BAB II TINJAU AN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi Daerah - Analisis Potensi Pajak Reklame Di Kota Medan

BAB II TINJAU AN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Otonomi Daerah

  Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah adalah :

  • Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
  • Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
  • Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Propinsi , Daerah Kabupaten , Daerah Kota dan Desa.

  Selanjutnya keuangan daerah harus dilaksanakan denganpembukuan yang terang dan rapi dan pengurusan keuangan secara sehat termasuk sistem admininstrasinya.

  Pasal 37 Undang-Undang mengenai Keuangan Daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan Daerah berasal dari : a.

  Pajak daerah dan retribusi b. Pendapatan hasil perusahaan daerah c. Pajak Negara yang diserahkan pada daerah d. Dan lain-lain (seperti pinjaman, subsidi penjualan, atau penyewaan barang- barang milik daerah)

  2.1.2 Keuangan Daerah

  Undang-Undang No,22 Tahun 1999 menekan pada otonomi daerah , maka peneyelenggaraan keuangan daerah diatur sbb : a.

  Untuk meneyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber Pemerintah Pusat dan Daerah serta antara propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.

  b.

  Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah Kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.

  2.1.3Pendapatan Asli Daerah

  Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah: “Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat (1) yaitu sebagai berikut: a. pajak daerah; b. retribusi daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 33

  Tahun 2004 pasal 6 ayat (2) meliputi: a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. jasa giro; pendapatan bunga; d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

2.1.4 Pajak

2.1.4.1 Pengertian Pajak

  Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

  Pasal 1 Angka 1 adalah: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

  Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

  Definisi pajak juga dikemukakan oleh Andriani (Bohari, 2012:23) adalah: “Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintah”.

  Definisi lain dikemukakan oleh Soemitro (Bohari, 2012:24) adalah: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal

  (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

  Definisi tersebut kemudian disempurnakan sebagai berikut.

  “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus-nya’ digunakan untuk ‘public saving’ yang merupakan sumber utama untuk membiayai ‘public investment’”.

  Melihat beberapa definisi pajak di atas, penulis akhirnya menyimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada negara yang dalam pemungutannya dapat dipaksakan namun tidak memberi jasa timbal balik secara langsung terhadap masyarakat, hal ini dikarenakan pajak menjadi sumber penerimaan utama dalam membiayai pengeluaran rutin pemerintah yang nantinya secara tidak langsung juga ditujukan kepada masyarakat.

2.1.4.2 Tujuan dan Fungsi Pajak

  Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalahuntuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu (1) untukmembatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi keinvestasi. (2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal.

  (3) untuk mentransfersumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkanadanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke untuk memodifikasi pola investasi. (5) untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan (6) untuk memobilisasi surplusekonomi (R. Nurkse, 1971) dalam (Dini, 2010).

  Pajak dilihat dari fungsinyamenurut (Suparmoko, 1992; Munawir, 1992; Guritno, 1992 dan 1994) dalam (Dini: 2010) mempunyaidua fungsi:

  1. Fungsi Budgeter (penerimaan negara) Pajak berfungsi budgeter artinya pajak bersifat konstraksi terhadap danamasyarakat dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk APBN,sedangkan sisi lain APBN yaitu sisi belanja atau pengeluaran berefek multiplayerbagi perekonomian negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasimaupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturanberbagai jenis pajak.

  2. Fungsi Regulereend (pengatur) Pada fungsi regulereend, pajak dimaksudkan untuk mengatur perekonomian yang sesuai dengan kebijakan pemerintah, artinya pajak dapat digunakan olehpemerintah sebagai alat untuk menjalankan perannya.Peran pemerintah dalamarti luas adalah mengatur kegiatan- kegiatan produsen dan konsumen mencapaitujuan masing-masing.

