Analisis Potensi Pajak Reklame Di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PAJAK REKLAME DI

KOTA MEDAN

OLEH

GRACE MARIA SITINJAK

100501171

Program StudiEkonomi Pembangunan

DepartemenEkonomi Pembangunan

FakultasEkonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2014


(2)

ABSTRAK

ANALISIS POTENSI PAJAK REKLAME DI KOTA MEDAN

GRACE MARIA SITINJAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar jumlah Potensi Pajak

Reklame di Kota Medan, , kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah, dan efektifitas pemungutan oleh DISPENDA Kota Medan. Penelitian ini

menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pajak reklame yang dimiliki Kota Medan untuk tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan 17,9%, namun masih terdapat potensi yang belum tergali secara optimal. Untuk tahun 2009 -2013 Kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan tiap tahunnya dengan rata-rata 3,2% dan kriteria kontribusi sangat kurang, namun terjadi peningkatan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2013. Pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan pada tahun 2009 telah efektif karena mampu melebihi target yang telah ditetapkan. Namun pada tahun 2010-2013 pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh pihak DISPENDA tergolong tidak efektif. Secara keseluruhan efektifitas

pemungutan pajak reklame oleh DISPENDA Kota Medan tergolong kurang efektif dengan rata-rata efektifitas 67,66%


(3)

ABSTRACT

THE POTENTIAL ANALYSIS OF ADVERTISEMENT TAX IN MEDAN

GRACE MARIA SITINJAK

This research aims to determine number of advertisement tax potential in Medan, , advertisement tax contribution to local income , the effectiveness of the collection . Methode this research using descriptiveanalysis. Result from the studies showed that the potential of advertisement tax in Medan for 2009 until 2013 has increased in every year with an average increase of 17,9%, but there is still untapped potential optimally. In 2009 -2013, the contribution of advertisement tax for Local Taxes and Income has reduction in every year with an average 3,2% withthe criteria ofcontributionis veryless, but there is increased of the contribution to the Local Tax and Income in 2013. Advertisement tax collection by DISPENDA of Medan has been effective in 2009 because it can exceed the target. But for 2010 until 2013

advertisement tax collection by DISPENDA of Medan relativelyineffective. Because it can’t exceed the target. Overall effectiveness ofthe advertisement

taxcollectionbyDISPENDA of Medan relativelylesseffectivewithan average of67.66% effectiveness.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya penulis dapat diberi kesabaran dan kekuatan dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Pembangunan Falkutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .

Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Potensi Pajak Reklame Di Kota Medan “

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Taronggal Sitinjak dan Ibunda Nurmida Br Sihombing, serta saudara-saudara tercinta penulis Veronika Vini Vidi Vici Sitinjak dan Arie Van Diemen yang banyak membantu penulis baik dalam hal materi, dukungan, dan doa serta seseorang yang tetap setia membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini Ian Pasaribu.

Dalam kesempatan ini penulis juga mengucakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini baik dalam dukungan, bimbingan, motivasi serta doa dalam pengerjaan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ak., selaku Dekan Falkutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo , SE, M.Ec., selaku ketua, dan Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.si, Selaku sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Falkutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.S, Ph.D, selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan S1 Falkutas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra.Raina Linda Sari, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan, petunjuk dan bimbingan mulai dari awal pengerjaan sampai dengan

selesainya skripsi ini.

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si dan Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE,M.Si, selaku Dosen Pembanding yang telah memberi banyak saran dan masukan dalam rangka penyempurnaan penyusunanan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Falkutas ekonomi terkhusus Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

7. Pimpinan dan staf pegawai Dinas Pendapatan dan Dinas Pertamanan Kota Medan yang telah banyak memberikan bantan dalam penelitian terutama dalam memberikan data yang penulis perlukan dalam penyelesaian skripsi ini


(6)

8. Teman-teman seperjuangan didalam masa pengerjaan skripsi serta teman-teman Ep 2010. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan bagi para pembaca sekalian. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, Juli 2014 Penulis

Grace Maria SitinjakNIM:


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar isi……… i

Daftar Tabel……….. v

Daftar Gambar………... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 10

1.3 Tujuan Penelitian……… 11

1.4 Manfaat Penelitian……… 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi Daerah……….. 13

2.1.2 Keuangan Daerah……… 14

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah……….. 14

2.1.4 Pajak……… 15

2.1.4.1 Pengertian Pajak……… 15

2.1.4.2 Tujuan dan Fungsi Pajak……… 17

2.1.4.3 Pengelompokan Pajak……… 18

2.1.4.4 Unsur-Unsur dan Ciri-ciri Pajak……… 21


(8)

2.1.6 Pajak Daerah……….... 23

2.1.7 Pajak Reklame………... 30

2.1.7.1 Pengertian Pajak Reklame………... 30

2.1.7.2 Dasar Hukum Pajak Reklame……….. 31

2.1.7.3 Objek Pajak Reklame……….. 32

2.1.7.4 Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak………. 36

2.1.8 Perhitungan Pajak Reklame……… 38

2.1.9 Pengertian Potensi ………..……… 41

2.1.10 Pengertian Efektivitas……… 42

2.2 Penelitian Terdahulu……… 43

2.3 Kerangka Konseptual……….. 44

2.4 Hipotesis Penelitian………. 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… 47

3.2 Ruang Lingkup Penelitian………... 47

3.3 Lokasi Penelitian………. 47

3.4 Defenisi Operasional .……… 48

3.5 Batasan Operasional .……….…… 48

3.6 Jenis dan Sumber Data……… 49

3.7 Metode Analisis……….. 49


(9)

3.7.2 Analisis Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan

Asli Daerah….………. 50

3.7.3 Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Reklame yang dilakukan DISPENDA Kota Medan ………. 51

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 53

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan Ruang Lingkup Peneliti…………. 53

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……….. 54

4.1.2.1 Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.……… 54

4.1.2.2 Visi & Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ……… 55

4.1.2.3 Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan …55 4.1.2.4 Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan……… 56

4.1.2.5 Proses Pengurusan Izin reklame/ Merek Usaha...………… 57

4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan ……… 58

4.2.1 Analisis Potensi Pajak Reklame di Kota Medan……… 58

4.2.2 Analisis Kontribusi Pajak Reklame di Kota Medan terhadap PendapatAsli Daerah Kota Medan……… 78

4.2.3 Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Reklame yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Medan ………. 81

4.2.3.1 Analisis Efektifitas Perbandingan Potensi Pajak Reklame dan Realisasi Pajak Reklame……….... 82


(10)

4.2.3.2 Analisis Efektifitas Perbandingan Target Pajak Reklame dan Realisasi Pajak Reklame……….... 85 4.2.3.3 Analisis Efektifitas Perbandingan Realisasi, Target dan Potensi

Pajak Reklame……….……….… 88

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ……….……….………… 92 5.2 Saran……….……….……… 94 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan DISPENDA Kota Medan dari Pajak

Reklame dan Kontribusinya terhadap PAD ……… 8

Tabel 2.1 Pajak Propinsi……… 25

Tabel 2.2 Pajak Kabupaten/Kota……… 25

Tabel 2.3 Pajak Reklame Menurut Perda No.11 Tahun 2011………. 35

Tabel 4.1 Penggolongan Jenis Reklame & Jumlah Reklame tahun 2009-2013…… 59

Tabel 4.2 Analisis Ukuran Potensi Pajak Reklame Kota Medan tahun 2009-2013 ..62

Tabel 4.3 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2009……… 66

Tabel 4.4 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2010……… 68

Tabel 4.5 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2011……… 70

Tabel 4.6 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2012……… 72

Tabel 4.7 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2013……… 74

Tabel 4.8 Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2009-2013……… 76

Tabel 4.9 Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame terhadap Pendaapatan Asli Daerah Kota Medan……… 78

Tabel 4.10 Persentasi Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame terhadap Pendaapatan Asli Daerah Kota Medan 2009-2013………... 80


(12)

Tabel 4.11 Tingkat Efektifitas Perbandingan Realisasi Pajak Reklame & Potensi Pajak Reklame Kota Medan Tahun 2009-2013……… 82 Tabel 4.12 Tingkat Efektifitas Perbandingan Realisasi Pajak Reklame & Target Pajak

