Spiritualitas Gerakan Radikalisme Suprih pdf

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

SPIRITUALITAS GERAKAN
RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA
Suprihatiningsih
(Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang)

ABSTRACT

A. PENDAHULUAN
Dalam sejarah Islam Indonesia terdapat polarisasi Islam yang
amat kaya. Sejak zaman pra kemerdekaan, Islam sudah
menunjukkan wajahnya yang beraneka ragam yang direpresentasikan
oleh munculnya beberapa ormas keagamaan. Oleh para pengamat,
keragaman Islam ini diidentivikasi dengan memakai berbagai nama

367

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380
atau label. Ada Islam santri dan abangan1,Islam tradisonalis2, Islam
modernis, Islam Skripturalis, Islam puritan, Islam subtantif, Islam

militant, Islam nasionalis, Islam literal dan lain sebagainya.3 Adanya
sekian banyak penyebutan Islam seperti di atas, menunjukan bahwa
umat Islam di Indonesia memiliki pemahamn dan penghayatan yang
beragam.
Islam yang beraneka warna mengalami peningkatan
kegairahan hingga saat ini. Namun ada beberapa kelompok tertentu
yang dalam praktek keagamaanya, menekankan ketaatan yang penuh
kepada apa yang dipraktekkan nabi dan generasi sahabat. Mereka
berupaya penuh untuk cara hidup Nabi, hingga hal-hal yang sekecilkecilnya. Anjuran untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah dan Rasulnya berbanding lurus dengan anjuran untuk
meninggalkan apa yang mereka anggap “TBC” (tahayul, bid’ah dan
khurafat).
Di era reformasi yang memberi ruang keterbukaan dan
kebebasan sekarang ini, dalam masyarakat Indonesia telah muncul
berbagai gerakan Islam yang cukup radikal. Para pengikut gerakan ini
melihat bahwa dalam kehidupan nyata di masyarakat telah terjadi
jurang yang begitu dalam antara harapan seperti yang dikonsepsikan
oleh agama mereka dengan kenyataan yang ada dihadapan mereka.
Sementara itu, upaya untuk merealisir apa yang di idealkan agama
tersebut tidak bisa tercapai tanpa memakai kekuatan karena elemen

pendukung baik cultural maupun structural dianggap tidak kondusif
bagi direalisasikannya harapan mereka.
Gerakan ini melihat bahwa dalam kehidupan nyata di
masyarakat
telah terjadi jurang yang yang begitu dalam antara
harapan seperti yang dikonsepsikan agama mereka dengan kenyataan
yang ada dihadapan mereka. Sementara itu, upaya untuk merealisisr
yang diidealkan agama tersebut tidak bisa tercapai tanpa memakai
kekuatan karena elemen pendukung baik kultural maupun structural
dianggap tidak kondusif bagi direalisasikannya harapan mereka.
1

Lihat: Mark R Woodward, Islam Jawa, Yogyakarta:LKis 1999.

2

Organisasi masyarakat yang sering diberi label tradisionali antara lain:
nahdatul Ulama’, jami’at khoir dan al-washliyah. Sementara muhammadiyah dan AlIrsyad disebut Islam Modern. Lihat ; Imdadun rahmat, Arus baru Islam Radikal
Transmisi Islam Timur Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2007
hal. 130.

3

368

Ibid.40

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

Radikalisme keagamaan sebenarnya fenomena yang bisa
muncul dalam agama apa saja. Radikalisme sangat berkaitan dengan
fundamentalisme, yang ditandai oleh kembalinya masyarakat kepada
dasar-dasar agama. Fundamentalisme akan diiringi oleh radikalisme
dan kekerasan ketika kebebasan untuk kembali kepada agama
dihalangi oleh situasi social politik yang mengelilingi masyarakat.
Fenomena ini dapat menimbulkan konflik terbuka atau bahkan
keekerasan antara dua kelompok yang berhadapan.4
Dalam konstelasi politik Indonesia, kelompok pendukung
radikalisme Islam semakin membesar tetapi gerakan radikal tersebut
tidak
memiliki

pola
yang
seragam.
Ada
yang
sekedar
memperjuangkan implementasi syari’at Islam tanpa keharusan
mendirikan
“Negara
Islam”,
ada
juga
yang
berusaha
memperjuangkan berdirinya “Negara Islam Indonesia” dan ada juga
yang
ingin memperjuangkan berdirnya “kekhalifan Islam”. Pola
organisasinya juga beragam mulai dari gerakan moral ideology seperti
MMI (Majelis Mujahidin Indonesia)5 dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)6
sampai pada gaya militer seperti (LJ) Laskar Jihad7, Front Pembela

Islam (FPI) dan Front Pembela Islam Surakarta (FPIS). Selain itu, ada
juga kelompok mahasiswa fundamentalis, yang terorganisir dalam
KAMMI dan mempunyai banyak cabang di banyak kampus di
Indonesia.

