Respons Mahasiswa Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar'iyyah UIN Jakarta terhadap Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi Front Pembela Islam (FPI)

(1)

RESPONS MAHASISWA PROGRAM STUDI JINAYAH

SIYASAH KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH U I N

JAKARTA TERHADAP GERAKAN ANTI PORNOGRAFI

DAN PORNOAKSI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh : Ahmad Nazir NIM: 103045228172

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dr. Isnawati Rais, MA Sri Hidayati, M.Ag NIP. 150 222 235 NIP. 150 282 403

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

U I N SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. Atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun tanpa adanya dorongan dari semua pihak, baik bantuan moril maupun spirituil. Maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda-Ibunda H. Mohammad Sani, BA sebagai tumpuan kasih penulis, atas segala kasih sayang, pengorbanan, do’a, bimbingan dan juga tak henti-hentinya menyemangati penulis untuk terus maju;

2. Bapak Prof . DR. H.Mohammad Amin Suma, SH,MA,MM selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum;

3. Ibu Dr.Isnawati Rais, M.Ag selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan juga masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan skripsi ini;

4. Ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini;


(3)

5. Bapak Drs.H.Tabrani Syabirin, M.Ag dan Bapak Iding Rasyidin, S.Ag,M.Si selaku penguji yang telah memberikan pengarahan dalam mengurangi kesalahan dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Seluruh Kakak penulis, Bang Pupu & Mba’ Hida, Bang Acip & Ka’ Ade, Bang Hanif & Ka’ Wiwi, Mpo’ Dia juga Alm. M.Fauzan……..”Semoga Allah menerima amal kebaikannya dan dijadikan di alam kuburnya taman-taman syurga Allah SWT. “ Amin…. Juga Fitra dan Ulfi yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang serta dorongan untuk penulis selama ini;

7. Azizah, yang telah memberikan perhatian, kasih sayang dan kesabaran menemani penulis dalam kejenuhan serta suka dan duka;

8. keponakan-keponakan penulis yang selalu memberikan keceriaan untuk penulis…..Ryanda di Yogyakarta, Nazilla dan Taju…

9. Guru-guru penulis Buya Kamal, Buya Syaefuddin Amsir, KH. Yusuf Amman atas segala bantuan, do’a dan juga dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini; 10.Saudara-saudara penulis di Johar Baru, Remaja Karang Taruna RW 03,

Pengurus RW 03, Kolonel H. Darsim, Bapak Toto, Bapak Agus, Bapak Yakub, Remaja As-Salam Plus, Shati dan Bang Herman (FPI) yang telah membantu mempertemukan penulis dengan pengurus FPI….Terima kasih atas segala kebaikan, canda dan tawa untuk penulis….I will always remember the time that we share together; .


(4)

12.Seluruh mahasiswa/mahasiswi Siyasah Syar’iyyah dan Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan, Pimpinan Al-Habib Rizieq bin Syihab dan Al-Ustadz Muhammad Shabri Lubis yang telah memberikan begitu banyak data dan informasi yang sangat mendukung dalam penulisan ini;

13.Teman-teman baik penulis di Siyasah Syar’iyyah 2003….Syaefuddin bin Yahya, Kosim Al Batawie, Iwa’ Al Ciledugi, B’Dur (Pati), Babeh, Boncu, Ana P…….dan semuanya……

14.Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan demi terwujudnya skripsi ini;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta,……Maret 2008


(5)

MOTTO

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta di tambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya (di tuliskan) kalimat ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. Luqman : 27)

“Engkau menjadi orang yang berakal adalah sesuatu yang indah. Namun orang yang benar-benar berakal adalah orang yang disetir oleh akalnya menuju pada hakikat yang hidup dan sehat tanpa adanya hakikat yang sia-sia, gila dan tak berarti.”

“Semoga taufik dan hidayah menyertai manusia yang selalu sadar akan dirinya sebagai hamba ALLAH.”

“Maha suci ALLAH, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.”


(6)

PERSEMBAHAN

Maha suci ALLAH

Yang telah mengilhami kami dengan ilmu

Yang menjadi alat untuk mengetahui sesuatu (semua suruhan-Mu dan semua larangan-Mu)

Yang telah mengeluarkan kami dari kegelapan dan keraguan Maka jagalah ilmu kami yang telah Engkau ajarkan kepada kami, maka perkenankanlah kiranya Engkau mengembalikan kepada kami ketika kami

membutuhkannya

Dan janganlah Engkau melupakannya Ya Illahi Pemilik Semesta Alam.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 10 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 11

D. Tinjauan Pustaka 12

E. Metode Penelitian 16

F. Sistematika Penulisan 23 BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PORNOGRAFI DAN

PORNOAKSI, PENYEBAB MARAKNYA PORNOGRAFI, DASAR HUKUM PELARANGAN DAN PENANGGULANGANNYA

A. Definisi dan Sejarah Pornografi 25 B. Penyebab Maraknya Pornografi dan Pornoaksi

di Media Massa 36

C. Dasar Hukum Larangan Tindakan Pornografi dan Pornoaksi

serta Hukum Memeranginya 42

1. Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut


(8)

2. Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut

Hukum Positif 56

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAHASISWA SIYASAH SYAR’IYYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

A. Profil Mahasiswa Siyasah Syar’iyyah 60 B. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

Front Pembela Islam (FPI) 65

C. Visi dan Misi Front Pembela Islam (FPI) 67

D. Struktur Organisasi 68

E. Doktrin dan Strategi Penegakan Syariat Islam 71 BAB IV RESPONS MAHASISWA PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP TINDAKAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM PENEGAKAN SYARIAT

A. Pengertian Respons 77

B. Profil Responden (dalam bentuk tabel) 79 C. Respon Kognitif (Pengetahuan) Mahasiswa

Siyasah Syar’iyyah 84


(9)

E. Respon Konatif (tindakan) Mahasiswa Siyasah Syar’iyyah 100

F. Analisa Data 102

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 107

B. Saran-saran 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

• Instrumen Pengumpulan Data (angket)

• Surat Permohonan Data /Wawancara dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta untuk Front Pembela Islam (FPI) • Surat Permohonan Dta /Wawancara yang dibuat oleh Penulis • Curiculum Vitae Interviewed (yang diwawancarai)

• Surat Keterangan telah mengadakan Wawancara ke Pengurus DPP Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecanggihan dunia modern dengan teknologi informasinya, ternyata tidak diikuti dengan kemajuan dibidang akhlak. Dunia semakin maju tapi disisi lain manusia makin terbelakang. Manusia berhasil mencapai cita-citanya di dunia tapi ia gagal memikirkan nasib dirinya di akhirat kelak. Ironisnya, kemunduran akhlak ini juga melanda para generasi Islam yang merupakan tulang punggung perjuangan Islam di kemudian hari.

Dengan kecanggihan teknologi dan derasnya arus informasi memungkinkan dampak globalisasi terhadap individu sampai dengan negara dapat terwujud. Kultur kehidupan remaja dimasa sekarang juga telah diliputi suasana keterbukaan informasi mengenai seksualitas. Informasi mengenai hal yang tabu yaitu seksualitas tidak hanya disajikan didalam kecanggihan teknologi saja tetapi sudah menjalar dan masuk ke ruang lingkup media massa, baik itu media cetak maupun elektronik.

Media massa telah menjadi bagian hidup dari manusia. Dengan media massa terjadi interaksi tak langsung antar manusia. Lewat media massa pula manusia memperoleh hampir segala informasi kejadian yang ada di planet Bumi.1 Namun itu semua mempunyai dampak yang sangat besar apabila tidak adanya suatu penyaringan


(11)

(filterisasi) setiap apa-apa yang akan dan ingin disajikan ke khalayak ramai (masyarakat). Banyak sekali media cetak yang ingin laku di pasaran menggunakan berbagai macam cara diantara memuat foto-foto wanita “telanjang” di cover atau sampul depan majalah tersebut.

Akibat gencarnya ekspos seks di media massa, menyebabkan remaja modern kian permissif (bersifat terbuka) terhadap seks. Jika pada masa silam, buku-buku klasik tentang pelajaran seks yang bertajuk Kama Sutra hanya dibaca oleh orang tua dan selalu disembunyikan maka sekarang orientasinya telah berubah. Buku tersebut telah menjadi barang laris di toko buku dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan termasuk remaja. Bukan menjadi suatu keanehan pula apabila putra-putri kita di masa sekarang lebih mengenal berbagai buku yang menonjolkan pornografi dan blue film daripada orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa di era sekarang pandangan remaja terhadap seks telah mengalami pergeseran bahkan sangat jauh sekali.2

Demikianlah pornografi dan pornoaksi telah secara nyata menimbulkan dampak yang sangat signifikan dalam merosotnya nilai-nilai moral dalam masyarakat seperti yang telah diungkapkan oleh Yoyoh Yusroh (Wakil Pansus RUU APP Komisi VII DPR) bahwa : “Pornografi dan pornoaksi dapat membuat pekerja kehilangan etos kerja, dan pelajar merosot prestasinya dan kondisi itu harus diperbaiki”.3

Perdebatan mengenai erotika dan pornografi muncul ke permukaan, tidak hanya untuk menentukan makna sebenarnya dari kata porno itu sendiri. Perdebatan

2 Abu Al-Ghifari, Pernikahan Dini, Dilema Generasi Ekstravaganza, (Bandung: Mujahid Press, 2002), Cet ke-2, h.38-39


(12)

kemudian berputar-putar pada sudut pandang objek dan subjek yang selalu tidak bersimpul.4 Itu disebabkan karena penafsiran yang berbeda-beda menurut visi dan persepsi orang-perorang, dan mengikuti perkembangan nilai-nilai dalam masyarakat dari zaman ke zaman.

Ambil kasus pengadilan atas diri N. Riantiarno (Pimpinan Redaksi Majalah MATRA) oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2000. Hakim memutuskan bahwa Nano, demikian biasa dipanggil, dianggap “bersalah” karena memuat gambar pada sampul depan yang “merangsang” dan menyinggung rasa kesusilaan masyarakat. Sedang bagi MATRA, gambar-gambar tersebut adalah sebuah kreasi seni dan teknologi yang tinggi – yang tak layak dihukum. Sebagai kreasi seni ia sama nilainya dengan lukisan-lukisan perempuan telanjang karya Basuki Abdullah.5

Kalaulah sebuah foto artis “telanjang” itu dianggap seni, sementara itu akan membuat mental dan prestasi generasi bangsa terus kian merosot dan bobrok apakah itu sesuatu yang dibenarkan dan tetap harus beredar di tengah-tengah masyarakat kita yang berbudaya ala ke Timur-timuran bukan budaya barat. Ironisnya wanita porno ini masih jadi perdebatan. Munculnya perdebatan ini karena standar nilai yang diusung masing-masing pihak berbeda. Ironisnya lagi, banyak dari kalangan pakar yang

4 Burhan Bungin, Pornomedia, Konstruksi Sosial Tekologi Telematika & Perayaan Seks di

Media Massa, (Bogor: Kencana, 2001), Cet ke-1, h. 82-83


(13)

notabene beragama Islam, namun mengusung hukum-hukum di luar Islam dengan alasan yang tak masuk akal.6

Belum lama ini Majalah Playboy (Pimpinan Redaksi Erwin Arnada) melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Majalah MATRA pada 7 (tujuh) tahun silam. Namun belum juga mendapat putusan yang memuaskan dari pengadilan yang menangani kasus tersebut.

