Seuntai Kabar Tentang Hadits Palsu dan Lemah diatas Mimbar
ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ
Seuntai Kabar
Tentang
Hadits Palsu dan Lemah
diatas Mimbar
Penyusun :
Ibnu Zulkifli As-Samarindy
Berkata Al-Hafidz Al-Mizzi Rahimahullah :
“Semua yang diucapkan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam adalah baik
dan tidaklah semua ucapan baik Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam
mengucapkannya”
( Lisanul Mizan, Ibnu Hajar Al-Asqalany 6/365-366)
Kata Pengantar :
ﻢﻴﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲا ﻢﺴﺑ
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, dan aku bersaksi bahwa Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi Wassallam adalah Hamba Allah dan utusannya. Segala puji ke hadirat Allah atas segala rahmat dan taufiknya kepada kami dengan telah menjadikan kami sebagai seorang muslim, dipahamkan Sunnah dan dimudahkan dalam menuntut ilmu.
Tergerak hati kami untuk meringkas dan mengumpulkan beberapa hadits palsu dan lemah yang selama ini telah tersebar di kalangan kaum muslimin, bukan hanya tersebar di lisan-lisan saja akan tetapi juga dibacakan diatas mimbar-mimbar oleh para da’i. dengan sangkaan kami bahwa belum ada buku berbahasa Indonesia yang berbicara dalam permasalahan tersebut. , kemudian dikabarkan pada kami bahwa buku terjemahan yang kami maksud telah hadir yakni buku terjemahan dari karya Ibnul Qoyyim
Rahimahullah yang berjudul Al-Manarul Munif Fi Shahih wa Dho’if .
Alhamdulillah, niat telah ditunaikan walaupun bukan oleh kami. Kemudian setelah kami merujuk kepada kitab tersebut, maka kami melihat ada beberapa hadits yang selama ini banyak beredar di kalangan kaum muslimin belum disebutkan dalam kitab tersebut, dan janganlah menganggap bahwa ini
Rahimahullah , (Kami
sebagai sebuah celaan terhadap Ibnul Qoyim berlindung kepada Allah dari perbuatan mencela Ulama Ahlussunnah). Akan tetapi hal ini disebabkan oleh dua perkara :
1. Kitab beliau tersebut adalah kitab yang jenisnya adalah ringkasan yang berisi sekitar 400 lafadz dan bab hadits palsu dan lemah, sedangkan hadits palsu dan lemah yang tedapat di kitab-kitab maupun tersebar di kalangan kaum muslimin jumlahnya sangat banyak, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu lafadz hadits.
2. Beliau menyusun kitabnya berdasarkan bab-bab hadist palsu dan lemah bukan perlafadz dan ini tentunya lebih mudah diingat dan pada dasarnya pada kitab beliau di bawahnya mencakup ribuan lafadz hadits palsu dan lemah , tidak hanya terbatas pada lafadz yang beliau contohkan saja.
Misalkan, beliau mengatakan bahwa Hadist-hadits tentang Khidir Alaihi
Salam masih hidup semuanya palsu atau lemah, dari satu bab ini saja
entah berapa ratus hadits palsu dan lemah yang bisa kita hukumi karena hadits tentang hidupnya khidir Alaihi Salam datang dengan berbagai konteks dan lafadz.
Disebabkan mendapati hal tersebut maka kembali tergerak hati untuk kembali menunaikan niat semula, dengan sedikit perubahan rencana tentunya. yakni mengumpulkan hadits-hadits palsu dan lemah yang beredar di kalangan kaum muslimin yang belum disebutkan oleh ibnul Qoyyim dalam kitab beliau.
Kemudian kami memang tetap menukilkan beberapa lafadz hadits yang telah beliau nukil, akan tetapi jumlahnya sangat sedikit (kurang dari 10 hadits) karena hadits-hadits tersebut sering kali dinukil oleh kaum muslimin baik awam maupun para da’i. Kemudian kami tambahkan juga, nukilan secara
1
ringkas kitab dari Seorang Ulama, Abu Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi dalam kitabnya Risalah Fi Bayan Ma Lam Yatsbut Fil Hadits Minal Abwab.
Kemudian kami nukilkan pula tentang hukum beramal dengan hadits lemah serta yang berkaitan dengannya, kami nukil secara ringkas dari karya Syaikh
Fathul Latief Fi Hukmil
Abul Hasan Ali Ar-Rojihy dari kitab beliau yang berjdul :
Amal Bi Hadits Dho’if. Sehingga kesimpulannya risalah ini berisi tiga bagian :
1. Hukum beramal dengan hadits Lemah dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya
2. Hadits Palsu dan Lemah yang beredar di tengah masyarakat
3. Hadits palsu dan lemah yang beredar di tengah masyarakat berdasarkan Bab.
Adapun lafadz-lafadz hadits palsu dan lemah yang nanti kami sebutkan bukanlah kami yang menghukumi bahwa hadits-hadits tersebut palsu dan lemah, kami hanya menukil dari ucapan-ucapan Ulama Ahli Hadits seperti Al-
Allamah Al-Albany dan Al-Allamah Al-Wadi’I Rahimumahullah, apabila kami
tidak menemukan hukum 2 ulama ini terhadap hadits tersebut, maka kami
1 Abu Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi Rahimahullah, Imam besar Ahli bahasa dan
cabang-cabang ilmu lainnya. Pengarang Al-Kamus Al-Muhith. Beliau termasuk guru dari Ibnu
Hajar Al-Asqolani. Dilahirkan pada tahun 729 H dan Wafat pada tanggal 20 Syawal 817 H.
