BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Faktor-faktor yang Menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Pengusaha Salon Kecamatan Medan Maimun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Setiap individu memiliki hak untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya, termasuk wanita. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, mendapat keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan meningkatkan harga dirinya.

  Tak dapat dipungkiri permasalah seputar gender juga terjadi di dalam dunia bisnis, hal ini tercermin pada anggapan bahwa dunia bisnis adalah dunia laki-laki. (Setiawati dan Paramitha, 2011:1). Meskipun dalam kenyataannya, dalam Pasal 3 UU No.11 Tahun 2005 Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya telah menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

  Dahulu wanita hanya dianggap sebagai makhluk lemah yang tidak bisa melakukan sesuatu. Kebebasan wanita dalam melahirkan pemikiran-pemikiran dan bekerja ataupun berusaha sangat dibatasi dengan norma-norma dan adat istiadat yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mempercayai bahwa wanita bisa membuat sesuatu yang luar biasa. (Savitri, 2009:4)

  Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permeneg PP & PA No.1 Tahun 2011), masalah kesetaraan gender yang berusaha diwujudkan sangat perlu memperhatikan adanya persoalan mendasar yang menghambat upaya-upaya pewujudan kesetaraan gender tersebut. Salah satu dari hambatan tersebut lebih terletak pada masih menguatnya faktor sosial-budaya sebagian masyarakat. Dalam setiap interaksi sosial yang ternaungi oleh sistem sosial budaya patriarki, hampir selalu terdapat konstruksi yang memposisikan, mengkotak-kotakkan, dan memberikan penilaian tertentu yang kerap lebih mengutamakan bagi salah satu pihak. Konstruksi sosial terhadap perempuan yang hidup dalam sistem sosial budaya yang patriarki telah membentuk suatu keyakinan dan memposisikan perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah laki-laki, dan tidak setara dengan laki-laki.

  Semakin berkembangnya perekonomian Indonesia saat ini dalam bidang wirausaha tidak hanya dimiliki oleh para lelaki tetapi sejak adanya emansipasi wanita, wanita pun mulai tergerak untuk membuat suatu usaha yang dapat dijadikan tumpuan hidupnya kelak atau sebagai pekerjaan sampingan untuk membiayai kehidupan keluarganya serta sebagai bukti bahwa wanita mampu berdiri dikaki sendiri. Semakin berkembangnya permasalahan gender dan peluang untuk melakukan kegiatan usaha dengan berbagai motivasi dan harapan, maka munculah banyak wirausaha perempuan. Semakin banyak perempuan yang mulai menyadari bahwa menjadi wirausaha merupakan cara terbaik untuk membantu ekonomi keluarga, karier bisnis, dan aktualisasi diri. Dapat kita jumpai pula wanita yang bergerak dalam bidang bisnis yang lebih dikenal dengan istilah Wanita Pengusaha, yaitu wanita yang berwirausaha. Mereka mendirikan asosiasi, yaitu Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). (Alma, 2005 :37).

  Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mencatat dari 46 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diketahui, sekitar 60 persen pengelolanya adalah kaum perempuan. Dengan jumlah yang cukup banyak itu, peran wirausaha perempuan menjadi cukup besar bagi ketahanan ekonomi, karena mampu menciptakan lapangan kerja, serta mengatasi masalah kemiskinan.(female.kompas.com). Merebaknya bisnis yang dijalankan para wanita ini semakin menambah jumlah pengusaha. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mencatat jumlah wanita yang menjadi pengusaha meningkat setiap tahunnya. Anggota IWAPI saat ini disebutkan telah mencapai lebih dari 16.000 orang. Menurut Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Pasar Modal, Investasi, Keuangan dan Perbankan yaitu Prof. Dr . Adler Haymans Manurung SE., ME., M.Com., SH, minat ibu rumah tangga untuk berbisnis itu tak menjadi masalah, selama dia bisa mengurus keluarga dengan baik, karena hal ini merupakan peran utama mereka dalam keluarga (web.bisnis.com).

  Produktivitas merupakan salah satu faktor kunci dalam mendorong perkembangan suatu usaha agar lebih maju. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap, dan perilaku (Supriyanto dan Bodroastuti, 2012:2)

  Selain itu, menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu.

  Namun, sebagai seorang perempuan terdapat beberapa hal yang dapat menjadi hambatan produktivitas wanita dalam berwirausaha. Data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik mengenai tingkat pendidikan yang diperoleh pengusaha profil industri skala kecil dan kerajinan pada tahun 2002 sangat mengecewakan karena perbedaan tingkat pendidikan antara wanita dan pria sangat timpang dan didominasi oleh kaum pria. (Widyadari,dkk. n.d :17). Hal ini bisa mempengaruhi produktivitas kemampuan wanita dalam berwirausaha.

  Tak dapat dipungkiri seorang wanita sebagai ibu rumah tangga memegang posisi yang sangat penting dalam keluarga. Ibu rumah tangga harus mengerjakan segala tugas rumah tangga, memastikan segala kebutuhan keluarga terpenuhi, mengurus anak dan suami, memperhatikan tumbuh kembang anak-anak, serta mendidik anak-anaknya untuk menjadi manusia yang berguna. Tugas rutin sebagai seorang ibu rumah tangga sejatinya sudah cukup menguras energy dan tenaga. Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya produktivitas berwirausaha wanita dalam hal waktu.

