Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan di Kalangan Mahasiswa USU)

(1)

PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP SURAT KABAR TRIBUN MEDAN

(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan di Kalangan Mahasiswa USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh : P. RESINDA M.S.

070904046

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya serta kesempatan yang telah Tuhan berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan di Kalangan Mahasiswa USU). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna pada waktu yang akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Ucapan terima kasih dari hati yang terdalam, penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Bapak Robinson Sihombing dan Ibu Restium Sianturi yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil dan kasih sayang selama ini yang membuat penulis dapat bertahan dalam kondisi seperti apapun. Terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada kakak (kel. Pdt. Saor Hutagaol, S.Th/Pdt. Resmina br. Sihombing, S.Th, kel. Sahriel Manullang, S.Pt/M.H. Khus Endang br. Sihombing, S.E, dan kel. Jimmy Napitupulu, S.Kom/D. Verawaty br. Sihombing, Amd), abang (Hery Saor T.P. Sihombing, S.Sos/Detty br. Pasaribu, Amd, dan Hendra Sihombing, Amd) dan adik (D. Ivan Sihombing dan Putri br. Sihombing) yang senantiasa memberi dukungan dan semangat kepada penulis dan terima kasih juga buat canda tawa yang selalu kita lewati. Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada ketiga keponakan penulis (Christian,


(3)

Cindy dan Jethro) buat dukungan melalui senyum manis dan sikap lucu kalian yang membuat penulis semakin semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

Terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr, Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku dosen wali sekaligus dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan yang telah diberikan kepada penulis.

5. Seluruh dosen/staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.

6. Kak Icut, Kak Maya dan Kak Ros yang selalu setia di Departemen membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi.

7. Kakak dan teman-teman penulis, kak Cici Sibarani, Situmorang sekeluarga (Yeni, Gunawan, Erindon, Saripah dan Hotna), terima kasih buat kebersamaannya. Penulis juga berterima kasih kepada marketing jalan dame dan sekitarnya, Surya Silitonga (terima kasih untuk pinjaman laptop, saat penulis sedang membutuhkannya.

8. Teman-teman terdekat penulis, Bertha (terima kasih buat pinjaman laptopnya, terima kasih sudah mau selalu membantu penulis menyebarkan kuesioner dan terima kasih buat dukungannya selama ini). Heppy, Astri, bang Anto, kak Juni, Senti, Emma dan teman-teman KMK FISIP yang mendukung dan mendoakan penulis.


(4)

9. Teman-teman satu doping penulis, kak Fitri, kak Riris dan Ira Elviana. Tetap semangat mengerjakan skripsinya.

10.Teman-teman sepelayanan penulis, paduan suara Solideo, song leader dan pemain organ HKBP Martoba. Terima kasih buat dukungan dan semangatnya, tetap berikan yang terbaik buat Tuhan.

11.Teman-teman ilmu komunikasi stambuk 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 12.Semua pihak yang telah ikut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Tuhan Yang Maha Esa kiranya memberikan berkat-Nya bagi kita semua. Jika terdapat kesalahan, penulis memohon maaf dan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...vi DAFTAR LAMPIRAN...vii ABTRAKSI...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1. Latar Belakang Masalah...1

I.2. Perumusan Masalah...6

I.3. Pembatasan Masalah...6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

I.4.1. Tujuan Penelitian...6

I.4.2. Manfaat Penelitian...7

I.5. Kerangka Teori...7

I.5.1. Komunikasi Massa...8

I.5.2. Uses and Gratification...9

I.5.3. Berita...11

I.5.4. Persepsi...12

I.5.5. Agenda Setting...14

I.6. Kerangka Konsep...17

I.7. Operasional Konsep...17

I.8. Defenisi Operasional...18

I.9. Sistematika Penulisan...20

BAB II URAIAN TEORITIS...22

II.1. Komunikasi Massa...22

II.1.1. Karakteristik Komunikasi Massa...24

II.1.2. Model Komunikasi Massa...26

II.2. Jurnalistik...30

II.2.1. Perspektif Jurnalistik...33

II.2.2. Jenis-jenis Jurnalistik...34

II.3. Uses and Gratification...39

II.4. Berita...44

II.5. Persepsi...53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...63

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...63

III.1.1. Universitas Sumatera Utara...63

III.1.1.1. Sejarah Universitas Sumatera Utara...63

III.1.1.2. Visi, Misi, Tujuan Universitas Sumatera Utara...66

III.1.1.3. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara...67

III.2. Metode Penelitian...69

III.3. Waktu Penelitian...69

III.4. Lokasi Penelitian...70

III.5. Populasi dan Sampel...70

III.5.1. Populasi...70

III.5.2. Sampel...71

III.6. Teknik Pengambilan Sampling...73


(6)

III.8. Teknik Analisis Data...75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...76

IV.1. Pelaksanaan dan Pengumpulan Data...76

IV.1.1. Tahap Awal...76

IV.1.2. Pengumpulan Data...76

IV.1.3. Teknik Pengolahan Data...77

IV.1.4. Analisis Tabel Tunggal...77

IV.1.4.1. Karakteristik Responden...78

IV.1.4.2. Persepsi Mahasiswa terhadap Tribun Medan...80

IV.2. Pembahasan...98

BAB V PENUTUP...102

V.1. Kesimpulan...102

V.2. Saran...103 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Konsep...18

Tabel 2 Infrastruktur USU...68

Tabel 3 Distribusi Sampel...73

Tabel 4 Fakultas...78

Tabel 5 Stambuk...78

Tabel 6 Jenis Kelamin...79

Tabel 7 Usia...79

Tabel 8 Pengetahuan terhadap Surat Kabar Tribun Medan...80

Tabel 9 Frekuensi Membaca Surat Kabar Tribun Medan...80

Tabel 10 Keterpaduan Cover dengan Isi Tulisan Surat Kabar Tribun Medan...81

Tabel 11 Penggunaan Bahasa/Kalimat...82

Tabel 12 Ketertarikan terhadap Materi Tulisan...82

Tabel 13 Keaktualan Berita...83

Tabel 14 Ketertarikan terhadap Tata Letak...84

Tabel 15 Ketertarikan terhadap Rubrik Olahraga...84

Tabel 16 Ketertarikan terhadap Rubrik Beauty...85

Tabel 17 Ketertarikan terhadap Tata Letak Rubrik Beauty...86

Tabel 18 Pendapat terhadap Rubrik Daerah...87

Tabel 19 Ketertarikan terhadap Rubrik Ekonomi...88

Tabel 20 Ketertarikan terhadap Rubrik Seleb...89

Tabel 21 Ketertarikan terhadap Rubrik Internasional...89

Tabel 22 Ketertarikan terhadap Rubrik Probis...90

Tabel 23 Ketertarikan terhadap Rubrik Market...91

Tabel 24 Ketertarikan terhadap Rubrik Smart Bikers...91

Tabel 25 Ketertarikan terhadap Rubrik Smart Communities...92

Tabel 26 Ketertarikan terhadap Rubrik Kesawan Square...93

Tabel 27 Pendapat terhadap Penyajian Rubrik Minggu...93

Tabel 28 Kejelasan terhadap Informasi Tribun Medan...94

Tabel 29 Kebutuhan terhadap Informasi Tribun Medan...95

Tabel 30 Ketertarikan terhadap Tampilan Tribun Medan...95

Tabel 31 Ketertarikan terhadap Informasi Tribun Medan...96

Tabel 32 Pemahaman terhadap Informasi Tribun Medan...97


(8)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian

2. Tabel Fortron Cobol

3. Surat Ijin Penelitian dari Bagian Kemahasiswaan FISIP USU 4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi


(9)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan di Kalangan Mahasiswa USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi khalayak dalam hal ini mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap surat kabar Tribun Medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori Uses and gratification, Persepsi dan Agenda Setting. Perancangan alat ukur adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3675 orang. Untuk menghitung jumlah sampel yang digunakan rumus Taro Yamane denga presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan Proportional Stratified

Sampling, Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Lalu peneliti melakukan

pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal melalui SPSS (Statistical

Product Service Solution) 15.00.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka tahu surat kabar Tribun Medan. Lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka jarang membaca surat kabar Tribun Medan. Menurut sebagian besar responden terdapat keterpaduan antara cover/halaman depan dengan isi tulisan dalam surat kabar Tribun Medan.

Hasil penelitian juga memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa rubrik-rubrik yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik perhatian responden. Mayoritas dari responden mengatakan bahwa informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan jelas. Mayoritas dari responden menyatakan bahwa tampilan surat kabar Tribun Medan menarik perhatian. Lebih dari setengah responden menyatakan bahwa informasi surat kabar Tribun Medan menarik perhatian mereka dan lebih dari setengah responden juga menyatakan bahwa mereka dapat memahami informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan.

