HUKUM YANG MERUNTUHKAN NEGARA.docx hukum yang sebenarnya
1
HUKUM YANG MERUNTUHKAN NEGARA.
Dr. Agus Pandoman, SH, Mkn*1
Keruntuhan monumental yang ditinggalkan oleh negara-negara kerajaan di Pulau Jawa
masa silam itu mencengkeram kita dengan daya tarik romantis. Kita terkagum-kagum sewaktu
mengikuti pelajaran di sekolah dasar, bahwa nenek moyangku bangsa pelaut, gagah berani ,
sopan santun, adap asor, gotong royong. Terasa sekali waktu kecil itu rasa bangga pada masa
silam karena terdapat ke- agungan dalam diri nenek moyang kita,yang lahir dan hidup di bumi
nusantara.
Sewaktu kita dewasa , kita berada dalam Negara Republik Indonesia, dan nuansa itu
digambarkan dalam bentuk filosofi bangsa kita yaitu Pancasila, yang juga diharuskan oleh
Negara ini untuk mempelajari nya, bahwa kita adalah Bangsa Indonesia adalah orang yang
keberadaanya memiliki jiwa Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab ,
Persatuan Indonesia , Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan/ perwakilan dan
memiliki jiwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. itulah sebagai “ orang Indonesia “.
Namun artefak filosofis itu menopang dan sekaligus mendera bangsa ini bagaimana jika
keagungan dalam diri manusia yang lahir dan hidup di Indonesia tidak memiliki hal-hal diatas ,
karena semua telah dilakukan dan di jalanai oleh rejim berkuasa , adalah masa silam yang
suram , datang di kemudian , ketika kita sudah dewasa, merasakan semua telah menjadi
monument keruntuhan rejim-rejim terdahulu , Raja-Raja dan Presiden Republik Indonesia
( Orde Lama dan Orde Baru )2 mereka telah membangun artefak-artefak kekuasaanya , kita
1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta.
2 Pecahnya kerajaan Besar Pertama Kerajaan Daha (Prasasti Pamwatan 1042 - Raja Parabu
Dharma Wangsa,Prabu Airlangga), pada bulan nopember 1044 , pecah menjadi dua ( prasasti
Mahaksobya 1289 ) , lahir negara baru Kerajaan Jenggala dan Panjalu ( kerajaan sebelah barat dan
Timur ) batas wilayahnya sungai Lamong sebelah selatan Gresik.Tahun 1194-1222 berdiri Negara
Kerajaan Kediri ( Raja Kertajaya ) , Tahun 1227 Berdiri Negara Singasari ( Raja Rajasa ) , terjadi
peperangan Singasari tahun 1266 -1282 ( Raja Kertanegara wafat ) , Berdiri Dinasti Kerajaan Kediri
Raya tahun 1292 – 1293 ( Raja Jaya Kartawang ). Pada tahun 1294 -1309 Lahir Negara Baru Kerajaan
Majapahit ( Raden Wijaya s/d Raja Hayam Wuruk & Patih Gajah Mada ) - Pada Tahun 1478 , Negara
Kerajaan Pajaphit Runtuh , dengan raja terakhir , Bhere Kertabumi ( 1474 -1478 ) sebagai raja ke - 11
. Lahir Negara Baru pada Tahun 1478 Berdiri Kerajaan Demak ( Raja Raden Patah ) , Majapahit betubetul musnah ketika diserang oleh Kerajaan Demak pada Tahun 1517. Kerajaan Demak pada tahun
1546 Runtuh , dan kemudian berdiri Negara Baru , Kesultanan Pajang ( Sultan Hadiwijaya 1568-1582 ),
berdiri Negara Mataram Islam (1584 -1601 ), pada tanggal 13 Februari tahun 1757, Kerajaan Mataram
runtuh , menjadi dua berdasarkan perjanjian Giayanti, berdiri Negara Baru yaitu Kesultanan
Yogyakarta . Sementara Kerajaan Matarm sendiri beribukota di Surakarta, sedangkan Negara Baru
ibukotanya di Yogya. Pada tanggal 17 Maret 1757 Kerajaan Mataram pun dipecah lagi menjadi Keraton
Surakarta dan Keraton Mangkunegoro. Selanjutnya pada tanggal 28 Desember 1811 , Kerajaan
Yogyakarta mengalami penyusutan wilayah dibagi dua dengan Pura Paku Alaman. Pada Tanggal 17
Agustus 1945 , berdiri Negara besar Republik Indonesia, Runtuhnya rezim Soekarno tahun 1965, dan
Runtuhnya Rezim Soeharto tahun 1998. ( lihat Megadaru W. Kawuriyan , Tata Pemerintahan Negara
Kertagama , 2006,Panji Pustaka , 131. Dan lihat juga Muhamad Muhlisin , Kudeta Majapahit , 2017 ,
2
merasakan langsung peninggalan itu dalam agenda melancong ; Borobudur, Candi Prambanan,
Monas , Monumen Yogya Kembali. Lubang Buaya. Keraton-Keraton, Kereta Kencana, situs
majapahit dan lain-lain. Kita tertarik pada keindahan reruntuhan atau bangunan monument,
yang seringkali spektakuler dan mencekam, beserta misteri-misteri yang mereka hadirkan .
Apakah keberadaan kita sekarang, adalah bagian dari runtuhan-runtuhan itu dan yang tersisa
hanyalah monument-monumen kejayaan Negara masa silam yang masih terselubung rimba,
ditengah pemukiman manusia pedesaan . Padahal dulu tempat-tempat itu merupakan situs-situs
peradaban Negara yang paling maju di Asia, dengan naskah-naskah tertulis panjang yang telah
berhasil dibaca3. Bagaimana bisa Negara-negara itu runtuh, musnah , padahal kehidupan ibukota
dan warga Negara kerajaan itu bisa menyokong masyarakat perkotaan didaerah-daerah yang kini
hanya ditinggali segilintir petani yang susah payah bertahan hidup.
Monument-monumen dan runtuhan kerajaan majapahit , reruntuhan candi , bangunanbangunan candi membuat kita terkesan bukan karena peninggalan arekeologi yang ber-aura
kecantikan dan penuh misteri , namun merupakan kehancuran perdaban , pusat perkotaan yang
lokasinya tidak lagi bernuansa ibu kota yang tertutupi rumah-rumah bangunan para bangsawan ,
seperti layaknya ibu kota Negara. Kehancuran ibukota Majapahit, ibukota kerajaan Demak ,
ibukota Kerajaan Mataram, ibukota kerajaan Kediri , Kerajaan Singasari, Kerajaan Daha,
sebagian besar situs-situs kerajaan itu dapat dikatakan bukan sebuah Negara dan bukan
pemerintahan yang memiliki keagungan dan entitas politik tanpa wujud jelas .
Entitas politik Negara kerajaan Majapahit yang waktu itu membentang dari yang kini
merupakan wilayah propinsi Jawa Timur membentang sampai :
-
-
-
Sumatera - meliputi ; Jambi, Palembang,Dharmasaraya, Kandis, Kahwas, Siak , Rokan
Mandailing , Panai, Kampe, Haru , Tamiang, Perlak, Samudra, Lamuri, Barus, Batan,
Lampung.
Kalimantan ( Tanjung Pura ) – meliputi ; Kapuas, Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota
Waringin, Sambas, Lawai, Kandngan, Singkawang, Tirem, Landa, Sedu, Barune,
Sukadana, Seludung, Selot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjung Kutei, Malano.
Semenanjung tanah melayu ( Hujung Medini ) meliputi ; Pahang, Langkasuka, Kelantan,
Saiwang, Nagor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang, Kedah, Jerai
Daerah Sebelah Timur pulau Jawa meliputi ; Bali, Badahulu, Lo Gajah, Gurun, Sukun
Taliwung, Dompo, Sapi, Gunung Api, Seram, hutan Kadali, Sasak, Bantayan, Luwuk,
Makasar, Buton, Banggawi,Kunir, Galian, Salayar, Sumba, Muar ( Saparua), Solor, Bima,
Wandan (Banda), Ambon, atau Maluku, Wanin ,Seran ,Timor4.
Araska Yogyakarta )
3 Kisah pembangunan Majapahit banyak diuraikan dalam Pararaton,Kindung Panji
Wijayakrama, dan Harsa Wijaya. Semuanya bersumber dari Piagam Kudadu ( lihat
Muhammaad Muhlisin, Kudeta Majapahit )
4 Slamet Mulyana , Menuju Puncak Kemegahan ( Sejarah Majapahit ) , 2005, LKis, halm161162
3
Wilayah itu lebih luas dari negara Republik Indonesia sekarang ini , menyiratkan
pengalaman masalah yang lebih besar dari negara masa silam, pada sisi skala wilayah dan
sikap pengelola negaranya yang melibatkan kerusakan yang disebabkan oleh manusia pada
sistem hukum yang dibuatnya. Kerusakan tragis dari sistem hukum merupakan akibat tragis
yang tidak terduga dan tidak disengaja dari upaya-upaya pengelolaan pemerintahan terbaik
mereka, sulit bagi para elite menahan diri dalam memanen sumber kekuasaan bersama ,
yang menjadi tragedi perebutan kekuasaan terhadap Negara , bukan karena bodoh dan
primitive , masyarakat yang menjadi penduduk di Negara itu , tergolong masyarakat yang
paling kreatif paling maju dan berhasil pada jamannya .
Ibukota negaranya luar biasa, mengembangkan inovasi , efisiensi dan ketrampilan
arsitektur , sensasi itulah yang masih dirasakan oleh para wisatawan yang terpikat kereruntuhan
kerajaan Majapahit , yang sekarang ini hanya berpenghuni para petani papa , ditengah hiruk
pikuk kota modern , namun dari mana petani itu datang dan kemana para bangsawan itu hilang ,
dan apa yang menyebabkan hancur. Segala kontruksi dan arsitektur istana Negara , patung
lukisan, segala seni yang memperindah kehidupan kota Majapahit, atau kota-kota Kerajaan lain
di pulau jawa ( Mataram Hindu Singasari, Kediri, dan kerajaan-kerajaan Islam Demak dan
Mataram ) yang dahulu mekar dan indah yang sekarang berada di desa-desa sunyi di pulau
Jawa, lenyap bersama dengan orator kerajaan, prajurit, dan raja-rajanya , dimana kecantikan,
ambisi dan kejayaan pernah meraih masa ke emasan dalam prikehidupan yang gemah rimpah
loh jinawi , kini telah tiada dan kita hanya tahu bahwa hal-hal itu pernah ada , dan hanya
berkisah tentang keberadaan mereka dahulu.
Semua reruntuhan kerajaan, lenyap bersama istana negaranya seperti Negara kerajaan
Demak , peninggalan hanya berupa masjid agung Demak , dan hanya kita tahu itu di Demak,
dimana ia dahulu berada, dan sekarang menjadi wilayah propinsi Jawa tengah . Reruntuhan
majapahit adalah kondisi yang masih dikenali oleh arkeolog abad ini dari temuanya, diketahui
bahwa disini terbentang sisa-sisa kejayaan Negara , sebuah bangsa yang beradab, berbudaya dan
memiliki hukum yang ditulis sebagai tata atruan kehidupan bernegara yang telah melalui tahapan
kehidupan bernegara dan berbangsa , yang berkenanan dengan hidup dan jatuh bangunnya
pemerintahan , mencapai masa ke emasan bernegara, namun se -iring perjalanan waktu lantas
negara ini lenyap.
Wisata observasi saya menjelajahi situs bekas ibu kota Negara Majapahit ,yang
sekelilingnya dihuni oleh orang-orang desa dimana puing-puing , kanal-kanal dan garis lengkung
pondasi dibawahnya ditanam batu kokoh penyanggah tiang kerajaan yang runtuh , kemanapun
saya bergerak melihat bukti selera arsitektur elite kerajaan , keahlian arsitektur mereka dalam
sistem pengairan irigrasi semua menunjukan seperti khayalan angan saya , disini bangsawanbangsawan berkostum khas kerajaan membayangkan mereka akhli dalam bidang hukum
administrasi Negara dan tata kelola ekonomi yang dari sini sebagai pusat kota menghidupi
keseluruhan wilayah Negara dibangun infrastruktur yang harmoni.
4
Bukankah ini karena keegoisan yang buta yang disadari dan keliru secara moral menerapkan
sistem hukum dalam mengelola negaranya sehingga mengalami keruntuhan.
Ditempat ini puing kerajaan hanyalah selimut belantara, yang sedang digali untuk
merekonstruksi romansah sejarah Negara besar yang pernah jaya di pulau jawa ini, tak ada yang
pernah membuat saya terkesan dari pada kota yang dahulu agung dan indah ,namun kini
hanyalah sederetan tumpukan bata-bata yang dahulu menjulang tanpa batas terhempas masa ,
hancur , hilang , ditelan pohon-pohon dan semak-semak tanpa komunitas tanpa pemukim dan
bahkan tanpa nama.
Strata masyarakat di kerajaan Majapahit adalah Raja , bangsawan-bangsawan kerajaan,
prajurit satria , beserta seluruh keturunannya yang dahulu dikenal sebagai komunitas elite
politik Negara , adalah cahaya keagungan kerajaan sebagai jenis manusia yang jatuh dari
“taman firdaus “ , yang setibanya perjalanan di bumi , membangun Negara besar ,
dihadapkan pada alam yang memiliki daya dukung dan harmoni yang sempurna ; dibuatnya
sistem sosial, diantaranya pengelompokan masyarakat , yaitu bangsawan (wong gede atau dalam
litertur disebut priyayi ) dan rakyat jelata wong cilik /kawula alit 5, sistem hukum , prilaku
bernegara bagi penduduknya baik itu warga Negara maupun bukan warga Negara , menjalin
hubungan sosial ekonomi dalam rajutan hajat hidup diseluruh aspek kehidupan Negara
sehingga keberadaannya mendukung lahirnya negara yang gemah ripah loh jinawi.
