Analisis Faktor-faktor yang Menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Pengusaha Salon Kecamatan Medan Maimun

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENGHAMBAT PRODUKTIVITAS BERWIRAUSAHA PADA WANITA

WIRAUSAHA (STUDI KASUS PADA WANITA PENGUSAHA SALON KECAMATAN

MEDAN MAIMUN)

OLEH

RAHMATIKA KHAIRINI 110502316

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENGHAMBAT PRODUKTIVITAS BERWIRAUSAHA PADA WANITA

WIRAUSAHA (STUDI KASUS PADA WANITA PENGUSAHA SALON KECAMATAN

MEDAN MAIMUN)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat produktivitas berwirausaha pada wanita pengusaha salon kecamatan medan maimun. Jenis penelitian ini adalah asosiatif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi salon yang berjumlah 31 salon dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, faktor sosial budaya, faktor emosional, dan faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap menghambat produktivitas berwirausaha wanita pengusaha salon di Kecamatan Medan Maimun. Secara parsial faktor sosial budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap menghambat produktivitas berwirausaha wanita wirausaha, akan tetapi faktor emosional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap menghambat produktivitas berwirausaha wanita wirausaha, dan faktor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap menghambat produtivitas berwirausaha wanita wirausaha.

Kata Kunci : wanita wirausaha, faktor sosial budaya, faktor emosional, faktor pendidikan.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT INHIBIT WOMEN ENTREPRENEUR ENTREPRENEURSHIP PRODUCTIVITY (CASE STUDY

IN WOMEN SALON ENTREPRENEUR MEDAN MAIMUN DISTRICT)

The aims of this study is to know and analyze factors that inhibit women salon entrepreneur productivity entrepreneurship Medan Maimun district. This research is associative research. This research sample is the entire salons population which amounts to 31 salons by using saturated sampling technique. The hypotheses in this research is analysed using multiple regression analysis with significance value of 5%. The results showed that simultaneous, sosiocultural factor, emotional factor, and educational factor significantly influence inhibiting the productivity of women entrepreneurship in the district of Medan Maimun salon. Partially, socialcultural factors had positive and significant effect to inhibit productivity entrepreneurial women entrepreneurship, however emotional factors had negative and not significant effect to inhibit productivity entrepreneurial women entrepreneurship and educational factors had positive and significant effect to inhibit productivity entrepreneurial women entrepreneurship.

Keywords : women entrepreneur, socialcultural factor, emotional factor, educational factor


(4)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Pengusaha Salon Kecamatan Medan Maimun ini guna serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Terutama terimakasih untuk Papa Ir. Abdul Hadi G.r. Dipl. P.M. dan Mama Suyanti Vitri Andriani yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materil, bimbingan, nasehat, serta doanya kepada peneliti serta abang saya Herdian Rizki Hadi yang senantiasa memberikan dukungan.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Azhar Maksum, ME.c, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Dra. Marhayanie, MSi, selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakulas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu


(5)

Dra. Friska Sipayung, Msi selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara .

4. Ibu Dra. Marhaini, M.S, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, dan masukan selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Yasmin Chairunisa, S.P, M.B.A selaku Dosen Pembanding 1 yang turut meluangkan waktu dalam memberi kritik, arahan, saran, dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Kepada Nadela Febriana, Debby Zelvia, Mahirah Ferin, Anggi, Indah Lestari, Ayu, Fetisya Chaesara, Ilhamdi Fachri, Ori Junifer, Fandi, Randa Pasaribu, Yosua Sinulingga, Fauzan, Vido Hawari, Farhan, Mulya, Bayu, Michael, dan seluruh teman-teman stambuk 2011 Program Studi S1 Manajemen yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Kepada Kevin Marshall, Bagus Airlangga, Rifqi Nuzul, Dika Widya,

Dini Annisa, Goklas Reinhard, Danny Frans, M.Rizky, Akbar Prasaja, seluruh abang- abang dan kakak-kakak stambuk 2010 Program Studi S1 Manajemen yang telah banyak memberi dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.

Medan, Februari 2015 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1. Pengertian Wirausaha... 9

2.1.2. Kewirausahaan ... 12

2.1.3. Wirausaha Wanita (Women Entrepreneur) ... 15

2.1.4. Faktor-Faktor Penghambat Wanita Berwirausaha ... 16

2.1.5. Produktivitas ... 21

2.2. Penelitian Terdahulu ... 25

2.3. Kerangka Konseptual ... 31

2.4. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 34

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 35

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 37

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.6.1. Populasi ... 38

3.6.2. Sampel ... 38

3.7 Jenis Data ... 38

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

3.9.1. Uji Validitas ... 40

3.9.2. Uji Reliabilitas ... 41

3.10 Teknik Analisis Data ... 41

3.10.1. Metode Analisis Deskriptif ... 41


(7)

3.10.2.3. Uji Heteroskedostisitas ... 43

3.10.3. Metode Analisis Regresi Linear Berganda ... 43

3.10.3.1. Koefisien Determinasi (R²) ... 44

3.10.3.2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 44

3.10.4.3. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Maimun ... 46

4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

4.2.1. Hasil Uji Validitas ... 47

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 50

4.3 Analisis Deskriptif ... 51

4.3.1. Karakteristik Responden ... 51

4.3.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51

4.3.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 52

4.3.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 52

4.3.2. Deskriptif Variabel ... 53

4.3.2.1. Faktor Sosial Budaya (X1) ... 54

4.3.2.2. Faktor Emosional (X2) ... 58

4.3.2.3. Faktor Pendidikan (X3) ... 61

4.3.2.4. Menghambat Produktivitas Wanita Berwirausaha (Y) ... 64

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 68

4.6.1. Uji Normalitas ... 68

4.6.1.1. Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ... 68

4.6.1.2. Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot Of Regression Standarizied Residual ... 69

4.6.1.3. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test ... 70

4.6.2. Uji Multikolinearitas ... 70

4.6.3. Uji Heteroskedostisitas ... 71

4.6.3.1. Hasil Uji Heteroskedostisitas dengan Scatter Plot ... 72

4.6.3.2. Hasil Uji Heteroskedostisitas dengan Gletser ... 72

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ... 73

4.7.1. Koefisien Determinasi (R²) ... 74

4.7.2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 76

4.7.3. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 77

4.6 Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 35

3.2 Instrumen Skala Likert ... 37

4.1 Validitas Tiap Butir Pernyataan ... 48

4.2 Hasil Pengujian Validitas Tiap Butir Pernyataan ... 49

4.3 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 50

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 52

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 52

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

4.7 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Faktor Sosial Budaya…. ... 54

4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Faktor Emosional ... 58

4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Faktor Pendidikan ... 61

4.10 Distribusi Jawaban responden Terhadap Menghambat Produktivitas Wanita Berwirausaha ... 64

4.11 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test ... 70

4.12 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 71

4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser ... 72

4.14 Analisis Regresi Linier Berganda ... 73

4.15 Uji Koefisien Determinasi ... 75

4.16 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 76


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptul ... 33 4.1 Uji Normalitas dengan Histogram ... 68 4.2 Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot of

Regression Standarizied Residual ... 69 4.3 Uji Heteroskedostisitas dengan Scatterplot ... 72


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 91

2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 97

3 Distribusi Jawaban Responden ... 99

4 Uji Asumsi Klasik ... 100


(11)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MENGHAMBAT PRODUKTIVITAS BERWIRAUSAHA PADA WANITA

WIRAUSAHA (STUDI KASUS PADA WANITA PENGUSAHA SALON KECAMATAN

MEDAN MAIMUN)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat produktivitas berwirausaha pada wanita pengusaha salon kecamatan medan maimun. Jenis penelitian ini adalah asosiatif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi salon yang berjumlah 31 salon dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan nilai signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, faktor sosial budaya, faktor emosional, dan faktor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap menghambat produktivitas berwirausaha wanita pengusaha salon di Kecamatan Medan Maimun. Secara parsial faktor sosial budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap menghambat produktivitas berwirausaha wanita wirausaha, akan tetapi faktor emosional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap menghambat produktivitas berwirausaha wanita wirausaha, dan faktor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap menghambat produtivitas berwirausaha wanita wirausaha.

Kata Kunci : wanita wirausaha, faktor sosial budaya, faktor emosional, faktor pendidikan.