Reklame Kota Medan Tahun 2009-2013……….…………... 85 Tabel 4.13 Tingkat Efektifitas Perbandingan Realisasi Pajak Reklame, Target Pajak


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……….……… 46

Gambar 4.1 Grafik Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan Tahun 2009-2013……….……... 79

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Potensi dan Realisasi Pajak Reklame …….….. 82

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Target dan Realisasi Pajak Reklame …….….. 86


(14)

ABSTRACT

THE POTENTIAL ANALYSIS OF ADVERTISEMENT TAX IN MEDAN

GRACE MARIA SITINJAK

This research aims to determine number of advertisement tax potential in Medan, , advertisement tax contribution to local income , the effectiveness of the collection . Methode this research using descriptiveanalysis. Result from the studies showed that the potential of advertisement tax in Medan for 2009 until 2013 has increased in every year with an average increase of 17,9%, but there is still untapped potential optimally. In 2009 -2013, the contribution of advertisement tax for Local Taxes and Income has reduction in every year with an average 3,2% withthe criteria ofcontributionis veryless, but there is increased of the contribution to the Local Tax and Income in 2013. Advertisement tax collection by DISPENDA of Medan has been effective in 2009 because it can exceed the target. But for 2010 until 2013

advertisement tax collection by DISPENDA of Medan relativelyineffective. Because it can’t exceed the target. Overall effectiveness ofthe advertisement

taxcollectionbyDISPENDA of Medan relativelylesseffectivewithan average of67.66% effectiveness.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai sebuah Negara yang berkembang Indonesia memiliki fungsi untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Untuk mewujudkan hal tersebut alokasi yang efisien dan efektif dalam pengelolaan potensi dan sumber daya yang ada sangat diperlukan.Pembangunan merupakan upaya pemanfaatan segala potensi yang ada dimasing-masing daerah, oleh karena itu pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah,sehingga pelaksanaan pembangunan tersebut diserahkan langsung pada tiap-tiapdaerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri (Ghofir, 2000). Untuk itu tahun2000 diberlakukan otonomi daerah yang ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 tahun2004. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban Daerah Otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Suparmoko, 2001).

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerahdan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang ada dan membentuksuatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakansuatu lapangan kerja baru yang merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalamwilayah tersebut (Lincolin Arsyad, 1997) dalam (Dini, 2010).Namun dalam mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat ini bukan hanya


(16)

menjadi tugas dari pemerintah pusat saja, namun juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (otonomi daerah). Munculnya otonomi daerah ini mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintah sentralisasi kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dan kepentingan rumah tangganya sendiri sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Untuk otonomi daerah yang terbagi dalam daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonom sesuai dengan ketentuan pasal 1 huruf 1 dalam Undang – UndangNo 32 Tahun 2004 dirumuskan bahwa : “Daerah Otonom”, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Artinya daerah otonom harus memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki yang meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri.

Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari


(17)

2001.Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Program Pembangunan Nasional,menegaskan bahwa program penataan pengelolaan keuangan daerah secaraprofesional, efisien, transparan, dan bertanggung jawab.Sasaran yang ingin dicapaiadalah semakin meningkatnya proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secarasignifikan dalam pembiayaan bagi kegiatan pelayanan masyarakat dan pembangunan.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang PemerintahDaerah, sumber pendapatan tetap yang digunakan untuk membiayai berbagaikegiatan Daerah Otonom terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber diluar Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah bersumber pada pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang


(18)

sah.Selain PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sedangkan yang paling potensial berupa pemasukan dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah yang tetapkan dengan Undang-Undang yang pelaksanaannya didaerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, yang bersumber dari: a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD). b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara (BUMN). c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, bersumber dari: a. Hasil penjualan aset daerah.

b. Penerimaan jasa giro. c. Penerimaan bunga deposito.

d.Denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

Pada pengertian lain pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan Undang-Undang.Pemberlakuan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk memenuhi aspek desentralisasi pemerintahan yang


(19)

sesungguhnya. Peran Pemerintah Daerah dalam era ekonomi sangat besar karena dituntut kemandiriannya dalam melaksanakan fungsi dan memberlakukan pembiayaan atas seluruh kegiatan daerah. Pemerintah Daerah juga diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memaksimalkan potensi sumber-sumber daya daerah, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk mampu mengatur pengelolaan dana dan sumber daya yang tersedia dengan seefisien dan seefektif mungkin. Pendapatan Asli Daerah dapat diperoleh dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan pajak daerah yang dikelola ataupun yang berpotensi untuk dipungut pajak daerah agar dapat digunakan secara efisien dan efektif.

Pajak mempunyai mempunyai peranan penting dalam membiayai keperluan Negara maupun daerah. Ditinjau dari lembaga pemungutannya pajak dibedakan menjadi dua , yaitu pajak pusat ( disebut juga pajak Negara ) dan pajak daerah.

Pajak Pusat (Negara) pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada tahun 1983, sedangkan pajak daerah dan restribusi daerah pertama kali baru dilakukan pada tahun 1997. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Agus Setiawan,dkk,2006). Pajak daerah ini digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing,yang gunanya untuk membiayai urusan rumah tangga daerah dan untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum.


(20)

Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai kontribusidan potensi terbesar di Kota Medan adalah pajak daerah.Pajak Daerah merupakansumber pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturan-peraturan pajakyang diterapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tanggapemerintah daerah tersebut (Syuhada Sofian, 1997) dalam (Dini: 2010)

Sebagai salah satu sumber utama dalam pembiayaan urusan rumah tangga, pajak daerah mendapat perhatian khusus dalam pengelolaannya. Hal ini terlihat dari banyaknya penggunaan jasa yang disediakan oleh pemerintah kepada orang pribadi maupun pihak swasta, sehingga pemerintah memiliki peluang dalam mengoptimalisasikan pemungutan pajak daerah secara maksimal.

Kota Medan adalah Ibu kota Provinsi Sumatera Utara,Indonesia. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (1265,10 km2) atau 3,6 % dari keseluruhan luas wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’– 3043’ Lintang Utara dan 98035’ – 98044’ Bujur Timur. Sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka,maka Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Tentu dalam perdagangan dibutuhkan wadah untukpemasaran produk lewat media cetak maupun media elektronik mengingat jumlah penduduk Kota Medan yang relatif besar dan berpotensi sebagai konsumen produk yang dipasarkan tersebut.Dengan lahirnya media baik cetak dan elektronik,


(21)

dijadikan sebagai modal besar bagi pengguna sektor perdagangan dan salah satu yang paling diminati oleh pengguna adalah pemasaran lewat media reklame.Media reklame ini dianggap sebagai pilihan paling alternatif dalam pemasaran karena dianggap menguntungkan dan sangat efektif. Reklame dianggap mampu menarik calon konsumen karena reklame dapat diakses oleh berbagai pihak. Hal ini menjadikan reklame sebagai salah satu yang harus diperhatikan oleh pemerintah, baik dalam hal pemberian aturan dan tarif pemasangan reklame yang diatur oleh undang-undang maupun peraturan daerah.