Pada zaman Negara kerajaan Majapahit , sebagai arus balik peradaban yang berlangsung
dari wilayah bawah angin di Selatan ke Atas Angin di utara 6, Rakyatnya bagai hidup dikapal
pesiar Titanik super mewah abad 17 , seperti apa yang ia riangkan , seperti kehidupan itulah
adanya . Identitas Rakyat sebagai warga Negara besar yang wilayah lautnya membentang
menguasai samudra raya sampai keujung cape town benua Afrika , yang secara budaya adalah
Negara maju di Asia Tenggara. Bahtera Negara ini dua ratus tahun kemudian, tenggelam
bersama dengan aspek kehidupan Negara , keruntuhannya adalah resiko bagi masyaraktmasyarakat kecil yang hidup dikoloni Majapahit.
Bangsa-bangsa yang hidup pada era kerajaan di Pulau Jawa, dari Kerajaan Kertanegara,
Singasari, Majapahit, Demak, Kesultanan Pajang, Kerajaan Mataram Islam masa lalu , bukanlah
pengelola Negara yang payah dan bodoh yang patut runtuh dan musnah, bukanlah oleh akhli
sejarah yang maha tahu yang bisa memecahkan masalah-masalah yang tidak bisa kita pecahkan
kini. Mereka manusia seperti kita ,menghadapi masalah masalah yang secara umum mirip
dengan yang kini kita hadapi . Mereka dapat berhasil maupun gagal tergantung keadaan , mirip
dengan yang membuat kita berhasil ataupun gagal kini dengan yang dihadapi bangsa-bangsa
silam, namun masih cukup ada kesamaan sehingga kita bisa belajar dari masa lalu7.
5 Muhamad Muhlisin, Kudeta Majapahit , dan Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Bumi
Jawa, 2017, Araska Yogyakarta, hal 11
6 Pramudya Ananta Toer, dipetik dari Muhamad Muhlisin , ibid hal 9
7 Jared Diamond , Collapse, 2005 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Darmang
Tyas Wulandari Pajar,2017, penerbit KPG,halm 13.
5
1) pertama sebagai makhluk secara biologis terdapat dua gender yaitu pria dan wanita ,
merupakan sumber reproduksi penerus generasi kehidupan selanjutnya
2) kedua memiliki ruang dan waktu , manusia berada pada ruang-ruang tertentu yang
ditempatinya membentuk negara dan penggalan-penggalan waktu untuk menjalani,
memprtahankan kehidupanya dalam putaran waktu siang dan malam.
3) ketiga tersedianya daya dukung kehidupan sebagai sumber daya alam seperti pohonpohonan, hewan-hewan dan mineral-mineral .
4) Ke empat , Cuaca , merupakan situasional yang diperlukan untuk menghidupkan
sumber daya alam yang dibutuhkan bagi sumber kekayaan.
5) Ke lima penciptaan kekayaan , sebagai upaya menguasai kehidupan dan sumber daya
alam yang diwujudkan dalam bentuk peradaban-peradaban dari ruang dan waktu tertentu,
yang ditulis oleh para pemenangnya yang disebut “sejarah”.
Kelima katagori itu adalah realita bahwa kerajaan-kerajaan itu memiliki hukum yang
mengatur kehidupan , yaitu sesuatu yang pasti , sesuatu yang adil dan sesuatu yang tertib, yang
dapat diterangkan sebagai berikut ;
1) Sesuatu yang pasti bahwa kehidupan adalah secara biologis ada ruang dan waktu
daya dukung kehidupan, situasi kondisi kehidupan negara , dan untuk
mempertahankan kehidupan bernegara diperlukan penciptaan kekayaan . Jadi
dengan demikian Jika negara ini kaya maka kehidupan rakyat akan sejahtera ,dan
negara akan mendistribusikan kekayaannya pada rakyat , secara adil.
2) Sesuatu yang adil, siapa yang bisa mengolah dan menguasai penciptaan kekayaan
ia adalah pemenang ia akan mendapatkan kekayaan melebihi yang terkalahkan,
sehingga si kaya akan menopang si miskin.
3) Sesuatu yang tertib, adalah pusat kekuasaanlah yang harus mengatur dan
menciptakan keamanan bagi rakyatnya, agar distribusi kebutuhan hidup terjamin
dapat tersalurkan pada rakyat,
Sebagai bentuk hukum yang dilahirkan oleh kekuasaan totalitarian , maka unsur pasti, adil dan
tertib , berada ditangan raja . Raja menorehkannya dalam bentuk peraturan perundangundangan, sebagai implementasi , kepastian , keadilan dan ketertiban . Sedangkan ciri norma
yang membedakannya ialah antara peraturan perundang-undangan dengan kepentingan negara
lebih diutamakan melindungi kekuasaan raja, dari pada kepentingan rakyatnya. Suksesi
kepala negara berbasis pada putaran waktu se- umur usia raja , tak dibatasi periodesisi
kekuasaan.
Pengelolaan asset negara merupakan kepemilikan bersama ditangan garis keturunan raja ,
sebagai sumber daya kekuasaan Negara pada rakyat nya. Prilaku-prilaku penghuni wilayah
kerajaan adalah penggunaan tata aturan perundang-undangan kerajaan melalui rute lingkaran
kekuasaan raja yang tersamarkan oleh fluktuasi kepentingan penguasa .
6
Sebagaimana dijelaskan dimuka, hukum adalah seuatu yang pasti, sesuatu yang adil, dan
seuatu yang tertib , implementasi dari sesuatu yang adil , sesuatu yang pasti dan sesuatu yang
tertib , dilakukan oleh raja adalah membuat peraturan perundang-undangan , nyaris dapat
dikatakan legislatornya adalah raja , tidak penting apakah dibuat oleh lembaga legislatf atau
perorangan , karena kedaulatan di tangan raja , maka raja dalam mempertahankan kekuasaanya
menstimulasi pandangan agamanya ( Hidu , Budha atau Islam ) tentang perbuatan atau
prilaku mana yang boleh atau tidak boleh , baik dan buruk, semua dituangkan dalam tata
aturan berbasis pandangan agamanya , dan rakyat memiliki kesempatan yang sama, sedangkan
norma-norma hanya memberikan petunjuk bagi kehidupan msyarakatnya yang mengikat baik
hari ini , esok dan kemarin.
Sistem hukum kerajaan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa dipengaruhi oleh filsafat kawula
gusti ,artinya hanya rakyat lah yang menerima keadilan , sedangkan kepastian dan ketertiban
ditentukan oleh kekuasaan raja , misalnya tentang pajak , yang pasti membayar pajak adalah
rakyat , sedangkan para bangsawan dan keturunan raja tidak pasti membayar pajak. Demikian
juga sebaliknya bila keturunan raja tidak pasti ditetapkan sebagai wajib pajak, artinya ia boleh
secara suka rela atau serelanya memenuhi kewajiban mengisi pundi-pundi negara. Rakyat yang
tidak membayar pajak , ber-arti ia telah mencederai keadilan , maka ketertiban harus dipulihkan
maka raja akan menjatuhkan hukuman untuk memulihkan ketertiban.
Pengaruh filosofi “ kawula –gusti , pada masyarakat di negara-negara kerajaan di pulau
Jawa , melahirkan legal opinion , bahwa kepastian , keadilan, dan ketertiban , hanyalah berada
dalam lingkaran kehidupan rakyat, sedangkan penguasa tidak termasuk , mereka berada pada
lingkaran kehidupan bebas nilai, bagi lingkaran ini sesuatu yang pasti , adil dan tertib , jika
rakyat terkondisikan sebagai ‘kawula”. Dengan demikian bentuk peraturan perundangundangan menjadi hukum yang kemarin ( until yesterday ), mungkin kemarin dari sejuta tahun
, mungkin dari dua puluh empat tahun, atau bulan atau hari bahkan mungkin juga dari dua puluh
empat jam yang lalu. Kemarin , membawa efek , ke kinian yang baru yang memiliki daya
dukung dan harmoni yang sempurna bagi “kawula- gusti ” . Misalnya “ kawula “…. telah ….
salah, sedangkan bagi”gusti” ( pangeran ) ……..belum salah….
Jika “Gusti “ telah ……salah , maka ia ( kerajaan ) runtuh , berhenti tidak ada hari esok ,
maka negara akan menghadapi “armageddon “ pertarungan hidup mati ,antara kebaikan dan
kejahatan ,dengan meninggalkan kesalahan dari tujuan yang salah ( go wrong from going wrong
),akibatnya bagi masyarakat kekurangan kebutuhan hidup , perang saudara , kerusuhan massa
diantara orang yang berjumlah terlalu banyak dengan memperebutkan sumberdaya yang terlalu
sedikit dan penggulingan elite pemerintahan oleh masa yang kecewa.
Pada akhirnya kekuasaan menurun dan masyarakatpun kehilangan sebagaian kompleksitas
politik, ekonomi dan budaya yang dikembangkan pada puncak kejayaanya.
7
Kesalahan pengelolaan Negara adalah kondisi manusiawi dan bukan apa adanya menjadi
persoalan hukum , yang menjatuhkan keabsahaan tindakan dalam perang armagedon , kebaikan
dan kejahatan , oleh sebab penciptaan dari prilaku yang terkontaminasi dari penguasaan
kekayaan dan penguasa ( kawula-gusti ) , siapa yang menciptakaan kejahatan dan kebaikan
adalah siapa yang berperan menegakan hukumnya go wrong from going wrong , adalah siapasipa yang telah menyuntikan kebaikan dan kejahatan dalam kehidupan negara dari apa –apa yang
ia perbuat dalam mempertahankan dan mendapatkan kekayaan 8
Distribusi kekayaan yang di atur oleh sang Raja sebagai kepala Negara bukanlah semata
pemberian yang ditentukan berdasarkan suka tidak suka sang Raja pada apa yang diberikannya
baik kepada aparaturnya maupun kepada keturunannya , bangsawan atau rakyat nya. Pada era ini
,bahwa dibawah kerumitan distribusi kekayaan sumberdaya alam, seringkali membuat sistem
hukum yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat , menggantungkan pada seberapa besar
kontribusi rakyat terhadap raja ( kawula-gusti ), yang merupakan simpul keadilan dimana sang
raja seringkali membuat keputusan berbeda dengan kenyataan hati-hati dan tidak boleh
memihak, namun tidak jarang penegakan hukum sering berdasar asumsi untuk mendukung
prilaku adil terhadap rakyatnya 9.
Perhatikan ketentuan yang terdapat pada kitab Kutara Manawa pasal 259 dan 261
berbunyi " Barang siapa menelantarkan sawah dan ternaknya akan dikenakan denda atau
diperlakukan sebagai pencuri dan dikenakan pidana mati “ . Konsep hukum dari peraturan itu
menunjukan perlindungan terhadap harta kekayaan rakyat , menjaga stabilitas pangan sehingga ,
penggarapan sawah dan pemeliharaan ternak yang baik dapat mempengaruhi perekonomian
rakyat dan Negara.10
8 Pasal 6 kitab perundang-undangan Kutara Manawa yang berbunyi
"Hamba raja mesti ia mentri sekalipun jika
menjalankan dusta, corah, dan tatayi akan dikenakan pidana pati."
9 Lihat Ensklopedia Nasional Indonesia jilid 12 , PT Delta Pamungkas ,1997- Undang yang berlaku di Kerajaan Majapahit
adalah Kitab Kutara Manawa, kitab tersebut digunakan sejak jaman Pemerintahan Kerajaan Kediri. Berdasarkan Gubahan oleh
Mpu Manu, Kitab tersebut adalah gabungan Kutarasastra dan Manawasastra yang kemudian digubah menjadi dengan nama
kitab Darmasastra.
10 “Makatanggwan rasagama ri sang hyang Kutara Manawa adi, manganukara prawettyacara sang pandita
wyawaharawiccheda ka ring malama”
Artinya: Dengan berpedoman kepada isi kitab yang mulia Kutara Manawa dan lainnya, menurut teladan kebijaksanaan para
pendeta dalam memutuskan pertikaian . Pada Prasasti Trowulan yang juga dikeluarkan oleh Sri Rajasanagara, maka pada
lempengan III baris 5 dan 6, kedapatan juga nama kitab perundang-undangan Kutara Manawa ini, yang bunyinya seperti
berikut:” Ika ta kabeh Kutara Manawa adisastra wicecana tatpara kapwa sama-sama sakte kawiwek saning sastra makadi
Kutara Manawa ….” ( Semua ahli tersebut bertujuan hendak menafsirkan kitab undang-undang Kutara Manawa dan lainlainnya. Mereka itu cakap menafsirkan kitab-kitab undang-undang sepertiKutara Manawa ). Pada pasal 23 dan 65 kitab undangundang tersebut menyebut nama Kutara Manawa, oleh karenanya dalam hal ini semakin dapat dipastikan bahwa kitab
perundang-undangan jaman kerajaan Majapahit disebut dengan Kutara Manawa. Kitab Kutara Manawa yang dalam
Negarakertagama disebut dengan agama , terdiri dari 275 pasal, namun ternyata bahwa diantaranya terdapat pasal-pasal yang
sama atau mirip sekali, sehingga di dalam terjemahannya hanya disajikan 272 pasal saja, karena salah satu pasal telah rusak dan
dua pasal lainnya merupakan ulangan pasal yang sejenis.