Apa yang akan terjadi bila permasalahan ini tidak segera dituntaskan dan memberi ketegasan serta pengertian yang jelas tentang arti pornografi dan pornoaksi, sementara norma-norma Islam kian memudar sebagai imbas gencarnya arus informasi Barat yang masuk, sementara itu pendidikan agama di sekolah-sekolah umum terus dikurangi. Akibatnya, generasi muda kini semakin rentan terhadap berbagai penyimpangan seks.7

Sementara dilaksanakan rapat-rapat yang diadakan pada tahun 2005 oleh DPR membahas tentang Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi sampai dengan 2006 adanya revisi terhadap RUU APP, karena adanya penolakan dan berbenturan dengan UU Pers No. 40 tahun 1999, sampai dengan pertengahan tahun 2006 anggota Dewan Perwakilan Rakyat sepertinya kurang responsif soal pornografi, anggota DPR membantah anggapan seperti itu. Dan sampai sekarang agenda untuk membuat UU APP tidak terwujud. Dan seakan-akan pemerintah tidak serius untuk menanggulangi maraknya pornografi dan pornoaksi di negeri ini.

6 Abu Al-Ghifari, Wanita Bukan Makhluk Penggoda, (Bandung: Mujahid Press, 2003), Cet ke-2, h. 41


(14)

Hal di atas merupakan salah satu fenomena yang berkembang di masyarakat kita, pada saat ini dan harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan lembaga-lembaga terkait diantaranya yaitu lembaga-lembaga yang sangat menonjol dan begitu antusias menumpas habis bahkan memerangi pornografi dan pornoaksi yaitu Front Pembela Islam atau disingkat “FPI” yang dipimpin oleh Al-Habib Rizieq bin Husein Shihab dan sesuai dengan misinya yaitu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara kaffah di segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat shaleh yang hidup dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ‘Azza wa Jalla. Insya Allah.8 Perintah untuk beramar ma’ruf nahi munkar misalnya, dilaksanakan secara berbeda antara kelompok-kelompok Islam di Indonesia, ada yang melalui jalan yang secara lembut (persuasif / damai) dan ada pula dengan jalan kekerasan atau ketegasan.9 Demikian halnya kemunculan gerakan yang dipelopori oleh sejumlah ulama dan habaib yang bernama FPI, yang diketuai oleh habib Muhammad Rizieq Syihab Lc, yang secara resmi berdiri pada tahun 1998.10 FPI secara proaktif mengoreksi penafsiran keagamaan Islam khususnya yang menyangkut perintah amar ma’ruf nahi munkar (menyeru orang untuk berbuat baik dan mencegah kemunkaran), oleh pendahulunya dalam hal ini NU dan Muhammadiyah. Salah satu bentuk kelemahan gerakan-gerakan tersebut terletak pada kurang adanya konkritisasi gagasan amar ma’ruf nahi munkar dari mimbar ke

8 TAP/04/MNS-1/FPI/SYA/1424 H

9 Alip Purnomo, FPI Disalahfahami, (Jakarta: Mediatama Indonesia, 2003), h. 1

10Al- Habib Rizieq Syihab, Dialog FPI’ Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu


(15)

lapangan. Karena sebagaimana kita ketahui bahwasanya tugas amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya tanggungjawab setiap muslim yang peduli dengan semakin merajalelanya kemaksiatan (kemunkaran) dalam kehidupan masyarakat.

Gerakan FPI mempunyai visi dan akar sejarah yang jelas. FPI meyakini bahwa ajaran agama Islam sebagai benteng moral serta satu-satunya, sehingga berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan umat Islam pada khususnya, dalam pandangan FPI dapat diselesaikan dengan cara kembali kepada ajaran al Qur’an dan as Sunnah. Semua ini tampak dari semangat kelompok FPI dalam mengusung tema-tema penegakkan Syariat Islam di Indonesia.

Sudah bukan rahasia lagi di negara ini kemunkaran semakin marak saja, minuman keras, narkotika, perjudian dan pelacuran semakin menjamur terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, pornografi dan pornoaksi semakin bebas.

Aparat hukum seakan tidak mampu memberantas semua itu secara tuntas, bahkan seolah membiarkan saja, karena itulah FPI mencoba untuk terjun langsung dalam memerangi dalam segala bentuk kemunkaran, yang mereka sebut sebagai Gerakan Anti Maksiat. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah turunnya azab dari Allah SWT.


(16)

Sabda Nabi Muhammad SAW:

م

ا

ص

ر

و

ن

أ

ن

و

ا

و

أ

ﱠ إ

ا

ﷲا

با

أ

ن

ت

.

)

أ

اور

دواد

(

11

Artinya: “Tidak ada suatu kaum yang pada mereka ada seorang, yang mengerjakan kemaksiatan dan mereka mampu untuk mengubahnya, namun mereka tidak melakukannya, melainkan Allah meratakan azab kepada mereka sebelum mereka mati.” (HR Abu Daud)

Umat Islam tidak boleh berdiam diri ketika melihat kemaksiatan yang meraja lela melainkan harus bertindak. Jika tidak, maka Allah akan menurunkan azab-Nya. Padahal azab Allah tentunya akan merata menimpa semua warga masyarakat, baik itu si pelaku maksiat ataupun orang-orang yang baik di antara masyarakat. Hal ini disebabkan orang-orang yang baik atau sholeh diam, tidak melarang dan mengabaikan syiar amar ma’ruf nahi munkar. Sesungguhnya adanya orang-orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar menjadi penyelamat dari azab secara umum. Allah SWT berfirman:

و

اﻮ ﱠا

ﺬﱠا

اﻮ

ﺔﱠ ﺂ

و

اﻮ ا

ﱠنأ

ﷲا

ﺪ ﺪﺷ

بﺎ ا

) .

لﺎ ﻷا

:

25

(

Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Q.S Al Anfal 25)

11 Al-Faqih Abu Laits As- Samarkandi, Tanbihul Ghafilin (Jilid 1), (Jakarta : Pustaka Amani,

1999),h. 152. Lihat juga : Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy al-Sijistani, Sunan Abu Daud (juz 4), (Mesir


(17)

Kemaksiatan (kemunkaran) adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT. Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar setiap muslim terlibat aktif dalam memberantas kemunkaran. Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, menyatakan bahwa wajib hukumnya mengingkari ataupun membenci kemunkaran. Namun hal itu hanya dilakukan sesuai dengan kemampuannya, adapun mengingkari dalam hati adalah suatu keharusan dan apabila tak diingkari dengan hati maka hal itu merupakan dalil (bukti) atas hilangnya iman di hati seseorang.

Sebagaimana sabda Nabi SAW:

ر

ىأ

ا

،

ن

إ

و

ن

،

و

ذا

أ

ف

ا

نﺎ

.

)

اور

(

12 Artinya: “Barangsiapa yang melihat kemunkaran, hendaklah ia mengubahnya

dengan tangannya, apabila tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu (dengan lisan), maka dengan hatinya, yakni diam saja, dan itulah iman yang paling lemah” (H.R. Muslim)

Berangkat dari adanya pro dan kontra terhadap aktifitasnya yang oleh sebagian masyarakat dianggap meresahkan karena terkesan anarkis dan radikal namun oleh sebagian yang lain justru menggembirakan karena dianggap memerangi kemaksiatan.

Dengan bertolak pada visinya yaitu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, Front Pembela Islam mengutamakan metode tegas dengan langkah menggunakan

12 Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih : Sinar Ajaran Muhammad [Qobasun Min

Nuri Muhammad],diterjemahkan oleh A.Aziz Salim Basyarahil, cet 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), hal 117


(18)

kekuatan atau kekuasaan bila mampu, jika langkah tadi tidak mampu, menggunakan lisan/pena, bila langkah tidak mampu maka menggunakan hati yang tertuang dalam ketegasan sikap.

Oleh karena itu, agama Islam yang diturunkan untuk menjaga moralitas masyarakat, dalam kitab suci al Qur’an telah menggariskan kepada umat manusia agar tidak terjerumus ke dalam pornoisme, budak seks, atau menggemari pornografi.

Cara yang ditempuh al Qur’an untuk menjelaskan moralitas masyarakat terhadap dampak pornografi dan eksploitasi seksual sangat simpatik, ada yang dikemukakan sebagai langkah preventif yakni dengan memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan menutup aurat.

Bagaimanapun pornografi dan pornoaksi adalah permasalahan yang sangat rumit karena ia berkaitan dengan semua aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat. Persoalannya adalah bahwa pornografi secara terus menerus mengintensifkan kepentingan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Selain itu pornografi juga menjadi penyebab merosotnya moral masyarakat dan generasi muda termasuk kita yang masih mengenyam bangku pendidikan.

Bertolak pada itu semua maka dianggap perlu untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan reaksi mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan Islami memandang fenomena yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini, yaitu pergulatan yang seru antara Front Pembela Islam (FPI) dengan Pimpinan redaksi majalah Playboy mengenai pornografi dan pornoaksi. Untuk itu skripsi ini mengangkat judul:


(19)

“RESPONS MAHASISWA PROGRAM STUDI SIYASAH SYAR’IYYAH UIN JAKARTA TERHADAP GERAKAN ANTI PORNOGRAFI DAN ANTI PORNOAKSI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat judul di atas tentang respons mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi FPI, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah respon. Respon adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan.13

Dari uraian dan pengertian respon, penulis ingin mengetahui respon mahasiswa khususnya Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi FPI dalam penegakkan syariat.

Agar penulisan ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, lebih terarah dan efisien serta menghindari dari kesalahan data dalam penelitian, maka diperlukan perumusan-perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Apakah mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta memiliki pengetahuan (respon kognitif) tentang Pornografi dan Pornoaksi dan mengetahui tentang organisasi masyarakat Islam yaitu Front Pembela Islam (FPI)?