Menurut Siahaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 angka 26 dan 27 , Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame .Menurut Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame,Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnyadirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atauuntuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat,dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

Realisasi pajak reklame setiap tahunnya masih cukup kecil dibanding jenispajak lain yaitu rata-rata sebesar 24.343.255. Hal ini membuktikan bahwa pajakreklame bukan merupakan pajak unggulan di Kota Medan. Tetapi cukup menarikuntuk diteliti, melihat kenyataan di lapangan reklame banyak ditemukan reklame-reklame di tempat umum, namun masih saja kecil sumbangannya rata-rata hanya 4,0 % terhadap PAD. Kenyataan ini dapat dilihat pada Tabel 1.1:


(22)

Realisasi Penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan Dari Pajak Reklame dan Kontribusinya Terhadap PAD

Tahun Anggaran

Pajak Reklame

Persentase

Perubahan PAD

Persentase Perubahan

Sumbangan Pajak Reklame Terhadap PAD

2009 24.183.184 - 368.564.026 - 6,5 % 2010 24.893.631 2,9 % 588.941.453 59,7 % 4,2 % 2011 26.757.363 7,4 % 995.072.572 68,9 % 2,6 % 2012 25.954.919 - 2,9 % 1.147.901.461 15,3 % 2,2 % 2013 22.648.466 - 12,7 % 877.543.833 23,5 % 2.5 % Sumber : Diolah sendiri

Pajak Reklame dapat memberikan kontribusi tersendiri terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD), hal ini terlihat pada penerimaan Pajak Reklame Kota Medan di tahun 2011 mampu memberikan kontribusi sebesar Rp. 26.757.363.691,- dari target sebesar Rp.48.161.250.000,- artinya realisasi penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan terhadap Pajak Reklame adalah 55,6% .Pada tahun 2012 sebesar Rp. 25.954.919.442,7,- dari target sebesar Rp.64.161.250.000,- artinya realisasi penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan terhadap Pajak Reklame adalah 40,45% dan tahun 2013 sebesar Rp. 22.648.466.759,7,- dari target sebesar Rp 69.161.250.000,- artinya realisasi penerimaan Dinas Pendapatan Kota Medan terhadap Pajak Reklame adalah 32,75%.Sehingga pemerintah diharap dapat mengoptimalkan objek pajak ini guna menambah pendapatan asli daerah (PAD) yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan rutin pemerintahan dan membiayai pembangunan.Sebagai sumber penerimaan yang dapat memberikan kontribusi tersendiri terhadap pendapatan asli daerah di kota Medan, pemerintah diharap mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki pajak reklame. Namun dalam kenyataannyayang terlihat terjadi penurunan realisasi penerimaan pajak reklame kota


(23)

medan yang dari tahun ke tahun semakin menurun, yakni pada tahun 2011 berkisar 55,6% menurun 15,15 % menjadi 40,45 % pada tahun 2012, kemudian menurun 7,7 % pada tahun 2013 menjadi 32,75 %. Hal tersebut menyiratkan bahwa potensi pajak reklame Kota Medan sebenarnya cukup besar , dilihat dari target penerimaan pajak reklame Kota Medan selalu meningkat setiap tahunnya.

Bila dilihat dari kontribusinya bagi Pajak Daerah, Pajak Reklame sebagaisalah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang berpotensi dan dapat dilakukanpemungutan secara efisien dan efektif sehingga dapat lebih berperandalam usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan. Menurut(Marihot P.Siahaan dan Ahmad Sofyan : 2005) dalam (Dini: 2010), pemasukan dari pajak reklame didapatdari nilai sewa reklame yang dipasang dengan tarif sewa reklame berdasarkan darilokasi pemasangan reklame, lamanya pemasangan reklame, dan jenis ukuran reklame.Pihak-pihak yang menggunakan jasa reklame dari bidang pendidikan, industri,perhotelan, hiburan, bank-bank dan lembaga keuangan, transportasi, komunikasi danpihak pemerintah.

Hal yang menjadi kendaladalam pencapaian target pajak reklame di kota Medan, salah satu faktor penyebabnya adalah masih banyaknya reklame-reklame illegal yang bertebaran di jalan dan tidak taat pajak.Masih ada industri atau usaha kecil yang belum membayar pajak, tidak membayar pajak, tidak memiliki izin pemasangan reklame dan juga dikarenakan masa tayangnya sudah habis oleh karena itu akan dilakukan penertiban reklame.Selain banyaknya reklame illegal, faktor penyebab lainnya adalah aparat pajak. Apakah aparat pajak yang berwenang


(24)

memungut pajak reklame sudah melaksanakan tugasnya dengan baik atau malah sebaliknya aparat tersebutlah yang justru membuat pencapaian target penerimaan realisasi pajak reklame tidak tercapai. Disamping itu kesadaran masyarakat maupun oknum industri yang berkepentingan dalam membayar pajak reklame juga masih perlu ditingkatkan agar target yang telah ditetapkan tercapai. Agar reklame-reklame illegal menjadi reklame yang taat pajak sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan dan meningkatkan PAD yang akan digunakan dalam membangun Kota Medan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Potensi Pajak Reklame di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam pelaksanaan daerah otonom, tentu Kota Medan memerlukan biaya yang relatif besar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri. Untuk itu pemerintah Kota Medan perlu untuk meningkatkan pendapatan daerah terutama yang bersumber dari pajak daerah .salah satunya adalah Pajak Reklame. Besarnya penerimaan Pajak Reklame pada dasarnya tergantung pada kesiapan daerah dan potensi daerah tersebut. Di samping itu partisipasi dan peran serta masyarakat akan sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan pajak reklame khususnya wajib pajak reklame. Berdasarkan uraian latar belakang maka permasalahan yang dihadapi olehpemerintah Kota Medan adalah adanya fluktuasi atau


(25)

ketidakstabialanpertumbuhan pajak reklame dan kontribusi pajak reklame terhadap PAD.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengemukakan pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Seberapa besar potensi pajak reklame Kota Medan sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah ?

2. Seberapa besar kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan ?

3. Apakah pemungutan pajak reklame Kota Medan yang dilakukan DISPENDA Kota Medan tahun anggaran periode 2009-2013 sudah efektif?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui besarnya potensi pajak reklame sebagai salah satu pendapatan asli daerah Kota Medan.

2. Untuk mengetahui besar kontribusi pajak reklame tehadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.

3. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pemungutan pajak reklame yang dilakukan DISPENDA Kota Medan selama tahun anggaran 2009-2013. 1.4 Manfaat Penelitian


(26)

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan pengoptimalisasian potensi pajak reklame secara efektif dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD) Kota Medan.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah terutama aparat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan pemungutan serta pengelolaan pajak reklame sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Otonomi Daerah

Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah adalah :

• Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. • Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan

di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

• Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Propinsi , Daerah Kabupaten , Daerah Kota dan Desa.

Selanjutnya keuangan daerah harus dilaksanakan denganpembukuan yang terang dan rapi dan pengurusan keuangan secara sehat termasuk sistem admininstrasinya.

Pasal 37 Undang-Undang mengenai Keuangan Daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan Daerah berasal dari :


(28)

a. Pajak daerah dan retribusi

b. Pendapatan hasil perusahaan daerah c. Pajak Negara yang diserahkan pada daerah

d. Dan lain-lain (seperti pinjaman, subsidi penjualan, atau penyewaan barang-barang milik daerah)

2.1.2 Keuangan Daerah

Undang-Undang No,22 Tahun 1999 menekan pada otonomi daerah , maka peneyelenggaraan keuangan daerah diatur sbb :

a. Untuk meneyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antara propinsi dan Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.

b. Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah Kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.

2.1.3Pendapatan Asli Daerah

Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 adalah:

“Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.


(29)

Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat (1) yaitu sebagai berikut:

a. pajak daerah; b. retribusi daerah;

c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah.

Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat (2) meliputi:

a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. jasa giro;

c. pendapatan bunga;

d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

2.1.4 Pajak

2.1.4.1 Pengertian Pajak

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Angka 1 adalah:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan


(30)

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Definisi pajak juga dikemukakan oleh Andriani (Bohari, 2012:23) adalah:

“Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintah”.

Definisi lain dikemukakan oleh Soemitro (Bohari, 2012:24) adalah: “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Definisi tersebut kemudian disempurnakan sebagai berikut.

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus-nya’ digunakan untuk ‘public saving’ yang merupakan sumber utama untuk membiayai ‘public investment’”.

Melihat beberapa definisi pajak di atas, penulis akhirnya menyimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada negara yang dalam pemungutannya dapat dipaksakan namun tidak memberi jasa timbal balik secara langsung terhadap masyarakat, hal ini dikarenakan


(31)

pajak menjadi sumber penerimaan utama dalam membiayai pengeluaran rutin pemerintah yang nantinya secara tidak langsung juga ditujukan kepada masyarakat.

2.1.4.2 Tujuan dan Fungsi Pajak

Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalahuntuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu (1) untukmembatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi keinvestasi. (2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal. (3) untuk mentransfersumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkanadanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehinggamemungkinkan adanya investasi pemerintah. (4) untuk memodifikasi pola investasi. (5) untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan (6) untuk memobilisasi surplusekonomi (R. Nurkse, 1971) dalam (Dini, 2010).