8
Salah satu faktor adalah ide hukum tentang proliferasi ( pengembang biakan ) yang
diterapkan dalam sistem hukum yang dibangunnya , misalnya kerajaan-kerajan terdahulu
sangat suka mengembang biakan keturunan raja , pengembang biakan (pemekaran ) daerahdaerah kekuasaan , membuat lembaga-lembaga negara yang diberikan kekuasaan untuk
mengambil kekayaan rakyatnya ( pajak ), pada akhirnya menjadikan peraturan-peraturan itu
tajam kebawah tumpul keatas, dan hanyalah artefak-artefak sistim hukum, berupa norma-norma
tentang kontribusi kekayaan rakyat terhadap penguasa.
Kontribusi itu adalah rakit-rakit yang membawa sang pencipta kekayaan merengkuh
kesenangan melebihi penderitaan rakyatnya. Kemiskinan adalah penderitaan, dan kekalahan
selalu menerpa keadaan itu meruntuhkan segalanya , hanya hakekat kejayaan masa lalu yang
tersisa berupa monumen- monumen Tuhan yang mengaktualisasikan antara jagad kosmos
dengan raja dan kawula gusti dalam bentuk corak asali ajaran kebenaran , berupa peninggalan
Candi dan Masjid Agung .
Monumen –monumen Ketuhanan , yang berbentuk Candi dan Masjid Agung , merupakan
bukti tempat ibadah yang menunjukan identitas religiusitas adalah representasi adanya “ruang
antara “ yang memungkinkan interprestasi manusiawi , antara “kota Tuhan “ dan “Kota duniawi
“ antara agama dan negara ,antara teks kitab suci dan konteks yang spesifik , antara lembagalembaga perwakilan yang menghubungkan kosmos (imanan ) pada suatu waktu ketika substansi
yang mendasar diterima sebagai suatu yang normal dan alamiah, suatu keadaan dimana kita
harus kembali kepadanya. Dalam konteks terakhir ini ,spiritualitas dan religiusitas para pelaku
antara raja, keluarga dan individu mewarnai dalam pengelolaan dunia materi ( sumber daya alam
dan sumberdaya manusia ) baik mikro maupun makro.
Ketika raja sengaja mengatur mekanisme pemungutan hasil bumi rakayat penggarap
dengan regulasi ketat untuk menciptakan kemenangan agar meraih kesenangan, bergulir
ditengah kalangan istana, hal ini menghilangkan dasar yuridis, rasionalitas, ataupun urgensi
kebijakannya. Pasalnya banyak faktor yang menjadi diterminan , hasil panenan dikendalikan
oleh pemerintah kerajaan , terutama pemungutan pajak hasil bumi yang mencekik rakyat kawula
gusti 11. Dalam situasi tersebut raja secara otoriter, menerapkan proteksi negara dengan
membuat cakupan regulasi menguntungkan para elite /bangsawan12. Terciptalah bangun kelas
bangsawan /priyayi yang besar dalam struktur berbelah-belah, dimana kekayaan dikuasai oleh
para bangsawan , sedangkan yang miskin lebih banyak , terjadilah conflictual scenario.
sangatlah monoton yaitu hanyalah upaya untuk menghindari ketakutan miskin dari kemiskinan,
ketakutan sumber kekuasaan dari kekuasaan, sehingga sistem hukum hanyalah sebagai upaya
11 Ada tiga golongan sosial utama, yaitu Sikep ( harfiah/pemakai tanah ), yang memikul beban pajak
dimana bentuk pembayaran pajak tanah ( pajeg ) yang dikenakan dari desa, kedua ngindung,
umumnya adalah orang-orang sikep yang punya rumah dan pekarangan sendiri, tetapi tidak tidak
dapat apapun atas sawah, ketiga wong numpang, yaitu orang asing yang belum kawin dan tinggal di
pekarangan atau rumah sikep dan mengerjakan berbagai hal untuk kepentingan sikep. Setidaknya ada
empat pajak yaitu pajak tanah ( pajeg ), pajak pacumpleng , pajak rumah tangga, pajak kerja bakti
12 Dalam lingkungan istana,kaum bangsawan memiliki status lebih tinggi dari aparat birokrasi ( abdi
dalem ), Raja bersama kaum bangsawan yang berhak mewarisi kekuasaan . aparat birokrasi hanyalah
sebagai alat pengatur hubungan raja dengan rakyatnya.
9
penangkal potensi pembangkangan ( disobedience ), yang dilaksanakan oleh apartur kerajaan
dengan tindakan-tindakan represif.
Esensi hukum merupakan rotasi terhadap sesuatu yang adil , sesuatu yang pasti dan sesuatu
yang tertib, yang secara mekanik adalah kerja alam yang berada pada unsur-unsur itu .
Implementasi dari unsu-unsur itu , selanjutnya kemudian diwujudkan oleh negara dalam
bentuk peraturan per undang-undangan. Tata aturan ini sebagai isntrumen atau alat dari negara
yang digunakan untuk mendistribusikan kekayaan Tuhan pada rakyatnya yang bertujuan untuk
mencapai kehidupan dari lebih buruk menjadi lebih baik .
Mekanisme hukum tidak lain adalah untuk membentuk hubungan sosial kemitraan dan
kerjasama, hal ini telah ada dalam bentuk tata aturan kerajaan, dan bukan persoalan rumit dalam
kehidupan negara silam 13. Hubungan sosial dalam bentuk transaski –transaksi dagang ,
terbentang luas pada era kerajaan –kerajaan masa silam .
Kontrak dagang sebagian besar dimulai dengan pola kedekatan penguasa dan bangsawan.
Tujuan utamanya adalah dalam rangka menghindari ke miskinan , kurang pangan, sandang, dan
papan . Namun selalu saja ada kontrak dagang yang mendominasi , misalnya tentang monopoli
rempah-rempah. Regulasi nya ditentukan oleh investor asing yaitu VOC atau Para pedagang
dari Portugis, Para pedagang dari Tiongkok.
Masa lalu perdagangan rempah-rempah menjadi sumber pendapatan kerajaan –kerajaan di
pulau jawa, tidak lepas dari kepentingan raja , karena disamping regulasi pengendalian harga
dan penanaman di atur oleh pihak asing, disisi lain , sarana-sarana perdagangan , seperti
infrasturktur jalan untuk mengangkat hasil panenan, dikuasai langsung oleh investor, sehingga
praktis komoditi ini, sebagai tiang penyanggah dominasi non pribumi dalam aspek kehidupan
perekonomian negara, ia menguasai area lahan perkebunan yang begitu luas, contohnya daerah
parahyangan meliputi Batavia, pengusaha-pengusaha inilah yang menetukan sumber daya
manusianya dan sekaligus sumber daya pertahanan ( militer ). Konsekwensi dari prilaku hukum
demikian adalah sebagai berikut ;
1) digunakan sebagai model kontrak kerja sama koalisi untuk membungkam dan
menghancurkan gerakan pembangkangan terhadap raja. Proliferasi kekuasaan lahan bagi
investor menjadi meluas, sebagai kompenasi dari kerjasama penegakan hukum represif
dengan instrument operasi militer.
13 Sistem hukum Majapahit berdasrkan pada kitab undang-undang yang bernaman Kutara
Manawardharma , undang tersebut mengatur tentang pemerintahan daerah , dimana dijelakskan
bahwa pembagian wilayah daerah-daerah beberapa kadipaten dibawah ketajaan Majapahit dan negara
pusat ( federal ) terdiri dari tujuh negara federal yaitu Singasari, Daha, Kahuripan,Lasem, Matahun,
Wengker, dan Pajang. Sementara Kadipaten yang dikepalai oleh Adipati antara lain Tuban, Blambangan
dan Lumajang. Sistem ini digunakan untuk mengatur hubungan rakyat dengan pemerintah dan rakyat
dengan rakyat diwilayah itu ( Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura dan Bali ) ,akan tetapi untuk daerah
diluar itu , menggunakan undang –undang pemerintah lokal ( lihat Muhamad mUlisin ibid, hal 62 ).
10
2) Kohesi sosial berpotensi meregang akibat perbedaan pilihan kekuasaan ( politik ) , bagi
pemenang dan yang kalah , ketegangan mulai mendekati kekuasaan. Pendekatan
kekuasaan lebih diutamakan dengan menerapkan sistem hukum represif.
Salah satu faktor adalah para raja /penguasa mungkin tidak pernah menyadari bahwa
dengan tindakan koalisi itu melahirkan konsep mengembang biakan ( proliferasi ) terhadap
institusi negara dan instrument hukum berkenaan dengan masalah-masalah suksesi , masalah
kerjasama dengan negara tetangga , penggarapan lahan ( Investasi perkebunan ) , dan karenanya
mungkin belum peka terhadap kemungkinan itu, sehingga ketika masalah itu betul-betul tiba ,
kepala negara ( raja ) gagal memahaminya. Kemudian ,setelah mereka memahaminya mereka
mungkin gagal menjalankan pemecahannya, bisa juga mereka menggunakan kekuasaanya
dengan operasi militer dan berkualisi dengan investor , untuk memulihkan ketertiban, namun
justru upayanya menuai proliferasi kekuasaan . wilayah kekuasaan kerajaan semakin
menyempit dan terpecah-pecah,sedangkan investor semakin luas14
Disisi lain proliferasi terjadi, karena mengembang biakan penyedia (pengendali )
kebutuhan hidup bagi masyarakat , yang semula dikenadlikan oleh kalangan istana raja, tapi
dengan kebijakan proliferasi , pola kedekatan pengusaha - penguasa menjadi sangat dominan,
dengan demikian kelangkaan dan ketersediaan yang dibutuhkan untuk bisa bertahan dan
menjalani kehidupan bernegara dikendalikan oleh pemilik modal , karena pemilik modal ini
diberi konsesi terhadap lahan-lahan perkebunan yang wilayahnya seluas propinsi negara
sekarang , bukan hanya sekedar itu saja, ia juga diberikan kebebasan menggunakan sumber daya
pertahanan yang direkutnya sendiri15. Diskriminasi, dan kediktatatoran ditanah kerajaan bagi
rakyatnya melaju dengan terpksa menjalani kehidupan diatas api dan belerang .
Penerapan sistem hukum terhadap pergantian kekuasaan. Konsep hukum pergantian
kekuasan yang digunakan oleh negara-negara kerajaan adalah berbasis heritage sistem yang,
mendekati perekutan pimpinan ala demokrasi kita sekarang ini16 . Akan tetapi tingkat
kerumitannya adalah sama , yaitu apakah budaya siap menerima kekalahan dan siap menerima
kemenangan belum sepenuhnya menjadi budaya kekuasaan 17.
14 Koalisi antara kompeni ( investor ) dengan raja-raja mengatasi pembrontakan, yang
berujung pada proliferasi , adalah Kemenangan Pakubuwono I mengancurkan pembrotak
dalam perebutan tahta kerjaan Mataram , harus dibayar mahal ditandatnagninya perjanjian
pembagian wilayah kekuasaan, dimana wilayah kekuasaan Mataram hanya Jawa Tengah dan
Jawa Timur di tambah Madura Barat. Mataram kehilahangan wilayah Priangan ( Jawa Barat )
dan peisir pantai utara Semarang, dan Otonomi perdagangan di serahkan sepenuhnya
pada Investor.
15 Bandingkan dengan pola Investasi Priport di Papua
16 Model kartel politik
17 Pertentangan antar keluarga kerajaan Majapahit, pertama kali muncul pada tahun 1401,
bersumber dari kitab Pararaton, dalam era pemerintahan raja Wikramawardhana, yang
menggantikan posisi pengganti raja. Yang ditentang habis-habisan oleh Bhre Wirabhumi
anak Hayam Wuruk dari istri selir. Bhre Wardhana terdesak , dan kemudian pada tahun
1328 ditangkap oleh raden Gajah , dieksekusi dengan di penggal kepalanya. Peristiwa ini
berbuntut pajang- perang keluarga tak terelakan sampai-sampai ibukota majapit
11
Pada sistem hukum suksesi kepala negara ( raja ) berbasis keturunan , meskipun
kedudukan putra mahkota ini memiliki peluang utama menggantikan raja, tak luput dari
perpecahan internal dan friksi-friksi politik dari anak-anak raja , karena umumnya raja-raja di
jawa mempersunting lebih dari satu istri yaitu permaisuri dan selir. Intervensi kekuasaan raja
pada sistem ini adalah pengganti raja diangkat oleh raja dari anak permaisurinya , faksional
internal tidak secara otomatis mendapat dukungan dari putra-putra raja yang lainnya dari garis
keturunan selir, sehingga dampak ikutan coattail effect atau down –ballot effect faksi-faksi
pendukungnya. Efek itu menggerus kesetiaan terhadap pengganti raja , menjadi fenomena
pemerintahan terbelah ketika putra mahkota terpilih tekor dukungan, sehingga optimalisasi
penegakan hukum hanya dapat dimenangkan dengan menggunakan tindakan represif.
Sistem hukum pemilihan kepala negara berbasis keturunan , menjadi kunci utama suksesi
kepemimpinan negara terjadi dalam pemerintahan kerajaan Majapahit, pernah juga berdampak
pada kevakuman kekuasaan , dimana selama 4 tahun kerajaan Majapahit tidak memiliki raja ,
akibat kegagalan dalam menentukan putra mahkota, yang disebabkan raja tidak menobatkan
istrinya sebagai permaisuri. sehingga membawa eskalasi konflik yang akhirnya melahirkan
bibit kebencian yang paling keji dan timbul benturan terhadap sistem sosial dan kultur
agama , dimana pada puncak tertinggi dari eskalasi itu adalah musnah.
Sistem hukum pemilihan kepala negara/daerah demokrasi dalam logika pemilu serentak ,
kerumitan penegakan hukum , selalu menghantui fenomena pemerintahan terbelah berkepingkeping , jika partai-partai identik dengan friksi –friksi faktor keturunan, menyatu dalam eskalasi
identitas , sebagai modal sejarah masa lalu yang berulang. Apakah dengan satu-satunya cara
bagi kita yang sekarang tinggal di pulau jawa , untuk hidup selaras kemudian , masih selalu
mendirikan Negara baru seperti mengulang kontraversi keruntuhan Negara-negara di pulau Jawa
sesudah hari ini , dan komplikasinya tentu secara historis memang betul , Negara di pulau jawa
ditakdirkan runtuh, dan tidak ada yang sebagian utuh, selalu muncul Negara baru , dan hari ini
kita dilahirkan dalam ruang Negara baru Republik Indonesia.