4
Endang turmudi dkk, Islam dan radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press
, 2004. Hal. 5
5

Mempunyai milisi dengan nama Jundullah (tentara Allah). Kelompok ini
mempunayi anggota yang lebih besar anggotanya dari berbagai wilayah di Indonesia
dan berusaha mendekati berbagai organisasi Islam yang sudah ada seperti NU dan
Muhammadiyah agar mereka mau menjadi pendukungnya.
6
Kelompok ini terinspirasi dari gerakan internasional dengan nama serupa.
Kehadirannya sangat penting karena karena ia merupakan kelompok fundamentalis
yang mempunyai konsep-konsep perjuangan yang jelas. HTI menggunakan media
pendidikan dalam dalam perjuangan atau jihadnya. Mereka mensosialisasikan ide-ide
mereka melalui media elektronika, seperti internet, media massa seperti artikel dan

penerbitan bulletin. Vocal , sehingga upaya mereka untuk menerapkan syari’at Islam
bisa diketahui oleh kalangan masyarakat luas.
7
Artinya tentara untuk jihad, yang telah berhasil mengirimkan anggotanya
untuk membela umat Islam yang berperang melawan kalangan umat Kristen di Ambon.
LJ dikategorikan sebagai fundamentalis radikal bukan hanya mereka mempertahankan
Islam dari ancaman para sekularis dan non Islam tetapi karena mereka juga
mempunyai agenda politik untk menegakkan norma-norma Islam dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.

369

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380

Dalam kesempatan edisi kali ini penulis mencoba membahas
tentang spiritualitas kaum radikalisme Islam di Indonesia yang pada
masa akhir-akhir ini (pasca reformasi) geliat gerakan radikalisem
marak dan bertebaran di wilayah Indonesia.

B. PENGERTIAN RADIKALISME DAN SEJARAH

PERKEMBANGANNYA
Untuk memahami radikalisme Islam ini, mari kita melihatnya
dengan kaca mata akdemis agar pemahaman kita tidak bias oleh
hadirnya sikap memihak. Pada tataran teoritis, terdapat dua konsep
penting yang dipunyai oleh agama yang bisa mempengaruhi
hubungan di antara mereka, yaitu: fanatisme dan toleransi. Dua
konsep ini pada prakteknya harus dilaksanakan dalam pola yang
seimbang, sebab ketidak seimbangan antara keduanya akan
menyebabkan ketidak setabilan antara pemeluk agama.
Kata radikal secara bahasa berarti mengakar. Perbahan radikal
berarti perubahan fundamental karena hal itu menyangkut
penggantian yang palig mendasar . Jadi gerakan keagamaan yang
berciri fundamentalisme radiakal mempunyai pendirian untuk
menggunkan agama sebagai dasar tingkah laku mereka.8
Menurut Mujahirin Thohir9, radikalisasi keagaman disebabkan
oleh pemahaman agama yang diasosiasikan secara egoistis. Orangorang yang memeluk agama lewat asosiasi keagamaan seperti ini,
sulit mewujudkan sikap toleran, cenderung tidak terbuka dan
cenderung, melihat kelompok (umat) lain yang berbeda sebagai orang
lain yang berpotensi sebagai lawan yang mengancam.
Istilah yang paling umum digunakan untuk penyebutan radikal

adalah Fundamentalisme. John L. Esposito10, menggunakan istilah
revivalisme Islam/aktivisme Islam sinonim dengan fundamentalisme
Islam yang memiliki cirikhas dan sifat kembali pada kepercayaan
fundamental agama berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah secara literal.

8

Endang turmudi dkk, Op.cit, hal. 282.

9
Mujahirin Thohir, Deradikalisasi Keagamaan dalam Perspektif Sosial budaya,
Makalah seminar Nasional tgl 20 Juli 2011 di Semarang.
10
John L.esposito, The Islamic Threat Myth or Reality, Oxford: Oxford
Universiry Press, hal. 7-8.