13 Astrid. S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1980), Cet ke- 1, h. 125


(20)

b. Bagaimana sikap (respon afektif) mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap gerakan yang bertujuan menegakkan syariat yaitu memerangi dan mencegah maraknya Pornografi dan Pornoaksi dalam media massa?

c. Apakah ada dampak atau kecenderungan bertindak (respon konatif) mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap aksi FPI yang melakukan aksi pengrusakan di Gedung Asean Aceh Fertilezer (AAF), tempat pengelola penerbit majalah Playboy dan bebasnya Pimpinan Redaksi Majalah Playboy Erwin Arnada dari jeratan hukum?

C. Tujun dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan mahasiswa Program Studi

Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta tentang Pornografi dan Pornoaksi dan organisasi masyarakat Islam yaitu Front Pembela Islam (FPI) yang bertujuan memperjuangkan dan menegakkan syariat.

b. Untuk mengetahui sikap mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap aksi atau Gerakan Front Pembela Islam (FPI)

c. Untuk mengetahui dampak atau kecenderungan bertindak mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap aksi atau gerakan FPI.


(21)

a. Bagi penulis, untuk mengetahui respon mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta terhadap gerakan Front Pembela Islam (FPI) dalam penegakkan syariat Islam.

b. Bagi FPI, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan masukan dalam mengembangkan FPI sebagai Ormas Islam yang tetap istiqomah menegakkan syariat Islam sesuai dengan visi dan misi serta Ketetapan Munas I FPI tentang Asasi Perjuangan FPI.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menunjang penulisan skripsi ini, dan sebagai bahan untuk mendukung penulisan skripsi ini maka beberapa literatur diantaranya adalah bersumber dari tesis dan buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. “Konsep Dakwah dalam Memerangi Pornografi” (Secara Konseptual dan Faktual) Tesis, Hj. Lilih Rahmawati.14

Memberikan pandangan yang jelas mengenai pornografi dalam perspektif Islam yang merujuk pada seks yang ada dalam al Qur’an dan Hadits. Menciptakan opini dalam masyarakat bahwa pornografi itu sebuah kemunkaran dan harus diperangi secara bersama-sama. Adalah membuat payung hukum yaitu RUU anti pornografi bagi seluruh perundang-undangan yang mengatur tentang pornografi agar mudah teratasi. Konsep dakwah dalam

14

Lilih Rahmawati, “Konsep Dakwah dalam Memerangi Pornografi, (Secara Konseptual dan

Faktual),” (Tesis S2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.


(22)

memberantas pornografi secara faktual meliputi: melakukan kampanye pernikahan usia dini guna melindungi generasi muda dan prilaku seks bebas yang merupakan akses dari pornografi. Memberikan pendidikan seks secara benar berdasarkan norma-norma agama, budaya dan kesehatan, menyadarkan lewat membangkitkan kontrol terhadap ruang edar pornografi terutama media massa baik elektronik maupun cetak, adanya sebuah harmonisasi tindakan antara Ulama (da’i) dan pemerintah dalam memerangi pornografi secara utuh sehingga terjadi kesamaan tindakan.

2. “Gerakan Dakwah Organisasi Islam di Indonesia” (studi atas FPI periode 1998-2003) Tesis, Eneng Purwanti.15

Melihat FPI dari latar belakang berdirinya, adanya penderitaan panjang umat Islam Indonesia karena lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibatnya banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa, adanya kemunkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor kehidupan, adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta umat Islam. Cara-cara diplomatis sebelum melakukan aksinya, kepada pihak-pihak terkait sesuai dengan juklak yang diterapkan.

3. “Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar” karya Al-Habib Rizieq bin Husein Shihab.16

15 Eneng Purwanti, “Gerakan Dakwah Organisasi Islam di Indonesia” (studi atas FPI periode


(23)

Berisi tentang pergerakan-pergerakan Front Pembela Islam dalam menegakkan Syariat Islam, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang berlandaskan al Qur’an dan Hadits. Salah satu tujuan Front Pembela Islam yang disingkat FPI adalah suatu organisasi yang memperjuangkan Islam. Penegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah tujuan pokok yang ditanamkan dalam organisasi ini.

4. “Front Pembela Islam (FPI) disalah pahami” karya Alip Purnomo.17

Berisi tentang cara-cara FPI yang dianggap dalam pemberantasan maksiat banyak masyarakat cara-cara yang ditempu FPI tidak bernilai atas asas-asas keislaman. Menghancurkan tempat-tempat maksiat, menangkap bandar judi, menutup tempat-tempat prostitusi, diskotik dan lain-lainnya. Di dalam buku ini dibentangkan bahwa FPI dalam melaksanakan aksinya memang terlihat keras, namun cara kekerasan diperbolehkan dalam kondisi tertentu. Kekerasan adalah cerminan dari 2 (dua) sikap yaitu, yang pertama: cerminan dari kekerasan sikap dan kebengisan hati dan kedua cerminan dari ketegaran sikap dan ketegaran prinsip. Untuk yang pertama jelas dilarang karena bertolak belakang dengan prinsip kelembutan yang diajarkan Islam. Sedangkan untuk yang kedua, sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip kelembutan karena ia merupakan tindak lanjut dari proses amar ma’ruf nahi

16 Al- Habib Rizieq bin Syihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta: Pustaka Ibnu

Sidah, 2004).


(24)

munkar kelembutan yang tidak terselesaikan. Jadi menurut organisasi ini yang dipimpin oleh Al-Habib Rizieq bin Husein Shihab keras dan lembut adalah masalah teknis dalam melakukan dakwah fi sabilillah.

5. “Habib dan Playboy” karya Al-Habib Rizieq bin Husein Shihab.18

Berisi tentang perlawanan dan peperangan menumpas habis pornografi dan pornoaksi di Indonesia. Segala tindakan yang berbau pornografi dan pornoaksi harus dituntaskan.

Dan buku ini berisi perlawanan Al-Habib Rizieq bin Husein Shihab dengan Pimpinan Redaksi Majalah Playboy Erwin Arnada dalam memerangi pornografi dan pornoaksi.

Dari beberapa kajian para pakar hukum dan para ulama yang telah dipaparkan di atas, belum ada satu karya ilmiah yang membahas secara tuntas mengenai respon (tanggapan) suatu aksi dari suatu Organisasi Masyarakat Islam yang bertujuan untuk menegakkan Syariat Islam, dan disamping itu objek kajian itu diambil suatu sampel adalah mahasiswa yang sebagian besar mempunyai latar belakang pendidikan ilmu agama yang diterimanya di pondok pesantren atau madrasah. Dimana dasar agama yang diterimanya di bangku pendidikan tingkat atas (SLTA/MA) dan dilanjutkan di perkuliahan, akan menjadikan mahasiswa yang mengerti dan memahami syariat (hukum Islam) disertai dengan perintah ber- amar makruf nahi munkar dan cara penegakkan serta penerapannya. Berkaitan dengan hal diatas maka penulis ingin


(25)

mengetahui, apakah tindakan FPI dalam upaya penegakkan amar makruf nahi munkar sudah sesuai dengan pemahaman mereka yang mereka terima di madrasah dan pondok pesantren dan apakah sesuai dengan yang dikehendaki oleh ajaran syariat Islam. Untuk itu skripsi ini membahas masalah respon (tanggapan) mahasiswa program studi Jinayah Siyasah, dengan konsentrasi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh para peneliti untuk menentukan lokasi, populasi dan sampling, pengumpulan data, analisa data dan pelaporan hasil penelitian.

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari’ah dan Hukum, pada Program Studi Jinayah Siyasah.

2. Sasaran Penelitian

Populasi sasaran penelitian (responden) adalah Mahasiswa-Mahasiswi Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah pada Program Studi Jinayah Siyasah pada angkatan 2003 sampai dengan 2007, pada mahasiswa semester ganjil yaitu dimulai dari semester I, III, V, dan VII yang aktif (mengikuti perkuliahan), serta mengadakan wawancara dengan pengurus Front Pembela Islam (FPI) untuk mendapatkan data yang obyektif, tidak hanya dari satu pihak saja tetapi data juga diambil dari pihak yang lainnya.


(26)

3. Pendekatan Data

Teknik pendekatan data penelitian ini adalah, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (orang, lembaga/organisasi, masyarakat dan lainnya) berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 4. Teknik pengambilan sampel.

Pada dasarnya metode pengumpulan sampel dapat ditempuh dengan purposive atau random sampling..

Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari para responden, melalui kuesioner dan wawancara dengan mahasiswa dan nara sumber yang berkaitan dengan materi skripsi ini.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yang diperoleh dari laporan-laporan atas data-data yang dikeluarkan oleh Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku,


(27)

kitab-kitab, media cetak, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini.

1. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karaktersitik tertentu jelas dan lengkap yang akan diteliti. Atau sekumpulan analisis yang didalamnya terkandung informasi yang akan diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sesuatu teknik atau cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.19

Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis mengambil secara keseluruhan yaitu mahasiswa dari angkatan 2004 sampai dengan angkatan 2007 yang menurut sumber data (berdasarkan absensi mahasiswa semester I, III, V, VII) berjumlah 115 orang. Dan dari hasil data di lapangan yang mengisi angket (kuesioner) sebanyak 101 responden, sisanya adalah mereka yang tidak aktif (jarang hadir), keluar, pindah jurusan atau fakultas, dan ada yang sedang menunaikan ibadah


(28)

haji. Dan penulis juga mengadakan wawancara kepada narasumber agar data menjadi obyektif. Jadi, jumlah keseluruhan untuk kuesioner dan wawancara berjumlah 102 jiwa. Dalam hal ini penulis berpedoman pada buku prosedur penelitian karangan Suharsimi Arikunto, yang memberikan pedoman dalam melakukan penelitian atau seorang peneliti harus memperhatikan 3 hal yaitu :

Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek.

Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.20 Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Dengan berpedoman pada point ketiga maka penulis mengambil sampel secara keseluruhan (tidak acak), karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon atau tanggapan mahasiswa aktif Siyasah Syar’iyyah (responden) dari semester I, III, V, dan VII terhadap gerakan Front Pembela Islam (FPI)

2. Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian dengan dua metode yaitu:

a. Penelitian lapangan (Field Reseach)

Yaitu penulis terjun langsung ke lokasi penelitian mahasiswa UIN Jakarta. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian adalah melalui dua cara, yaitu:

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Edisi Revisi IV, Cet ke-11, h.120


(29)

1) Angket (Kuesioner)

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyan tertulis yng digunkan untuk memperoleh informasi dalam responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui.21

2) Wawancara (Interview)

Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewed), dan jawaban-jawaban yang dicatat atau direkam.22

Wawancara dalam penelitian ini adalah para tokoh organisasi masyarakat Islam khususnya Pengurus Front Pembela Islam dengan cara langsung datang ke sekretariat (base camp) atau kerumahnya dan jawaban-jawaban direkam dengan berpedomn kepada pertanyaan yang sudah dibuat oleh pewawancara.

b. Penelitian Kepustakaan

Yaitu sumber teknik pengumpulan data di mana penulis untuk melakukan penelitian terhadap beberapa literatur yamng ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini. Literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, buletin, dan lain sebagainya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

21Ibid, h. 140 22Ibid, h. 145


(30)

melaksanakan studi kepustakaan ini adalh dengan cara membaca, mengutip/menganalisa dan merangkum hal-hal yang diperlukan.

