HASRAT MENGGERAKKAN IDE pengembangan produk
HASRAT MENGGERAKKAN IDE
Sebuah perenungan panjang menyertai dercak kagum seorang anak manusia untuk
berkarya. Dia mengagungkan kebesaran imajinasi liarnya yang tertanam jauh di dalam
lubuk hati dan nurani. Betapa tidak bangga dan puasnya ketika lembar putih menjadi begitu
berwarna. Mungkin itulah gambaran kegelisahan seorang anak manusia yang hanya ingin
dunia tahu bahwa dia pantas untuk ada.
Tugas akhir....adalah sebuah pertanggungjawaban secara teoritis seseorang terkait ilmu
yang diperoleh dan dipelajari. Yach, begitulah adanya...Annis Yuni Rohmahwati...salah satu
dari jutaan anak manusia yang mempertaruhkan jiwanya di medan tugas akhir. Namun, tak
mengapa baginya, karena ini adalah pembuktian bagi dirinya tentang seni.
Kebudayaan Jawa mengandung nilai filosofi yang sangat luhur, menjadi aktifitas
peradaban masyarakatnya terkait budaya “niteni” sebagai tolak ukur rasa dan pedoman dalam
menjalani sebuah kehidupan. Manusia Jawa adalah golongan manusia “ngudo rasa” terhadap
benda-benda dalam segala situasi serta kondisi. Mereka biasanya menggunakan perlambang.
Wayang adalah salah satu gambaran dari beberapa cerminan kehidupan masyarakat Jawa
yang menceritakan watak, sifat, tingkah laku dan nasib seseorang.
Nilai yang ada di dalam dunia pewayangan sebagai media pembelajaran norma yang
digambarkan melalui figur wayang. Cerita wayang berbagai macam versi dan jenisnya, ada
cerita Panji dan wayang Purwa. Wayang merupakan suatu cerita yang dibuat dengan beberapa
adegan, tidak terkecuali untuk cerita rakyat khususnya di tanah Jawa.
Cerita rakyat identik dengan mitos dan mitos erat dengan seuatu keyakinan akan tandatanda dari ilmu “niten”. Masyarakat Jawa yang memiliki kebiasaan menangkap situasi dan
kondisi melalui gejala alam menjadi sebuah kekuatan. Mereka menjadi golongan yang begitu
sarat dengan filosofi dan hal mistik (Kejawen). Cerita rakyat yang ada di tanah Jawa sangat
banyak macamnya, mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Cerita rakyat yang dibuat oleh Annis Yuni Rohmahwati adalah sebuah upaya
kreatif untuk menggambarkan cerita rakyat di Jawa dengan figur wayang sebagai subject
matternya. Annis yang pernah mempelajari seni lukis wayang beber ada seorang perupa
senior, Wiyadi, mencoba untuk merefleksikan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat dengan figur
wayang. Tentu saja, teknik yang digunakan masih ada hubungannya dengan teknik melukis
wayang beber.
Perpaduan antara cerita rakyat dan wayang beber menjadi sangat menarik dan memiliki
harmonisasi visual yang patut untuk diapresiasi. Secara harfiah cerita rakyat adalah dongeng
dan wayang beber adalah adegan cerita. Meskipun tidak sama seperti penggambaran cerita
wayang beber yang dibuat dari beberapa adegan, namun cerita rakyat ini bisa saja dikatakan
“wayang beber” versi lain. Kepekaan seorang Annis yang terhadap budaya Jawa perlu
diacung jempol. Annis seorang mahasiswa pendidikan seni rupa yang berupaya untuk
mengangkat budaya Jawa dalam bentuk lukisan yaitu wayang merupakan langkah yang
sangat baik bagi kelestarian sebuah tradisi.
Mungkin, karya-karyanya ini adalah sebagai gambaran kreatifitas perupa yang tidak
meninggalkan pakem yang ada. Di dalam tiap lukisan tugas akhirnya ini, Annis tetap bermain
dengan imajinasinya tetapi tetap menyertakan identitas figur wayang, agar setiap orang yang
melihat lukisannya tetap mengerti pakem dari wayang beber. Beberapa judul yang dia angkat
yaitu nama dari cerita rakyat yang ada di tanah Jawa seperti Aji Saka, Jaka Tarub, Lutung
Kasarung, Kembang Wijaya Kusuma, Pohon Hayat, Sang Hyang Ismoyo, Srikandi Meguru
Manah, Timun Emas dan karyanya yang merupakan “gong” dari tugas akhir ini adalah
Cindelaras. Di dalam setiap lukisannya, Annis masih memakai pakem mulai dari bentuk figur
dan assesoris dari tiap figur seperti kelat bahu, sumping, gelang, kalung, makutha (mahkota),
jarik, umbul-umbul, kala dan sebagainya. Warna yang dia pakai pun termasuk dalam
golongan warna tersier yang tidak mudah mencapurnya dan menggabungkan dengan warna
lain, apalagi teknik pewarnaan yang dipakai adalah sungging (gradasi warna). Penggambaran
dunia atas (awan, burung), dunia tengah (figur wayang/ manusia) dan dunia bawah (karang,
bunga, tanah) adalah filosofi kehidupan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa tiap lapisan
dalam kehidupan memiliki makna dan tugas masing-masing dalam menjaga keseimbangan
hidup.