Keberadaan negara terkini di pulau jawa yag terbaru , masih bernama negara Republik
Indonesia ( 17 agustus 1945 ) , dengan menggunakan sistem hukum berbasis konstitusi, dimana
pengelolaan Negara dan penciptaan kekayaan diatur oleh undang-undang , dan tata kelola
negaranya dengan menggunakan instrument demokrasi. Instrumen demokrasi yang kini
digunakan oleh negara Republik Indonesia telah memasuki tiga tahap rejim , demokrasi
terpimpin ( rejim orde lama 1945-1965 ), demokrasi pancasila ( rejim orde baru 1967 – 1998 )
dan demokrasi liberal ( rejim reformasi 1998 – jaman now ), dengan katagori-katagorinya dalam
membuat kebebasan ekspresi , bukan hanya sekedar untuk kebaikan politik , melainkan juga
untuk kebutuhan hukum. Tetapi ketika sistem hukum memasuki putaran terminal gagsan
dipindahkan ke Keling dibawah pemerintahan raja Sri Rajasasawardhana, meninggal tahun
1453 . Sepeninggal beliau Majapahit mengalami krisisi kepemimpinan, selama tiga tahun
kevakuman kekuasaan , Majapahit tidak memiliki raja. Majapahit akhirnya terpecah-belah
dalam akhir kisahnya hanyalah sebuah monument negara runtuh.
12
proliferasi ( pengembang biakan institusi ) , tercipta berbagai kekuatan kontra yang akan dapat
menghancurkan demokrasi .
Menyelamatkan keutuhan Negara dari keruntuhan di era reformasi, instrument hukum
melompat ketahap proliferasi legislator , sehingga di era sekarang ini, terdapat dua legislator
yaitu legislator yang melahirkan undang-undang ( DPR ) dan legislator yang membunuh
( menguji ) undang-undang ( Mahkamah Konstitusi ) , sehingga norma hukum sering jungkir
balik, sementara kontruksi hukum baru, yang dikehendaki oleh putusan MK , tidak secara cepat
dibuat undang-undangnya, karena penggunaan norma baru , harus diamandemen , melalui
mekanisme legislator , dan proses pembuatan/amandemen undang-undang memerlukan
anggaran tidak sedkit.
Gagasan pengembang biakan ( proliferasi ) menjadi pemikiran kritis dan telah
mewabah dalam sistem hukum nasional , baik proliferasi pasal-pasal konstitusi ( amandemen
konstitusi ) dan kemudian juga pada lembaga negara, yang di- era orde lama maupun orde
baru tidak pernah terpkirkan ;
1) dibidang Pengadilan lahirlah beberapa pengadilan antara lain ; Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengeadilan Niaga, Pengadilan Agama , Pengadilan
Tipikor, Pengadilan Industri , Arbitrasi, Pengadilan Militer, Pengadilan Perikanan ,
Pengadilan Pajak , Pengadilan Persaingan Usaha .
2) Penegak hukum - disamping telah ada Kepolisian dan Kejaksaan, , Bea Cukai .Imigrasi
dan Pegawai Negeri Sipil , kemudian terbentuk institusi baru yaitu Komisi Pemberatasn
Korupsi dan PPATK ( bukan dalam kopentensi penyidik perkara )
3) Pengawasan melahirkan beberapa Komisi Pengawasan, baik di institusi KePolisian,
Komisi Kejaksaan, Pengadilan , Perlindungan Anak , Perlindungan Saksi, Hak azasi
manusia.
4) Proliferasi ( Pemekaran ) terhadap Pemerintah Daerah dan Perangkat Daerah.
5) Proliferasi Institusi Pendidikan ( Dikti Riset dan Diksar )
6) Priliferasi Lembaga Moneter ( Bank Indonesia, OJK, LPS, KKSK )
7) Proliferasi lembaga pengumpul Dana dari masyarakat , lahirnya badan-usaha dibidang
keuangan yang super majemuk.
Disisi lain , kita juga berprilaku saling ingin mengawasi , sehingga apapun namanya sector
sector pengelolaan negara, dididirikan lembaga pengawasannya . Mungkin anda akan
mempertanyakan untuk apa sesungguhnya pengembang biakan pengawasan di beberpa
sector pengelolaan negara . Lembaga-lembaga ini dapat dikelompokan dengan nama institusi
kelompoknya , yaitu ada yang menggunakan Komisi, Badan, Dewan,Konsili dan lain-lain
yang tidak beraturan
A. Kelompok Yang diberi Nama Komisi :
1) Komisi Pemilihan Umum.
13
2) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4) Komisi Aparatur Sipil Negara.
5) Komisi Penyiaran Indonesia.
6) Komisi Informasi Pusat.
7) Komisi Kejaksaan.
8) Komisi Kepolisian Nasional.
9) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
10) Komisi Nasional Lanjut Usia.
11) Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia.
12) Komisi Pengawas Haji Indonesia.
13) Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
14) Komisi Penyuluhan Nasional.
15) Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
16) Komisi Pengawas Persaingan Usaha .
17) Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.
18) Komisi Nasional Disabilitas.
19) Komisi Judicial.
B. Kelompok Yang diberi Nama Badan
20) Badan ketahanan Nasional.
21) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas batan.
22) Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan
23) Badan Pengawas Pemilihan Umum.
14
24) Badan Nasional pengelola Perbatasan.
25) Badan Amil Zakat Nasional.
26) Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
27) Badan Olahraga Profesional Indonesia.
28) Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
29) Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas.
30) Badan Pengembangan Wilayah Surabaya- Madura.
31) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan.
32) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.
33) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
34) Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
35) Badan Pertimbangan Kepegawaian.
36) Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan.
37) Badan Kesehatan Nasional.
38) Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara.
39) Badan Pertimbangan Telekomunikasi.
40) Badan reulasi Telekomunikasi Indonesia.
41) Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan , Perikanan dan Kehutanan.
42) Badan Otorita Danau Toba.
43) Badan Otorita Pengembangan Pariwisata Borobudur.
44) Badan Restorasi Gambut.
45) Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu.
46) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia.
15
C. Kelompok Yang di beri Nama Dewan
47) Dewan Pengupahan Nasional.
48) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
49) Dewan Pertimbangan Presiden.
50) Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional.
51) Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.
52) Dewan Riset Nasional.
53) Dewan Sumber Daya Air Nasional.
54) Dewan Pers.
55) Dewan Energi Nasional.
56) Dewan Insinyur Indonesia.
57) Dewan Jaminan Sosial Nasional.
58) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
59) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan.
60) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.
61) Dewan Pertahanan Nasinal
62) Dewan Ketahanan Pangan.
63) Dewan Nasional Keuangan Inklusif.
64) Dewan Gelar , Tanda jasa dan Tanda Kehormatan.
65) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
66) Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
D. Kelompok Yang Diberi Nama Komite
67) Komite Akreditasi Nasional.
16
68) Komite Anti Dumping Indonesia.
69) Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur.
70) Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia
71) Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan.
72) Komite Penyelamatan Transportasi Indonesia.
73) Komite Ekonomi dan Industri Nasional.
74) Komite Nasional Keaamanan Penerbangan.
75) Komite Perdagngan Nasional.
76) Komite Keuangan Syariah.
77) Komite Nasional Pelaksanaan Msyarkat Ekonomi Association of Southeast
Asian Nasions.
78) Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
79) Komite Kebijakan Industri Pertahanan.
80) Komite Profesi Akuntan Publik.
81) Komite Industri Nasional.
E. Kelompok Yang diberi Nama Lembaga
82) Lembaga kerjasama Triparti.
83) Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban
84) Lembaga Produktivitas Nasional.
85) Lembaga Sensor Film.
86) Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan.
87) Lembaga Sertifikasi Industri Hijau.
F. Kelompok Yang diberi Nama Konsil
88) Konsil Kedokteran Indonesia.
17
89) Konsil Keperawatan.
90) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
G. Kelompok Yang diberi Nama Majelis
91) Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir.
92) Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan,
H. Kelompok Yang diberi Nama Variatif
93) Unit Kerja Presiden Pembinaan Idiologi Pancasila.
94) Otoritas nasional Senjata Kimia.
95) Ombusdman Republik Indonesia.
96) Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
97) Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian.
98) Kantor Staf Presiden.
Terakhir dengan telah disahkannya amandemen Undang-Undang Terorisme, akan lahir jug
lembaga pengawasnya.
Proliferasi ini menggurita negara, sehingga beban keuangan negara semakin tinggi , jumlah
sumber daya hutang lebih besar dari sumber daya kekayaan negaranya. Disamping itu juga
untuk mencari keadilan memerlukan stamina dan biaya , harus melalui jalan panjang. Situasi ini
menjadi sesuatu yang tidak pasti dan sesuatu yang tidak tertib.
Konsep pengembang biakan /pemekaran dalam sistem hukum pemerintahan daerah , mirip
dengan pola Negara kerajaan. Konsep hukum semacam ini, akan menyebarkan benih-benih
kekuasan di setiap lapisan institusi di masyarakat , dan kekuasaan bisa mendapat tambahan (
reward ) daya dukung dari masyarakat atau anggota yang berada dalam institusi itu. Terciptanya
daya dukung dari masyarakat , adalah suplemen informasi yang disuntikan oleh para orator di
ruang terbuka atau ruang tertutup dalam alam nyata, demikian juga era informasi digital orator
berjamaah dengan kata-kata ataupun oral vocal telah mendominasi kebenaran friksional yang
mengakibatkan kontrak-kontrak sosial, dan hubungan warga negara terkondisi menjadi konsep
unduh .
Apapun informasinya tentu dengan mudah di unduh , frekewensinya berkeliaran menerjang
segala indra manusia mata telinga , otak . Informasi tanpa awak telah menggurita kehidupan
18
bernegara. Dampak dari sistem hukum pengembang biakan (pemekaran ) daerah , bersinergi
dengan informasi tanpa awak , meng-ileminasi kekuasaan daerah terhadap ketatanegaraan
dalam ber- negara. Informasi yang merasuk pada kotak-kotak telpon pintar warga negara ,
menjadikan satu orang pengumpul banyak info ,atau satu pembuat info mengumpulkan
banyak orang. Jika satu daerah mencoba keluat dari pusat kekuasaan dan berhasil , maka
duplikasinya nya hanya hitungan detik, merontokan pusat kekuasaan. Majapahit, Demak, Pajang
dan Mataram rontok jauh sebelum era informasi digital , meskipun matitudenya berskala 4 ,
namun gelombangnya pelan dan pasti , dalam hitungan tahun kenyataanya negara-negara itu
runtuh .
Runtuhnya negara-negara dalam kolaborasi proliferasi ( pemekaran daerah ) , prediksi
mendatang akan di alamai oleh negara-negara pasca perang dingin ,dimana kekuasaan tidak lagi
berada pada dua blok /kubu negara, yaitu antara blok komunis dan blok kapitalis. Arena
politik bukan berada dipanggung-panggung tertutup, namun telah berada pada jantung kehidupan
masyarakat itu sendiri, masyarakat industry, masyarakat komsumtif, masyarakat elite dan rakyat
kecil, kaya miskin dan pelajar , mahasiswa , akademisi, tokoh-tokoh masyarakat, intelektual,
ulama /agamawan , ormas -ormas , pengusaha, institusi global atau dan lain sebagainya .
lebih jauh pemekaran daerah , dimasa silam dan masa kini tidak lain adalah kontribusi
penguasa terhadap elite politik , berupa wilayah kekuasaan di daerah dari satu wilayah dipecah
menjadi dua wilayah daerah kekuasaan otonom , yang berdiri sendiri terlepas dari bentukan
asalnya. Berakhirnya orde baru, pertimbangan hukumnya bervariatif, salah satunya adalah
adalah pola pengembang biakan norma-norma dasar kehidupan bernegara yang sudah terakomudir dalam konstitusi - Proliferasi model ini, di ambil dari teori hukum murni yang
digagas oleh Hans Kelsen. Salah satu ajarannya adalah tentang legislator. sebagaiam besar
dianut di beberapa negara, termasuk Indonesia .
Pengaruh dari ajaran hukum ini , telah mengakibatkan terjadinya pergeseran hukum
ketatanegaraan , yang semula sebagai konsep hukum diam dalam medium hak – kewajiban
negara, berdasarkan konstitusi . Norma konstitusi, adalah instrument hukum yang dapat
mengantarkan rakyatnya mencapai kesejahteraan , dimana dalam ruang dan waktunya direalisasikan dalam bentuk undang-undang. Pada konsep hukum ini mengangap produk hukum
dalam bentuk undang-undang adalah final dan tidak bisa di ganggu gugat. Tidak ada
tempat/dilarang untuk menafsirkan atau menyatakan bahwa norma dalam undang-undang
adalah bertentangan dengan konstitusi.
Kekuasan mendatang , suplemen informasi yang terekspose oleh media online pun telah
menembus jantung kehidupan , sehingga perjuangan ideology tidak lagi merupakan
perlawanan terhadap pilihan dari kehidupan bernegara yaitu pilihan antara demokrasi kapitalis
melawan totaliterisme komunis , malainkan kita sudah memilih demokrasi abad 21 melawan
kegelapan abad 11. Gagasan untuk membangun sistem hukum dijantung politik , semacam ini
19
seakan-akan menenangkan rakyat , namun sesungguhnya kita telah menepiskan pikiran diri
sendiri bahwa kita telah berada di ambang kehidupan , hukum yang meruntuhkan negara ?
