KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI
MENGENAI UTANG NEGARA

Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan atas tugas mata kuliah
Analisis Politik Luar Negeri Indonesia
Dosen : Iing Nurdin, Drs., M.Si

Oleh:
Cahya Fauzi
6211121034

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI - 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
pemilik semesta alam dan sumber segala pengetahuan. Karena atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penulisan

makalah, dengan judul “KEBIJAKAN

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA

MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI MENGENAI UTANG
NEGARA ”

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada. Akhir kata, penyusun
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penyusun berharap, semoga makalah ini dapat

bermanfaat dan memberikan khasanah pengetahuan bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.


Cimahi, 22 Oktober 2014

Penyusun
Cahya Fauzi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keberhasilan sebuah negara dalam sebuah pemerintahan dilihat dari segi
bagaimana pembangunan yang terjadi di negara tersebut. Pembangunan ini tidak
luput dari dana yang harus dikeluarkan pemerintah negara tersebut. Jika sering
membuat pembangunan-pembangunan di dalam sebuah negara maka akan sangat
memerlukan sangat banyak modal. Modal dana ini akan sangat diperlukan
bagaimanapun cara untuk mendapatkannya meskipun harus meminjam ke negara
lain.
Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang
relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana yang membiayai
pembangunan tersebut menghadapi kendala. Pokok persoalannya adalah adanya

kesulitan dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari pendapatan
pemerintah yang berasal dari ekspor barang ke luar negeri maupun dari
masyarakat melalui instrumen pajak dan instrumen lembaga-lembaga keuangan.
Tidak dipungkiri meskipun negara memiliki pendapatan sendiri namun
negara akan sangat membutuhkan bantuan negara lain. Oleh karena itu dengan
adanya bantuan dana atau segi bantuan dari negara lain.
Namun peminjaman dana ini kemungkinan akan sering terjadi ke berbagai
negara lain, tidak hanya akan meminjam ke sebuah negara saja. Disinilah akan
menyebabkan melonjaknya utang negara pada negara yang meminjam.
Seperti pada negara Republik Indonesia diamana utang negara menjadi
bagian yang tidak akan pernah terlepaskan atau terelakan karena utang negara di
Indonesia menjadi hutang turun temurun dari masa pemerintahan Soekarno.
Namun yang akan saya kaji lebih jauh disini yakni kebijakan politik luar negeri

Indonesia mengenai utang negara pada masa pemerintahan Megawati Soekarno
Putri.

1.2 Fokus Masalah
Penyusun memfokuskan penyusunan makalah ini pada masalah kebijakan
politik luar negeri RI pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri (20012004) mengenai cara meminimalisir utang negara .


1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang telah dipaparkan, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian tersebut sebagai berikut :
“KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI
SOEKARNO PUTRI MENGENAI CARA MEMINIMALISIR UTANG NEGARA ”

1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah ini mencakup dua maksud yaitu, tujuan
umum dan tujuan khusus :
1.4.1 Tujuan Umum
Diharapkan dapat mengetahui kebijakan politik luar negeri apa saja
yang digagas oleh Megawati Soekarno Putri dalam meminimalisir utang
negara.
1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui seperti apa keberhasilan kebijakan politik luar
negeri Indonesia sehingga meringankan utang negara.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.1.1 Sebagai sumbangan bagi pengembangan kajian tentang
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia pada masa pemerintahan
Megawati Soekarno Putri menginai cara meminimalisir utang
negara.
1.5.2 Manfaat Praktis
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Analisis Politik Luar Negeri Indonesia pada Jurusan Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal
Achmad Yani.

1.6 Sistematika Penulisan
Penyusun membagi makalah ini kedalam lima bab yang disesuaikan
dengan penelitian ini. Adapun sistematika penulisannya ialah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang melandasi penyusunan penulisan
yang berisi antara lain : Latar Belakang Penelitian, Fokus Masalah, Perumusan
Masalah, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KERANGKA PEMIKIRAN DAN TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian atau studi literatur dalam menyusun landasan
atau kerangka teori yang relevan dengan masalah yang disusun, penyusun
menggunakan kerangka berfikir untuk membantu dalam melakukan penelitian
masalah yang dikaji. Kerangka pemikiran itu berupa pendekatan teori yang
dianggap relevan untuk digunakan dalam menganalisis masalah yang dikaji.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan secara singkat metode penelitian kualitatif, strategi
penelitian kualitatif, lokasi dan waktu penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pengujian keabsahan data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai kebijakan politik luar negeri pada
masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri mengenai utang negara.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan hasil penelitian dan
saran, baik bagi pihak-pihak terkait, maupun bagi penelitian berikutnya.

BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Pemikiran

Dalam setiap menganalisis sebuah permasalahan, maka diperlukan
kerangka pemikiran yang sangat penting sebagai perangkat untuk membedah,
membahas, dan menelaah setiap gejala, kejadian, peristiwa dan fenomena dalam
hubungan

internasional.

Kerangka

pemikiran

sangat

dibutuhkan

untuk

menganalisis sebuah permasalahan sehingga hasil analisis akan bersifat valid,
reliabel, logis, dan objektif. Kerangka pemikiran akan menuntun penyusun untuk
terfokus, terarah dan terpusat pada analisis yang tajam dan ilmiah. Demikian pula

dengan penelitian dalam bentuk makalah ini yang sangat diperlukan sebuah
kerangka pemikiran.
Pada dasarnya penyusunan makalah ini akan di analisis menggunakan
level analisis individual. Dimana level analisis individual ini dipahami sebagai
cerminan perilaku, tindakan, dan karakter pengambilan keputusan oleh seorang
presiden secara langsung.

2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan / Studi Pustaka pada dasarnya berkaitan dengan kajian teoritis
dan referensi lain yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Tinjauan
pustaka merupakan hasil penelusuran tentang pustaka atau literatur yang
mengupas topik yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan, baik yang
mendukung maupun yang bertentangan dengan pendapat peneliti. Hal ini
merupakan bukti pendukung bahwa topik atau materi yang diteliti merupakan

suatu permasalahan yang penting karena merupakan concern banyak orang,
sebagaimana ditunjukkan oleh pustaka yang dirujuk.
Dengan demikian, diperoleh gambaran yang lengkap tentang pokok dan
duduk permasalahan yang akan diteliti. Studi pustaka juga dapat berupa teknik,
metode, strategi atau pendekatan yang dipilih dalam melaksanakan penelitian.

Dalam kaitan ini, akan diuraikan dua tinjauan pustaka yang ditetapkan dalam
makalah ini sehingga dapat dibedah untuk dijelaskan apa isi atau substansinya,
apa kesamaan dan perbedaannya dengan makalah yang peneliti tetapkan.

BAB III
PEMBAHASAN

4.1 Megawati Soekarno Putri
Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarno Putri atau yang lebih sering
dipanggil Megawati Soekarno Putri adalah salah satu mantan presiden Republik
Indonesia yang ke 5 menjabat pada tahun 2001 sampai 2004. Ia merupakan
presiden wanita Indonesia pertama dan merupakan anak dari presiden Indonesia
pertama. Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada
tahun 1999. Pemilu 1999. Megawati dilantik pada tanggal 23 Juli 2001,
menggantikan

Abdurrahman

Wahid


yang

menolak

memberikan

pertanggungjawaban di depan Sidang Istimewa MPR.
Pernah menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran
(1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1979-1972) beberapa
tahun dan tidak dilanjutkan.
Kenaikan Megawati menjadi Presiden didukung oleh sebagian besar fraksi
DPR/MPR, meskipun sebelumnya sempat terjadi perbedaan pandangan mengenai
boleh tidaknya wanita menjadi presiden di Indonesia. Megawati dikenal sebagai
seorang nasionalis sejati yang konsisten dengan sikap dan tindakan yang tetap
mempertahankan keutuhan NKRI yang hampir tercerai berai. Megawati diangkat
menjadi presiden RI melalui Tap MPR No. III/MPR/2001, menggantikan
Abdurrahman Wahid terhitung sejak diambil sumpahnya sampai selesainya
jabatan Presiden RI pada tahun 1999-2004.


4.2 Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
Pada masa ini pemerintahnya dituntut untuk segera menyelesaikan
berbagai masalah ekonomi yang mendesak seperti pemulihan ekonomi dan
penegakan hukum, adapun beberapa kebijakan yang ditempuh guna perbaikan
ekonomi pada masa ini seperti mengadakan pertemuan guna mengadakan
penundaan pembayaran utang luar negri Indonesia sebesar US$ 5,8 miliar pada
pertemuan Paris Club ke 3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negri
sebesar Rp 116,35 triliun, pada masa ini pula KPK 9 (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dibentuk, namun belum menunjukkan hasil apa-apa, padahal korupsi
adalah masalah yang krusial karena menjadikan para investor berfikir dua kali
untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Politik domestik pada masa ini masih saja tidak berbeda jauh dengan masa
pemerintahan sebelumnya dimana Indonesia masih saja diwarnai dengan konflik
sipil dan etnis tidak hanya itu wabah terorisme pun turut serta mewarnai
nusantara, otomi dareah diberlakukan sebagai jawaban atas ketimpangan
pembangunan antara pusat dan daerah-daerah di Indonesia, pada masa ini pulalah
peletakan dasar demokrasi terbuka.
Di bawah Presiden Megawati (dengan Hassan Wirayudha seorang
diplomat karir sebagai Menlu), Polugri RI tampak kembali bergeser ke kanan. Ini
ditandai dengan dijadikannya AS sebagai negara non-Asia pertama yang
dikunjungi Megawati.
Setelah Gus Dur diturunkan dari jabatan Presiden RI dengan kurang
hormat, Megawati yang pada saat itu menjabat sebagai wakil presiden naik
menggantikan posisi Gus Dur sebagai Presiden RI yang kelima. Megawati
mewarisi kondisi domestic Indonesia yang kacau dan kondisi hubungan luar
negeri Indonesia yang minim kepercayaan internasional. Megawati dalam
memimpin banyak mengambil kebijakan yang berorientasi kanan yang ditandai
dengan dijadikannya Amerika Serikat sebagai negara non-Asia pertama yang
dikunjungi Megawati. Selanjutnya, Megawati banyak melakukan kunjungan luar