Pesan yang terkandung di dalam lukisan-lukisannya adalah nilai filosofis, norma
kehidupan dan tentu saja artistik. Tata letak figur dan pendukungnya dibuat sesuai dengan
filosofi dunia atas dan dunia bawah. Karya dua dimensi ini memberikan aura melalui tatanan
warna yang ditorehkan oleh Annis. Mungkin saja, di luar sana tidak banyak anak muda seusia
dia yang berani mengungkapkan dan mengeskpresikan ide kreatifnya melalui figur wayang
yang banyak orang tahu cukup sulit dalam membuatnya, hal ini dikarenakan menggambar
figur wayang tidak bisa begitu saja lepas dari pakem.
Meskipun begitu, bukan berarti Annis tidak memiliki imajinasi dan kreasi, dia tetap
memakai daya imajinasinya dan kreatifitas dalam mendeformasi bentuk, karena sebagai
contoh tokoh Timun Emas tidak ada di dalam cerita wayang, tetapidia berusaha
memunculkan figur tersebut “ala wayang” yang disempurnakan dengan atribut dan assesoris
yang identik dengan wayang, khususnya wayang beber. Proses pengerjaannya pun tidak bisa
dikatakan cepat, karena membutuhkan ketelatenan dan ketelitian yang tinggi, apalagi dalam
sungging warna dengan menerapkan minimal 7 tingkatan warna pada tiap bidangnya. Selain
itu, pemberian isen-isen (titik, garis, arsir) menjadi pemanis yang menegaskan makna figur.
Bidang-bidang kecil pun menjadi tantangan bagi Annis untuk menyelesaikan karya-karyanya.
Sebuah kegigihan tak akan pernah bisa terkalahkan meskipun raga melemah. Tidak ada
tangan masih ada kaki, tidak ada kaki masih ada mulut. Tidak ada alasan untuk menyerah
demi sebuah kepuasan dalam kreatifitas. Dan Annis membuktikannya. Waktu pun telah
mengetuk palunya dan inilah karya-karyanya,,,,,,,
Oleh:
Probosiwi, S.Sn.
(Alumnus Mahasiswa Pengkajian Seni Rupa Institut Seni Yogyakarta)
Sebuah perenungan panjang menyertai dercak kagum seorang anak manusia untuk
berkarya. Dia mengagungkan kebesaran imajinasi liarnya yang tertanam jauh di dalam
lubuk hati dan nurani. Betapa tidak bangga dan puasnya ketika lembar putih menjadi begitu
berwarna. Mungkin itulah gambaran kegelisahan seorang anak manusia yang hanya ingin
dunia tahu bahwa dia pantas untuk ada.
Tugas akhir....adalah sebuah pertanggungjawaban secara teoritis seseorang terkait ilmu
yang diperoleh dan dipelajari. Yach, begitulah adanya...Annis Yuni Rohmahwati...salah satu
dari jutaan anak manusia yang mempertaruhkan jiwanya di medan tugas akhir. Namun, tak
mengapa baginya, karena ini adalah pembuktian bagi dirinya tentang seni.
Kebudayaan Jawa mengandung nilai filosofi yang sangat luhur, menjadi aktifitas
peradaban masyarakatnya terkait budaya “niteni” sebagai tolak ukur rasa dan pedoman dalam
menjalani sebuah kehidupan. Manusia Jawa adalah golongan manusia “ngudo rasa” terhadap
benda-benda dalam segala situasi serta kondisi. Mereka biasanya menggunakan perlambang.
Wayang adalah salah satu gambaran dari beberapa cerminan kehidupan masyarakat Jawa
yang menceritakan watak, sifat, tingkah laku dan nasib seseorang.
Nilai yang ada di dalam dunia pewayangan sebagai media pembelajaran norma yang
digambarkan melalui figur wayang. Cerita wayang berbagai macam versi dan jenisnya, ada
cerita Panji dan wayang Purwa. Wayang merupakan suatu cerita yang dibuat dengan beberapa
adegan, tidak terkecuali untuk cerita rakyat khususnya di tanah Jawa.
Cerita rakyat identik dengan mitos dan mitos erat dengan seuatu keyakinan akan tandatanda dari ilmu “niten”. Masyarakat Jawa yang memiliki kebiasaan menangkap situasi dan
kondisi melalui gejala alam menjadi sebuah kekuatan. Mereka menjadi golongan yang begitu
sarat dengan filosofi dan hal mistik (Kejawen). Cerita rakyat yang ada di tanah Jawa sangat
banyak macamnya, mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Cerita rakyat yang dibuat oleh Annis Yuni Rohmahwati adalah sebuah upaya
kreatif untuk menggambarkan cerita rakyat di Jawa dengan figur wayang sebagai subject
matternya. Annis yang pernah mempelajari seni lukis wayang beber ada seorang perupa
senior, Wiyadi, mencoba untuk merefleksikan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat dengan figur
wayang. Tentu saja, teknik yang digunakan masih ada hubungannya dengan teknik melukis
wayang beber.