370

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)
Adam Schwarz

menggunakan istilah Islam Militan.11 Robert
W
Hefner, menggunakan istilah Islam anti liberal. Sedangkan R. Williyam
Lidle, menggunakan istilah Islam skripturalis yang berorientasi pada
syari’at.12Terminologi radikalisme beragam, namun secara esensial,
radikalisme umumnya selalu dikaitkan dengan pertentangan secara
tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok agama
tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan
pada saat itu. Adanya pertentangn yang tajam sehingga konsep
radikalisme selalu dikonotasikan dengan kekerasan secara fisik.13
Secara bahasa Radikal berasal dari bahasa latin radix yang
artinya akar (pohon). Radikalisme berarti berfikir secara mendalam
dalam menelusuri suatu akar masalah. Jadi pengertian radikal
sebenarnya merujuk pada sesuatu yang positif (radic = akar), yaitu
sesuatu yang mendasar (dalam terminologi Islam bisa berarti tauhid
= dasar Islam). Sedangkan orang yang radikal (radical, adjective)
sebenarnya adalah orang yang mengerti sebuah permasalahan sampai
ke akar-akarnya, dan karena itu mereka lebih sering memegang
teguh sebuah prinsip dibandingkan orang yang tidak mengerti akar
masalah.Istilah radikal sinonim dengan istilah fundamentalis14, yaitu

umat muslim yang menerima al-Qur’an dan Hadistr sebagai jalan
hidup mereka.
Dalam mempelajari Islam, pemikiran radikal ini diperlukan
agar kita dapat memahami hakekat dan kebenaran keIslaman.15Islam
11
G.H. Jansen, Islam Militan,Penrjemah. Armahedi MahzarBandung: Pustaka
1980., Khamami zada, Islam Radikal., Jakarta: teraju, 2002. Hal.14.
12
R. William Liddle, “Skripturalisme dalam Media Dakwah: Suatu Bentuk
Pemikiran dan aksi politik Islam di Masa Orde Baru” dalam, Mark R. woodward, Jalan
Baru Islam Memetakan Paradigma Mutahkir Islam Indonesia, Cet.I, Bandung: Mizan,
1999. Hal.304
13
Zainuddin Fanani, Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial,Surakarta:
Unuversitas muhammadiyah Press, 2002, hal.5.
14
Dalam konteks religio politik di dunia Islam , julukan fundamentalis sering
dilekatkan secara sinis dan dengan nada menghian, memusuhi serta merendahkan
kepada nama-nama seperti hamas di Palestina(kawasan yang masih di jajah oleh
kekuatan asing), Hizbullah di Libanon((Negara yang sangat heterogen, multi etnis,

agama dan kultural), partai Refah di Turki ( Negara yang sangat menjunjung tinggi
sekulerisme dan westernisme). Adapun cikal-bakal berbgai gerakan fundamentalis
Islam adalah “Ikwanul Muslimin” yang didirikan di Ismai’iliyyah Mesir pada tahun 1928
oleh Hasan Al Bana.Kemunculan IM merupakan respon terhadap berbagai
perkembangan yang terjadi di dunia slam (khususnya Timur Tengah) berkaitan dengan
makin luasnya dominasi imperialis Barat. Lihat: Endang Turmudi, hal. 55-57.
15

Deliar Nur. Gerakan Islam Radikal di Indonesia. Jakarta: 1980.cet 1. Hal 37

371

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380

Radikal adalah istilah yang diberikan kepada kelompok-kelompok
yang beraliran keras dalam menuntut penegakan syari'at dengan jalan
yang dianggap sebagai Jihad.16 Bisa dikatakan bahwa radikalisasi
gerakan keagamaan adalah kelanjutan dari fundamentalisme yang
menguat karena hadirnya tantangan dari luar yang juga menguat,
yakni sikap yang memperlihatkan realisasi dari fanatisme yang
dipunyai mereka. Sikap yang mencerminkan rasa kebersamaan dan
solidaritas kelompok sebagai pemeluk suatu agama iniakhir bergeser
ke dalam bentuk radikalisme dan militanisme ketika berhadapan
dengan kelompok lain.
Dalam konteks sejarah Islam, radikalisasi agama telah tumbuh
mengiringi perkembangan Islam itu sendiri. Terbunuhnya Ali bin Abi
Thalib oleh Khawarij merupakan kenyataan sejarah yang banyak
dirujuk para ahli sebagai
bukti betapa radikalisasi agama telah
mewarnai kehidupan umat Islam. Untuk mengidentifikasi faktor
penyebab terjadinya radikalisasi tersebut tidaklah mudah. Apakah
peristiwa tersebut didorong oleh factor pemahaman agama yang
bersifat ideologis ataukah karena factor politik paska perang shiffin
antara Ali dengan Mu’awiyah.17
Secara sederhana kemunculan radikalisme Islam di Indonesia
di sebabkan oleh dua hal. Pertama, bibit gerakan Islam radikal mulai
bersemi setelah masa kemerdekaan yang ditandai dengan munculnya
gerakan DI/TII, gerakan Islam kontemporer secara organisatoris
dapat dinaytakan mulai muncul kembali pada akhir 1970an. Kedua,
gerakan Islam radikal sebagaimana kelompok-kelompok lainnya,
mulai menjamur pada masa reformasi ketika kran kebebasan
menyampaikan pendapat dan berasosiai mulai dibuka. Secara
sosiologis ,beberapa kelompok keagamaan, khususnya Islam, yang
selama rezim Orde Baru terpinggirkan, mulaikan mengekspresikan
kekecewaan psikologis yang tersimpan cukup lama terhadap
pemerintah yang dianggap tidak adil.
Dalam konteks Internasional, realitas politik standar ganda
Amerika
serikat
(AS)
dan
sekutunya
merupakan
pemicu
berkembangnya radikalisme Islam. Perkembangan ini kian menguat
setelah terjadinya tragedi Word Trade Canter (WTC), pada 11
September 2001. Setelah peristiwa tersebut, AS dan sekutunya
bukan hanya menuduh orang Islam sebagi pelakunya tetapi juga
16
17

