Komunikasi Antar Personel Bab 2 Model da
BAB II
MODEL DAN BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Nama
: Aifa Nur Amalia
NIM
: 1147050015
Kelas
:D
Jurusan
: Teknik Informatika
A. Model-Model Komunikasi
Model adalah cara untuk menunjukkan sebuah objek, di dalamnya dijelaskan
kompleksitas suatu proses, pemikiran dan hubungan antara unsur-unsur yang
mendukungnya.
Model
dibangun
agar
kita
dapat
mengidentifikasi,
menggambarkan atau mengkategorisasikan komponen-komponen yang relevan
dari suatu proses. Sebuah model dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu
memperlihatkan semua aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses.
Misalnya dapat melakukan spesifikasi dan menunjukkan kaitan antara satu
komponen dengan komponen lainnya dalam suatu proses serta keberadaannya
dapat ditunjukkan secara nyata.1
Menurut Little John, model adalah: “In broad sense a term model can apply
to any symbolic representation of thing, process or idea.” (Dalam pengertian yang
luas pengertian model dapat diterapkan pada setaip representasi simbolik suatu
benda, proses atau ide.)2
Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
berkomunkasi, dapat digambarkan dalam beragam model. Model komunikasi
dibuat untuk membantu kita memahami komunikasi dan menspesifikan bentukbentuk komunikasi dalam hubungan antarmanusia.3 Gordon Wiseman dan Larry
Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi:
pertama, melukiskan proses komunikasi; kedua, menunjukkan hubungan visual;
dan ketiga, membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan
komunikasi.4
1. Model Stimulus Respons (S-R)
Model stimulus – respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi behavioristik. Model ini
menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang
sangat sederhana. Jadi, model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal,
isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain
untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran informasi ini
1 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 93.
2 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 9.
3 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 10.
4 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 96.
1
bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat
mengubah tindakan komunikasi.
Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan
wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup
wajahnya dengan buku atau malah berteriak “Apa lihat-lihat, nantang ya?!”
lalu anda merasa kecewa.
2. Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga
disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa Anda (etoskererpercayaan anda), argumen Anda (logos-logika dalam emosi khalayak).
Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan
efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya dan cara
penyampainnya. Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi
dianggap sebagai fenomena yang statis.
3. Model Lasswell
Model Lasswell adalah teori komunikasi yang dianggap paling awal
(1948). Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan:
a. Who?
b. Says what?
c. In which channel?
d. To whom?
e. With what effect?
Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian
pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran
komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis
media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analis
khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian
mengenai efek pesan pada khalayak. Oleh karena itu, model Lasswell ini
banyak diterapkan dalam komunikasi massa.
2
Kritik yang muncul terhadap model Lasswell ini adalah terlalu
menekankan pada pengaruh khalayak, yang terkadang mengabaikan faktor
umpan balik (feedback). Umpan balik dari khalayak sangat penting bagi
komunikator untuk mengetahui apakah pesan memperoleh tanggapan positif,
netral atau negatif.5
4. Model Shannon dan Weaver
Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model komunikasi
dari Claude Shannon dan Warren Weaver, atau lebih dikenal dengan model
Shannon dan Weaver. Model ini mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan. Pemancar mengubah pesan
menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah
medium yang digunakan untuk mengirim sinyal dari pemancar ke penerima.
Adapun sasaran adalah orang yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Suatu
konsep yang penting dari model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan,
yakni setiap stimulus tambahan yang tidak dikehendaki dapat mengganggu
kecermatan pesan. Gangguan-gangguan ini dapat menyebabkan kegagalan
komunikasi.
Shannon dan Weaver juga memperkenalkan konsep mengenai redudancy
dan entropy. Redudancy adalah pengulangan kata yang menyebabkan
rendahnya entropy. Shannon dan Weaver juga menekankan bahwa setiap
informasi yang disajikan (message) merupakan proses komunikasi. Informasi
yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah
sikap dan perilaku individu serta khalayak.6
5. Model ABX Newcomb
Pendekatan komunikasi yang berdasarkan pada pendekatan seorang pakar
psikolog sosial berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling
sederhana dari kegiatan seseorang (A) menyampaikan informasi kepada orang
lain (B) mengenai sesuatu (X). Model ini menyatakan bahwa orientasi sikap A
terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya
membentuk sistem yang meliputi empat orientasi. Model Newcomb ini
5 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 17.