Namun sangat disayangkan karena sebagian dari responden menyatakan bahwa mereka tidak tertarik berlangganan surat kabar Tribun Medan.

Akan tetapi dari penelitian ini dapat diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas ISIP mempunyai persepsi yang sama terhadap surat kabar Tribun Medan yang secara keseluruhan dapat dikatakan menarik.


(10)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Khalayak terhadap Surat Kabar Tribun Medan di Kalangan Mahasiswa USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi khalayak dalam hal ini mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap surat kabar Tribun Medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori Uses and gratification, Persepsi dan Agenda Setting. Perancangan alat ukur adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3675 orang. Untuk menghitung jumlah sampel yang digunakan rumus Taro Yamane denga presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan Proportional Stratified

Sampling, Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Lalu peneliti melakukan

pengumpulan data dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal melalui SPSS (Statistical

Product Service Solution) 15.00.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka tahu surat kabar Tribun Medan. Lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka jarang membaca surat kabar Tribun Medan. Menurut sebagian besar responden terdapat keterpaduan antara cover/halaman depan dengan isi tulisan dalam surat kabar Tribun Medan.

Hasil penelitian juga memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa rubrik-rubrik yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik perhatian responden. Mayoritas dari responden mengatakan bahwa informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan jelas. Mayoritas dari responden menyatakan bahwa tampilan surat kabar Tribun Medan menarik perhatian. Lebih dari setengah responden menyatakan bahwa informasi surat kabar Tribun Medan menarik perhatian mereka dan lebih dari setengah responden juga menyatakan bahwa mereka dapat memahami informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan.

Namun sangat disayangkan karena sebagian dari responden menyatakan bahwa mereka tidak tertarik berlangganan surat kabar Tribun Medan.

Akan tetapi dari penelitian ini dapat diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas ISIP mempunyai persepsi yang sama terhadap surat kabar Tribun Medan yang secara keseluruhan dapat dikatakan menarik.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan individu dan anggota masyarakat yang mempunyai berbagai macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi. Dengan informasi manusia dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya, menambah pengetahuan, memperluas cakrawala pandangan dan dapat pula meningkatkan kedudukan serta perannya di dalam masyarakat.

Informasi adalah hal yang sangat substansi dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi khususnya teknologi komunikasi dalam beberpa dekade terakhir ini telah menciptakan suatu masyarakat baru yaitu masyarakat dengan tingkat selektivitas yang tinggi akan pesan-pesan yang disampaikan. Salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi adalah saluran/media. Seorang komunikator dalam proses komunikasi pastilah menggunakan unsur media sebagai alat penyampai pesan kepada komunikan. Tujuannya antara lain untuk memudahkan proses pengiriman pesan agar komunikan dapat dengan mudah menerimanya.

Pemilihan media yang tepat dalam proses komunikasi turut memberikan peranan dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Biasanya pemilihan media disesuaikan dengan aspek sasaran komunikasi. Sehingga proses komunikasi akan mencapai target keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Dennnis Mc Quail:

“Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga oleh masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Media massa hadir ditengah massanya dengan menyajikan aneka pesan, namun bukan berarti semua pesan itu diterima begitu saja oleh khalayak. Khalayak memilih pesan sesuai


(12)

dengan kebutuhannya, dihubungkan dengan ruang lingkup pengetahuan dan pengalamannya. Dengan demikian ia akan memilih pesan yang di dalamnya termuat kepentingannya atau mendekatkan dia pada harapan-harapan pemenuhan terhadap kebutuhannya masa kini dan masa mendatang, dan mengelakkan berita atau pesan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepentingannya.

Dalam era informasi dewasa ini, berita menjadi bahan kebutuhan yang esensial bagi kehidupan manusia. Tidak ada pilihan lain, seiring dengan arus globalisasi, berita menjadi alternatif pilihan untuk melihat situasi dunia saat ini yang penuh gejolak.

Sejalan dengan itu persaingan antara media massa khususnya surat kabar tidak dapat dielakkan lagi untuk menyuguhkan informasi lewat berita-berita yang aktual dan bermutu yang menurut Melvin Mencher (1984: 81):

Berita yang disajikan wartawan, merupakan informasi yang dapat membantu pembacanya untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di dunia dan disekitar dirinya. Umumnya majalah dan surat kabar menitikberatkan pada berita yang memiliki pengaruh di dalam kehidupan, seperti berita pemerintahan, peristiwa dunia dan kegiatan bisnis.

Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan arus globalisasi itu mengakibatkan kebutuhan manusia yang semakin meningkat akan informasi. Hal ini disebabkan adanya siklus ketergantungan satu sama lainnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menuntut manusia untuk mengadopsi apa yang ditawarkannya yang menjadi kebutuhan manusia agar dapat mengikuti perkembangan jaman. Untuk itu surat kabar yang menjadi bagian dari media cetak harus senantiasa menampilkan berita-berita yang berkualitas hal ini disebabkan kompleksitas hidup manusia yang cenderung mengakibatkan makin besarmya kebutuhan akan informasi, dan ini sejalan dengan ciri-ciri dan fungsi yang dimiliki surat kabar.

Sedangkan bila dilihat fungsi pers itu sendiri adalah : menyiarkan informasi (to


(13)

Dalam suatu lembaga media massa, ada suatu bagian dari struktur organisasi yang diserahi tugas untuk menyunting naskah berita sehubungan dengan penyajiannya, bahsanya, ejaannya, dan hal-hal lain sesuai dengan calon pembacanya misalnya jenis-jenis berita, harga berita, dan sifat berita kita mengenal bagian itu dengan sebutan redaktur.

Dalam ensiklopedia Indonesia (2864), redaksi adalah :

1. Gaya atau susunan, bentuk atau cara menulis karangan berita atau tulisan.

2. Nama yang diberikan kepada sekumpulan penulis, penyunting atau pengisi halaman surat kabar, majalah atau buku dengan selera yang telah menjadi keanggotaan penerbitan itu.

3. Dalam surat kabar juga dewan yang memilih dan menentukan dimuat tidaknya suatu berita atau tulisan.

Dilihat dari tugasnya itu redaktur dituntut untuk selalu bijaksana dalam mengedit berita sehingga di dapat suatu berita yang benar-benar menarik perhatian pembaca. Dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berita yang harus di edit oleh redaktur.

Media surat kabar cetak merupakan sarana komunikasi dan persuasi berbagai lapisan masyarakat seperti, partisan politik, pemerhati budaya dan lainnya. Sebagai sarana komunikasi, media massa cetak tersebut dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan komunikasi untuk memberikan informasi dan pengaruh pada masyarakat luas. Kekuatannya terletak pada penyajian berita berupa gaya penulisan dan pemilihan kata-kata yang lugas dan mudah dimengerti pembaca. Selain itu surat kabar cetak juga menonjolkan kekuatan lewat foto-foto kejadian yang menarik, grafis info, karikatur dan iklan. Kelebihan lain dari media massa cetak juga karena sifatnya yang lama dalam arti informasi yang dipublikasikan bisa disimpan tanpa harus melakukan ‘recording’ sebagaimana dalam media massa siaran. Dengan demikian media massa cetak bukan merupakan media komunikasi, informasi, dan persuasi yang lewat begitu saja sebagaimana yang terjadi dalam media massa siaran baik radio maupun televisi.

Informasi media massa cetak juga mempunyai kekuatan bagi kalangan tertentu, khususnya bagi golongan berpendidikan. Mereka biasanya membutuhkan informasi dan data


(14)

dalam bentuk cetakan yang merupakan hasil suatu observasi dan analisis yang cukup mendalam dan representatif.

Ini diperkuat oleh pendapat Kenneth Janda dan kawan-kawan (1987:337) yang menyatakan bahwa “Although more people today depend on television than on

newspaper for news, those with more education rely more on newspapers. Newspapers usually do a more thorough job of informing the public about politics.”

Pendapat senada juga disampaikan oleh William L. Rivers dan kawan-kawan (2003:307) bahwa secara umum, berdasarkan kesimpulan dari berbagai studi, orang berpendidikan tinggi lebih menyukai media cetak atau media bacaan dibandingkan dengan media siaran; sedangkan mereka yang berpendidikan menengah kebawah lebih menyukai televisi dan radio.

Harian Tribun Medan merupakan salah satu surat kabar/harian yang ada di bawah naungan Kompas Gramedia. Harian Tribun Medan terbit perdana pada Senin (27/9/2010), dengan harga Rp 1000,00 per eksemplar. Tribun Medan terbit dalam 24 halaman dan akan selalu menurunkan berita-berita eksklusif dengan independensi lembaga yang kokoh tanpa terkontaminasi kepentingan-kepentingan bisnis atau politik tertentu. Tribun Medan merupakan surat kabar Tribun ke-10 setelah Tribun Kaltim, Tribun Timur (Sulawesi Selatan), Tribun Batam, Tribun Jabar, Tribun Pekanbaru, Tribun Pontianak, Tribun Manado, Tribun Lampung, dan Tribun Jambi. Surat kabar harian yang terbit nonstop ini juga merupakan koran daerah Kompas Gramedia ke-18, yang ketika lahir belum menggunakan nama Tribun, antara lain Serambi Indonesia (Nanggroe Aceh Darusallam), Sriwijaya Pos (Sumatera Selatan), Banjarmasin Post, Pos Kupang, dan Bangka Pos.

