Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Dari Bahan Cetak Elastomer Setelah Direndam Kedalam Larutan Daun Sirih 25%

(1)

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI

BAHAN CETAK ELASTOMER SETELAH DIRENDAM

KEDALAM LARUTAN DAUN SIRIH 25%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

Ahmad Affandi NIM : 050600161

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 07 September 2009

Pembimbing Tanda Tangan

Lasminda Syafiar,drg., M.Kes ………


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 07September 2009

TIM PENGUJI KETUA : Lasminda Syafiar,drg., M.Kes Anggota : 1. Sumadhi S,drg,. Ph D

2. Siti Chadidjah AZ, drg 3. Rusfian, drg., M.Kes


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat penghargaan serta bimbingan dari pelbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik, untuk itu dengan kerendahan hati, tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara serta sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini.

2. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini. 3. Saidina Hamzah Daliemunthe,drg.,Sp.Perio selaku dosen wali yang selalu

membimbing saya selama saya belajar di FKG USU

4. Ayahanda dan ibunda tercinta, Suwarno Usman,Dr.,MKT dan Dra.Tuty Wuryaningsih, berkat kasih sayang dan doa yang tiada putus- putusnya selama ini sehingga mengahantarkan penulis kejenjang sarjana. Semoga gelar Sarjana Kedokteran Gigi yang penulis peroleh bisa membahagiakan ayahanda dan ibunda, serta kakanda,abanganda dan adinda Tity wulandari,Dr, Harry sundoro,Dr dan Nurul Utami yang telah memberikan dorongan,perhatian dan dukungan penulis.


(5)

5. Saudara saudara ku yang tak mungkin di sebutkan semua yang telah membantu mendoakan agar skripsi ini selesai

6. Yati Roesnawi, drg dan keluarga yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Kekasih ku tercinta Risya Dini Marsa yang telah memberikan ku motivasi, dorongan, serta semangat yang tinggi untuk menyelesakan skripsi ini. 8. Teman teman-terbaikku Irvan, Dyan, Aswan, TM, Topik, Adi, Seli, Amy,

Tiwi, Ijan, Surya, Azree, Putra, Daniel, Ain, Shaz, Wandi, Chandra, Tito, Tuiq, Mango, Kiki, Rony, Andri, Muhammad Rahim dan Sheri atas dorongan dan motivasi yang telah diberikan. Serta teman teman angkatan 2003 sampai 2007 dan seluruh pegawai Departemen Ilmu Material dan Teknologi, pegawai perpustakaan, pegawai ruang baca dan seluruh pihak yang membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat memberikan menfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, 07 September 2009 Penulis

AHMAD AFFANDI NIM : 050600161


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….... iii

KATA PENGANTAR....……….. iv

DAFTAR ISI..………... vi

DAFTAR TABEL……….... ix

DAFTAR GAMBAR……….... x

DAFTAR GRAFIK……… xi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……..……….. 1

1.2 Perumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………. 5

1.4 Manfaat Penelitian………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 6

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN………… 12

3.1 Kerangka Konsep………. 12

3.2 Hipotesa Penelitian……….. 13

BAB IV METODE PENELITIAN………... 14

4.1 Jenis Penelitian………. 14


(7)

4.3 Tempat Penelitian……… 14

4.4 Populasi,sampel, dan besar sample……… 14

4.4.1 Populasi………... 14

4.4.2 Sampel………. 14

4.4.3 Besar Sampel……….. 14

4.5 Varibel Penelitian... 14

4.5.1 Varaiabel Bebas... 14

4.5.2 Variabel Tergantung... 15

4.5.3 Variabel Terkendali... 15

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali... ... 15

5. Defenisi Operasional... 16

5.1 Stabilitas Dimensi... 16

5.2 Desinfektan... 16

5.3 Grup Kontrol... 16

5.4 Batas Toleransi Klinik... 16

6. Alat dan Bahan Penelitian... 17

6.1 Alat Penelitian... 17

6.2 Bahan Penelitian... 18

7. Prosedur Penelitian... 18

8. Analisa Data... 20

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN... 21

5.1 Hasil Penelitian... 21

5.2 Analisis Hasil Penelitian... 21

BAB VI PEMBAHASAN... 24


(8)

7.1 Kesimpulan... 28

7.2 Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil pengukuran pada pucak die……… 21 Tabel 2 Hasil uji statistik perubahan dimensi antara die hasil pengisian

cetakan tanpa perendaman hasil cetakan dalam larutan desinfektan (0 menit) dengan die hasil pengisian cetakan setelah perendaman hasil cetakan selama 10,20,30,40, dan 50 menit dalam larutan


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Alat alat yang dipakai………... 17 Gambar 2 Bahan-bahan yang dipakai……….. 18 Gambar 3 Hasil cetakan pada 0,10,20,30,40,dan 50 menit……. 23


(11)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Garfik 1 Perbedaan rata-rata hasil pengukuran pada puncak die……….. 22


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan IPTEK dan kesadaran pasien, timbul tuntutan akan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang canggih,prima,dan memenuhi syarat kesehatan yang andal. Tindakan didalam kamar praktek gigi dan penggunaan instrumentasi dokter gigi sangat memungkinkan terjadinya infeksi silang, baik kepada dokter gigi sendiri, asisten, keluarga, atau ke pasien lainnya. Dalam prosedur kerjanya, dokter gigi selalu menggunakan instrumen yang berkontak dengan cairan mulut, darah.1

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat yang ditunjang dengan majunya teknologi informasi di negara berkembang, sering para dokter gigi dihadapkan kepada pertanyaan yang berkisar kepada kebersihan alat/instrumen yang digunakan. Hal ini disebabkan banyaknya penyakit berbahaya yang dapat ditularkan melalui alat/instrumen,seperti Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) atau hepatitis B.1