6 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 15-16.
3
merupakan cara yang biasa dan efektif di mana orang-orang mengorientasikan
dirinya terhadap lingkungannya.
Teori Newcomb dapat membantu ahli komunikasi kelompok dalam
menjelaskan dan memperkirakan tingkah laku kelompok-kelompok yang
beranggotakan 2 orang. Pada tingkat antarpribadi, teori ini menjelaskan
beberapa motivasi dan tekanan yang akan menimbulkan beberapa tindakan
komunikasi. Teori ini juga menguraikan dan menjelaskan kegiatan itu sendiri.7
6. Model Berlo
Model yang dikembangkan oleh David Berlo pada tahun 1960 ini hanya
memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat
komponen, yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima atau receiver. Akan
tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol.
Faktor keterampilan, sikap, pengetahuan, kebudayaan dan sistem sosial
dari sumber atau orang yang mengirim pesan merupakan faktor penting dalam
menentukan isi pesan, perlakuan atau treatment dan penyandian pesan. Faktorfaktor
ini
juga
berpengaruh
kepada
penerima
pesan
dalam
menginterpretasikan isi pesan yang dikirimkan. Saluran yang dapat digunakan
dalam komunikasi adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
alat peraba.
Model komunikasi Berlo di samping menekankan ide bahwa meaning are
in the people atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima
pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan kata lain, interpretasi
pesan terutama tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang ditafsirkan
oleh si pengirim atau si penerima pesan.8
7. Model Sirkuler Osgood dan Schramm
Model
ini
menggambarkan
suatu
proses
yang
dinamis.
Pesan
ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Hubungan antara
encoding dan decoding layaknya sumber (encoder) dan penerima (decoder)
yang saling mempengaruhi satu sama lain. Namun, pada tahap berikutnya
penerima (encoder) dan sumber (decoder), interpreter berfungsi ganda sebagai
7 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 105-106.
8 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 109.
4
pengirim dan penerima pesan. Perlu dicatat bahwa model ini menempatkan
sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sejajar.9
8. Model Melvin DeFleur
Model DeFleur merupakan model proses komunikasi massa yang
dikembangkan dari proses komunikasi antarpribadi. Model ini merupakan
perluasan dari model Shannon dan Weaver dengan memasukkan unsur piranti
media massa (mass medium device) dan piranti umpan balik (feedback device).
Digambarkan bahwa sumber (source), pemancar (transmitter), penerima
(receiver) dan sasaran (destination) merupakan tahapan-tahapan yang terpisah
dalam proses komunikasi massa.10
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk-bentuk
komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu
didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan
bidang studinya. Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar,
karena masing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan.
Kelompok
sarjana
komunikasi Amerika
yang menulis
buku Human
Communication (1980) membagi komunikasi atas lima macam tipe, yakni
Komunikasi
Antar
Pribadi
(Interpersonal
Communication), Komunikasi
Kelompok Kecil (Small Group Communication), Komunikasi Organisasi
(Organizational Comminication), Komunikasi Massa (Mass communication)
dan Komunikasi Publik (Public Communication).
Josep A. Devito seorang profesor komunikasi di City University of New York
dalam bukunya (1982) membagi komunikasi atas empat macam, yakni
Komunikasi Antar Pribadi, Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi Publik dan
Komunikasi Massa.
Wayne Peace dan teman-temannya yang merupakan akademisi dari Brigham
Young University dalam bukunya Techniques for Effective Communication (1979)
membagi komunikasi atas tiga tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri,
komunikasi antar pribadi serta komunikasi khalayak.
9 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 18.
10 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 18-19.
5
Beberapa sarjana komunikasi aliran Eropa hanya membagi komunikasi
menjadi dua macam, yakni Komunikasi Antar Pribadi dan Komunikasi Massa. Di
Indonesia ada kalangan yang membagi komunikasi menjadi dua macam, yakni
Komunikasi Massa dan Komunikasi Sosial.
