BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Perendaman Hasil Cetakan Polivinil Siloksan Dalam Larutan Sodium Hipoklorit Terhadap Stabilitas Dimensi Model Fisiologis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Cetak
2.1.1 Pengertian
Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam mulut.
17 Bahan cetak menghasilkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan mulut.
Hasil cetakan yang diisi bahan pengisi gips keras menghasilkan cetakan yang disebut reproduksi positif (model kerja dan model studi). Pada pencetakan gigitiruan cekat, model kerja digunakan dokter gigi merancang dan membuat konstruksi yang baik untuk pembuatan protesa gigitiruan cekat. Oleh karena itu, hasil cetakan harus akurat untuk mewakili struktur jaringan mulut.
18
2.1.2 Persyaratan
Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan cetak yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
18-23 1.
Mempunyai stabilitas dimensi dan keakuratan dimensi yang baik.
2. Mempunyai sifat flow yang baik.
3. Setting time pendek.
4. Cetakan harus cukup fleksibel, tidak berubah atau tidak mudah robek ketika dikeluarkan dari mulut.
5. Tidak berbau, tidak toksik, tidak berasa.
6. Mudah dimanipulasi, memiliki sifat wetting yang baik.
7. Memiliki masa penyimpanan yang cukup lama.
8. Dapat didesinfeksi tanpa mempengaruhi dimensi keakuratan bahan cetak secara signifikan.
9. Tidak mengeluarkan gas atau bahan lain ketika bahan cetak mengeras.
10. Kompatibel terhadap bahan dai dan bahan cetak lain.
2.1.3 Klasifikasi
24 Berdasarkan sifat mekanis, bahan cetak dikelompokkan menjadi: 1.
Bahan cetak non-elastis, terdiri dari : a.
Plaster of Paris b.
Bahan cetak kompoun c. Malam / wax d.
Pasta Zinc Oxide Eugenol 2. Bahan cetak elastis, terdiri dari : a.
Hidrokoloid, terdiri dari : Reversibel : Agar hidrokoloid Irreversibel : Hidrokoloid alginat b. Elastomer, terdiri dari :
Polisulfida Polieter Silikon kondensasi Silikon adisi (Polivinil Siloksan)
2.2 Bahan Cetak Elastomer
2.2.1 Pengertian
Bahan cetak elastomer adalah bahan cetak yang bersifat elastis seperti karet yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut akan tetap bersifat elastis dan fleksibel. Bahan cetak ini diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric
impression materials
oleh Spesifikasi ANSI/ADA No.19. Bahan cetak elastomer biasanya digunakan untuk mencetak pada pembuatan gigitiruan cekat, gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan penuh, gigitiruan dukungan implan karena menghasilkan
18 cetakan yang akurat untuk detail gigi dan daerah gerong.
Secara kimia, bahan cetak elastomer yang digunakan di kedokteran gigi dibagi menjadi 4 jenis yaitu: polisulfida, silikon kondensasi, silikon adisi (yang sering disebut polivinil siloksan/PVS) dan polieter. Polisulfida merupakan bahan cetak elastomer yang pertama ditemukan, diikuti oleh silikon kondensasi, polieter dan yang terakhir silikon adisi (PVS). Silikon adisi (PVS) dikategorikan sebagai silikon
18-20
adisi-polieter hybrid. Silikon adisi (PVS) adalah bahan cetak yang menghasilkan perubahan dimensi paling kecil dibandingkan dengan bahan cetak elastomer
17 lainnya.