Biografi beliau dapat dilihat di Al-Badru Ath-Thali’ (2/280) karya Imam As-Syaukanitahqiq seorang Muhaqiq Mesir yang bernama
nukil hukum hadits tersebut dari Abu Umair Al-Mishri dari kitabnya Tuhfathul Muhibbin.
Kami nukilkan hukum tentang hadits-hadits tersebut dengan tanpa menukil penyakit dan sebab-sebab hadits-hadits tersebut dilemahkan.
Dengan asumsi bahwa orang yang mengerti tentang istilah-istilah penyakit hadits tersebut Insya Allah mampu untuk merujuk langsung ke kitab-kitab rujukan yang kami nukilkan darinya dan juga untuk meringkas risalah ini.
Lalu terkadang kami nukilkan pula hadits shahih yang datang dengan makna yang serupa atau mirip dengan hadits palsu dan lemah tersebut, sehingga mudah-mudahan kaum muslimin mencukupkan dengan hadits – hadits shahih dan menghindari mengucapkan dan beramal dengan hadits- hadits Palsu dan lemah.
Adapun kitab-kitab para ulama yang membahas permasalahan ini sangat banyak diantaranya :
Al-Manarul Munif Fi Shahih wa Dho’if karya Ibnul Qoyyim 1. Rahimahullah Risalah Fi Bayan Ma Lam Yatsbut Fil Hadits Minal Abwab karya Abu
2. Rahimahullah .
Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi
3. Al-Mauduat karya Ibnul Jauzi Rahimahullah
Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah (Dho’iful Jami’,
4. Kitab-kitab karya
Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah, Dho’if Targhib wa tarhib)
5. Tuhfathul Muhibbin karya Abu Umair Al-Mishri
Al-laaiy Al-Masnu’at fil ahadits Al-Maudu’at karya Imam As-Suyuthi 6. Rahimahullah Al Fawa’idul Majmu’at Fil Ahadits Al-Maudu’ut karya Imam As-
7. Syaukani.
Mungkin sebagian kaum muslimin akan bertanya, bagaimana mungkin mengatakan bahwa ada hadits palsu dan lemah ? bukankah Rasulullah
Shallallahu alaihi Wassallam tidak mungkin berdusta ?. Kita katakan, anda
benar. bahkan siapa yang mengatakan Rasulullah Shallallahu alaihi
Wassallam berdusta sungguh dia telah kafir, akan tetapi hadits palsu dan
lemah adalah hadits yang mengatas namakan Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassallam dalam keadaan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam tidak
mengatakannya atau melakukannya dan kesalahan terjadi pada yang meriwayatkan hadits tersebut baik secara sengaja atau tidak sengaja bukan pada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam ataupun para sahabatnya.
Akhir kata, mudah-mudahan risalah ringkas ini dapat bermanfaat kepada umat, sehingga dapat menghindarkan diri-diri mereka dari ancaman yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dalam Haditsnya :
رﺎﻨﻟا ﻦﻣ ﻩﺪﻌﻘﻣ أﻮﺒﺘﻴﻠﻓ اﺪﻤﻌﺘﻣ ﻲﻠﻋ بﺬﻛ ﻦﻣ ﱠ ﱢ ً ﱠ “Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka
persiapkanlah tempat duduknya dari neraka “ (Hadits ini datang lebih dari 70
orang sahabat, diantaranya dari Abu Hurairah , Muttafaqun Alaihi)Wallahu’ A’lam Bishawab
Yang Fakir Di Hadapan RabbNya Ibnu Zulkifli As-Samarindy
Pengantar Kitab
Hadits berdasarkan Konsekuensi diterima atau tidak dan bisa dijadikan Hujjah atau tidak terbagi dua jenis :
Maqbul (Diterima) dan bisa dijadikan Hujjah : terdiri dari Hadits
1) Hadits
2 Shahih dan Hadits Hasan .
2) Hadits Mardud (Ditolak): yaitu Hadits Lemah dan tidak bisa dijadikan
Hujah atau dalil atas pendapat yang Shahih. Jenis hadits lemah ini sangat banyak, disebutkan oleh Ibnu Sholah menukil Abu Hatim Ibnu Hibban bahwa jenis Hadits lemah mencapai 49 jenis , dan diantara jenis hadits
Mauquf, Mursal, Mudallas, Maqthu, Munqathi’, Mu’dhal, Mutharib,
lemah :
Maqlub, Mudraj, Mu’alal, Maudhu’ (Palsu), Matruk, Syadz, Ma’ruf, Munkar Sebagian Istilah-istilah Ilmu Hadits yang ditemui dalam buku ini Hadits Shahih
Hadits yang diriwayatkan dari perawi adil dan dhabit dari yang semisalnya (Adil dan Dhabit) bersambung sanadnya bukan Muallal (terdapat penyakit
Syaadz
hadits) juga tidak
Hadits Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang memenuhi syarat hadits Shahih akan tetapi derajat dhobit perawinya sedikit lebih rendah dari dhobit rawi hadits-hadits shahih.