Pada dasarnya dalam lingkungan kerja dokter gigi banyak kuman dan bakteri patogen yang dapat menimbulkan kontaminasi silang terhadap dokter gigi dan laboran. Seperti diketahui akhir akhir ini banyak perhatian diberikan baik pada media massa maupun kepada paramedis,usaha usaha untuk mencegah terjadinya hepatitis B,AIDS dan juga herpes simplek yang dapat bermula di ruang praktek dokter gigi.2

Salah satu pekerjaan di bidang kedokteran gigi yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi silang kuman adalah pengambilan cetakan rahang. Oleh


(13)

karena itu, perlu untuk merendam hasil cetakan rahang dalam larutan antiseptik,segera setelah cetakan di keluarkan dari mulut. Ketepatan hasil suatu bahan cetak merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan.2

Kontaminasi instrumen bisa terjadi akibat kontak langsung dengan cairan mulut, darah, setelah pencetakan terdapat cairan mulut atau saliva pada hasil cetakan yang dapat mengkontaminasi pada dokter gigi serta laboran. Untuk itu harus di upayakan dengan pencucian hasil cetakan dengan air serta merendam hasil cetakan kedalam disinfekstan.1

Durr dan Novak dan Motegi menyatakan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang maka sebaiknya cetakan setelah dikeluarkan dari mulut direndam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Suatu usaha untuk memajukan obat tradisional banyak dilakukan penelitian tentang khasiat daun sirih. Disebutkan oleh Eykinan bahwa yang memberikan bau khusus pada daun sirih adalah khavikol, dimana bahan ini mempunyai khasiat bakterisid lima kali lebih kuat daripada phenol biasa. Dalam penelitian Soepartinah disebutkan bahwa air sirih 25% yang diolah dengan cara direbus menyebabkan tidak tumbuhnya bakteri.2

Siswomiharjo W (1994) menyatakan bahwa perubahan dimensi hasil cetakan dari bahan alginate yang telah direndam dalam larutan desinfeksi air sirih 25%, glutaraldehyde 2% dan sodium hyprochlorite 1% berbeda sangat bermakna (p<0,01),dan perendaman dalam air sirih 25% memberikan perubahan dimensi yang paling kecil yaitu sebesar 0,01%. Perubahan dimensi bahan cetak alginate setelah direndam 10 menit dalam larutan disinfektan, yaitu sebesar 0,02% dengan glutaraldehyde 2%;0,06% dengan hypochlorite 1%;dan 0,01% dengan air sirih 25%.2


(14)

Menurut penelitian dari Sjoekoer dkk bahwa infusum sirih dapat menghambat pertumbuhan E.Coli , Staphylococus koagulase positif, Salmonela typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang kerap kali resisten terhadap antibiotik.3

Menurut Mc Cabe dan Storer (1980),salah satu faktor penyebab perubahan dimensi hasil cetakan adalah ketebalan bahan cetak. Selain itu penyebab perubahan dimensi model kerja dapat pula berasal dari gips keras. Menurut spesifikasi ADA No.25 perubahan dimensi yang terdapat pada gips keras,karena terjadinya setting expansion, maksimal yang dapat diterima adalah 0,2%.4

Untuk pencetakan tumpatan tuang, mahkota, gigi tiruan jembatan atau gigi tiruan penuh lepasan biasanya digunakan bahan cetak elastomer, karena bahan cetak tersebut dapat menghasilkan ketepatan yang lebih baik dibandingkan dengan bahan cetak hidrokoloid (Lacy,1981). Pada saaat ini yang tersedia di Indonesia adalah bahan cetak elastomer jenis polieter dan silikon4.

Menurut Craig dan Peyton (1980), perubahan dimensi dan deformasi permanen atau perubahan bentuk pada bahan cetak silikon addition type lebih kecil dibandingkan dengan condensation type. Perubahan dimensi selama 24 jam kurang dari 0,05%. Hal ini ternyata merupakan perubahan dimensi yang terkecil dibandingkan dengan semua bahan cetak elastomer yang lain. Waktu pengerjaan dari bahan cetak silikon addition type relatif lebih pendek dan fleksibilitasnya lebih rendah dibandingkan dengan bahan cetak elastomer yang lain4.

Addition cured silicone dan polyether impresion materials sangat mungkin mendapatkan keakuratan cetakan yang diinginkan. Akhir akhir ini banyak penelitian yang difokuskan untuk improvisasi karakteristik penanganan, stabilitas dimensional dari addition cure silicon.5


(15)

Salah satu cara untuk mengeliminasi bakteri dilakukan perendaman cetakan atau penyemprotan cetakan daengan desinfektan. Cara efektif untuk mengdisinfeksi bahan cetakan tersebut adalah dengan cara merendam didalam larutan disinfeksi selama 30 menit. Disinfeksi hasil cetakan dapat juga dilakukan dengan menggunakan spray disinfeksi5.

American Dental Association menganjurkan perendaman selama 30 menit dalam larutan disinfektan glutaraldehyde bagi bahan cetak silicone yang polisulfida kondensasi dan addition cured untuk bahan irreversibel hydrokoloid dan polyeter digunakan chlorine compound spray5.