HUKUM YANG MERUNTUHKAN NEGARA.
Dr. Agus Pandoman, SH, Mkn*1
Keruntuhan monumental yang ditinggalkan oleh negara-negara kerajaan di Pulau Jawa
masa silam itu mencengkeram kita dengan daya tarik romantis. Kita terkagum-kagum sewaktu
mengikuti pelajaran di sekolah dasar, bahwa nenek moyangku bangsa pelaut, gagah berani ,
sopan santun, adap asor, gotong royong. Terasa sekali waktu kecil itu rasa bangga pada masa
silam karena terdapat ke- agungan dalam diri nenek moyang kita,yang lahir dan hidup di bumi
nusantara.
Sewaktu kita dewasa , kita berada dalam Negara Republik Indonesia, dan nuansa itu
digambarkan dalam bentuk filosofi bangsa kita yaitu Pancasila, yang juga diharuskan oleh
Negara ini untuk mempelajari nya, bahwa kita adalah Bangsa Indonesia adalah orang yang
keberadaanya memiliki jiwa Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab ,
Persatuan Indonesia , Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan/ perwakilan dan
memiliki jiwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. itulah sebagai “ orang Indonesia “.
Namun artefak filosofis itu menopang dan sekaligus mendera bangsa ini bagaimana jika
keagungan dalam diri manusia yang lahir dan hidup di Indonesia tidak memiliki hal-hal diatas ,
karena semua telah dilakukan dan di jalanai oleh rejim berkuasa , adalah masa silam yang
suram , datang di kemudian , ketika kita sudah dewasa, merasakan semua telah menjadi
monument keruntuhan rejim-rejim terdahulu , Raja-Raja dan Presiden Republik Indonesia
( Orde Lama dan Orde Baru )2 mereka telah membangun artefak-artefak kekuasaanya , kita
1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta.
2 Pecahnya kerajaan Besar Pertama Kerajaan Daha (Prasasti Pamwatan 1042 - Raja Parabu
Dharma Wangsa,Prabu Airlangga), pada bulan nopember 1044 , pecah menjadi dua ( prasasti
Mahaksobya 1289 ) , lahir negara baru Kerajaan Jenggala dan Panjalu ( kerajaan sebelah barat dan
Timur ) batas wilayahnya sungai Lamong sebelah selatan Gresik.Tahun 1194-1222 berdiri Negara
Kerajaan Kediri ( Raja Kertajaya ) , Tahun 1227 Berdiri Negara Singasari ( Raja Rajasa ) , terjadi
peperangan Singasari tahun 1266 -1282 ( Raja Kertanegara wafat ) , Berdiri Dinasti Kerajaan Kediri
Raya tahun 1292 – 1293 ( Raja Jaya Kartawang ). Pada tahun 1294 -1309 Lahir Negara Baru Kerajaan
Majapahit ( Raden Wijaya s/d Raja Hayam Wuruk & Patih Gajah Mada ) - Pada Tahun 1478 , Negara
Kerajaan Pajaphit Runtuh , dengan raja terakhir , Bhere Kertabumi ( 1474 -1478 ) sebagai raja ke - 11
. Lahir Negara Baru pada Tahun 1478 Berdiri Kerajaan Demak ( Raja Raden Patah ) , Majapahit betubetul musnah ketika diserang oleh Kerajaan Demak pada Tahun 1517. Kerajaan Demak pada tahun
1546 Runtuh , dan kemudian berdiri Negara Baru , Kesultanan Pajang ( Sultan Hadiwijaya 1568-1582 ),
berdiri Negara Mataram Islam (1584 -1601 ), pada tanggal 13 Februari tahun 1757, Kerajaan Mataram
runtuh , menjadi dua berdasarkan perjanjian Giayanti, berdiri Negara Baru yaitu Kesultanan
Yogyakarta . Sementara Kerajaan Matarm sendiri beribukota di Surakarta, sedangkan Negara Baru
ibukotanya di Yogya. Pada tanggal 17 Maret 1757 Kerajaan Mataram pun dipecah lagi menjadi Keraton
Surakarta dan Keraton Mangkunegoro. Selanjutnya pada tanggal 28 Desember 1811 , Kerajaan
Yogyakarta mengalami penyusutan wilayah dibagi dua dengan Pura Paku Alaman. Pada Tanggal 17
Agustus 1945 , berdiri Negara besar Republik Indonesia, Runtuhnya rezim Soekarno tahun 1965, dan
Runtuhnya Rezim Soeharto tahun 1998. ( lihat Megadaru W. Kawuriyan , Tata Pemerintahan Negara
Kertagama , 2006,Panji Pustaka , 131. Dan lihat juga Muhamad Muhlisin , Kudeta Majapahit , 2017 ,
2
merasakan langsung peninggalan itu dalam agenda melancong ; Borobudur, Candi Prambanan,
Monas , Monumen Yogya Kembali. Lubang Buaya. Keraton-Keraton, Kereta Kencana, situs
majapahit dan lain-lain. Kita tertarik pada keindahan reruntuhan atau bangunan monument,
yang seringkali spektakuler dan mencekam, beserta misteri-misteri yang mereka hadirkan .
Apakah keberadaan kita sekarang, adalah bagian dari runtuhan-runtuhan itu dan yang tersisa
hanyalah monument-monumen kejayaan Negara masa silam yang masih terselubung rimba,
ditengah pemukiman manusia pedesaan . Padahal dulu tempat-tempat itu merupakan situs-situs
peradaban Negara yang paling maju di Asia, dengan naskah-naskah tertulis panjang yang telah
berhasil dibaca3. Bagaimana bisa Negara-negara itu runtuh, musnah , padahal kehidupan ibukota
dan warga Negara kerajaan itu bisa menyokong masyarakat perkotaan didaerah-daerah yang kini
hanya ditinggali segilintir petani yang susah payah bertahan hidup.
Monument-monumen dan runtuhan kerajaan majapahit , reruntuhan candi , bangunanbangunan candi membuat kita terkesan bukan karena peninggalan arekeologi yang ber-aura
kecantikan dan penuh misteri , namun merupakan kehancuran perdaban , pusat perkotaan yang
lokasinya tidak lagi bernuansa ibu kota yang tertutupi rumah-rumah bangunan para bangsawan ,
seperti layaknya ibu kota Negara. Kehancuran ibukota Majapahit, ibukota kerajaan Demak ,
ibukota Kerajaan Mataram, ibukota kerajaan Kediri , Kerajaan Singasari, Kerajaan Daha,
sebagian besar situs-situs kerajaan itu dapat dikatakan bukan sebuah Negara dan bukan
pemerintahan yang memiliki keagungan dan entitas politik tanpa wujud jelas .
Entitas politik Negara kerajaan Majapahit yang waktu itu membentang dari yang kini
merupakan wilayah propinsi Jawa Timur membentang sampai :
-
-
-
Sumatera - meliputi ; Jambi, Palembang,Dharmasaraya, Kandis, Kahwas, Siak , Rokan
Mandailing , Panai, Kampe, Haru , Tamiang, Perlak, Samudra, Lamuri, Barus, Batan,
Lampung.
Kalimantan ( Tanjung Pura ) – meliputi ; Kapuas, Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota
Waringin, Sambas, Lawai, Kandngan, Singkawang, Tirem, Landa, Sedu, Barune,
Sukadana, Seludung, Selot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjung Kutei, Malano.
Semenanjung tanah melayu ( Hujung Medini ) meliputi ; Pahang, Langkasuka, Kelantan,
Saiwang, Nagor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang, Kedah, Jerai
Daerah Sebelah Timur pulau Jawa meliputi ; Bali, Badahulu, Lo Gajah, Gurun, Sukun
Taliwung, Dompo, Sapi, Gunung Api, Seram, hutan Kadali, Sasak, Bantayan, Luwuk,
Makasar, Buton, Banggawi,Kunir, Galian, Salayar, Sumba, Muar ( Saparua), Solor, Bima,
Wandan (Banda), Ambon, atau Maluku, Wanin ,Seran ,Timor4.
Araska Yogyakarta )
3 Kisah pembangunan Majapahit banyak diuraikan dalam Pararaton,Kindung Panji
Wijayakrama, dan Harsa Wijaya. Semuanya bersumber dari Piagam Kudadu ( lihat
Muhammaad Muhlisin, Kudeta Majapahit )
4 Slamet Mulyana , Menuju Puncak Kemegahan ( Sejarah Majapahit ) , 2005, LKis, halm161162
3
Wilayah itu lebih luas dari negara Republik Indonesia sekarang ini , menyiratkan
pengalaman masalah yang lebih besar dari negara masa silam, pada sisi skala wilayah dan
sikap pengelola negaranya yang melibatkan kerusakan yang disebabkan oleh manusia pada
sistem hukum yang dibuatnya. Kerusakan tragis dari sistem hukum merupakan akibat tragis
yang tidak terduga dan tidak disengaja dari upaya-upaya pengelolaan pemerintahan terbaik
mereka, sulit bagi para elite menahan diri dalam memanen sumber kekuasaan bersama ,
yang menjadi tragedi perebutan kekuasaan terhadap Negara , bukan karena bodoh dan
primitive , masyarakat yang menjadi penduduk di Negara itu , tergolong masyarakat yang
paling kreatif paling maju dan berhasil pada jamannya .
Ibukota negaranya luar biasa, mengembangkan inovasi , efisiensi dan ketrampilan
arsitektur , sensasi itulah yang masih dirasakan oleh para wisatawan yang terpikat kereruntuhan
kerajaan Majapahit , yang sekarang ini hanya berpenghuni para petani papa , ditengah hiruk
pikuk kota modern , namun dari mana petani itu datang dan kemana para bangsawan itu hilang ,
dan apa yang menyebabkan hancur. Segala kontruksi dan arsitektur istana Negara , patung
lukisan, segala seni yang memperindah kehidupan kota Majapahit, atau kota-kota Kerajaan lain
di pulau jawa ( Mataram Hindu Singasari, Kediri, dan kerajaan-kerajaan Islam Demak dan
Mataram ) yang dahulu mekar dan indah yang sekarang berada di desa-desa sunyi di pulau
Jawa, lenyap bersama dengan orator kerajaan, prajurit, dan raja-rajanya , dimana kecantikan,
ambisi dan kejayaan pernah meraih masa ke emasan dalam prikehidupan yang gemah rimpah
loh jinawi , kini telah tiada dan kita hanya tahu bahwa hal-hal itu pernah ada , dan hanya
berkisah tentang keberadaan mereka dahulu.
Semua reruntuhan kerajaan, lenyap bersama istana negaranya seperti Negara kerajaan
Demak , peninggalan hanya berupa masjid agung Demak , dan hanya kita tahu itu di Demak,
dimana ia dahulu berada, dan sekarang menjadi wilayah propinsi Jawa tengah . Reruntuhan
majapahit adalah kondisi yang masih dikenali oleh arkeolog abad ini dari temuanya, diketahui
bahwa disini terbentang sisa-sisa kejayaan Negara , sebuah bangsa yang beradab, berbudaya dan
memiliki hukum yang ditulis sebagai tata atruan kehidupan bernegara yang telah melalui tahapan
kehidupan bernegara dan berbangsa , yang berkenanan dengan hidup dan jatuh bangunnya
pemerintahan , mencapai masa ke emasan bernegara, namun se -iring perjalanan waktu lantas
negara ini lenyap.
Wisata observasi saya menjelajahi situs bekas ibu kota Negara Majapahit ,yang
sekelilingnya dihuni oleh orang-orang desa dimana puing-puing , kanal-kanal dan garis lengkung
pondasi dibawahnya ditanam batu kokoh penyanggah tiang kerajaan yang runtuh , kemanapun
saya bergerak melihat bukti selera arsitektur elite kerajaan , keahlian arsitektur mereka dalam
sistem pengairan irigrasi semua menunjukan seperti khayalan angan saya , disini bangsawanbangsawan berkostum khas kerajaan membayangkan mereka akhli dalam bidang hukum
administrasi Negara dan tata kelola ekonomi yang dari sini sebagai pusat kota menghidupi
keseluruhan wilayah Negara dibangun infrastruktur yang harmoni.
4
Bukankah ini karena keegoisan yang buta yang disadari dan keliru secara moral menerapkan
sistem hukum dalam mengelola negaranya sehingga mengalami keruntuhan.
Ditempat ini puing kerajaan hanyalah selimut belantara, yang sedang digali untuk
merekonstruksi romansah sejarah Negara besar yang pernah jaya di pulau jawa ini, tak ada yang
pernah membuat saya terkesan dari pada kota yang dahulu agung dan indah ,namun kini
hanyalah sederetan tumpukan bata-bata yang dahulu menjulang tanpa batas terhempas masa ,
hancur , hilang , ditelan pohon-pohon dan semak-semak tanpa komunitas tanpa pemukim dan
bahkan tanpa nama.
Strata masyarakat di kerajaan Majapahit adalah Raja , bangsawan-bangsawan kerajaan,
prajurit satria , beserta seluruh keturunannya yang dahulu dikenal sebagai komunitas elite
politik Negara , adalah cahaya keagungan kerajaan sebagai jenis manusia yang jatuh dari
“taman firdaus “ , yang setibanya perjalanan di bumi , membangun Negara besar ,
dihadapkan pada alam yang memiliki daya dukung dan harmoni yang sempurna ; dibuatnya
sistem sosial, diantaranya pengelompokan masyarakat , yaitu bangsawan (wong gede atau dalam
litertur disebut priyayi ) dan rakyat jelata wong cilik /kawula alit 5, sistem hukum , prilaku
bernegara bagi penduduknya baik itu warga Negara maupun bukan warga Negara , menjalin
hubungan sosial ekonomi dalam rajutan hajat hidup diseluruh aspek kehidupan Negara
sehingga keberadaannya mendukung lahirnya negara yang gemah ripah loh jinawi.