Hadits Dho’if (Lemah)
Hadits Dha’if ialah hadits yang tidak memenuhi sifat-sifat dan syarat-syarat Hadits Shahih dan tidak juga Hadits Hasan.
Hadits Maudhu’ (Palsu) Shalallahu ‘alahi wassallam , pada sanadnya
Hadits dusta atas Rasulullah terdapat seorang rawi atau lebih yang dikenal sebagai pendusta atau dikenal
2 Sebagian ulama mengatakan hadits Jayyid derajatnya berada antara hadits hasan dan hadits Shohih. sebagai pembuat ucapan-ucapan dan diatasnamakan sebagai hadits Shalallahu ‘alahi wassallam . Rasulullah
Hadits Munkar (Mungkar)
Seorang perawi yang lemah bersendirian dalam meriwayatkan hadits, ini adalah pendapat Imam Ahmad dan An-Nasa’i, sedangkan mayoritas Ahli Hadits mengartikannya sebagai Hadits yang pada sanadnya ditemukan
3
perawi lemah yang menyelisihi perawi yang terpercaya (tsiqoh)
Hadits Marfu’
Hadits yang disandarkan kepada Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam , baik
Marfu ’ bisa jadi
berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan, Hadits bersambung sanadnya bisa jadi terputus sanadnya.
Mauquf
Hadits yang disandarkan kepada seorang sahabat baik bersambung sanadnya atau terputus, baik yang berupa baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan . Misal, “Ibnu Umar berkata …….. “atau seperti “Ibnu 'Umar mengangkat tangannya dalam takbir-takbir sholat Jenazah”.
Hadits Mursal
Seorang Tabi’in menyandarkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alahi
wassallam , baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan dengan tidak
menyebutkan perawi yang menghubungkan antara tabi’in tersebut dan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam
Sanad atau Isnad
Sanad atau isnad yaitu silsilah mata rantai (urutan bersambung) para perawi yang menghubungkan kepada suatu matan.
Matan Matan adalah ucapan atau kalimat yang berhenti padanya sebuah sanad. Rawi atau Perawi Orang-orang yang meriwayatkan hadits yang terdapat dalam sanad Hadits.
3 Syarah Baitsul Hatsis, Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i Hal.. 132
CONTOH
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dalam Shahih Bukhori :
،لﻼﺑ ﻦﺑ نﺎﻤﻴﻠﺳ ﺎﻨﺛﺪﺣ : لﺎﻗ يﺪﻘﻌﻟا ﺮﻣﺎﻋ ﻮﺑأ ﺎﻨﺛﺪﺣ : لﺎﻗ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛﺪﺣ
ﷲا ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا ﻦﻋ ،ﻪﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﻳﺮﻫ ﻲﺑأ ﻦﻋ ،ﺢﻟﺎﺻ ﻲﺑأ ﻦﻋ ،رﺎﻨﻳد ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﻦﻋ
.( نﺎﻤﻳﻹا ﻦﻣ ﺔﺒﻌﺷ ءﺎﻴﺤﻟاو ،ﺔﺒﻌﺷ نﻮﺘﺳو ﻊﻀﺑ نﺎﻤﻳﻹا ): لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ(Berkata Imam Bukhori) : Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad, dia berkata : telah mengabarkan kepada kami Abu Amir Al- Aqdi, beliau berkata : telah mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu Sholih dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam bahwa Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :, " Iman itu memiliki enam puluh lebih cabang, dan malu adalah
salah satu cabang dari iman."
Hadits ini yang meriwayatkan adalah : Imam Bukhori dalam kitab beliau
Shahih Bukhori
Sahabat yang meriwayatkan : Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu
Sanad atau Isnad : Ucapan Imam Bukhori : “telah mengabarkan kepada kami
Abdullah bin Muhammad” hingga ucapan Abu Hurairah : " dari Nabi
Shalallahu ‘alahi wassallam “
Perawi : Abdullah bin Muhammad, Abu Amir Al-Aqdi, Sulaiman bin Bilal,
Abdullah bin Dinar , Abu Sholih dan Abu Hurairah
Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :" Iman itu Matan Hadits : Nabi
memiliki enam puluh lebih cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari
iman."Tabi’in dalam hadits ini (Yang meriwayatkan dari sahabat) : Abu Sholih
Rahimahullah.BAGIAN PERTAMA : HUKUM BERAMAL DENGAN HADITS
LEMAH DAN HUKUM-HUKUM YANG
4 BERKAITAN DENGANNYA
4 Bagian ini adalah nukilan dengan ringkas dari Kitab
Fathul Latief fi hukmil amal bi hadits dho’if karya guru kami Syaikh Abul Hasan Bin Ali Ar-Rojihy Hafidhahullah
HUKUM BERAMAL DENGAN HADITS LEMAH
Para ulama telah berbeda pendapat tentang hukum mengamalkan hadits lemah menjadi tiga golongan :
Golongan pertama berpendapat bahwa boleh mengamalkan hadits
lemah secara mutlak yakni tanpa syarat, diantara yang berpendapat seperti ini adalah Abu Hanifah, Ibnul Hammam dan As-Sindi.