2.1.4.3 Pengelompokan Pajak

  Menurut (S. Munawir, 2000) dalam (Irma, 2014) dalam hukum pajak golongan besar.Pembedaan dan pengelompokan ini mempunyai fungsi yang berlainan pula. Berikutadalah penggolongan pajak:

  1. Pengelompokan Pajak Menurut Golongannya Dibedakan menjadi dua yaitu:

  a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yangbersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain, atau menurutpengertian administrasif pajak yang dikenakan secara periodik atau berkala dengan menggunakan kohir. Kohir adalah surat ketetapan pajak dimana wajibpajak tercatat sebagai pembayar pajak dengan jumlah pajaknya yangterhutang, yang merupakan dasar dari penagihan. Misalnya: PajakPenghasilan.

  b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang oleh si penanggung dapat dilimpahkan kepada orang lain,atau menurut pengertian administratif pajak yang dapat dipungut tidak dengankohir dan pengenaanya tidak secara langsung periodik tergantung adatidaknya peristiwa atau hal yang menyebabkan dikenakannya pajak, misalnya:Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa.

  2. Pengelompokan Pajak Menurut Sifatnya

  a. Pajak Subjektif adalah wajib pajak yang memperhatikan pribadi wajib pajak pemungutannyaberpengaruh pada subjeknya, keadaan pribadi wajib pajak dapatmempengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar.

  Misalnya: PajakPenghasilan.

  b. Pajak Objektif adalah pajak yang tidak memperhatikan wajib pajak, tidak memandang siapapemilik atau keadaan wajib pajak, yang dikenakan atas objeknya. Misalnya:Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

3. Pengelompokan Pajak Menurut Lembaga yang Memungut

  a. Pajak Pusat atau Negara adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang penyelenggaraannyadi daerah dilakukan oleh inspeksi pajak setempat dan hasilnya digunakanuntuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya, yang termasuk dalampajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat adalah:

  1. Pajak yang dikelola oleh inspektorat jendral pajak, misalnya: PajakPenghasilan, pajak kekayaan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak penjualan barang mewah, bea materai, IPEDA, bea

  2. Pajak yang dikelola direktorat moneter, misalnya : pajak minyak bumi.

  3. Pajak yang dikelola direktorat jendral bea cukai, misalnya : bea masuk, pajak eksport.

  b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Daerah beradasarkan peraturan- peraturanpajak yang ditetapkan oleh Daerah untuk kepentingan pembiayaan rumahtangga di daerahnya, misalnya : pajak radio, pajak tontonan.

2.1.4.4 Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pajak

  Unsur adalah sesuatu yang harus ada supaya sesuatu itu ada. Maka dapatdisebutkan unsur-unsur pajak adalah (Rochmat Soemitro, 1990) dalam (Irma, 2014):

  1. Adanya penguasaan pemungut pajak

  2. Adanya subjek pajak

  3. Adanya objek pajak

  4. Adanya masyarakat atau kepentingan umum

  5. Adanya surat ketetapan pajak (SKP)

  6. Adanya Undang-Undang pajak yang mendasari Ciri-ciriyang melekat pada pajak (Ahmad Tjahjono dan M. Fakhir Husein,

  2000):

  1. Pajak dipungut oleh negara (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah),berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

  2. Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestrasiindividu oleh pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara jumlahpembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.

  3. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan kontra prestasi dari negara.

  4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran–pengeluaran pemerintah, yang bila daripemasukannya surplus, dipergunakan untuk membiayai public

  invesment .

  5. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadiaan dan perbuatan yangmemberikan kedudukan tertentu pada seseorang.

  6. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu mengatur.

2.1.5 Sumber – Sumber Pendapatan Daerah

  Sumber pendapatan daerah diartikan secara luas, artinya sumber pendapatan tidak hanya meliputi Pendapatan Asli Daerah tetapi termasuk pula sumber pendapatan daerah yang berasal dari penerimaan pajak dari Pusat atua lainnya otonomi daerah maka mengharuskan pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan rumah tangganya termasuk pembiayaan terhadap pembangunan daerahnya. Artinya, pemerintah daerah dituntut untuk mandiri dalam mengurus dan memaksimalkan penerimaan daerahnya, termasuk memaksimalkan PAD dan pajak daerah di darah otonom bersangkutan.