http://buntetpesantren. Islam radikal antara pro dan kontra

Lihat: Harun Nasution, Teologi
Perbandingan, Jakarta: UI press,1986,.

372

Islam

Aliran-Aliran

Sejarah

Analisa

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

melakukan operasi penumpasan terorisme yang melebar kebanyak
gerakan Islam lain di beberapa negara, termasuk Indonesia. 18
Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang ada gerakan
Islam radikal di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu: gerakan yang
beruapa aksi19 (radikal dalam gerakan) dan gerakan yang berupa
pemikiran yang hanya dalam tataran wacana( radikal dalam
pemikiran). Selain itu mereka juga dapat di pilah kedalam kelompok
yang
menggunakan
kekerasan
dan
kelompok
yang
tidak
menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan keagamaan mereka.
Di Indonesia Kelompok-kelompok yang
radikalisme Islam ini cukup banyak antara lain:

mengusung

ide

1. LJ (Laskar Jihad). Gerakan ini bisa dikategorikan fundamentalis
radikal
bukan hanya karena mereka mempertahan islam dari
ancaman para skuleralis dan non-Islam tetapi mereka juga
mempunyai agenda politik untuk menegakkan norma-nora Islam
daalam kehidupan masyarakat Indonesia.
2. FPI (Front Pembela Islam).
3. MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) adalah organisasi atau kelompok
Islam lain yang bisa diketegorikan fundamentalis radikal.
Kehadirannya
sangat
penting
sekali
dalam
memperkuat
fundamentalisme dan radikalisme Islam di Indonesia.
4. FPIS (Front Pemuda Islam Surakarta.
5. Darul Islam (DI)
6. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).20 Gerkan ini menggunakan
pendidikan sebagai media perjuangan atau jihad. Mereka teah
mensosialisasikan ide-ide mereka memalui beragai media seperti
internet atau publikasi lain. Mereka juga lakukan demontrasi,
18
H.M.Nafis Deradikalisasi Agamamelalui Dakwah Islamiyah yang Rahmatal
li’alamin dalam konteks KeIndonesiaan, Makalh Seminar Nasional Deradikalisasi Agama
tanggal 20 Juni 2011
19
Gerakan Islam radikal yang berupa aksi adalah gerakan yang secara terangterangan menggunakan kekerasan untuk meluruskan ajaran Islam di Indonesia,.
Contohnya FPI (Front Pembela Islam), gerakan kelompok ini sudah terbukti melakukan
beberapa tindakan dalam beberapa kasus. Semata-mata hanya untuk melurusakan
agama Islam.misalnya setiap bulan Ramadhan kelompik ini selalu menertibkan warungwarung yang membuka dagangannya di siang hari. Beberapa ormas lainnya yang
berbeda dengan FPI yang meluruskan ajaran Islam dengan tindakan (aksi) adalah
kelompok-kelompok tarbiyah (yang kemudian menjadi partai Keadilan sejahtera)
20

Hizbut Tahrir artinya partai pembebas didirikan di Palestina. Lihat Endang
Turmudi. Hal.226.lihat juga: Jamhari, Ggerakan Salafi radika di Indonesial, Jakarta:
PT. Rajawali Press. 2004

373

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380

karenanya juga mereka termasuk kalangan fundamentalis radikal
yang vocal, sehingga upaya mereka untuk merapkan syari’at Islam
atau mendirikan Khilafah Islam bisa diketahui oleh kalangan
masyarakat luas21.
C. TIPOLOGI RADIKALISME
KARAKTERISTIKNYA