Tribun Medan membawa konsep easy reading dengan harapan informasinya dapat dengan mudah, cepat dan menyenangkan untuk diikuti oleh pembaca.


(15)

Peneliti memilih Tribun Medan sebagai objek yang ingin diteliti karena harian Tribun Medan merupakan surat kabar baru, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kualitas surat kabar Tribun Medan di mata pembaca.

Dalam penelitian ini penulis memilih mahasiswa Universitas Sumatera Utara sebagai objek penlitian karena mahasiswa merupakan orang-orang yang banyak membutuhkan atau mengkonsumsi informasi baik dari media massa elektronik maupun media massa cetak, dalam penelitian ini khususnya media massa cetak yaitu surat kabar. Dalam hal ini penulis membatasi populasi dengan memilih mahasiswa USU program S-1 angkatan 2009-2011 dan hanya mengambil 3 (tiga) fakultas saja yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas ISIP. Adapun alasan penulis memilih ketiga fakultas ini karena mahasiswa di ketiga fakultas tersebut lebih cenderung mengkonsumsi media cetak baik karena kebutuhan akan informasi maupun karena kebutuhan untuk tugas-tugas perkuliahan. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa surat kabar Tribun Medan sangat berpotensi untuk menjadi target mahasiswa karena harganya yang sangat terjangkau yaitu Rp 1000,- rupiah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap surat kabar Tribun Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan ini lebih jelas dan terarah, perlu diberikan suatu rumusan yang jelas terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap surat kabar Tribun Medan”.


(16)

I.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah dan tidak meluas, sehingga menyulitkan penulis dalam penelitiannya. Maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu bertujuan memberikan gambaran atau mendeskripsikan tentang persepsi khalayak terhadap surat kabar Tribun Medan.

2. Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara.

3. Objek penelitian adalah mahasiswa yang mengetahui atau mengenal surat kabar Tribun Medan yang ada di Universitas Sumatera Utara.

4. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan April 2011-selesai.

I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi pembaca terhadap surat kabar Tribun Medan. 2. Untuk mengetahui kualitas surat kabar Tribun Medan.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian dalam bidang ilmu komunikasi.

2. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang diterima selama menjadi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU, serta memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penelitian.


(17)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan dan bagi Harian Tribun Medan khususnya dalam meningkatkan kualitasnya.

I.5. Kerangka Teori

Dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah dengan jelas dan sistematis secara ilmiah, diperlukan teori-teori sebagai landasan berpikir dan kerangka berpikir. Kerangka teori merupakan landasan berpikir yang digunakan untuk mencari pemecahan suatu masalah. Setiap penelitian membutuhkan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut diamati (Nawawi, 1995 : 39 - 40).

Mengungkap teori yang digunakan berati mengemukakan teori-teori yang relevan yang memang benar-benar digunakan untuk membantu menjelaskan atau menganalisis secara logis dan rasional fenomena sosial yang diteliti. Penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1. Komunikasi Massa

Meskipun berbeda-beda, ternyata komunikasi massa memiliki kesamaan, walau terdapat perbedaan antara ahli psikologi sosial dengan ahli komunikasi dalam masalah komunikasi tersebut. Ahli psikologi sosial mengatakan, komunikasi massa tidak selalu dengan mengggunakan media massa. Berpidato di lapangan disaksikan banyak orang, asal dapat menunjukkan perilaku massa (mass behavior), sudah dapatdikatakan komunikasi massa. Namun, ahli komunikasi juga berpendapat bahwa komunikasi massa (mass


(18)

communication) merupakan komunikasi melalui media massa (cetak dan atau elektronik).

Jelasnya, komunikasi massa bagi ahli komunikasi merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Lebih jelasnya, dalam buku Mondry (2008:14), Effendy mengatakan bahwa komunikasi massa tentu komunikasi yang menggunakan media massa, seperti surat kabar, tabloid dan majalah atau radoi, televisi atau e-news.

Menurut Effendy (1986), komunikasi massa juga dapat dikenali dari ciri khas yang dimilkinya, yakni:

1. Komunikasi massa berlangsung searah (one way communication), berarti komunikasi melalui media massa tidak mendapatkan arus balik langsung dari komunikan kepada komunikator.

2. Dalam media massa, meskipun sumber informasi atau komunikatornya perorangan, seperti wartawan, reporter atau penyiar, tetapi dalam menyampaikan sesuatu dia bertindak atas nama lembaga, berupa media massa yang diwakilinya.

3. Pesan yang disebar media massa tidak ditujukan kepada perorangan atau kelompok atau orang tertentu, tetapi lebih bersifat umum (public) karena ditujukan kepada khalayak umum dan mengenai kepentingan umum.

4. Media massa mampu menimbulkan keserempakan (simultaneity) terhadap khalayak dalam menerima pesan yang disampaikan.

5. Sasaran komunikan (pembaca, pendengar atau pemirsa) yang dituju atau menjadi sasaran media massa bersifat heterogen. Keberadaan mereka juga berpencar dan tidak saling mengenal, juga tidak dapat melakukan kontak secara pribadi.

Dengan tujuan yang sama, Assegaff (1983) mengungkapkan bahwa media massa memilki ciri-ciri yang umum, meliputi:


(19)

2. menyajikan aneka atau rangkaian pilihan informasi yang luas, baik ditinjau dari khalayak yang ingin menjadi sasaran maupun dari sisi pilihan isi yang diberikan kepada khalayak pembaca;

3. sifat media massa dapat menjangkau khalayak yang besar dan tersebar karena jumlah media massa lebih sedikit dibanding khalayak yang memanfaatkan;

4. karena sifat media massa manarik perhatian khalayak luas dan besar, berarti media itu harus mampu mencapai tingkat intelek umum (rata-rata);

5. organisasi penyelenggara komunikasi massa merupakan lembaga masyarakat yang harus peka terhadap berbagai hal, seperti lingkungannya, termasuk lingkungan masyarakatnya.

I.5.2. Uses and Gratification

Teori Uses and Gratification lebihmenekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya manusia punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin, 2004: 181). Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Menurut teori ini konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhan informasi khalayak, serta bagaimana media itu akan berdampak bagi khalayak itu sendiri.

Katz menggambarkan sejumlah logika yang mendasari penelitian uses and gratification sebagai berikut: (1) kondisi sosial psikologi seseorang yang menyebabkan adanya (2) kebutuhan yang menciptakan (3) harapan-harapan terhadap (4) media massa dan sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Ardianto, 2004: 72).


(20)

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh seseorang (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial.

Keefektifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan. Pengontrolan disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak maupun media elektronik. Unsur motif dalam tindakan seleksi media ini biasanya dilakukan untuk memuaskan kebutuhan.

Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan arus lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Severin, 2007: 4).

Asumsi dasar dari pendekatan uses and gratification:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebahagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa bannyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak.

4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan oleh khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan atau motif pada situasi-situasi tertentu.


(21)

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti dahulu orientasi khalayak.

I.5.3. Berita

Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang membaca media cetak, bahkan ada yang mengatakan bisa mencapai 90 persen, meskipun belum tentu persentasenya seperti itu bila dia memanfaatkan media elektronik. Assegaff, 1983 (dalam buku Mondry, 2008: 132) menuliskan, Charles A. Dana mengungkap pameo terkenal tentang berita, dia mengatakan, bila orang digigit anjing, itu bukan berita, tetapi bila orang menggit anjing, itu baru berita. Batasan itu memang tidak terlalu benar karena bila yang digigit anjing itu tokoh terkenal, tetap saja menjadi berita menarik. Tetapi inti yang ditangkap dari kalimat itu, berita haruslah kejadian luar biasa sehingga menarik perhatian orang.

Romli (2004) mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita (news value), aktual, faktual, penting, dan menarik. Berdasarkan berbagai definisi itu, meskipun berbeda, terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi; menarik perhatian, luar biasa dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah: informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya.

Dengan definisi tersebut, dapatlah diketahui bahwa syarat berita harus: - Merupakan fakta, bukan karangan (fiksi) atau dibuat-buat;

- Kalaupun itu pendapat atau ide, bukanlah dari wartawan atau reporter yang menulisnya, tetapi pendapat atau ide orang lain. Itu berarti, seorang wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam tulisan berita;


(22)

- Disebar melalui media massa secepatnya.