Pada zaman Negara kerajaan Majapahit , sebagai arus balik peradaban yang berlangsung
dari wilayah bawah angin di Selatan ke Atas Angin di utara 6, Rakyatnya bagai hidup dikapal
pesiar Titanik super mewah abad 17 , seperti apa yang ia riangkan , seperti kehidupan itulah
adanya . Identitas Rakyat sebagai warga Negara besar yang wilayah lautnya membentang
menguasai samudra raya sampai keujung cape town benua Afrika , yang secara budaya adalah
Negara maju di Asia Tenggara. Bahtera Negara ini dua ratus tahun kemudian, tenggelam
bersama dengan aspek kehidupan Negara , keruntuhannya adalah resiko bagi masyaraktmasyarakat kecil yang hidup dikoloni Majapahit.
Bangsa-bangsa yang hidup pada era kerajaan di Pulau Jawa, dari Kerajaan Kertanegara,
Singasari, Majapahit, Demak, Kesultanan Pajang, Kerajaan Mataram Islam masa lalu , bukanlah
pengelola Negara yang payah dan bodoh yang patut runtuh dan musnah, bukanlah oleh akhli
sejarah yang maha tahu yang bisa memecahkan masalah-masalah yang tidak bisa kita pecahkan
kini. Mereka manusia seperti kita ,menghadapi masalah masalah yang secara umum mirip
dengan yang kini kita hadapi . Mereka dapat berhasil maupun gagal tergantung keadaan , mirip
dengan yang membuat kita berhasil ataupun gagal kini dengan yang dihadapi bangsa-bangsa
silam, namun masih cukup ada kesamaan sehingga kita bisa belajar dari masa lalu7.
5 Muhamad Muhlisin, Kudeta Majapahit , dan Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Bumi
Jawa, 2017, Araska Yogyakarta, hal 11
6 Pramudya Ananta Toer, dipetik dari Muhamad Muhlisin , ibid hal 9
7 Jared Diamond , Collapse, 2005 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Darmang
Tyas Wulandari Pajar,2017, penerbit KPG,halm 13.
5
1) pertama sebagai makhluk secara biologis terdapat dua gender yaitu pria dan wanita ,
merupakan sumber reproduksi penerus generasi kehidupan selanjutnya
2) kedua memiliki ruang dan waktu , manusia berada pada ruang-ruang tertentu yang
ditempatinya membentuk negara dan penggalan-penggalan waktu untuk menjalani,
memprtahankan kehidupanya dalam putaran waktu siang dan malam.
3) ketiga tersedianya daya dukung kehidupan sebagai sumber daya alam seperti pohonpohonan, hewan-hewan dan mineral-mineral .
4) Ke empat , Cuaca , merupakan situasional yang diperlukan untuk menghidupkan
sumber daya alam yang dibutuhkan bagi sumber kekayaan.
5) Ke lima penciptaan kekayaan , sebagai upaya menguasai kehidupan dan sumber daya
alam yang diwujudkan dalam bentuk peradaban-peradaban dari ruang dan waktu tertentu,
yang ditulis oleh para pemenangnya yang disebut “sejarah”.
Kelima katagori itu adalah realita bahwa kerajaan-kerajaan itu memiliki hukum yang
mengatur kehidupan , yaitu sesuatu yang pasti , sesuatu yang adil dan sesuatu yang tertib, yang
dapat diterangkan sebagai berikut ;
1) Sesuatu yang pasti bahwa kehidupan adalah secara biologis ada ruang dan waktu
daya dukung kehidupan, situasi kondisi kehidupan negara , dan untuk
mempertahankan kehidupan bernegara diperlukan penciptaan kekayaan . Jadi
dengan demikian Jika negara ini kaya maka kehidupan rakyat akan sejahtera ,dan
negara akan mendistribusikan kekayaannya pada rakyat , secara adil.
2) Sesuatu yang adil, siapa yang bisa mengolah dan menguasai penciptaan kekayaan
ia adalah pemenang ia akan mendapatkan kekayaan melebihi yang terkalahkan,
sehingga si kaya akan menopang si miskin.
3) Sesuatu yang tertib, adalah pusat kekuasaanlah yang harus mengatur dan
menciptakan keamanan bagi rakyatnya, agar distribusi kebutuhan hidup terjamin
dapat tersalurkan pada rakyat,
Sebagai bentuk hukum yang dilahirkan oleh kekuasaan totalitarian , maka unsur pasti, adil dan
tertib , berada ditangan raja . Raja menorehkannya dalam bentuk peraturan perundangundangan, sebagai implementasi , kepastian , keadilan dan ketertiban . Sedangkan ciri norma
yang membedakannya ialah antara peraturan perundang-undangan dengan kepentingan negara
lebih diutamakan melindungi kekuasaan raja, dari pada kepentingan rakyatnya. Suksesi
kepala negara berbasis pada putaran waktu se- umur usia raja , tak dibatasi periodesisi
kekuasaan.
Pengelolaan asset negara merupakan kepemilikan bersama ditangan garis keturunan raja ,
sebagai sumber daya kekuasaan Negara pada rakyat nya. Prilaku-prilaku penghuni wilayah
kerajaan adalah penggunaan tata aturan perundang-undangan kerajaan melalui rute lingkaran
kekuasaan raja yang tersamarkan oleh fluktuasi kepentingan penguasa .
6
Sebagaimana dijelaskan dimuka, hukum adalah seuatu yang pasti, sesuatu yang adil, dan
seuatu yang tertib , implementasi dari sesuatu yang adil , sesuatu yang pasti dan sesuatu yang
tertib , dilakukan oleh raja adalah membuat peraturan perundang-undangan , nyaris dapat
dikatakan legislatornya adalah raja , tidak penting apakah dibuat oleh lembaga legislatf atau
perorangan , karena kedaulatan di tangan raja , maka raja dalam mempertahankan kekuasaanya
menstimulasi pandangan agamanya ( Hidu , Budha atau Islam ) tentang perbuatan atau
prilaku mana yang boleh atau tidak boleh , baik dan buruk, semua dituangkan dalam tata
aturan berbasis pandangan agamanya , dan rakyat memiliki kesempatan yang sama, sedangkan
norma-norma hanya memberikan petunjuk bagi kehidupan msyarakatnya yang mengikat baik
hari ini , esok dan kemarin.
Sistem hukum kerajaan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa dipengaruhi oleh filsafat kawula
gusti ,artinya hanya rakyat lah yang menerima keadilan , sedangkan kepastian dan ketertiban
ditentukan oleh kekuasaan raja , misalnya tentang pajak , yang pasti membayar pajak adalah
rakyat , sedangkan para bangsawan dan keturunan raja tidak pasti membayar pajak. Demikian
juga sebaliknya bila keturunan raja tidak pasti ditetapkan sebagai wajib pajak, artinya ia boleh
secara suka rela atau serelanya memenuhi kewajiban mengisi pundi-pundi negara. Rakyat yang
tidak membayar pajak , ber-arti ia telah mencederai keadilan , maka ketertiban harus dipulihkan
maka raja akan menjatuhkan hukuman untuk memulihkan ketertiban.
Pengaruh filosofi “ kawula –gusti , pada masyarakat di negara-negara kerajaan di pulau
Jawa , melahirkan legal opinion , bahwa kepastian , keadilan, dan ketertiban , hanyalah berada
dalam lingkaran kehidupan rakyat, sedangkan penguasa tidak termasuk , mereka berada pada
lingkaran kehidupan bebas nilai, bagi lingkaran ini sesuatu yang pasti , adil dan tertib , jika
rakyat terkondisikan sebagai ‘kawula”. Dengan demikian bentuk peraturan perundangundangan menjadi hukum yang kemarin ( until yesterday ), mungkin kemarin dari sejuta tahun
, mungkin dari dua puluh empat tahun, atau bulan atau hari bahkan mungkin juga dari dua puluh
empat jam yang lalu. Kemarin , membawa efek , ke kinian yang baru yang memiliki daya
dukung dan harmoni yang sempurna bagi “kawula- gusti ” . Misalnya “ kawula “…. telah ….
salah, sedangkan bagi”gusti” ( pangeran ) ……..belum salah….
Jika “Gusti “ telah ……salah , maka ia ( kerajaan ) runtuh , berhenti tidak ada hari esok ,
maka negara akan menghadapi “armageddon “ pertarungan hidup mati ,antara kebaikan dan
kejahatan ,dengan meninggalkan kesalahan dari tujuan yang salah ( go wrong from going wrong
),akibatnya bagi masyarakat kekurangan kebutuhan hidup , perang saudara , kerusuhan massa
diantara orang yang berjumlah terlalu banyak dengan memperebutkan sumberdaya yang terlalu
sedikit dan penggulingan elite pemerintahan oleh masa yang kecewa.
Pada akhirnya kekuasaan menurun dan masyarakatpun kehilangan sebagaian kompleksitas
politik, ekonomi dan budaya yang dikembangkan pada puncak kejayaanya.
7
Kesalahan pengelolaan Negara adalah kondisi manusiawi dan bukan apa adanya menjadi
persoalan hukum , yang menjatuhkan keabsahaan tindakan dalam perang armagedon , kebaikan
dan kejahatan , oleh sebab penciptaan dari prilaku yang terkontaminasi dari penguasaan
kekayaan dan penguasa ( kawula-gusti ) , siapa yang menciptakaan kejahatan dan kebaikan
adalah siapa yang berperan menegakan hukumnya go wrong from going wrong , adalah siapasipa yang telah menyuntikan kebaikan dan kejahatan dalam kehidupan negara dari apa –apa yang
ia perbuat dalam mempertahankan dan mendapatkan kekayaan 8
Distribusi kekayaan yang di atur oleh sang Raja sebagai kepala Negara bukanlah semata
pemberian yang ditentukan berdasarkan suka tidak suka sang Raja pada apa yang diberikannya
baik kepada aparaturnya maupun kepada keturunannya , bangsawan atau rakyat nya. Pada era ini
,bahwa dibawah kerumitan distribusi kekayaan sumberdaya alam, seringkali membuat sistem
hukum yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat , menggantungkan pada seberapa besar
kontribusi rakyat terhadap raja ( kawula-gusti ), yang merupakan simpul keadilan dimana sang
raja seringkali membuat keputusan berbeda dengan kenyataan hati-hati dan tidak boleh
memihak, namun tidak jarang penegakan hukum sering berdasar asumsi untuk mendukung
prilaku adil terhadap rakyatnya 9.
Perhatikan ketentuan yang terdapat pada kitab Kutara Manawa pasal 259 dan 261
berbunyi " Barang siapa menelantarkan sawah dan ternaknya akan dikenakan denda atau
diperlakukan sebagai pencuri dan dikenakan pidana mati “ . Konsep hukum dari peraturan itu
menunjukan perlindungan terhadap harta kekayaan rakyat , menjaga stabilitas pangan sehingga ,
penggarapan sawah dan pemeliharaan ternak yang baik dapat mempengaruhi perekonomian
rakyat dan Negara.10
8 Pasal 6 kitab perundang-undangan Kutara Manawa yang berbunyi
"Hamba raja mesti ia mentri sekalipun jika
menjalankan dusta, corah, dan tatayi akan dikenakan pidana pati."
9 Lihat Ensklopedia Nasional Indonesia jilid 12 , PT Delta Pamungkas ,1997- Undang yang berlaku di Kerajaan Majapahit
adalah Kitab Kutara Manawa, kitab tersebut digunakan sejak jaman Pemerintahan Kerajaan Kediri. Berdasarkan Gubahan oleh
Mpu Manu, Kitab tersebut adalah gabungan Kutarasastra dan Manawasastra yang kemudian digubah menjadi dengan nama
kitab Darmasastra.
10 “Makatanggwan rasagama ri sang hyang Kutara Manawa adi, manganukara prawettyacara sang pandita
wyawaharawiccheda ka ring malama”
Artinya: Dengan berpedoman kepada isi kitab yang mulia Kutara Manawa dan lainnya, menurut teladan kebijaksanaan para
pendeta dalam memutuskan pertikaian . Pada Prasasti Trowulan yang juga dikeluarkan oleh Sri Rajasanagara, maka pada
lempengan III baris 5 dan 6, kedapatan juga nama kitab perundang-undangan Kutara Manawa ini, yang bunyinya seperti
berikut:” Ika ta kabeh Kutara Manawa adisastra wicecana tatpara kapwa sama-sama sakte kawiwek saning sastra makadi
Kutara Manawa ….” ( Semua ahli tersebut bertujuan hendak menafsirkan kitab undang-undang Kutara Manawa dan lainlainnya. Mereka itu cakap menafsirkan kitab-kitab undang-undang sepertiKutara Manawa ). Pada pasal 23 dan 65 kitab undangundang tersebut menyebut nama Kutara Manawa, oleh karenanya dalam hal ini semakin dapat dipastikan bahwa kitab
perundang-undangan jaman kerajaan Majapahit disebut dengan Kutara Manawa. Kitab Kutara Manawa yang dalam
Negarakertagama disebut dengan agama , terdiri dari 275 pasal, namun ternyata bahwa diantaranya terdapat pasal-pasal yang
sama atau mirip sekali, sehingga di dalam terjemahannya hanya disajikan 272 pasal saja, karena salah satu pasal telah rusak dan
dua pasal lainnya merupakan ulangan pasal yang sejenis.
8
Salah satu faktor adalah ide hukum tentang proliferasi ( pengembang biakan ) yang
diterapkan dalam sistem hukum yang dibangunnya , misalnya kerajaan-kerajan terdahulu
sangat suka mengembang biakan keturunan raja , pengembang biakan (pemekaran ) daerahdaerah kekuasaan , membuat lembaga-lembaga negara yang diberikan kekuasaan untuk
mengambil kekayaan rakyatnya ( pajak ), pada akhirnya menjadikan peraturan-peraturan itu
tajam kebawah tumpul keatas, dan hanyalah artefak-artefak sistim hukum, berupa norma-norma
tentang kontribusi kekayaan rakyat terhadap penguasa.