ISLAM

DI

INDONESIA

DAN

1. Gerakan Islam radikal Kritis
Gerakan Islam radikal Kritis muncul bukan karena kesadaran
ideologis pada nilai-nilai dan ajaran Islam, tetapi karena adanya
tekanan social, kesewenang-wenangan dan ketidakadilan social yang
dilakukan pemerintah colonial terhadap golongan pribumi. Contoh
gerakan ini adalah pemberontakan petani Banten dan peristiwa Garut
Kedua
yang merupakan cerminan gerakan Islam radikal-kritis.22
peristiwa tersebut, menunjukan
bahwa radikalisasi yang terjadi
dikalangan umat Islam bukan karena dorongan ideology Islam dalam
rangka menegakan Negara Islam, tetapi didorong oleh semangat
perlawanan terhadap tatanan social yang tidak adil, yang secara
langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat muslim.
Ciri khas tipologi gerakan Islam kritis ini antara lain:
a. Tokoh dan institusi agama hanya menjadi symbol dan instrument
untuk meningkatkan solidaritas dan kohesivitas social. Adapun
inisiator,motor dan actor gerakan lebih banyak di lakukan oleh
orang-orang dari luar komunitas agama atau orang yang dianggap
awam agama, namun mendapat dukungan dari tokoh agama.
b. Gerakan ini merupakan saluran ketidakpuasan dan frustasi atas
realitas
social,
ketidakadilan,kesewenag-wenangan
dan
penindasan. Di sini agama merupakan symbol dan identitas yang
membedakan kelompok tertindas dan kelompok penindas.
c. Gerakan ini memberikan ruang pada tradisi dan kepercayaan local,
tidak memperdulikan masalah pemahaman keIslaman, oleh
karena itu gerakan ini bersifat sinkretis, mistik dan magis.
d. Meski menggunakan symbol Islam, gerakan ini tidak memiliki misi
dan orientasi ideologis, seperti menegakkan ajaran Islam atau
melakukan pemurnian ajaran Islam. Gerakan ini berorientasi pada
realitas social yang adil
21
Endang turmudi dkk, Islam dan radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press
, 2004, hlm. 122
22

374

Al-zastrow,Geraaan Islam Simbolik, yogayakarta: LKiS, 2006 hal. 52-57

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

e. Bersifat local dan mandiri. Huubungan dengan jaringan pergerakan
Islam di luar hanya dijadikan sebagi referensi dan inspirasi
gerakannya.23
2. Gerakan Islam Radikal Fundamentalis
perbedakan gerakan ini dengan gerakan yang pertama adalah
orientasi, misi dan pendekatan yang digunakan. Gerakan jenis keduan
ini lebih mementingkan tertanamnya ideology Islam dalam struktur
social dari pada memperhatian terwujudnya tatanan social yang adil
melalui proses perubahan social. Contoh gerakan ini adalah kasus
perang padri di sumatera yang menyerukan Islam yang murni dan
orisinil. Dari situ kemudian muncul gerakan pembaharuan Islam atau
gerakan purifikasi.24 Gerakan padri ini kemudian memicu konflik di
masyarakat. Sebab gerakan ini menolak ide keselaran dan
harmonisasi antara adat dan Islam.
Kaum padri mendasarkan
gerakannya pada Islam ad Din wa ad Daulah (Islam, agama dan
negara). Menurut mereka antara Islam, agama dan Negara tidak bisa
dipisahkan. Ciri khas gerakan tipe kedua ini antara lain:
a. Bersifat ideologis dalam arti berpretensi melakukan proses
Islamisasi secara radikal dan tidak memiliki kepekaan terhadap
tradisi local.Orientasinya adalah terlaksanakan syari’at Islam
b. Tidak memberikan ruang pada tradisi dan nilai-nilai local karena
hal ini dianggap bid’ah.
c. Gerakan ini tidak hanya ditujukan kelompok di luar Islam tetapi
juga sesama pemeluk Islam
d. Memiliki hubunagn dengan gerakan Islam Internasional.25
Beberapa karakteristik Islam radikal antara lain:
a. Masih menunjukkan mentalitas perang salib.Dalam konteks
sekarang, hegemoni dunia Barat khususnya AS, terhadap bangsa
lain dianggap sebagai salah satu bentuk penjajahan baru (neo
colonialisme)
b. Memperjuangkan Islam secara Kaffah; syari’at Islam sebagai
hokum Negara, Islam sebagai dasar Negara, sekaligus Islam
sebagi system politik sehingga bukan demokrasi yang menjadi
system politik.
c. Praktik keagamaannya berorientasi pada masa lalu(salafy26)
23

Ibid. Hal. 58.