Rahimahullah dalam Muqodimmah kitab
Berkata Imam An-Nawawi beliau Al-Adzkar : “ Ulama dari kalangan ahli hadits, ahli fiqih dan selainnya mengatakan : “ Diperbolehkan dan diutamakan beramal dalam masalah
keutamaan, At-targhib dan At-tarhib dengan hadits lemah selama bukan
hadits palsu. Dan adapun dalam permasalahan hukum seperti halal, haram,
perdagangan, nikah, Thalaq dan selainnya maka tidak boleh beramal di
dalamnya kecuali dengan dengan hadits yang shahih atau hasan. Kecuali
dalam rangka berhati-hati dalam permasalahan darinya, sebagaimana ketika
diriwayatkan hadits lemah tentang dibencinya sebagian jenis perdagangan
atau pernikahan maka lebih utama untuk menjauh darinya akan tetapi tidak
wajib. “Golongan Kedua berpendapat tidak bolehnya mengamalkan hadits
lemah secara mutlak. Dan ini adalah pendapat ulama dari kalangan Muhaqqiq ahli Hadits, diantara mereka adalah Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Al-Hafidz Yahya bin Muhammad, Ibnu Abi Hatim, Yahya bin Ma’in, Ibnul Arobi Al-Mailki, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah, Abu Syamah Al-Maqdisi, As-Syatibhi, Abu Walid
Al-Baji, Ibnul Mulaqqin, Imam As-Syaukani, Abu Hatim dan Abu Zur’ah . Adapun dari kalangan ulama masa kini diantaranya adalah : Syaikh Ahmad
Al-Allamah Al-Albani dan Al-Allamah Muqbin bin Hady Al-Wadi’i.
Syakir,Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Qo’idah jaliyah fi
Tawassul wal Wasilah (hal. 84) : “ Dan tidak diperbolehkan untuk berpegang
dalam permasalah syariat diatas hadits-hadits lemah yang bukan hadits
shahih maupun hasan.”Golongan Ketiga berpendapat boleh mengamalkan hadits lemah
dengan beberapa syarat. Syarat-syarat ini dinukilkan oleh Imam As-Syakhowi dalam Al-Jawahir wad Duror (2/954) dan Al-Qoulul Badi’ (hal. 285) dari guru beliau Al Hafdz Ibnu Hajar . Syarat tersebut ada 3, yaitu :
1. Disepakati bahwa hadits tersebut adalah hadits lemah yang bukan sangat lemah, maka keluar dari syarat ini atau tertolak adalah hadits yang di dalamya terdapat rawi pendusta, tertuduh sebagai pendusta atau memiliki kesalahan-kesalahan yang parah yang bersendirian dalam periwayatan hadits tersebut.
2. Hadits tersebut tercakup dalam kaidah-kaidah dasar agama secara umum, maka yang keluar dari syarat ini adalah hadits-hadits yang tidak memilki asal dari syariat.
3. Tidak berkeyakinan tentang shahihnya hadits tersebut ketika beramal dengannya , agar tidak sampai menyandarkan kepada Nabi sesuatu yang tidak beliau ucapkan atau lakukan.
Dan yang berpendapat seperti ini adalah sebagian ahli fiqih di zaman- zaman terakhir.
Dan pendapat yang benar dari 3 pendapat ini adalah pendapat yang kedua, yakni tidak boleh beramal dengan hadits lemah secara mutlak.
Adapun mengenai pendapat pertama dan ketiga, maka ulama yang memegang pendapat kedua telah menjawabnya dengan jawaban yang intinya adalah sebagai berikut :
Tidak boleh membedakan antara beramal dengan hadits lemah dalam - masalah keutamaan dan dalam masalah hukum (halal-haram dll), karena sesungguhnya semuanya adalah permasalahan agama yang tidak boleh ditetapkan kecuali dengan dalil.
- kecuali dengan dalil yang shahih, karena barangsiapa yang mengatakan bahwa suatu perkara adalah wajib atau sunnah atau hukum-hukum syariat lainnya tanpa diiringi dengan dalil-dalil yang shahih maka dia telah membuat syariat baru dalam agama. Terkadang satu amalan bid’ah tercakup dalam satu kaidah umum syariat,
Tidak boleh menetapkan satu hukum dalam masalah syariat agama ini
- sehingga apabila dibuka pintu ini maka ahlul bid’ah akan mempunyai dalil atas kebid’ahannya. Barangsiapa yang mengamalkan hadits lemah maka telah terkena
- ancaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam :
ﻦﻴﺑذﺎﻜﻟا ﺪﺣأ ﻮﻬﻓ بﺬﻛ ﻪﻧأ ىﺮﻳ ﻮﻫو ﺎﺜﻳﺪﺣ ﻲﻨﻋ ىور ﻦﻣ
Artinya : “Barangsiapa yang meriwayatkan dariku satu hadits yang dia mengetahui bahwa sesungguhnya hadits itu dusta (terhadapku) maka dia adalah termasuk salah seorang pendusta” (HR. Ibnu Majah No. 41 dari Ali Rhadiyallahu’ anhudan dan datang dari selainnya. Dishahihkan oleh Al- Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah yang maknanya adalah :
Sesungguhnya kami menasehatkan kaum muslimin di timur dan barat untuk
“
meninggalkan beramal dengan hadits lemah secara mutlak…….. sampai
….dan dalam permasalahan tersebut , agar terlepasdengan ucapan beliau
terjatuh dalam perkara berdusta atas nama Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassallam (Shahih At-targhib wa Tarhib 1/65-66)HUKUM ORANG-ORANG YANG BERMUDAH-MUDAHAN
DALAM MERIWAYATKAN HADITS DENGAN TANPA
MENJELASKAN DERAJAT HADITS TERSEBUT
Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ Tidak boleh menyebutkan
Berkata
hadits lemah kecuali dengan penjelasan tentang lemahnya hadits tersebut.”