3. Teknik Pengolahan Data

Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara, angket, dan kepustakaan diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data, yaitu usaha menggolong-golongkan data berdasarkan kategori tertentu.

Setelah data-data yang ada diklasifikasikan, lalu diadakan analisa data dalam hal ini data yang dikumpulkan penulis adalah data kualitatif dan kemudian diolah menjadi data kuantitatif, maka teknik yang akan digunakan adalah metode statistik deskriptif yang akan disajikan dalam bentuk urian dan tabel.

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diselidiki.

Data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensinya, atau informasi yang biasa disebut editing. Kemudian data-data tersebut ditabulasi, yakni disusun kedalam bentuk tabel dengan menggunakan Statistik Prosentase sebagai berikut :

F N

Keterangan :

x 100 % P =


(31)

P = Besar Prosentase

F = Frekuensi (jumlah jawaban responden) N = Jumlah Responden23

Besar prosentase dari rumus diatas akan dijelaskan dengan beberapa kriteria diantaranya :

100 % : Seluruhnya 82 % - 93 % : Hampir seluruhnya 67 % - 81 % : Sebagian besar 51 % - 66 % : Lebih dari setengah 50 % : Setengah 34 % - 49 % : Hampir setengahnya 18 % - 33 % : Sebagian kecil 1 % - 17 % : Sedikit sekali

Adapun dalam penyusunan skripsi ini penulis mengacu kepada teknik penulisan, yakni berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dilakukan dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”. Dengan beberapa pengecualian yaitu:

23 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), Cet ke-8, h. 40


(32)

1. Terjemahan al Qur’an dan Hadits diketik satu spasi dan dicetak miring kurang dari lima baris. Khusus untuk terjemahan al Quran merujuk pada terjemahan terbitan Departemen Agama RI.

2. Pembuatan indensi dan footnote disesuaikan dengan program komputerisasi yang ada.

3. Pembuatan tabel dengan satu spasi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami materi-materi yang terdapat dalam skripsi ini, penulis membuat sistematika penulisan menjadi lima bab, dimana tiap-tiap bab terbagi lagi menjadi beberapa bab. Kemudian tiap-tiap sub-bab mempunyai beberapa sub-sub sub-bab sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis menjelaskan sekaligus menempatkan skripsi ini pada kerangka dasar dengan memaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II : PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI. Dalam bab ini memuat tentang definisi dan sejarah pornografi penyebab maraknya pornografi dan pornoaksi dasar hukum tindakan pornografi dan pornoaksi dan hukum memeranginya. penanggulangan pornografi dan pornoaksi menurut hukum islam


(33)

Bab III : GAMBARAN UMUM. Dalam bab ini memuat tentang profil mahasiswa siyasah syar’iyyah visi dan misi program studi visi dan misi serta tujuan UIN Jakarta orientasi pengembangan, sejarah dan latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI), struktur organisasi, doktrin dan strategi penegakkan syariat Islam

Bab IV : RESPON MAHASISWA UIN JAKARTA TERHADAP ANTI PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI FPI. Dalam bab ini memuat tentang pengertian respon, profil responden, respon kognitif (pengetahuan) mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta , respon afektif (sikap) mahasiswa Program Studi Siyasah Syar’iyyah UIN Jakarta, respon konatif (kecenderungan bertindak) mahasiswa Siyasah Syar’iyyah dan analisa data

Bab V : PENUTUP. Dalam bab kelima ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.


(34)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PORNOGRAFI, PENYEBAB MARAKNYA PORNOGRAFI, DASAR HUKUM DAN PENANGGULANGANNYA

A. Definisi dan Sejarah Pornografi 1. Definisi Pornografi

Dalam merumuskan pengertian pornografi dan pornoaksi, menurut penulis perlu dikemukakan asal kata pornografi terlebih dahulu, setelah itu pengertian secara gamblang. Pengertian Pornografi lebih banyak ditemukan di kamus-kamus atau pendapat para pakar dan Departemen Penerangan yang memberikan definisi pornografi, namun definisi pornoaksi ini masih jarang sekali ditemukan karena baru-baru kali ini sekitar tahun 2000-an, tapi penulis berupaya dengan maksimal mencari definisi pornoaksi.

Secara Etimologi, kata Pornografi terdiri dari dua kata asal yaitu porno dan grafi. Porno berasal dari bahasa Yunani yaitu porne artinya pelacur, sedangkan grafi berasal dari kata graphein artinya menulis, ungkapan (exspression).24Jadi, apabila dua kata itu digabungkan maka akan didapat pornografi adalah penggambaran prilaku kaum pelacur.

24 The Webster Illustrated Dictionary, (London: The English Language Institute of America,


(35)

Dan adapun para ahli kemasyarakatan Indonesia, menanggapi bagaimana merumuskan pornografi dalam ruang lingkup kemasyarakatan Indonesia.Wirjono Projodikoro definisi pornografi dengan memberikan definisi dengan melihat asal kata, yaitu: “Pornografi berasal dari kata pornos, berarti melanggar kesusilaan atau cabul dan grafi yang berarti tulisan, termasuk juga dalam kategori pornografi adalah gambar atau barang pada umumnya uang berisi atau menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang membaca atau melihatnya”25

Untuk mencari pengertian pornografi secara terminologi (istilah) maka akan didapat berbagai perumusan yang berbeda di dalam kamus-kamus. Yang pertama pengertian pornografi secara terminologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyajian tulisan, lukisan, gambar, foto, patung, film, atau rekaman suara yang dapat menimbulkan nafsu syahwat, dan atau melecehkn, rasa kesusilaan masyarakat.26

Dan rumusan singkat yang lebih luas mencakupnya, terdapat dalam Encyklopedia Britanica disebutkan bahwa pornografi adalah “The representation or erotic behaviour, as in a book, picture, or films, intended to cause sexual excitement”.27 Yaitu suatu ungkapan atau tingkah laku yang erotik seperti di dalam buku-buku, gambar, dalam film-film, yang ditujukan untuk menimbulkan kegairahan seksual. Dan perumusan lebih singkat lagi didapat dalam Webster Illustrated

25 Wirjono Projodikoro, Tindak Tanduk Pidana Tertentu di Indonesia, (Jakarta : Erico, 1969), h.108

26Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdiknas: Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 952 27Encyclopedia Britanica, vol. VIII, 1974, hal 127


(36)

Dictionary menyatakan bahwa : “Art with obsence or unchaste treatment or subjects” yaitu seni dengan penyajian yang mesum, atau yang kurang sopan, hal-hal yang mesum (yang berhubungan dengan pelacuran)

Kemudian pengertian pornografi secara terminologi yang terdapat dalam Ensiklopedia Hukum Islam, Pornografi mengandung arti:

a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau usaha untuk membangkitkan nafsu birahi, misalnya dengan pakaian merangsang (tipis, mini, dan sebagainya).

b. Perbuatan atau sikap merangsang atau dengan melakukan perbuatan seksual. Pornografi dapat dilakukan secara langsung. Seperti masturbasi atau hubungan seksual., ataupun melalui media cetak dan elektronika, seperti gambar atau bacaan yang cabul yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi.28

Oxford English Dictionary menyebutkan pornografi adalah “The expression or suggestion of obscene or unchaste subject in literature or act”.29 Maksudnya pernyataan atau saran mengenai hal-hal yang mesum atau kurang sopan di dalam sastra, seni atau tingkah laku.

Departemen Penerangan memberikan definisi tentang pornografi, bahwa pornografi adalah penyajian atau gambar-gambar yang :

28 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6, (Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1996) h. 1412

29 Onions, Ct, Oxford English Dictionary, (Amerika Serikat : Oxford at the Cleredon Press,


(37)

1. Mempermainkan selera rendah masyarakat. Dengan semata-mata menonjolkan masalah seks dan kemaksiatan.

2. Bertentangan dengan:

a. Kaidah-kaidah moral dan tata susila serta kesopanan b. Kode etik jurnalistik30

c. Ajaran-ajaran agama yang merupakan pegangan hidup d. Dan kemanusiaan yang adil dan beradab31

Setelah kita tinjau asal-muasal istilah pornografi itu serta pengertiannya, perlu pula kita perhatikan pendapat para ahli dan tokoh masyarakat kita sendiri tentang bagaimna merumuskan pornografi dalam ruang lingkup masyarakat Indonesia sendiri.

Kita mulai dengan tokoh hukum kita, mantan Ketua Mahkamah Agung, Wirjono Prodjodikoro yang mengatakan :“gambaran nilai amoral dalam kehidupan manusia, yang merupakan suatu permasalahan yang terjadi secara turun menurun dari masa ke masa”.Dan dilanjutkan kembali bahwa dengan maraknya gambar-gambar porno yang dijajakan di toko-toko buku, ada yang berbentuk kartu domino, kalender, film, gantungan kunci, korek api dan sebagainya, hal tersebut pun dapat dikategorikan bagian dari pornografi.

Menurut H. B. Yassin, pornografi adalah “tulisan atau gambar yang dianggap kotor karena dapat menimbulkan perasaan nafsu seks atau perbuatan

30 Kode Etik Jurnalistik, wartawan Indonesia beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berjiwa Pancasila, taat kepada UUD 1945, dan kesatria, jujur, akurat, bebas, dan tanggung jawab serta kritik yang konstruktif


(38)

immoral seperti tulisan-tulisan, yang sifatnya merangsang, gambar-gambar wanita telanjang dan sebagainya”32

Selanjutnya menurut Moestopo, seorang tokoh hukum Indonesia, pornografi adalah “segala karya manusia berupa tulisan-tulisan, gambar-gambar, photo, dan barang-barang cetakan lainnya yang melanggar norma-norma kesusilaan, kesopanan, agama, yang mempunyai daya rangsang seksual dan tidak sesuai dengan kematangan seks seseorang, dan dapat merusak norma-norma kesusilaan masyarakat sebagai akibat-akibat negatif dari pornografi”

Dan dengan berkembangnya fenomena-fenomena tentang pornografi akhir-akhir ini pada tahun 2000, telah memunculkan kata pornoaksi, dimana pengertian dari pornoaksi, sebagaimna telah dituliskan oleh penulis di dalam pendahuluannya bahwa definisi pornoaksi sangat sedikit sekali ditemukan di literatur-literatur. Namun penulis berusaha untuk mencari dengan mengutip dari buku, media cetak dan hasil wawancara mencari definisi dari pornoaksi.