Pajak dilihat dari fungsinyamenurut (Suparmoko, 1992; Munawir, 1992; Guritno, 1992 dan 1994) dalam (Dini: 2010) mempunyaidua fungsi: 1. Fungsi Budgeter (penerimaan negara)

Pajak berfungsi budgeter artinya pajak bersifat konstraksi terhadap danamasyarakat dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk APBN,sedangkan sisi lain APBN yaitu sisi belanja atau pengeluaran berefek multiplayerbagi perekonomian negara. Upaya tersebut ditempuh


(32)

dengan cara ekstensifikasimaupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturanberbagai jenis pajak.

2. Fungsi Regulereend (pengatur)

Pada fungsi regulereend, pajak dimaksudkan untuk mengatur perekonomian yang sesuai dengan kebijakan pemerintah, artinya pajak dapat digunakan olehpemerintah sebagai alat untuk menjalankan perannya.Peran pemerintah dalamarti luas adalah mengatur kegiatan-kegiatan produsen dan konsumen mencapaitujuan masing-masing.

2.1.4.3Pengelompokan Pajak

Menurut (S. Munawir, 2000) dalam (Irma, 2014) dalam hukum pajak terdapat berbagaipembedaan jenis-jenis pajak yang terbagi dalam golongan-golongan besar.Pembedaan dan pengelompokan ini mempunyai fungsi yang berlainan pula. Berikutadalah penggolongan pajak:

1. Pengelompokan Pajak Menurut Golongannya Dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Pajak Langsung

adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yangbersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain, atau menurutpengertian administrasif pajak yang dikenakan secara periodik atau berkala dengan menggunakan kohir. Kohir adalah surat ketetapan pajak dimana wajibpajak tercatat sebagai pembayar pajak dengan


(33)

jumlah pajaknya yangterhutang, yang merupakan dasar dari penagihan. Misalnya: PajakPenghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung

adalah pajak yang oleh si penanggung dapat dilimpahkan kepada orang lain,atau menurut pengertian administratif pajak yang dapat dipungut tidak dengankohir dan pengenaanya tidak secara langsung periodik tergantung adatidaknya peristiwa atau hal yang menyebabkan dikenakannya pajak, misalnya:Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa.

2. Pengelompokan Pajak Menurut Sifatnya Dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Pajak Subjektif

adalah wajib pajak yang memperhatikan pribadi wajib pajak pemungutannyaberpengaruh pada subjeknya, keadaan pribadi wajib pajak dapatmempengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar. Misalnya: PajakPenghasilan.

b. Pajak Objektif

adalah pajak yang tidak memperhatikan wajib pajak, tidak memandang siapapemilik atau keadaan wajib pajak, yang dikenakan atas objeknya. Misalnya:Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.


(34)

3. Pengelompokan Pajak Menurut Lembaga yang Memungut a. Pajak Pusat atau Negara

adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang penyelenggaraannyadi daerah dilakukan oleh inspeksi pajak setempat dan hasilnya digunakanuntuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya, yang termasuk dalampajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat adalah:

1. Pajak yang dikelola oleh inspektorat jendral pajak, misalnya: PajakPenghasilan, pajak kekayaan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak penjualan barang mewah, bea materai, IPEDA, bea lelang.

2. Pajak yang dikelola direktorat moneter, misalnya : pajak minyak bumi.

3. Pajak yang dikelola direktorat jendral bea cukai, misalnya : bea masuk, pajak eksport.

b. Pajak Daerah

adalah pajak yang dipungut oleh Daerah beradasarkan peraturan-peraturanpajak yang ditetapkan oleh Daerah untuk kepentingan pembiayaan rumahtangga di daerahnya, misalnya : pajak radio, pajak tontonan.


(35)

2.1.4.4 Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pajak

Unsur adalah sesuatu yang harus ada supaya sesuatu itu ada. Maka dapatdisebutkan unsur-unsur pajak adalah (Rochmat Soemitro, 1990) dalam (Irma, 2014):

1. Adanya penguasaan pemungut pajak 2. Adanya subjek pajak

3. Adanya objek pajak

4. Adanya masyarakat atau kepentingan umum 5. Adanya surat ketetapan pajak (SKP)

6. Adanya Undang-Undang pajak yang mendasari

Ciri adalah apa yang tampak dari luar kepada kita melalui panca indera. Ciri-ciriyang melekat pada pajak (Ahmad Tjahjono dan M. Fakhir Husein,

2000):

1. Pajak dipungut oleh negara (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah),berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya. 2. Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra

prestrasiindividu oleh pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antara jumlahpembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.

3. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan kontra prestasi dari negara.


(36)

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran–pengeluaran pemerintah, yang bila daripemasukannya surplus, dipergunakan untuk membiayai public invesment.

5. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadiaan dan perbuatan yangmemberikan kedudukan tertentu pada seseorang.

6. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu mengatur. 2.1.5 Sumber – Sumber Pendapatan Daerah

Sumber pendapatan daerah diartikan secara luas, artinya sumber pendapatan tidak hanya meliputi Pendapatan Asli Daerah tetapi termasuk pula sumber pendapatan daerah yang berasal dari penerimaan pajak dari Pusat atua lainnya yang berbentuk subsidi untuk keperluan pembangunan daerah.Dengan berlakunya otonomi daerah maka mengharuskan pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan rumah tangganya termasuk pembiayaan terhadap pembangunan daerahnya. Artinya, pemerintah daerah dituntut untuk mandiri dalam mengurus dan memaksimalkan penerimaan daerahnya, termasuk memaksimalkan PAD dan pajak daerah di darah otonom bersangkutan.

Sumber-sumber Penerimaan Daerah untuk melaksanakan azas desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan (pasal 5 Undang-undangNomor 33 tahun 2004). Sedangkan Pendapatan Daerah itu sendiribersumber dari:

1. Pendapatan Asli Daerah. 2. Dana perimbangan . 3. Lain-lain Pendapatan.


(37)

Masih menurut Undang-undang ini,pasal 6 disebutkan bahwa sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah terdiri dari:

a. Hasil pajak daerah.

b. Hasil retribusi pajak daerah.

c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan, d. Lain-lain PAD yang sah.

Selanjutnya Dana Perimbangan terdiri dari: a. Dana bagi hasil.

b. Dana alokasi umum. c. Dana alokasi khusus. 2.1.6 Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerahberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan pasal 1 undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan Undang-undangNomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan pajakdaerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orangpribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yangdapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yangdigunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembanguandaerah.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsursebagai berikut:


(38)

1. Iuran dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajakhanyalah negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan Undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengankekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsungdapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, lalu pengeluaran yangbermanfaat bagi masyarakat luas.

Menurut Undang–undang No.18 Tahun 1987, sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusidaerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan olehorang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yangdigunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah.

Dari jenis pajak yang dipungut, masing-masing tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota) memiliki jenis yang berbeda.

1. Pajak Propinsi

Jenis pajak propinsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan pertama Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak


(39)

Daerah,jenis-jenis pajak propinsi ditetapkan sebanyak 4 jenis , yakni sebagai berikut lihat tabel 2.1 :

NO

Objek Pajak Propinsi Menurut UU No.18 Tahun

1997

Menurut UU No.34 Tahun 2000

1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Air 3 Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4

Pajak Pengambilan dan

Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2. Pajak Kabupaten / Kota

Jenis pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan pertama Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah ditetapkan sebanyak 7, namun dengan adanya UU No.34 Tahun 2000 penambahan objek untuk jenis kabupaten/kota yakni untuk pajak parkir yang sebelumnya tidak terdapat dalam UU No.18 Tahun 1997 seperti yang tertera di tabel 2.2 berikut :

NO

Objek Pajak Kabupaten/kota Menurut UU No.18

Tahun 1997

Menurut UU No.34 Tahun 2000

1 Pajak Hotel Pajak Hotel 2 Pajak Restoran Pajak Restoran 3 Pajak Hiburan Pajak Hiburan 4 Pajak Reklame Pajak Reklame 5 Pajak Penerangan Pajak Penerangan


(40)

pengolahan Bahan Galian Golongan C

pengolahan Bahan Galian Golongan C

7

Pajak Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

-

8 Pajak Parkir

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah jenis Pajak Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pajak Hotel a. Pengertian

Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan memperoleh pelayanan dan atua fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak merupakan pungutan daerah atas pelayanan hotel.

b. Objek pajaknya adalah fasilitas penginapan, pelayanan penunjang, fasilitas olahraga dan hiburan, jasa persewaan ruangan untuk pertemuan. c. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

pembayaran kepada hotel.

d. Tarif pajak hotel adalah paling tinggi sebesar 10% yang ditetapkan dengan peraturan daerah.


