikan alokasi waktu per item masalah;
menentukan urutan agenda; mengarahkan diskusi ke
arah konsensus; menjelaskan dan menyimpulkan
tindakan dan kebijakan.
2. Manager
a. Membuat,
konsep
merumuskan,
dan
menyusun,
menetapkan
umum
perusahaan,
rencana
mengarahkan dan memberikan kebijakan/keputusan
atas segala rancang bangun dan implementasi
perusahaan ke arah pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan.
b. Mengarahkan karyawan untuk meningkatkan seluruh
sumber
daya
yang
ada
secara
optimal
bagi
kepentingan perusahaan.
c. Mengatur seluruh sistem manajemen dan perumusan
peraturan,
kebijakan
dan
prosedur-prosedur
53
manajerial
bagi
perkembangan
dan
kemajuan
perusahaan.
d. Memberikan kemampuan profesional secara optimal
bagi kepentingan perusahaan.
e. Membantu Pemilik untuk melakukan pengawasan dan
pengendalian atas seluruh kinerja perusahaan.
f. Menciptakan suasana tenang, damai, dan energik
terhadap seluruh aktivitas.
g. Mengarahkan seluruh karyawan untuk bekerja
secara profesional, efisien, dan efektif.
h. Membantu Pemilik dalam mengadakan pengawasan
terhadap seluruh kinerja departemen / divisi.
i. Merealisasikan dan melaksanakan rencana serta
prosedur-prosedur
yang
diterapkan
melalui
pendelegasian wewenang dan perumusan peraturan,
kebijakan.
j. Membuat laporan kegi