(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT INHIBIT WOMEN ENTREPRENEUR ENTREPRENEURSHIP PRODUCTIVITY (CASE STUDY

IN WOMEN SALON ENTREPRENEUR MEDAN MAIMUN DISTRICT)

The aims of this study is to know and analyze factors that inhibit women salon entrepreneur productivity entrepreneurship Medan Maimun district. This research is associative research. This research sample is the entire salons population which amounts to 31 salons by using saturated sampling technique. The hypotheses in this research is analysed using multiple regression analysis with significance value of 5%. The results showed that simultaneous, sosiocultural factor, emotional factor, and educational factor significantly influence inhibiting the productivity of women entrepreneurship in the district of Medan Maimun salon. Partially, socialcultural factors had positive and significant effect to inhibit productivity entrepreneurial women entrepreneurship, however emotional factors had negative and not significant effect to inhibit productivity entrepreneurial women entrepreneurship and educational factors had positive and significant effect to inhibit productivity entrepreneurial women entrepreneurship.

Keywords : women entrepreneur, socialcultural factor, emotional factor, educational factor


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap individu memiliki hak untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya, termasuk wanita. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, mendapat keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan meningkatkan harga dirinya.

Tak dapat dipungkiri permasalah seputar gender juga terjadi di dalam dunia bisnis, hal ini tercermin pada anggapan bahwa dunia bisnis adalah dunia laki-laki. (Setiawati dan Paramitha, 2011:1). Meskipun dalam kenyataannya, dalam Pasal 3 UU No.11 Tahun 2005 Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya telah menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Dahulu wanita hanya dianggap sebagai makhluk lemah yang tidak bisa melakukan sesuatu. Kebebasan wanita dalam melahirkan pemikiran-pemikiran dan bekerja ataupun berusaha sangat dibatasi dengan norma-norma dan adat istiadat yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mempercayai bahwa wanita bisa membuat sesuatu yang luar biasa. (Savitri, 2009:4)

Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permeneg PP & PA No.1 Tahun 2011), masalah kesetaraan gender yang berusaha diwujudkan sangat perlu memperhatikan adanya persoalan mendasar yang menghambat upaya-upaya pewujudan kesetaraan gender tersebut.


(14)

Salah satu dari hambatan tersebut lebih terletak pada masih menguatnya faktor sosial-budaya sebagian masyarakat. Dalam setiap interaksi sosial yang ternaungi oleh sistem sosial budaya patriarki, hampir selalu terdapat konstruksi yang memposisikan, mengkotak-kotakkan, dan memberikan penilaian tertentu yang kerap lebih mengutamakan bagi salah satu pihak. Konstruksi sosial terhadap perempuan yang hidup dalam sistem sosial budaya yang patriarki telah membentuk suatu keyakinan dan memposisikan perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah laki-laki, dan tidak setara dengan laki-laki.

Semakin berkembangnya perekonomian Indonesia saat ini dalam bidang wirausaha tidak hanya dimiliki oleh para lelaki tetapi sejak adanya emansipasi wanita, wanita pun mulai tergerak untuk membuat suatu usaha yang dapat dijadikan tumpuan hidupnya kelak atau sebagai pekerjaan sampingan untuk membiayai kehidupan keluarganya serta sebagai bukti bahwa wanita mampu berdiri dikaki sendiri. Semakin berkembangnya permasalahan gender dan peluang untuk melakukan kegiatan usaha dengan berbagai motivasi dan harapan, maka munculah banyak wirausaha perempuan. Semakin banyak perempuan yang mulai menyadari bahwa menjadi wirausaha merupakan cara terbaik untuk membantu ekonomi keluarga, karier bisnis, dan aktualisasi diri. Dapat kita jumpai pula wanita yang bergerak dalam bidang bisnis yang lebih dikenal dengan istilah Wanita Pengusaha, yaitu wanita yang berwirausaha. Mereka mendirikan asosiasi, yaitu Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI). (Alma, 2005 :37).


(15)

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mencatat dari 46 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diketahui, sekitar 60 persen pengelolanya adalah kaum perempuan. Dengan jumlah yang cukup banyak itu, peran wirausaha perempuan menjadi cukup besar bagi ketahanan ekonomi, karena mampu menciptakan lapangan kerja, serta mengatasi masalah kemiskinan.(female.kompas.com). Merebaknya bisnis yang dijalankan para wanita ini semakin menambah jumlah pengusaha. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mencatat jumlah wanita yang menjadi pengusaha meningkat setiap tahunnya. Anggota IWAPI saat ini disebutkan telah mencapai lebih dari 16.000 orang. Menurut Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Pasar Modal, Investasi, Keuangan dan Perbankan yaitu Prof. Dr

Produktivitas merupakan salah satu faktor kunci dalam mendorong perkembangan suatu usaha agar lebih maju. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap, dan perilaku (Supriyanto dan Bodroastuti, 2012:2)

. Adler Haymans Manurung SE., ME., M.Com., SH, minat ibu rumah tangga untuk berbisnis itu tak menjadi masalah, selama dia bisa mengurus keluarga dengan baik, karena hal ini merupakan peran utama mereka dalam keluarga (web.bisnis.com).

Selain itu, menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu.

Namun, sebagai seorang perempuan terdapat beberapa hal yang dapat menjadi hambatan produktivitas wanita dalam berwirausaha. Data yang diperoleh


(16)

dari Biro Pusat Statistik mengenai tingkat pendidikan yang diperoleh pengusaha profil industri skala kecil dan kerajinan pada tahun 2002 sangat mengecewakan karena perbedaan tingkat pendidikan antara wanita dan pria sangat timpang dan didominasi oleh kaum pria. (Widyadari,dkk. n.d :17). Hal ini bisa mempengaruhi produktivitas kemampuan wanita dalam berwirausaha.

Tak dapat dipungkiri seorang wanita sebagai ibu rumah tangga memegang posisi yang sangat penting dalam keluarga. Ibu rumah tangga harus mengerjakan segala tugas rumah tangga, memastikan segala kebutuhan keluarga terpenuhi, mengurus anak dan suami, memperhatikan tumbuh kembang anak-anak, serta mendidik anak-anaknya untuk menjadi manusia yang berguna. Tugas rutin sebagai seorang ibu rumah tangga sejatinya sudah cukup menguras energy dan tenaga. Hal ini bisa menyebabkan berkurangnya produktivitas berwirausaha wanita dalam hal waktu.

Perempuan memiliki gaya bisnis yang berbeda dengan kaum pria. Perempuan lebih memilih jenis bisnis yang masih berada dalam lingkup keseharian, serta menggunakan gaya bisnis dari hati ke hati dengan konsumennya. Perasaan yang cenderung personal, mengenal pelanggan secara mendalam, dan pendekatan yang melibatkan emosi, merupakan pendekatan bisnis para perempuan (Daniarti dan Sukendo, 2008:4). Banyak perempuan yang berbisnis bukan untuk memperkaya diri. Dalam perjalan bisnis mereka, baik secara alami dan dengan kesadaran penuh, berbagi mencurahkan perhatian untuk sosial, maupun kemanusiaan, dan lingkungan. Sebagian besar perempuan pengusaha


(17)

(female.kompas.com). Hal ini bisa mempengaruhi produktivitas sikap kerja wanita dalam berwirausaha.

Women entrepreneur melakukan aktivitas bisnis disela-sela kesibukan mengasuh anak, merawat rumah, mengerjakan tugas rumah tangga dan mengurus suami. Mereka bisa mempunyai usaha mereka sendiri dengan tetap tidak melupakan status mereka sebagai ibu rumah tangga. Fenomena ini sangat menarik, dewasa ini karena disela-sela waktu mengurus anak dan suami, ibu rumah tangga bisa menghasilkan pendapatan dari bisnis yang dijalankannya. Selain itu, karena para wirausaha wanita seringkali menghabiskan jumlah waktu yang sama dalam usaha mereka seperti para lelaki pengusaha, ini berarti mereka menghadapi beban kerja yang berat karena mereka masih harus menjalankan tanggung jawab rumah tangga mereka setelah seharian berbisnis. (Muller, 2006:34)

Menurut pengamat investasi Adler Haymans Manurung, wanita memang sebaiknya memilih bisnis yang disukainya agar risiko kerugian bisa dikurangi. Hal ini penting karena dalam berbisnis mereka jadi mengerti benar terhadap bidang usaha yang digelutinya. Di sisi lain, risiko dalam mengelola bisnis adalah menyita waktu. Maka itu Adler mengatakan, kepandaian dalam membagi waktu antara urusan bisnis dan keluarga harus dijaga dengan baik. Mengenai lokasi usaha, dia menyarankan sebaiknya tidak jauh dari tempat tinggal sehingga waktunya tidak habis di luar rumah dan para wanita itu sebaiknya memilih jenis usaha yang sesuai dengan aktivitas yang disukainya.