24

Azzumardi Azzra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan ,
Jakarta: Rajdawali Press. Hal. 48
25

Al-zastrow,Op Cit. hal. 58-65

375

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380

d.

kecenderungan
untuk
melakukan
perlawanan
terhadap
pemerintah kurang memeperhatikan penyakit social masyakat
(maksiat dan kemungkaran).
e. Semangat untuk menegakan agama sebagai lambang supremasi
kebenaran ajaran Tuhan di dunia dengan jalan jihad.27
D. SPIRITUALITAS
INDONESIA

GERAKAN

RADIKALISME

ISLAM

DI

Radikalisme Islam Indonesia lahir dari hasil persilangan Mesir
dan Pakistan. Nama-nama seperti Hassan al-Banna, Sayyid Qutb dan
al-Maududi terbukti sangat memengaruhi pelajar-pelajar Indonesia
yang belajar di Mesir dan Pakistan. Pemikiran mereka membangun
cara memahami Islam ala garis keras. Setiap Islam disuarakan, nama
mereka semakin melekat dalam ingatan. Bahkan, sampai tahun 19701980-an ikut menyemangati perkembangan komunitas usroh di
banyak kampus atau organisasi Islam.
Dalam konteks local Indonesia munculnya gerakan-gerakan
radikalisme Islam mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Banyak hal yang menjadi factor munculnya radicalism, namun yang
menjadi factor utama adalah politik local, ketidakpuasan politik, dan
keterpinggiran politik. Agama pada tahap awal bukan factor pemicu
namun demikian ketika kelompok telah terbentuk, agama menjadi
factor legitimasi maupun perekat yang sangat penting. Berikut ini
beberapa hal yang merupakan spirit gerakan radikalisme Islam di
Indonesia:
1. Pengaruh Norma dan AjaranAjaran yang ada mempengaruhi
tingkah laku dan tindakan seorang muslim yang berasal dari Qur’an
dan Hadis. (mungkin juga Ijma). Ajaran ini diinterpretasikan dan
diinternalisasi. Karena ajaran yang ada sangat umum, hal ini
memungkinkan munculnya beberapa interpretasi. Hal ini juga
dimungkinkan karena setiap anggota masyarakat muslim
mengalami
sosialisasi
primer
yang
berbeda,
disamping
pengalaman, pendidikan dan tingkatan ekonomi mereka juga tidak
sama. Dari hasil interpretasi ini memunculkan apa yang diidealkan
berkaitan dengan kehidupan masyarakat Islam.
2. Pengaruh sikap atau pemahaman mengenai tiga isu utama, yaitu
penerapan syariat Islam, bentuk negara Islam Indonesia dan

376

26

Khamdani Zada, Op Cit. hal.17

27

Jamhari, Op Cit. hal.8.

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

Khalifah Islamiyah. Sikap ini adalah kelanjutan dari penafsiran
terhadap ajaran agama Islam. Diasumsikan bahwa ada beberapa
sikap umum yang muncul setelah masyarakat menafsirkan ajaran
Islam. Sikap ini tersimbolkan dalam penerapan pemahaman Muslim
terhadap ajaran agama mereka.
3. Pengaruh sikap pada poin dua tersebut muncul ketika dihadapkan
dengan kondisi sosial nyata dalam masyarakat. Hal ini termasuk di
dalamnya adalah faktor-faktor domestik dan Internasional.
Hegemoni politik oleh negara atau represi yang dilakukan oleh
kelompok apapun terhadap umat Islam akan melahirkan respon
yang berbeda dari berbagai kelompok yang ada.
Dari ketiga faktor tersebut, spirit yang paling berpengaruh
terhadap tingkah laku umat Islam radikal adalah ajaran Islam sendiri.
Ajaran ini diinterpretasi dan karena ajaran ini bersifat umum maka
pemahaman yang muncul adalah bervariasi.28
Kalau pemahaman sebagai hasil interpretasi itu bervariasi,
maka sikap dalam menindak lanjuti pemahaman itu juga berbeda –
beda bahkan di antara kaum fundamentalis itu sendiri. Oleh
karenanya, secara konseptual bisa dikatakan bahwa tindak lanjut
gerakan radikal dari gerakan-gerakan islam yang ada Indonesia bisa
bervariasi. Ada yang dalam tataran aksi (radikal dalam tindakan) dan
ada yang radikal dalam sikap atau pemahaman saja.
Menurut Horace M Kallen,29 secara umum ada tiga
kecenderungan yang menjadi spirit
radikalisme. Pertama,
radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung, biasanya respons tersebut muncul dalam bentuk
evaluasi, penolakan atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang
ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang
28