  Sumber-sumber Penerimaan Daerah untuk melaksanakan azas desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan (pasal 5 Undang-undangNomor 33 tahun 2004). Sedangkan Pendapatan Daerah itu sendiribersumber dari: 1. Pendapatan Asli Daerah.

  2. Dana perimbangan .

  3. Lain-lain Pendapatan.

  Masih menurut Undang-undang ini,pasal 6 disebutkan bahwa sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah terdiri dari: a. Hasil pajak daerah.

  b. Hasil retribusi pajak daerah.

  c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan, d. Lain-lain PAD yang sah.

  Selanjutnya Dana Perimbangan terdiri dari: a. Dana bagi hasil.

  b. Dana alokasi umum.

  c. Dana alokasi khusus.

  Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerahberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan pasal 1 Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan Undang- undangNomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan pajakdaerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orangpribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yangdapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yangdigunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembanguandaerah.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur- unsursebagai berikut:

  1. Iuran dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajakhanyalah negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

  2. Berdasarkan Undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengankekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

  3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsungdapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

  4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, lalu pengeluaran yangbermanfaat bagi masyarakat luas.

  Menurut Undang–undang No.18 Tahun 1987, sebagaimana telah retribusidaerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan olehorang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku yangdigunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah.

  Dari jenis pajak yang dipungut, masing-masing tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota) memiliki jenis yang berbeda.

1. Pajak Propinsi

  Jenis pajak propinsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan pertama Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

  Daerah,jenis-jenis pajak propinsi ditetapkan sebanyak 4 jenis , yakni sebagai berikut lihat tabel 2.1 : Objek Pajak Propinsi

  NO Menurut UU No.18 Tahun Menurut UU No.34 Tahun 1997 2000

  Pajak Kendaraan Bermotor dan

  1 Pajak Kendaraan Bermotor Kendaraan di Atas Air

  Bea Balik Nama Kendaraan Bea Balik Nama Kendaraan

  2 Bermotor Bermotor dan Kendaraan Air Pajak Bahan Bakar Pajak Bahan Bakar Kendaraan

  3 Kendaraan Bermotor Bermotor Pajak Pengambilan dan

  4 Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2. Pajak Kabupaten / Kota

  Jenis pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan pertama Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah ditetapkan sebanyak 7, namun dengan adanya UU No.34 Tahun 2000 penambahan objek untuk jenis kabupaten/kota yakni untuk pajak parkir yang sebelumnya tidak terdapat dalam UU No.18 Tahun 1997 seperti yang tertera di tabel 2.2 berikut :

  Objek Pajak Kabupaten/kota NO Menurut UU No.18 Menurut UU No.34 Tahun

  Tahun 1997 2000

  1 Pajak Hotel Pajak Hotel

  2 Pajak Restoran Pajak Restoran

  3 Pajak Hiburan Pajak Hiburan

  4 Pajak Reklame Pajak Reklame

  5 Pajak Penerangan Pajak Penerangan

  6 Pajak Pengambilan dan Pajak Pengambilan dan pengolahan Bahan Galian pengolahan Bahan Galian Golongan C Golongan C Pajak Pemamfaatan Air -

  7 Bawah Tanah dan Air Permukaan

  8 Pajak Parkir Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah jenis Pajak Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pajak Hotel a.

  Pengertian Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan memperoleh pelayanan dan atua fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak merupakan pungutan daerah atas pelayanan hotel.

  b.

  Objek pajaknya adalah fasilitas penginapan, pelayanan penunjang, fasilitas olahraga dan hiburan, jasa persewaan ruangan untuk pertemuan.

  c.

  Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel.

  d.

  Tarif pajak hotel adalah paling tinggi sebesar 10% yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

2. Pajak Restoran a.

  Pengertian Restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang dsediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.

  b.