Menurut Neng Jubaedah memberikan definisi pornoaksi yaitu pertunjukkan-pertunjukkan yang memperlihatkan aurat yang diadakan di klub-klub malam yang disebut “tarian telanjang (strip-tease)”. Dan strip-tease yang dilakukan secara langsung, atau tanpa melalui media komunikasi, saat ini dapat disebut pornoaksi. Apabila strip-tease itu ditampilkan di media komunikasi, maka “tarian telanjang” itu dikategorikan sebagai pornografi. Meskipun rumusan kata strip-tease tersebut tidak disertakan tujuan tarian telanjang, adalah untuk membangkitkan nafsu birahi, seperti


(39)

pada rumusan pornografi, namun, akibat dari strip-tease tetap dapat membangkitkan nafsu birahi orang yang menontonnya.33

Pengertian pornoaksi menurut KH. M. Al Khaththah (Koordinator Aksi Tim Pengawal RUU APP MUI Pusat/Sekjen FUI), saat diwawancarai oleh media cetak “Suara Islam” edisi 19, memberikan definisi bahwa pornoaksi adalah tindakan langsung dari seseorang, pria atau wanita yang membuka auratnya seperti membuka paha tinggi-tinggi di depan orang lain atau di depan umum.34

Dan menurut FPI melalui Ketua DPP FPI-Majelis Tanfidzi H. Ahmad Shabri Lubis pada saat diwawancarai memberikan penjelasan tentang pornografi dan pornoaksi yaitu “Pornografi itu ia semacam visual-visual yang tidak berkaitan aksi, dia hanya visual yang menggambarkan tentang sesuatu hal yang merangsang birahi seseorang baik pada pandangan kebanyakan mayoritas orang, kebanyakan mayoritas orang kalau melihat itu maka ia terangsang, secara biologis terangsang itu pornografi.” Dan definisi “Pornoaksi adalah perbuatan yang sudah menjurus pada aksi tersebut. Sudah melakukan gerakan- gerakan bukan lagi sebatas visual tapi sudah melakukan tindakan, baik secara langsung maupun tidak langsung.” 35

33 Neng Jubaedah, Pornografi dan Pornoaksi di Tinjau dari Hukum Islam, (Bogor: Kencana,

2003), h.139

34 Definisi Pornoaksi menurut KH. M. Al Khaththah (Koordinator Aksi Tim Pengawal RUU

APP MUI Pusat/ Sekjen FUI), wawancara media cetak “Suara Islam”, Edisi 19, Minggu III-IV April 2007 hal 10

35 Wawancara Pribadi dengan H. Ahmad Shabri Lubis, Ketua DPP FPI – Ketua Bidang Internal


(40)

Dari berbagai definisi diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pornografi adalah suatu pengungkapan apakah berupa bacaan, tulisan, gambar, photo, film, syair, nyanyian, ukiran, atau pertunjukkan bahkan dalam bentuk ucapan-ucapan dan sejenisnya yang bersifat cabul atau mesum dan ditambahkan bahwa pornografi adalah ungkapan dalam bentuk cerita-cerita tentang pelacur atau prostitusi dan tentang kehidupan erotik36 dengan tujuan untuk menimbulkan rangsangan seks kepada pembaca atau yang melihatnya. Sedangkan pornoaksi adalah suatu pertunjukkan, menjurus pada aksi (perbuatan) atau kegiatan, atau gerakan-gerakan yang mempertontonkan, membuka aurat yang dapat membangkitkan nafsu birahi orang yang menontonnya (melihatnya), seperti dicontohkan di dalam paragraf sebelumnya yaitu “tarian telanjang (strip-tease).

2. Sejarah Pornografi

Masalah pornografi adalah masalah lama sejak berabad-abad yang lalu, walaupun tulisan atau aksara belum dikenal secara luas seperti pada masa kini. Namun melalui pahatan-pahatan, relief-relief dan patung pornografi itu telah muncul dalam peradaban manusia.

Sejarah Pornografi dimulai di Yunani dan Romawi. Namun, perkembangannya mencapai puncak di Inggris dan Prancis pada Abad Pertengahan.

36 Kehidupan Erotik, adalah kehidupan yang paling indah, irama erotik terjadi karena ada dua kelamin laki-laki dan perempuan, keduanya hidup bermasing-masing tetapi keduanya ditakdirkan untuk saling memenuhi karena itu masing-masing hidup dalam bentuk atas kekuatan dan kelemahan pihak lain, yang satu mempunyai relief yang amat tepat menampung pihak lain. Hal ini berlaku untuk semua makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, binatang juga manusia. Sumarkoco Sudiro, Masalah-masalah pokok Kedewasaan Dalam Masyarakat Modern, (Jakarta : Pustaka Kartini, 1990), h.166


(41)

Dikedua negeri itulah pornografi berkembang dengan suburnya. Pada zaman Romawi, telah berkembang kegemaran membaca tulisan-tulisan dan koleksi-koleksi lukisan yang bersifat pornografi, terutama oleh para kaisar dan kalangan atas, semuanya dimaksudkan sebagai kesenangan perangsang gairah seksual.37

Terkadang patung-patung dan relief-relief dikategorikan sebagai karya seni yang tidak menyinggung rasa kesusilaan masyarakat. Sampai kini masih dapat disaksikan patung-patung dan relief-relief di reruntuhan kuno. Di Roma yang sering dilukiskan laki-laki dan perempuan telanjang bulat lengkap dengan alat vitalnya, karya-karya tersebut digolongkan sebagai karya seni.

Masyarakat Romawi kuno punya cara sendiri untuk menunjukkan kegemarannya kepada pornografi. Di dinding kuil Pompeii terdapat gambar-gambar yang memperagakan cara-cara bersenggama. Berasal dari abad ke-1 Masehi, lukisan-lukisan itu menjadi bukti sejarah tentang pornografi dalam kebudayaan Romawi Kuno.

Yang terkenal pada masa itu adalah karya sastrawan Ovidius, Ars Amatoria (Seni Bercinta). Karya tiga jilid ini menggambarkan dengan rinci cara-cara merayu, menggoda, dan merangsang nafsu birahi. Menurut para pakar, tujuan pengarangnya tak sekedar ingin berpornografi ria. Ovidius ingin membeberkan kebobrokan moral pada zaman itu, yang terutama dilakukan kalangan elite.

Di Eropa, di luar Romawi dan Yunani, pornografi menyebar pada Abad Pertengahan. Cuma seleranya rendah. Berupa teka-teki, lelucon, dan syair pendek


(42)

penuh sindiran. Yang terkenal adalah cerita Decameron karya Giovanni Boccacio, yang memuat seratusan kisah jorok. Pada 1950-an pernah beredar film Decameron Night, yang menggambarkan pesta pora seks di kalangan orang-orang terpandang.

Perkembangan pornografi juga menyebar di negara kita negara Indonesia. Di Indonesia, pornografi juga dikenal luas – meski lebih banyak bergerak di bawah tanah. Candi Sukuh di lereng Barat Gunung Lawu, kira-kira 30 kilometer dari Solo, Jawa Tengah, yang letaknya sangat terpencil sulit dicapai orang, lebih-lebih dahulu kala ketika candi itu dibangun hanya orang-orang tertentu saja yang mengunjunginya. Di candi tersebut terdapat relief-relief yang menggambarkan adegan porno yang menjadi bukti pertama kehadiran karya pornografi di Indonesia. Candi agama Syiwa ini berdiri sekitar 1437-1438 Masehi. 38.

Di lantai pintu gerbang pertama candi tersebut terdapat relief yang cukup besar. Di sana tergambar sebuah lingga (alat kelamin lelaki) yang berhadapan dengan yoni (alat kelamin perempuan). Di bagian lain terdapat patung besar seorang lelaki yang berdiri sambil memegangi alat kelaminnya yang lagi ereksi.

Masih di kawasan Solo, di Kecamatan Ngampel, Boyolali, terdapat relief-relief lelaki dan perempuan dalam beberapa posisi bersenggama. Relief di Ngampel, yang diperkirakan sezaman dengan Candi Sukuh, mirip dengan relief-relief di beberapa candi di Khajuraho, India.

38 Ken Ati Widiani, Pornografi Ancaman Setiap Orang, Warna Sari, No. 76, Mei 1985, tahun


(43)

Selain ditemukan relief-relief kuno dan candi-candi juga ditemukan buku-buku sastra Jawa lama, sedikitnya ada dua buku-buku yang bisa disebut pornografis. Buku yang pertama, Candraning Wanita, yang mengungkapkan lika-liku perempuan dan teknik bersenggama. Buku yang disusun oleh seorang pujangga Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII ini ditulis dengan tangan (hanya satu eksemplar) dalam aksara Jawa. Terdapat gambar-gambar menarik di dalamnya. Dan buku yang kedua, Pranacitra (Rara Mendut), memuat kisah percintaan yang terkenal di kalangan orang Jawa. Konon mirip kisah Romeo and Juliet karangan Shakespeare. Pranacitra diterbitkan pada 1932 oleh Balai Pustaka, badan penerbit yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Di kalangan raja-raja Bugis pun dahulu disenangi cerita-cerita yang sifatnya cabul. Pada larut malam, biasanya seorang wanita yang duduk di dekat peraduan raja, membacakan dongeng yang sifatnya cabul.

Dikenal pula cerita-cerita yang biasanya dibaca pada malam hari dari buku-buku tulisan tangan yang beraksara Bugis yang berisi episode “Kepahlawanan Pahlawan Pejuang”, Bugis melawan Belanda seperti dalam Perang Bone 1905, dicampur cerita-cerita roman yang kadang-kadang bersifat cabul.39

Dan masyarakat Hindu juga tampaknya tak terpisahkan dari buku Kama Sutra, yang juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terbitan setelah zaman reformasi malah lebih menonjolkan pornografinya ketimbang segi-segi ilmiah


(44)

seni percintaan. Buku tuntunan bercinta dan hubungan seks ini disusun oleh Mallanaga Vatsyayana. Kama Sutra diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi.