2.2.2 Karakteristik
Sifat aliran dari bahan cetak elastomer memegang peranan penting terhadap keberhasilan aplikasi seperti bahan cetak dengan keakuratan tinggi ini. Bahan cetak tersebut dimasukkan ke dalam mulut sebagai suatu cairan kental dengan sifat penyesuaian aliran tertentu. Reaksi pengerasan kemudian mengubahnya menjadi suatu zat padat viskoelastis. Sifat aliran dalam bentuk padat juga penting bila ingin
18
memperoleh cetakan yang akurat. Selain itu sifat-sifat lain dari bahan cetak
17-20,25 elastomer dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. PERBEDAAN SIFAT-SIFAT BAHAN CETAK ELASTOMER
SIFAT POLI SILIKON SILIKON POLIETER SULFIDA KONDENSASI ADISI (PVS)
Waktu kerja 5,7 3 2-4 2,5 (menit)
Setting time
8-12 6-8 3-7 4,5 (menit)
Shrinkage
pada Tinggi Sedang-tinggi Sangat rendah Rendah saat setting Kemampuan Sedang Tinggi Sangat tinggi Tinggi elastis setelah dilepas
Fleksibilitas Tinggi Sedang Rendah- Rendah- ketika sedang sedang dilepaskan
Tear Strength
Sedang- Rendah-sedang Rendah- Sedang (Kekuatan tinggi sedang
Robekan)
Flow
Sedang- Rendah Sangat rendah Sangat tinggi rendah
Wettability
Sedang Tidak baik Baik-sangat Sangat baik baik Reproduksi Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik detail
Penundaan 30 menit- 1 jam 1 minggu 1 minggu waktu beberapa jam pengisian
Pengisian Bisa, cetakan Bisa Bisa Bisa berulang kedua tidak begitu akurat
Bahan cetak yang ideal adalah bahan cetak yang dapat mencetak struktur rongga mulut secara akurat, dikeluarkan dari mulut tanpa distorsi, dan dimensinya tetap stabil selama proses laboratorium atau ketika diisi dengan gips keras. Setelah dikeluarkan dari mulut, cetakan harus dapat mempertahankan stabilitas dimensinya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas dimensi suatu hasil cetakan yaitu perubahan suhu, shrinkage, polimerisasi yang kurang sempurna dan beberapa
18 bahan desinfektan.
Berdasarkan sifat viskositas/kekentalan, bahan cetak elastomer dibagi menjadi beberapa jenis viskositas untuk mendukung beberapa teknik mencetak. Polisulfida dan polieter dibagi menjadi 3 jenis viskositas yaitu light (wash), medium (regular), dan heavy. Silikon kondensasi biasanya tersedia dalam viskositas light dan putty, sedangkan silikon adisi tersedia dalam 6 jenis viskositas yaitu extra-light (injection),
17,18,21 light (wash), medium (regular), monophase, heavy dan putty (extra-heavy).
Selain itu, bahan cetak elastomer dikemas dalam 2 sistem komponen yaitu
18,21
dari basis (base) dan katalis. Terdapat 3 cara dalam pengadukan base dan katalis bahan cetak elastomer yaitu : pengadukan dengan spatula secara manual, pengadukan
21 dengan menggunakan gun dan pengadukan dengan menggunakan mesin.
2.3 Silikon Adisi (Polivinil Siloksan)
Silikon adisi sering disebut bahan cetak polyvinyl siloxane (PVS) atau vinyl
18 polysiloxane
(VPS). Bahan cetak PVS ini memiliki perubahan dimensi paling kecil (0,05%) setelah pengerasan dibanding dengan bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer lainnya. Selain itu, bahan cetak PVS memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi setelah dilepaskan dari daerah gerong dan tahan terhadap robekan. Hasil cetakan PVS dapat diisi beberapa kali dan mempunyai stabilitas dimensi yang baik selama seminggu tanpa mengalami distorsi. Oleh karena itu, banyak dokter gigi mengirim hasil cetakan ke laboratorium dental dan hasil cetakan PVS ini yang diisi
17 beberapa hari kemudian. Indikasi penggunaan dari bahan cetak PVS adalah pencetakan pada pembuatan gigitiruan cekat, pencetakan pada pembuatan inlay, onlay, mahkota dan jembatan serta pada pembuatan implan. Kontraindikasi dari penggunaan bahan cetak PVS adalah penggunaan sarung tangan lateks bersulfur pada saat memanipulasi putty
25 dari bahan cetak PVS.
2.3.1 Komposisi
Bahan cetak PVS tersedia dalam bentuk 2 sistem komponen yaitu basis (base) dan katalis (Gambar 1). Basis mengandung polymethyl hydrogen siloxane, bahan pengisi (filler), silanol serta pre-polimer siloksan lain. Katalis mengandung divinyl
polydimethyl siloxane
, bahan pengisi (filler), garam platinum sebagai katalis serta
18,25 pre-polimer lain.