negeri sebagai bentuk kelanjutan usaha-usaha pendahulunya untuk mencari
dukungan dan kerjasama luar negeri.
Kebijakan luar negeri Megawati yang menarik adalah kerjasama dengan
Rusia melalui pembelian pesawat Sukhoi. Kebijakan yang lain adalah pemutusan
hubungan dengan International Monetary Fund (IMF). Dalam kedua hal tersebut,
terbukti bahwa Megawati mereduksi kecenderungannya pada Barat dan berusaha
bertindak netral. Meskipun demikian banyak yang menyebut era kepemimpinan
Megwati seperti mendayung yang menabrak karang terus menerus. Hutang
Indonesia pada saat itu masih belum bisa tertanggulangi dengan baik. Megawati
menjalankan strategi poltik luar negeri yang cenderung low profile.
Pada masa Megawati ini, terjadi peristiwa Bom Bali yang menjadi ujian
bagi politik luar negeri Indonesia. Semenjak peristiwa tersebut, isu terorisme
menjadi perhatian Indonesia di forum internasional dan lagi- lagi mencoreng citra
baik yang sedang dibangun Indonesia. Akan tetapi berkat kepiawaian Departemen
Luar Negeri yang saat itu menjabat, maka permasalahan ini tidak berdampak
sangat serius terhadap hubungan internasional Indonesia. Sayangnya, di tengahtengah usaha untuk membangun kembali diplomasi Indonesia, justru terjadi
kegagalan diplomasi terkait sengketa pulau Sipadan dan Ligitan dengan Malaysia
yang berakibat terhadap lepasnya kedua pulau out dari NKRI.

4.2.1 Kebijakan yang Diambil Presiden Megawati
1. Memilih dan Menetapkan
Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga
persatuan dan kesatuan. Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang
mengakibatkan kepercayaan dunia internasional berkurang.
2. Membangun Tatanan Politik yang Baru
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan
MPR/DPR, dan pemilihan presiden dan wapres.

3. Menjaga Keutuhan NKRI
Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh,
Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa
lepasnya Timor Timur dari RI.
4. Melanjutkan Amandemen UUD 1945
Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan perkembangan zaman.
5. Meluruskan Otonomi Daerah
Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda
tentang pelaksanaan otonomi daerah. Karena itu, pelurusan dilakukan dengan
pembinaan terhadap daerah-daerah.
A. Politik
1. Membentuk Kabinet Gotong-Royong
Kabinet Gotong-Royong (KGR) dibentuk pada tanggal 10
Agustus 2001 dan berakhir pada tahun 2004 seiring lengsernya
Presiden Megawati Soekarnoputri pada waktu itu. Kabinet ini
dinamakan KGR karena merupakan pemerintahan dari hasil
banyak partai.
Pada masa

Presiden

Megawati

memimpin,

Indonesia

sedang porak poranda akibat beragam konflik seperti konflik
komunal

(Ambon,

Poso,

Sampang)

dan

konflik

politik

(pemakzulan Gusdur).
Para pelaku ekonomi, kalangan birokrasi, pengamat politik,
danmenteri dan setingkatnya menilai KGR ini cukup tangguh, hal
ini dapat dilihat bahwa 26 dari 32 jabatan menteri dan setingkat
menteri dijabat oleh para profesional yang menguasai bidang
tugas masing-masing. Akan tetapi KGR ini mengecewakan karena
terkesan lamban dalam kinerjanya.
2. Mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
KPK didirikan pada tahun 2003 oleh Presiden Megawati. Pendirian
KPK ini didasari karena Presiden Megawati melihat institusi Jaksa

dan Polri saat itu terlalu kotor, sehingga untuk menangkap
koruptor dinilai tidak mampu, namun jaksa dan polri sulit
dibubarkan sehingga dibentuklah KPK.
3. Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004
dan melalui dua periode yaitu :
a. Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung. Periode
kedua

untuk

memilih

presiden

dan

wakil

presiden

secara

langsung.

Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara langsung
artinya rakyat langsung memilih pilihannya.
b. Pemerintahan Megawati berakhir setelah hasil pemilu 2004 menempatkan
pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. Hal ini
merupakan babak baru pemerintahan di Indonesia dimana Presiden dan Wakil
Presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.
B. Ekonomi
Menurut Presiden Megawati seharusnya pemerintah lebih bijak dengan
menyelesaikan

permasalahan

ekonomi

secara

menyeluruh

seperti

menginventarisasi hutang sekaligus segera membayarnya. Dengan cara itu
diyakini Mantan Presiden Indonesia ini bisa menjadi jalan alternatif agar mata
uang tidak jadi dipotong.
1. krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan
kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita
indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi
indonesia menjadi tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan
perkapita cukup signifikan yaitu sekitar US$930.
2. ketenangan megawati disambut oleh pasar, tak sampai sebulan dilantik kurs
melonjak ke Rp 8500 per dollar AS. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga
terus membaik hingga melejit ke angka 800.
3. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi,
presiden megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu melakukan
privatisasi terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil
penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1%

dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam
periode krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi
kekuatan-kekuatan politik dan melunasi pembayaran utang luar negri.
4. Memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai
US$57,158 miliar dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor
juga menanjak keangka US$61,02 miliar dan import meningkat keangka
US$32,39 miliar.
5. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada
pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun.
6.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual
perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi

perusahaan

negara

dari

intervensi

kekuatan-

kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan
itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi
4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena
BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
7. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit
dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi
membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan
modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan
nasional.
8.
Secara

faktual,

pemerintahan

Megawati

menjalankan

kebijakan privatisasi berdasarkan desakan dari luar, khsusunya
IMF dan bank dunia. Bedanya, jika Megawati hanya melanjutkan
kesepakatan yang dibuat pemerintahan sebelumnya, Habibie,
melalui stuctrual adjustment program (SAP).
9. Selain itu, pertimbangan melakukan privatisasi dijaman
megawati adalah untuk mencari pendanaan untuk menutupi
deficit APBN. Seperti diketahui, Megawati mewarisi sebuah
kondisi ekonomi yang compang camping akibat krisis ekonomi
1997.

10. Pada periode 1991-2001, pemerintah Indonesia 14 kali
memprivatisasi BUMN. Yang terprivatisasi 12 BUMN.
11. Pada masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan
politik luar negeri tidak begitu determinis di bawah kendali
sebuah negara.
12. Di masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan
politik juga dilakukan diluar blok AS dan sekutunya, seperti
kerjasama

pembelian

pesawat

Sukhoi

dengan

Rusia

dan

kerjasama perdagangan dengan China.
13. Selain itu, pemerintahan Megawati berusaha keras untuk
keluar dari jebakan IMF. Hanya saja, usaha itu dibiaskan oleh
Budiono, menteri keuangan waktu itu, dengan menandatangi
post program monitoring (PPM) yang berarti melanjutkan campur
tangan IMF secara sembunyi-sembunyi.
14. Untuk perlindungan terhadap perempuan dan TKI di luar
negeri, pemerintahan megawati pernah mengajukan tiga RUU,
yaitu Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perlindungan
Terhadap Korban Kekerasan di Lingkungan Kerja dan Rumah
Tangga, RUU Pekerja di Luar Negeri, dan RUU Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
C. Sosial
Depdiknas telah merekrut 4110 guru baru untuk persiapan ditempatkan di Aceh
dan menyiapkan sekitar 3000 guru aktif dari daerah lain untuk mengajar di daerah
konflik seluruh Aceh. Sedikitnya 506 bangunan sekolah di seluruh MAD terbakar,
atau 10% dari total bangunan sekolah di seluruh NAD. Rehabilitasi fisik sekolah
baru akan dimulai awal 2004 dan diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun
serta dana lebih dari Rp 300 miliar untuk menyelesaikannya.
D. Budaya
Pada masa ini Indonesia berpegang pada kebudayaan lokal atau asli Indonesia.

E. Pertahanan dan Keamanan
Pada masa pemerintahan Presiden megawati, salah satu yang mendesak
adalah perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap senjata, amunisi, dan
bahan peledak yang merupakan tanggung jawab pemerintah. Dan ada indikasi
kegiatan terorisme di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, cenderung akan terus
berlanjut. Selanjutnya pengamanan, penangkalan, dan pencegahan yang lebih
intensif terhadap kemungkinan itu.
Salah satu cara dalam pertahanan dan keamanan yang
dilakukan

Presiden

Megawati

Soekarnoputri

yaitu

dengan

mendirikan Akademi Intelegent yang pertama kali.
Pada pemerintahan Megawati ini terjadi peristiwa lepasnya Pulau Sipadan
dan Pulau Ligitan dari Indonesia dan masuk ke wilayah negara Malaysia.

Secara umum dapat dilihat bahwa kepentingan nasional Indonesia pada era
Megawati masih seputar menjaga stabilitas ekonomi, politik dan pertahanan serta
keamanan. Di sisi lain, perjuangan untuk memulihkan citra baik Indonesia di mata
internasional masih terus dilakukan melalui diplomasi untuk bantuan dan
dukungan asing, investasi sektor swasta, perdagangan bebas, promosi sistem
politik yang demokratis dan otonomi kekuatan regional. Pada masa tersebut,
Megawati memusatkan perhatian politik luar negeri Indonesia pada wilayah
regional terlebih dahulu.
Pada periode pemerintahan Megawati, Indonesia sedang berada dalam
tahap pembentukan sistem politik nasional yang lebih mapan dan pola
pemerintahan mulai terlaksana secara desentralisasi. Dengan demikian, demokrasi
yang diterapkan sedikit demi sedikit telah memunculkan petanda yang baik.
Komitmen yang kuat dalam era Megawati untuk dapat mengembalikan

kepercayaan diri Indonesia di mata dunia membuahkan hasil dengan mulai
aktifnya kembali hubungan diplomasi Indonesia dengan negara- negara lain.
Selain itu, Megawati juga berhasil mengelola konflik yang terjadi baik secara
horizontal maupun vertical sehingga tidak memarah lebih jauh. Perekonomian
Indonesia juga sudah menglami perbaikan secara infrastruktur dan kasus- kasus
KKN mulai mengalami pengusutan. Secara keseluruhan, keberhasilan Megawati
lebih terkait pada pengelolaan konflik domestic.
Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya
konsolidasi demokrasi di Indonesia, diakannya pemilihan umum presiden secara
langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu
keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia.
Hambatan yang mewarnai kepemimpinan Megawati kurang lebih sama
dengan yang sebelum- sebelumnya, yaitu instabilitas ekonomi, politik, keamanan
dan kurangnya kepercayaan dunia internasional terhadap kondisi Indonesia.
Hanya saja pada era Megawati, terjadi konflik terorisme yang menambah daftar
masalah keamanan negara yang perlu segera ditangani agar bisa membantu
perbaikan diplomasi dan hubungan luar negeri Indonesia.

4.3 Pembangunan dan Ketersediaan Modal
Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang
relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana yang membiayai
pembangunan tersebut menghadapi kendala. Pokok persoalannya adalah adanya
kesulitan dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari pendapatan
pemerintah yang berasal dari ekspor barang ke luar negeri maupun dari
masyarakat melalui instrumen pajak dan instrumen lembaga-lembaga keuangan.
Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa
pengerahan modal dari dalam negeri dan pengerahan modal yang bersumber dari

luar negeri negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang
dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari
dalam negeri berasal dari 3 (tiga) sumber utama, yaitu: Pertama, tabungan
sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah. Ketiga, tabungan paksa.
Namun, usaha pengerahan modal melalui ketiga sumber ini di sebagian
besar negara-negara berkembang relatif mengalami kesulitan. Tabungan sukarela
masyarakat yang dipercayakan pada lembaga-lembaga keuangan masih relatif
sedikit dibandingkan dengan besarnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai
pembangunan.
Kemudian untuk mencapai sasaran peningkatan penerimaan dari sektor
perpajakan diperlukan beberapa syarat: bahwa usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi harus diimbangi dengan sistem administrasi yang efisien dan
sruktur perpajakan yang adil dan mudah, sehingga sumber-sumber pajak yang
baru mudah untuk diadministrasikan, sementara penarikan sumber-sumber pajak
yang lama hasilnya jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pemungutannya.
Selain sumber-sumber pajak yang belum terdiversivikasi secara baik,
adakalanya juga terjadi kebocoran dana yang seharusnya dapat dihimpun.
Kebocoran ini selain disebabkan oleh sistem administrasi yang terbelit-belit juga
menyangkut kemampua manajemen (sumber daya) aparat dan sikap mental aparat
pajak itu sendiri.
Alternatif lain untuk pengerahan dana bagi pembangunan di luar utang luar negeri
adalah melalui penerapan kebijaksanaan anggaran belanja negara secara defisit.
Prinsip dasar penerapan kebijaksanaan ini adalah efisiensi di semua aktivitas
pembangunan. Mesipun mudah dalam pelaksanaannya, namun sebagian besar
negara yang mengalami kesulitan modal dalam pembangunan enggan untuk
melakukannya. Selain beresiko bagi pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan
anggaran defisit dapat menimbulkan masalah inflasi di luar batas kewajaran.
Aliran modal yang berasal dari luar negeri dapat disebut sebagai utang luar
negeri apabila memiliki ciri-ciri pokok, yaitu: Pertama, ia merupakan aliran

modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan. Kedua, dana
tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang
lebih ringan daripada yang berlaku di pasaran internasional.
Sedangkan ditinjau dari sudut manfaat ada dua peranan utama bantuan luar
negero (utang luar negeri), yaitu: Pertama: untuk mengatasi masalah kekurangan
mata uang asing. Kedua, untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan. Kedua
masalah itu biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two gaps problems),
yaitu jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing (foreign exchange
gap).

4.4 Srategi mengatasi Masalah Utang Luar Negeri Indonesia pada masa
Pemerintahan Megawati
Mengenai dampak negatif dari persoalan persoalan utang, tergantung dari
bagaimana soal manajemen utang yang dilakukan oleh suatu negara dan ini nota
bene tidak terlepas juga dari strategi pembangunan yang dilakukan oleh negara
yang bersangkutan.
Umumnya, besarnya peranan utang luar negeri dalam kegiatan
pembangunan di negara-negara berkembanng disebabkan oleh beberapa faktor,
baik keterbatasan dalam tabungan, investasi dan keterbelakangan dalam teknologi.
Dalam hubungannya dengan masa pemerintahan Megawati, masalah utang
luar negeri selama inini tidak terlepas dari strategi pembangunan yang dilakukan
selama ini. Strategi pembanguna yang bertopang pada trilogi pembangunan
dengan sasaran utam peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi telah
mendorong pemerintah untuk melakukan ekspansi dengan topangan dana yang
celakanya justru berasal dari luar negeri. Potret dinamika pembangunan yang
dilakukan pemerintah, yang secara kasat mata terlihat dari berdiriya gedunggedung pencakar langit di ibukota negara, tumbuhnya secara mengesankan besarbesaran makro ekonomi, seperti laju pertumbuhan ekonomi, meningkatnya ekspor

non migas dan makin berperannya penerimaan pajak, dalam perkembangannya
ternyata memperlihatkan struktur ekonomi yang rentan.
Anggaran pembangunan (APBN) yang merupakan gambaran bagaimana
pemerintah mengelola penyelenggaraan negara, dalam praktiknya tidak pernah
seimbang. Hal ini terasa aneh dan kadangkala sering membingungkan. Meskipun
tidk ada kesepakatan umum, sebagian pemikiran ekonomi menganggap bahwa
konsep seimbang dalam APBN kita adalah konsep seimbang yang semu, yang
mana defisit dalam anggaran ditutup dengan komponen utang luar negeri.
Dipakainya konsep seimbang ini dengan argumen bahwa persoalan
berimbang atau tidak bukan ditentukan oleh faktor defisit maupun surplus sebuah
anggaran. Tetapi yang paling penting adalah persoalan bagaimana menutup defisit
tersebut. Cara menutup defisit yang tidak menimbulkan masalah inflasi diyakini
sebagai sebuah anggaran yang berimbang. Dengan demikian, menurut pendapat
ini, menutup defisit melalui komponen utang luar neger bisa dikatakan anggaran
berimbang, oleh karena utang luar negeri tidak menimbulkan inflasi di dalam
negeri.

4.5 Pembangunan dan Utang Luar Negeri pada masa Pemerintahan
Megawati
Dalam perkembangannya, politik utang luar negeri yang dipakai Indonesia
untuk membiayai sejumlah pengeluaran pembangunan seringkali menimbulkan
polemik. Berbagai pandangan, baik yang pro maupun kontra seringkali muncul
pada setiap diskusi mengenai penerapan politik utang luar negeri ini. Pandangan
yang pro mengatakan bahwa utang luar negeri telah terbukti memberikan
sumbangan yang berarti bagi pembangunan di negara-negara berkembang.
Sedangkan pandangan yang kontra berpendapat sebaliknya. Bahkan, menurut
mereka utang luar negeri justru menciptakan atau menyebabkan ketergantungan
baru yang berimplikasi luas, baik ekonomi maupun politik.

4.6 Jenis dan Sumber Utang Luar Negeri
Pemberian pinjaman tidak hanya menyangkut masalah besarnya utang,
tetapi juga berkaitan dengan masalah persyaratan dari utang itu sendiri, baik
menyangkut masalah tingkat suku bunga yang dikenakan maupun masa
pengambilan utang-utang tersebut. Selain berdasarkan syarat-syarat yang
menyangkut jangka waktu pengambilan, utang luar negeri juga diklasifikasikan
berdasarkan jenis dan sumber dari utang luar negeri tersebut. Berdasarkan
jenisnya, utang luar negeri dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis pinjaman,
yaitu: Pertama, Pinjaman Resmi (Official Development Funds/ODF). Kedua,
Kredit Ekspor (Export Credit) dan Ketiga, Pinjaman Swasta (Private Flow).
Pinjaman resmi ini memiliki ciri utama yaitu rata-rata menerapkan bunga
yang ringan/lunak bagi peminjam, oleh karena itu didasarkan pada tujuan untuk
membantu pembangunandi negara-negara berkembang. Pinjaman resmi ini
sebagian besar diarahkan untuk membantu pembangunan di negara-negara
berpendapatan menengah rendah dan negara-negara berpendapatan menengah
atas.
Pinjaman resmi ini meliputi seluruh pinjaman yang disalurkan oleh
lembaga-lembaga kreditur internasional, seperti Dana Moneter Internasional
(International Menetery Fund/IMF), Bank Dunia (World Bank), Bank
Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), Bank Pembangunan Afrika
(African Development Bank) dan Bank Pembangunan Antar Amerika (Inter
American Development Bank).
Dana yang disalurkan melalui lembaga-lembaga keuangan internasional
ini, sebagian besar merupakan dana yang berasal dari negara kelompok indutri
maju di Barat dan Jepang dan negara-negara sosialis serta negara-negara anggota
pengekspor minyak dunia (OPEC).
Sedangkan utang luar negeri yang masuk dalam kategori kredit ekspor
pada dasarnya sama dengan pinjaman resmi. Hal yang membedakannya adalah
bahwa utang luar negeri melalui sumber ini berasal dari pihak perbankan dan

lembaga keuangan swasta yang dijamin oleh pemerintah di negara yang menjadi
donor tersebut. Oleh karena itu, utang luar negeri atau pinjaman seperti itu sering
disebut sebagai pinjaman setengah resmi. Jaminan yang diberikan meliputi
jaminan oleh karena risiko politik dan risiko komersial.
Sementara itu, pemberian pinjaman yang didasarkan atas pertimbangan
komersial dikategorikan sebagai pinjaman swasta. Pinjaman ini berasal dari bankbank dan lembaga keuangan swasta. Sepintas, memang pinjaman ini hampir mirip
dengan kredit ekspor. Namun, yang membedakan bahwa keredit ekspor lebih
ditekankan pada pembangunan negara berkembang yang muaranya ditujukan juga
untuk mendongkrak peningkatan ekspor dari negara-negara industri yang nota
bene merupakan pemberi pinjaman terhadap negara-negara berkembang.

\

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa kebijakan
politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri
dalam meminimalisir utang negara. Yakni:
a)

Menstabilkan fundamen ekonomi makro meliputi inflasi, BI rate,

pertumbuhan ekonomi, kurs rupiah terhadap dolar, angka kemiskinan.
b)
Melakukan pemberantasan KKN diantaranya dengan keberanian
menusakambangkan dan memenjarakan kroni Soeharto (Tommy Soehato, Bob
Hasan dan Probosutedjo) dan menangkap konglomerat bermasalah Nurdin Halid.
KPK didirikan pada masa pemerintahan megawati.
c) Menyehatkan perbankan nasional yang collapse setelah krisis ekonomi
1998 terbukti dengan dibubarkan BPPN pada Februari 2004 yang telah selesai
melaksanakan tugasnya. Hasilnya bisa dirasakan saat ini perbankan nasional
menjadi relative sehat
d) Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang menandakan
Indonesia sudah keluar dari krisis ekonomi yg terjadi sejak tahun 1998 dan
Indonesia yang lebih mandiri.
e) Mendirikan Lembaga pemberantas korupsi KPK pada tahun 2003, karena
Megawati Soekarno Putri melihat institusi Jaksa & Polri saat itu terlalu kotor,
sehingga untuk menangkap koruptor dinilai tak mampu, namun jaksa dan Polri
sulit dibubarkan, sehingga dibentuk lah KPK.
f) Menghentikan aktivitas pertambangan Freeport di Papua karena dianggap
melanggar aturan Internasional tentang AMDAL (dampak lingkungan). Lantas
anehnya kemudian aktivitas Freeport dibuka kembali di masa rezim SBY-JK.
g) Menghentikan kontrak pertambangan minyak Caltex di Blok Natuna
Kepri. Anehnya, kemudian kontrak Natuna disambung kembali oleh SBY-JK
diberikan kepada ExxonMobile.