Dan perkembangan zaman pada masa kini, dengan penyebaran pornografi yang merajalela setelah penemuan mesin cetak dan usaha penerbitan. Apalagi setelah fotografi dan film, serta video compact disc (VCD), ditemukan. Dan meluasnya jaringan internet makin merajalelakan pornografi ke lingkungan rumah tangga dan meracuni anak-anak. Semua kemajuan teknologi itu mendukung merebaknya industri pornografi40

Telah bermunculan film-film porno pada pertengahan tahun 1998 yang menggemparkan masyarakat kita yang dibuat oleh sepasang mahasiwa-mahasiswi, yang masih menempuh studi disalah satu Universitas di Bandung. Mereka berdua membuat film yang berisi adegan mesum, dimana pemainnya mereka sendiri dan hasil adegan mesumnya (film) tersebar luas di handphone (telepon genggam) kemudian ditransfer ke dalam bentuk compact disc. yang diberi judul “Bandung Lautan Asmara”, “Anak Ingusan” dan lain-lain. Inilah awal dari bebasnya pornografi di negara kita disertai dengan kemajuan teknologi itu mendukung merebaknya industri pornografi. Ironisnya, sektor inilah yang cenderung dibiarkan oleh aparat keamanan dan hukum. (Atau penindakannya terlambat sehingga dampaknya meluas).

Seiring dengan bebasnya media cetak yang dipasarkan di kalangan masyarakat, dan kienginan media cetak untuk menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya maka cara yang negatif pun ditempuh yang kan mengakibatkan


(45)

kehancuran moral generasi penerus bangsa, dengan memasukkan unsur-unsur pornografi yang disajikan dalam media cetak tersebut. Memuat sampul depan (cover) yang menarik dengan menampilkan foto-foto yang sensual atau merangsang, sehingga akan laku dipasaran.

B. Penyebab Maraknya Pornografi dan Pornoaksi

Penyebab maraknya pornografi dan pornoaksi ini penulis memberikan beberapa faktor yang didapat dari berbagi literatur buku-buku, media cetak dan lain-lainnya, dimana faktor ini yang memungkinkan pornografi dan pornoaksi semakin marak dan menjamur di masyarakat Indonesia.

Pertama:

Perkembangan teknologi digital komputer dan satelit mempermudah arus informasi termasuk pornografi. Kehadiran personal video player pada kurun waktu 1980-an memang telah memungkinkan film-film porno yang semula hanya diputar di kalangan elit menjadi tersebar di masyarakat luas, namun teknologi digital yang berkombinasi dengan teknologi komputer telah memungkinkan video yang semula tersaji dalam format video-tape analog yang relatif memakan tempat menjadi kepingan disc yang sangat pipih dan dengan mudah dibawa. Sarana perekaman dan penggandaan pun dengan cepat menjadi murah. Harga satuan video dalam format


(46)

VCD pornografis di Indonesia tergolong termurah di dunia. Di Jakarta, VCD-VCD itu bisa diperoleh bahkan dengan harga Rp. 3-4 ribu/keping.41

Seiring dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan orang dapat memiliki berbagai perangkat elektronik secara mudah dan murah. Seiring dengan itu, berbagai rental yang menyedikan VCD-VCD pun semakin berkembang.42 Perkembangan teknologi satelit memungkinkan terbangunnya jaringan internet berskala global. Kendatipun tingkat pemilikan komputer pribadi yang dilengkapi akses internet di rumah-rumah di Indonesia masih relatif rendah, situs-situs porno itu dengan mudah di akses melalui berbagai fasilitas komersial seperti warung dan café internet yang menjamur di kota-kota besar.

Kedua:

Terutama sejak jatuhnya Presiden Soeharto, terjadinya liberalisasi arus informasi dengan dihilangkannya fungsi dan lembaga Departemen Penerangan yang mempunyai peranan menjadi salah satu lembaga pemerintah yang paling aktif memberangus berbagai media yang dianggap membawa suatu yang menentang pemerintah.43 Menteri Penerangan H. Harmoko menginstruksikan kepada Badan Sensor Film (BSF) agar film porno ditertibkan.44 Pada kesempatan rapat kerja dengan Komisi I DPR-RI di Jakarta pada Minggu pertama Juli pada tahun 1996, H. Harmoko

41 Jurnal Perempuan 26, Hentikan Kekerasan Terhadap Perempuan, (Jakarta : YJP, Jurnal

Perempuan, 2002), h.80

42 Abu Al Ghifari, Remaja Korban Mode, (Bandung : Mujahid Press, 2003), cet ke-1, h.58 43 Jurnal Perempuan 26, h.81


(47)

mengecam akan menutup produksi film nasional bila terus-menerus mengeksploitasi masalah seks dan pornografi secara vulgar.45 Namun, di sisi lain, Departemen ini juga menjadi tempat masyarakat mengadu tatkala di pasar tersedia materi yang dinilai, misalnya bertentangan dengan rasa kesusilaan.

Media sekuler menawarkan banyak hal, mulai dari film yang bertemakan percintaan, kekerasan, perkosaan, perkelahian, dan horor. Begitu juga televisi menawarkan hiburan tanpa henti mulai terbit matahari hingga matahari terbit kembali. Media cetak dunia pun sudah masuk Indonesia baik yang bermuatan pornografi hingga kekerasan.46 Tumbuhnya tabloid yang menjadikan seks sebagai jalan utamanya sejak jatuhnya Presiden Soeharto merupakan indikator melemahnya kontrol pemerintahan bukan saja wilayah politik namun juga nilai-nilai budaya.47

Ketiga:

Di samping liberalisasi (kebebasan) arus informasi, hukum yang berkaitan tentang bab-bab yang membahas pornografi dan masih berlaku pun tidak ditegakkan (hukum yang berlaku tidak ditegakkan).48 Di KUHP Indonesia terdapat pasal-pasal (282 dan 533) yang dapat digunakan untuk menghukum produsen, penjaja maupun mereka yang membeli dan menyimpan materi pornografis. Pasal-pasal tersebut bukan hanya digunakan untuk melarang penyebaran materi pornografis yang sangat eksplisit

45 “Pornografi Merusak Moral Generasi Bangsa Indonesia”, Surabaya Post, 3 Juli 1996 46 Al-Ghifari, Remaja Korban Mode, h. 28

47 Jurnal Perempuan 26, h. 81 48Ibid.,h. 81


(48)

melalui VCD, melainkan juga untuk mengancam majalah dan tabloid yang menyajikan sekedar foto perempuan yang terkesan telanjang.

Pada tahun 2000, semasa pemerintahan B. J. Habibie, pemimpin redaksi MATRA diputuskan bersalah oleh pengadilan karena cover majalah yang menyajikan gambar artis Inneke Koesherawati dan Sarah Azhari yang seolah-olah tidak mengenakan penutup dada. Namun sejak naiknya Abdurrahman Wahid ke tampuk kekuasaan, pasal-pasal tersebut tidak lagi digunakan. VCD bermuatan pornografis yang telah disinggung tidak resmi atau bajakan, namun dijajakan atau disewakan secara sangat terbuka di lokasi-lokasi tertentu di kota-kota besar. Hal ini menunjukkan bahwa penegak-penegak hukum dalam menjalani peraturan yang mereka praktekan tidak menyentuh substansi permasalahan, bahkan justru dengan sadar telah membiarkan berbagai kemunduran tambah subur.49

Keempat:

Bisnis pornografi di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Sehubungan dengan tayangan Inul “ngebor”, yang mengeksploitasi Inul (lengkapnya Ainul Rahimah) untuk kepentingan media massa terutama televisi.50 Media massa televisi telah mengeksploitasi perempuan dari aspek estetika, sensualitas, dan erotika untuk sebuah kepentingan. Media massa televisi telah membesar-besarkan tayangan Inul “ngebor”. Goyangan Inul ”ngebor”, menjadi super produk, yang kemudian peluang

49 Abu Al- Ghifari, Wanita Bukan Makhluk Penggoda, (Bandung : Mujahid Press, 2003) cet.ke-1, h.42

50 Burhan Bungin, Pornomedia, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di


(49)

itu ditangkap para pelaku bisnis, khususnya: pebisnis media elektronik dan cetak. Uang terus masuk ke kantong Inul, yang prediksi kasar dalam satu bulan minimal lima ratus juta rupiah. Jumlah yang cukup fantastis, bahkan pada saat di wawancarai SCTV, penghasilan dari goyangannya itu dalam sebulan mencapai Rp 600 hingga Rp 700 juta. Belum, lagi tambahan-tambahan dari yang lainnya.51

Media tak ubahnya bak turut di hadapan mesin kapitalis, para investor, kaum berduit yang menjadikan keuntungan sebagai misi sucinya ketimbang menyelamatkan bangsa yang tengah sekarat. Tuntutan pasar membuat banyak orang tambah nekat membuat proyek apa saja yang dapat mendulang uang tanpa peduli soal keterpurukan moral dan akhlak.52

Kelima:

Faktor politik di bidang keagamaan yang terlihat dalam politik pendidikan agama di Indonesia sampai SMU dan Perguruan Tinggi. Jumlah jam pelajaran atau jam kuliah yang sangat tidak memadai di banding jam tayang televisi yang mendominasi waktu belajar.53 Minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikurangi jam pendidikan di sekolah-sekolah umum, merupakan realitas yang sangat menyakitkan. Betapa di negara yang mayoritas Islam yang seharusnya syariat Islam dijunjung tinggi, tetapi kenyataannya justru dipinggirkan.

51 Kathur Suhardi, Inul Lebih dari Segelas Arak, (Jakarta : Darul Falah 2003), cet. Ke-1, h. 201 52 Media Tanpa Nilai, Sabili, No.12 Th XI 1 Januari 2004 / 9 Dzul Qaidah 1424 H

53 Neng Jubaedah, Pornografi dan Pornoaksi di Tinjau dari Hukum Islam, (Bogor : Kencana,


(50)

Akibatnya generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arahan dalam menentukan sikap termasuk cara berpakaian.54

Keenam:

Persoalan kebebasan berekspresi dalam dunia seni pertunjukan adalah polemik dan wacana yang terus berkembang dari masa ke masa, terutama ketika kebebasan berekspresi itu menyentuh wilayah seksualitas dan pornografi. Seni tari misalnya, meskipun memuat tarian-tarian erotik (berkenaan dengan sensasi seks, rangsangan seks atau nafsu birahi), tampaknya semakin diterima oleh masyarakat sebagai tontonan atau hiburan.55 Jika dilihat dari kenyataan dalam masyarakat memang masalah pornografi dan pornoaksi telah merambah sampai ke pedesaan. Kenyataan demikian sebenarnya, menurut penulis sudah sangat memprihatinkan.