  Objek pajaknya adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

  c.

  Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran.

  d.

  Tarif pajak restoran adalah paling tinggi 10%, yang ditetapkan dengan 3.

  Pajak Hiburan a.

  Pengertian Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan keramaian dengan nama dan bentuk apa pun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas olahraga.

  b.

  Objek pajak hiburan adalah penyelenggara hiburan yang dipungut bayaran.

  c.

  Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atua badan yang menonton dan atau menikmati hiburan. d.

  Tarif pajak hiburan adalah sebesar 35% dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

  4. Pajak Reklame a.

  Pengertian Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yamg menurut bentuk corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untukb memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau dapat diliha, dibaca, atua didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

  b.

  Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame.

  d.

  Tarif pajak reklame paling tinggi 25% dari yang ditetapkan oleh peraturan daerah.

  5. Pajak Penerangan Jalan a.

  Pengertian Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

  b.

  Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik,di wilayah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. c.

  Subjek pajak penerangan jalan yakni orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

  d.

  Tarif peneranggan jalan paling tinggi yakni sebsar 10% yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

  6. Pajak Pengambilan Bahan galian Golongan C a.

  Pengertian Pajak pengambilan bahan galian golongan c adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  b.

  Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah kegiatan setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonite,, dolomit, feldspar, garam batu, grafit, granit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika dll.

  c.

  Subjek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan galian golongan C.

  d.

  Tarif pajak pengambilan bahan galian golongan C paling tinggi yakni sebesar 20%, yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

  7. Pajak Parkir a.

  Pengertian Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok uasaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bernotor yang memungut bayaran.

  b.

  Objek pajak parkir yakni pemyelenggara tempat parkir di luar badan jalanoleh orang pribadi atau badan.

  c.

  Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.

  d.

  Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20%yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

2.1.7 Pajak Reklame

  Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah No 11 tahun 2011 Tentang Pajak Reklame.Subjek pajak reklame adalah semua orang pribadi atuapun badan yang menggunakan reklame.Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan reklame adalah orang ataubadan yang menyelenggarakan reklame, baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

  Pajak reklame adalah pajak yang dipungut oleh daerah yang nantinya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah yang dimaksud.Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame. Nilai sewa reklame dihitung dengan mempertimbangkan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan reklame, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame. Pajak reklame tersebut dikenakan terhadapobjek besarnya biaya pemasangan reklame, besarnya biaya pemeliharaan reklame, lama pemasangan reklame, nilai strategis pemasangan reklame dan jenis reklame.

2.1.7.2 Dasar Hukum Pajak Reklame

  Perkembangan dasar hukum pajak reklame meliputi :

  • Undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Restribusi Daerah • Undang-undang No.18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah
  • Undang-undang No.34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang No.18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah.
  • Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame • Peraturan Walikota medan Nomor 58 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame • Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan Restribusi daerah

  Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada dasar hukum pajak reklame ini diharapkan akan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan wajib pajak sehingga akan meningkatkan pendapatan asli daerah yang nantinya akan digunakan untuk mendukung perkembangan ekonomi daerah.

2.1.7.3 Objek Pajak Reklame

  Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek Pajak Reklame(Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame) adalahsebagaimana tersebut di bawah ini: 1.

  Reklame Papan atau billboardReklame yang terbuat dari papan, kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan sebagainya.

  2. Reklame Megatron atau Videotron atau Large Electronic Display (LED) Reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik.

  3. Reklame Kain Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.

  Reklame Melekat (stiker) Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan

  2 luasnya tidak lebih dari 200 cm per lembar.

  5. Reklame Selembaran Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak ditempelkan , diletakkan, dipasang, atau digantung pada suatu benda lain.

  6. Reklame Berjalan Reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

  7. Reklame Udara Reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.

  8. Reklame Apung adalah Reklame yang diselenggarakan berupa gambar, lukisan dan/atau tulisan dengan cara disebarkan atau dipasang pada suatu alat/benda yang diletakkan di atas permukaan air. Reklame Suara

  Reklame yang diselenggarakan dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

  10. Reklame Film atau Slide Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan yangs sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada diruangan.