h) Menghentikan kontrak pertambangan Migas Caltex di Riau daratan.
Anehnya, kemudian kontrak migas Riau disambung kembali oleh SBY-JK dan
diberikan kepada Chevron.
i) Membubarkan BUMN terkorup pada masa itu yaitu Indosat karena
merugikan negara puluhan Trilyun & banyak praktek ilegal di Indosat. Asset dari
pembubaran BUMN korup Indosat kemudian dipakai untuk membayar hutang
negara yang saat itu jatuh tempo. Kemudian sebagai ganti Indosat dibuat lembaga
yang lain yaitu Satelindo.
j) Menangkap 17 jenderal korup (termasuk jenderal ketua PBSI) yang
dicokok langsung saat Thomas Cup di Singapura, dan menangkap Ketua Partai
Golkar Akbar Tanjung yang terlibat korupsi dana JPS senilai Rp40 milyar.
Dampaknya, pada pemilu berikutnya Megawati dijegal Black Campaign buatan
Golkar sebagai balas dendam dari para jenderal & partai Golkar.
k) Megawati membawa Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003
yang menandakan Indonesia sudah keluar dari krisis 1998 dan Indonesia yang
lebih mandiri. Berani menghentikan hutang baru. (Zero hutang / tidak meminjam
selama kepemimpinannya).
l) Menangkap 21 pengemplang BLBI antara lain : David Nusa Wijaya,
Hendrawan, Atang Latief, Uung Bursa, Prayogo Pangestu, Syamsul Nursalim,
Hendra Rahardja, Sudwikatmono, Abdul Latief, dan sebagainya (BLBI
dikucurkan oleh Suharto tahun 1996 sebesar 600 Trilyun). Namun dalam masa
rezim SBY-JK, para pengemplang BLBI tersebut diundang ke istana oleh SBY-JK
tahun 2007 dengan istilah “gelar karpet merah” undangan jauman makan. Dan
lepaslah para pengemplang yang merugikan negara tersebut.
m) Mega mengeluarkan Keppres no 34 Tahun 2004 tentang penertiban
bisnis TNI. Dimana aparat TNI sering dipakai untuk memback-up ilegal logging
& kejahatan lainnya ditindak tegas dengan pemecatan ditambah kurungan penjara.
n) Melakukan pembangunan infrastruktur yang vital setelah pembangunan
berhenti sejak 1998. Diantaranya Tol Cipularang (Cikampek-Bandung) sekaligus
dalam rangka peringatan KAA, Jembatan Surabaya Madura (Suramadu), Tol
Cikunir, Rel ganda kereta api. Dimulainya membenahi sistem transportasi dengan
Busway di Jakarta. (selanjutnya Jembatan Suramadu rampung pembangunannya
setelah Mega selesai menjabat).

5.2 Saran
Meskipun dari segi keberhasilan dalam kebijakan politik luar negeri yang
diambil Megawati ini cukup berhasil tetapi ada kelemahan dalam masa
pemerintahan ini. Yakni:
a)

Kurangnya pemahaman dalam bidang ekonomi sehingga keputusan

yang di ambil tidak berpihak kepada rakyat.
b)
Terdapat kepentingan ekonomi

dan

politik

dibelakang

pemerintahannya.
c)
Dianggap gagal melaksanakan agenda reformasi dan tidak mampu
mengatasi krisis bangsa.
Saran untuk kedepannya semoga pemerintah lebih bijak dalam setiap
mengambil kebijakan politik luar negeri karena apabila kebijakannya tidak
berhasil maka akan berdampak yang sangat buruk di ruang lingkup domestik
maupun ruang lingkup internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sucipto Suntoro, 2004, RPUL (Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap),
Solo, Bringin 55.
Supriyanto, S.E. dan Agung F. Sampurna, S.E., M.Si., 1999, Utang Luar Negeri
Indonesia, Jakarta, Djambatan.

http://haryo-prasodjo.blogspot.com/2013/04/politik-luar-negri-indonesia-era.html
diakses pada 24 Oktober 2014 pukul 10:21 WIB.
http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/09/politik-luar-negeri-ri-era-reformasi522800.html diakses pada 24 Oktober 2014 pukul 10:21 WIB.
https://www.academia.edu/6779635/Kebijaksanaan_Perekonomian_Indonesia_sel
ama_era_reformasi_sampai_sekarang diakses pada 25 Oktober 2014 pukul
09:49 WIB.