Gambar 1 . Struktur kimia silikon prepolimer pada pasta bahan cetak silikon adisi. (a) Pasta mengandung Si-H (b) Pasta
22
mengandung Si-CH=CH2
2.3.2 Sifat
Bahan cetak PVS lebih disukai dari bahan cetak elastomer lain karena waktu pengerasan dari bahan PVS lebih singkat dan memiliki sifat elastis yang paling ideal.
Sifat elastis ini berguna pada saat bahan cetak dikeluarkan dari daerah gerong di dalam mulut dan ketahanan bahan cetak PVS terhadap sobekan cukup baik. Beberapa pabrik juga telah memodifikasi dan menambahkan barium sulfat pada bahan PVS untuk meningkatkan radiopasitas agar bahan ini dapat terdeteksi secara
22,26 radiografis.
Selain itu, bahan cetak PVS mempunyai stabilitas dimensi dan keakuratan dimensi yang baik. Perubahan dimensi bahan cetak PVS yang dibiarkan selama 24 jam sangat sedikit mengalami perubahan yaitu hanya -0,1%, dimana perubahan dimensi bahan PVS ini paling rendah dibanding bahan cetak elastomer lain. Bahan cetak PVS dapat ditunda pengisiannya sampai dengan 1 minggu tanpa terjadi
18,20,22,26 perubahan dimensi yang signifikan.
Sifat bahan PVS yang hidrofobik menyebabkan sulitnya membasahi permukaan, sehingga sulit untuk mengisi bahan cetak dengan bahan pengisi yang bebas gelembung udara. Sudut kontak air pada bahan hidrofobik ± 95º, sedangkan pada bahan hidrofilik ± 30º. Oleh karena itu, pabrik membuat bahan cetak PVS lebih hidrofilik dengan penambahan bahan surfaktan yang memungkinkan bahan cetak PVS membasahi jaringan lunak lebih baik dan dapat diisi dengan bahan pengisi (gips,
18 gips keras) secara lebih efektif ke dalam pasta.
Bahan cetak PVS dapat menghasilkan gas hidrogen sebagai reaksi sampingan bila polimerisasi bahan PVS tidak sempurna. Gas hidrogen ini dapat menyebabkan poreus pada model gips yang langsung diisi setelah cetakan dikeluarkan dari mulut. Oleh karena itu, pabrik sering menambahkan logam mulia seperti platinum atau
18,21 paladium untuk bertindak sebagai pembersih gas hidrogen.
Kontaminasi sulfur dari sarung tangan lateks menghambat pengerasan bahan cetak PVS. Senyawa sulfur dapat berpindah ke gigi yang dipreparasi dan jaringan lunak ketika melakukan preparasi, melakukan retraksi jaringan lunak dan ketika melakukan pengadukan putty dengan tangan. Senyawa sulfur dapat mempengaruhi kerja platinum yang berfungsi seperti katalis, menghambat polimerisasi pada daerah bahan cetak yang terkontaminasi dan menghasilkan distorsi pada hasil cetakan.
Dengan mencuci sarung tangan dengan detergen atau air sebelum mengaduk bahan
18,21 cetak dapat mengurangi efek kontaminasi senyawa sulfur tersebut.
2.3.3 Manipulasi
Bahan PVS terdiri dari 6 jenis viskositas/kekentalan yaitu light (wash), extra
light (injection), medium (regular), monophase, heavy dan extra heavy (putty).
Polivinil siloksan yang viskositasnya rendah dikemas dalam 2 pasta, sedangkan bahan putty dikemas dalam 2 wadah yang terdiri dari bahan basis dengan kekentalan tinggi dan bahan katalis. Bahan basis dan katalis mengandung bahan serupa, kedua bahan ini memiliki kekentalan yang hampir sama sehingga bahan cetak ini lebih
17,18 mudah diaduk.
Pada awalnya bahan cetak PVS yang terdiri dari 2 pasta yang terdiri dari basis dan katalis diaduk secara manual pada kertas pengaduk atau pelat kaca. Kedua pasta dengan warna berbeda diaduk secara merata dengan gerakan sirkuler hingga warnanya homogen. Seiring dengan perkembangan zaman, pabrik memproduksi alat
20-22 pengaduk dengan sistem static automixing dan dynamic mechanical mixing.