Sebagian besar penelitian tentang ekstrak tanaman daun sirih telah membuktikan efek antibakterialnya terhadap streptokokus mutans . Efek anti bakterialnya berpengaruh untuk mengurangi pertumbuhan bakteri tersebut. Razak dan Rahim mengatakan bahwa ekstrak dari daun sirih secara tidak langsung menghambat perlekatan dari streptokokus mutans dengan membuat lingkungan jadi tidak kondusif bagi streptokokus mutans untuk melekat.6

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian di atas timbul permasalahan apakah perendaman hasil cetakan dari bahan cetak elastomer dalam larutan sirih 25% akan mempengaruhi stabilitas dimensi pada hasil cetakan bila dibandingkan dengan hasil cetakan dari bahan cetak elastomer yang segera diisi gips stone.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perubahan dimensi pada hasil cetakan dengan bahan elastomer setelah hasil cetakan


(16)

direndam dengan campuran larutan daun sirih 25% dengan variasi perendaman 10,20,30,40 dan 50 menit.

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat diketahui ada tidaknya perubahan dimensi hasil cetakan yang diisi gips stone setelah hasil cetakan direndam dalam campuran larutan daun sirih 25% selama 10,20,30,40, dan 50 menit.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembuatan gigi tiruan diperlukan bahan cetak yang berfungsi untuk mendapatkan cetakan negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya. Bahan cetak menurut Combe (1992) dibagi menjadi kelompok nonelastik dan elastik. Bahan cetak elastik ini terdiri atas jenis hidrokoloid dan elastomer 2.


(17)

Untuk pencetakan tumpatan tuang, mahkota, gigi tiruan jembatan atau gigi tiruan penuh lepasan biasanya digunakan bahan cetak elastomer, karena bahan cetak tersebut dapat menghasilkan ketepatan yang lebih baik dibandingkan dengan bahan cetak hidrokoloid (Lacy,1981). 4

Untuk menghasilkan cetakan yang akurat,bahan yang digunakan untuk membuat tiruan dari jaringan intraoral dan ekstraoral harus memenuhi kriteria berikut. Pertama, bahan tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke mulut. Kedua, selama di mulut,bahan tersebut harus berubah (mengeras) menjadi benda padat menyerupai karet dalam waktu tertentu; idealnya waktu pengerasan total harus kurang dari 7 menit. Akhirnya, cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor dapat dituang.7

Terdapat sekelompok bahan cetak elastik menyerupai karet yang dikenal sebagai elastomer. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik; bahan tersebut dikembangkan untuk meniru karet alam ketika bahan tersebut menjadi sulit diperoleh selama Perang Dunia kedua. Awalnya disebut bahan cetak karet, bahan sintetik tersebut akhir-akhir ini disebut sebagai elastomer atau bahan cetak elastomerik. ADA spesifikasi No.19 menyebut bahan ini sebagai bahan cetak elastomerik tanpa air untuk kedokteran gigi.7

Suatu bahan elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan silang tersebut mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik tertentu membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel. Pada keadaan ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu yang dapat kembali ke keadaan


(18)

semula; yaitu rantai kembali melingkar pada keadaan berikat ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan kelakuan dan sifat elastis bahan tersebut.7

Bahan menyerupai karet sintetik, pertama kali dibuat dari suatu proses yang disebut vulkanisasi atau curing. Vulkanisasi adalah suatu proses ikatan silang yang melibatkan gugus sulfur merkaptan, komponen yang memberikan karakteristik aroma bahan cetak polisulfit. Bahan elastomerik di kedokteran gigi yang pertama, polisulfida, sering kali dihubungkan dengan (1) jenis bahan,yaitu bahan cetak berbasis karet;(2) istilah proses,yaitu bahan cetak vulkanisasi;(3) kimia,yaitu bahan cetak mercaptan,atau (4) nama salah satu pabrik pembuat pertama, seperti Thiokol Corporation.7

Terdapat 4 jenis elastomer di kedokteran gigi yang digunakan sebagai bahan cetak : polisulfida,silikon polimerisasi kondensasi, silikon polimerisasi tambahan dan polieter. Masing masing bahan tersebut dapat mencetak struktur rongga mulut dengan cukup akurat untuk digunakan dalam pembuatan restorasi protesa cekat atau lepasan. Kebanyakan bahan cetak elastomer adalah sistem 2 komponen yang di kemas dalam bentuk pasta. Kedua pasta yang berbeda dikeluarkan dengan panjang yang sama pada kertas pengaduk dan diaduk dengan spatula sampai berbentuk warna homogen. Pengerasan terjadi melalui suatu kombinasi perpanjangan rantai polimerisasi atau ikatan silang,atau keduanya baik dengan reaksi kondensasi maupun reaksi tambahan.7

Pilihan suatu bahan cetak karet ditentukan oleh karakteristik tertentu yang disukai oleh operator. Umumnya, bahan silikon dan polieter memiliki keunggulan dalam warna dengan sedikit atau tanpa bau. Bahan tersebut juga lebih bersih. Di sisi lain, silikon lebih unggul dibandingkan bahan cetak polisulfid dan polieter


(19)

dari sudut pandang lamanya penyimpanan. Cetakan dengan keakuratan yang sama diperoleh dengan semua bahan elastomer jika digunakan teknik yang tepat.7

Bahan cetak ideal dapat mencetak struktur rongga mulut secara akurat,di keluarkan dari mulut tanpa distorsi, dan dimensinya tetap stabil selama proses laboraturium atau ketika diisi stone. Begitu dikeluarkan dari dalam mulut, cetakan harus mempertahankan keakuratan dimensinya. Juga beberapa prosedur disinfeksi dapat mengubah bahan cetak, sehingga mempengaruhi keakuratan hasil cor yang didapat.7