Para pakar ilmu komunikasi mengelompokkan pembagian komunikasi dalam
bentuk yang bermacam-macam. Sebagaimana telah dipaparkan Dedy Mulyana
dalam bukunya berjudul Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar bahwasanya
komunikasi dilihat dari peserta komunikasinya terbagi menjadi beberapa bagian,
yakni Komunikasi dengan Diri Sendiri, Komunikasi Antar Pribadi, Komunikasi
Massa, Komunikasi Organisasi dan Komunikasi Kelompok.
Memerhatikan beberapa pandangan para pakar di atas mengenai tipe-tipe atau
bentuk-bentuk komunikasi, maka kita akan membagi atas lima tipe, yakni,
Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication), Komunikasi
Antar Pribadi (Interpersonal Communication), Komunikasi Kelompok (Group
Communication), Komunikasi Publik (Public Communication) dan Komunikasi
Massa (Mass Communication).
1. Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di
dalam individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri
sendiri. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang
memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam
pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam,
peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang
terjadi di luar maupun yang ada di dalam diri seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran
manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera yang dimilikinya.
Hasil kerja dari pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberi
pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali manusia dihadapkan
pada pilihan kata “ya” atau “tidak”. Keadaan semacam ini membawa
seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam
menentukan untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara ini
6
hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau
komunikasi dengan diri sendiri.
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu
yang terjadi dalam individu belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi,
melainkan suatu aktivitas internal monolog. Studi komunikasi dengan diri
sendiri (intrapersonal communication) kurang begitu banyak mendapat
perhatian, kecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang psikologi
behavioristik. Oleh karena itu, literatur yang membicarakan tentang
komunikasi intrapersonal bisa dikatakan sangat langka ditemukan.
2. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini ialah proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa “interpersonal communication is
communication involving two or more people in a face to face setting.”
Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi bisa dibedakan atas dua
macam, yakni komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan komunikasi
kelompok kecil (Small Group Communication).
Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat
dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.
Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog
berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal,
sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan
pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling
berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil oleh banyak
kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena; pertama,
anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong
dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan
kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga,
7
sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi seperti ini, semua
anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga pembicara. Oleh karena itu
pengaruhnya bisa bermacam-macam, misalnya si A bisa terpengaruh dari si B,
dan si C bisa memengaruhi si B. proses komunikasi seperti ini banyak
ditemukan dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.
Pada intinya komunikasi antar pribadi itu akan terjadi manakala antara
komunikator
dan
komunikan
terjadi
komunikasi.
Untuk
maencapai
komunikasi efektif, maka persamaan antara komunikator dan komunikan
harus diwujudkan, yaitu situasi komunikasi yang bersifat homophyli. Jika
situasi seperti ini sudah terwujud maka komunikasi akan lebih efektif sebab
antara komunikator dan komunikan bisa benar-benar mengerti akan pesan
yang tersampaikan.
Homophyli adalah debuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan
yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (atribut), seperti
kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial dan sebagainya. Sedangkan
Heterophyli adalah sebagai kebalikannya. Sebagaimana telah dijelaskan di
atas, bahwa komunikasi akan lebih efektif manakala hubungan antara
komunikator dan komunikan bersifat homophyli, yakni sama keadaannya
(dalam sifat/atribut), karena orang selalu cenderung mengadakan komunikasi
dengan orang yang dianggap sama. Akan tetapi tidaklah berarti orang yang
berbeda sifat (heterophyli) tidak dapat efektif dalam berkomunikasi. Mereka
dapat berkomunikasi secara efektif apabila salah satunya atau keduanya
memiliki kemempuan untuk melakukan empathy satu sama lain.
3. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi antara
sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan.
8
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada
komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group
communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga
komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antar
pribadi berlaku juga bagi komunikas kelompok. Namun demikian, jumlah
orang dalam kelompok-kelompok itu tidak bisa ditentukan secara eksak.
Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi sebenarnya
tidak perlu ditarik garis pemisah. Kedua bidang tersebut bertumpang tindih
dan banyak situasi tatap muka dapat diungkapkan dalam berbagai cara sesuai
dengan perhatian tujuan si pengamat.
Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi melibatkan
dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan
serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun secara nonverbal.
Akan tetapi komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan
antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan
tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana
berstruktur dimana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai
kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.
Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan
dengan komunikasi antar pribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar
akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun
komunikasi kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok yang
terdiri dari dua, tiga atau empat individu, ia juga dapat terjadi dalam kelompok
tatap muka yang lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat
permanen daripada kelompok-kelompok yang terlibat dalam komunikasi antar
pribadi.
Sedangkan kriteria pokok yang membedakan antar komunikasi kelompok
dengan komunikasi antar pribadi adalah kadar spontanitas, struktural,
kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran kelompok, rekativitas sifat
permanen dari kelompok serta identitas diri. Tentunya, mungkin juga
mengaitkan kejadian-kejadian antar pribadi dalam suatu tatanan komunikasi
9
kelompok atau sebaliknya, tetapi ini tergantung pada perhatian khusus atau
kepentingan si pengamat.
4. Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif,
komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience
communication). Apapun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu
proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam
situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi),
karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan
yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing. Dalam
komunikasi publik, penyampaian pesan berlangsung secara kontinu. Dapat
diidentifikasi siapa yang berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya. Interaksi
antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga
terbatas. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas dan
jumlah khalayak relatif besar. Sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasi
satu per satu pendengarnya.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang disampaikan
itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terancana dan dipersiapkan
lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemukan dalam berbagai
aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah dan
semacamnya.
Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa digolongkan
komunikasi massa bila dilihat pesannya yang terbuka. Tetapi terdapat kasus
tertentu dimana pesan yang disampaikan itu terbatas pada segmen khalayak
tertentu. Misalnya pengarahan, diskusi panel, seminar dan rapat anggota.
Karena itu komunikasi publik bisa juga disebut komunikasi kelompok bila
dilihat dari segi tempat dan situasi.
Sebelum radio digunakan sebagai sumber informasi, komunikasi publik
banyak sekali digunakan untuk penyampaian informasi di lapangan terbuka.
Namun, sekarang komunikasi publik kembali banyak dilakukan terutama
menjelang pemilu dengan pengarahan masa yang sebanyak-banyaknya.
10
Komuniksi publik seperti ini makin banyak menarik perhatian dan minat
pengunjung jika disertai dengan pertunjukan artis dan ceramah kiyai kondang
yang khusus didatangkan untuk menggalang massa.
5. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa.
Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula
dari segi sifat pesannya. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses
komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepeda khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang
bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang sebelumnya,
komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan
khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun
dari segi kebutuhan. Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber
dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.
Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak
orang, misal reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Oleh karena itu,
proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih
awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya
lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan
komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti
radio dan televisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan denga cepat
kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.
Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu
cepat, serempak dan luas. Ia mampu menagatasi jarak dan waktu, serta tahan
lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya komunikasi massa
cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk
mengelolanya.
Untuk mencapai efektivitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan
yang menggunakan media massa, harus di ketahui karakteristik dari
komunikasi massa tersebut, sebagai berikut:
11
a. Bersifat simultan, ialah bahwa walaupun komunikan berada pada jarak
satu sama lain terpisah, tetapi media massa mampu membina
keserempakan kontak dengna komunikan dalam penyampaian
pesannya.
b. Bersifat umum, ialah pesan yang disampaikan melalui media massa
ditujukan kepada umum dan di samping itu juga mengenai
kepentingan umum.
c. Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi daripada penyebaran
yang teramat luas (jangkauan audiencenya), maka komunikan dari
komunikasi massa terdiri dari berbagai macam, inilah menjadikan
komunikannya heterogen.
d. Berlangsung satu arah, ialah bahwa feedback yang terjadi ialah
delayed feedback, berbeda dengan komunikasi tatap muka.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajali
Pers.
12
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Pearson, Judy dan Paul Nelson. 2011. Human Communication. New York:
McGraw-Hill.
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi.
Yogyakarta: MedPress.
Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Anonim. (2009). Model Komunikasi Menurut Para Ahli, [Online]. Tersedia:
http://jurusankomunikasi.blogspot.co.id/2009/03/model-komunikasimenurut-para-ahli.html [14 September 2015]
Akbar,
Folly.
(2011).
Bentuk-Bentuk
Komunikasi,
[Online].