  11. Reklame Peragaan Reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

  Namun terdapat pengecualian dalam objek pajak. Menurut Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011, terdapat pengecualian dalam objek pajak reklame, meliputi :

  1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta berita, warta mingguan,warta bulanan, dan sejenisnya;

  2. Label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untukmembedakan dari produk sejenis lainnya;

  3. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usahaatau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;

  Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

  Berikut rangkuman pajak reklame menurut Perda Kota Medan No 11 Tahun 2011 ( Tabel 2.3) : No Keterangan Pajak Reklame 1 Objek Pajak Semua Penyelenggaraan Reklame.

  2 Orang pribadi atau Badan yang Subjek Pajak menggunakan reklame

  3 Orang pribadi atau Badan yang Wajib Pajak menyelenggarakan reklame

  4 Dasar Pengenaan Pajak Nilai Sewa Reklame

  5 Penjumlahan antara Nilai Jual Perhitungan nilai sewa reklame Reklame dengan Nilai Strategis

  Reklame

  6 Tarif Pajak 25 % (dua puluh lima persen)

  7 Masa Pajak Jangka waktu satu bulan kalender

  Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan Restribusi daerah Pajak Reklame adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan reklame di daerahnya.Artinya pungutan itu menjadi hak daerah dalam pengelolaannya. Sedangkan Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

  Pemungutan Pajak Reklame tidak seluruhnya terdapat pada seluruh daerah yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten atau Kota untuk memungut pajak reklame di daerah kewenangannya. Untuk dapat dipungut pada suatu daerah Kabupaten atau Kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Reklame yang akan menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame di daerah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.

2.1.7.4 Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak

  Dalam UU pajak Daerah 3 ayat (2) ditetapkan tentang ketentuan tarif Pajak Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa tarif pajak untuk Kabupaten/Kota ditetapkan paling tinggi sebesar :

  • 10% untuk pajak hotel
  • 10% untuk pajak restoran
  • 35% untuk pajak hiburan
  • 25% untuk pajak reklame
  • 10% untuk pajak penerangan jalan
  • 20% untuk pajak pengambilan bahan galian golongan C • 20% untuk pajak parkir

  Tarif tersebut merupakan tarif tertinggi atau tarif maksimal yang dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam melakukan pemungutan pajak daerah untuk kabupaten/kota diwilayah masing-masing. Artinya tarif pajak daerah setiap kabupaten atau kota dapat berbeda, dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dengan kondisi daerah kabupaten / kota masing-masing namun tarif tersebut tidak boleh lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 25%. Ketentuan ini memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mengatur sendiri besarnya tarif yang diberlakukan dalam rangka pemungutan pajak kabupaten/kota diwilayah masing- masing, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat didaerah masing- masing, termasuk membebaskan pajak bagi masyarakat yang kurang mampu. Tarif pajak reklame Kota Medan ditetapkan 25% sesuai dengan Perda Nomor 11 Tahun 2011.Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame.Nilai sewa reklame adalah nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnyapajak reklame.

2.1.8 Perhitungan Pajak Reklame

  Berdasarkan Peraturan Daerah No 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame maka ditetapkan nilai sewa rekalme sebagai berikut : Nilai Sewa Reklame = Nilai Jual Reklame + Nilai Strategis Reklame

  Nilai Jual reklame adalah perkaliaan antara luas/ukuran media reklame Nilai sewa Rekalme dihutung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media Reklame. Untuk materi reklame rokok besarnya nilai sewa reklame ditambah 15 % (lima belas persen) dari pokok pajak. Setiap penambahan ketinggian sampai dengan 15 m (lima belas meter) pertama dan kelipatannya, besarnya Nilai Sewa Reklame ditambah 15 % (lima belas persen). Menurut Peraturan Walikota Medan No 58 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame mengenai besaran nilai sewa reklame adalah sebagai berikut :

