PENELITIAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN METODE (1)
PENELITIAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN METODE OBSERVASI,
KORELASIONAL DAN EKS-POS-FAKTO DALAM PENDIDIKAN BIOLOGI
Guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.
Disusun oleh:
Zuchdiawati Luthfi Utami, S.Pd
(16725251002)
Ajeng Purnama Heny, S.Pd
(16725251005)
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tidak disertai manipulasi oleh peneliti
secara sengaja terhadap variabel bebas. Penelitian deskriptif juga dapat berupa penelitian
yang tidak memiliki variabel bebas. Selain itu, pengendalian terhadap variabel
penekan/pengganggu/eksternal tidak dikendalikan secara penuh, namun dilakukan
dengan memilah kondisi yang berbeda untuk memilih kondisi yang sama/homogen setiap
variabel penekan yang bersangkutan. Menurut Prastowo (2011), ciri khas penelitian
deskriptif terdiri dari dua macam sebagai berikut: 1) Memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. 2)
Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.
Penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
observasi, eks-pos-fakto dan korelasional. Metode observasi dilakukan untuk memeroleh
informasi tentang gambaran yang lebih jelas yang dilakukan secara sistematis, dalam
observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa
usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasikannya. Metode
eksposfakto dilakukan untuk melihat akibat dari sautu fenomena dan menguji hubungan
sebab akibat dari data-data setelah semua kejaidan yang dikumpulkan telah selesai
berlangsung dan metode korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua ata beberapa variabel. Ciri dari penelitian
korelsiaonal adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut subyek penelitian yang
terlalu banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif dengan metode observasi,
korelasional dan eksposfakto ?
2. Bagaimana spesifikasi perancangan penelitian deskriptif dengan metode observasi,
korelasional dan eksposfakto ?
3. Bagaimana pelaporan penelitian deskriptif dengan metode observasi, korelasional
dan eksposfakto ?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif dengan metode
observasi, korelasional dan eksposfakto ?
2. Untuk mengetahui spesifikasi perancangan penelitian deskriptif dengan metode
observasi, korelasional dan eksposfakto ?
3. Untuk mengetahui pelaporan penelitian deskriptif dengan metode observasi,
korelasional dan eksposfakto ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE OBSERVASI
1. Definisi Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk
mengamati atau mencatat suatu peritiwa dengan langsung, biasanya peneliti mengamati
perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti, kemudian
mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
(Mortis dalam Denzin, 2009) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas
mencatat segala sesuatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya
dengan tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain. Observasi tidak hanya mengumpulkan data
visual saja namun seluruh indera dapat sepenuhnya dikaji, observasi terdiri atas
kumpulan kesan tentang lingkungan sekitar berdasarkan kemampuan daya serap
pancaindera manusia. Pada setiap metode observasi ada tiga hal yang menjadi penentu
kualitas hasil penelitian yaitu : kekuatan indera, ketepatan waktu dan bahasa penyajian.
Metode observasi umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang berusaha
memberikan gambaran mengenai peristiwa apa yang terjadi dilapangan. Peneliti sejauh
mungkin menghindari intervensi subyektif dalam bentuk pendapat emosional maupun
campur tangan praktis atas kejadian yang terjadi pada obyek penelitian. Peneliti dalam
kasus ini hanya sebagai representator fakta dalam bentuk data dan informasi yang dapat
dipercaya.
Dengan demikian observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dengan menggunakan indera
yang terjadi di lapangan atau lokasi penelitian sehingga dihasilkan kesan tentang
lingkungan sekitar.
2. Jenis-jenis Metode Observasi
Creswell (2008) mengemukakan tiga peran observer yang berbeda. Dari ketiga
peran ini, tidak ada perbedaan kualitas mana yang lebih baik. Situasi kondisi, dan
kebutuhan di lapangan yang menentukan peran mana yang akan diambil. Selain itu,
faktor kenyamanan peneliti, kualitas rapport yang dibangun, dan pemahaman akan
4
central phenomenon peneliti terhadap apa yang akan diteliti yang menetukan peran
observer mana yang akan dipilih. Ketiga peran observer tersebut antara lain:
a. Partisipant observer
Observasi partisipan, peran dalam observasi yang dipilih oleh observer
untuk mengambil bagian dan terlihat secara langsung dengan aktivitas yang
dilakukan observer /subjek peneliti.
Keuntungan peran ini, yaitu: (1) peneliti dapat mengamati secara langsung
sesuai dengan sudut pandang observer /subjek penelitian (2) peneliti dapat
berperan ganda dalam satu waktu yaitu berpartisipasi dalam kegiatan yang
dilakukan bersama dengan subjek penelitian, sekaligus melakukan pengamatan
terhadap subjek penelitian.