(18)

Bagi kaum wanita menjaga penampilan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi aktivitas yang disukai banyak wanita, salon kecantikan merupakan bagian dari gaya hidup wanita untuk memanjakan dan mempercantik dirinya. Usaha salon kecantikan kini semakin marak berkembang karena banyak diminati masyarakat Indonesia terutama oleh kaum wanita

Salon merupakan salah satu sektor dunia usaha yang membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus dan mulai berkembang di kota Medan, dimana banyak bermunculan usaha sejenis yang menarik antusiasme masyarakat untuk menggunakan jasa tersebut, dimana salon dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya kaum wanita atas kebutuhan akan kecantikan diri. Kecamatan Medan Maimun merupakan wilayah selatan kota Medan yang terdapat banyak usaha salon yang mayoritas pendirinya adalah wanita.

(analisausaha.com).

Meskipun urusan merawat dan mempercantik diri biasanya dilakukan oleh wanita, namun pada kenyataannya para pendiri salon-salon yang terkemuka jusru dimiliki oleh pria, contohnya seperti Rudi Hadisuwarno, Johnny Andrean, dll. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi hambatan bagi wirausaha wanita. Hal ini perlu diketahui agar para wirausaha wanita dapat mengetahui faktor-faktor hambatan produktivitas itu dan kemampuan mengatasi penghambat produktivitas bagi seorang wanita wirausaha dalam menjalankan usahanya merupakan hal yang penting.


(19)

Berdasarkan uraian ini, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi penghambat tersebut sehingga penulis membuat penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Produktivitas Berwirausaha Pada Wanita Wirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Kecamatan Medan Maimun)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitan ini, maka permasalahan yang ingin dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah faktor sosial budaya, faktor emosional dan faktor pendidikan menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor sosial budaya, faktor emosional dan faktor pendidikan yang menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti,

Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya dalam bidang kewirausahaan dan mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha

2. Bagi Mahasiswa

Memberi manfaat untuk memperluas gambaran atau menjadi studi pembanding maupun penunjang dalam penelitian selanjutnya.


(20)

3. Bagi Pelaku Bisnis khususnya Pengusaha Wanita

Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para wanita yang ingin berwirausaha.

4. Bagi Masyarakat Luas

Sebagai sumber informasi tentang faktor-faktor yang menjadi penghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Wirausaha

Menurut Zimmerer (2005:3), seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

Menurut Kasmir (2006:16), wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta memanfaatkan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan.Resiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada.Bahkan semakin besar resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih.Tidak ada istilah rugi selama seoang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan.Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.


(22)

Menurut Zimmerer

a. Menyukai tanggung jawab

dan Scarborough (2004:3) profil kewirausahaan digambarkan sebagai berikut:

Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan sendiri.

b. Lebih menyukai resiko menengah

Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan selain seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan.Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya.

c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil

Wirausahawan pada umumnya memilki banyak keyakinan atas kemapuan untuk berhasil.Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisime mereka biasanya berdasarkan kenyataan.Salah satu penelitian dari

National Federation of Independent Business (NFIB) menyatakan bahwa

sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mereka mencapai 100 persen.Tingkat optimisme yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum akhirnya berhasil.


(23)

d. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung

Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus-menerus mencari pengukuhan.

e. Tingkat energi yang tinggi

Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merupakan sesuatu yang biasa.

f. Orientasi ke depan

Wirausahawan memilki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang.

g. Keterampilan mengorganisasi

Membangun sebuah perusahaan ”dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tetap untuk menyelesaikan suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.

Menurut Hendro (2011:61-63) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship sebagai jalan hidupnya. Faktor-faktor itu adalah faktor individual/personal, suasana kerja,


(24)

tingkat pendidikan, personality (kepribadian), prestasi pendidikan, dorongan keluarga, lingkungan dan pergaulan, ingin lebih dihargai atau self-esteem, serta keterpaksaan dan keadaan.

2.1.2 Kewirausahaan

Pengertian kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. (Suryana, 2006:2).

Menurut Sukirno (2004:369), definisi dan pandangan terhadap kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seseorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapat didorong oleh keinginan sendiri (psikologi) yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekelilingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan-pandangan tentang kewirausahaan mengikut perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, dan sosiologi.

1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi

Dari sudut pandang bidang ekonomi, kewirausahaan adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah, tanah dan modal. Biaya untuk bahan mentah ialah harga, biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya (nilai atau perolehan) adalah keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang dibayar karena resiko yang


(25)

2. Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi

Di dalam bidang psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri (di mana keberhasilan dicapai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib).Ini termasuk sifat-sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif, dan semangat yang terus menerus berkembang untuk bersikap independen.

3. Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi

Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul, mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13), jika diperhatikan

entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini maka dijumpai berbagai macam

profil, salah satunya yaitu Women Entrepreneur. Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini disorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.


(26)

Suryana (2006:30) menjelaskan seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Ciri-ciri umum kewirausahaan sebagai berikut :

1. Memiliki perspektif ke depan, sukses adalah sebuah perjalanan bukan tujuan, setiap saat mencapai target sasaran atau impian maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya.

2. Memiliki kreativitas tinggi, seorang wirausaha dibutuhkan daya kreasi dan inovasi yang lebih.

3. Memiliki sifat inovasi tinggi, seorang wirausaha harus dapat menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya.

4. Memiliki keberanian menghadapi resiko, seorang wirausaha harus berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang dihadapinya semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan.

5. Selalu mencari peluang, seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. 6. Memiliki jiwa kepemimpinan, seorang wirausaha harus memiliki

kemampun dan semangat untuk mengembangkan orang-orang disekelilingnya.


(27)

2.1.3 Wirausaha Wanita (Women Entrepreneur)

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13), meskipun telah diperjuangkan selama bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi ditempat kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik pekerjaan maupun kewirausahaan.

Singh (2012:48) menyatakan Women Entrepreneur adalah seseorang yang menerima tantangan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan menjadi pribadi yang ekonomis.Seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan hal yang positif dengan membangun sifat wirausahawan, yang mampu berkontribusi dalam keluarga dan kehidupan sosial).

Menurut Bruni,.dkk (2004:261), berikut tipe wirausaha wanita:

1. Aimless

Wanita muda yang memulai berwirausaha karena pengangguran

2. Success oriented

Wanita muda yang memandang aktivitas kewirausahaan sebagai strategi jangka panjang

3. Strongly success oriented

Wanita yang memandang kewirausahaan sebagai peluang untuk pemenuhan kebutuhan diri atau bermaksud untuk mengatasi fenomena “glass ceiling


(28)

4. Dualists

Wanita yang mencari fleksibilitas untuk menyeimbangkan keluarga dan kewajibannya bekerja

5. Return workers

Wanita yang meninggalkan pekerjaan mereka untuk menjalankan tugasnya dalam mengurus keluarganya dan masih berkeinginan melakukan sesuatu untuk pemenuhan dirinya sendiri di luar keluarganya

6. Traditionalists

Wanita yang memiliki keluarga dengan latarbelakang sifat wirausahawan yang kuat

7. Radicals

Wanita yang memulai memperkenalkan lebih dalam mengenai hal-hal yang berpihak kepada wanita.

2.1.4 Faktor-faktor Penghambat Wanita Berwirausaha

Menurut Alma (2005:43) faktor-faktor yang menghambat wanita wirausaha,yaitu:

1. Faktor kewanitaan di mana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil, menyusui yang ini tentu akan mengganggu aktivitas usahanya

2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. Bila anak sakit, suami sakit ia harus memberikan perhatian penuh dan ini akan mengganggu aktivitas usahanya.


(29)

3. Faktor emosional yang dimiliki wanita. Kadang dalam pengambilan keputusan mengutamakan emosional sehingga kehilangan rasionalitasnya.

4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga, akan berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Kadang wanita pengusaha agak sulit dalam mengeluarkan uang, dan harga-harga dipasang agak tinggi. Kebiasaan kaum ibu ialah bila mau membeli ia menawar rendah sekali, tetapi bila menjual ingin harga tinggi.