Sistem static automixing atau sistem dual catridge (Gambar 2) menggunakan alat seperti gun (pistol). Hasil pengadukan dengan gun ini dapat langsung dimasukkan ke dalam syringe injeksi atau pada sendok cetak. Hasil pengadukan degan sistem static automixing atau dual catridge menghasilkan bahan cetak dengan gelembung udara yang lebih sedikit. Kerugian dari sistem ini adalah perlunya pergantian ujung (tip) dari gun setiap kali pengadukan dan terbuangnya sejumlah
18-22
bahan cetak yang terdapat pada ujung (tip).Gambar 2 . Pistol pengaduk (Mixing gun) dengan sistem dual catridge
22
dan bahan PVS Spident light body (wash) Sistem dynamic mechanical mixing menggunakan alat seperti mesin pengaduk
(Gambar 3). Basis dan katalis dikemas dalam bentuk catridge dan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk. Keuntungan dari sistem ini adalah penggunaannya yang mudah, proses pengadukan cepat, hasil pengadukan bahan cetak merata dan lebih sedikit gelembung udara dibanding pengadukan dengan tangan. Kerugiannya antara
20-22 lain harga mesin pengaduk yang mahal dan sejumlah bahan cetak terbuang.
Gambar 3. Mesin pengaduk (Mechanical mixer) untuk bahan cetak
22
polivinil siloksan
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian
Tabel 2. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI BAHAN CETAK POLIVINIL
17,25
SILOKSAN
Keuntungan Kerugian
Hasil cetakan akurat Hidrofobik Mudah dimanipulasi
Terdapat banyak jenis viskositas Dapat terkontaminasi oleh sarung tangan lateks
Setting time
cepat Stabilitas dimensi yang baik Mahal
Daya tahan robekan sedang Distorsi lebih sedikit Pengerasan terpengaruh oleh suhu dan kelembaban
Dapat diisi berulang kali
2.4 Desinfeksi Pada Bahan Cetak
Bahaya penularan penyakit infeksi dari rongga mulut pasien selama proses perawatan gigi telah diteliti oleh WC Barrett dari Buffalo Dentistry School (USA) lebih dari 100 tahun lalu. Pada awalnya hanya menyatakan resiko penularan penyakit sifilis, namun pada masa sekarang kesadaran akan penularan penyakit infeksi menjadi
27
sangat penting. Pada saat prosedur perawatan, membran mukosa dan gusi pasien mungkin cedera. Oleh karena itu, saliva dan darah dengan mudah akan masuk ke dalam bahan cetak pada saat pencetakan. Darah, saliva dan eksudat yang mengandung mikroorganisme di rongga mulut pasien yang mempunyai potensial
5,17,19 terjadi kontaminasi silang kepada operator dan pekerja kedokteran gigi.
Mikroorganisme tersebut dapat mengakibatkan penyakit infeksius seperti demam,
19,28 pneumonia, Herpes, Hepatitis B, TBC dan AIDS.
Menurut Sofou A dkk dan Randall RC dkk (cit.Pang SK, 2006), menunjukkan proses pencetakan gigi pada praktek dokter gigi merupakan sumber utama infeksi silang. Banyak hasil cetakan yang dikirim ke laboratorium dental tanpa proses desinfeksi yang baik, beberapa masih terkontaminasi dengan darah dan sisa makanan.
Model yang diisi dari cetakan yang terinfeksi dapat menyebabkan mikroorganisme
15,19 infeksius berpindah dari tempat praktek ke laboratorium.
Federation Dentaire International
(FDI) menyatakan semua hasil cetakan dan gigitiruan pasien harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum dikirim ke laboratorium.
Bila hasil cetakan dan gigitiruan terinfeksi dikirim langsung ke laboratorium tanpa
28 proses desinfeksi maka siklus infeksi silang akan terjadi (Gambar 4). Dokter Gigi Pasien Infeksi Silang Asisten
Tekniker
28 Gambar 4. Siklus dari kontaminasi/infeksi silang
Kontaminasi silang dapat terjadi dari tempat praktek ke laboratorium begitu juga sebaliknya. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah dekontaminasi adalah dengan melakukan proses desinfeksi di tempat praktek. Apabila proses desinfeksi tidak dilakukan, maka desinfeksi harus dilakukan di laboratorium. Pekerja laboratorium mungkin dapat terpapar melalui kontak langsung (melalui tersayat dan
28 luka) atau melalui inhalasi dari aerosol ketika melakukan prosedur laboratoris.