Kebenaran absolute yang diajarkan agama dapat mendorong para
pemeluknyan untuk cenderung menafikan agama lain atau juga melihat apa yang
diajarkan agama lain sebagai ajaran yang
salah. Dalam al-Qur’an nyata-nyata
disebutkan bahwa “sesungguhnya agama yang diterima disisi Allah adalah Islam’ . dari
sumber yang lain, dalam sebuah Hadits nabi dinyatakan “siapa saja yang melihat
kemungkaran maka ubahlah ia dengan tangannya, jika tidak bisa maka ubah dengan
lidahnya, jika itu juga tidak bisa maka ubahlah dengan hatinya. Tapi yang terakhir ini
adalah tanda lemahnya iman” ajaran ini telah mendorong pemeluk agma yang taat
untuk melakukan perintah agamanya secara maksimal. Dalam situasi tertentu ajaran
sperti ini memunculkan sikap-sikap. Lihat: Endang Turmudzi, Islam dan Radikalisme di
Indonesia, Jakarta: LIPI Press, 2004, hal.17
29

M. Rusli Karim, Negara dan Peminggiran Islam Politik, Yogayakarta: Tiara
wacana. 1999, hal.120. Hamdani Zada, Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis Keras
.Jakarta: Teraju, 2002hal. 16

377

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380

dipandang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kondisi
yang ditolak.
Kedua, radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan,
melainkan terus berupaya mengganti tatanan tersebut dengan bentuk
tatanan lain. Kaum radikalis berupaya kuat untuk menjadikan tatanan
tersebut sebagai ganti dari tatanan yang ada. Dengan demikian,
sesuai dengan arti kata ‘radic’, sikap radikal mengandaikan keinginan
untuk mengubah keadaan secara mendasar.
Ketiga adalah kuatnya keyakinan kaum radikalis akan
kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa. Sikap ini pada
saat yang sama dibarengi dengan panafian kebenaran sistem lain
yang akan diganti dalam gerakan sosial, keyakinan tentang kebenaran
program atau filosofi sering dikombinasikan dengan cara-cara
pencapaian
yang
mengatasnamakan
nilai-nilai
ideal
seperti
‘kerakyatan’ atau kemanusiaan . Akan tetapi kuatnya keyakinan
tersebut dapat mengakibatkan munculnya sikap emosional di
kalangan kaum radikalis.
Keempat, pemahaman agama yang cendererung tektualis
(memahami agma secar apa adanaya yang tertulias dalam teks-teks
suci agama). Pemahaman tektualis ini mengabaikan factor konteks
social sejarah, social dan poltik serta rasional yang melatar belakangi
lahirnya sebuah doktrin atau keputusan agama.30

E. SIMPULAN
Radikalisme berarti berfikir secara mendalam dalam menelusuri
suatu akar masalah. Jadi pengertian radikal sebenarnya merujuk pada
sesuatu yang positif (radic = akar), yaitu sesuatu yang mendasar
(dalam terminologi Islam bisa berarti tauhid = dasar Islam).
Sedangkan orang yang radikal (radical, adjective) sebenarnya adalah
orang yang mengerti sebuah permasalahan sampai ke akar-akarnya,
dan karena itu mereka lebih sering memegang teguh sebuah prinsip
dibandingkan orang yang tidak mengerti akar masalah.
Islam Radikal adalah istilah yang diberikan diberikan kepada
kelompok-kelompok yang beraliran keras dalam menuntut penegakan
syari'at dengan jalan yang dianggap sebagai Jihad. Dan gerakan
radikalisme itu dibagi menjadi dua yaitu, gerakan yang bersifat aktif
(aksi) dan gerakan yang memakai pemikiran dan paradigma. Suatu
30

378

Jamhari, hal.19.