  PEMBOBOTAN KELAS JALAN a. Untuk jenis reklame Billboard / Baliho / Bando / Videotron /

  Megatron / dan Mini Billboard sejenisnya ditetapkan sebagai berikut : Ukuran Jangka Sisi

  Jenis Reklame Reklame waktu

  1

  2 Billboard/Baliho/

  2 Bando/Videotrom 1 m 1 hari Rp 1.425,- Rp 1.480,-

  /Megatron

  2 Mini Billboard 1 m 1 hari Rp 3.975,- Rp 4.975,-

  Nilai Startegis (Rp) Jenis Reklame

  Kelas I Kelas II Kelas III Billboard/Baliho/

  Bando/Videotrom 215.000.000,- 185.000.000,- 155.000.000,- /Megatron

  Mini Billboard 37.000.000 31.000.000 25.000.000 b. Untuk jenis reklame kain berupa umbul-umbul, spanduk, dan

  Banner, Reklame menempel/ Rombong/ Reklame Berjalan serta Reklame Neon Box ditetapkan sebagai berikut :

  Jangka Ukuran Luas Harga Satuan

  Jenis Reklame Waktu Reklame (Rp)

  Pemasangan

  2 Reklame Kain 1 m 1 hari 9.600

  2 Reklame Menempel 1 m 1 hari 6.000

  2 Neon Box 1 m 1 hari 1.440

  Nilai Sewa Reklame untuk jenis reklame kain,reklame melekat/stiker, Reklame Selebaran, Reklame berjalan termasuk pada kendaraan,

  Reklame udara, Reklame apung, Reklame suara, Reklame film/slide, dan Reklame Peragaan menurut Peraturan Walikota Medan Nomor 11 Tahun 2011 ditetapkan sebagai berikut :

  a. Reklame Melekat Rp. 600/cm2 sekurang-kurangnya Rp. 3.250.000 setiap kali penyelenggaraan b. Reklame Selebaran

  Rp. 600/lembar sekurang-kurangnya Rp. 3.250.000 setiap kali penyelenggaraan c.

  Reklame berjalan/kendaraan

  2 d.

  Reklame Udara Rp. 2.600.000,- sekali peragaan, paling lamasatu bulan.

  e.

  Reklame Suara Rp. 1.300/15 detik, bagian-bagian yangkurang dari 15 detik dihitung menjadi 15detik.

  f.

  Reklame Film/Slide Rp. 6.500/15 detik dengan suara, Rp 2.000/15 detik tanpa suara.Bagian-bagianyang kurang dari 15 detik dihitung menjadi 15detik.

  g.

  Reklame paragaan Rp. 15.600/hari dan sekurang-kurangnya Rp.240.000,-. h.

  Reklame Apung Rp 2.600.000, sekali peragaan paling lama 1 Bulan

2.1.9Pengertian Potensi

  Defenisi Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah : “Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya” Sehingga potensi pajak reklame adalah kemampuan yang dimiliki oleh pajak reklame untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang memiliki kontribusi penting dalam pembangunan daerah bersangkutan. Potensi pajak reklame ini dapat dikatakan pula target penerimaan pajak reklame yang ditargetkan oleh Kota Medan. Potensi penerimaan daerah dapat diukur melalui 2 pendekatan yaitu : 1.

  Berdasarkan fungsi penerimaan 2. Berdasarkan atas indikator sosial ekonomi

  Adapun rumus perhitungan potensi pajak reklame menurut (Prakosa, 2005:151) dalam Irma yaitu:

  Potensi Pajak Reklame (PPrk) = R x S x D x Pr Keterangan: PPrk : Potensi Pajak Reklame R : Jumlah Reklame S : Ukuran Reklame/ Luas Reklame D : Jumlah hari Pr : Tarif Reklame

2.1.10 Pengertian Kontribusi

  Kontribusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi ( T Guritno 1992:76) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak reklame adalah besarnya sumbangan yang diberikan pajak reklame terhadap Pendapatan asli daerah dalam membangun Kota Medan.