Perpaduan antara cerita rakyat dan wayang beber menjadi sangat menarik dan memiliki
harmonisasi visual yang patut untuk diapresiasi. Secara harfiah cerita rakyat adalah dongeng
dan wayang beber adalah adegan cerita. Meskipun tidak sama seperti penggambaran cerita
wayang beber yang dibuat dari beberapa adegan, namun cerita rakyat ini bisa saja dikatakan
“wayang beber” versi lain. Kepekaan seorang Annis yang terhadap budaya Jawa perlu
diacung jempol. Annis seorang mahasiswa pendidikan seni rupa yang berupaya untuk
mengangkat budaya Jawa dalam bentuk lukisan yaitu wayang merupakan langkah yang
sangat baik bagi kelestarian sebuah tradisi.
Mungkin, karya-karyanya ini adalah sebagai gambaran kreatifitas perupa yang tidak
meninggalkan pakem yang ada. Di dalam tiap lukisan tugas akhirnya ini, Annis tetap bermain
dengan imajinasinya tetapi tetap menyertakan identitas figur wayang, agar setiap orang yang
melihat lukisannya tetap mengerti pakem dari wayang beber. Beberapa judul yang dia angkat
yaitu nama dari cerita rakyat yang ada di tanah Jawa seperti Aji Saka, Jaka Tarub, Lutung
Kasarung, Kembang Wijaya Kusuma, Pohon Hayat, Sang Hyang Ismoyo, Srikandi Meguru
Manah, Timun Emas dan karyanya yang merupakan “gong” dari tugas akhir ini adalah
Cindelaras. Di dalam setiap lukisannya, Annis masih memakai pakem mulai dari bentuk figur
dan assesoris dari tiap figur seperti kelat bahu, sumping, gelang, kalung, makutha (mahkota),
jarik, umbul-umbul, kala dan sebagainya. Warna yang dia pakai pun termasuk dalam
golongan warna tersier yang tidak mudah mencapurnya dan menggabungkan dengan warna
lain, apalagi teknik pewarnaan yang dipakai adalah sungging (gradasi warna). Penggambaran
dunia atas (awan, burung), dunia tengah (figur wayang/ manusia) dan dunia bawah (karang,
bunga, tanah) adalah filosofi kehidupan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa tiap lapisan
dalam kehidupan memiliki makna dan tugas masing-masing dalam menjaga keseimbangan
hidup.
Pesan yang terkandung di dalam lukisan-lukisannya adalah nilai filosofis, norma
kehidupan dan tentu saja artistik. Tata letak figur dan pendukungnya dibuat sesuai dengan
filosofi dunia atas dan dunia bawah. Karya dua dimensi ini memberikan aura melalui tatanan
warna yang ditorehkan oleh Annis. Mungkin saja, di luar sana tidak banyak anak muda seusia
dia yang berani mengungkapkan dan mengeskpresikan ide kreatifnya melalui figur wayang
yang banyak orang tahu cukup sulit dalam membuatnya, hal ini dikarenakan menggambar
figur wayang tidak bisa begitu saja lepas dari pakem.
Meskipun begitu, bukan berarti Annis tidak memiliki imajinasi dan kreasi, dia tetap
memakai daya imajinasinya dan kreatifitas dalam mendeformasi bentuk, karena sebagai
contoh tokoh Timun Emas tidak ada di dalam cerita wayang, tetapidia berusaha
memunculkan figur tersebut “ala wayang” yang disempurnakan dengan atribut dan assesoris
yang identik dengan wayang, khususnya wayang beber. Proses pengerjaannya pun tidak bisa
dikatakan cepat, karena membutuhkan ketelatenan dan ketelitian yang tinggi, apalagi dalam
sungging warna dengan menerapkan minimal 7 tingkatan warna pada tiap bidangnya. Selain
itu, pemberian isen-isen (titik, garis, arsir) menjadi pemanis yang menegaskan makna figur.
Bidang-bidang kecil pun menjadi tantangan bagi Annis untuk menyelesaikan karya-karyanya.
Sebuah kegigihan tak akan pernah bisa terkalahkan meskipun raga melemah. Tidak ada
tangan masih ada kaki, tidak ada kaki masih ada mulut. Tidak ada alasan untuk menyerah
demi sebuah kepuasan dalam kreatifitas. Dan Annis membuktikannya. Waktu pun telah
mengetuk palunya dan inilah karya-karyanya,,,,,,,
Oleh:
Probosiwi, S.Sn.
(Alumnus Mahasiswa Pengkajian Seni Rupa Institut Seni Yogyakarta)