Kontribusi itu adalah rakit-rakit yang membawa sang pencipta kekayaan merengkuh
kesenangan melebihi penderitaan rakyatnya. Kemiskinan adalah penderitaan, dan kekalahan
selalu menerpa keadaan itu meruntuhkan segalanya , hanya hakekat kejayaan masa lalu yang
tersisa berupa monumen- monumen Tuhan yang mengaktualisasikan antara jagad kosmos
dengan raja dan kawula gusti dalam bentuk corak asali ajaran kebenaran , berupa peninggalan
Candi dan Masjid Agung .
Monumen –monumen Ketuhanan , yang berbentuk Candi dan Masjid Agung , merupakan
bukti tempat ibadah yang menunjukan identitas religiusitas adalah representasi adanya “ruang
antara “ yang memungkinkan interprestasi manusiawi , antara “kota Tuhan “ dan “Kota duniawi
“ antara agama dan negara ,antara teks kitab suci dan konteks yang spesifik , antara lembagalembaga perwakilan yang menghubungkan kosmos (imanan ) pada suatu waktu ketika substansi
yang mendasar diterima sebagai suatu yang normal dan alamiah, suatu keadaan dimana kita
harus kembali kepadanya. Dalam konteks terakhir ini ,spiritualitas dan religiusitas para pelaku
antara raja, keluarga dan individu mewarnai dalam pengelolaan dunia materi ( sumber daya alam
dan sumberdaya manusia ) baik mikro maupun makro.
Ketika raja sengaja mengatur mekanisme pemungutan hasil bumi rakayat penggarap
dengan regulasi ketat untuk menciptakan kemenangan agar meraih kesenangan, bergulir
ditengah kalangan istana, hal ini menghilangkan dasar yuridis, rasionalitas, ataupun urgensi
kebijakannya. Pasalnya banyak faktor yang menjadi diterminan , hasil panenan dikendalikan
oleh pemerintah kerajaan , terutama pemungutan pajak hasil bumi yang mencekik rakyat kawula
gusti 11. Dalam situasi tersebut raja secara otoriter, menerapkan proteksi negara dengan
membuat cakupan regulasi menguntungkan para elite /bangsawan12. Terciptalah bangun kelas
bangsawan /priyayi yang besar dalam struktur berbelah-belah, dimana kekayaan dikuasai oleh
para bangsawan , sedangkan yang miskin lebih banyak , terjadilah conflictual scenario.
sangatlah monoton yaitu hanyalah upaya untuk menghindari ketakutan miskin dari kemiskinan,
ketakutan sumber kekuasaan dari kekuasaan, sehingga sistem hukum hanyalah sebagai upaya
11 Ada tiga golongan sosial utama, yaitu Sikep ( harfiah/pemakai tanah ), yang memikul beban pajak
dimana bentuk pembayaran pajak tanah ( pajeg ) yang dikenakan dari desa, kedua ngindung,
umumnya adalah orang-orang sikep yang punya rumah dan pekarangan sendiri, tetapi tidak tidak
dapat apapun atas sawah, ketiga wong numpang, yaitu orang asing yang belum kawin dan tinggal di
pekarangan atau rumah sikep dan mengerjakan berbagai hal untuk kepentingan sikep. Setidaknya ada
empat pajak yaitu pajak tanah ( pajeg ), pajak pacumpleng , pajak rumah tangga, pajak kerja bakti
12 Dalam lingkungan istana,kaum bangsawan memiliki status lebih tinggi dari aparat birokrasi ( abdi
dalem ), Raja bersama kaum bangsawan yang berhak mewarisi kekuasaan . aparat birokrasi hanyalah
sebagai alat pengatur hubungan raja dengan rakyatnya.
9
penangkal potensi pembangkangan ( disobedience ), yang dilaksanakan oleh apartur kerajaan
dengan tindakan-tindakan represif.
Esensi hukum merupakan rotasi terhadap sesuatu yang adil , sesuatu yang pasti dan sesuatu
yang tertib, yang secara mekanik adalah kerja alam yang berada pada unsur-unsur itu .
Implementasi dari unsu-unsur itu , selanjutnya kemudian diwujudkan oleh negara dalam
bentuk peraturan per undang-undangan. Tata aturan ini sebagai isntrumen atau alat dari negara
yang digunakan untuk mendistribusikan kekayaan Tuhan pada rakyatnya yang bertujuan untuk
mencapai kehidupan dari lebih buruk menjadi lebih baik .
Mekanisme hukum tidak lain adalah untuk membentuk hubungan sosial kemitraan dan
kerjasama, hal ini telah ada dalam bentuk tata aturan kerajaan, dan bukan persoalan rumit dalam
kehidupan negara silam 13. Hubungan sosial dalam bentuk transaski –transaksi dagang ,
terbentang luas pada era kerajaan –kerajaan masa silam .
Kontrak dagang sebagian besar dimulai dengan pola kedekatan penguasa dan bangsawan.
Tujuan utamanya adalah dalam rangka menghindari ke miskinan , kurang pangan, sandang, dan
papan . Namun selalu saja ada kontrak dagang yang mendominasi , misalnya tentang monopoli
rempah-rempah. Regulasi nya ditentukan oleh investor asing yaitu VOC atau Para pedagang
dari Portugis, Para pedagang dari Tiongkok.
Masa lalu perdagangan rempah-rempah menjadi sumber pendapatan kerajaan –kerajaan di
pulau jawa, tidak lepas dari kepentingan raja , karena disamping regulasi pengendalian harga
dan penanaman di atur oleh pihak asing, disisi lain , sarana-sarana perdagangan , seperti
infrasturktur jalan untuk mengangkat hasil panenan, dikuasai langsung oleh investor, sehingga
praktis komoditi ini, sebagai tiang penyanggah dominasi non pribumi dalam aspek kehidupan
perekonomian negara, ia menguasai area lahan perkebunan yang begitu luas, contohnya daerah
parahyangan meliputi Batavia, pengusaha-pengusaha inilah yang menetukan sumber daya
manusianya dan sekaligus sumber daya pertahanan ( militer ). Konsekwensi dari prilaku hukum
demikian adalah sebagai berikut ;
1) digunakan sebagai model kontrak kerja sama koalisi untuk membungkam dan
menghancurkan gerakan pembangkangan terhadap raja. Proliferasi kekuasaan lahan bagi
investor menjadi meluas, sebagai kompenasi dari kerjasama penegakan hukum represif
dengan instrument operasi militer.
13 Sistem hukum Majapahit berdasrkan pada kitab undang-undang yang bernaman Kutara
Manawardharma , undang tersebut mengatur tentang pemerintahan daerah , dimana dijelakskan
bahwa pembagian wilayah daerah-daerah beberapa kadipaten dibawah ketajaan Majapahit dan negara
pusat ( federal ) terdiri dari tujuh negara federal yaitu Singasari, Daha, Kahuripan,Lasem, Matahun,
Wengker, dan Pajang. Sementara Kadipaten yang dikepalai oleh Adipati antara lain Tuban, Blambangan
dan Lumajang. Sistem ini digunakan untuk mengatur hubungan rakyat dengan pemerintah dan rakyat
dengan rakyat diwilayah itu ( Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura dan Bali ) ,akan tetapi untuk daerah
diluar itu , menggunakan undang –undang pemerintah lokal ( lihat Muhamad mUlisin ibid, hal 62 ).
10
2) Kohesi sosial berpotensi meregang akibat perbedaan pilihan kekuasaan ( politik ) , bagi
pemenang dan yang kalah , ketegangan mulai mendekati kekuasaan. Pendekatan
kekuasaan lebih diutamakan dengan menerapkan sistem hukum represif.
Salah satu faktor adalah para raja /penguasa mungkin tidak pernah menyadari bahwa
dengan tindakan koalisi itu melahirkan konsep mengembang biakan ( proliferasi ) terhadap
institusi negara dan instrument hukum berkenaan dengan masalah-masalah suksesi , masalah
kerjasama dengan negara tetangga , penggarapan lahan ( Investasi perkebunan ) , dan karenanya
mungkin belum peka terhadap kemungkinan itu, sehingga ketika masalah itu betul-betul tiba ,
kepala negara ( raja ) gagal memahaminya. Kemudian ,setelah mereka memahaminya mereka
mungkin gagal menjalankan pemecahannya, bisa juga mereka menggunakan kekuasaanya
dengan operasi militer dan berkualisi dengan investor , untuk memulihkan ketertiban, namun
justru upayanya menuai proliferasi kekuasaan . wilayah kekuasaan kerajaan semakin
menyempit dan terpecah-pecah,sedangkan investor semakin luas14
Disisi lain proliferasi terjadi, karena mengembang biakan penyedia (pengendali )
kebutuhan hidup bagi masyarakat , yang semula dikenadlikan oleh kalangan istana raja, tapi
dengan kebijakan proliferasi , pola kedekatan pengusaha - penguasa menjadi sangat dominan,
dengan demikian kelangkaan dan ketersediaan yang dibutuhkan untuk bisa bertahan dan
menjalani kehidupan bernegara dikendalikan oleh pemilik modal , karena pemilik modal ini
diberi konsesi terhadap lahan-lahan perkebunan yang wilayahnya seluas propinsi negara
sekarang , bukan hanya sekedar itu saja, ia juga diberikan kebebasan menggunakan sumber daya
pertahanan yang direkutnya sendiri15. Diskriminasi, dan kediktatatoran ditanah kerajaan bagi
rakyatnya melaju dengan terpksa menjalani kehidupan diatas api dan belerang .
Penerapan sistem hukum terhadap pergantian kekuasaan. Konsep hukum pergantian
kekuasan yang digunakan oleh negara-negara kerajaan adalah berbasis heritage sistem yang,
mendekati perekutan pimpinan ala demokrasi kita sekarang ini16 . Akan tetapi tingkat
kerumitannya adalah sama , yaitu apakah budaya siap menerima kekalahan dan siap menerima
kemenangan belum sepenuhnya menjadi budaya kekuasaan 17.
14 Koalisi antara kompeni ( investor ) dengan raja-raja mengatasi pembrontakan, yang
berujung pada proliferasi , adalah Kemenangan Pakubuwono I mengancurkan pembrotak
dalam perebutan tahta kerjaan Mataram , harus dibayar mahal ditandatnagninya perjanjian
pembagian wilayah kekuasaan, dimana wilayah kekuasaan Mataram hanya Jawa Tengah dan
Jawa Timur di tambah Madura Barat. Mataram kehilahangan wilayah Priangan ( Jawa Barat )
dan peisir pantai utara Semarang, dan Otonomi perdagangan di serahkan sepenuhnya
pada Investor.
15 Bandingkan dengan pola Investasi Priport di Papua
16 Model kartel politik
17 Pertentangan antar keluarga kerajaan Majapahit, pertama kali muncul pada tahun 1401,
bersumber dari kitab Pararaton, dalam era pemerintahan raja Wikramawardhana, yang
menggantikan posisi pengganti raja. Yang ditentang habis-habisan oleh Bhre Wirabhumi
anak Hayam Wuruk dari istri selir. Bhre Wardhana terdesak , dan kemudian pada tahun
1328 ditangkap oleh raden Gajah , dieksekusi dengan di penggal kepalanya. Peristiwa ini
berbuntut pajang- perang keluarga tak terelakan sampai-sampai ibukota majapit
11
Pada sistem hukum suksesi kepala negara ( raja ) berbasis keturunan , meskipun
kedudukan putra mahkota ini memiliki peluang utama menggantikan raja, tak luput dari
perpecahan internal dan friksi-friksi politik dari anak-anak raja , karena umumnya raja-raja di
jawa mempersunting lebih dari satu istri yaitu permaisuri dan selir. Intervensi kekuasaan raja
pada sistem ini adalah pengganti raja diangkat oleh raja dari anak permaisurinya , faksional
internal tidak secara otomatis mendapat dukungan dari putra-putra raja yang lainnya dari garis
keturunan selir, sehingga dampak ikutan coattail effect atau down –ballot effect faksi-faksi
pendukungnya. Efek itu menggerus kesetiaan terhadap pengganti raja , menjadi fenomena
pemerintahan terbelah ketika putra mahkota terpilih tekor dukungan, sehingga optimalisasi
penegakan hukum hanya dapat dimenangkan dengan menggunakan tindakan represif.
Sistem hukum pemilihan kepala negara berbasis keturunan , menjadi kunci utama suksesi
kepemimpinan negara terjadi dalam pemerintahan kerajaan Majapahit, pernah juga berdampak
pada kevakuman kekuasaan , dimana selama 4 tahun kerajaan Majapahit tidak memiliki raja ,
akibat kegagalan dalam menentukan putra mahkota, yang disebabkan raja tidak menobatkan
istrinya sebagai permaisuri. sehingga membawa eskalasi konflik yang akhirnya melahirkan
bibit kebencian yang paling keji dan timbul benturan terhadap sistem sosial dan kultur
agama , dimana pada puncak tertinggi dari eskalasi itu adalah musnah.
Sistem hukum pemilihan kepala negara/daerah demokrasi dalam logika pemilu serentak ,
kerumitan penegakan hukum , selalu menghantui fenomena pemerintahan terbelah berkepingkeping , jika partai-partai identik dengan friksi –friksi faktor keturunan, menyatu dalam eskalasi
identitas , sebagai modal sejarah masa lalu yang berulang. Apakah dengan satu-satunya cara
bagi kita yang sekarang tinggal di pulau jawa , untuk hidup selaras kemudian , masih selalu
mendirikan Negara baru seperti mengulang kontraversi keruntuhan Negara-negara di pulau Jawa
sesudah hari ini , dan komplikasinya tentu secara historis memang betul , Negara di pulau jawa
ditakdirkan runtuh, dan tidak ada yang sebagian utuh, selalu muncul Negara baru , dan hari ini
kita dilahirkan dalam ruang Negara baru Republik Indonesia.