(41)

2. Pajak Restoran a. Pengertian

Restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang dsediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.

b. Objek pajaknya adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

c. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran.

d. Tarif pajak restoran adalah paling tinggi 10%, yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

3. Pajak Hiburan a. Pengertian

Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan keramaian dengan nama dan bentuk apa pun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas olahraga.

b. Objek pajak hiburan adalah penyelenggara hiburan yang dipungut bayaran.

c. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atua badan yang menonton dan atau menikmati hiburan.


(42)

d. Tarif pajak hiburan adalah sebesar 35% dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

4. Pajak Reklame a. Pengertian

Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yamg menurut bentuk corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untukb memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau dapat diliha, dibaca, atua didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

b. Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

c. Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame.

d. Tarif pajak reklame paling tinggi 25% dari yang ditetapkan oleh peraturan daerah.

5. Pajak Penerangan Jalan a. Pengertian

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

b. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik,di wilayah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.


(43)

c. Subjek pajak penerangan jalan yakni orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

d. Tarif peneranggan jalan paling tinggi yakni sebsar 10% yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

6. Pajak Pengambilan Bahan galian Golongan C a. Pengertian

Pajak pengambilan bahan galian golongan c adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah kegiatan pengambilan bahan galian golongan C meliputi : asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonite,, dolomit, feldspar, garam batu, grafit, granit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika dll.

c. Subjek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan galian golongan C.

d. Tarif pajak pengambilan bahan galian golongan C paling tinggi yakni sebesar 20%, yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

7. Pajak Parkir a. Pengertian

Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang


(44)

disediakan berkaitan dengan pokok uasaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bernotor yang memungut bayaran.

b. Objek pajak parkir yakni pemyelenggara tempat parkir di luar badan jalanoleh orang pribadi atau badan.

c. Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.

d. Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20%yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

2.1.7 Pajak Reklame

2.1.7.1 Pengertian Pajak Reklame

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah No 11 tahun 2011 Tentang Pajak Reklame.Subjek pajak reklame adalah semua orang pribadi atuapun badan yang menggunakan reklame.Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.


(45)

Penyelenggaraan reklame adalah orang ataubadan yang menyelenggarakan reklame, baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

Pajak reklame adalah pajak yang dipungut oleh daerah yang nantinya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah yang dimaksud.Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame. Nilai sewa reklame dihitung dengan mempertimbangkan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan reklame, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame. Pajak reklame tersebut dikenakan terhadapobjek pajak yaitu berupa reklame dan nilai sewa reklame dan didasarkan pada besarnya biaya pemasangan reklame, besarnya biaya pemeliharaan reklame, lama pemasangan reklame, nilai strategis pemasangan reklame dan jenis reklame.

2.1.7.2 Dasar Hukum Pajak Reklame

Perkembangan dasar hukum pajak reklame meliputi :

• Undang-undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Restribusi Daerah

• Undang-undang No.18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah


(46)

• undang No.34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah. • Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang

Pajak Reklame

• Peraturan Walikota medan Nomor 58 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

• Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan Restribusi daerah

Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada dasar hukum pajak reklame ini diharapkan akan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan wajib pajak sehingga akan meningkatkan pendapatan asli daerah yang nantinya akan digunakan untuk mendukung perkembangan ekonomi daerah.

2.1.7.3 Objek Pajak Reklame

Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek Pajak Reklame(Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame) adalahsebagaimana tersebut di bawah ini:

1. Reklame Papan atau billboardReklame yang terbuat dari papan, kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan


(47)

atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan sebagainya.

2. Reklame Megatron atau Videotron atau Large Electronic Display (LED) Reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik.

3. Reklame Kain

Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu. 4. Reklame Melekat (stiker)

Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar.

5. Reklame Selembaran

Reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak ditempelkan , diletakkan, dipasang, atau digantung pada suatu benda lain.


(48)

6. Reklame Berjalan

Reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

7. Reklame Udara

Reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.

8. Reklame Apung adalah Reklame yang diselenggarakan berupa gambar, lukisan dan/atau tulisan dengan cara disebarkan atau dipasang pada suatu alat/benda yang diletakkan di atas permukaan air.

9. Reklame Suara

Reklame yang diselenggarakan dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

10.Reklame Film atau Slide

Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan yangs sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada diruangan.

11.Reklame Peragaan

Reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.


(49)

Namun terdapat pengecualian dalam objek pajak.

Menurut Perda Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011, terdapat pengecualian dalam objek pajak reklame, meliputi :

1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta berita, warta mingguan,warta bulanan, dan sejenisnya;

2. Label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untukmembedakan dari produk sejenis lainnya;

3. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usahaatau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut; 4. Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah.

Berikut rangkuman pajak reklame menurut Perda Kota Medan No 11 Tahun 2011 ( Tabel 2.3) :

No Keterangan Pajak Reklame

1 Objek Pajak Semua Penyelenggaraan Reklame. 2

Subjek Pajak Orang pribadi atau Badan yang menggunakan reklame

3

Wajib Pajak Orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan reklame

4 Dasar Pengenaan Pajak Nilai Sewa Reklame 5

Perhitungan nilai sewa reklame

Penjumlahan antara Nilai Jual Reklame dengan Nilai Strategis Reklame

6 Tarif Pajak 25 % (dua puluh lima persen) 7 Masa Pajak Jangka waktu satu bulan kalender


(50)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan Restribusi daerah Pajak Reklame adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan reklame di daerahnya.Artinya pungutan itu menjadi hak daerah dalam pengelolaannya. Sedangkan Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

Pemungutan Pajak Reklame tidak seluruhnya terdapat pada seluruh daerah kabupatenatau daerah kota di Indonesia. Hal ini tergantung pada kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten atau Kota untuk memungut pajak reklame di daerah kewenangannya. Untuk dapat dipungut pada suatu daerah Kabupaten atau Kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Reklame yang akan menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak reklame di daerah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.

2.1.7.4 Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak

Dalam UU pajak Daerah 3 ayat (2) ditetapkan tentang ketentuan tarif Pajak Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa tarif pajak untuk Kabupaten/Kota ditetapkan paling tinggi sebesar :


(51)

• 10% untuk pajak hotel • 10% untuk pajak restoran • 35% untuk pajak hiburan • 25% untuk pajak reklame

• 10% untuk pajak penerangan jalan

• 20% untuk pajak pengambilan bahan galian golongan C • 20% untuk pajak parkir

Tarif tersebut merupakan tarif tertinggi atau tarif maksimal yang dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam melakukan pemungutan pajak daerah untuk kabupaten/kota diwilayah masing-masing. Artinya tarif pajak daerah setiap kabupaten atau kota dapat berbeda, dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dengan kondisi daerah kabupaten / kota masing-masing namun tarif tersebut tidak boleh lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 25%.

Ketentuan ini memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mengatur sendiri besarnya tarif yang diberlakukan dalam rangka pemungutan pajak kabupaten/kota diwilayah masing, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat didaerah masing-masing, termasuk membebaskan pajak bagi masyarakat yang kurang mampu.


(52)

Tarif pajak reklame Kota Medan ditetapkan 25% sesuai dengan Perda Nomor 11 Tahun 2011.Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame.Nilai sewa reklame adalah nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnyapajak reklame.

2.1.8 Perhitungan Pajak Reklame

Berdasarkan Peraturan Daerah No 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame maka ditetapkan nilai sewa rekalme sebagai berikut :

Nilai Jual reklame adalah perkaliaan antara luas/ukuran media reklame dengan jangka waktu dengan harga satuan reklame.