Sifat lain yang harus diingat, berita harus menarik perhatian masyarakat atau lebih tepatnya, konsumen. Tentu saja yang dimaksud dengan perhatian ‘konsumen’ merupakan pembaca bagi media cetak, pendengar bagi radio, atau pemirsa bagi televisi. Bukan tidak mungkin, dari sisi informasi, berita kurang menarik, tetapi ada daya tarik tertentu yang membuat konsumen merasa tertarik. Mungkin karena berita artis terkenal atau karena informasinya membuat konsumen penasaran. Tegasnya, bila informasi tidak menarik, jangan diberitakan. Berita juga punya syarat harus disebarkan melalui media massa sesuai periodesasinya.

1.5.4. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2000: 51).

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, yaitu aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefenisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Dengan adanya itu semua maka akan timbul persepsi. Menurut William J. Stanton (dalam Setiadi, 2003: 160) persepsi dapat didefenisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan menurut Webster, persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi dan diinterpretasikan.


(23)

Gambar 1. Proses Perseptual

Persepsi merupakan proses bagaimana individu meilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan (Kotler 1997: 164).

Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi:

- Perhatian selektif. Orang pada umumnya dihadapkan pada sejumlah rangsangan yang

sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, dimana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut.

- Distorsi Selektif. Merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke dalam

pengertian pribadi dan menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi mereka, bukannya yang akan menentang pra konsepsi mereka.

STIMULI -penglihatan -suara -bau -rasa

sensasi

Indera penerima

Indera penerima

perhatian interpretasi

tanggapan PERSEPSI


(24)

- Ingatan Selektif. Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan

informasi yang mendukung sikap kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai keunggulan suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan mengingatnya pada saat ia mengingat tentang pemilihan produk (Simamora, 2003: 10).

1.5.5. Agenda Setting

Teori agenda setting adalah teori tentang massa. Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak dengan pilihan mereka tentang apa isi berita yang akan dimuat dimedia untuk mempertimbangkan nilai berita dan seberapa banyak media tersebut menggunakan ruang atau kolom yang ada. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu secara tidak langsung akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap suatu peristiwa itu penting. Jadi, berita yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila media massa memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya (Effendy, 2000: 287).

Media massa juga memiliki kemampuan untuk mengalihkan isu-isu penting yang sebenarnya dari agenda media massa untuk mendapatkan agenda publik yang sesuai dengan keinginan media tersebut. Kemampuan yang dimiliki media massa itu untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik, dengan cara mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa tadi. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:


(25)

- Masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan, mereka menyaring dan membentuk isu.

- Konsentrasi media hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditampilkan sebagai isu yang lebih penting ketimbang yang lain.

Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.

Teori agenda setting ini dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Namun, Manheim memberikan suatu gambaran konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan.

Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi berikut: - Agenda Media, dimensinya:

a) visibility (visibilitas) yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. b) audience salience yaitu relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.

c) valence yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

- Agenda Khalayak, dimensinya:

a) familiarity yaitu derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. b) personal salience yaitu relevansi kepentingan dengan ciri pribadi.

c) favorability yaitu pertimbangan senang atau tidak senang terhadap topik berita. - Agenda Kebijaksanaan, dimensinya;


(26)

b) likekihood of action yaitu kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang

diibaratkan.

c) freedom of action yaitu nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

Konsep Manheim tersebut mendukung perkembangan teori agenda setting secara menyeluruh. Pihak media memang sering menilai dirinya sebagai refleksi masyarakat, yang menampilkan gambaran masyarakat secara lebih jelas dan memungkinkan unsur-unsur dalam masyarakat mengekspresikan dirinya kedalam segenap anggota masyarakat. Konsep media sebagai penyaring telah diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap suatu masalah.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995: 40).

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007: 149).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang berrsifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Berdasarkan hal itu, maka operasional konsep yang diukur dalam penlitian ini adalah:


(27)

I.7. Operasional Konsep

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabelyang berfungsi untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalnya. Operasional konsep dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Konsep

No. Konsep Teoritis Konsep Operasional

1. Persepsi Mahasiswa terhadap Surat Kabar Tribun Medan

1. Ketertarikan terhadap informasi 2. Kejelasan informasi

3. Pemahaman akan informasi

4. Kesesuaian informasi terhadap kebutuhan

5. Perhatian 6. Penerimaan 2. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin

2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

I.8. Definisi Operasional

Konsep-konsep sosial yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang kebihoperasional, yakni variabel dan konstrak (construct), biasanya belum sepenuhnya siap


(28)

untuk diukur. Hal ini demikian karena variabel dan konstrak sosial mempunyai beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut dia akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang baru (Singarimbun, 2008: 46).

Komsep-konsep penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut: a. Persepsi Mahasiswa terhadap surat kabar Tribun Medan:

1. Ketertarikan terhadap informasi, yaitu kecenderungan dari diri individu terhadap sesuatu hal tertentu.

2. Kejelasan informasi, yaitu pesan-pesan yang diberikan oleh media harus jelas dan dapat dipahami oleh khalayak.

3. Pemahaman akan informasi, yaitu merupakan usaha individu untuk mengartikan atau menginterpretasikan informasi.

4. Kesesuaian informasi terhadap kebutuhan, yaitu adanya pandangan terhadap pemenuhan kebutuhan akan informasi.

5. Perhatian, yaitu suatu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman. Perhatian dipengaruhi oleh adanya motif dan kebutuhan, minat, intensitas dan ukuran, kontras dan hal-hal baru, pengulangan dan gerakan.

6. Penerimaan, yaitu apakah informasi yang disampaikan oleh media tersebut dapat dipercaya atau apakah ia mengandung informasi dengan nilai-nilai penting.


(29)

b. Karakteristik Responden:

1. Jenis kelamin: merupakan jenis kelamin informan. 2. Usia: merupakan usia informan saat diwawancarai. 3. Pendidikan: merupakan pendidikan informan. 4. Pekerjaan: merupakan pekerjaan informan.

I.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah I.2. Perumusan Masalah I.3. Pembatasan Masalah

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.5. Kerangka Teori

I.6. Kerangka Konsep I.7. Operasional Konsep I.8. Definisi Operasional BAB II URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi massa II.2. Jurnalistik

II.3. Uses and Gratification II.4. Berita

II.5. Persepsi II.6. Agenda Setting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Metode Penelitian


(30)

III.2. Lokasi Penelitian III.3. Subjek Penelitian

III.4. Teknik Pengumpulan Data III.5. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Proses Pengumpulan Data

IV.2. Hasil Pengamatan dan Wawancara IV.3. Pembahasan

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan V.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI MASSA

Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) di sini adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yag ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.

Hal tersebut perlu dijelaskan oleh karena ada sementara pakar di antaranya Everett M.

Rogers, yang menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa

tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun dan lain-lain. Lazimnya media massa modern menunjukkan seluruh sistem dimana pesan-pesan diproduksikan, dipilih, disiarkan,diterima dan ditanggapi. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina emphaty dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara dua orang, benak komunikan harus mengenai benak setiap komunikan.


(32)

Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi dengan pribadi yang diulang ribuan kali secara serentak.

Seorang politikus dapat mencapai jauh lebih banyak komunikan dengan sekali uraian melalui televisi daripada dengan jalan perlawatan mendatangi mereka seorang demi seorang, akan tetapi penggunaan komunikasi massa bisa menjadi gagal, jika komunikator tidak bisa memproyeksikan perasaan yang sama melalui media, yakni perasaan yang ia nyatakan melalui keramah-tamahan dan senyum menyenangkan.

Jadi ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa; mengetahui apa yang ia ingin komunikasikan, dan mengetahui bagaimana ia harus menyampaikan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah dan dengan lemah pula disampaikan kepada jutaan orang, bisa menimbulkan pengaruh yang kurang efektif sama sekali dibandingkan dengan pesan yang disampaikan dengan baik kepada komunikan yang jumlahnya kecil.

Komunikasi massa biasanya menghendaki organisasi resmi dan rumit untuk melakukan operasinya. Produksi surat kabar atau siaran televisi meliputi sumber pembiayaan dan karenanya juga pengawasan keuangan, ini memerlukan pekerjaan yang benar-benar mempunyai keahlian, jadi memerlukan manajemen yang baik, memerlukan juga pengawasan yang normatif yang erat hubungannya dengan orang luar yang mempunyai wewenang dan erat hubungannya dengan masyarakat. Dengan demikian maka harus ada orang yang bergerak dalam struktur yang menjamin kontinuitas dan kerja sama.

Syarat tersebut dipenuhi oleh organisasi yang resmi. Berhubung dengan itu, maka komunikasi massa harus dibedakan dengan komunikasi antarpribadi yang tidak resmi dan yang tidak berstruktur.


(33)

II.1.1. Karakteristik Komunikasi Massa

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi media massa, yakni seperti diuraikan dibawah ini:

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Benda-benda tercetak, film, radio dan televisi apabila dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam lingkungan organisasi yang tertutup, tidak dapat dikatakan komunikasi massa.