Desinfeksi atau kontrol infeksi pada bahan cetak merupakan masalah yang
8
terus berkembang dalam bidang kedokteran gigi. Semua hasil cetakan harus dicuci dengan air mengalir setelah dikeluarkan dari mulut untuk membersihkan hasil cetakan dari sisa saliva dan darah pasien. Kemudian hasil cetakan harus didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi silang atau perpindahan organisme dari model gips ke
19,21,29 operator dan pekerja laboratorium.
Bahan cetak elastomer umumnya didesinfeksi dengan berbagai larutan antimikroba tanpa mengubah stabilitas dimensi
18,19 serta waktu pendesinfeksiannya singkat.
2.4.1 Proses dan Metode Desinfeksi
Proses desinfeksi dapat dibagi menjadi 2 yaitu secara fisis dan kemis. Secara fisis yaitu dengan cara pemanasan dan sinar UV, sedangkan secara kemis yaitu menggunakan bahan kimia (desinfektan) seperti sodium hipoklorit, glutaraldehid,
19,29 alkohol, iodofor dll.
Ada 2 metode desinfeksi (Tabel 3) yang sering digunakan di kedokteran gigi yaitu metode spray (penyemprotan) dan metode perendaman. Metode penyemprotan lebih sederhana dan lebih cepat, tetapi tidak menjamin seluruh permukaan hasil cetakan terdesinfeksi sempurna. Menurut Kohn WG dkk (2004) dan Department of
Health in England
, metode perendaman lebih efektif dibandingkan dengan metode penyemprotan. Keuntungan dari metode perendaman adalah seluruh permukaan hasil cetakan terendam secara sempurna dalam bahan desinfektan dan berkurangnya resiko inhalasi mikroorganisme terhadap operator maupun pekerja laboratorium. Menurut Anusavice, perendaman yang terlalu lama (lebih dari 30 menit) dapat menyebabkan perubahan dimensi dan bahan-bahan tertentu dapat mengurangi kekerasan permukaan
6,14,16,18,19 dari model gips yang dapat mempengaruhi hasil gigitiruan yang akan dibuat.
Tabel 3. METODE DAN BAHAN DESINFEKSI YANG DIREKOMENDASIKAN
17,19
PADA BAHAN CETAK
Bahan Cetak Bahan Desinfektan Lama Perendaman
Alginat dan agar 1:10 sodium hipoklorit, 1:213 10-30 menit hidrokloloid iodofor Polisulfida 1:10 sodium hipoklorit, 10-30 menit
1:213 iodofor, glutaraldehid, fenol kompleks Silikon kondensasi 1:10 sodium hipoklorit, 10-30 menit dan silikon adisi 1:213 iodofor, glutaraldehid, fenol kompleks
Polieter 1:10 sodium hipoklorit, < 10 menit atau spray 1:213 iodofor, glutaraldehid, fenol kompleks
Kompoun 1:10 sodium hipoklorit, 10-30 menit 1:213 iodofor
Zinc Oxide Eugenol
1:213 iodofor, glutaraldehid 10-30 menit
2.5 Desinfektan
2.5.1 Pengertian
Desinfektan adalah suatu bahan yang mengandung antimikrobial agen yang efektif untuk membunuh mikroorganisme. Pemakaian desinfektan pada bahan cetak sangat dianjurkan oleh American Dental Association (ADA) untuk menghindari infeksi silang.
8 Desinfektan yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu sodium hipoklorit, iodofor, phenol, glutaraldehid, dan klorheksidin.
14,19
Berbagai produk desinfektan komersial sudah dipasarkan, dan beberapa diantaranya dapat digunakan pada situasi tertentu. Keefektifan dari perendaman dan desinfektan permukaan tergantung pada beberapa faktor diantaranya :
29 1.