Bahan cetak silikon dengan reaksi tambahan seringkali disebut bahan cetak polyvinylsiloxane atau vinyl polysiloxane. Vinyl polysiloxane encer dan agak kental dikemas dalam 2 pasta, sementara bahan putty dikemas dalam 2 tube yang terdiri atas bahan basis dengan kekentalan tinggi dan bahan katalis. Karena baik basis dan katalis mengandung bahan yang serupa, kedua bahan ini memiliki kekentalan yang hampir sama. Jadi, bahan tersebut lebih mudah diaduk dibandingkan dengan silikon kondensasi.7

Vinyl polysiloxane juga dapat disimpan dalam lemari es sebelum digunakan. Pendinginan ini memiliki sedikit pengaruh pada kekentalan. Kemudahan dan kecepatan pemindahan bahan kedalam mulut telah menciptakan tuntutan terhadap bahan dengan waktu pengerasan yang lebih pendek.7

Bahan cetak vinyl polysiloxane merupakan bahan bersifat elastik paling ideal selama ini. Distorsi ketika mengeluarkan melalui underkut umumnya tidak terjadi, karena bahan ini mempunyai nilai regangan dalam tarikan terendah (distorsi permanen). 7

Bahan cetak Vinyl polysiloxane adalah paling stabil dimensinya dibandingkan semua bahan yang ada. Tidak ada penguapan produk hasil reaksi


(20)

samping yang menyebabkan pengerutan bahan. Perubahan dimensi umumnya berasal dari pengerutan thermal begitu bahan mendingin dari temperatur mulut ke temperatur ruangan. Suatu penelitian menunjukan bahwa cetakan yang diisi antara 24 jam dan 1 minggu kemudian memiliki keakuratan yang sama seperti cetakan yang diisi segera, dengan ansumsi tidak ada masalah dengan hidrogen gelembung.7

Bahan cetak vinyl polysiloxane mudah didisinfeksi dengan merendam pada larutan hipoklorit 10% atau glutaraldehid 2%. Umumnya,perendaman 10-15 menit sudah cukup. Satu kerugian dari perendaman yang lebih lama adalah komponen permukaan, yang membuat bahan lebih hidrofilik dan lebih mudah diisi dengan stone, cendrung megelupas selama proses disinfeksi. Hasil akhirnya adalah bahwa bahan hidrofilik menjadi hidrofobik.7

Nama betel dari bahasa Portugis-betle, berasal sebelumnya dari bahasa Malayalam di negri Malabar yang disebut vettila. Dalam bahasa Hindia lebih dikenali pan atau paan dan dalam bahasa sunskrit pula disebut sebagai tambula. Dalam bahasa Sinala Sri Langka disebut bulat. Sedangkan dalam Bahasa Thai pula disebut sebagai plu. Tanaman ini sudah dikenal sejak tahun 600 SM sebagai antiseptik yang mampu membunuh kuman. 8

Di dalam daun sirih terkandung minyak atrisi yakni fenol betel dan kavikol yang menimbulkan aroma yang harum. Dua bahan ini bisa berfungsi sebagai antiseptik alami karena mengandung komponen fenol alami. Rasa sirih itu sendiri disebabkan oleh kandungan fenol dan bahan bahan terpene yang menyebabkan daun tersebut pedas. Bahan bahan yang terdapat dalam daun sirih ialah kalsium nitrat,sedikit gula dan tannin. 8


(21)

Dental stone sebagai bahan pengisi disebut juga sebagai autoclaved hemihydrate atau alpha hemihydrate. Dental stone ini berwarna putih dan tidak dapat dibedakan dengan jenis plaster yang juga berwarna putih, sehingga untuk dapat membedakannya, pada dental stone biasanya di tambahkan zat pewarna yang tidak mempengaruhi sifat sifat dari bahan tersebut. Bentuk kristalnya lebih padat dari model plaster, prismatik, dan tidak memerlukan penambahan air yang banyak bila dibandingkan dengan beta hemihydrate, sehingga dental stone ini lebih kuat dan lebih keras dibandingkan dengan beta hemihydrate atau model plaster. Produk yang dihasilkan ini lebih kuat dan lebih keras dibandingkan dengan hasil dari plaster of paris. Alasan utama dari perbedaan ini adalah bahwa bubuk alpha hemihydrate membutuhkan lebih sedikit air daripada beta hemihydrat. Juga dikarenakan oleh perbedaan ukuran kristal, luas permukaan, dan permukaan kisi dan kristal. Dental stone pada kedokteran gigi digunakan sebagai bahan pembuat model die, juga sebagai binder bagi bahan investment yang sesuai untuk penuangan alloy pada suhu dibawah 12000C.9,10


(22)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

PENCETAKAN

Hasil cetakan segera diisi gips

stone tanpa perendaman ke

dalam larutan disinfektan

Hasil cetakan dengan

perendaman dalam larutan

daun sirih/desinfektan selama

10,20,30,40 dan 50 menit

Hasil Cetakan


(23)

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian ini adanya perbedaan terhadap stabilitas dimensi hasil cetakan yang segera diisi gips stone dengan hasil cetakan yang diisi gips stone setelah perendaman hasil cetakan ke dalam larutan daun sirih 25% selama 10,20,30,40,dan 50 menit

• Pengisian hasil cetakan dengan gips stone setelah perendaman, hasil cetakan dalam larutan desinfektan selama 10,20,30,40 dan 50 menit

Model Die


(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian : Eksperimental Laboraturium

4.2. Desain Penelitian : Posttest Only Control Group Desain

4.3 Tempat Penelitian : Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material

Dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan

4.4. Populasi,sampel, dan besar sampel

4.4.1 Populasi : Model / die dari gips stone yang merupakan hasil pengisian cetakan dengan bahan cetak elastomer

4.4.2 Sampel : Die hasil cetakan dari bahan cetak elastomer yang segera diisi bahan gips stone dan die hasil


(25)

cetakan dari bahan cetak elastomer yang direndam dalam larutan daun sirih 25% dengan variasi waktu perendaman berbeda, lalu diisi dengan gips stone

4.4.3 Besar Sampel : Sampel yang dibuat sebesar 10 buah untuk setiap perlakuan

4.5 Varibel Penelitian

4.5.1 Varaiabel Bebas

1. Die dari gips stone hasil pengisian cetakan setelah hasil cetakan direndam dalam larutan daun sirih 25% dalam waktu yang berbeda. 2. Die dari gips stone hasil cetakan segera setelah dilakukan pencetakan

4.5.2 Variabel Tergantung

1. Lamanya perendaman hasil cetakan

2. Jenis larutan desinfeksi yang digunakan untuk perendaman hasil cetakan

4.5.3 Variabel Terkendali

1. Ratio gips stone dan air 2. Cara pengisian bahan cetak 3. Larutan daun sirih 25%

4. Ratio base pasta dan accelelator

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Besarnya tekanan selama pencetakan 2. Arah tekanan selama pencetakan


(26)

3. Kecepatan pengadukan bahan cetak elastomer 4. Melepaskan cetakan dari die

5. Defenisi Operasional

5.1 Stabilitas dimensi adalah kemampuan ukuran untuk atau ruang lingkup untuk tetap bertahan terhadap lingkungan

5.2 Desinfektan merupakan zat yang berkhasiat mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh bentuk vegetatif kuman-kuman yang berada diluar tubuh.

5.3 Grup kontrol merupakan grup placebo ( tanpa perlakuan

perendaman hasil cetakan dalam larutan disinfektan).

Variabel Bebas

Lamanya perendaman hasil

cetakan

• Jenis larutan desinfektan yang digunakan untuk perendaman hasil cetakan

Variabel Tidak Terkendali

• Besarnya tekanan selama pencetakan

• Arah tekanan selama pencetakan

• Kecepatan pengadukan bahan cetak elastomer

• Melepaskan cetakan dari die

Variabel Tergantung

• Die dari gips stone hasil pengisian cetakan setelah perendaman hasil cetakan dalam larutan desinfektan larutan daun sirih 25%

• Die dari gips stone hasil pengisian cetakan segera setelah dilakukan pencetakan

Variabel Terkendali

• Ratio gips stone dan air

• Cara pengisian bahan cetak

• Larutan daun sirih 25%

• Ratio base pasta dan accelelator

• Bahan cetak elatomer


(27)

5.4 Batas toleransi klinik merupakan batas perubahan dimensi yang terjadi pada bahan cetak setelah perlakuan yang masih diterima dalam penggunaan klinik.

6. Alat dan Bahan Penelitian 6.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah : - Sendok cetak partial

- Vibrator

- Rubber bowl dan spatula

- Master die

- Kaliper

- Kaca pengaduk

A B

C D

Gambar 1. alat alat yang di pakai : A. Rubber bowl dan spatula


(28)

B. Kaliper C. Master die

D. Kaca pengaduk dan lecron 6.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah

- Bahan cetak elastomer Exaflex-Hidrophilic vinyl poltsiloxane - Aquades

- Gips Stone

- Larutan Daun sirih 25%

A B

C

Gambar 2. Bahan bahan yang dipakai : A. Daun sirih

B. Bahan cetak elastomer Exaflex-Hidrophilic vinyl poltsiloxane C. Dental stone

7. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(29)

Cara kerja :Daun srirh 500 gram dipotong potong kemudian direbus ke dalam 1 L air hingga mendidih. Setelah dingin, air yang tersaring adalah 50%. Pengenceran air sirih 50% dengan aquades ( 1:1) yang akan menghasilkan air sirih 25%.

2. Dibuat 10 buah sampel sebagai kontrol yaitu hasil cetakan bahan cetak elastomer yang langsung diisi gips stone

Cara kerja :

Bahan cetak katalis dan base dengan ratio 1:1 di aduk secara membolak balik lipatan diatas glass plate ,setelah bahan cetak tercampur homogen,diletakkan pada sendok cetak partial. Kemudian dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan cetak mengeras, cetakan dilepas dari model segera diisi dengan bahan pengisi yaitu gips stone dengan P/W ratio 1:1 dengan menggunakan alat vibrator.

3. Dibuat 10 sampel seperti cara diatas, tetapi hasil cetakan tidak segera diisi namun direndam selama 10 menit dalam larutan disinfektan daun sirih 25% sebelum diisi gips stone.

4. Dibuat 10 sampel seperti cara diatas, tetapi hasil cetakan tidak segera diisi namun direndam selama 20 menit dalam larutan disinfektan daun sirih 25% sebelum diisi gips stone.

5. Dibuat 10 sampel seperti cara diatas, tetapi hasil cetakan tidak segera diisi namun direndam selama 30 menit dalam larutan disinfektan daun sirih 25% sebelum diisi gips stone.


(30)

6. Dibuat 10 sampel seperti cara diatas, tetapi hasil cetakan tidak segera diisi namun direndam selama 40 menit dalam larutan disinfektan daun sirih 25% sebelum diisi gips stone.

7. Dibuat 10 sampel seperti cara diatas, tetapi hasil cetakan tidak segera diisi namun direndam selama 50 menit dalam larutan disinfektan daun sirih 25% sebelum diisi gips stone.

8. Setelah diperoleh model, dilakukan pengukuran dengan

menggunakan kaliper pada puncak die.

8. Analisa Data

Untuk membedakan pengukuran model die hasil cetakan yang segera diisi dengan hasil cetakan yang direndam dalam larutan disinfektan daun sirih 25% dengan variasi perendaman 10,20,30,40 dan 50 menit, maka dilakukan uji data secara ANOVA satu arah.