Terdapat beberapa faktor pembatas yang mempengaruhi peran gender perempuan (Hastuti, 2004:12):

1. Status Sosial

Status gender perempuan terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan, kesehatan, dan posisi dalam proses pengambilan keputusan umumnya memberikan dampak terhadap produktivitas mereka. Perbedaan yang terjadi antara pencapaian pendidikan laki-laki dan perempuan, disertai kenyataan bahwa perempuan secara umum kurang memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan dan pelatihan telah menciptakan konsekuensi kritis terhadap perempuan dalam peran produktif dan reproduktif mereka.

2. Hambatan Memperoleh Pekerjaan

Pada umumnya pekerjaan perempuan dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga. Selain itu, gender perempuan menghadapi hambatan mobilitas


(30)

reatif. Dalam hal ini perempuan seringkali enggan bekerja jauh secara fisik, karena mereka diharapkan selalu berada dekat dengan anak-anaknya. 3. Status Pekerjaan

Sering terjadi pembedaan posisi untuk gender yang berbeda. Perempuan sering memperoleh posisi yang lebih rendah dari rekannya laki-laki. Demikian juga sering terjadi imbalan yang berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama.

4. Beban Ganda

Kaum perempuan memiliki peran ganda yang jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Masalah mempersatukan keluarga dengan pekerjaan bagi perempuan jauh lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan secara tradisional selalu diasumsikan untuk selalu berada dekat dengan anak-anaknya sepanjang hari, sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya, perempuan mempunyai tuntutan peran ganda dari pekerjaan dan keluarga.

Muller (2006:29) menyebutkan masalah yang dialami perempuan adalah:

1. Memperoleh rasa percaya masyarakat, personil bank maupun konsumen bahwa perempuan pengusaha mampu menjalankan usaha dan menawarkan produk dan pelayanan yang baik

2. Menggabungkan tanggung jawab usaha dan keluarga karena keluarga seharusnya menjadi prioritas perempuan, yang menciptakan beban yang berat dan tekanan waktu bagi perempuan pengusaha.


(31)

3. Tingkat pendidikan adalah faktor yang menentukan bagi pendaftaran usaha maupun bagi akses pinjaman resmi. Sulit bagi pengusaha dengan tingkat pendidikan yang rendah untuk meresmikan usaha mereka ataupun untuk mengajukan kredit resmi.

Pendidikan merupakan sarana peningkatan mutu dan produktifitas sumber daya yang dapat menjadi sarana dan wadah pengembangan keahlian untuk digunakan dalam berwirausaha. Ketika perempuan kekurangan akses untuk memperoleh pendidikan dalam berwirausaha, maka mereka telah kekurangan kesempatan yang lebih baik untuk memaksimalkan potensi mereka di segala bidang, terutama dibidang ekonomi dan bisnis.(Widyadari, dkk, n.d:18)

Febriani (2012:16) menyebutkan wanita memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menjadi penyebab kegagalannya sebagai pelaku bisnis antara lain:

1. Memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan pribadi, tidak berani mengambil resiko, kurang percaya diri, atau terlalu percaya diri, terlalu berambisi sehingga menangani usaha diluar kemampuannya.

2. Wawasan sempit sehingga kurang informasi, tidak bisa membagi waktu atas peran gandanya, sibuk dengan urusan keluarga sehingga curahan waktu untuk kegiatan usahanya minimal, kurang sabar atau emosi tinggi. 3. Menetapkan keputusan dengan tergesa-gesa, masih bergantung atau

didominasi suami, konsumtive, tidak terbuka, tidak bersungguh-sungguh, yang mana kelemahan-kelemahan tersebut hendaknya diminimalisir.


(32)

Singh (2012:51) menyebutkan masalah yang dihadapi wirausahawan wanita, yaitu:

1. Kelangkaan Bahan Baku 2. Persaingan yang Ketat 3. Pergerakan yang Terbatas 4. Hubungan Keluarga 5. Kurangnya Pendidikan

6. Masyarakat Laki-Laki yang Mendominasi

7. Tidak Berani Mengambil Resiko

Menurut Tambunan (2009:39) faktor rendahnya representatif women entrepreneur yaitu:

- Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan yang membuat perempuan sangat dirugikan baik dalam ekonomi dan masyarakat

- Beratnya pekerjaan rumah tangga

- Hukum , tradisi , adat istiadat , kendala budaya atau agama pada sejauh mana wanita dapat membuka bisnis mereka sendiri


(33)

2.1.5 Produktivitas

Gaspersz (2001:24) menyatakan bahwa produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kualitas hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian ini akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas akan tetapi harus lebih mampu didalam mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja, oleh karena itu didalam usaha mencapai apa yang dinginkan hendaknya terlebih dahulu harus ada upaya yang bersifat pengorbanan, sehinga didalam arti yang sederhana dan teknis, pengertian prokdutivitas adalah perbandingan antara hasil yang dikeluarkan dengan sumber-sumber dayanya yang ada pada kurun waktu tertentu (Sumarsono, 2003:40).

Mali dan Coeli, dkk. dalam Gasperz (2001:26) juga menyatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, kinerja, kualitas, hasilhasil merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian produktivitas merupakan kombinasi antara efektivitas dan efisiensi.

Menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan apa yang dilakukan pengusaha karena apa yang dilakukan pengusaha memiliki pengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi usaha. Dalam pengukuran produktivitas output mencakup pengertian kualitas, dengan demikian produktivitas tidak dapat diukur secara


(34)

kuantiatif semata-mata, sehingga tidak mempunyai nilai mutlak, melainkan nisbi yang mengambarkan keragaman dari suatu kegiatan.

Menurut Gomes (2003:160) bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Knowledge (pengetahuan)

2. Skills (ketrampilan) 3. Abilities (kemampuan) 4. Attitudes (sikap) 5. Behaviors (perilaku).

Knowledge (pengetahuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)

knowledge (pengetahuan) merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik

yang diperoleh secara formal maupun non-formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.

Skills (ketrampilan) Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)

ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang dimiliki seseorang diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan


(35)

secara produktif. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki ketrampilan yang baik maka akan semakin produktif.

Abilities (kemampuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)

Kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi pula, maka seseorang dapat melaksanakan aktivitas dengan tanpa ada permasalahan teknis.

Attitudes (sikap). Sikap adalah pernyataan evaluative baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan-terhadap obyek, individu, atau peristiwa (Robbins, 2008:92). Sikap (attitude) merupakan kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan.

Behaviors (perilaku). Perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi

sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan (masyarakat, alam, teknologi, atau organisasi) (Ndraha, 1997:33). Perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan dapat terwujud.


(36)

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip oleh Sedarmayanti (2001:71), terdapat enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah:

1. Sikap kerja

2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervise serta keterampilan dalam teknik industri.

3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercemin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control service) dan panitia mengenai kerja unggul.

4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efiseien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha


(37)

2.2. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel

Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian Endang Lestari Hastuti (2004) Hambatan Sosial Budaya dalam Pengarusutam aan Gender di Indonesia 1. Biologis 2. Peran Ganda 3. Pendidikan 4. Norma Tradisional 5. Kebijakan Pemerintah 6. Politik 1. Analisis Deskriptif 1. Partisipasi perempuan didalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program-program pembangunan lebih rendah dari pada laki-laki.

2. Faktor sosial budaya membatasi kebijakan pengarusutamaan

gender di dalam pembangunan, baik yang berasal dari norma-norma di dalam masyarakat maupun di dalam kondisi keluarga/ rumah tangga. Claudia Muller (2006) Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Perempuan Pengusaha dalam Mendirikan dan Mengembang kan Usahanya di Propinsi NAD 1. Sosial Budaya

2. Hukum dan Peraturan 3. Pendidikan 4. Cacat Tubuh 5. Pengalaman 6. Keuangan 7. Dukungan Keluarga 8. Kondisi/ Iklim Wirausaha 9. Pengetahuan 1. Analisa Dokumen Sekunder 2. Wawancara Kuantitatif 3. Wawancara Kualitatif

Adanya persepsi sosial

budaya dalam tanggung jawab terhadap keluarga dan usaha, kurangnya dukungan keuarga, tingkat pendidikan dan penyandang cacat merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kurangnya kesempatan

wanita dalam keberhasilan usahanya.