Tamamul Minnah hal 32-34)( Orang yang melakukan ini, yakni bermudah-mudah dalam meriwayatkan hadits lemah tanpa menjelaskan derajat hadist tersebut tidak akan terlepas dari 2 golongan :
1. Dia mengetahui hadits tersebut lemah akan tetapi dia tidak memperingatkan para pendengar tentang lemahnya hadits tersebut, maka ini adalah dusta terhadap kaum muslimin, maka dia terkena ancaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam “
ﻦﻴﺑذﺎﻜﻟا ﺪﺣأ ﻮﻬﻓ بﺬﻛ ﻪﻧأ ىﺮﻳ ﻮﻫو ﺎﺜﻳﺪﺣ ﻲﻨﻋ ىور ﻦﻣ Artinya : “Barangsiapa yang meriwayatkan dariku satu hadits yang dia mengetahui bahwa sesungguhnya hadits itu dusta (terhadapku) maka dia adalah termasuk salah seorang pendusta” (HR. Ibnu Majah No. 41 dari Ali Rhadiyallahu’ anhudan dan datang dari selainnya. Dishahihkan oleh Al- Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)
2. Bisa jadi dia tidak mengetahui bahwa hadits tersebut adalah hadits lemah, maka dia tetap berdosa karena berani menisbahkan kepada Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassallam sesuatu tanpa diiringi dengan ilmu.
Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam telah bersabda :
ﻊﻤﺳ ﺎﻣ ﻞﻜﺑ ثﺪﺤﻳ نأ ﺎﺑﺬﻛ ءﺮﻤﻟﺎﺑ ﻰﻔﻛ ﱢ ُ “Cukuplah seseorang menjadi pendusta dengan mengabarkan seluruh yang dia dengar” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqodimmah Shahih Muslim no. 5 dari Abu Hurairah
Rhadiyallahu’ anhu)
CARA MENYAMPAIKAN HADITS LEMAH
Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam Majmu’ Syarhu
Muhadzab (1/63) yang maknanya : “ Bahwa para ulama ahli hadits
mengatakan apabila hadits lemah maka tidak boleh disampaikan (dengan
Konteks ) “Rasulullah bersabda” , “ Rasululullah telah melakukan ini dan itu
“ atau “Rasulullah telah memerintahkan atau melarang ”. Serta tidak boleh
pula mengatakan atas nama sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassallam,seperti “ Berkata Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu“ tidak pula
mengatakan terhadap para tabi’in dan yang sesudahnya, selama hadits atau
atsar tersebut lemah (yakni tidak dengan konteks yang memastikan .) Akan
tetapi dengan konteks : “ Diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassallam “ atau “ Dinukilkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam “”Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Tamamul minnah (hal. 40)
mengomentari ucapan ini yang intinya bahwa bahwa kaum muslimin sebagian besar tidak mengerti istilah ilmu hadits , sehingga mereka tidak bisa
“Rasulullah
membedakan antara dibacakan kepada mereka dengan konteks
Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda” atau “ Diriwayatkan dari Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassallam “ Sehingga sepantasnya untuk menjelaskan
kepada kaum muslimin bahwa hadits tersebut shahih atau hadits tersebut lemah.
BAGIAN KEDUA : HADITS-HADITS PALSU DAN LEMAH YANG
BEREDAR DI TENGAH KAUM MUSLIMIN
HADITS PERTAMA قﻼﻄﻟا ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲا ﻰﻟإ لﻼﺤﻟا ﺾﻐﺑأ
“Perkara Halal yang paling dibenci Allah adalah Thalaq”
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah,
Rhadiyallahu’ anhudari
Dikeluarkan oleh Abu Dawud (218) dari Ibnu Umar Nabi Shalallahu Alaihi Wassallam “ ( Al-Irwa’ul Ghalil no. 2040 dengan
ringkasan)
Berkata Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i Rahimahullah : “ Dan
terkadang pada sebagian hadits, hati tidak merasa tenang untuk
menshahihkannya, seperti hadits : “Perkara Halal yang paling dibenci Allah
adalah Thalaq” (Ijabatus Sa’il hal. 567)HADITS KEDUA ﺔﻤﺣر ﻲﺘﻣ أ فﻼﺘﺧا
“Perbedaan di kalangan umatku adalah rahmat”
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “Tidak ada asalnya, dan
sungguh para ahli hadits telah berusaha untuk mendapatkan sanadnya maka
mereka tidak menemukannya ” Rahimahullah dalam Al-Beliau kemudian menukil ucapan Ibnu Hazm
Ihkam fi Ushulil ahkam (5/64) setelah ibnu Hazm Rahimahullah
Rasulullah Shalallahumengisyaratkan bahwa ucapan ini bukanlah hadits
Alaihi Wassallam : “ Dan ini adalah termasuk dari ucapan yang paling rusak,
karena apabila perselisihan adalah rahmat maka sesungguhnya kesepakatan
adalah kemarahan (Allah)” ( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 57 dengan
ringkasan)Berkata Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'I Rahimahullah : “ Adapun
hadits “Perpecahan di kalangan umatku adalah rahmat” maka hadits ini tidak
memiliki sanad (jalur periwayatan)” (Ijabatus Sa’il hal. 519) Al-Muqtaroh (Hal. 14 dan 29) dan danLihat juga ucapan beliau dalam beliau berkata pula dalam Maqtul Jamilurrahman (hal 22) : “Batil “
HADITS KETIGA رﺎﺟ اراد ﻦﻴﻌ ﺑرأ
“Jarak empat puluh rumah adalah tetangga”
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah,
Al-Kabir dari Ka’ab bin Malik
Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam
Rhadiyallahu’ anhu. hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Hafidz Al-Iroqi dalam
Takhrijul Ikhya’ (2/189) serta Al-Hafidz dalam Fathul Bari’ (10/397) (Silsilah Al-
Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 275 dengan sedikit perubahan dan ringkasan)Datang juga dengan lafadz:
اراد ﻦﻴﻌﺑرا ﻰﻟإ رﺎﺠﻟا ﻖﺣ “ Hak tetangga hingga 40 rumah”
Hadits ini juga dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah
Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 276. Adapun hadits shahih tentang
dalam wajibnya memuliakan tetangga telah datang dari berbagai lafadz dari
Rhadiyallahu’
berbagai sahabat, diantaranya adalah hadits Abdullah bin Umar
anhuma, beliau berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam : ﻪﺛرﻮﻴﺳ ﻪﻧأ ﺖﻨﻨﻇ ﻰﺘﺣ رﺎﺠﻟﺎﺑ ﻲﻨﻴﺻﻮﻳ ﻞﻳﺮﺒﺟ لاز ﺎﻣ
“ Jibril tidak pernah berhenti mewasiatiku tentang tetangga sampai aku
menduga dia akan menjadikan mereka sebagai ahli waris (HR. Bukhari 6014
Muslim 2624) HADITS KEEMPAT ﻦﻴِ ﺼﻟﺎﺑ ﻮﻟو ﻢﻠﻌْﻟا اﻮﺒﻠﻃا ْ ِ ُ ﱢ ِ ْ ُ ََ َ ْ“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri cina” Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Batil.
Berkata Diriwayatkan oleh Ibnu Adi (2/270) dan Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan
Rhadiyallahu' anhu. Dan telah dicantumkan oleh
(2/106) dari Anas bin Malik ibnul Jauzi Rahimahullah dalam Al-Maudu’at. (1/215) Ibnul Jauzi berkata ,
(Silsilah Al-Ahadits Ad-
Berkata Ibnu Hibban :”Batil, tidak memiliki asal”
Dhoi’fah no. 406 dengan ringkasan)
HADITS KELIMA ﱠ ﺮﺋاﺮﺴﻟا ﻰﻟﻮﺘﻳ ﻪﻠﻟاو ﺮﻫﺎﻈﻟﺎﺑ ﻢﻜﺣأ نا تﺮﻣا
“Aku telah diperintah untuk menghukumi secara dzhahir (yang tampak)
dan Allah yang mengurus secara tersembunyi”
Berkata AS-Sakhowi dalam Al-Maqoshidul Hasanah (hal. 109) :
“ Tersebar di kalangan ahli ushul dan ahli Fiqih”
Hadits ini tidak ada wujudnya dalam kitab-kitab hadits hadits yang terkenal (Nukilan dengan ringkas darI Tuhfatul Muhibbin hal. 39) Lafadz yang shahih adalah hadits dari abu Sa’id Al-Khudri Rhadiyallahu’
anhudari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam , beliau bersabda :
ِ ﱢ سﺎﱠﻨﻟا بﻮﻠـﻗ ﻦﻋ ﺐﻘـﻧَأ نَأ ﺮﻣوُأ ﻢﻟ ﻲﻧإ َ َ ِ ِ ُُ ْ َ َ ُْ ْ ْ ْ “ Sesungguhnya aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati-hati manusia” (HR. Bukhari 4351 Dan Muslim 1064)
HADITS KEENAM ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲا رﻮﻨﺑ ﺮﻈﻨﻳ ﻪﻧﺈﻓ ﻦﻣﺆﻤﻟا ﺔﺳاﺮﻓ اﻮﻘﺗا
“Takutlah Firasat seorang Mu’min, Sesungguhnya dia memandang
dengan cahaya Allah Ta’ala”
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah, Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Abu Umamah, Abdullah bin Umar dan At-tsauban Rhadiyallahu' anhum” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1821)
HADITS KETUJUH اﺪﻏ تﻮﻤﺗ ﻚﻧﺄﻛ ﻚﺗﺮﺧﻵ ﻞﻤﻋاو اﺪﺑأ ﺶﻴﻌﺗ ﻚﻧﺄﻛ كﺎﻴﻧﺪﻟ ﻞﻤﻋ ا
“Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan
beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan wafat esok hari”
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ Tidak memiliki asal, dan
sungguh telah tersebar di lisan-lisan manusia di zaman-zaman terakhir”
Diriwayatkan juga bahwa ucapan ini adalah ucapan Abdullah bin amr bin ash
Rhadiyallahu’ anhuma, akan tetapi sanadnya pun lemah. (Silsilah Al- Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 8 dengan ringkasan dan sedikit perubahan)
Datang pula dengan lafadz :
اﺪﻏ نﻮﺗﻮﻤﺗ ﻢﻜﻧﺄﻛ ﻢﻜﺗﺮﺧﻵ اﻮﻠﻤﻋاو ﻢﻛﺎﻴﻧد اﻮﺤﻠﺻأ ً “ Perbaikilah dunia kalian dan beramallah untuk akhirat kalian seakan- akan kalian akan wafat esok hari,”
Diriwayatkan oleh Al-Qodho’I (2/60) dari Abu Hurairah
Rhadiyallahu’
anhudari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam . Lafadz ini pun sangat
lemah sekali (Silahkan merujk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 874)
HADITS KEDELAPAN ﺮﻜﻣ ﻢﻴﺘﻳ ﻪﻴﻓ ﺖﻴﺑ ﷲا ﻰﻟإ ﻢﻜﺗﻮﻴﺑ ﺐﺣأ
“Rumah kalian yang paling dicintai Allah adalah rumah yang di dalamnya
terdapat anak-anak yatim yang dimuliakan”
Berkata
Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah sekali,
Dikeluarkan oleh Al-Uqoili dalam Ad-Dhu’afa (31) dan At-Tahbrani dalam
Mu’jamul Kabir disandarkan kepada Umar dari Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassallam (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 1636 dengan ringkasan)Datang juga dengan lafadz yang semisal disandarkan kepada Abu Hurairah Rhadiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam , Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. Sanadnya pun lemah. Silahkan merujuk 1637.
