Memahami Proses Pemilihan Khulafaur Rasy

Memahami Proses Pemilihan Khulafaur Rasyidin
Oleh:
M. Nurul Ardi Rosyidi

(15110025)

Pada saat ini banyak orang memperebutkan
kekuasaan pemerintahan suatu negara, baik secara
independent ataupun melalui golongan ataupun
partai. Berbagai cara dilakukan oleh mereka untuk
mendapatkannya, cara yang mereka lakukan adalah
politik yang tidak pernah memandang lawan dan
kawan,

sehingga

banyak

sekali

perselisihan


didalamnya yang membuat carut marut pemerintahan yang berimbas ke rakyat. Padahal pada
dasarnya ada untuk kesejahteraan rakyat, bukan malah menyengsarakan rayat.
Dari permasalahan diatas mungkin kita harus merenung sejenak untuk kembali ke
Zaman Khulafaur Rasyidin yang dikatakan sebagai salah satu pemerintahan masa keemasan
islam setelah Zaman Rasulullah SAW. Memang dahulu ketika pengangkatan setiap Kholifah
pada Masa Khulafaur Rasyidin sempat ada perselisihan. Akan tetapi perselisihan tersebut
bukan karena perebutan kekuasaan, namun karena demi kemaslahatan umat islam pada saat
itu.
Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah
SAW. Adapun jumlah Khulafaur Rasyidin ada empat orang yang mana semuanya adalah
sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib.
Pengangkatan Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq
semasa hidupnya Rasulullah SAW tidak pernah berwasiat kepada siapapun siapa nanti
yang pantas untuk menjadi Khalifah sepeninggal beliau. Maka dari itu menjadi teka-teki
besar siapakah yang pantas menjadi Khalifah setelah Rasulullah wafat. Hingga hal ini
menjadi sebuah perselisihan antara Kaum Muhajirin dan kaum Anshar karena mereka saling
mengklaim bahwa golongan merekalah yang pantas menjadi Khalifah pengganti Rasulullah


SAW. Dan permasalahan ini timbul bukan karena perebutan kekuasaan akan tetapi demi
kemaslahatan kaum muslimin sepeninggal Rasulullah SAW.
Pada masa itu Kaum Anshar menunjuk Saad bin Ubadah untuk menjadi Khalifah
sepeninggal Rasulillah, sementara dari Kaum Muhajirin yang diwakili Abu Bakar
merekomendasikan seorang Umar bin Khatab dan Abu Ubadah untuk menjadi Khalifah.
Setelah saling menawarkan seseorang untuk menjadi Khalifah kedua kaum ini melakukan
musyawarah untuk menentukan siapa yang pantas menjadi Pemimpin Umat Islam setelah
Rasulullah wafat.
Musyawarah sempat berjalan alot, namun akhirnya semuanya yang terlibat dalam
musawarah bersepakat bahwa Kaum Muhajirnlah yang pantas untuk mengemban amanah
sebagai pemimpin umat islam setelah menimbang argumen yang kuat yang ditegaskan oleh
Abu Bakar bahwa Kaum Muhajirin telah di istimewakan oleh Allah Swt karena pada
permulaan Islam mereka telah mengakui Muhammad sebagai Nabi dan tetap bersamanya
dalam situasi apapun, sehingga pantaslah Khalifah muncul dari kaum Muhajirin.
Namun pada saat itu Khalifah yang diajukan oleh Kaum Muhajirin yaitu Sayidina
Umar bin Khatab justru tidak setuju dengan penunjukkan dirinya sebagai Khalifah. Dan
Umar bin Khatab justru menunjuk balik Abu Bakar untuk menjadi Khalifah dari Kaum
Muhajirin. Akhirnya musyawarahpun kembali dilakukan dan menghasilkan suatu
kemufakatan bahwa Abu Bakarlah yang menjadi Khulafaur Rasyidin pertama sepeninggal
Rasulullah SAW. Adapun dasar penunjukkan Abu Bakar menjadi Khalifah adalah:

1. Abu Bakar adalah orang pertama yang percaya akan peristiwa Isro’ Mi’raj yang
dialami oleh Rasulullah SAW.
2. Abu Bakar adalah orang yang menemani Rasulullah ketika Hjrah ke Madinah
3. Abu Bakar adalah orang yang sangat gigih melindungi Kaum Muslimin
4. Abu Bakar adalah orang yang menjadi pengganti Imam Sholat ketika Rasulullah
sedang berhalangan menjadi Imam.
Bagi sebagian warga Madinah, ini adalah indikasi bahwa suksesi kepemimpinan
Rasulullah SAW diteruskan kepada Abu Bakar. Ketika Rasulullah wafat, sebagian kalangan
muslim Anshar dan beberapa orang dari pihak Muhajirin mengadakan pertemuan di Saqifah

Bani Sa'idah.1 Kemudian Umar bin Khatab menjabat tangan Abu Bakar dan menyatakan
Baiatnya terhadap terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang kemudian diikuti oleh Saad
bin Ubadah serta diikuti oleh Umat Islam yang lain.
Abu Bakar juga disebut dengan “Khulafaturrasul” yang artinya sebagai pengganti
Rasul, Abu Bakar menjabat sebagai Khalifa selama kurang lebih 2 tahun yaitu tahun 632 –
634 M atau 11 – 13 H.
Pengangkatan Khalifah Umar bin Khatab
Setelah kurang lebih dua tahun menjabat sebagai seorang Khalifah, kesehatan Abu
Bakar mulai menurun, dan ketika Abu Bakar mulai merasakan sakitnya semakin berat beliau
memanggil para sahabatnya dari Kaum Muhajirin maupun Kaum Anshar, diantaranya

Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Said bin Zaid, serta sahabat yang lainnya. Tujuan
dari Abu Bakar mengumpulkan para sahabat adalah untuk meminta persetujuan kepada
mereka untuk menunjuk Sahabat Umar bin Khatab untuk menjadi Khalifah setelah Abu
Bakar wafat. Para sahabatpun serempak setuju atas penunjuka yang dilakukan oleh Khalifah
Abu Bakar tersebut, dan kemudian ditulislah surat wasiat mengenai hal tersebut yang ditulis
oleh sahabat Utsman bin Affan.
Tujuan dari penunjukan yang dilakukan oleh Abu Bakar atas dasar kesepakatan para
sahabat ini adalah agar tidak ada perselisihan lagi dalam pemilihan Khalifah setelah beliau
wafat.
Setelah Khalifah Abu Bakar wafat, wasiat itupun dilakukan. Sahabat Umar bin
Khatab diangkat dan dibaiat dihadapan Umat Islam. Dalam pembaiatan tersebut Umar
berpidato dengan pidatonya yang terkenal yang berisikan:
“Aku telah dipilih jadi khalifah. Kerendahan hati abu Bakar selaras dengan jiwanya yang
terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara kamu dan juga lebih mampu memikul urusan
kamu yang penting-penting. Aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama seperti beliau.
Andaikata aku tau ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk memikul jabatan ini, maka
memberikan leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada memikul jabatan ini.”2
1 Tsaqifah Bani Saidah adalah balai pertemuan di madinah,seperti Dar al-Nadwah di makkah,balai pertemuan orang
Quraisy.sudah kebiasaan kaum Ansar berkumpul dibalai itu untuk musyawarah masalah-masalah umum.muhammad Dhiya
al Rasyid, op.cit, hlm.25.