(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISI HASILPENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan. Hasil pengukuran pada seluruh die dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1.Hasil Pengukuran Pada Puncak die 0menit (kontrol) (cm) 10menit (perendaman) (cm) 20menit (perendaman) (cm) 30menit (perendaman) (cm) 40menit (perendaman) (cm) 50menit (perendaman) (cm)

0,58 0,62 0,60 0,61 0,61 0,62

0,60 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62

0,60 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62

0,60 0,60 0,60 0,60 0,61 0,63

0,59 0,60 0,63 0,62 0,62 0,63

0,61 0,62 0,63 0,61 0,62 0,62

0,60 0,62 0,61 0,60 0,61 0,63

0,62 0,60 0,62 0,62 0,60 0,63

0,60 0,62 0,61 0,61 0,61 0,61

0,61 0,61 0,61 0,61 0,61 0,63


(32)

Dengan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan ( = 0,05). Diperoleh hasil hasil yang tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Statistik Perubahan Stabilitas Dimensi Antara Die Hasil Cetakan Dalam Larutan Desinfektan (0 menit) Dengan Die Hasil Pengisian Cetakan Setelah Perendaman Hasil Cetakan Selama 10,20,30,40, dan 50 menit Dalam Laruta Desinfektan

Waktu dalam menit N Mean + SD Mean Difference (I-J) Sig

0 10 0,6010 + 0,01101

10 10 0,6110 + 0,00876 -0,01000* 0,013

20 10 0,6130 + 0 ,01059 -0,01200* 0,003

30 10 0,6110 + 0,00738 -0,01000* 0,013

40 10 0,6130 + 0,00675 -0,01200* 0,003

50 10 0,6240 + 0,0699 -0,02300* 0,000

Keterangan : *terdapat perbedaan yang bermakna

Perbedaan rata rata hasil pengukuran pada puncak die pada masing masing waktu yang berbeda dapat dilihat pada grafik 1

waktu (menit) 50 40 30 20 10 0 Mean of di am et er di e 0.625 0.62 0.615 0.61 0.605 0.60


(33)

(34)

BAB 6 PEMBAHASAN

Dari data yang terkumpul diketahui bahwa rata rata perubahan dimensi terbesar adalah hasil cetakan yang direndam selama 50 menit dan yang terkecil yang direndam selama 10 dan 30 menit (Tabel 2). Dari pengukuran puncak die hasil cetakan dimana hasil cetakan direndam dalam larutan desinfektan menunjukan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada perendaman 10,20,30,40 dan 50 menit. Berarti jenis larutan desinfektan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap perubahan dimensi bahan cetakan.

Perbedaan rata rata diameter hasil pengukuran pada puncak die (grafik 1), yaitu 0,6010 pada 0 menit 0,6110 pada perendaman 10 menit , 0,6130 pada perendaman 20 menit, 0,6110 pada perendaman 30 menit, 0,6130 pada perendaman 40 menit, dan 0,6240 pada perendaman 50 menit.

Terjadi perubahan rata-rata perbedaan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 10 menit (tabel 1). Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikasi sebesar 0,011 (p<0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas dimensi pada gips stone hasil pengisian cetakan dalam larutan disinfeksi yaitu sebesar -0,01000.

Terjadi perubahan rata-rata perbedaan dimensi yang sama antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 20 menit dan 40 menit (tabel 1). Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikasi sebesar 0,003 (p<0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas dimensi pada gips stone hasil pengisian cetakan dalam larutan disinfeksi yaitu sebesar -0,01200.


(35)

Terjadi perubahan rata-rata perbedaan dimensi yang bermakna antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 30 menit (tabel 1). Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikasi sebesar 0,003 (p<0,05) yang artinya adanya perubahan stabilitas dimensi pada gips stone hasil pengisian cetakan dalam larutan disinfeksi.

Terdapat rata-rata perbedaan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 50 menit (tabel 1). Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas dimensi yang bermakna pada gips stone hasil pengisian cetakan dalam larutan disinfeksi yaitu sebesar -0,02300.

Siswomiharjo W (1994) menyatakan bahwa perubahan dimensi hasil cetakan dari bahan alginate yang telah direndam dalam larutan desinfeksi air sirih 25%, glutaraldehyde 2% dan sodium hyprochlorite 1% berbeda sangat bermakna (p<0,01),dan perendaman dalam air sirih 25% memberikan perubahan dimensi yang paling kecil yaitu sebesar 0,01%. Pada bahan cetak bahan cetak elastomer Exaflex-Hidrophilic terdapat rata rata perbedaan dimensi antara die control dengan die hasil perendaman 10,20,30,40 dan 50 menit (tabel 1). Pada setiap perbandingan waktu di peroleh signifikasi yang hasilnya p<0,05 yang artinya terjadi perubahan stabilitas dimensi pada gips stone hasil pengisian cetakan setelah perendaman hasil cetakan dalam larutan disinfektan. 6

Stabilitas dimensi die hasil pengisian cetakan sedikit mengalami perubahan dibandingkan kontrol pada perendaman hasil cetakan mulai dari 10 menit ( mean difference = -0,01000 ; p=0,011), sampai perendaman selama 50 menit ( mean difference = -0,02300; p=0,000). Terjadi penurunan perbandingan di setiap menit perendaman hasil cetakan ke dalam desinfektan. Sehingga setiap


(36)

menit perendaman hasil cetakan yang direndam ke dalam larutan daun sirih 25% mengalami peubahan dimensi yang bermakna.

Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan larutan desinfektan yang digunakan. Dalam hal komposisi larutan desinfektan kandungan fenol dalam larutan desinfektan tersebut dapat menguap sehingga berpengaruh terhadap zat antiseptik ini. Temperatur ruangan tempat penelitian yang tidak mampu dikendalikan ketika melakukan pencetakan dan perendaman juga mungkin menyebabkan perubahan larutan desinfektan yang digunakan.

Menurut Craig dan Peyton (1980), perubahan dimensi dan deformasi permanen atau perubahan bentuk tetap pada bahan cetak silikon addition type lebih kecil dibandingkan dengan condensation type. Perubahan dimensi selama 24 jam kurang dari 0,05%. Hal ini ternyata merupakan perubahan dimensi yang terkecil dibandingkan dengan semua bahan cetak elastomer yang lain. Waktu pengerjaan dari bahan cetak silikon addition type relatif lebih pendek dan fleksibilitasnya lebih rendah dibandingkan dengan bahan cetak elastomer yang lain4.

Motegi menyebutkan bahwa direndamnya hasil cetakan larutan antiseptik hanya akan terjadi perubahan dimensi sekitar 0-0,2%,yang mana hal ini masih dalam batas toleransi klinik. Sesuai dengan hal tersebut, hasil penelitian dengan perendaman hasil cetakan dalam larutan desinfektan daun sirih 25% ini juga didapatkan adanya perubahan stabilitas dimensi pada gips stone hasil pengisian cetakan tetapi masih dalam toleransi klinik (0-0,2%). 2


(37)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN


(38)

Terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan dengan memakai bahan cetak elastomer yang bermakna (p<0,05) antara die hasil perendaman cetakan dalam larutan desinfektan daun sirih 25% pada perendaman selama 10,20,30,40 dan 50 menit dengan die hasil cetakan yang segera diisi (tanpa perendaman).

7.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut

2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan stabilitas dimensi bahan cetak pada saat perendaman dalam larutan desinfektan.

3. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap kelompok populasi yang lebih luas, agar didapatkan tingkat validitas yang tinggi, sehingga perubahan dimensi hasil cetakan pada bahan cetak elastomer yang di rendam pada larutan daun sirih 25% terlihat lebih jelas.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar B, Yuliarsi Y. Mencegah terjadinya infeksi silang dalam praktek dokter gigi. Majalah Kedokteran Gigi FKG Usakti 1993; 2 : 725-31

2. Siswomihardjo W. Perubahan dimensi cetakan alginate setelah direndam dalam air sirih 25%. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia 1994; 43(1):69-71. 3. Intan N. Dekok (air rebusan) Daun Sirih (Piper Betle Linn) Mampu

menghambat pertumbuhan Candida Albicans.Jombang 2008;1-2

4. Devi R. Pengaruh Variasi ketebalan Beberapa Jenis Bahan Cetak

Elastomer Terhadap Ketepatan Model Kerja Yang Dihasilkan. Majalah Kedokteran Gigi Surabaya 1994;1: 21-32

5. Richard VN. Introduction to Dental Materials 3rd ed. London:Mosby Elsevier.2007,196-207

6. T.Nalina and Z.H.A. Rahim.The crude aqueous of ppiper betle L. and its Antibacterial effect towards Streptococus mutans.Malaysia.American Journal of Biotechnology and Biochemistry 3 University of Malaya 2007: 10-15

7. Anusavice KJ. Philips’ Science of Dental Material. 10th ed. Alih bahasa.Budiman J.A dan Purwoko S.Jakarta.EGC.2004: 93-148

8. Heyne, K., Tumbuhan berguna Indonesia jilid II, Dept. Kehutanan,Jakarta 2008(950):347-349

9. Phillips RW. Science of Dental Materials. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1982: 80-3, 126-36

10. Skinner EW, Phillips RW. The Science of Dental Materials. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1960: 31-67


(40)

Lampiran 1 skema alur penelitian

Perendaman Dalam Desinfektan (Larutan Sirih 25%)

10 Menit 20 Menit 30 Menit

Isi Bahan Gyps Isi Bahan Gyps Isi Bahan Gyps

Hasil Cetakan Bahan Cetak Elastomer

Langsung diisi Bahan Gyps Stone (tanpa

Perendaman)

Model Die

Pengukuran Model

Model Die Model Die Model Die

Pengukuran Model 40 Menit Isi Bahan Gyps Model Die Pengukuran Model 50 Menit Isi Bahan Gyps Model Die Pengukuran Model Pengukuran Model Pengukuran Model

Bahan Cetak Elastomer


(41)

Lampiran 2 Data hasil pengukuran pada puncak die 0menit

(kontrol)

10menit (perendam

an)

20menit (perendam

an)

30menit (perendam

an)

40menit (perendam

an)

50menit (perendam

an)


(42)

0,60 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62

0,60 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62

0,60 0,60 0,60 0,60 0,61 0,63

0,59 0,60 0,63 0,62 0,62 0,63

0,61 0,62 0,63 0,61 0,62 0,62

0,60 0,62 0,61 0,60 0,61 0,63

0,62 0,60 0,62 0,62 0,60 0,63

0,60 0,62 0,61 0,61 0,61 0,61

0,61 0,61 0,61 0,61 0,61 0,63

Lampiran 3 Hasil uji statistik pengukuran diameter pada puncak gips stone hasil pengisian cetakan setelah perendaman hasil cetakan dalamlarutan disinfektan dan tanpa perendaman dalam larutan desinfektan