Tersedia:
http://follyakbar.blogspot.co.id/2011/02/bentuk-bentuk-komunikasi.html [14
September 2015]
13
MODEL DAN BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Nama
: Aifa Nur Amalia
NIM
: 1147050015
Kelas
:D
Jurusan
: Teknik Informatika
A. Model-Model Komunikasi
Model adalah cara untuk menunjukkan sebuah objek, di dalamnya dijelaskan
kompleksitas suatu proses, pemikiran dan hubungan antara unsur-unsur yang
mendukungnya.
Model
dibangun
agar
kita
dapat
mengidentifikasi,
menggambarkan atau mengkategorisasikan komponen-komponen yang relevan
dari suatu proses. Sebuah model dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu
memperlihatkan semua aspek yang mendukung terjadinya sebuah proses.
Misalnya dapat melakukan spesifikasi dan menunjukkan kaitan antara satu
komponen dengan komponen lainnya dalam suatu proses serta keberadaannya
dapat ditunjukkan secara nyata.1
Menurut Little John, model adalah: “In broad sense a term model can apply
to any symbolic representation of thing, process or idea.” (Dalam pengertian yang
luas pengertian model dapat diterapkan pada setaip representasi simbolik suatu
benda, proses atau ide.)2
Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
berkomunkasi, dapat digambarkan dalam beragam model. Model komunikasi
dibuat untuk membantu kita memahami komunikasi dan menspesifikan bentukbentuk komunikasi dalam hubungan antarmanusia.3 Gordon Wiseman dan Larry
Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi:
pertama, melukiskan proses komunikasi; kedua, menunjukkan hubungan visual;
dan ketiga, membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan
komunikasi.4
1. Model Stimulus Respons (S-R)
Model stimulus – respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi behavioristik. Model ini
menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang
sangat sederhana. Jadi, model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal,
isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain
untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran informasi ini
1 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 93.
2 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 9.
3 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 10.
4 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 96.
1
bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat
mengubah tindakan komunikasi.
Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan
wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup
wajahnya dengan buku atau malah berteriak “Apa lihat-lihat, nantang ya?!”
lalu anda merasa kecewa.
2. Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga
disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa Anda (etoskererpercayaan anda), argumen Anda (logos-logika dalam emosi khalayak).
Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan
efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya dan cara
penyampainnya. Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi
dianggap sebagai fenomena yang statis.
3. Model Lasswell
Model Lasswell adalah teori komunikasi yang dianggap paling awal
(1948). Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan:
a. Who?
b. Says what?
c. In which channel?
d. To whom?
e. With what effect?
Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian
pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran
komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis
media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analis
khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian
mengenai efek pesan pada khalayak. Oleh karena itu, model Lasswell ini
banyak diterapkan dalam komunikasi massa.
2
Kritik yang muncul terhadap model Lasswell ini adalah terlalu
menekankan pada pengaruh khalayak, yang terkadang mengabaikan faktor
umpan balik (feedback). Umpan balik dari khalayak sangat penting bagi
komunikator untuk mengetahui apakah pesan memperoleh tanggapan positif,
netral atau negatif.5
4. Model Shannon dan Weaver
Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model komunikasi
dari Claude Shannon dan Warren Weaver, atau lebih dikenal dengan model
Shannon dan Weaver. Model ini mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan. Pemancar mengubah pesan
menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah
medium yang digunakan untuk mengirim sinyal dari pemancar ke penerima.
Adapun sasaran adalah orang yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Suatu
konsep yang penting dari model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan,
yakni setiap stimulus tambahan yang tidak dikehendaki dapat mengganggu
kecermatan pesan. Gangguan-gangguan ini dapat menyebabkan kegagalan
komunikasi.
Shannon dan Weaver juga memperkenalkan konsep mengenai redudancy
dan entropy. Redudancy adalah pengulangan kata yang menyebabkan
rendahnya entropy. Shannon dan Weaver juga menekankan bahwa setiap
informasi yang disajikan (message) merupakan proses komunikasi. Informasi
yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah
sikap dan perilaku individu serta khalayak.6
5. Model ABX Newcomb
Pendekatan komunikasi yang berdasarkan pada pendekatan seorang pakar
psikolog sosial berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling
sederhana dari kegiatan seseorang (A) menyampaikan informasi kepada orang
lain (B) mengenai sesuatu (X). Model ini menyatakan bahwa orientasi sikap A
terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya
membentuk sistem yang meliputi empat orientasi. Model Newcomb ini
5 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 17.