Adapun hadits Shahih tentang keutamaan memuliakan anak yatim terlalu banyak untuk disebutkan disini, diantaranya adalah hadits Sahl bin
Rhadiyallahu’ anhu, Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu Alaihi
Sa’ad
Wassallam bersabda : ﻰﻄﺳﻮﻟاو ﺔﺑﺎﺒﺴﻟﺎﺑ ﻪﻴﻌﺒﺻﺄﺑ رﺎﺷأو اﺬﻜﻫ ﺔﻨ ُ ﺠﻟا ﻲﻓ ﻢﻴﺘﻴﻟا ﻞﻓﺎﻛ و ﺎﻧأ
“Aku dan orang yang menanggung anak-anak yatim di surga seperti ini,
beliau mengisyaratkan 2 jarinya, jari telunjuk dan jari tengah” (HR. Bukhori
6005) HADITS KESEMBILAN
ﻰﻓ ﻰﻟ كرﻮﺑ ﻼﻓ ﷲا ﻰﻟإ ﻰﻨﺑﺮﻘﻳ ﺎﻤﻠﻋ ﻪﻴﻓ دادزأ ﻻ مﻮﻳ ﻰﻠﻋ ﻰﺗأ اذإ
ُ ٌ ﱠ ُ ِ
ً
ِِ
مﻮﻴﻟا ﻚﻟذ ﺲﻤﺷ عﻮﻠﻃ
ِ ُُ “Apabila tiba pada suatu hari yang tidak bertambah ilmu di dalamnya
maka tidak diberkahi terbitnya matahari pada hari tersebut”
Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : ”(Hadits) Palsu.
Berkata Dikeluarkan oleh Ibnu Rowahah dalam musnadnya dan Ibnu adi dalam Al-
Kamil, Disandarkan kepada Aisyah Rhadiyallahu' anha secara marfu’ kepada
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam, dicantumkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Mauduat (1/233) (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 379 dengan
ringksan dan perubahan) HADITS KESEPULUH ﻲﺿﻮﺘﻣ ﻻ ا نذﺆﻳ ﻻ “Tidak boleh beradzan kecuali kecuali orang yang telah berwudhu”
Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ (Hadits) Lemah, Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1/389) dan Al-Baihaqi (1/397) dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu secara marfu’ (Al-Irwaul Ghalil no. 222 dengan
ringkasan) HADITS KESEBELAS Diriwayatkan Bahwa Allah berfirman :
ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻏأ ﻰﻧﻮﻋﺪﻳ ﻻ ﻦﻣ
“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepadaku maka aku akan marah padanya” Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ Hadits ini dicantumkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’us Shogir dari riwayat Al-Askari dalam Al- Mawaidz disandarkan dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu dari Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassallam . “
Kemudian Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah berkata : “ Dan telah
menguasai dugaanku bahwa hadits ini dari sisi periwayatan ini adalah lemah”
(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 4040 dengan ringkasan)Shalallahu Alaihi
Adapun hadits yang shahih adalah Rasulullah
Wassallam bersabda : ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻐﻳ ﷲا ﻮﻋﺪﻳ ﻻ ﻦﻣ
“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah maka Allah akan marah kepadanya”
Hadits ini shahih datang dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhudari
Shalallahu Alaihi Wassallam ,dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam
Rasulullah
Al-Adabul Mufrod (658) At-Tirmidzi (2/342) Ibnu Majah (3827). Datang juga
dengan makna yang sama dengan konteks dan lafadz yang berbeda silahkan Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2654. merujuk
Walhasil bahwa hadits yang meriwayatkan bahwa Allah berfirman :
ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻏأ ﻰﻧﻮﻋﺪ ﻳ ﻻ ﻦﻣ “ Barangsiapa yang tidak berdoa kepadaku maka aku akan marah
padanya” adalah lemah dan yang shahih adalah, Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wassallam bersabda : ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻐﻳ ﷲا ﻮﻋﺪﻳ ﻻ ﻦﻣ
“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah maka Allah akan marah kepadanya”
HADITS KEDUA BELAS عﺎﻤﺠﻟا ﻰﻓ ﻼﺟر ﻦﻴﻌﺑرأ ةﻮﻗ ﺖﻴﻄﻋﺄﻓ ﺎﻬﻨﻣ ﺖﻠﻛﺄﻓ رﺪﻘﺑ ﻞﻳﺮﺒﺟ ﻰﻧﺎﺗأ َ ٍ ِ ً
ْ ُ ُ َ ِ
“Telah datang jibril kepadaku dengan membawa periuk maka aku makan
darinya, kemudian aku dianugerahi kekuatan 40 orang lelaki dalam
bersenggama.”
Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ (Hadits) Batil,
Berkata Diriwayatkan oleh ibnu Sa’ad (1/374) dari Usamah bin Zayd dari Sofwan bin
Shalallahu 'alahi wassallam . Aku
Sulaim disandarkan kepada Rasulullah katakan (Al-Albani) : “ Dan (hadits) ini Mursal atau Mu’dhol.” Datang juga dengan lafadz yang berbeda disandarkan kepada Abu
Hurairah Radhiyallahu' anhu dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam,
Ghoribul Hadits. Hadits ini juga lemah,
Dikeluarkan oleh Al-Harabi dalam berkata Al-Khatib : “ Hadits Ini Bathil “ ( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No.
1685 dengan sedikit perubahan dan ringkasan)
Hadits yang shahih adalah datang dari Anas bin Malik Rhadiyallahu’
anhu: ِ ِ ِ ﱠ ﱠ
رﺎﻬﱠـﻨﻟاو ﻞﻴﻠﻟا ﻦﻣ ةﺪﺣاﻮْﻟا ﺔﻋﺎ ﺴﻟا ﻲﻓ ﻪﺋﺎﺴﻧ ﻰﻠﻋ روﺪﻳ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟا ﻰﻠﺻ ﻲﺒﱠﻨﻟا نﺎﻛ
َ َ َ ﱠَ ِ َ ْ َ ْ ُ َ
َ ِ ﱠ ْ ِ ِ َِ َ َِ ُ َُ َﱠ َ َ ﱡ ِ
ِ َِ َ
ِ
ﻦﻴﺛ ﻼﺛ ةﻮـﻗ ﻲﻄﻋُأ ﻪﻧَأ ثﺪﺤﺘـﻧ ﺎﱠﻨﻛ لﺎﻗ ﻪﻘﻴﻄﻳ نﺎﻛوَأ ﺲﻧ َ ﻷَ ﺖﻠـﻗ لﺎﻗ ةﺮﺸﻋ ىﺪﺣإ ﻦﻫو
َ ُ ُ َ َ ﱠ َ ﱠ ُ َ َ ُ ُْ ََ َ ْ ُ َ ُ َ ِ ﱠ ُ ﱠ َ ُ َ َ ٍ َْ َ َ ْ ِ ُ َ َ ِ"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alahi wassallam mengelilingi (mendatangi)
istri-istri beliau pada satu waktu pada malam dan siang, dan mereka ada
sebelas orang wanita." Salah seorang yang meriwayatkan hadits ini berkata,
"Aku bertanya kepada Anas , 'Apakah beliau mampu melakukan hal itu?' Ia
menjawab, 'Kami katakan bahwa beliau diberi kekuatan tiga puluh orang.”
(HR. Bukhori No. 268) HADITS KETIGA BELAS ﻪﻴﻓ ﺔﻛﺮﺑ ﻻ رﺎﺤﻟا نﺈﻓ مﺎﻌﻄﻟﺎﺑ اودﺮﺑأ
“Dinginkanlah makanan, karena makanan yang panas tidak memiliki berkah”
Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah, datangBerkata dan disandarkan kepada Ibnu Umar dalam Al-Jami’us Shogir Ad-Dailami, dan diriwayatkan dari Jabir dan Asma’ dikeluarkan oleh Al-Hakim. Disandarkan dari Abu Hurairah dalam Al-Ausath Ath-Thabrani dan disandarkan dari Anas
Al-Hilyah.”
oleh Abu Nu’aim dalam Kemudian beliau (Al_Albani ) berkata: “ Dan secara keseluruhan. Hadits
ini di sisiku adalah lemah karena tidak adanya penguat yang teranggap
untuknya. Wallhu a’lam “ (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1587 dengan
sedikit perubahan dan ringkasan)Datang juga dengan lafadz :
ﻪﻴﻓ ﻢﻜﻟ كرﺎﺒﻳ ﻢﻜﻣﺎﻌﻃ اودﺮﺑ “ Dinginkanlah makanan kalian, maka akan diberkahi padanya untuk kalian“
Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no.
Akan tetapi Lafadz ini pun lemah (
1654)
Adapun yang shahih adalah hadits yang datang dari Asma’ bintu Abu Bakar Rhadiyallahu’ anhuma, sesungguhnya beliau apabila makanan dalam keadaan panas beliau memberinya kuah hingga hilang panas dan asapnya.
Kemudian beliau berkata : “ Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda : ﺔﻛﺮﺒﻠﻟ ﻢﻈﻋأ ﻪﻧا
”Sesungguhnya (makanan dingin) lebih besar berkahnya”
Hadits ini dkeluarkan oleh Ad-Darimi (2/100) Ibnu Hibban dalam
Al-
Shahihnya (1344) dan dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz Dzahabi dan