  Efektivitas menurut Wikipedia (2014:Online) adalah : “Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan- tujuan yang tepat dari serangkaian alternative atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.” Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas dijadikan sebagai tolak ukur dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pajak reklame, pajak reklame tersebut dapat dikatakan telah efektif apabila realisasi penerimaan pajak reklame telah mencapai target yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota Medan.

2.2 Penelitian Tedahulu

  Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang penelitian PajakReklame yang sudah diteliti oleh peneliti terdahulu yang akan dijadikan pembanding dalam mengembangkan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.

  Syafiani Putri (2006) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Pajak Daerah di Kota Medan”. Penelitian ini menitikberatkan kajian pada pajak daerah dengan focus utama pada potensi pajak dan perangkat pajak pada Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan atau metode statistic sederhana.

  2. Irma Sulistiani Rusdy (2014) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan

  Asli Daerah di Kota Masyarakat”. Penelitian ini menggunakan

  pendekatan analisis data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang berusaha menampilkan kondisi yang didapatkan peneliti pada saat melakukan penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan Potensi yang dimiliki Pajak Reklame sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Makassar.

  3. Widyaningsih (2009) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota Bandung

  Periode 2001-2007”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

  potensi penerimaan pajak reklame dan kontribusi pajak reklame di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.

2.3 Kerangka Konseptual

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah, pada hakekatnya menempati posisi yang paling strategis bila dibandingkan dengan sumber keuangan daerah lainnya. Dikatakan menempati posisi yang pendapatan asli daerah inilah yang dapat membuat daerah mempunyai keleluasaan yang lebih besar dan didasarkan kreatifitas masing-masing daerah untuk semaksimal mungkin memperoleh sumber pendapatannya sendiri berdasarkan kewenangan yang ada padanya dan dapat secara bebas pula menggunakan hasil-hasil sumber keuangan daerah untuk membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah.Salah satu sumber penerimaan daerah adalah Pajak Reklame.Pajak reklamemerupakan pajak daerah yang pengelolaan dan penerimaannya diserahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten atau Kota sehingga pemerintah daerah yang bersangkutan dapat memanfaatkan hasil penerimaan pajak tersebut untuk membiayai pembangunan daerahnya masing- masing.Sehingga Pemerintah Kota Medan selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaan dari pajak reklamenya karena pajak reklame merupakan salah satu penerimaan pajak yang sangat potensial.

  Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

  

Gambar 2.1

  Pajak Reklame Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Target Penerimaan Pajak Reklame

  S E

  Efektifitas

  L

  Pajak

  I Reklame S

  I Realisasi H

  Penerimaan Pajak Reklame

  Potensi Pajak Reklame

2.4 Hipotesis Penelitian

  Menurut Dini (J. Supranto, 1997)Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitianyang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selaludirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau lebih.

  Dilihat dari kerangka pemikiran pada penelitian ini, maka penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut :

  1. Peneliti menduga bahwa potensi penerimaan pajak reklame sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah Kota Medan dari tahun 2009 – 2013 sudah mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Medan. Peneliti menduga Pajak reklame Kota Medan memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan asli daerah.

Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Pajak Reklame Di Kota Medan

9 137 118

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) - Analisis Pemfaatan Dana CSR PTPN III Terhadap Perkembangan UMKM di Kota Medan

0 0 36

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pembangunan Ekonomi

1 7 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi - Analisis Investasi Ekonomi Sektor Unggulan Kota Medan

0 20 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Smartphone - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Dividen - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia

0 2 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publik - Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

0 3 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tenaga Kerja (Manpower) - Analisis Faktor – Faktor Yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank - Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perbankan di Kota Medan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Uang - Analisis Persepsi Pelaku UMKM Di Kota Medan Terhadap Kebijakan Redenominasi Rupiah

0 0 19