Konsentrasi dan sifat mikroorganisme yang menyebabkan kontaminasi 2. Konsentrasi larutan kimia 3. Lamanya waktu perendaman 4. Jumlah bioburden atau eksudat yang terkontaminasi
Larutan kimia yang digunakan sebagai desinfektan tidak efektif terhadap mikroorganisme yang mempunyai resistensi tinggi seperti bakteri dan spora mikotik.
Desinfektan yang tersedia di pasaran terdiri atas larutan perendaman, semprotan, dan
foam
dengan tujuan pemakaian masing-masing. Larutan kimia dengan tujuan desinfeksi diatur dan didaftarkan oleh Enviromental Protection Agency (EPA).
29 Sifat desinfektan yang ideal yaitu :
29
1.Spektrum luas artinya mempunyai antimikrobial yang seluas mungkin.
2. Bekerjanya cepat artinya mempunyai aksi letal yang cepat terhadap semua bentuk vegetatif dan spora bakteri serta jamur, protozoa, dan virus.
3. Tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan kompatibel artinya aktif pada keadaan adanya bahan organik seperti darah, dahak, dan bahan kimia lain.
2.5.2 Glutaraldehid
2
Iodofor adalah bahan yang mempunyai efek germisidal yang kuat. Bahan ini efektif terhadap bakteri gram negatif, M.tuberculosis, spora, jamur dan sebagian virus. Keuntungan dari pemakaian iodofor adalah spektrum kerja luas, aktivitas biosidal 5-10 menit, ekonomis, efektif dalam larutan encer, tidak banyak
19,29
, jamur, dan virus serta mampu merusak spora mikrobial dalam waktu 6-10 jam. Keuntungan dari pemakaian glutaraldehid adalah spektrum antimikrobial luas, aktivitas biosidal tinggi, daya hidup aktifnya lama, menembus darah dan debris organik lain. Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah sangat mengiritasi jaringan, alergenik, dan dapat mengubah warna logam.
M.tuberculosis
) adalah bahan senyawa yang mempunyai 2 unit aldehid, satu pada masing-masing ujung rantai karbon. Glutaraldehid dengan konsentrasi 2%-3,2% efektif terhadap semua bakteri vegetatif termasuk
8 O
4. Tidak toksik dan tidak berbau.
5 H
Glutaraldehid (C
8. Ekonomis, relatif tidak mahal.
7. Mudah penggunaannya.
6. Tidak menimbulkan efek sisa pada permukaan yang didesinfeksi.
5. Kecocokan permukaan artinya tidak menyebabkan korosi alat dan permukaan dari logam.
2.5.3 Iodofor
menimbulkan efek samping, aksi biosidal residual. Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah tidak stabil pada temperatur tinggi, harus dibuat setiap hari, dapat menodai permukaan, tidak aktif bila berkontak dengan alkohol dan air keras, waktu pelarutan
19,29 dan kontak kritis.
2.5.4 Sodium Hipoklorit Klorin adalah senyawa utama yang terdapat di dalam sodium hipoklorit.
Sodium hipoklorit merupakan bahan germisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagian besar bakteri dalam waktu 15-30 detik pada konsentrasi 0,10-0,25 ppm.
Sodium hipoklorit bekerja terutama melalui reaksi oksidasi, sebagai asam hipoklorus yang dengan cepat akan diubah oleh air dan lebih aktif bekerja pada larutan asam.
Larutan pemutih (biasanya mengandung sodium hipoklorit 5,25%-10%) diencerkan dalam air dengan perbandingan 1:10 sampai 1:1000 terbukti merupakan desinfektan yang digunakan sejak tahun 1970-an khususnya pada daerah yang terkontaminasi virus hepatitis. Pusat Pengontrolan Penyakit menganjurkan pemakaian larutan sodium hipoklorit 500-5000 ppm (0,05-0,5%) sebagai bahan efektif untuk membunuh virus
19,29 hepatitis B.
Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah spektrum luas (bersifat bakterisidal, tuberkulosidal, dan virusidal), antimikrobial berlangsung cepat, ekonomis, efektif pada larutan encer, beberapa produk terdaftar pada EPA dan diakui oleh ADA. Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah harus dapat dibuat baru setiap hari, baunya kurang enak, mengiritasi kulit dan mata, mengorosi logam, merusak
19,29 pakaian, mendegradasi plastik dan karet.