(38)

Erin Karina Sitepu (2008) Analisis Faktor-Faktor yang Menghambat Women Entrepreneur dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon di Jalan Sei Mencirim) 1. Faktor Kewanitaan 2. Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat 3. Faktor Emosional 4. Faktor Administrasi 5. Faktor Pendidikan 1. Analisis Statistik Deskriptif

1.Faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi, dan faktor pendidikan merupakan faktor yang menjadi penghambat

women entrepreneur

dalam berwirausaha. 2.Faktor Sosial Budaya

dan Adat Istiadat merupakan faktor paling dominan yang menghambat women

entrepreneur dalam

berwirausaha. Dini Adlina Wandani (2009) Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Women Entrepreneur dalam Mendirikan Usaha Salon di Jalan Jamin Ginting

Variabel Independen: 1. Faktor

Keluarga 2. Faktor yang

Disengaja 3. Faktor Pemaksa Variabel Dependen: 1. Mendirikan Usaha 1. Analisis Statistik Deskriptif

Alasan yang di sengaja merupakan faktor yang paling dominan yang menyebabkan women entrepreneur mendirikan usaha. Riska Savitri (2009) Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk Berwirausaha Variabel Independen: 1. Faktor Kemandirian 2. Faktor Modal 3. Faktor Emosional 4. Faktor Pendidikan Variabel Dependen:

1. Faktor yang memotivasi wanita

1. Analisis Regresi Berganda

1.Faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan secara serentak memotivasi wanita berwirausaha 2.Faktor Emosional

merupakan faktor yang paling dominan

memotivasi wanita memilih berwirausaha


(39)

Tulus Tambunan (2009) Kewirausahaa n perempuan dalam negara asia yang berkembang: perkembangan mereka dan kendala utama Variabel Independen : 1. Perkembang an 2. Kendala Utama Variabel Dependen : 1.Perkembanga n Kewirausaha an Wanita 1. Analisis Statistik Deskriptif Relatif rendahnya perempuan pengusaha

dapat dikaitkan dengan banyak faktor, dan yang paling yang penting adalah:

- Rendahnya tingkat

pendidikan dan kurangnya kesempatan

pelatihan yang membuat wanita sangat dirugikan baik dalam ekonomi dan masyarakat.

- Pekerjaan rumah tangga yang berat.

- Hukum, tradisi, adat istiadat, kendala budaya atau agama pada sejauh mana perempuan dapat membuka bisnis mereka sendiri.

- Kurangnya akses ke kredit formal dan fasilitas lainnya. Waluya Jati (2009) Analisis Motivasi Wirausaha Perempuan (Wirausahawa ti) di Kota Malang Variabel Independen: 1. Kebutuhan Prestasi 2. Kebutuhan Affiliasi 3. Kebutuhan Otonomi 4. Kebutuhan Dominasi Variabel Dependen: 1. Pilihan Karir Wirausaha Perempuan 1. Analisis Statistik Deskriptif 2. Analisis Statistik Parametrik Regresi Diskriminan

1. Variable prestasi, affiliasi, otonomi, dan dominasi menjadi faktor yang terbukti secara bersama-sama dalam satu model sebagai penjelas tingkat intensi kaum perempuan memilih

karir sebagai wirausaha di Kota

Malang.

2. Variabel prestasi dan dominasi terbukti menjadi faktor pendorong intensi dan

motivasi perempuan dalam memilih karir sebagai wirausaha.


(40)

Sanputri Selfy, Ani Murwani Muhar, Audia Junita (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Wanita Berwirausaha 1. Faktor Kemandirian 2. Faktor Modal 3. Faktor Emosional 4. Faktor Pendidikan 1. Analisis Statistik Deskriptif Faktor-faktor yang memotivasi wanita berwirausaha adalah faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan. Yasir Munawir Siregar (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wiraswastawa n Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan) Variabel Independen: 1. Modal 2. Peluang 3. Pendidikan 4. Emosional 5. Pengalaman Variabel Dependen: 1. Memulai Usaha Kecil 1. Analisis Statistik Deskriptif 2. Analisis Regresi Berganda

1. Variabel Modal,

peluang, pendidikan,

emosional, dan pengalaman

berpengaruh positif dan signifikan terhadap wiraswasta memulai usaha kecil pada pedagang pakaian pajak sore Padang Bulan Medan. 2. Faktor Emosional

merupakan variabel yang paling dominan mendorong usaha kecil dalam memulai usaha. Yves

Robichaud, Jean‐Charles

Cachon andRana Haq (2010) Motif, Faktor Sukses, dan Hambatan di antara Wanita Pengusaha Canadian: Kasus pada Greater Sudbury Variabel Independen : 1. Motif 2. Faktor Sukses 3. Hambatan Variabel Dependen : 1. Wanita Pengusaha Canadian 1. Analisis Statistik Deskriptif Masalahnya adalah dalam sumber daya manusia:

Pengusaha masih menghadapi kesulitan dalam mempekerjakan orang terlatih, dan dengan melek huruf,

berhitung, serta keterampilan komputer

dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan khusus untuk sektor ekonomi mereka. Trias Setiawati dan Anggia Paramitha Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam Berwirausaha, Motivasi: 1. Keluarga Ketidakadilan Gender dalam 1. Analisis data reducsio 2. Analisis

1. Motivasi awal yang muncul pada diri seorang ibu rumah tangga untuk menjadi


(41)

Pengusaha di Yogyakarta Perempuan: 1. Marginalisa si 2. Subordinasi 3. Stereotip 4. Kekerasan 5. Beban Ganda drawing/ver ification karena alasan keuangan keluarga

2. Masalah ketidakadilan gender masih dialami oleh pengusaha perempuan, baik yang

disadari maupun yang tidak disadari. Semua komponen dalam ketidakadilan gender baik marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban ganda pernah dialami oleh pengusaha perempuan yang menjadi objek dalam penelitian ini. Febriani, SE, M.Si (2012) Peran Wanita Dalam Pengembanga n Usaha Kecil dan Menengah di Kota Padang 1. Kelebihan 2. Kelemahan 1. Diskriptif Reflektif

1. Kelebihan- kelebihan yang dimiliki wanita yaitu tekun, teliti, ulet, sabar, tangguh, rasa tanggung jawab tinggi,

kemauan keras, semangat tinggi, dan disiplin.

2. Kelemahan-kelemahan yang dapat menjadi kagagalan yaitu wawasan sempit, tidak

bias membagi waktu atas peran gandanya, sibuk dengan urusan keluarga, kurang sabar atau emosi tinggi, menetapkan keputusan dengan tergesa-gesa, masih bergantung atau didominasi suami, dan

tidak berani mengambil resiko.


(42)

G. Palaniappan,

C.S. Ramanigopal

and A. Mani (2012) Sebuah Studi Pada Masalah Dan Prospek Dari Wanita Pengusaha Dengan Referensi Khusus untuk Erode District Variabel Independen : 1.Masalah 2.Prospek Variabel Dependen : 1.Pengusaha Wanita Erode District 1. Analisis Persentase 2. Analisis rata-rata 3. Analisis skor

tertimbang

4. Uji Kai

Kuadrat (Chi-Square)

Latar belakang sosial termasuk faktor, jenis dan modus bisnis, program pelatihan merupakan masalah penting dari perempuan pengusaha di Erode District.

Jacques Ascher (2012)

Kewirausahaa n Perempuan – Reaksi yang Tepat untuk Diskriminasi Jenis Kelamin Variabel Independen : 1. Motivasi 2. Demografi dan Keluarga 3. Pendidikan 4. Sosial dan Lingkungan Ekonomi 5. Pengangguran Variabel Dependen : 1. Kewirausahaan Perempuan 1. Analisis Statistik Deskriptif

Motivasi individu , struktur keluarga , pendidikan , kependudukan , pengangguran , dan lingkungan sosial dan ekonomi merupakan faktor utama yang mempengaruhi kewirausahaan perempuan . Ranbir Singh (2012) Isu Kewirausahaa n Wanita, Tantangan dan Pemberdayaan melalui Self Help Groups: Sebuah Tinjauan dari Himachal Pradesh . Variabel Independen: 1. Isu 2. Tantangan 3. Pemberdayaan Variabel Dependen : 1. Wanita Pengusaha Self Help Groups 1. Analisis Statistik Deskriptif Masalah Kewirausahaan Wanita :

1. Kelangkaan bahan baku

2. Persaingan yang ketat

3. Pergerakan yang terbatas

4. Hubungan Keluarga 5. Kurangnya

Pendidikan

6. Masyarakat laki-laki yang mendominasi 7. Tidak berani


(43)

Sri Muljaningsih, Soemarno, Djumilah Hadiwidjoj, M.Muslich Mustadjab (2012) Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Minat Wirausaha Pengolahan Pangan Organik Pada Perempuan Tani di Desa Wonokerto, Bantur, Malang Variabel Independen: 1. Modal 2. Tenaga Kerja 3. Skill 4. Lahan 5. Jiwa Kewirausah aan Variabel Dependen: 1. Minat Wirausaha 1. Analisis faktor konfirmatori 2. Analisis regresi linier berganda

Faktor skill merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi minat wirausaha. Supriyanto dan Tri Bodroastuti Faktor-Faktor yang Mempengar uhi Produktivit as (Studi Pada Karyawan Bagian Produksi PT Nusantara Building Industries) Variabel Independen: 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. Kemampuan 4. Sikap 5. Perilaku Variabel Dependen: 1. Produktivitas 1. Analisis Regresi Linier Berganda Knowledge

(pengetahuan), skills

(ketrampilan), abilities

(kemampuan), attitudes

(sikap), dan behaviors

(perilaku) baik secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap produktivitas karyawan bagian produksi PT Nusantara Building Industries.

2.3. Kerangka Konseptual

Wanita memiliki peran ganda yang jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Masalah mempersatukan keluarga dengan pekerjaan bagi perempuan jauh lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan secara tradisional selalu diasumsikan untuk selalu berada dekat dengan anak-anaknya sepanjang hari, sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya, perempuan mempunyai tuntutan peran ganda dari pekerjaan dan keluarga (Hastuti, 2004:12).


(44)

Beratnya pekerjaan rumah tangga juga merupakan faktor rendahnya repfresentatif

women entrepreneur. (Tambunan, 2009:39).

Menurut Piaget (dalam Dariyo, 2007:180), kematangan emosi adalah kemampuan dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, dapat berpikir secara baik dengan melihat persoalan secara obyektif dan mampu mengambil sikap dan keputusan akan suatu hal dengan tepat. Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga bias merugikan. Misalnya dalam pegambilan keputusan, faktor emosional dapat menyebabkan wanita menjadi terlalu mudah emosi, terlalu tergesa-gesa (Febriani, 2012:16). Selain itu dalam memimpin karyawan, muncul elemen-elemen emosional yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan dengan karyawan pria atau wanita yang terkadang hanya mengikuti emosi pribadi saja seperti pilih kasih, dll.

Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan yang membuat perempuan sangat dirugikan baik dalam ekonomi dan masyarakat. Hal ini menyebabkan faktor pendidikan merupakan faktor penyebab rendahnya representatif women entrepreneur. (Tambunan 2009:39). Hisrich,dkk (2008:75) menyatakan bahwa pendidikan sangatlah penting dalam perjalanan wirausaha. Pentingnya pendidikan tidak hanya tercermin dalam tingkat pendidikan yang dicapai, tetapi juga dalam kenyataan bahwa pendidikan memainkan peranan penting untuk membantu para wirausaha mengatasi masalah- masalah yang mereka hadapi. Selain itu faktor pendidikan juga berfungsi sebagai sarana dan wadah pengembangan keahlian yang dapat mereka gunakan dalam berbisnis dan


(45)

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut :

Menghambat Produktivitas Berwirausaha Wanita

Sumber : Hastuti (2004:16), Dariyo (2007:180), Hisrich,dkk (2008:75), Tambunan (2009:39), dan Febriani (2012:16)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka konseptual yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. (Sugiyono, 2009:96).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah : Faktor sosial budaya, faktor emosional, dan faktor pendidikan menjadi faktor penghambat produktivitas bewirausaha pada wirausaha wanita

Faktor Sosial Budaya

Faktor Emosional


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2012:11). Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah faktor sosial budaya (X1), faktor emosional (X2), faktor pendidikan (X3), dan menghambat produktivitas berwirausaha wanita (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salon-salon kecantikan di Kecamatan Medan Maimun. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015.

3.3 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang menghambat produktivitas berwirausaha pada wirausaha wanita dan dalam hal ini wanita pengusaha salon di Kecamatan Medan Maimun.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah

a. Variabel Independent (X). yaitu Faktor Sosial Budaya (X1), Faktor Emosional (X2), dan Faktor Pendidikan (X3).

b. Variabel Dependent (Y), yaitu Menghambat Produktivitas Berwirausaha Wanita (Y)


(47)

3.4 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu defenisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

VARIABEL DEFENISI DIMENSI INDIKATOR SKALA

UKUR Faktor Sosial Budaya Norma-norma di dalam masyarakat yang telah menetapkan bahwa sudah kodratnya sebagai seorang wanita sebagai pengurus rumah tangga dan lelaki sebagai pencari nafkah 1. Persepsi Masyarakat

1. Persepsi mengenai kodrat wanita yang seharusnya berperan penuh dalam mengurus rumah tangga 2. Persepsi mengenai peran

suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah keluarga

Likert

2. Beban Ganda

1. Wanita bertugas mendidik dan mengikuti

perkembangan anak 2. Pembagian waktu antara

keluarga dan pekerjaan 3. Tenaga yang lebih untuk

mengurus keluarga dan menjalankan usaha Faktor Emosional Tindakan pribadi wanita dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, dapat berpikir secara baik 1. Pengendalian Emosi

1. Proses pengambilan keputusan

2. Membedakan urusan pribadi dengan profesionalitas kerja


(48)

dengan melihat persoalan secara obyektif sehingga mampu mengambil sikap dan keputusan 2. Hubungan dalam lingkungan usaha

1. Hubungan dengan pelanggan

2. Hubungan dengan karyawan Faktor Pendidikan Tingkat pendidikan formal maupun pelatihan yang telah didapatkan dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian untuk mendukung wanita dalam berwirausaha 1.Tingkat Pendidikan Formal

1. Rendahnya tingkat pendidikan

2. Pendidikan formal mempengaruhi

kepercayaan diri dalam menjalankan usaha

Likert

2.Pelatihan Non Formal

1. Kurangnya pelatihan mempengaruhi kualitas usaha jasa

2. Kurangnya pelatihan mempengaruhi kepuasan pelanggan

3. Pengetahuan Bisnis

Menghambat Produktivitas Berwirausaha Suatu ukuran bagaimana sumber daya terhambat dalam mencapai hasil yang optimal

1. Sikap Kerja

1. Sikap dalam melayani pelanggan

2. Sikap dalam berkomunikasi dengan karyawan

3. Sikap dalam melaksanakan pekerjaan

Likert

2. Kemampuan

1. Kemampuan manajerial 2. Kemampuan teknis 3. Kemampuan personal

3. Waktu 1. Waktu untuk keluarga 2. Waktu untuk usaha


(49)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor sosial budaya (X1), faktor emosional (X2), faktor pendidikan (X3

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2005:132). Dalam penelitian ini, responden memilih salah satu dari jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam Skala Likert. Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

), dan menghambat produktivitas berwirausaha wanita (Y) yang diukur dengan menggunakan skala Likert.

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

Sumber : Sugiyono ( 2005:134)

No Pernyataan Skor

1 Sangat Setuju ( SS ) 5 2 Setuju ( S ) 4 3 Kurang Setuju ( KS ) 3 4 Tidak Setuju ( TS ) 2 5 Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1


(50)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Menurut Kuncoro (2003:103), Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah wirausaha wanita yang mendirikan salon di Kecamatan Medan Maimun yang berjumlah 31 salon.

3.6.2 Sampel

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan peneliti adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, atau peneliti yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono,2005). Berdasarkan pengertian tersebut, yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh salon yang berada di Kecamatan Medan Maimun, yaitu sebanyak 31 salon.

3.7 Jenis Data

Data adalah hasil pencatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan (Marzuki, 2005:55).


(51)

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan / kuesioner kepada para wanita pengusaha salon di Kecamatan Medan Maimun.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, dan majalah dan situs internet untuk mendukung penelitian. Melalui tinjauan pustaka dapat dibangun landasan teori yang sesuai dengan permasalahan atau kerangka konseptual penelitian misalnya buku referensi (baik buku wajib perkuliahan maupun buku-buku umum), jurnal-jurnal penelitian, yang berkaitan dengan pembahasan penelitian untuk mencari teori-teori dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

b. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang diperoleh dari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari internet yang berhubungan dengan faktor-faktor yang menghambat produktivitas berwirausaha pada wanita wirausaha.