Nilai sewa Rekalme dihutung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media Reklame.

Untuk materi reklame rokok besarnya nilai sewa reklame ditambah 15 % (lima belas persen) dari pokok pajak. Setiap penambahan ketinggian sampai dengan 15 m (lima belas meter) pertama dan kelipatannya, besarnya Nilai Sewa Reklame ditambah 15 % (lima belas persen).

Menurut Peraturan Walikota Medan No 58 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame mengenai besaran nilai sewa reklame adalah sebagai berikut :


(53)

PEMBOBOTAN KELAS JALAN

a. Untuk jenis reklame Billboard / Baliho / Bando / Videotron / Megatron / dan Mini Billboard sejenisnya ditetapkan sebagai berikut :

Jenis Reklame Ukuran Reklame

Jangka waktu

Sisi

1 2

Billboard/Baliho/ Bando/Videotrom

/Megatron

1 m2 1 hari Rp 1.425,- Rp 1.480,- Mini Billboard 1 m2 1 hari Rp 3.975,- Rp 4.975,-

Jenis Reklame Nilai Startegis (Rp)

Kelas I Kelas II Kelas III Billboard/Baliho/

Bando/Videotrom /Megatron

215.000.000,- 185.000.000,- 155.000.000,- Mini Billboard 37.000.000 31.000.000 25.000.000

b. Untuk jenis reklame kain berupa umbul-umbul, spanduk, dan Banner, Reklame menempel/ Rombong/ Reklame Berjalan serta Reklame Neon Box ditetapkan sebagai berikut :

Jenis Reklame Ukuran Luas Reklame Jangka Waktu Pemasangan Harga Satuan (Rp) Reklame Kain 1 m2 1 hari 9.600 Reklame Menempel 1 m2 1 hari 6.000

Neon Box 1 m2 1 hari 1.440

Nilai Sewa Reklame untuk jenis reklame kain,reklame melekat/stiker, Reklame Selebaran, Reklame berjalan termasuk pada kendaraan,


(54)

Reklame udara, Reklame apung, Reklame suara, Reklame film/slide, dan Reklame Peragaan menurut Peraturan Walikota Medan Nomor 11 Tahun 2011 ditetapkan sebagai berikut :

a. Reklame Melekat

Rp. 600/cm2 sekurang-kurangnya Rp. 3.250.000 setiap kali penyelenggaraan

b. Reklame Selebaran

Rp. 600/lembar sekurang-kurangnya Rp. 3.250.000 setiap kali penyelenggaraan

c. Reklame berjalan/kendaraan Rp. 5000/m2/hari

d. Reklame Udara

Rp. 2.600.000,- sekali peragaan, paling lamasatu bulan. e. Reklame Suara

Rp. 1.300/15 detik, bagian-bagian yangkurang dari 15 detik dihitung menjadi 15detik.

f. Reklame Film/Slide

Rp. 6.500/15 detik dengan suara, Rp 2.000/15 detik tanpa suara.Bagian-bagianyang kurang dari 15 detik dihitung menjadi 15detik.

g. Reklame paragaan


(55)

h. Reklame Apung

Rp 2.600.000, sekali peragaan paling lama 1 Bulan 2.1.9Pengertian Potensi

Defenisi Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah :

“Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya”

Sehingga potensi pajak reklame adalah kemampuan yang dimiliki oleh pajak reklame untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang memiliki kontribusi penting dalam pembangunan daerah bersangkutan. Potensi pajak reklame ini dapat dikatakan pula target penerimaan pajak reklame yang ditargetkan oleh Kota Medan.

Potensi penerimaan daerah dapat diukur melalui 2 pendekatan yaitu : 1. Berdasarkan fungsi penerimaan

2. Berdasarkan atas indikator sosial ekonomi

Adapun rumus perhitungan potensi pajak reklame menurut (Prakosa, 2005:151) dalam Irma yaitu:

Keterangan:

PPrk : Potensi Pajak Reklame R : Jumlah Reklame

S : Ukuran Reklame/ Luas Reklame


(56)

D : Jumlah hari Pr : Tarif Reklame 2.1.10 Pengertian Kontribusi

Kontribusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi ( T Guritno 1992:76) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak reklame adalah besarnya sumbangan yang diberikan pajak reklame terhadap Pendapatan asli daerah dalam membangun Kota Medan.

2.1.11 Pengertian Efektivitas

Efektivitas menurut Wikipedia (2014:Online) adalah :

“Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternative atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.”

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas dijadikan sebagai tolak ukur dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pajak reklame, pajak reklame tersebut dapat dikatakan telah efektif apabila realisasi penerimaan pajak reklame telah mencapai target yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota Medan.


(57)

2.2 Penelitian Tedahulu

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang penelitian PajakReklame yang sudah diteliti oleh peneliti terdahulu yang akan dijadikan pembanding dalam mengembangkan penelitian ini.

Penelitian-penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Syafiani Putri (2006) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Pajak Daerah di Kota Medan”. Penelitian ini menitikberatkan kajian pada pajak daerah dengan focus utama pada potensi pajak dan perangkat pajak pada Kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan atau menerangkan data sehingga diperoleh kesimpulan-kesimpulan melalui metode statistic sederhana.

2. Irma Sulistiani Rusdy (2014) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Masyarakat”. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang berusaha menampilkan kondisi yang didapatkan peneliti pada saat melakukan penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan Potensi yang dimiliki Pajak Reklame sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Makassar.


(58)

3. Widyaningsih (2009) melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota Bandung Periode 2001-2007”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi penerimaan pajak reklame dan kontribusi pajak reklame di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.

2.3 Kerangka Konseptual

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah, pada hakekatnya menempati posisi yang paling strategis bila dibandingkan dengan sumber keuangan daerah lainnya. Dikatakan menempati posisi yang paling strategis, karena dari sumber keuangan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah inilah yang dapat membuat daerah mempunyai keleluasaan yang lebih besar dan didasarkan kreatifitas masing-masing daerah untuk semaksimal mungkin memperoleh sumber pendapatannya sendiri berdasarkan kewenangan yang ada padanya dan dapat secara bebas pula menggunakan hasil-hasil sumber keuangan daerah untuk membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah.Salah satu sumber penerimaan daerah adalah Pajak Reklame.Pajak reklamemerupakan pajak daerah yang pengelolaan dan penerimaannya diserahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten atau Kota sehingga pemerintah daerah yang bersangkutan dapat memanfaatkan hasil penerimaan pajak tersebut untuk membiayai pembangunan daerahnya masing-masing.Sehingga Pemerintah Kota Medan selalu berusaha untuk meningkatkan


(59)

penerimaan dari pajak reklamenya karena pajak reklame merupakan salah satu penerimaan pajak yang sangat potensial.

Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1

Pajak Reklame Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Target Penerimaan Pajak Reklame

Realisasi Penerimaan Pajak

Reklame

Potensi Pajak Reklame

Efektifitas Pajak Reklame

S E L I S I H


(60)

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Dini (J. Supranto, 1997)Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitianyang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selaludirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau lebih.

Dilihat dari kerangka pemikiran pada penelitian ini, maka penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut :

1. Peneliti menduga bahwa potensi penerimaan pajak reklame sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah Kota Medan dari tahun 2009 – 2013 sudah mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Medan.

2. Peneliti menduga Pajak reklame Kota Medan memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan asli daerah.

3. Peneliti menduga tingkat efektifitas penerimaan pajak reklame di Kota Medan dari tahun 2009-2013 tergolong efektif.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisis data angka agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat diambil kesimpulan dari penelitian tersebut. Angka-angka ini, pada umumnya menceritakan atau menggambarkan keadaan yang sudah lampau ataupun yang sedang dialami. Angka-angka dalam kenyataan ini disebut juga data. Data kuantitatif sangat bervariasi karena nilai yang dikandungnya selalu berubah-ubah. Fokus pendeskripsian dari penelitian ini adalah pajak reklame di Kota Medan

3.2Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pajak Reklame di Kota Medan dengan menghitung potensinya berdasarkan fungsi penerimaan pajak reklame.Selain itu penulis juga ingin menganalisis efektifitas pajak reklame dan sejauh mana pajak reklame dapat mempengaruhi atau memberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis potensi pajak reklame di kota Medan dan dalam hal ini peneliti menempatkan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dan Dinas Pertamanan sebagai lokasi penelitian dan


(62)

hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian juga akan dijadikan lokasi penelitian.