Dari beberapa faktor penyebab maraknya pornografi dan pornoaksi, penulis memberikan sedikit komentar, bahwa pornografi memang masalah yang tidak akan bisa selesai untuk dihilangkan atau dituntaskan, karena diperlukan peran dari seluruh unsur masyarakat dan aparat penegak hukum untuk bekerja sama mengurangi dampak yang sangat buruk dari pornografi ini. Kerusakan moral yang diakibatkan dari pornografi dan pornoaksi ini akan melanda generasi penerus bangsa, dan apabila sudah rusak moral dan akhlaqnya bagaimana ingin membangun negeri ini.

54 Abu Al-Ghifari, Kudung Gaul, Berjilbab Tapi Telanjang, (Bandung Mujahid Press, 2003), cet ke-5, h. 17

55 Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya, (Jakarta : Sinar Grafika, 1996), cet ke -1, h.40


(51)

C. Dasar Hukum Larangan Tindakan Pornografi dan Pornoaksi serta Hukum Memeranginya.

Larangan memperlihatkan hal-hal yang erotis dalam Islam dijelaskan secara gamblang dan eksplisit, yaitu dengan adanya larangan membuka aurat, tidak boleh dipamerkan dan tidak boleh (memperlihatkan) kepada orang lain, secara otomatis ia adalah bagian dari tubuh yang dapat membangkitkan nafsu birahi.

Hal tersebut telah termaktub dalam surah An-Nur ayat 30-31


(52)

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(Q.S. An-Nur ayat 30)

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(Q.S. An-Nur ayat 31)

Surat An-Nur ayat 30 ini adalah hukum Allah SWT kepada hamba-hambanya, orang laki-laki yang mukmin, untuk menundukkan mata terhadap apa-apa yang diharamkan memandangnya, tetapi bila tidak disengaja memandang orang yang dilarang untuk memandangnya maka hendaklah segera memalingkan pandangan darinya. Allah jga menyuruh untuk menjaga kemaluan sebagaimana, Allah telah menyuruh untuk menjaga pandangan yang membangkitkan nafsu syahwat, karena keduanya akan mengarah kepada kerusakan hati dan akhlak. Selanjutnya surat An-Nur ayat 31 merupakan perintah Allah SWT kepada mukminah agar menahan


(53)

pandangannya dari apa yang diharamkan oleh Allah untuk dilihat kaum laki-laki, memelihara kemaluannya dari perbuatan zina, dan hendaklah mereka tidak menampakkan perhiasan kecuali apa apa yang biasa tampak yaitu wajah, kedua telapak tangan dan kaki serta diharuskan bagi perempuan untuk menutupi bagian dari kepalanya (rambut merupakan aurat) dan kecuali pada suami, ayah, ayah mertua, putera-puteri saudara laki-laki, saudara perempuan muslimah, budak-budak yang sudah dimiliki, pelayan laki-laki yang sudah tidak mempunyai keinginan (bersyahwat) dan anak kecil yang belum mengerti tentang aurat. Dan hendaklah jangan memukulkan kakinya, yang dapat menarik perhatian orang lain. Dan Allah berseru pada penutup ayat ini bertobatlah agar kamu sekalian beruntung. 56 Dengan demikian bahwa ayat ini dengan jelas melarang untuk memandang segala tubuh yang merangsang nafsu seksual. Juga termasuk di dalamnya mendengar dan menyentuh hal-hal yang dapat merangsang nafsu seksual, seperti melihat aurat wanita yang bukan mahramnya, gambar dan benda-benada porno, serta menonton video porno. Dan melarang memamerkan bagian-bagian tubuh yang bisa merangsang nafsu seksual. Ini sama dengan larangan memperlihatkan hal-hal yang berbau porno.

Dalam surah lain, Allah juga telah berfirman:

56 Husain Ibnu Ibrahim Jahroni, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III, (Beirut, Dar al-Fikr, 1414 H/1994 M), h. 345-348


(54)

Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (Q.S. Al-Ahzab ayat 33)

Ayat diatas juga melarang kepada perempuan-perempuan yang memamerkan auratnya atau disebut juga tabarruj, kepada lawan jenisnya yang bukan mahramnya, karena hal itu dapat menimbulkan fitnah atau menjerumuskan manusia ke lembah nista.

Adapun hadits Nabi yang berisikan larangan memperlihatkan aurat adalah:

أ

ه

ة

لﺎ

،

ل

ر

ل

ﷲا

و

ﷲا

ﻰﱠ

:

أ

نﺎ

ه

ﺎﱠ ا

ر

أ

ر

،ﺎ ه

ا

م

ط

آ

ﺎ ذﺄ

ب

ا

ن

ﺎﱠ ا

س

،

و

ﺎء

آ

ت

ر

تﺎ

ت

ﺎﺋ

ت

ر

ؤ

و

آ

ا

ا

ﺎﺋ

،

ا

ﱠﺔ

و

ن

ر

ﻬﺎ

،

و

إ

ﱠن

ر

ة

آ

و

ا

آ

اﺬ

.

)

اور

57

(

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; (1) sekelompok orang yang memegang cambuk seperti ekor sapi; dengan cambuk-cambuk itu mereka memukuli orang, dan (2) kaum perempuan yang berpakaian

57 Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih : Sinar Ajaran Muhammad [Qobasun Min

Nuri Muhammad],diterjemahkan oleh A.Aziz Salim Basyarahil, cet 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), hal 296, dan dapat dilihat dalam Kitab al Libas Wazinah, bab an Nisa’ al Kasiyat al Ariyat al Ma-ilat al Mumilat, Nomor 3971.


(55)

seperti telanjang, berjalan lenggak-lenggok, menggoda atau memikat, kepala mereka bersanggul besar dibalut laksana punduk unta; mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak dapat mencium harumnya, padahal keharuman surga dapat tercium dari sekian jarak”. (H. R. Muslim).

Dari ayat-ayat maupun hadits di atas dapatlah dipahami bahwa Islam sangat tegas dalam mengatur kehidupan seksual. Dengan mengharuskan menutup aurat, terutama bagi perempuan dan larangan memamerkan bagian-bagian tubuh baik secara langsung (pornoaksi) atau melalui media cetak dan elektronik (pornografi) yang mampu membangkitkan nafsu seksual sehingga dapat membawa kepada perbuatan nista. Dengan begitu jelaslah bahwa dalam Islam pornografi dan pornoaksi adalah perbuatan haram dan dilarang agama.

Pornografi merupakan sesuatu perbuatan yang mendekati zina, karena ia merupakan faktor dominan yang bisa mendorong pada perbuatan zina. Pornografi merupakan suatu sarana yang bisa membangkitkan nafsu seksual, sehingga pada orang yang lemah imannya bisa menyeret pada perzinahan bahkan perkosaan, terutama bagi remaja yang tidak mendapatkan pendidikan seks, sedangkan pengetahuan agama yang dimiliki tidak memadai. Keharaman perbuatan zina sudah dijelaskan dalam al Qur’an karena zina merupakan tindakan yang keji dan sesat.

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (Q.S. Al Isra’ ayat 32)


(56)

Kalimat

اﻮ ﺮ

و

termasuk didalamnya segala sesuatu yang bisa

menjerumuskan kepada perbuatan perzinahan, misalnya pergaulan bebas, mandi bersama laki-laki dan perempuan, disko, kemping bersama, membaca buku porno, melihat gambar porno, menonton video kaset porno dan lain-lain.

Dengan demikian, perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kepada perbuatan zina adalah haram. Hal ini diperkuat dengan suatu kaidah yang menyebutkan bahwa “apa saja yang membawa kepada hal yang haram, maka haram pula hukumnya.”58

Dan Muhammad Ali ash Shabuni mengatakan bahwa tindakan apa saja yang mendorong seseorang melakukan perbuatan zina, haram hukumnya. Seseorang tidak bisa melakukan perintah tanpa melakukan pendekatan terlebih dahulu, pendekatan yang dimaksud adalah segala bentuk yaitu perbuatan yang bersifat merangsang nafsu seksual, termasuk perbuatan porno.59

Dengan begitu, dapatlah dilihat bahwa pornografi adalah jalan untuk seseorang melakukan perzinahan atau faktor dominan yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan perzinahan maka dasar hukum pornografi adalah haram.

Keharaman melakukan hal-hal yang berbentuk porno atau yang mengundang nafsu birahi dapat dilihat dari beberapa kaidah fiqih yang berbunyi

58 Muhammad Yusuf Qardawi, Halal dan Haram [Al-Halal wa al- Haram fi al- Islam],

diterjemahkan oleh Abu Said al- Falahi dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, (Jakarta: Robbani Press, 2000), h. 33-34

59 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid VI, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 1996), h.1414


(57)

ﺪ ﺎ ا

ﺋﺎ ﻮ ا

(hukum perantara dari sesuatu, sama dengan hukum atau

tujuan dari sesuatu itu). Maksudnya kalau hukum dari suatu perbuatan adalah wajib, maka perantara atau cara untuk mencapai perbuatan itu menjadi wajib pula.

Demikian juga kalau hukum dari suatu perbuatan itu haram, maka perantara atau cara untuk mencapai perbuatan itu menjadi haram pula.

د

ﱠل

ا

ما

ما

.

(Segala perbuatan yang membawa kepada sesuatu yang haram maka perbuatan itupun haram).

Umpamanya berzina, zina adalah diharamkan oleh agama, maka segala perbuatan yang yang membawa kepada perbuatan tersebut menjadi haram pula.

Seperti mempertontonkan atau melihat aurat orang lain, melihat gambar-gambar porno dalam bentuk hubungan seksual atau perbutan yang merangsang lainnya, bercumbu rayu dan peluk-pelukkan dengan lawan jenis dan sebagainya.

Sekalipun Islam menutup rapat segala upaya memperlihatkan anggota tubuh yang merangsang nafsu seksual, tetapi ada keadaan-keadaan yang dibolehkan untuk melihat anggota tubuh orang lain, baik yang sejenis maupun lawan jenis, atau memperlihatkan kepada orang lain dalam batas-batas tertentu:


(58)

keperluan pengobatan dan terapi lainnya.

ةروﺮﱠ ا

ةروﺬ ا

Keterpaksaan disini sama dengan keterpaksaan yang membolehkan memakan bangkai binatang yang diharamkan oleh Allah SWT (Q.S. al Maidah ayat 3). 2. Kebolehan melihat anggota tubuh yang bukan sejenis dalam batas-batas

tertentu (muka dan telapak tangan), seperti yang terdapat dalam sabda Nabi SAW:

اذإ

ةأﺮ ا

ﱠنإ

ﱠ إ

ﺎﻬ

ىﺮ

نأ

ا

اﺬه

ﱠآ

و

ﻬ و

ﻰ إ

رﺎﺷأ

و

اﺬه

و

) .