2 tim penyusun Texbook sejarah dan kebudayaan islam,sejarah dan kebudayaan islam,Departemen
agama,Jakarta,1981/1982,hlm.54

Dengan demikian Khalifah Umar bin Khatab telah resmi menjadi Khalifaur Rasyidin
yang kedua. Umar bin Khatab terkenal dengan julukan “mirul Mu’minin”. Umar bin Khatab
menjabat sebagai Khalifah selama 10 tahun, yaitu mulai dari tahun 634 – 644 M atau 13 – 23
H.
Pengangkatan Khalifah Utsman bin Affan
Setelah kondisi Khalifah Umar semakin melamah karena ditikam oleh seorang budak
majusi dari persia, Khalifah Umar mulai memikirkan penggantinya sebagai Khalifah apabila
kelak ia wafat. Cara memilih penggantinya Khalifah Umar tidak seperti Abu Bakar yang
menunjuk langsung penggantinya, akan tetapi membuat Tim Formatur yang beranggotakan 6
orang, diantaranya adalah Usman bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas. Tim formatur tersebut
di ketuai oleh Abdurrahman bin Auf, nantinya yang menjadi Khalifah adalah salah satu dari 6
orang yang menjadi Tim Formatur tersebut.
Setelah Khalifah Umar bin Khatab meninggal barulah Tim Formatur tersebut mulai
kerjanya untuk menentukan siapa yang akan menjadi Khalifah setelah Khalifah Umar. Dari
enam orang tersebut, empat orang diantaranya mengundurkan diri sebagai calon Khalifah
ketiga, dan hanya menyisakan dua nama, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Dari

dua nama tersebut Tim Formatur mengalami kesulitan dalam menentukan nama yang menjadi
Khalifah, karena Abdurrahman bin Auf condong kepada Utsman bin Affan, sementara Saad
bin Abi Waqas lebih memilih Ali bin Abi Thalib. Sedangkan masyarakat umum pada saat itu
menghendaki Utsman bin Affan. Setelah musyawarah cukup lama, akhirnya Utsman bin
Affan keluar menjadi nama Khalifah ketiga sesuai dengan kesepakatan dan persetujuan dari
masyarakat umat islam.
Khalifah Utsman diangkat menjadi seorang Khalifah pada usia 12 tahun, dan
memimpin umat islam kurang lebih 12 tahun, yaitu mulai dari tahun 644 – 656 M atau 23 –
35 H.
Pengangkatan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Semenjak meninggalnya Khalifah Utsman bin Affan karena peristiwa pembunuhan
yang dilakukan oleh pemberontak, umat islam mengalami suatu kondisi yang sangat sulit

penuh dengan kekacauan dan pertentangan karena tidak ada pemimpin yang mengkondisikan
umat islam pada saat itu. Hal ini membuat mayoritas umat islam, kecuali mereka yang pro
kepada Muawiyah bin Abu Sofyan pada saat itu mendaulat Ali bin Abi Thalib sebagai
seorang Khalifah pengganti Utsman bin Affan.
Dengan kondisi yang carut marut pada saat itu awalnya Ali bin Abi Thalib menolak
untuk diangkat menjadi seorang Khalifah, karena Ali pada saat itu Ali menginginkan untuk
membereskan terlebih dahulu permasalahan yang memecah belah umat islam, baru kemudian

mulai menata kembali kepemimpinan atau pemerintahan yang ada pada umat islam. Akan
tetapi karena desakan yang sangat kuat, akhirnya Sayyidina Ali setuju diangkat menjadi
seorang Khalifah yang ke Empat pada tanggal 23 Juni tahun 656 M.
Pada masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib banyak sekali peperangan yang tidak
diinginkan oleh Ali yang harus dilakukan karena memberontak pada masa pemerintahannya,
diantara peperangan tersebut melawan pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan
mereka memberontak adalah Ali Radhiallahu ‘anhu tidak mau menghukum para pembunuh
Utsman Radhiallahu ‘anhu , dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman Radhiallahu
‘anhu yang telah ditumpahkan secara zhalim.
Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai seorang Khalifah kurang lebih 6 tahuh, yaitu
kisaran tahun 656 – 661 M atau 35 – 41 H.