3.4 Defenisi Operasional

1. Potensi reklame adalah kemampuan yang dimiliki pajak reklame untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dan memiliki kontribusi penting dalam pembangunan daerah.

2. Kontribusi reklame adalah seberapa besar sumbangan pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah dalam pembangunan daerah.

3. Efektivitas pajak reklame adalah tolak ukur yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan, dalam hal ini pajak reklame dikatakan efektif apabila realisasi penerimaan pajak pajak reklame telah mencapai bahkan melebihi target yang ditentukan oleh pemerintah.

4. Nilai Sewa Reklame adalah nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya pajak reklame.

5. Nilai Strategis adalah nilai yang ditetapkan pada titik lokasi penyelenggaraan reklame berdasarkan pertimbangan kepadatan pemamfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek kegiatan ekonomi atau nilai promotif.

3.5 Batasan Operasional

Penelitiaan ini hanya menghitung potensi pajak , kontribusi pajak reklame terhadap PAD dan efektifitas pajak reklame Kota Medan pada tahun 2009-2013. Dalam menghitung potensi pajak reklame jumlah


(63)

reklame yang dimaksud dalam hal ini merupakan jumlah wajib pajak yang mengajukan perizinan pembuatan reklame ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah diolah oleh pihak ketiga, secara berkala untuk melihat perkembangan objek penelitian selama periode tertentu.

Data sekunder yang digunakan tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu :

 Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan  Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan  Dinas Pertamanan Kota Medan

3.7 Metode Analisis

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu seberapa besar potensi pajak reklame di kota Medan maka peneliti akan menggunakan metode deskriptif untuk menampilkan kondisi pajak reklame sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah.Untuk rumusan masalah yang kedua tentang kontribusi sector pariwisata terhadap pendapatan asli daerah kota Medan menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan persentasepajak reklame terhadap pendapatan asli daerah. Dan terakhir untuk menjawab rumusan masalah ketiga tentang efektivitas pemungutan yang dilakukan DISPENDA Kota Medan


(64)

menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan penerimaan pajak reklame dengan potensi pajak reklame dan perbandingan realisasi penerimaan pajak reklame dengan target.

3.7.1 Analisis Perhitungan Potensi Pajak Reklame

Peneliti melakukan observasi langsung ke Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan dan Dinas Pertamanan Kota Medan. Dalam menghitung potensi pajak reklame peneliti melakukan perhitungan terhadap setiap objek reklame yang ada dengan menggunakan rumus perhitungan (Prakosa 2005:151) dalam Irma yaitu :

Keterangan:

PPrk : Potensi Pajak Reklame R : Jumlah Reklame

S : Ukuran Reklame/ Luas Reklame D : Jumlah hari

Pr : Tarif Reklame

3.7.2 Analisis Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Peneliti menggunakan metode deskriptif, dimana penulis akan memaparkan persentase realisasi penerimaan pajak reklame dan Pendapatan asli daerah.


(65)

Untuk menentukan besarnya kontribusi pajak reklame terhadap PAD, dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang disampaikan oleh Dasril, (2004):

Klasifikasi kriteria kontribusi

1. Rasio pajak reklame terhadap PAD 0,00 - 10,00% ( sangat kurang ) 2. Rasio pajak reklame terhadap PAD 10,01 – 20,00% ( kurang ) 3. Rasio pajak reklame terhadap PAD 20,01 – 30,00% ( sedang ) 4. Rasio pajak reklame terhadap PAD 30,01 – 40,00% ( cukup ) 5. Rasio pajak reklame terhadap PAD 40,01 – 50,00% ( baik ) 6. Rasio pajak hotel terhadap PAD diatas 50,00% ( sangat baik )

3.7.3Analisis Efektifitas Pemungutan Pajak Reklame yang dilakukan oleh DISPENDA Kota Medan

Efektifitas dijadikan sebagai tolak ukur untuk mencapai target yang ingin di capai. Dalam kaitannya dengan pajak reklame maka dikatakan seberapa besar relisasi penerimaan pajak reklame yang didapat dari jumlah penerimaan potensi pajak reklame yang telah ditetapkan dalam satu periode. Adapun rumus pengukuran efektivitas pajak reklame yang dikemukakan oleh (Mardiasmo dan Makhfatih, 2000 : 5) dalam (I Made, 2013)

Realisasi Penerimaan Pajak Reklame

Efektifitas Pajak Reklame = x 100% Target Pajak Reklame

Realisasi Penerimaan Pajak Reklame


(66)

Penetapan efektifitas pemungutan pajak, selengkapnya dirincikan sebagai berikut :

1. Hasil persentase pencapaian diatas 100% (sangat efektif) 2. Hasil persentase pencapaian di atas 90% - 100% (efektif) 3. Hasil persentase pencapaian di atas 80%-90% (cukup efektif) 4. Hasil persentase pencapaian diatas 60%-80% (kurang efektif) 5. Hasil persentase pencapaian dibawah 60% (tidak efektif)

Dalam menentukan apakah pajak reklame yang dipungut tersebut telah efektif maka penulis akan membuat 3 analisis perbandingan , yaitu :

a. Seberapa besar efektivitas pemungutan pajak reklame terhadap potensi yang ada

b. Efektivitas pajak reklame berdasarkan target dan realisasi penerimaan pajak reklame

c. Besarnya efektivitas pajak rekalme dengan membandingkan target, realisasi, dan potensi pajak reklame


(67)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1Gambaran Umum Kota Medan

Pada awalnya Kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan luas 4000 Ha, namun sekarang Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (1265,10 km2) atau 3,6 % dari keseluruhan luas wilayah Sumatera Utara. Kota medan terbagi atas 21 Kecamatan dan 151 kelurahan dengan jumlah penduduk.Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’– 3043’ Lintang Utara dan 98035’ – 98044’ Bujur Timur. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Sedang yang kaya akan sumber daya alam khususnya bidang perkebunan dan kehutanan. Selain itu Kota Medan juga didukung oleh daerah yang kaya akan sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan dan lain-lain karena secara geografis daerah-daerah tersebut berdekatan dengan Kota Medan.

Secara hampir keseluruhan wilayah Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka yang diketahui sebagai salah satu lalu lintas laut paling sibuk di dunia. Artinya Kota Medan berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka dan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun


(68)

perdagangan luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan yang strategis ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi kota. Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah industri. Di Kota Medan banyak berdiri industri besar, sedang, kecil dan juga industri rumah tangga. 4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

4.1.2.1 Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan. Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah, struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional. Dalam perkembangan selanjutnya dengan keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja dinas-dinas daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan daerah Kotamadya Daerah TK


(69)

II Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan daerah Kota Medan.

4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah “ Terwujudnya pendapatan daerah sebagai andalan pembiayaan pembangunan

daerah

Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yaitu :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap sumber dan pengelola pendapatan daerah.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana dinas.

3. Intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan daerah.

4. Meningkatkan penegakan hukum

5. Meningkatkan kesadaran wajib pajak terhadap kewajibannya dalam membayar pajak daerah.

4.1.2.3 Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.


(70)

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Dinas menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya

4.1.2.4 Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan a. Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum; 2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Penyusunan Program.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan; 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

2. Seksi Pemeriksaan; 3. Seksi Penetapan;

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; d. Bidang Penagihan, membawahkan;

1. Seksi Pembukaan dan Vertifikasi; 2. Seksi Pegihan dan Perhitungan;


(71)

3. Seksi Pertimbangan dan Retribusi;

e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan : 1. Seksi Bagi Hasil Pajak

2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak 3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

4.Seksi Peraturan Perundang – Undangan dan Pengkajian Pendapatan f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan :

1. Seksi Pengembangan Pajak 2. Seksi Pengembangan Retribusi

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. g. Unit Pelaksana Teknis ( UPK )

h. Kelompok jabatan Fungsional.