  Perempuan memiliki gaya bisnis yang berbeda dengan kaum pria. Perempuan lebih memilih jenis bisnis yang masih berada dalam lingkup keseharian, serta menggunakan gaya bisnis dari hati ke hati dengan konsumennya.

  Perasaan yang cenderung personal, mengenal pelanggan secara mendalam, dan pendekatan yang melibatkan emosi, merupakan pendekatan bisnis para perempuan (Daniarti dan Sukendo, 2008:4). Banyak perempuan yang berbisnis bukan untuk memperkaya diri. Dalam perjalan bisnis mereka, baik secara alami dan dengan kesadaran penuh, berbagi mencurahkan perhatian untuk sosial, maupun kemanusiaan, dan lingkungan. Sebagian besar perempuan pengusaha memulai bisnis mereka dengan hati, berdasarkan kesenangan atau minat pribadi.

  (female.kompas.com). Hal ini bisa mempengaruhi produktivitas sikap kerja wanita dalam berwirausaha.

  Women entrepreneur melakukan aktivitas bisnis disela-sela kesibukan

  mengasuh anak, merawat rumah, mengerjakan tugas rumah tangga dan mengurus suami. Mereka bisa mempunyai usaha mereka sendiri dengan tetap tidak melupakan status mereka sebagai ibu rumah tangga. Fenomena ini sangat menarik, dewasa ini karena disela-sela waktu mengurus anak dan suami, ibu rumah tangga bisa menghasilkan pendapatan dari bisnis yang dijalankannya. Selain itu, karena para wirausaha wanita seringkali menghabiskan jumlah waktu yang sama dalam usaha mereka seperti para lelaki pengusaha, ini berarti mereka menghadapi beban kerja yang berat karena mereka masih harus menjalankan tanggung jawab rumah tangga mereka setelah seharian berbisnis. (Muller, 2006:34)

  Menurut pengamat investasi Adler Haymans Manurung, wanita memang sebaiknya memilih bisnis yang disukainya agar risiko kerugian bisa dikurangi.

  Hal ini penting karena dalam berbisnis mereka jadi mengerti benar terhadap bidang usaha yang digelutinya. Di sisi lain, risiko dalam mengelola bisnis adalah menyita waktu. Maka itu Adler mengatakan, kepandaian dalam membagi waktu antara urusan bisnis dan keluarga harus dijaga dengan baik. Mengenai lokasi usaha, dia menyarankan sebaiknya tidak jauh dari tempat tinggal sehingga waktunya tidak habis di luar rumah dan para wanita itu sebaiknya memilih jenis usaha yang sesuai dengan aktivitas yang disukainya.

  Bagi kaum wanita menjaga penampilan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi aktivitas yang disukai banyak wanita, salon kecantikan merupakan bagian dari gaya hidup wanita untuk memanjakan dan mempercantik dirinya. Usaha salon kecantikan kini semakin marak berkembang karena banyak diminati masyarakat Indonesia terutama oleh kaum wanita (analisausaha.com).

  Salon merupakan salah satu sektor dunia usaha yang membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus dan mulai berkembang di kota Medan, dimana banyak bermunculan usaha sejenis yang menarik antusiasme masyarakat untuk menggunakan jasa tersebut, dimana salon dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya kaum wanita atas kebutuhan akan kecantikan diri. Kecamatan Medan Maimun merupakan wilayah selatan kota Medan yang terdapat banyak usaha salon yang mayoritas pendirinya adalah wanita.

  Meskipun urusan merawat dan mempercantik diri biasanya dilakukan oleh wanita, namun pada kenyataannya para pendiri salon-salon yang terkemuka jusru dimiliki oleh pria, contohnya seperti Rudi Hadisuwarno, Johnny Andrean, dll. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi hambatan bagi wirausaha wanita. Hal ini perlu diketahui agar para wirausaha wanita dapat mengetahui faktor-faktor hambatan produktivitas itu dan kemampuan mengatasi penghambat produktivitas bagi seorang wanita wirausaha dalam menjalankan usahanya merupakan hal yang penting.

  Berdasarkan uraian ini, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi penghambat tersebut sehingga penulis membuat penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Produktivitas

  Berwirausaha Pada Wanita Wirausaha (Studi Kasus Pada Wanita

  Pengusaha Salon Di Kecamatan Medan Maimun)”

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitan ini, maka permasalahan yang ingin dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah faktor sosial budaya, faktor emosional dan faktor pendidikan menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor sosial budaya, faktor emosional dan faktor pendidikan yang menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha.

  1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Peneliti, Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya dalam bidang kewirausahaan dan mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha 2. Bagi Mahasiswa

  Memberi manfaat untuk memperluas gambaran atau menjadi studi pembanding maupun penunjang dalam penelitian selanjutnya.

  3. Bagi Pelaku Bisnis khususnya Pengusaha Wanita Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para wanita yang ingin berwirausaha.

  4. Bagi Masyarakat Luas Sebagai sumber informasi tentang faktor-faktor yang menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha.