Analisis Faktor-faktor yang Menghambat Produktivitas Berwirausaha pada Wanita Pengusaha Salon Kecamatan Medan Maimun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Wirausaha
Menurut Zimmerer (2005:3), seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
Menurut Kasmir (2006:16), wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta memanfaatkan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan.Resiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada.Bahkan semakin besar resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih.Tidak ada istilah rugi selama seoang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan.Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha. digambarkan sebagai berikut: a.
Menyukai tanggung jawab Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan sendiri.
b.
Lebih menyukai resiko menengah Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan selain seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan.Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya.
c.
Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil Wirausahawan pada umumnya memilki banyak keyakinan atas kemapuan untuk berhasil.Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisime mereka biasanya berdasarkan kenyataan.Salah satu penelitian dari
National Federation of Independent Business (NFIB) menyatakan bahwa
sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mereka mencapai 100 persen.Tingkat optimisme yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum akhirnya berhasil.
Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus- menerus mencari pengukuhan.
e.
Tingkat energi yang tinggi Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merupakan sesuatu yang biasa.
f.
Orientasi ke depan Wirausahawan memilki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang.
g.
Keterampilan mengorganisasi Membangun sebuah perusahaan ”dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tetap untuk menyelesaikan suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
Menurut Hendro (2011:61-63) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship sebagai jalan hidupnya. Faktor-faktor itu adalah faktor individual/personal, suasana kerja, keluarga, lingkungan dan pergaulan, ingin lebih dihargai atau self-esteem, serta keterpaksaan dan keadaan.
2.1.2 Kewirausahaan
Pengertian kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. (Suryana, 2006:2).
Menurut Sukirno (2004:369), definisi dan pandangan terhadap kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seseorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapat didorong oleh keinginan sendiri (psikologi) yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekelilingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan-pandangan tentang kewirausahaan mengikut perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, dan sosiologi.
1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi
Dari sudut pandang bidang ekonomi, kewirausahaan adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah, tanah dan modal. Biaya untuk bahan mentah ialah harga, biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya (nilai atau perolehan) adalah keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang dibayar karena resiko yang diambil oleh seorang wirausaha.
Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi Di dalam bidang psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri (di mana keberhasilan dicapai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib).Ini termasuk sifat-sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif, dan semangat yang terus menerus berkembang untuk bersikap independen.
3. Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi
Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul, mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13), jika diperhatikan
entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini maka dijumpai berbagai macam
profil, salah satunya yaitu Women Entrepreneur. Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini disorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Ciri-ciri umum kewirausahaan sebagai berikut :
1. Memiliki perspektif ke depan, sukses adalah sebuah perjalanan bukan tujuan, setiap saat mencapai target sasaran atau impian maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya.
2. Memiliki kreativitas tinggi, seorang wirausaha dibutuhkan daya kreasi dan inovasi yang lebih.
3. Memiliki sifat inovasi tinggi, seorang wirausaha harus dapat menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya.
4. Memiliki keberanian menghadapi resiko, seorang wirausaha harus berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang dihadapinya semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan.
5. Selalu mencari peluang, seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu.
6. Memiliki jiwa kepemimpinan, seorang wirausaha harus memiliki kemampun dan semangat untuk mengembangkan orang-orang disekelilingnya.
7. Memiliki kemampuan personal.
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2002:13), meskipun telah diperjuangkan selama bertahun-tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi ditempat kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik pekerjaan maupun kewirausahaan.
Singh (2012:48) menyatakan Women Entrepreneur adalah seseorang yang menerima tantangan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan menjadi pribadi yang ekonomis.Seseorang yang memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan hal yang positif dengan membangun sifat wirausahawan, yang mampu berkontribusi dalam keluarga dan kehidupan sosial). Menurut Bruni,.dkk (2004:261), berikut tipe wirausaha wanita: 1.
Aimless
Wanita muda yang memulai berwirausaha karena pengangguran 2.
Success oriented
Wanita muda yang memandang aktivitas kewirausahaan sebagai strategi jangka panjang
3. Strongly success oriented
Wanita yang memandang kewirausahaan sebagai peluang untuk pemenuhan kebutuhan diri atau bermaksud untuk mengatasi fenomena “glass ceiling”
Dualists
Wanita yang mencari fleksibilitas untuk menyeimbangkan keluarga dan kewajibannya bekerja
5. Return workers
Wanita yang meninggalkan pekerjaan mereka untuk menjalankan tugasnya dalam mengurus keluarganya dan masih berkeinginan melakukan sesuatu untuk pemenuhan dirinya sendiri di luar keluarganya 6.
Traditionalists
Wanita yang memiliki keluarga dengan latarbelakang sifat wirausahawan yang kuat
7. Radicals
Wanita yang memulai memperkenalkan lebih dalam mengenai hal-hal yang berpihak kepada wanita.
2.1.4 Faktor-faktor Penghambat Wanita Berwirausaha
Menurut Alma (2005:43) faktor-faktor yang menghambat wanita wirausaha,yaitu:
1. Faktor kewanitaan di mana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil, menyusui yang ini tentu akan mengganggu aktivitas usahanya
2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. Bila anak sakit, suami sakit ia harus memberikan perhatian penuh dan ini akan mengganggu aktivitas usahanya.
Faktor emosional yang dimiliki wanita. Kadang dalam pengambilan keputusan mengutamakan emosional sehingga kehilangan rasionalitasnya.
4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga, akan berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Kadang wanita pengusaha agak sulit dalam mengeluarkan uang, dan harga-harga dipasang agak tinggi. Kebiasaan kaum ibu ialah bila mau membeli ia menawar rendah sekali, tetapi bila menjual ingin harga tinggi. Terdapat beberapa faktor pembatas yang mempengaruhi peran gender perempuan (Hastuti, 2004:12):
1. Status Sosial Status gender perempuan terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan, kesehatan, dan posisi dalam proses pengambilan keputusan umumnya memberikan dampak terhadap produktivitas mereka. Perbedaan yang terjadi antara pencapaian pendidikan laki-laki dan perempuan, disertai kenyataan bahwa perempuan secara umum kurang memperoleh akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan dan pelatihan telah menciptakan konsekuensi kritis terhadap perempuan dalam peran produktif dan reproduktif mereka.
2. Hambatan Memperoleh Pekerjaan Pada umumnya pekerjaan perempuan dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga. Selain itu, gender perempuan menghadapi hambatan mobilitas fisik, karena mereka diharapkan selalu berada dekat dengan anak-anaknya.
3. Status Pekerjaan Sering terjadi pembedaan posisi untuk gender yang berbeda. Perempuan sering memperoleh posisi yang lebih rendah dari rekannya laki-laki.
Demikian juga sering terjadi imbalan yang berbeda untuk jenis pekerjaan yang sama.
4. Beban Ganda Kaum perempuan memiliki peran ganda yang jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Masalah mempersatukan keluarga dengan pekerjaan bagi perempuan jauh lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan secara tradisional selalu diasumsikan untuk selalu berada dekat dengan anak-anaknya sepanjang hari, sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya, perempuan mempunyai tuntutan peran ganda dari pekerjaan dan keluarga. Muller (2006:29) menyebutkan masalah yang dialami perempuan adalah: 1.
Memperoleh rasa percaya masyarakat, personil bank maupun konsumen bahwa perempuan pengusaha mampu menjalankan usaha dan menawarkan produk dan pelayanan yang baik 2. Menggabungkan tanggung jawab usaha dan keluarga karena keluarga seharusnya menjadi prioritas perempuan, yang menciptakan beban yang berat dan tekanan waktu bagi perempuan pengusaha.
Tingkat pendidikan adalah faktor yang menentukan bagi pendaftaran usaha maupun bagi akses pinjaman resmi. Sulit bagi pengusaha dengan tingkat pendidikan yang rendah untuk meresmikan usaha mereka ataupun untuk mengajukan kredit resmi.
Pendidikan merupakan sarana peningkatan mutu dan produktifitas sumber daya yang dapat menjadi sarana dan wadah pengembangan keahlian untuk digunakan dalam berwirausaha. Ketika perempuan kekurangan akses untuk memperoleh pendidikan dalam berwirausaha, maka mereka telah kekurangan kesempatan yang lebih baik untuk memaksimalkan potensi mereka di segala bidang, terutama dibidang ekonomi dan bisnis.(Widyadari, dkk, n.d:18)
Febriani (2012:16) menyebutkan wanita memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat menjadi penyebab kegagalannya sebagai pelaku bisnis antara lain:
1. Memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan pribadi, tidak berani mengambil resiko, kurang percaya diri, atau terlalu percaya diri, terlalu berambisi sehingga menangani usaha diluar kemampuannya.
2. Wawasan sempit sehingga kurang informasi, tidak bisa membagi waktu atas peran gandanya, sibuk dengan urusan keluarga sehingga curahan waktu untuk kegiatan usahanya minimal, kurang sabar atau emosi tinggi.
3. Menetapkan keputusan dengan tergesa-gesa, masih bergantung atau didominasi suami, konsumtive, tidak terbuka, tidak bersungguh-sungguh, yang mana kelemahan-kelemahan tersebut hendaknya diminimalisir. wanita, yaitu: 1.
Kelangkaan Bahan Baku 2. Persaingan yang Ketat 3. Pergerakan yang Terbatas 4. Hubungan Keluarga 5. Kurangnya Pendidikan 6. Masyarakat Laki-Laki yang Mendominasi 7.
Tidak Berani Mengambil Resiko
Menurut Tambunan (2009:39) faktor rendahnya representatif women
entrepreneur yaitu:
- membuat perempuan sangat dirugikan baik dalam ekonomi dan masyarakat
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan yang
- Hukum , tradisi , adat istiadat , kendala budaya atau agama pada sejauh - mana wanita dapat membuka bisnis mereka sendiri Kurangnya akses ke kredit formal dan fasilitas lainnya -
Beratnya pekerjaan rumah tangga
Gaspersz (2001:24) menyatakan bahwa produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kualitas hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian ini akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas akan tetapi harus lebih mampu didalam mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja, oleh karena itu didalam usaha mencapai apa yang dinginkan hendaknya terlebih dahulu harus ada upaya yang bersifat pengorbanan, sehinga didalam arti yang sederhana dan teknis, pengertian prokdutivitas adalah perbandingan antara hasil yang dikeluarkan dengan sumber-sumber dayanya yang ada pada kurun waktu tertentu (Sumarsono, 2003:40).
Mali dan Coeli, dkk. dalam Gasperz (2001:26) juga menyatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, kinerja, kualitas, hasilhasil merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian produktivitas merupakan kombinasi antara efektivitas dan efisiensi.
Menurut Henry Simamora (2004: 612) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan apa yang dilakukan pengusaha karena apa yang dilakukan pengusaha memiliki pengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi usaha. Dalam pengukuran produktivitas output mencakup pengertian kualitas, dengan demikian produktivitas tidak dapat diukur secara yang mengambarkan keragaman dari suatu kegiatan.
Menurut Gomes (2003:160) bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Knowledge (pengetahuan) 2.
Skills (ketrampilan) 3. Abilities (kemampuan) 4. Attitudes (sikap) 5. Behaviors (perilaku).
Knowledge (pengetahuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)
knowledge (pengetahuan) merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik
yang diperoleh secara formal maupun non-formal yang memberikan kontribusi pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.
Skills (ketrampilan) Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)
ketrampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang dimiliki seseorang diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan maka akan semakin produktif.
Abilities (kemampuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249) Kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang.
Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi pula, maka seseorang dapat melaksanakan aktivitas dengan tanpa ada permasalahan teknis.
Attitudes (sikap). Sikap adalah pernyataan evaluative baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan-terhadap obyek, individu, atau peristiwa (Robbins, 2008:92). Sikap (attitude) merupakan kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan.
Behaviors (perilaku). Perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi
sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan (masyarakat, alam, teknologi, atau organisasi) (Ndraha, 1997:33). Perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya. Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan dapat terwujud.
Sedarmayanti (2001:71), terdapat enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah:
1. Sikap kerja 2.
Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervise serta keterampilan dalam teknik industri.
3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercemin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control service) dan panitia mengenai kerja unggul.
4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efiseien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
5. Efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Hasil PenelitianMuller (2006)
Kuantitatif 3. Wawancara
Analisa Dokumen Sekunder 2. Wawancara
Iklim Wirausaha 9. Pengetahuan 1.
Keluarga 8. Kondisi/
Cacat Tubuh 5. Pengalaman 6. Keuangan 7. Dukungan
Peraturan 3. Pendidikan 4.
Sosial Budaya 2. Hukum dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruh i Perempuan Pengusaha dalam Mendirikan dan Mengembang kan Usahanya di Propinsi NAD 1.
2. Faktor sosial budaya membatasi kebijakan pengarusutamaan gender di dalam pembangunan, baik yang berasal dari norma-norma di dalam masyarakat maupun di dalam kondisi keluarga/ rumah tangga. Claudia
Endang Lestari
Partisipasi perempuan didalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program-program pembangunan lebih rendah dari pada laki- laki.
Analisis Deskriptif 1.
Pemerintah 6. Politik 1.
Norma Tradisional 5. Kebijakan
Ganda 3. Pendidikan 4.
Biologis 2. Peran
Hambatan Sosial Budaya dalam Pengarusutam aan Gender di Indonesia 1.
Hastuti (2004)
Kualitatif Adanya persepsi sosial budaya dalam tanggung jawab terhadap keluarga dan usaha, kurangnya dukungan keuarga, tingkat pendidikan dan penyandang cacat merupakan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya kesempatan wanita dalam keberhasilan usahanya. Erin Karina Sitepu
(2008) Analisis Faktor-Faktor yang Menghambat
Variabel Independen: 1.
Mendirikan Usaha 1.
Analisis Statistik Deskriptif
Alasan yang di sengaja merupakan faktor yang paling dominan yang menyebabkan women
entrepreneur mendirikan usaha.
Riska Savitri (2009)
Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk Berwirausaha
Faktor Kemandirian 2. Faktor
Disengaja 3. Faktor
Modal 3. Faktor
Emosional 4. Faktor
Pendidikan Variabel Dependen: 1.
Faktor yang memotivasi wanita memilih berwirausaha 1.
Analisis Regresi Berganda 1.
Faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan secara serentak memotivasi wanita berwirausaha
Pemaksa Variabel Dependen: 1.
Faktor Keluarga 2. Faktor yang
Women Entrepreneur
Analisis Statistik Deskriptif 1.
dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon di Jalan Sei Mencirim) 1.
Faktor Kewanitaan 2. Faktor
Sosial Budaya dan Adat Istiadat 3. Faktor
Emosional 4. Faktor
Administrasi 5. Faktor
Pendidikan 1.
Faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi, dan faktor pendidikan merupakan faktor yang menjadi penghambat
Variabel Independen: 1.
women entrepreneur dalam berwirausaha.
2. Faktor Sosial Budaya dan Adat Istiadat merupakan faktor paling dominan yang menghambat women
entrepreneur dalam berwirausaha.
Dini Adlina Wandani
(2009) Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong
Women Entrepreneur
dalam Mendirikan Usaha Salon di Jalan Jamin Ginting
2. Faktor Emosional merupakan faktor yang paling dominan memotivasi wanita memilih berwirausaha Tulus Kewirausahaa Variabel
1. Relatif rendahnya Analisis
Tambunan n perempuan Independen : Statistik perempuan pengusaha (2009) dalam negara
1. Deskriptif dapat dikaitkan dengan Perkembang asia yang an banyak faktor, dan yang berkembang: 2. paling yang penting
Kendala perkembangan Utama adalah: mereka dan Variabel Rendahnya tingkat - kendala utama Dependen : pendidikan dan
1. kurangnya kesempatan Perkembanga n pelatihan yang membuat
Kewirausaha wanita sangat dirugikan an Wanita baik dalam ekonomi dan masyarakat.
- Pekerjaan rumah tangga yang berat.
- Hukum, tradisi, adat istiadat, kendala budaya atau agama pada sejauh mana perempuan dapat membuka bisnis mereka sendiri.
- Kurangnya akses ke kredit formal dan fasilitas lainnya.
Waluya Jati Analisis Variabel 1.
1. Analisis Variable prestasi, (2009) Motivasi Independen: Statistik affiliasi, otonomi, dan
Wirausaha
1. Deskriptif dominasi menjadi Kebutuhan
Perempuan Prestasi 2. faktor yang terbukti Analisis
(Wirausahawa
2. Statistik secara bersama-sama Kebutuhan ti) di Kota Affiliasi Parametrik dalam satu model
Malang
3. Regresi sebagai penjelas Kebutuhan
Otonomi Diskriminan tingkat intensi kaum 4. perempuan memilih
Kebutuhan Dominasi karir sebagai
Variabel wirausaha di Kota Dependen: Malang.
1.
2. Pilihan Variabel prestasi dan Karir dominasi terbukti Wirausaha menjadi faktor Perempuan pendorong intensi dan motivasi perempuan dalam memilih karir sebagai wirausaha. Sanputri Selfy, Ani
Murwani Muhar, Audia
Analisis Statistik Deskriptif
Motif, Faktor Sukses, dan Hambatan di antara Wanita Pengusaha Canadian: Kasus pada Greater Sudbury
Variabel Independen : 1.
Motif 2. Faktor
Sukses 3. Hambatan
Variabel Dependen : 1.
Wanita Pengusaha Canadian 1.
Masalahnya adalah dalam sumber daya manusia: Pengusaha masih menghadapi kesulitan dalam mempekerjakan orang terlatih, dan dengan melek huruf, berhitung, serta keterampilan komputer dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan khusus untuk sektor ekonomi mereka. Trias
Robichaud, JeanāCharles
Setiawati dan Anggia
Paramitha (2011)
Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam Berwirausaha, Studi Kasus 3 Perempuan
Motivasi: 1.
Keluarga Ketidakadilan Gender dalam Dunia Wirausaha 1.
Analisis data reducsio 2. Analisis data display
3. Concution 1.
Cachon andRana Haq (2010)
2. Faktor Emosional merupakan variabel yang paling dominan mendorong usaha kecil dalam memulai usaha. Yves
Junita (2010)
Faktor-faktor yang memotivasi wanita berwirausaha adalah faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan. Yasir
Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Wanita Berwirausaha 1.
Faktor Kemandirian 2. Faktor
Modal 3. Faktor
Emosional 4. Faktor
Pendidikan 1.
Analisis Statistik Deskriptif
Munawir Siregar (2010)
Variabel Modal, peluang, pendidikan, emosional, dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap wiraswasta memulai usaha kecil pada pedagang pakaian pajak sore Padang Bulan Medan.
Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wiraswastawa n Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pedagang Pakaian Pajak Sore Padang Bulan Medan)
Variabel Independen: 1.
Modal 2. Peluang 3. Pendidikan 4. Emosional 5. Pengalaman
Variabel Dependen: 1.
Memulai Usaha Kecil 1.
Analisis Statistik Deskriptif 2. Analisis
Regresi Berganda 1.
Motivasi awal yang muncul pada diri seorang ibu rumah tangga untuk menjadi seorang pengusaha perempuan adalah Pengusaha di Yogyakarta
Perempuan: 1.
Marginalisa si
Stereotip 4. Kekerasan 5. Beban
Ganda drawing/ver ification karena alasan keuangan keluarga 2.
Masalah ketidakadilan gender masih dialami oleh pengusaha perempuan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Semua komponen dalam ketidakadilan gender baik marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban ganda pernah dialami oleh pengusaha perempuan yang menjadi objek dalam penelitian ini.
2. Subordinasi 3.
Febriani, SE, M.Si
(2012) Peran Wanita Dalam Pengembanga n Usaha Kecil dan Menengah di Kota Padang 1.
Kelebihan 2. Kelemahan 1.
Diskriptif Reflektif 1.
Kelebihan- kelebihan yang dimiliki wanita yaitu tekun, teliti, ulet, sabar, tangguh, rasa tanggung jawab tinggi, kemauan keras, semangat tinggi, dan disiplin.
2. Kelemahan-kelemahan yang dapat menjadi kagagalan yaitu wawasan sempit, tidak bias membagi waktu atas peran gandanya, sibuk dengan urusan keluarga, kurang sabar atau emosi tinggi, menetapkan keputusan dengan tergesa-gesa, masih bergantung atau didominasi suami, dan tidak berani mengambil resiko.
- – Reaksi yang Tepat untuk Diskriminasi Jenis Kelamin Variabel Independen :
2. Tantangan 3. Pemberdayaan Variabel Dependen :
Ranbir Singh (2012)
Isu Kewirausahaa n Wanita, Tantangan dan Pemberdayaan melalui Self
Help Groups :
Sebuah Tinjauan dari Himachal Pradesh .
Variabel Independen:
1. Isu
1. Wanita Pengusaha Self Help Groups 1.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Statistik Deskriptif
Masalah Kewirausahaan Wanita : 1.
Kelangkaan bahan baku
2. Persaingan yang ketat
3. Pergerakan yang terbatas
4. Hubungan Keluarga 5.
Kurangnya Pendidikan 6. Masyarakat laki-laki yang mendominasi
Motivasi individu , struktur keluarga , pendidikan , kependudukan , pengangguran , dan lingkungan sosial dan ekonomi merupakan faktor utama yang mempengaruhi kewirausahaan perempuan .
Kewirausahaan Perempuan 1.
G. Palaniappan, C.S.
3. Analisis skor tertimbang
Ramanigopal and A. Mani (2012)
Sebuah Studi Pada Masalah Dan Prospek Dari Wanita Pengusaha Dengan Referensi Khusus untuk Erode District
Variabel Independen : 1.
Masalah 2. Prospek
Variabel Dependen : 1.
Pengusaha Wanita Erode District 1.
Analisis Persentase 2. Analisis rata-rata
4. Uji Kai Kuadrat (Chi-Square)
Pengangguran Variabel Dependen : 1.
Latar belakang sosial termasuk faktor, jenis dan modus bisnis, program pelatihan merupakan masalah penting dari perempuan pengusaha di Erode District.
Jacques Ascher (2012)
Kewirausahaa n Perempuan
1. Motivasi
2. Demografi dan Keluarga
3. Pendidikan
4. Sosial dan Lingkungan Ekonomi 5.
7. Tidak berani mengambil resiko Sri Faktor-Faktor Variabel
1. Faktor skill merupakan Analisis
Muljaningsih, yang Independen: faktor faktor yang paling Soemarno, Mempengaruh 1. konfirmatori dominan yang
Modal Djumilah i Minat 2. 2. mempengaruhi minat
Tenaga Analisis Hadiwidjoj, Wirausaha Kerja regresi linier wirausaha. M.Muslich Pengolahan 3. berganda
Skill Mustadjab Pangan 4.
Lahan (2012) Organik Pada 5.
Jiwa Perempuan Kewirausah Tani di Desa aan Wonokerto, Variabel Bantur, Dependen: Malang 1.
Minat Wirausaha
Supriyanto Faktor- Variabel
1. Knowledge Analisis dan Tri Faktor yang Independen: Regresi (pengetahuan), skills
Bodroastuti Mempengar
1. Linier (ketrampilan), abilities Pengetahuan
uhi
2. Berganda (kemampuan), attitudes Keterampilan
Produktivit
3. (sikap), dan behaviors Kemampuan
as (Studi
4. (perilaku) baik secara Sikap
Pada
5. parsial maupun simultan Perilaku
Karyawan Variabel berpengaruh signifikan
Bagian Dependen: dan positif terhadap
Produksi1. produktivitas karyawan Produktivitas
PT
bagian produksi PT
Nusantara
Nusantara Building
Building Industries. Industries)
2.3. Kerangka Konseptual
Wanita memiliki peran ganda yang jauh lebih banyak dibandingkan laki- laki. Masalah mempersatukan keluarga dengan pekerjaan bagi perempuan jauh lebih rumit dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan secara tradisional selalu diasumsikan untuk selalu berada dekat dengan anak-anaknya sepanjang hari, sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Akibatnya, perempuan mempunyai tuntutan peran ganda dari pekerjaan dan keluarga (Hastuti, 2004:12).
women entrepreneur . (Tambunan, 2009:39).
Menurut Piaget (dalam Dariyo, 2007:180), kematangan emosi adalah kemampuan dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, dapat berpikir secara baik dengan melihat persoalan secara obyektif dan mampu mengambil sikap dan keputusan akan suatu hal dengan tepat. Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga bias merugikan. Misalnya dalam pegambilan keputusan, faktor emosional dapat menyebabkan wanita menjadi terlalu mudah emosi, terlalu tergesa-gesa (Febriani, 2012:16). Selain itu dalam memimpin karyawan, muncul elemen-elemen emosional yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan dengan karyawan pria atau wanita yang terkadang hanya mengikuti emosi pribadi saja seperti pilih kasih, dll.
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya kesempatan pelatihan yang membuat perempuan sangat dirugikan baik dalam ekonomi dan masyarakat. Hal ini menyebabkan faktor pendidikan merupakan faktor penyebab rendahnya representatif women entrepreneur. (Tambunan 2009:39). Hisrich,dkk (2008:75) menyatakan bahwa pendidikan sangatlah penting dalam perjalanan wirausaha. Pentingnya pendidikan tidak hanya tercermin dalam tingkat pendidikan yang dicapai, tetapi juga dalam kenyataan bahwa pendidikan memainkan peranan penting untuk membantu para wirausaha mengatasi masalah- masalah yang mereka hadapi. Selain itu faktor pendidikan juga berfungsi sebagai sarana dan wadah pengembangan keahlian yang dapat mereka gunakan dalam berbisnis dan berwirausaha.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara skematis sebagai berikut : Faktor Sosial Budaya
Menghambat Faktor Emosional
Produktivitas Berwirausaha Wanita
Faktor Pendidikan Sumber : Hastuti (2004:16), Dariyo (2007:180), Hisrich,dkk (2008:75), Tambunan (2009:39), dan Febriani (2012:16)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka konseptual yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. (Sugiyono, 2009:96).
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah : Faktor sosial budaya, faktor emosional, dan faktor pendidikan menjadi faktor penghambat produktivitas bewirausaha pada wirausaha wanita