Meskipun pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka, sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan faktor yang bersifat paksaan yang timbul karena struktur sosial. Pengawasan terhadap faktor tersebut dapat dilakukan secara resmi sejauh bersangkutan dengan larangan dalam bentuk hukum, terutama yang berhubungan dengan penyiaran keluar negeri.

Rintangan yang tidak ada pada perencanaan timbul dari perbedaan bahasa, kebudayaan, pendidikan, pendapatan, kelas sosial dan pembatasan yang bersifat teknik. Penggunaan lebih banyak media audio-visual, kemajuan tekni untuk mencapai jarak jauh dan perluasan usaha bebas buta huruf, cenderung untuk mempercepat menuju keterbukaan yang luas.

b. Komunikan bersifat heterogen

Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.


(34)

Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.

Suatu paradoks dari suatu heterogenitas komunikan dalam komunikasi massa, adalah pengelompokan komunikasi harus mempunyai minat yang sama terhadap media massa , terutama jenis khusus dari isi penyiaran, serta mempunyai kesamaan pengertian kebudayaan dan nilai-nilai.

Jelasnya, komunikan dalam komunikasi massa adalah sejumlah orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama, meskipun demikian orang-orang yang tersangkut tadi tidak saling mengenal, berinteraksi secara terbatas, dan tidak terorganisasikan. Komposisi komunikan tersebut tergeser-geser terus-menerus, serta tidak mempunyai kepemimpinan atau perasaan identitas.

c. Media massa menimbulkan keserempakan

Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media tercetak, karena yang terakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih selektif.

Ada dua segi penting mengenai kontak yang langsung itu, pertama; kecepatan yang lebih tinggi dari penyebaran dan kelangsungan tanggapan, kedua; keserempakan adalah penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi pesan-pesan. Tanpa komunikasi


(35)

massa, hanya pesan-pesan yang sangat sederhana saja yang disiarkan tanpa perubahan dari orang yang satu ke orang yang lain.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. Yang terakhir ini, umpamanya mencakup keharusan untuk objektif dan tanpa prasangka dalam memilih dan menanggapi pesan komunikasi yang mempunyai norma-norma penting.

Komunikasi dengan menggunakan media massa berlaku dalam satu arah (one way

communication), dan ratio outpu-input komunikan sangat besar. Tetapi dalam hubungan

komunikator-komunikan itu terdapat mekanisme resmi yang dapat mengurangi ketidakpastian, terutama penelitian terhadap komunikan, korespondensi, dan bukti keuntungan dari penjualan (siaran komersial).

II.1.2. Model Komunikasi Massa

Komunikasi dengan menggunakan media massa dalam tahun terakhir ini banyak mendapat penelitian dari para ahli disebabkan semakin majunya teknologi di bidang media massa. Kemajuan teknologi dibidang pers seperti kepastian percetakan yang mampu menghasilkan ratusan ribubahkan jutaan eksemplar surat kabar dalam waktu yang relatif cepat; kemajuan teknologi dibidang film yang berhasil menyempurnakan segi audio dan visual; kemajuan teknologi dibidang radio yang mampu menjangkau jarak yang lebih jauh dengan suara yang lebih baik; kemajuan teknologi dibidang televisi yang dengan satelitnya


(36)

mampu menghubngkan satu bangsa dengan dengan bangsa lain secara visual auditif, hidup dan pada saat suatu peristiwa terjadi; itu semua berpengaruh besar pada kehidupan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Penelitian para ahli tersebut menghasilkan teori komunikasi massa, diantaranya beberapa model seperti dibawah ini:

a. Model jarum hipodermik (hypodermic needle model)

Secara harfiah “hypodermic” berarti “dibawah kulit”. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, istilah ”hypodermic needle model” mengandung anggapan dasar bahwa media massa menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung, itu adalah sejalan dengan pengertian “perangsang tanggapan (stimulus-response)” yang mulai dikenal sejak penelitian ilmu jiwa pada tahun 1930-an.

Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang mencotok massa komunikan yang pasif.

Elihu Katz mengatakan, bahwa model tersebut terdiri dari:

(1) media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan idea pada benak yang tidak berdaya.

(2) massa komunikan yang terpecah-pecah, yang terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan satu sama lain.

b. Model komunikasi satu tahap (one step flow model)

Model komunikasi satu tahap menyatakan bahwa saluran media massa berkomunikasi langsung dengan massa komunikan tanpa berlalunya suatu pesan melalui orang lain, tetapi


(37)

pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.

Model komunikasi satu tahap adalah model jarum hipodermik yang dimurnikan, model mana telah kita bicarakan dimuka. Tetapi model tahap mengakui, bahwa:

(1) media tidak mempunyai kekuatan yang hebat.

(2) Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan dan penahanan dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan.

(3) Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.

Selanjutnya model satau tahap memberi keleluasaan kepada seluruh komunikasi massa untuk memancarkan efek komunikasi secara langsung.

c. Model komunikasi dua tahap (two step flow model)

Konsep komunikasi dua tahap ini berasal dari Lazarsfeld, Berelson dan Gaudet (1948) yang berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa ide-ide seringkali datang dari radio dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini berlalu menuju penduduk yang kurang giat. Tahap pertama adalah dari sumbernya, yakni komunikator kepada pemuka pendapat yang mengoperkan informasi, sedang tahap kedua ialah dari pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya, yang juga mencakup penyebaran pengaruh.

Model dua tahap ini menyebabkan kita menaruh perhatian kepada peranan media massa dan komunikasi antarpribadi. Berlainan dengan model jarum hipodermik yang beranggapan, bahwa massa merupakan tubuh besar yang terdiri dari orang-orang yang tak berhubungan tetapi berkaitan kepada media, maka model dua tahap melihat massa sebagai perorangan yang berinteraksi. Ini menyebabkan penduduk terbawa kembali ke komunikasi massa. Seseorang memperoleh ide baru, baik melalui media massa maupun saluran


(38)

antarpribadi, dirinya terlibatkan pada pertukaran komunikasi dengan kawan-kawan sederajatnya mengenai suatu pesan. Pada kebanyakan komunikasi massa tampak bahwa sebuah pesan laju dari sumbernya, yakni komunikator, melalui saluran media massa, menuju komunikan sebagia pihak penerima, yang kemudian sebagai kebalikannya memberi tanggapan kepada pesan dan/atau kepada orang-orang yang berinteraksi dengannya.

Penelitian terhadap model ini selain menimbulkan keuntungan, juga telah menjumpai kekurangan. Pada dasarnya model ini tidak memberikan penjelasan yang cukup. Lajunya komunikasi dengan massa komunikan pada kenyataannya lebih rumit daripada keterangan mengenai teori dua tahap tersebut. Apa yang diketahui tentang proses komunikasi massa ternyata terlalu mendetail untuk diterangkan denga satu kalimat saja. Meskipun demikian, dari penelitian komunikasi timbul dua keuntungan dari hipotesis dua tahap tersebut.

(1) suatu pemusatan kegiatan terhadap kepemimpinan opini dalam komunikasi massa.

(2) Beberapa perbaikan dari komunikasi dua tahap, seperti komunikasi satu tahap dan komunikasi tahap ganda.

d. Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model)

Model ini menggabungkan semua model yang telah dibicarakan terlebih dahulu. Model banyak tahap ini didasarkan pada fungsi penyebaran yang berurutan yang terjadi pada kebanyakan situasi komunikasi. Ini tidak mencakup jumlah tahap secara khusus, juga tidak khusus bahwa suatu pesan harus berlangsung dari komuknikator melalui saluran media massa. Model ini menyatakan bahwa bagi lajunya komunikasi dari komunikator kepada komunikan terdapat jumlah “relay” yang berganti-ganti. Beberapa komunikan menerima pesan langsung melalui saluran dari komunikator, yang lainnya terpindahkan dari sumbernya beberapa kali.


(39)

Jumlah tahap yang pasti dalam proses ini bergantung pada maksud tujuan komunikator, tersedianya madia massa dengan kemampuan untuk menyebarkannya, sifat dari pesan dan nilai pentingnya pesan bagi komunikan.

Itulah beberapa hal mengenai pengertian, karakteristik dan model komunikasi massa, yang semakin lama semakin penting dan semakin banyak diteliti, disebabkan dampaknya yang luas dan kuat (Nurudin, 2004:150-127)

II.2. JURNALISTIK

Secara harafiyah, kata jurnalistik berarti kewartawanan atau hal-hal yang terkait dengan pemberitaan. Kata jurnalistik (journalistic) berasal dari kata dasar “journal” yang artinya laporan atau catatan. Kata journal sendiri berasal dari kata “du jour” (bahasa Yunani kouno), yang artinya “hari (day)” atau catatan harian (diary).