4.1.2.5 Proses Pengurusan Izin Reklame / Merek Usaha

PEMOHON / WP DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN

SURVEY LOKASI & PENETAPAN PAJAK

(SPPR)

IZIN REKLAME / MEREK USAHA DINAS PENDAPATAN


(1)

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penelitian analisis potensi pajak reklalme ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan secara umum bahwa potensi pajak reklame di Kota Medan cukup besar mengingat Kota Medan termasuk dalam 5 Kota Besar di Indonesia maka akan di butuhkan media untuk mempromosikan sesuatu kepada masyarakat yaitu melalui media reklame. Hal ini akan berjalan lurus dengan realisasi penerimaan pajak reklame. Namun yang terjadi adalah realisasi penerimaan pajak reklame setiap tahunnya selalu menurun.

Adapun kesimpulan dari fokus permasalahaan dalam penelitian ini mengenai potensi pajak reklame akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Potensi pajak reklame yang dimiliki Kota Medan pada Tahun 2009 sebesarRp.24.765.702.81,- pada tahun 2010 sebesar Rp.38.666.173.510,- , pada tahun 2011 sebesar Rp.48.492.039.430,-, pada tahun 2012 sebesar Rp.55.554.886.150,-, pada tahun 2013 sebesar dan untuk tahun 201 sebesar Rp.69.989.171.620,-.

2. Rata-rata Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan asli daerah Kota Medan periode 2009-2010 adalah 3,6% dengan predikat sangat kurang.


(2)

3. Tingkat efektifitas realisasi penerimaan pajak rekalme terhadap target pajak reklame oleh DISPENDA Kota Medan berfluktuasi. Pada tahun 2009 efektifitasnya mencapai 120,83% atau melebihi target pajak reklame pada tahun 2009 (sangat efektif), pada tahun 2010 efektifitasnya sebesar 82,97% atau tergolong cukup efektif. Namun pada tahun 2011-2013 selalu terjadi penurunan efektiftas dengan krteria tidak efektif. Pada tahun 2011 efektifitasnya hanya 55,56%, tahun 2012 efektifitasnya mencapai 46,2% dan pada tahun 2013 efektifitasnya hanya 32,74.

Hal ini menunjukkan semakin menurunnya tingkat keefektifan pihak DISPENDA dalam memungut pajak reklame di Kota Medan. Sedangkan tingkat efektifitas realisasi penerimaan pajak reklame terhadap potensi pajak reklame oleh DISPENDA Kota Medan berfluktuasi. Pada tahun 2009 efektifitasnya mencapai 97,64% atau tergolong efektif, pada tahun 2010 terjadi penurunan efektifitas yaitu menjadi sebesar 64,38 % atau tergolong kurang efektif. Dan pada tahun 2011-2013 selalu terjadi penurunan efektiftas yang signifikan dengan krteria tidak efektif. Pada tahun 2011 efektifitasnya hanya 55,17%, tahun 2012 efektifitasnya mencapai 46,71 % dan pada tahun 2013 efektifitasnya hanya 32,36 % saja.

Hal ini menunjukkan semakin menurunnya tingkat keefektifan pihak DISPENDA dalam memungut pajak reklame di Kota Medan namun dengan potensi yang selalu meningkat setiap tahunnya.


(3)

Dalam perbandingan potensi, target dan realisasi penerimaan pajak reklame tahun 2009-2013 dapat dilihat bahwa potensi dan target pajak reklame yang selalu meningkat setiap tahunnya namun tidak diikuti oleh realisasi penerimaan pajak reklame yang selalu menurun.Hal ini tentu merugikan pemerintah, seogianya realisasi penerimaan yang di diperoleh berjalan lurus dengan ppotensi dan targetnya tentu akan memberikan kontribusi yang besar bagi PAD Kota Medan.

4. Pemungutan pajak reklame oleh DISPENDA Kota Medan tentu mengalami beberapa kendala atau masalah sehingga terjadi penurunan dalam realisasi penerimaan pajak reklame yaitu kendala internal dari oknum DISPENDA sendiri yang dikarenakan kurangnya keahlian dalam pendataan dan penagihan pajak reklame sehinga marak terjad reklame-reklame liar dijalanan sedangkan kendala eksternal yang mungkin adalah kurangya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.

5.2 Saran

1. Fungsi pengawasan reklame diperlukan untuk meminimalisir kebocoran pajak dan tunggakan pajak oleh wajib pajak sehingga realisasi penerimaan pajak reklame yang efektif oleh DISPENDA tercapai.


(4)

2. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pajak reklame agar masyarakat menjadi wajib pajak yang taat dan masyarakat dapat pula ikut mengawasi reklame untuk mengurangi maraknya reklame liar yang tidak bayar pajak.

3. Untuk mengatasi kendala internal dalam dalam pemungutan pajak reklame maka perlu diadakan pelatihan kepada pegawai DISPENDA guna meningkatkan kualitas SDM di DISPENDA.

4. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi media evaluasi dan penilaian kegagalan atau keberhasilan kinerja pemerintah dalam pembangunan Kota Medan, sehingga memberikan penyempurnaan dan penyesuaian dalam membangun Kota Medan khususnya di bidang perencanaan dan pengawasan reklame oleh dinas terkait (DISPENDA)

5. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau pedoman baagi peneliti-peneliti lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofir, 2000. Optimalisasi Pajak dalam Penerapan Otonomi Daerah. Berita

Pajak No. 15 Januari 2000. Jakarta.

DinasPendapatan Kota Medan.Realisasi Pendapatan Pajak DaerahTahun Anggaran 2008-2013

Keputusan Walikota Medan No. 58 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No 11 Tahun 2011 Tentang

Pajak Reklame. 2011. Medan: Dinas Pendapatan Kota Medan

Kurniawan, PancadanAgusPurwanto.2004. Pajak Daerah dan Restribusi Daerah Di Indonesia.Malang :Bayumedia Publishing

Made.2013. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pajak Reklameserta Prospeknya Di

Kabupaten Badung.JurnalEkonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol.2

No 4 Hal 1-4

Munir, Dasril, 2000. Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah, YPAPI, Yogyakarta.

Nachrowi,Djalal dan Hardius Usman. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri.

Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Nasution, Faisal Akbar. 2009. Pemerintah Daerah dan Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah.Jakarta : PT. Sofmedia

Pedoman Penulisan Skripsi 2014. Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

Pemerintah Kota Medan Dinas Pendapatan Daerah, 2004. Peraturan Daerah Kota

Medan No 2 Tahun 2004 Tentang Pajak Reklame. 2004. Medan:

Pemerintah Kota Medan Dinas Pendapatan Daerah, 2011. Peraturan Daerah Kota Medan No 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Prakosa. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: UII Press Samudera, Azhari. 2005. Perpajakan Di Indonesia. Jakarta


(6)

Sulistiani,Irma. 2014. Analisis Potensi Pajak Reklame terhadap Pendapatan

AsliDaerahKotaMakassar.Skripsi(online)

Suparmoko, 1991, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, BPFE,Yogyakarta. Siahaan, M.P. 2013. Pajak Daerah dan Retibusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta:PT.

RajaGrafindo Persada.

Silaen, Sakti. 2010. Statistika Untuk Bisnis Dan Ekonom. Jakarta : Mitra Wacana Media

Silvia.2013. Analisa Penerimaan Pajak Reklame Kota Malang.

Soekarwo. 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah. Surabaya:Airlangga University Press.

Syafitri.2011. Analisis Peranan dan Kontribusi Pajak Reklame Terhadap

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Jambi. STIE MDP

Undang – UndangNomor 34 Tahun 2000 tentangPajak Daerah danRestribusi Daerah. Jakarta:Visi Media

Undang-Undang Nomor.32 Tahun 2004 TentangOtonomi Daerah. Bandung: Citra Umbara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

danPemerintahDaerah.(online)

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Reklame(online),

Maret 2014)

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Widyaningsih, A. 2009. Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota Bandung

Periode Tahun 2001-2007. Jurnal Fokus Ekonomi, (online),

Vol.4,N