6 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 15-16.
3
merupakan cara yang biasa dan efektif di mana orang-orang mengorientasikan
dirinya terhadap lingkungannya.
Teori Newcomb dapat membantu ahli komunikasi kelompok dalam
menjelaskan dan memperkirakan tingkah laku kelompok-kelompok yang
beranggotakan 2 orang. Pada tingkat antarpribadi, teori ini menjelaskan
beberapa motivasi dan tekanan yang akan menimbulkan beberapa tindakan
komunikasi. Teori ini juga menguraikan dan menjelaskan kegiatan itu sendiri.7
6. Model Berlo
Model yang dikembangkan oleh David Berlo pada tahun 1960 ini hanya
memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat
komponen, yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima atau receiver. Akan
tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol.
Faktor keterampilan, sikap, pengetahuan, kebudayaan dan sistem sosial
dari sumber atau orang yang mengirim pesan merupakan faktor penting dalam
menentukan isi pesan, perlakuan atau treatment dan penyandian pesan. Faktorfaktor
ini
juga
berpengaruh
kepada
penerima
pesan
dalam
menginterpretasikan isi pesan yang dikirimkan. Saluran yang dapat digunakan
dalam komunikasi adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
alat peraba.
Model komunikasi Berlo di samping menekankan ide bahwa meaning are
in the people atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima
pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan kata lain, interpretasi
pesan terutama tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang ditafsirkan
oleh si pengirim atau si penerima pesan.8
7. Model Sirkuler Osgood dan Schramm
Model
ini
menggambarkan
suatu
proses
yang
dinamis.
Pesan
ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Hubungan antara
encoding dan decoding layaknya sumber (encoder) dan penerima (decoder)
yang saling mempengaruhi satu sama lain. Namun, pada tahap berikutnya
penerima (encoder) dan sumber (decoder), interpreter berfungsi ganda sebagai
7 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 105-106.
8 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm. 109.
4
pengirim dan penerima pesan. Perlu dicatat bahwa model ini menempatkan
sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sejajar.9
8. Model Melvin DeFleur
Model DeFleur merupakan model proses komunikasi massa yang
dikembangkan dari proses komunikasi antarpribadi. Model ini merupakan
perluasan dari model Shannon dan Weaver dengan memasukkan unsur piranti
media massa (mass medium device) dan piranti umpan balik (feedback device).
Digambarkan bahwa sumber (source), pemancar (transmitter), penerima
(receiver) dan sasaran (destination) merupakan tahapan-tahapan yang terpisah
dalam proses komunikasi massa.10
B. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk-bentuk
komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu
didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan
bidang studinya. Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar,
karena masing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan.
Kelompok
sarjana
komunikasi Amerika
yang menulis
buku Human
Communication (1980) membagi komunikasi atas lima macam tipe, yakni
Komunikasi
Antar
Pribadi
(Interpersonal
Communication), Komunikasi
Kelompok Kecil (Small Group Communication), Komunikasi Organisasi
(Organizational Comminication), Komunikasi Massa (Mass communication)
dan Komunikasi Publik (Public Communication).
Josep A. Devito seorang profesor komunikasi di City University of New York
dalam bukunya (1982) membagi komunikasi atas empat macam, yakni
Komunikasi Antar Pribadi, Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi Publik dan
Komunikasi Massa.
Wayne Peace dan teman-temannya yang merupakan akademisi dari Brigham
Young University dalam bukunya Techniques for Effective Communication (1979)
membagi komunikasi atas tiga tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri,
komunikasi antar pribadi serta komunikasi khalayak.
9 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 18.
10 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 18-19.
5
Beberapa sarjana komunikasi aliran Eropa hanya membagi komunikasi
menjadi dua macam, yakni Komunikasi Antar Pribadi dan Komunikasi Massa. Di
Indonesia ada kalangan yang membagi komunikasi menjadi dua macam, yakni
Komunikasi Massa dan Komunikasi Sosial.
Para pakar ilmu komunikasi mengelompokkan pembagian komunikasi dalam
bentuk yang bermacam-macam. Sebagaimana telah dipaparkan Dedy Mulyana
dalam bukunya berjudul Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar bahwasanya
komunikasi dilihat dari peserta komunikasinya terbagi menjadi beberapa bagian,
yakni Komunikasi dengan Diri Sendiri, Komunikasi Antar Pribadi, Komunikasi
Massa, Komunikasi Organisasi dan Komunikasi Kelompok.