دواد

ﻮ أ

اور

.(

Artinya: “Sesungguhnya jika seorang perempuan yang telah haid tidak dibenarkan untuk diperlihatkan darinya kecuali ini dan ini seraya Rosulullah mengisyaratkan kepada muka dan kedua telapak tanganya”. (H.R. Abu Daud)

3. Serta dibolehkannya pula ketika akan memilih jodoh untuk melangsungkan perkawinan (meminang) seperti dalam sabda Nabi SAW:

ر

ﷲا

ل

:

ل

ر

ل

ﷲا

ﻰﱠ

ﷲا

و

إ

ذ

ا

أ

آ

ا

أة

ن

ا

ع

أ

ن

إ

إ

ﻜﺎ

.


(59)

Artinya: “Dari Jabir r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang hendak melamar perempuan, maka hendaklah ia (laki-laki) melihat darinya sesuatu yang menyebabkan ia menikahinya”. (HR. Abu Daud)60

Menurut Imam Muhammad Abu Zahrah seorang tokoh ushul fiqh Mesir, menyatakan bahwa tolak ukur dalam perbuatan dilihat dari konsekuensi atau akibat hukum yang ditimbulkannya, masalah niat atau tujuan perbuatan seseorang tidak bisa diukur, karena ia merupakan unsur dalam hati, jika berdampak pada kemaslahatan maka agama membenarkannya, jika terjadi sebaliknya atau berdampak pada kerusakan maka agama melarangnya.

Dengan begitu, dapatlah dilihat bahwa pornografi adalah jalan untuk seseorang melakukan perzinahan atau faktor dominan yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan perzinahan maka dasar hukum pornografi adalah haram.

Pornografi dan pornoaksi mempunyai dampak yang sangat besar sekali, apabila sesuatu hal atau suatu sebab sudah memberikan dampak atau akibat yang sangat besar maka hukum memerangi agar tidak meluasnya dampak dari sesuatu hal itu maka adalah wajib. Kewajiban di sini dalam arti melindungi diri dari dampak pornografi dan pornoaksi baik perlindungan terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan dari pornografi dan pornoaksi tersebut.

Islam memandang bahwa pornografi dan pornoaksi lebih berbahaya. Adapun jika pornografi dan pornoaksi yang dilakukan secara terang-terangan dan tidak ada yang menentang maka jelas hal tersebut akan membahayakan semua orang terutama

60 Abu Daud Sulaiman bin al Asy’as al Sijistani, Sunan Abi Daud, Juz III, (Semarang : CV. Asy-Syifa, 1992), h. 26


(60)

di usia anak-anak dan remaja yang masa emosinya sedang labil dan belum dapat menahan gejolak seksualitas yang ada pada dirinya.

Di sisi lain bahwa ajaran Islam melarang pemanfaatan tubuh oleh pemiliknya untuk pornografi dan pornoaksi karena hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan hukum Islam. Hal ini telah diatur dalam surah an-Nur ayat 30-31, bahwa tubuh merupakan amanah Allah yang wajib dipelihara oleh setiap insan dalam rangka memelihara kehormatan. Islam secara tegas menuntun, membimbing, mengarahkan, dan menentukan mnusia dalam memperlakukan dan memanfaatkan tubuh agar terjaga kehormatan, derajat, martabat diri baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa untuk mencapai kebahagiaan hidup dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

1. Penanggulangan Pornografi dan Pornoaksi Menurut Hukum Islam

Bagi umat Islam, tidak ada pilihan lain selain meyakini bahwa menjalankan syariat Islam merupakan bagian dari menjalani din (agama)nya secara kaffah. Kalau kini banyak keinginan untuk menegakkan syariat Islam di berbagai temapat, kelahirannya bukan karena terlanda euphoria demokrasi atau reformasi serta kebebasan. Hal ini lahir karena kesadaran umat Islam terhadap perbedaan hukum Barat yang berasal dari akar pemikiran manusia dengan syariat Islam yang bersumber dari dua rujukan hidup yang valid, yakni Al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka hukum Islam dipandang paling sesuai dengan rasa keadilan. Syariat Islam dipandang paling bisa memenuhi lima kebutuhan dasar hidup manusia (maqashidusy-syari’ah al-khamsah), yakni melindungi din (agama), jiwa, harta, akal, dan keturunan.


(1)

a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 5. Menurut anda, bentuk-bentuk kegiatan di bawah ini termasuk pornografi dan

pornoaksi atau bukan ?

No

BENTUK – BENTUK KEGIATAN

KRITERIA PELAKSANAAN (berilah tanda cheklist

( ) pada kolom jawaban sesuai dengan

pilihan mahasiswa/i)

Bukan Ya Pornografi Pornografi

1. Wanita yang dengan sengaja memperlihatkan bagian paha dan membuka daerah sekitar wilayah dada (sekwilda) 2. Adegan sepasang kekasih yang sedang berciuman dan

berpelukan (hanya sebatas itu) di dalam film.

3. Adegan sepasang kekasih yang sedang berhubungan intim layaknya sepasang suami istri di dalam film

4. Foto-foto seorang wanita yang berpakaian minim dan tipis sehingga lekuk tubuhnya terlihat.

5. Lukisan telanjang bulat (nudis).

6. Apakah anda pernah mendengar organisasi Front Pembela Islam (FPI) Pimpinan Habib Rizieq bin Husein Shihab?

a. Pernah b. Tidak Pernah

7. Apakah anda mengetahui dengan jelas organisasi Front Pembela Islam (FPI)?

a. Ya b. Tidak

8. Kalau jawaban Ya, jawab pertanyaan berikut, Metode apa yang ditempuh oleh Organisasi FPI dalam menjalankan aksinya ?


(2)

a. Persuasif/damai b.radikal/keras

9. Apakah anda pernah membaca majalah/koran tersebut :

No Nama Majalah / Koran KRITERIA PELAKSANAAN

(berilah tanda cheklist ( ) pada kolom jawaban sesuai dengan pilihan mahasiswa/i)

YA TIDAK 1 SABILI

2 MATRA 3 TEMPO 4 PLAYBOY 5 KOMPAS

6 LAMPU MERAH 7. ALKISAH

8. NON STOP 9 POPULAR

10 a.Menurut anda, apakah foto-foto/gambar-gambar yang ada di majalah Playboy termasuk Pornografi dan Pornoaksi ?

a. Ya b. Tidak

10 b. kalau Ya, Jawab pertanyaan berikut : infoprmasi darimana anda dapat mengatakan bahwa foto-foto yang terdapat dalam majalah Playboy ada unsur


(3)

a. Melihat secara langsung isi majalah tersebut d.Media cetak seperti koran, buletin b. Mendengar berita dari televisi / radio

c. Dapat sumber dari orang lain melalui diskusi

11. Kalau Ya, menurut anda apakah majalah Playboy perlu diberhentikan peredarannya?

a. Ya b. Tidak

12. Apakah anda setuju dengan tindakan FPI yang men-sweeping majalah Playboy dan media porno lainnya di lapak-lapak penjualan?

a. Ya b. Tidak

G. Sikap (Respon Afektif)

3. Bagaimana sikap anda menanggapi permasalahan pornografi dan pornoaksi? a. Peduli b. Tidak Peduli

4. Menurut sumber dan data, bahwa sekarang ini Indonesia masuk kategori nomor dua negara terporno di dunia, bagaimana sikap anda menanggapi hal yang demikian?

a. perihatin b. biasa saja

3. Apakah anda setuju terhadap tayangan-tayangan yang menjurus ke arah Pornografi dan pornoaksi yang disajikan di Media cetak maupun elektronik ? a. setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu 4. Tabel di bawah ini serangkaian aksi FPI,bagaimana sikap anda menanggapi

aksi FPI (Front Pembela Islam) ?

KRITERIA PELAKSANAAN (berilah tanda cheklist ( ) pada kolom jawaban

sesuai dengan pilihan mahasiswa/i) No

SERANGKAIAN AKSI FPI

(dari sejak berdiri sampai dengan

2001) Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu 1. Pelarangan membuka tempat


(4)

Ramadhan (1998)

2. Pengiriman Mujahid ke Ambon (1999)

3. Penolakan Perempuan sebagai Presiden (1999,2000,2001)

4. Sweeping terhadap tempat-tempat judi dan prostitusi di Kompleks Duta Mas, Jakarta Barat (2000)

5. Sweeping terhadap warga Amerika sebagai reaksi terhadap rencana serangan AS terhadap Afghanistan (2001)

6. Tuntutan pemberlakuan Syariat Islam bagi kaum muslimin dengan mengangkat isu “Piagam Jakarta” (2001)

Sweeping menurut kamus bahasa Inggris berasal dari kata sweep (swept:swept); sapu

(menyapu,menghapus).

5. Apakah anda setuju dengan pengrusakan kantor pengelola penerbitan majalah Playboy Indonesia Gedung Asean Aceh Fertilizer (AAF) tahun 2006 oleh Front Pembela Islam (FPI)

a. setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu

6. Apakah tindakan FPI memerangi dan memberantas Pornografi dan Pornoaksi bertentangan dengan syariat islam?


(5)

7. Apakah anda setuju bila pimpinan redaksi majalah playboy Indonesia Erwin Arnada telah melanggar KUHP Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan ?

a. setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu 8. Bagaimana sikap anda tentang vonis hakim yang menyatakan bahwa

pimpinan redaksi majalah “Playboy Indonesia” Erwin Arnada di vonis bebas

di Pengadilan Jakarta Selatan ?

a. menerima b. tidak menerima

9. Dengan bebasnya Pim Red Majalah Playboy, maka akan semakin bebasnya media-media porno di Indonesia beredar?

a. Ya b. Tidak

H. Tindakan (Respon Konatif)

1. Apakah anda setuju, setiap gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) ?

a. ya, seluruhnya b.sebagian saja

2. Apakah gerakan semacam Organisasi seperti Front Pembela Islam itu perlu ada ?

a. ya b. tidak

Kalau jawaban Ya, jawab pertanyaan berikut, menurut pendapat anda mengapa Organisasi FPI perlu ada?

………. ………. Kalau jawaban tidak perlu ada organisasi seperti FPI, kemukakan pendapat anda :

…….……… ...……….. 3. Apakah keberadaan gerakan Front Pembela Islam membawa dampak yang


(6)

a. ya b. tidak

4. Setujukah anda dengan gerakan FPI yang membawa bendera Islam?

a. ya b. tidak

Kalau jawaban Ya, silahkan kemukakan pendapat anda

……...……….. ………. Kalau jawaban Tidak, silahkan kemukakan pendapat anda

………. ……….