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

gerakan pastinya memakai suatu metode dalam menyampaikan
dakwahnya, metode dakwah yang digunakan adalah metode dengan
perkataan (lisan),tangan (tindakan), serta dengan hatinya.
Ada dua tipologi gerakan Islam radikal, pertama gerakan
Islam radikal Kritis muncul bukan karena kesadaran ideologis pada
nilai-nilai dan ajaran Islam, tetapi karena adanya tekanan social,
kesewenang-wenangan dan ketidakadilan social yang dilakukan
pemerintah colonial terhadap golongan pribumi. Gerakan ini didorong
oleh semangat perlawanan terhadap tatanan social yang tidak adil,
yang secara langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat
muslim. Di sini agama merupakan symbol dan identitas yang
membedakan kelompok tertindas dan kelompok penindas.Gerakan ini
tidak memiliki misi dan orientasi ideologis, seperti menegakkan ajaran
Islam atau melakukan pemurnian ajaran Islam. Gerakan ini
berorientasi pada realitas social yang adil
Kedua, Gerakan Islam Radikal Fundamentalis. Gerakan jenis
kedua ini lebih mementingkan tertanamnya ideology Islam dalam
struktur social dari pada memperhatian terwujudnya tatanan social
yang adil melalui proses perubahan social. Menurut mereka antara
Islam, agama dan Negara tidak bisa dipisahkan. Cirikhas gerakan tipe
kedua ini antara lain:
a. Bersifat ideologis, relatif tidak memiliki kepekaan terhadap tradisi
local.Orientasinya adalah terlaksanakan syari’at Islam
b. Tidak memberikan ruang pada tradisi dan nilai-nilai local karena
hal ini dianggap bid’ah.
c. Gerakan ini tidak hanya ditujukan kelompok di luar Islam tetapi
juga sesama pemeluk Islam
d. Masih menunjukkan mentalitas perang salib. Dalam konteks
sekarang, hegemoni dunia Barat khususnya AS, terhadap bangsa
lain dianggap sebagai salah satu bentuk penjajahan baru (neo
colonialisme)
e. Memperjuangkan Islam secara Kaffah; syari’at Islam sebagai
hukum Negara, Islam sebagai dasar Negara, sekaligus Islam
sebagi system politik sehingga bukan demokrasi yang menjadi
system politik.
f. Praktik keagamaannya berorientasi pada masa lalu(salafy31)
g. Kecenderungan
untuk
melakukan
perlawanan
terhadap
pemerintah kurang memeperhatikan penyakit social masyakat
(maksiat dan kemungkaran).
31

Khamdani Zada, Op Cit. hal.17

379

Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 32, No.2, Juli – Desember 2012: 367-380

DAFTAR PUSTAKA

Al-zastrow,Geraakan Islam Simbolik, yogayakarta: LKiS, 2006
Azzumardi Azzra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan ,
Jakarta: Rajdawali Press
Deliar Nur. Gerakan Islam Radikal di Indonesia. Oxford University
Press:Jakarta:1980 .cet 1.
Endang turmudi dkk, Islam dan radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI
Press, 2005.
G.H. Jansen, Islam Militan,Penrjemah. Armahedi Mahzar, Bandung:
Pustaka 1980, Khamami zada, Islam Radikal., Jakarta: teraju,
2002.
H.M.Nafis Deradikalisasi Agamamelalui Dakwah Islamiyah yang
Rahmatal li’alamin dalam konteks KeIndonesiaan, Makalh
Seminar Nasional Deradikalisasi Agama tanggal 20 Juni 2011
Hamdani Zada, Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis Keras .Jakarta:
Teraju, 2002.
Harun

Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran
Perbandingan, Jakarta: UI press,1986,.

Sejarah

Analisa

http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&view=arti
cle&id=919:Islam-radikal-antara-pro-dan-kontra&catid=37:nasehat-kyai&Itemid=79
Jamhari, Gerakan salafi Radikal di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada Press, 2004
John L. Esposito, The Islamic Threat Myth or Reality, Oxford: Oxford
Universiry Press
M Imdadun Rahmat, Arus baru Islam Radikal Transmisi Islam Timur
Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2007
M. Rusli Karim, Negara dan Peminggiran Islam Politik, Yogayakarta:
Tiara wacana. 1999
Mark R Woodward, Islam Jawa, Yogyakarta:LKis 1999.
Mujahirin Thohir, Deradikalisasi Keagamaan dalam Perspektif Sosial
budaya, Makalah seminar Nasional tgl 20 Juli 2011 di
Semarang.

380

Spiritualitas Gerakan Radikalisme … (Suprihatiningsih)

R. William Liddle, “Skripturalisme dalam Media Dakwah: Suatu Bentuk
Pemikiran dan aksi politik Islam di Masa Orde Baru” dalam,
Mark R. woodward, Jalan Baru Islam Memetakan Paradigma
Mutahkir Islam Indonesia, Cet.I, Bandung: Mizan, 1999.
Zainuddin fananie dkk, Radikalisme Keaagamaan dan perubahan
Sosial,Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press, 2002
Zuli

Qodir,
Sosiologi
Agama
Esai-Esai
Agama
Publik,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

di

Ruang

381