Memerhatikan beberapa pandangan para pakar di atas mengenai tipe-tipe atau
bentuk-bentuk komunikasi, maka kita akan membagi atas lima tipe, yakni,
Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication), Komunikasi
Antar Pribadi (Interpersonal Communication), Komunikasi Kelompok (Group
Communication), Komunikasi Publik (Public Communication) dan Komunikasi
Massa (Mass Communication).
1. Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di
dalam individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri
sendiri. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang
memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam
pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam,
peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang
terjadi di luar maupun yang ada di dalam diri seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran
manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera yang dimilikinya.
Hasil kerja dari pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberi
pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali manusia dihadapkan
pada pilihan kata “ya” atau “tidak”. Keadaan semacam ini membawa
seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam
menentukan untung ruginya suatu keputusan yang akan diambil. Cara ini
6
hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau
komunikasi dengan diri sendiri.
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu
yang terjadi dalam individu belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi,
melainkan suatu aktivitas internal monolog. Studi komunikasi dengan diri
sendiri (intrapersonal communication) kurang begitu banyak mendapat
perhatian, kecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang psikologi
behavioristik. Oleh karena itu, literatur yang membicarakan tentang
komunikasi intrapersonal bisa dikatakan sangat langka ditemukan.
2. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini ialah proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa “interpersonal communication is
communication involving two or more people in a face to face setting.”
Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi bisa dibedakan atas dua
macam, yakni komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan komunikasi
kelompok kecil (Small Group Communication).
Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat
dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.
Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog
berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal,
sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan
pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling
berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi kelompok kecil oleh banyak
kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena; pertama,
anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong
dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan
kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga,
7
sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi seperti ini, semua
anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga pembicara. Oleh karena itu
pengaruhnya bisa bermacam-macam, misalnya si A bisa terpengaruh dari si B,
dan si C bisa memengaruhi si B. proses komunikasi seperti ini banyak
ditemukan dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.
Pada intinya komunikasi antar pribadi itu akan terjadi manakala antara
komunikator
dan
komunikan
terjadi
komunikasi.
Untuk
maencapai
komunikasi efektif, maka persamaan antara komunikator dan komunikan
harus diwujudkan, yaitu situasi komunikasi yang bersifat homophyli. Jika
situasi seperti ini sudah terwujud maka komunikasi akan lebih efektif sebab
antara komunikator dan komunikan bisa benar-benar mengerti akan pesan
yang tersampaikan.
Homophyli adalah debuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan
yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (atribut), seperti
kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial dan sebagainya. Sedangkan
Heterophyli adalah sebagai kebalikannya. Sebagaimana telah dijelaskan di
atas, bahwa komunikasi akan lebih efektif manakala hubungan antara
komunikator dan komunikan bersifat homophyli, yakni sama keadaannya
(dalam sifat/atribut), karena orang selalu cenderung mengadakan komunikasi
dengan orang yang dianggap sama. Akan tetapi tidaklah berarti orang yang
berbeda sifat (heterophyli) tidak dapat efektif dalam berkomunikasi. Mereka
dapat berkomunikasi secara efektif apabila salah satunya atau keduanya
memiliki kemempuan untuk melakukan empathy satu sama lain.
3. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi antara
sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini
misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan.
8
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada
komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group
communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga
komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antar
pribadi berlaku juga bagi komunikas kelompok. Namun demikian, jumlah
orang dalam kelompok-kelompok itu tidak bisa ditentukan secara eksak.
Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi sebenarnya
tidak perlu ditarik garis pemisah. Kedua bidang tersebut bertumpang tindih
dan banyak situasi tatap muka dapat diungkapkan dalam berbagai cara sesuai
dengan perhatian tujuan si pengamat.
Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi melibatkan
dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan
serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun secara nonverbal.
Akan tetapi komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan
antara dua, tiga atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan
tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana
berstruktur dimana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai
kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.
Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan
dengan komunikasi antar pribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar
akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun
komunikasi kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok yang
terdiri dari dua, tiga atau empat individu, ia juga dapat terjadi dalam kelompok
tatap muka yang lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat
permanen daripada kelompok-kelompok yang terlibat dalam komunikasi antar
pribadi.
Sedangkan kriteria pokok yang membedakan antar komunikasi kelompok
dengan komunikasi antar pribadi adalah kadar spontanitas, struktural,
kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran kelompok, rekativitas sifat
permanen dari kelompok serta identitas diri. Tentunya, mungkin juga
mengaitkan kejadian-kejadian antar pribadi dalam suatu tatanan komunikasi
9
kelompok atau sebaliknya, tetapi ini tergantung pada perhatian khusus atau
kepentingan si pengamat.
4. Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif,
komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience
communication). Apapun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu
proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam
situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi),
karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan
yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing. Dalam
komunikasi publik, penyampaian pesan berlangsung secara kontinu. Dapat
diidentifikasi siapa yang berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya. Interaksi
antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga
terbatas. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas dan
jumlah khalayak relatif besar. Sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasi
satu per satu pendengarnya.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang disampaikan
itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terancana dan dipersiapkan
lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemukan dalam berbagai
aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah dan
semacamnya.
Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa digolongkan
komunikasi massa bila dilihat pesannya yang terbuka. Tetapi terdapat kasus
tertentu dimana pesan yang disampaikan itu terbatas pada segmen khalayak
tertentu. Misalnya pengarahan, diskusi panel, seminar dan rapat anggota.
Karena itu komunikasi publik bisa juga disebut komunikasi kelompok bila
dilihat dari segi tempat dan situasi.
Sebelum radio digunakan sebagai sumber informasi, komunikasi publik
banyak sekali digunakan untuk penyampaian informasi di lapangan terbuka.
Namun, sekarang komunikasi publik kembali banyak dilakukan terutama
menjelang pemilu dengan pengarahan masa yang sebanyak-banyaknya.
10
Komuniksi publik seperti ini makin banyak menarik perhatian dan minat
pengunjung jika disertai dengan pertunjukan artis dan ceramah kiyai kondang
yang khusus didatangkan untuk menggalang massa.
5. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa.
Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula
dari segi sifat pesannya. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses
komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepeda khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang
bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang sebelumnya,
komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan
khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun
dari segi kebutuhan. Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber
dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.
Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak
orang, misal reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Oleh karena itu,
proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih
awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya
lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan
komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti
radio dan televisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan denga cepat
kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.
Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu
cepat, serempak dan luas. Ia mampu menagatasi jarak dan waktu, serta tahan
lama bila didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya komunikasi massa
cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk
mengelolanya.
Untuk mencapai efektivitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan
yang menggunakan media massa, harus di ketahui karakteristik dari
komunikasi massa tersebut, sebagai berikut:
11
a. Bersifat simultan, ialah bahwa walaupun komunikan berada pada jarak
satu sama lain terpisah, tetapi media massa mampu membina
keserempakan kontak dengna komunikan dalam penyampaian
pesannya.
b. Bersifat umum, ialah pesan yang disampaikan melalui media massa
ditujukan kepada umum dan di samping itu juga mengenai
kepentingan umum.
c. Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi daripada penyebaran
yang teramat luas (jangkauan audiencenya), maka komunikan dari
komunikasi massa terdiri dari berbagai macam, inilah menjadikan
komunikannya heterogen.
d. Berlangsung satu arah, ialah bahwa feedback yang terjadi ialah
delayed feedback, berbeda dengan komunikasi tatap muka.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 1988. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajali
Pers.
12
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Pearson, Judy dan Paul Nelson. 2011. Human Communication. New York:
McGraw-Hill.
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi.
Yogyakarta: MedPress.
Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Anonim. (2009). Model Komunikasi Menurut Para Ahli, [Online]. Tersedia:
http://jurusankomunikasi.blogspot.co.id/2009/03/model-komunikasimenurut-para-ahli.html [14 September 2015]
Akbar,
Folly.
(2011).
Bentuk-Bentuk
Komunikasi,
[Online].
Tersedia:
http://follyakbar.blogspot.co.id/2011/02/bentuk-bentuk-komunikasi.html [14
September 2015]
13