(52)

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap alat penelitian yaitu kuesioner. Penyebaran kuesioner khusus uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang diluar responden. Penyebaran kuesioner diberikan kepada wanita pengusaha salon diluar dari kecamatan Medan Maimun.

Uji Validitas dan Realibilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 17.0 for Windows.

3.9.1 Uji Validitas

Menurut Situmorang dan Lufti (2011:76), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

Suatu pengukuran instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan tujuan dan harapan peneliti. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai correlated item – total correlation atau disebut dengan rhitung pada setiap butir pertanyaan terhadap nilai rtabel

1. Jika r

. Sunyoto (2009: 72) menyatakan sebagai berikut: hitung positif dan rhitung rtabel ,

jika r

maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid, dan

hitung negatif atau rhitung rtabel

2. r

, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan tidak valid.

hitung

3. Nilai r

dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.

tabel dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 5% adalah 0,361.


(53)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Situmorang dan Lufti (2011:79), Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan disebut reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan one shot dimana kuesioner diberikan hanya sekali saja kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Pengukuran reliabilitasnya menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Menurut Sunyoto (2009: 68) suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

3.10 Teknik Analisis Data. 3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan dengan melakukan pengumpulan data dan penganalisaan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.


(54)

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan Analisis Regresi Linear Berganda, agar dapat perkiraan yang tidak biasa maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yakni :

3.10.2.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah data dalam sebuah model berdistribusi mengikuti/mendekati distribusi normal atau tidak. Jika data tidak berdistribusi normal, maka hasil analisis akan menjadi bias. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik histogram, Normal P-P Plot of Regression

Standarizied Residual, dan pendekatan Kolmogrov - Smirnov. Dengan

menggunakan tingkat signifikan 5% maka nilai Asymp. Sig (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang dan Lufti, 2011:107). Dengan kata lain data berdistribusi normal, jika nilai sig (signifikansi) > 0,05 dan data berdistribusi tidak normal, jika nilai sig (signifikansi) < 0,05.

3.10.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai

Tolerence dan VIF (Varians Inflation Factors) melalui program SPSS. Kriteria yang dipakai adalah :


(55)

- Terjadi Multikolinearitas, jika nilai Tolerance lebih kecil atau sama dengan 0,1.

Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

- Tidak terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih kecil 5,00.

- Terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih besar atau sama dengan 5,00. 3.10.2.3 Uji Heteroskedostisitas

Uji Heteroskedostisitas dipakai untuk menguji sama atau tidaknya varians dari resual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama maka disebut terjadi heteroskedostisitas dan sebaliknya jika variansnya tidak sama atau berbeda maka dikatakan tidak terjadi heteroskedostisitas. Persamaan yang baik adalah tidak terjadi heteroskedostisitas.

Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser

dimana dapat dilihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dasar Pengambilan Keputusan (Situmorang dan Lufti, 2011:119) :

- Tidak terjadi heteroskedostisitas, jika nilai signifikansi > 0,05. - Terjadi heteroskedostisitas, jika nilai signifikansi lebih < 0,05 3.10.3 Metode Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi linear berganda yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel bebas (faktor sosial budaya, faktor emosional, dan faktor pendidikan) terhadap variabel terikat (menghambat produktivitas berwirausaha wanita). Untuk memperoleh hasil yang


(56)

lebih terarah, peneliti menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows. Menurut Sugiyono (2003:204) model Regresi Linear Berganda yang digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan:

+ e

Y = Menghambat Produktivitas Berwirausaha Wanita a = Konstanta

X1 X

= Faktor Sosial Budaya 2

X

= Faktor Emosional 3

b

= Faktor Pendidikan 1

b

= koefisien Faktor Sosial Budaya 2

b

= koefisien Faktor Emosional 3

e = Standard error

= koefisien Faktor Pendidikan

3.10.3.1 Koefisien Determinasi (R2

Besarnya pengaruh Sosial Budaya, Emosional dan Pendidikan secara bersama-sama dalam menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Wirausaha ditunjukkan dengan besarnya Nilai Koefisien Determinasi = R squre (R

)

2

3.10.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ).

Untuk menguji pengaruh variabel independen Sosial Budaya (X1), Emosional (X2) dan Pendidikan (X3) secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Menghambat Produktivitas Berwirausaha Wanita (Y)


(57)

digunakan uji statistik F (Uji-F) dimana sebagai indikator adalah nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel

Hipotesis awal didefinisikan sbb: .

Ho = Tidak terdapat pengaruh antara Sosial Budaya, Emosional dan Pendidikan secara simultan atau serempak dalam menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Wirausaha;

Ha = Terdapat pengaruh antara Sosial Budaya, Emosional dan Pendidikan secara simultan atau serempak dalam menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Wirausaha.

Setelah dilakukan Uji F jika : Nilai Fhitung > nilai Ftabel Nilai F

, maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan jika hitung < nilai Ftabel

dimana F

, maka Ho diterima dan Ha ditolak. tabel yang digunakan pada uji F ini adalah Ftabel

3.10.3.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

pada tingkat interval kepercayaan (confidence interval) 95% atau alpha = 0,05, yakni sebesar = 2,96. (Sujarweni, 2014: 245)

Untuk menguji pengaruh variabel Sosial Budaya, Emosional dan Pendidikan secara parsial dalam Menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Wirausaha, digunakan uji statistik t (t test) dimana nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dan sebaliknya jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Nilai ttabel yang digunakan adalah nilai dengan tingkat kepercayaan 95% atau alpha = 0.05 dan df = 30 maka diperoleh nilai ttabel = 1,697.


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Kecamatan Medan Maimun

Kota Medan merupakan ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi, dan karakteristik Kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang luas dan besar (METRO), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota metropolitan terbesar di Indonesia. Realitasnya, Kota Medan kini berfungsi :

1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan perusahaan bisnis, keuangan di Sumatera Utara. 2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera

Utara seperti : rumah sakit, perguruan tinggi, stasiun TVRI, RRI, dan lain-lain, termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat perdagangan.

3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jasa secara regional maupun internasional.

4. Sebagai pintu gerbang regional atau internasional serta kepariwisataan untuk kawasan Indonesia bagian barat.

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan


(59)

tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota medan terletak pada 3º 30' - 3º 43' Lintang Utara dan 98º 35' - 98º 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.(www.asiamaya.com)

Kecamatan Medan Maimun merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Medan yang memiliki luas wilayah 2,98 km² dengan kepadatan penduduknya adalah 16.441,28 jiwa/km².(id.wikipedia.org). Di Kecamatan Medan Maimun terdapat beragam jenis usaha, salah satunya merupakan usaha salon yang terdapat banyak baik di pinggir jalan maupun di dalam gang-gang yang terdapat di sepanjang jalan Kecamatan Medan Maimun. Usaha-usaha salon yang terdapat di Kecamatan Medan Maimun ini di dominasi oleh kaum wanita yaitu berjumlah 31 salon.

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan kepada 30 wanita pengusaha salon yang berada diluar Kecamatan Medan Maimun. Jumlah 30 orang diambil agar dapat memenuhi asumsi kurva normal pada uji statistik.

4.2.1. Hasil Uji Validitas

Pada pra survey, kuesioner yang berisi 30 pertanyaan yang menyangkut faktor sosial budaya, faktor emosional, faktor pendidikan dan produktivitas berwirausaha pada wirausaha wanita yang hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut:


(60)

Tabel 4.1

Validitas Tiap Butir Pertanyaan Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Validitas

VAR00001 109.23 243.633 .530 .956 Valid

VAR00002 109.03 242.171 .545 .956 Valid

VAR00003 109.13 247.913 .375 .957 Valid

VAR00004 109.43 243.151 .621 .956 Valid

VAR00005 109.37 244.240 .642 .956 Valid

VAR00006 109.37 244.309 .580 .956 Valid

VAR00007 109.67 239.678 .643 .956 Valid

VAR00008 109.57 241.289 .573 .956 Valid

VAR00009 109.47 239.085 .633 .956 Valid

VAR00010 109.07 236.961 .782 .954 Valid

VAR00011 109.03 240.861 .636 .956 Valid

VAR00012 109.87 250.051 .265 .958 Tidak Valid

VAR00013 109.33 241.126 .647 .956 Valid

VAR00014 109.23 238.254 .723 .955 Valid

VAR00015 109.17 231.109 .753 .955 Valid

VAR00016 109.07 240.616 .667 .955 Valid

VAR00017 109.23 240.875 .612 .956 Valid

VAR00018 109.47 238.326 .578 .956 Valid

VAR00019 109.03 240.861 .636 .956 Valid

VAR00020 109.17 236.420 .789 .954 Valid

VAR00021 109.33 241.126 .647 .956 Valid

VAR00022 109.23 238.254 .723 .955 Valid

VAR00023 109.17 231.109 .753 .955 Valid

VAR00024 109.13 234.740 .755 .955 Valid

VAR00025 109.17 231.316 .833 .954 Valid

VAR00026 109.07 236.961 .782 .954 Valid

VAR00027 109.03 240.861 .636 .956 Valid

VAR00028 109.17 236.420 .789 .954 Valid

VAR00029 109.33 241.126 .647 .956 Valid


(61)

Pada pernyataan butir 12 dan 30 terlihat bahwa data tidak valid karena pada Tabel 4.3, r untuk sampel 30 adalah sebesar 0,361, sedangkan nilai corrected item total correlation untuk pernyataan butir 12 adalah 0,265 dan nilai corrected

item total correlation untuk pernyataan butir 30 adalah 0,313. Hal ini berarti

bahwa data pernyataan butir 12 dan 30 harus dikeluarkan. Setelah itu dilakukan pengujian kembali.