(43)

diameter die

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

0 10 .6010 .01101 .00348 .5931 .6089 .58 .62

10 10 .6110 .00876 .00277 .6047 .6173 .60 .62

20 10 .6130 .01059 .00335 .6054 .6206 .60 .63

30 10 ,6110 ,00738 ,00233 ,6057 ,6163 ,60 ,62

40 10 .6130 .00675 .00213 .6082 .6178 .60 .62

50 10 .6240 .00699 .00221 .6190 .6290 .61 .63

Total 60 .6110 .01100 .00142 .6082 .6138 .58 .63

Test of Homogeneity of Variances diameter die

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,481 5 54 ,789

ANOVA

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons diameter

die LSD

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,003 5 ,001 7,030 ,000

Within Groups ,004 54 ,000


(44)

(I) waktu (menit)

(J) waktu (menit)

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 10 -.01000* .00379 .011 -.0176 -.0024

20 -.01200* .00379 .003 -.0196 -.0044

30 -,01000 ,00391 ,013 -,0178 -,0022

40 -.01200* .00379 .003 -.0196 -.0044

50 -.02300* .00379 .000 -.0306 -.0154

Means Plots waktu (menit) 50 40 30 20 10 0 Mean of di am et er di e 0.625 0.62 0.615 0.61 0.605 0.60


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar B, Yuliarsi Y. Mencegah terjadinya infeksi silang dalam praktek dokter gigi. Majalah Kedokteran Gigi FKG Usakti 1993; 2 : 725-31

2. Siswomihardjo W. Perubahan dimensi cetakan alginate setelah direndam dalam air sirih 25%. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia 1994; 43(1):69-71. 3. Intan N. Dekok (air rebusan) Daun Sirih (Piper Betle Linn) Mampu

menghambat pertumbuhan Candida Albicans.Jombang 2008;1-2

4. Devi R. Pengaruh Variasi ketebalan Beberapa Jenis Bahan Cetak Elastomer Terhadap Ketepatan Model Kerja Yang Dihasilkan. Majalah Kedokteran Gigi Surabaya 1994;1: 21-32

5. Richard VN. Introduction to Dental Materials 3rd ed. London:Mosby Elsevier.2007,196-207

6. T.Nalina and Z.H.A. Rahim.The crude aqueous of ppiper betle L. and its Antibacterial effect towards Streptococus mutans.Malaysia.American Journal of Biotechnology and Biochemistry 3 University of Malaya 2007: 10-15

7. Anusavice KJ. Philips’ Science of Dental Material. 10th ed. Alih bahasa.Budiman J.A dan Purwoko S.Jakarta.EGC.2004: 93-148

8. Heyne, K., Tumbuhan berguna Indonesia jilid II, Dept. Kehutanan,Jakarta 2008(950):347-349

9. Phillips RW. Science of Dental Materials. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1982: 80-3, 126-36

10. Skinner EW, Phillips RW. The Science of Dental Materials. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1960: 31-67


(2)

Lampiran 1 skema alur penelitian

Perendaman Dalam Desinfektan (Larutan Sirih 25%)

10 Menit 20 Menit 30 Menit

Isi Bahan Gyps

Isi Bahan Gyps

Isi Bahan Gyps

Hasil Cetakan Bahan Cetak Elastomer

Langsung diisi Bahan Gyps Stone (tanpa

Perendaman)

Model Die

Pengukuran Model

Model Die Model Die Model Die

Pengukuran Model 40 Menit

Isi Bahan Gyps

Model Die

Pengukuran Model 50 Menit

Isi Bahan Gyps

Model Die

Pengukuran Model

Pengukuran Model

Pengukuran Model

Bahan Cetak Elastomer

Penctakan Die


(3)

Lampiran 2 Data hasil pengukuran pada puncak die 0menit

(kontrol)

10menit (perendam

an)

20menit (perendam

an)

30menit (perendam

an)

40menit (perendam

an)

50menit (perendam

an)


(4)

0,60 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62

0,60 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62

0,60 0,60 0,60 0,60 0,61 0,63

0,59 0,60 0,63 0,62 0,62 0,63

0,61 0,62 0,63 0,61 0,62 0,62

0,60 0,62 0,61 0,60 0,61 0,63

0,62 0,60 0,62 0,62 0,60 0,63

0,60 0,62 0,61 0,61 0,61 0,61

0,61 0,61 0,61 0,61 0,61 0,63

Lampiran 3 Hasil uji statistik pengukuran diameter pada puncak gips stone hasil pengisian cetakan setelah perendaman hasil cetakan dalamlarutan disinfektan dan tanpa perendaman dalam larutan desinfektan


(5)

diameter die

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 10 .6010 .01101 .00348 .5931 .6089 .58 .62

10 10 .6110 .00876 .00277 .6047 .6173 .60 .62

20 10 .6130 .01059 .00335 .6054 .6206 .60 .63

30 10 ,6110 ,00738 ,00233 ,6057 ,6163 ,60 ,62

40 10 .6130 .00675 .00213 .6082 .6178 .60 .62

50 10 .6240 .00699 .00221 .6190 .6290 .61 .63

Total 60 .6110 .01100 .00142 .6082 .6138 .58 .63

Test of Homogeneity of Variances diameter die

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,481 5 54 ,789

ANOVA

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

diameter die LSD

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,003 5 ,001 7,030 ,000

Within Groups ,004 54 ,000


(6)

(I) waktu (menit)

(J) waktu (menit)

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

0 10 -.01000* .00379 .011 -.0176 -.0024

20 -.01200* .00379 .003 -.0196 -.0044

30 -,01000 ,00391 ,013 -,0178 -,0022

40 -.01200* .00379 .003 -.0196 -.0044

50 -.02300* .00379 .000 -.0306 -.0154

Means Plots

waktu (menit)

50 40

30 20

10 0

Mean

of

di

am

et

er

di

e

0.625

0.62

0.615

0.61

0.605