Keberadaan negara terkini di pulau jawa yag terbaru , masih bernama negara Republik
Indonesia ( 17 agustus 1945 ) , dengan menggunakan sistem hukum berbasis konstitusi, dimana
pengelolaan Negara dan penciptaan kekayaan diatur oleh undang-undang , dan tata kelola
negaranya dengan menggunakan instrument demokrasi. Instrumen demokrasi yang kini
digunakan oleh negara Republik Indonesia telah memasuki tiga tahap rejim , demokrasi
terpimpin ( rejim orde lama 1945-1965 ), demokrasi pancasila ( rejim orde baru 1967 – 1998 )
dan demokrasi liberal ( rejim reformasi 1998 – jaman now ), dengan katagori-katagorinya dalam
membuat kebebasan ekspresi , bukan hanya sekedar untuk kebaikan politik , melainkan juga
untuk kebutuhan hukum. Tetapi ketika sistem hukum memasuki putaran terminal gagsan
dipindahkan ke Keling dibawah pemerintahan raja Sri Rajasasawardhana, meninggal tahun
1453 . Sepeninggal beliau Majapahit mengalami krisisi kepemimpinan, selama tiga tahun
kevakuman kekuasaan , Majapahit tidak memiliki raja. Majapahit akhirnya terpecah-belah
dalam akhir kisahnya hanyalah sebuah monument negara runtuh.
12
proliferasi ( pengembang biakan institusi ) , tercipta berbagai kekuatan kontra yang akan dapat
menghancurkan demokrasi .
Menyelamatkan keutuhan Negara dari keruntuhan di era reformasi, instrument hukum
melompat ketahap proliferasi legislator , sehingga di era sekarang ini, terdapat dua legislator
yaitu legislator yang melahirkan undang-undang ( DPR ) dan legislator yang membunuh
( menguji ) undang-undang ( Mahkamah Konstitusi ) , sehingga norma hukum sering jungkir
balik, sementara kontruksi hukum baru, yang dikehendaki oleh putusan MK , tidak secara cepat
dibuat undang-undangnya, karena penggunaan norma baru , harus diamandemen , melalui
mekanisme legislator , dan proses pembuatan/amandemen undang-undang memerlukan
anggaran tidak sedkit.
Gagasan pengembang biakan ( proliferasi ) menjadi pemikiran kritis dan telah
mewabah dalam sistem hukum nasional , baik proliferasi pasal-pasal konstitusi ( amandemen
konstitusi ) dan kemudian juga pada lembaga negara, yang di- era orde lama maupun orde
baru tidak pernah terpkirkan ;
1) dibidang Pengadilan lahirlah beberapa pengadilan antara lain ; Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengeadilan Niaga, Pengadilan Agama , Pengadilan
Tipikor, Pengadilan Industri , Arbitrasi, Pengadilan Militer, Pengadilan Perikanan ,
Pengadilan Pajak , Pengadilan Persaingan Usaha .
2) Penegak hukum - disamping telah ada Kepolisian dan Kejaksaan, , Bea Cukai .Imigrasi
dan Pegawai Negeri Sipil , kemudian terbentuk institusi baru yaitu Komisi Pemberatasn
Korupsi dan PPATK ( bukan dalam kopentensi penyidik perkara )
3) Pengawasan melahirkan beberapa Komisi Pengawasan, baik di institusi KePolisian,
Komisi Kejaksaan, Pengadilan , Perlindungan Anak , Perlindungan Saksi, Hak azasi
manusia.
4) Proliferasi ( Pemekaran ) terhadap Pemerintah Daerah dan Perangkat Daerah.
5) Proliferasi Institusi Pendidikan ( Dikti Riset dan Diksar )
6) Priliferasi Lembaga Moneter ( Bank Indonesia, OJK, LPS, KKSK )
7) Proliferasi lembaga pengumpul Dana dari masyarakat , lahirnya badan-usaha dibidang
keuangan yang super majemuk.
Disisi lain , kita juga berprilaku saling ingin mengawasi , sehingga apapun namanya sector
sector pengelolaan negara, dididirikan lembaga pengawasannya . Mungkin anda akan
mempertanyakan untuk apa sesungguhnya pengembang biakan pengawasan di beberpa
sector pengelolaan negara . Lembaga-lembaga ini dapat dikelompokan dengan nama institusi
kelompoknya , yaitu ada yang menggunakan Komisi, Badan, Dewan,Konsili dan lain-lain
yang tidak beraturan
A. Kelompok Yang diberi Nama Komisi :
1) Komisi Pemilihan Umum.
13
2) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4) Komisi Aparatur Sipil Negara.
5) Komisi Penyiaran Indonesia.
6) Komisi Informasi Pusat.
7) Komisi Kejaksaan.
8) Komisi Kepolisian Nasional.
9) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
10) Komisi Nasional Lanjut Usia.
11) Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia.
12) Komisi Pengawas Haji Indonesia.
13) Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
14) Komisi Penyuluhan Nasional.
15) Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
16) Komisi Pengawas Persaingan Usaha .
17) Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik.
18) Komisi Nasional Disabilitas.
19) Komisi Judicial.
B. Kelompok Yang diberi Nama Badan
20) Badan ketahanan Nasional.
21) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas batan.
22) Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan
23) Badan Pengawas Pemilihan Umum.
14
24) Badan Nasional pengelola Perbatasan.
25) Badan Amil Zakat Nasional.
26) Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
27) Badan Olahraga Profesional Indonesia.
28) Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
29) Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas.
30) Badan Pengembangan Wilayah Surabaya- Madura.
31) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan.
32) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.
33) Badan Pengusaha Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
34) Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
35) Badan Pertimbangan Kepegawaian.
36) Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan.
37) Badan Kesehatan Nasional.
38) Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara.
39) Badan Pertimbangan Telekomunikasi.
40) Badan reulasi Telekomunikasi Indonesia.
41) Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan , Perikanan dan Kehutanan.
42) Badan Otorita Danau Toba.
43) Badan Otorita Pengembangan Pariwisata Borobudur.
44) Badan Restorasi Gambut.
45) Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu.
46) Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia.
15
C. Kelompok Yang di beri Nama Dewan
47) Dewan Pengupahan Nasional.
48) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
49) Dewan Pertimbangan Presiden.
50) Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional.
51) Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.
52) Dewan Riset Nasional.
53) Dewan Sumber Daya Air Nasional.
54) Dewan Pers.
55) Dewan Energi Nasional.
56) Dewan Insinyur Indonesia.
57) Dewan Jaminan Sosial Nasional.
58) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.
59) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan.
60) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.
61) Dewan Pertahanan Nasinal
62) Dewan Ketahanan Pangan.
63) Dewan Nasional Keuangan Inklusif.
64) Dewan Gelar , Tanda jasa dan Tanda Kehormatan.
65) Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.
66) Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
D. Kelompok Yang Diberi Nama Komite
67) Komite Akreditasi Nasional.
16
68) Komite Anti Dumping Indonesia.
69) Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur.
70) Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia
71) Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan.
72) Komite Penyelamatan Transportasi Indonesia.
73) Komite Ekonomi dan Industri Nasional.
74) Komite Nasional Keaamanan Penerbangan.
75) Komite Perdagngan Nasional.
76) Komite Keuangan Syariah.
77) Komite Nasional Pelaksanaan Msyarkat Ekonomi Association of Southeast
Asian Nasions.
78) Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
79) Komite Kebijakan Industri Pertahanan.
80) Komite Profesi Akuntan Publik.
81) Komite Industri Nasional.
E. Kelompok Yang diberi Nama Lembaga
82) Lembaga kerjasama Triparti.
83) Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban
84) Lembaga Produktivitas Nasional.
85) Lembaga Sensor Film.
86) Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan.
87) Lembaga Sertifikasi Industri Hijau.
F. Kelompok Yang diberi Nama Konsil
88) Konsil Kedokteran Indonesia.
17
89) Konsil Keperawatan.
90) Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
G. Kelompok Yang diberi Nama Majelis
91) Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir.
92) Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan,
H. Kelompok Yang diberi Nama Variatif
93) Unit Kerja Presiden Pembinaan Idiologi Pancasila.
94) Otoritas nasional Senjata Kimia.
95) Ombusdman Republik Indonesia.
96) Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
97) Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian.
98) Kantor Staf Presiden.
Terakhir dengan telah disahkannya amandemen Undang-Undang Terorisme, akan lahir jug
lembaga pengawasnya.
Proliferasi ini menggurita negara, sehingga beban keuangan negara semakin tinggi , jumlah
sumber daya hutang lebih besar dari sumber daya kekayaan negaranya. Disamping itu juga
untuk mencari keadilan memerlukan stamina dan biaya , harus melalui jalan panjang. Situasi ini
menjadi sesuatu yang tidak pasti dan sesuatu yang tidak tertib.
Konsep pengembang biakan /pemekaran dalam sistem hukum pemerintahan daerah , mirip
dengan pola Negara kerajaan. Konsep hukum semacam ini, akan menyebarkan benih-benih
kekuasan di setiap lapisan institusi di masyarakat , dan kekuasaan bisa mendapat tambahan (
reward ) daya dukung dari masyarakat atau anggota yang berada dalam institusi itu. Terciptanya
daya dukung dari masyarakat , adalah suplemen informasi yang disuntikan oleh para orator di
ruang terbuka atau ruang tertutup dalam alam nyata, demikian juga era informasi digital orator
berjamaah dengan kata-kata ataupun oral vocal telah mendominasi kebenaran friksional yang
mengakibatkan kontrak-kontrak sosial, dan hubungan warga negara terkondisi menjadi konsep
unduh .
Apapun informasinya tentu dengan mudah di unduh , frekewensinya berkeliaran menerjang
segala indra manusia mata telinga , otak . Informasi tanpa awak telah menggurita kehidupan
18
bernegara. Dampak dari sistem hukum pengembang biakan (pemekaran ) daerah , bersinergi
dengan informasi tanpa awak , meng-ileminasi kekuasaan daerah terhadap ketatanegaraan
dalam ber- negara. Informasi yang merasuk pada kotak-kotak telpon pintar warga negara ,
menjadikan satu orang pengumpul banyak info ,atau satu pembuat info mengumpulkan
banyak orang. Jika satu daerah mencoba keluat dari pusat kekuasaan dan berhasil , maka
duplikasinya nya hanya hitungan detik, merontokan pusat kekuasaan. Majapahit, Demak, Pajang
dan Mataram rontok jauh sebelum era informasi digital , meskipun matitudenya berskala 4 ,
namun gelombangnya pelan dan pasti , dalam hitungan tahun kenyataanya negara-negara itu
runtuh .
Runtuhnya negara-negara dalam kolaborasi proliferasi ( pemekaran daerah ) , prediksi
mendatang akan di alamai oleh negara-negara pasca perang dingin ,dimana kekuasaan tidak lagi
berada pada dua blok /kubu negara, yaitu antara blok komunis dan blok kapitalis. Arena
politik bukan berada dipanggung-panggung tertutup, namun telah berada pada jantung kehidupan
masyarakat itu sendiri, masyarakat industry, masyarakat komsumtif, masyarakat elite dan rakyat
kecil, kaya miskin dan pelajar , mahasiswa , akademisi, tokoh-tokoh masyarakat, intelektual,
ulama /agamawan , ormas -ormas , pengusaha, institusi global atau dan lain sebagainya .
lebih jauh pemekaran daerah , dimasa silam dan masa kini tidak lain adalah kontribusi
penguasa terhadap elite politik , berupa wilayah kekuasaan di daerah dari satu wilayah dipecah
menjadi dua wilayah daerah kekuasaan otonom , yang berdiri sendiri terlepas dari bentukan
asalnya. Berakhirnya orde baru, pertimbangan hukumnya bervariatif, salah satunya adalah
adalah pola pengembang biakan norma-norma dasar kehidupan bernegara yang sudah terakomudir dalam konstitusi - Proliferasi model ini, di ambil dari teori hukum murni yang
digagas oleh Hans Kelsen. Salah satu ajarannya adalah tentang legislator. sebagaiam besar
dianut di beberapa negara, termasuk Indonesia .
Pengaruh dari ajaran hukum ini , telah mengakibatkan terjadinya pergeseran hukum
ketatanegaraan , yang semula sebagai konsep hukum diam dalam medium hak – kewajiban
negara, berdasarkan konstitusi . Norma konstitusi, adalah instrument hukum yang dapat
mengantarkan rakyatnya mencapai kesejahteraan , dimana dalam ruang dan waktunya direalisasikan dalam bentuk undang-undang. Pada konsep hukum ini mengangap produk hukum
dalam bentuk undang-undang adalah final dan tidak bisa di ganggu gugat. Tidak ada
tempat/dilarang untuk menafsirkan atau menyatakan bahwa norma dalam undang-undang
adalah bertentangan dengan konstitusi.
Kekuasan mendatang , suplemen informasi yang terekspose oleh media online pun telah
menembus jantung kehidupan , sehingga perjuangan ideology tidak lagi merupakan
perlawanan terhadap pilihan dari kehidupan bernegara yaitu pilihan antara demokrasi kapitalis
melawan totaliterisme komunis , malainkan kita sudah memilih demokrasi abad 21 melawan
kegelapan abad 11. Gagasan untuk membangun sistem hukum dijantung politik , semacam ini
19
seakan-akan menenangkan rakyat , namun sesungguhnya kita telah menepiskan pikiran diri
sendiri bahwa kita telah berada di ambang kehidupan , hukum yang meruntuhkan negara ?