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Validitas Tiap Butir Pernyataan Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Validitas

VAR00001 103.33 230.368 .544 .959 Valid

VAR00002 103.13 228.878 .560 .959 Valid

VAR00003 103.23 234.737 .379 .960 Valid

VAR00004 103.53 230.189 .622 .958 Valid

VAR00005 103.47 231.292 .640 .958 Valid

VAR00006 103.47 231.499 .571 .958 Valid

VAR00007 103.77 226.737 .647 .958 Valid

VAR00008 103.67 228.437 .570 .958 Valid

VAR00009 103.57 226.254 .632 .958 Valid

VAR00010 103.17 223.937 .793 .957 Valid

VAR00011 103.13 228.120 .629 .958 Valid

VAR00013 103.43 228.530 .634 .958 Valid

VAR00014 103.33 225.402 .725 .957 Valid

VAR00015 103.27 218.064 .767 .957 Valid

VAR00016 103.17 227.316 .687 .957 Valid

VAR00017 103.33 228.713 .581 .958 Valid

VAR00018 103.57 225.357 .583 .959 Valid

VAR00019 103.13 228.120 .629 .958 Valid

VAR00020 103.27 224.064 .771 .957 Valid

VAR00021 103.43 228.530 .634 .958 Valid

VAR00022 103.33 225.402 .725 .957 Valid


(1)

Uji Vaiditas II

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Validitas

VAR00001 103.33 230.368 .544 .959 Valid

VAR00002 103.13 228.878 .560 .959 Valid

VAR00003 103.23 234.737 .379 .960 Valid

VAR00004 103.53 230.189 .622 .958 Valid

VAR00005 103.47 231.292 .640 .958 Valid

VAR00006 103.47 231.499 .571 .958 Valid

VAR00007 103.77 226.737 .647 .958 Valid

VAR00008 103.67 228.437 .570 .958 Valid

VAR00009 103.57 226.254 .632 .958 Valid

VAR00010 103.17 223.937 .793 .957 Valid

VAR00011 103.13 228.120 .629 .958 Valid

VAR00013 103.43 228.530 .634 .958 Valid

VAR00014 103.33 225.402 .725 .957 Valid

VAR00015 103.27 218.064 .767 .957 Valid

VAR00016 103.17 227.316 .687 .957 Valid

VAR00017 103.33 228.713 .581 .958 Valid

VAR00018 103.57 225.357 .583 .959 Valid

VAR00019 103.13 228.120 .629 .958 Valid

VAR00020 103.27 224.064 .771 .957 Valid

VAR00021 103.43 228.530 .634 .958 Valid

VAR00022 103.33 225.402 .725 .957 Valid

VAR00023 103.27 218.064 .767 .957 Valid

VAR00024 103.23 221.633 .770 .957 Valid

VAR00025 103.27 218.409 .843 .956 Valid

VAR00026 103.17 223.937 .793 .957 Valid

VAR00027 103.13 228.120 .629 .958 Valid

VAR00028 103.27 224.064 .771 .957 Valid

VAR00029 103.43 228.530 .634 .958 Valid

Uji Reliabilitas

Reliability Statistics


(2)

Lampiran 3

Distribusi Jawaban Responden

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Faktor Sosial Budaya Item

Pernyataan

STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Total

F % F % F % F % F % F %

1 0 0,0 2 6,5 3 9,7 18 58,1 8 25,8 31 100

2 0 0,0 2 6,5 3 9,7 26 83,9 0 0,0 31 100

3 0 0,0 2 6,5 6 19,4 17 54,8 6 19,4 31 100

4 0 0,0 2 6,5 3 9,7 19 61,3 7 22,6 31 100

5 0 0,0 1 3,2 6 19,4 19 61,3 5 16,1 31 100

6 0 0,0 5 16,1 9 29 16 51,6 1 3,2 31 100

7 0 0,0 3 9,7 10 32,2 14 45,2 4 12,9 31 100

8 0 0,0 3 9,7 11 35,8 14 45,2 3 9,7 31 100

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Faktor Emosional Item

Pernyataan

STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Total

F % F % F % F % F % F %

1 0 0,0 1 3,2 6 19,4 16 51,6 8 25,8 31 100

2 0 0,0 1 3,2 5 16,1 16 51,6 9 29 31 100

3 0 0,0 2 6,5 5 16,1 17 54,8 7 22,6 31 100

4 0 0,0 3 9,7 7 22,6 16 51,6 5 16,1 31 100

5 0 0,0 4 12,9 4 12,9 20 64.5 2 6,5 31 100

6 0 0,0 2 6,5 2 6,5 21 67,7 6 19,4 31 100

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Faktor Pendidikan Item

Pernyataan

STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Total

F % F % F % F % F % F %

1 0 0,0 2 6,5 6 19,4 18 58,1 5 16,1 31 100

2 0 0,0 5 16,1 7 22,6 14 45,2 5 16,1 31 100

3 0 0,0 4 12,9 10 32,3 13 41,9 4 12,9 31 100

4 0 0,0 2 6,5 5 16,1 17 54,8 7 22,6 31 100

5 0 0,0 3 9,7 11 35,8 12 38,7 5 16,1 31 100


(3)

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Menghambat Produktivitas Wanita Berwirausaha

Item Pernyataan

STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Total

F % F % F % F % F % F %

1 0 0,0 3 9,7 9 29 13 41,9 6 19,4 31 100

2 0 0,0 3 9,7 8 25,8 15 48,4 5 16,1 31 100

3 0 0,0 2 6,5 9 29 10 32,3 10 32,3 31 100

4 0 0,0 0 0,0 12 38,7 13 41,9 6 19,4 31 100

5 0 0,0 1 3,2 13 41,9 13 41,9 4 12,9 31 100

6 0 0,0 2 6,5 12 38,7 14 45,2 3 9,7 31 100

7 0 0,0 2 6,5 9 29 15 48,4 5 16,1 31 100

8 0 0,0 1 3,2 6 19,4 17 54,8 7 22,6 31 100

Lampiran 4

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 31

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.77206623

Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .115

Negative -.056

Kolmogorov-Smirnov Z .641

Asymp. Sig. (2-tailed) .806


(5)

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.476 2.874 .514 .612

SosBud .427 .113 .376 3.794 .001 .445 2.246

Emosional -.219 .191 -.123 -1.149 .261 .385 2.601

Pendidikan .934 .149 .726 6.289 .000 .329 3.040

a. Dependent Variable: MenghambatProduktivitasWanitaWirausaha

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.209 1.675 -.125 .902


(6)

Lampiran 5

Hasil Analisis Regresi Berganda Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .939a .882 .868 1.868

a. Predictors: (Constant), Pendidikan, SosBud , Emosional b. Dependent Variable: Produktivitas

Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 701.664 3 233.888 67.033 .000a

Residual 94.207 27 3.489

Total 795.871 30

a. Predictors: (Constant), Pendidikan, SosBud , Emosional

b. Dependent Variable: MenghambatProduktivitasBerwirausahaWanitaWirausaha

Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.476 2.874 .514 .612

SosBud .427 .113 .376 3.794 .001 .445 2.246

Emosional -.219 .191 -.123 -1.149 .261 .385 2.601

Pendidikan .934 .149 .726 6.289 .000 .329 3.040