Ada dua kata yang meskipun memiliki unsur kesamaan namun mempunyai arti yang berbeda, yaitu “journalism” dan “journalistic”. Dalam bahsa inggris kedua kata ini berasal dari kata “journal” yang artinya: A daily record of news, events, activities atau catatan harian tentang berita, peristiwa atau kegiatan.

“Journalistic” is characteristic of journalism atau gaya penulisan (style of writing) kewartawanan.

“Journalism is the work of collecting, writing and publishing material in newspaper

and magazines or on television and radio”. Atau jurnalistik adalah pekerjaan yang berkaitan

dengan pengumpulan, penulisan dan penyebarluasan berbagia hal melalui media surat kabar dan majalah atau melalui televisi dan radio. Dengan demikian kata “jurnalistik” yang dikenal di Indonesia adalah yang disebut “journalism” dalam bahasa inggris.


(40)

Curtis D. Macdouggall, dalam bukunya berjudul “Interpretative Reporting” menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan jurnalistik adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa.

Dalam Enyclopedia Americana disebutkan: journalism is the collection and

periodical dissemination or current news and events, or more strictly, the business of managing, editing or writing for journal or newspaper.

Pengertian ini jelas hanya terbatas pada media massa cetak dan itu terjadi pada masa dimana media massa lain seperti media massa elektronik belum begitu berkembang. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, pengertian jurnalistik pun dikaitkan dengan media elektronik, seperti media radio dan media televisi.

Dalam ”the contemporary English-Indonesian Dictionary” disebutkan jurnalistik adalah yang berkenaan dengan wartawan atau berkenaan dengan buku harian; journalism artinya poekerjaan wartawan.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta budaya masyarakat dalam kurun waktu tertentu mempengaruhi pemaknaan terhadap jurnalistik oleh sejumlah ahli komunikasi. Ketika teknologi media massa masih sebatas surat kabar , sejumlah ahli komunikasi massa cenderung mengartikan jurnalistik pada proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi melalui surat kabar atau majalah, tetapi ketika teknologi media massa semakin berkembang dengan menggunakan media elektronik seperti radio dan televisi.

Kini penyebarluasan informasi juga dilakukan melalui media massa internet. Penyampaian atau penyebarluasan informasi melalui media massa internet, semula belum dikategorikan sebagai bagian dari kegiatan jurnalistik karena jumlah perangkat internet masih terbatas, pengguna internet juga belum banyak. Namun ketika teknologi internet berkembang pesat kepemilikannya semakin beragam, baik perorangan, kelompok, lembaga pemerintah


(41)

dan swasta, maka penyebarluasan informasi melalui internet pun berkembangsebagai bagian dari kegiatan jurnalistik. Bahkan para calon presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Hilary Clinton dari partai Demokrat dan John McCain dari partai Republik, ketika melakukan kampanye tingkat partai, selama bulan Mei dan Juni tahun 2008 berkomunikasi dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat Amerika Serikat melalui internet.

Untuk mengetahui konsep pemikiran para calon presiden Amerika Serikat tentang bagaimana Amerika Serikat ke depan, masyarakat Amerika dapat mengetahuinya setiap saat, melalui internet.

Nama dan jenis media massa dapat berkembang terus sejalan dengan perkembangan teknologi keomunikasi informasi. Saat ini, misalnya yang disebut dengan media massa adalah media massa cetak yaitu: surat kabar, majalah dan tabloid dan media massa elektronik adalah media massa radio, televisi dan internet. Bahkan di negara-negara tertentu, buku pun digolongkan media massa karena ada buku tertentu yang penyebarluasan atau jumlah penerbitannya sangat banyak dan dilakukan secara periodik setiap hari atau setiap minggu atau setiap bulan. Orang yang melakukan kegiatan jurnalistik disebut: jurnalis atau wartawan

atau reporter.

Meskipun banyak orang yang dapat melakukan kegiatan yang bersifat atau bernuansa jurnalitik, namun tidak semua orang dapat dan berhak melakukan pekerjaan jurnalistik, karena kegiatan jurnalistik hanya dilakukan oleh orang yang memperoleh keterampilan khusus jurnalistik dan hanya boleh dilakukan oleh jurnalis, wartawan atau reporter. Tidak semua orang yang mencari berita dapat disebut dengan wartawan, jurnalis atau reporter, karena untuk menjadi wartawan, jurnalis atau reporter, karena untuk menjadi wartawan, jurnalis atau reporter harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain bekerja secara tetap pada media massa tertentu dan memiliki kartu anggota wartawan dari organisasi wartawan tertentu. Di Indonesia ada beberapa organisasi wartawan, yaitu Persatuan Wartawan


(42)

Indonesia (PWI), Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) (Yosef, 2008:5-10).

II.2.1. Perspektif Jurnalistik

Untuk memahami arti jurnalistik dapat dilihat dari 3 perspektif:

(1) Perspektif Tanggungjawab Sosial, jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan profesional

dalam mencari, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi melalui media massa untuk memenuhi harapan khalayak. Sebagai kegiatan profesional, jurnalistik mengandung nilai kebenaran, kejujuran dan tanggungjawab sosial. Oleh karena itu, apabila terdapat kegiatan penyebarluasan informasi yang tidak disertai kebenaran, kejujuran dan rasa tanggungjawab, maka itu bukanlah kegiatan jurnalistik.

(2) Perspektif Ilmu Pengetahuan, jurnalistik dipahami sebagai bagian dari ilmu komunikasi

yang dapat dipelajari dan dijadikan sebagai bahan kajian dalam memahami perilaku sosial manusia terkait kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi melalui media massa.

(3) Perspektif Teknologi, jurnalistik dipahami sebagai teknologi komunikasi dan informasi

dalam proses mencari, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa. Dengan demikian sangat mungkin pengertian jurnalistik akan berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi terutama terkait dengan aspek penggunaan teknologi yang mempengaruhi kecepatan, kejelasan, kemudahan dan dampak yang ditimbulkan, dan bahkan juga ditentukan atau dipengaruhi tingkat kebudayaan dan peradaban manusia. Misalnya, ketika teknologi media massa baru sampai pada teknologi media cetak, maka ahli komunikasi tertentu mengartikan jurnalistik itu sampai pada penyebarluasan informasi melalui surat kabar. Ternyata kemudian muncul dan berkembang teknologi audio dan audio-visual berupa


(43)

penyebarluasan informasi melalui media elektronik seperti radio dan televisi, maka sejumlah ahli komunikasi pun menyempurnakan pengertian jurnalistik dengan dikaitkan dengan penggunaan media massa radio dan televisi. Saat ini ternyata informasi tidak hanya disebarluaskan melalui media massa surat kabar, radio dan televisi, tetapi juga melalui internet, sehingga muncul pula jurnalistik internet atau juga disebut dengan On

Line Journalism atau Cyber Journalism (Yosef, 2008: 10-12).

II.2.1. Jenis-Jenis Jurnalistik

Prinsip kerja jurnalistik secara umum sama pada semua media massa, tetapi karena teknologi yang digunakan berbeda, maka ada kecenderungan proses kerja jurnalistik itu sendiri menjadi berbeda-beda. Perbedaan antar jurnalistik lebih dilihat pada penggunaan teknologi media massa dalam mencari, menyeleksi, mengedit dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak.

Secara garis besar jenis-jenis jurnalistik dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:

- Berdasarkan Teknologi yang digunakan: 1. Jurnalistik Elektronik

Jurnalistik elektronik (electronic journalism), adalah proses kegiatan mencari, rmengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa elektronik, yaitu media massa radio, televisi dan internet.

a. jurnalistik radio (radio journalism)

Jurnalistik radio adalah proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa radio. Ketika pertama kali media massa hadir di Indonesia, sekitar tahun 1963, yaitu sejak berdirinya TVRI Jakarta, banyak orang mengira media massa radio akan segera tamat riwayatnyakarena


(44)

orang akan lebih memilih media televisi daripada radio. Tetapi kenyataannya tidak demikian, media televisi berkembang terus dan media radio pun terus berkembang dengan berbagai teknologi yang digunakannya, hingga saat ini. Hal ini antara lain, karena media radio memang memiliki “keunggulannya sendiri” dibanding media massa lainnya termasuk media televisi. Misalnya perangkat radio yang bisa dibawa kemana-mana, jangkauan yang relatif luas dan dapat melampaui bangunan atau gunung yang tinggi. Suatu hal yang tidak bisa terjadi pada media televisi. Meskipun media televisi menggunakan teknologi yang semakin canggih, dipastikan tetap tidak dapat menggantikan keunggulan media radio.

Media radio memiliki formula tersendiri, yaitu: Easy Listening Formula atau “rumus mudah didengar”. Artinya siaran radio dibuat sedemikian rupa agar enak didengar dan mudah dimengerti. Menulis berita untuk siaran radio juga berarti “menulis untuk telinga”. b. jurnalistik televisi (television journalism)

Jurnalistik televisi adalah proses kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa televisi.

Pengertian diatas mengandung makna bahwa meskipun dalam proses mencari, mengumpulkan dan menyeleksi informasi memiliki kesamaan dengan jurnalistik lainnya namun penekanannya adalah pada teknologi atau jenis media massa yang digunakan.

Sesuai dengan teknologinya, dalam proses liputan di lapangan atau di studio, digunakan peralatan yang terkait dengan media televisi, seperti pengguna kamera televisi, tripot, mik, kaset atau pita dan berbagai jenis peralatan televisi lainnya. Dan karena teknologi yang digunakan berbeda dengan media massa yang lainnya, maka jumlah dan jenis keterampilan personil yang menjalankan tugas jurnalistik televisi, juga berbeda. Perbedaan jg terjadi dalam hal pembiayaan, dimana anggaran yang diperlukan jauh lebih


(45)

besar dibanding dengan media massa radio dan media massa cetak (surat kabar atau majalah).

Kekhususan jurnalistik televisi, juga terkait dengan kriteria personil yang terlibat dalam produksi dan penyiaran televisi. Hal ini terjadi karena media televisi merupakan media pandang dan dengar (audio-visual).

Persyaratan berpenampilan baik atau identik dengann cantik dan ganteng untuk penyiar televisi, bukanlah sekedar bahasa basi atau sekedar ungkapan, tetapi betul-betul persyaratan yang mutlak. Hal ini terkait dengan jenis media itu sendiri, sebagai media massa pandang dan dengar.

c. jurnalistik on line (on line journalism)

Jurnalistik on line atau on line journalism juga disebut dengan ”cyber journalism”, yaitu proses kegiatan mencari, mengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa internet.

Kemajuan teknologi media massa yang begitu pesat disertai kebiasaan masyarakat untuk dapat memperoleh informasi secara super cepat, memungkinkan on line journalism berkembang pesat. Dalam proses kegiatan on line journalism, penyebarluasan informasi didasari prinsip kebenaran dan rasa tanggungjawab, bukan sekedar menyebarluaskan informasi. Oleh karena itu dalam pengiriman informasi, jurnalis atau wartawan tetap menaati kode etik dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Apabila ada penyebarluasan informasi melalui media massa internet tidak disertai tanggungjawab apalagi tidak didasari kebenaran, maka itu bukanlah kegiatan jurnalistik. Disnilah letak tanggungjawab besar seorang jurnalis atau wartawan atau reporter. Mungkin saja terjadi sesuatu yang tidak benar di masyarakat, tetapi jurnalis tetap berpegang pada kebenaran termasuk kebenaran informasi tentang sesuatu yang tidak benar itu sendiri.


(46)

Dapat dibayangkan apabila ada pihak tertentu yang menyebarluaskan kebohongan, apalagi bersifat fitnah, menghasut, memecah belah dan hal-hal negatif lainnya, dapat diperkirakan apa yang akan terjadi di masyarakat. Itulah sebabnya, boleh saja banyak orang ingin menjadi wartawan atau jurnalis atau reporter, tetapi tidak semua orang dapat dan boleh menjadi wartawan atau jurnalis atau reporter. Karena menjadi wartawan atau reporter atau jurnalis haruslah melalui proses seleksi yang baik agar didapatkan orang yang memenuhi prsyaratan, antara lain, dapat dipercaya, cerdas dan memiliki keberanian. Memang sulit, tetapi seperti itulah sebaiknya wartawan atau jurnalis atau reporter.

2. Jurnalistik Cetak

Jurnalistik cetak (printed journalism) adalah proses kegiatan mencari, rmengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa cetak seperti surat kabar, majalah dan tabloid. Di negara-negara tertentu, penulisan dan penyebarluasan buku bahkan digolongkan sebagai kegiatan jurnalistik karena jumlah buku yang diterbitkan sangat banyak dan dilakukan secara periodik pada waktu tertentu, setiap minggu, setiap dua minggu atau setiap bulan. Dalam isi buku, banyak diangkat dari berbagai pendapat dan peristiwa penting yang tergolong aktual.

Fred Wibowo, dalam bukunya “Teknik Produksi Program Televisi” menyebutkan tiga prinsip jurnalistik media cetak, yaitu:

a. pembaca (man as reader). Dalam hal ini, pembaca bebas memilih topik, informasi atau berita yang disukai. Bertolak dari hal itu, maka sajian informasi yang menyangkut berbagai bidang kehidupan sangat penting sebagai pilihan. Pembaca juga aktif memilih berita yang relevan dengan dirinya.

b. Write like your talk bukan write as your talk. Maknanya adalah harus objektif dan tidak


(47)

dan menulis berita dengan penulisan tidak langsung (indirect) dan naratif (menceriterakan).

- Berdasarkan Isi (Content)

1. Jurnalistik Pembangunan (development journalism), yaitu jurnalistik yang lebih ditujukan untuk menyebarluaskan informasi tentang keberhasilan pembangunan serta mendorong partisipasi khalayak dalam proses pembangunan. Jurnalistik ini, umumnya diterapkan di negara-negara berkembang, seperti sebagian besar negara-negara di Afrika dan Asia termasuk Indonesia, khususnya selama masa Orde Baru.

2. Jurnalistik Reminding (reminding journalism), yaitu jurnalistik yang misi utamanya adalah memperingatkan dan mengingatkan masyarakat untuk tidak merusak atau tidak melanggar norma-norma hukum di masyarakat dan berharap akan adanya hukuman sosial terhadap para pelanggar norma dan hukum. Jurnalistik reminding cenderung dilaksanakan secara agak tertutup walaupun tidak tertutup sekali karena dalam pelaksanaannya, wartawan tetap menunjukkan identitas diri. Apabila menggunakan kamera foto atau kamera televisi terkadang dilakukan secara tersembunyi atau tertutup.

3. Jurnalistik Moral (moral journalism) adalah jurnalistik yang fokus perjuangannya pada mewujudkan nilai-nilai moral, seperti memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan serta aktif memerangi korupsi, kezaliman dan kebejatan moral lainnya yang terjadi di masyarakat (Yosef, 2008:12-16).


(48)

II.3. USES AND GRATIFICATION

Model ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak.

Pendekatan uses anda gratification untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pernyataan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (what do the

media do to people ?) Kebanyakan penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi massa

berpengaruh kecil terhadap khalayak yang dipersuasi, oleh karena itu para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan lebih banyak efek kelompok.

Model uses and gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya adalah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

Pendekatan uses and gratification sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an para pakar melakuk1940-an peneliti1940-an mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratificationi telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia, Jepang dan negara-negara lain.

Karl Erik Rosengren dalam karyanya yang berjudul “Uses and Gratification: A


(49)

Katz, 1974: 269) menyajikan paradigm uses and gratification model yang disertai penjelasan dengan gambar 2.

Gambar 2 PARADIGMA USES AND GRATIFICATIONS MODEL

Butir pertama paradigma tersebut melambangkan infrastruktur biologis dan psikologis yang membentuk landasan semua perilaku sosial manusia. Kebutuhan biologis dan psikologis inilah yang membuat seseorang bertindak dan mereaksi.

Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan (need

hierarchy) yang ditampilkan oleh Abraham Maslow (1954). Ia membedakan lima perangkat

kebutuhan dasar:

a. Phsycological needs (kebutuhan fisiologis)

b. Safety needs (kebutuhan keamanan)

c. Love needs (kebutuhan cinta)

d. Esteem needs (kebutuhan penghargaan)

e. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri)

3

(11) Society including Media Structures

1 Basic Needs 4 Perceived Problems 5 Perceived Solutions 6 motives 7 Media Behavior 8 Other Behavior 9 Gratification or Non Gratification

2 Individual Characteristics

(10) Including


(50)

Sehubungan dengan hirarki tersebut, kebutuhan yang menarik perhatian para peneliti

uses and gratification adalah kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan

aktulisasi diri. Butir 1, 2 dan 3 pada gambar menunjukkan interaksi antara faktor internal dan eksternal, atau dengan istilah yang konkret antara seseorang dengan masyarakat sekitar.

Dengan meninggalkan kebutuhan dasar (basic needs) untuk sementara, marilah kita kihat butir 2 dan 3, ciri individual (individual characteristics) dan ciri masyarakat (societal

characteristics).

Minat para peneliti terkonsentrasikan pada butir 2, ciri individual, khususnya ciri ekstra individual, misalnya posisi sosial. Sementara itu proses intra-individual erat kaitannya dengan butir 1, 4, 5, 6 dan 9 pada paradigma tersebut.

Untuk mendapatkan kejelasan mengenai model uses and gratification ini dapat dikaji gambar 3 yang diketengahkan oleh Katz, Gurevitch dan Haas.

Gambar 3. USES AND GRATIFICATIONS MODEL

Model ini memulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri Social Environment

1. Demographic characteristics 2. Group affiliations 3. Personality

characteristic (psychological dispositions)

Individuals needs 1. Cognnitive needs 2. Affective needs 3. Personal

integrative needs 4. Sosial integrative

needs

5. Tension-release or escape

Nonmedia sources of need satisfaction 1. Family, friends 2. Interpesonal

communication 3. Hobbies 4. Sleep 5. Drugs, etc

Mass media use 1. Media type

newspaper, radio, TV, movies 2. Media contents 3. Exposure to

media

4. Social context of media exposure Media gratification (functions) 1. Surveillance 2. Diversion/ entertainment 3. Personal 4. Social relationships


(51)

kepribadian. Kebutuhan individual (individual needs) dikategorisasikan sebagai cognitive

needs, affective needs, personal integrative needs, social integrative needs dan escapist needs.

Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Cognitive needs (kebutuhan kognitif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2) Affective needs (kebutuhan afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3) Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4) Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5) Escapist needs (kebutuhan pelepasan)

Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

Sebagai bandingannya adalah modifikasi model uses and gratifications hasil aplikasi Jepang yang ditampilkan oleh Profesor Ikuo Takeuchi, guru besar pada Universitas Tokyo yang juga menjadi Direktur Institute of Journalism and Communication Studies.


(52)

Model Prof. Takeuchi yang dimuat dalam Jurnal “Studies of broadcasting” terbitan tahun 1986 itu menjelaskan paradigma uses and gratifications yang berbunyi: What kind of

people in which means of communication and how, yang terjemahannya adalah kira-kira

sebagai berikut: “Jenis khalayak mana dalam keadaan bagaimana dipuaskan oleh kebutuhan apa dari sarana komunikasi mana dan bagaimana”.

Ditegaskan oleh Prof. Tekeuchi bahwa unsur-unsur yang hendaknya dihayati secara perspektif, adalah ciri-ciri pribadi (personal characteristic) khalayak, kondisi sosial (social

conditions) khalayak, kebutuhan (needs) khalayak, motivasi dan prilaku nyata menanggapi

terpaan komunikasi massa beserta pola kebutuhan (gratifications pattern), tetapi ternyata semua faktor pada akhirnya harus dipandang sebagai faktor yang menerangkan pola kebutuhan.

Selain hubungan kelompok (group relations) dan ketegangan kelompok (group

tensions), peristiwa-peristiwa politik dan sosial tercakup dalam kondisi sosial (social condition). Tekanan-tekanan yang bersifat kondisional itu menimbulkan kebutuhan pada

khalayak yang antara satu sama lainnya memiliki ciri-ciri pribadi (personal characteristics) yang berbeda, dan citra media (media images) berdasarkan pengalaman dalam hal kebutuhan. Dan kondisi-kondisi yang timbulnya kadang-kadang (occaptional cconditions) memerlukan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan motivasi bagi kebutuhan yang tertuju kepada terpaan komunikasi massa (Effendy, 2003: 287-289).

II.4. BERITA

Sebuah contoh klasik, “a dog bites a man is usual, but a man bites a dog, it is news”. Atau “seekor anjing menggigit manusia itu biasa, tetapi manusia menggigit anjing, itu baru


(53)

Meskipun contoh diatas terkesan bombastis atau terkesan mangada-ada namun makna penting dari contoh klasik itu adalah suatu fakta yang biasa-biasa saja atau sesuatu yang sudah lumrah terjadi kurang menarik perhatian orang (pembaca, penonton atau pendengar). Karena kurang menarik, maka sebaiknya tidak perlu dijadikan berita, tetapi sebaliknya sesuatu yang tidak biasa apalagi yang luar biasa dapat dipertimbangkan untuk dijadikan berita. Misalnya, kebijakan pemerintah di suatu daerah yang membebaskan biaya pendidikan dari mulai tingkat Ssekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas dan bebas biaya pendidikan bagi mahasiswa yang berprestasi dan yang kurang mampu, merupakan hal yang tidak biasanya dan oleh karena itu dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai berita. Seorang bayi berkaki empat, juga termasuk yang tidak biasanya, oleh karena itu dapat dipertimbangkan untuk dijadikan berita.

Ada pula sebuah pernyataan sederhana yaitu: sebuah berita sudah pasti sebuah informasi, tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru daoat dikatakan sebagai berita apabila informasi itu memiliki unsur-unsur yang mempunyai “nilai berita” atau nilai jurnalistik dan disebarluaskan kepada khalayak.

Meskipun sejumlah ahli komunikasi memberikan bermacam-macam pengertian tentang berita, namun belum ada satu pengertian berita yang dapat dijadikan patokan secara mutlak. Namun demikian sebagai pegangan dapat dikemukakan pengertian berita berikut ini: berita adalah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yang penting atau menarik bagi khalayak dan disebarluaskan melalui media massa atau “news is a newly report of fact or

opinion which is important or interesting for the audience and published through mass media”.

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian berita oleh beberapa ahli komunikasi: 1. Rosihan Anwar, dalam buku J.B. Wahjudi, menyatakan “berita adalah apa yang lain


(1)

4. Usia:

1. 17-21 tahun

2. 22-26 tahun

Persepsi Khalayak Terhadap Surat Kabar Tribun Medan 5. Apakah Anda tahu surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak tahu

2. Tahu 3. Sangat tahu

6. Apakah Anda pernah membaca surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak pernah

2. Jarang 3. Sering

7. Menurut Anda bagaimana keterpaduan antara cover/halaman depan dengan isi tulisan utamanya dalam surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak terpadu

2. Terpadu 3. Sangat terpadu

8. Menurut Anda bagaimana penggunaan bahasa/kalimat pada surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak jelas

2. Jelas


(2)

9. Menurut Anda bagaimana dengan materi tulisan/berita yang diangkat oleh surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

10.Apakah berita yang diangkat oleh surat kabar Tribun Medan aktual atau tidak aktual ?

1. Tidak aktual

2. Aktual 3. Sangat aktual

11.Menurut Anda apakah tata letak (layout) yang digunakan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

12.Apakah Anda tertarik atau tidak tertarik dengan rubrik olahraga yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak tertarik

2. Tertarik 3. Sangat tertarik

13.Apakah anda tertarik atau tidak tertarik dengan rubrik beauty yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak tertarik

2. Tertarik 3. Sangat tertarik


(3)

14.Apakah menurut Anda penyajian tata letak rubrik beauty menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat Menarik

15.Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan adanya rubrik daerah (mis: tribun lubukpakam, tribun sumut, tribun siantar) yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak setuju

2. Setuju 3. Sangat setuju

16.Apakah Anda tertarik atau tidak tertarik dengan rubrik ekonomi (tribun finance dan tribun bisnis) yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan ?

1. Tidak tertarik

2. Tertarik 3. Sangat tertarik

17.Menurut Anda apakah rubrik seleb yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

18.Menurut Anda apakah rubrik internasional yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik


(4)

3. Sangat menarik

19.Menurut Anda apakah rubrik probis yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

20.Menurut Anda apakah rubrik market yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

21.Menurut Anda apakah rubrik smart bikers yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

22.Menurut Anda apakah rubrik smart communities yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik

2. Menarik

3. Sangat menarik

23.Menurut Anda apakah rubrik Kesawan Square yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik atau tidak menarik ?

1. Tidak menarik


(5)

3. Sangat menarik

24.Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan rubrik minggu yang diterbitkan setiap hari minggu oleh surat kabar Tribun Medan ?

1.Tidak setuju

2. Setuju 3. Sangat setuju

25.Apakah informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan jelas atau tidak jelas ?

1. Tidak jelas

2. Jelas

3. Sangat jelas

26.Apakah dengan membaca surat kabar Tribun Medan kebutuhan Anda akan informasi terpenuhi atau tidak terpenuhi ?

1. Tidak terpenuhi

2. Terpenuhi 3. Sangat terpenuhi

27.Apakah tampilan surat kabar Tribun Medan menarik perhatian Anda atau tidak menarik perhatian Anda ?

1. Tidak menarik perhatian

2. Menarik perhatian

3. Sangat menarik perhatian

28.Apakah informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan menarik perhatian Anda atau tidak menarik perhatian Anda ?

1. Tidak menarik perhatian


(6)

3. Sangat menarik perhatian

29.Apakah informasi yang disajikan oleh surat kabar Tribun Medan dapat Anda pahami atau tidak dapat Anda pahami ?

1. Tidak paham

2. Paham

3. Sangat paham

30.Apakah Anda tertarik untuk terus berlangganan surat kabar Tribun Medan? 1. Ya

2. Tidak

Berikan alasan...

... ...

31.Apa saran Anda terhadap penyajian informasi pada surat kabar Tribun Medan?

... ... ...

32.Apa saran Anda untuk meningkatkan kualitas surat kabar Tribun Medan?

... ... ...