Kelemahan peran ini, (1) sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu
waktu yaitu melakukan pencatatan hasi observasi ketika sedang beraktivitas
bersama
dengan
subjek
penelitian. Hal
yang dapat
dilakukan
untuk
mengantisipasinya adalah harus adanya izin dari subjek penelitian untuk ikut
dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek. (2) harus ada izin dari subjek
penelitian untuk ikut serta dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian.
b. Non-Partisipant Observer
Observasi non-partisipan peran dalam observasi yang dipilih di mana dalam
melakukan pengamatan, peneliti tidak harus mengambil peran dan terlibat dengan
aktivitas observer /subjek penelitian dan hanya sebagai pengamat independen.
Dalam situasi-situasi tertentu, anda sebagai observer mungkin tidak terlalu
familiar dengan subjek penelitian. Jika dipaksakan melakukan peran observer
partisipan, justru akan menghilangkan kealamiahan setting dan perilaku subjek
yang diobservasi. Peneliti melakukan perannya di luar aktivitas atau disuatu
tempat tidak mengganggu aktivitas subjek penelitian.
Keuntungan peran ini adalah peneliti tidak perlu melakukan pendekatan
atau membina raport terhadap subjek yang diteliti. Selain itu, proses pencatatan
hasil observasi dapat dengan mudah dilakukan. Kelemahan peran ini adalah
peneliti tidak mendapatkan sudut pandang subjek dengan baik dan tidak akan
mendapat data yang mendalam.
c. Changing-role Observer
Adalah peran observer yang berganti dari observer partisipan menjadi nonpartisipan, atau sebaliknya, yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
5
maupun faktor situasional. Perubahan ini biasanya terjadi karena missal pada
awal penelitian, peneliti telah menerapkan peran observer non-partisipan namun
kemudain ada kepentingan peneliti untuk mendapat sudut pandang subjek
penelitian secara lebih detail, maka peneliti mengubah peran menjadi peran
observer partisipan.
3. Peran Peneliti dalam Metode Observasi
Denzin (2009: 526) menjelaskan ada 4 tipe pengamat (observer) dalam metode
observasi. 1) menjadi partisipan penuh, 2) partisipan sebagai pengamat, 3) pengamat
sebagai partisipan, dan 4) menjadi pengamat penuh. Fungsi peran-peran ini adalah untuk
menyeimbangkan tingkat keterlibatan dengan sikap menjaga jarak, keakraban dengan
sikap asing, kedekatan dengan menjaga jarak, berdasarkan konsep penelitian.
a. Menjadi partisipan penuh
Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari suatu kelompok yang
diamati, artinya peneliti bergabung secara penuh atau menjadi anggota secara
penuh dalam kelompok yang diamati sendiri oleh peneliti. Dengan demikian
peneliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk
yang rahasia.
b. Partisipan sebagai pengamat
Peneliti tidak sepenuhnya menjadi anggota kelompok yang diamati (misalnya
anggota kehormatan), tetapi masih dapat melakukan fungsi pengamatan. Hal-hal
rahasia masih dapat diketahui.
c. Pengamat sebagai partisipan
Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum, karena segala macam
informasi termasuk yang rahasia dapat dengan mudah diperoleh.
d. Menjadi pengamat penuh
Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan suatu eksperimen dilaboratorium yang
menggunakan kaca sepihak. Peneliti dengan bebas mengamati secara jelas
subjeknya dari belakang kaca, sedang subjeknya sama sekali tidak mengetahui
apakah mereka sedang diamati atau tidak.
6
4. Acuan Perencanaan Observasi
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam menentukan observasi adalah fokus
dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Terdapat beberapa acuan yang dapat/biasa
diobservasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana disarikan oleh Sharan B. Merriam
(1988) dari berbagai pendapat pakar penelitian kualitatif, yaitu:
a. The setting. Lingkungan fisik dan konteksnya, serta jenis perilaku yang mungkin
terjadi dalam lingkungan tersebut.
b. The participant. Siapa yang terlibat, berapa banyak orang dan peranannya, apa
yang menyebabkan mereka bersama-sama.
c. Activities and interactions. Kegiatan apa yang terjadi, bagaimana urutan
kegiatannya, bagaimana interaksi terjadi, bagaimana pandangan partisipan atas
reaksi tersebut.
d. Frequency and duration. Kapan situasi itu terjadi, berapa lama terjadinya, apakah
berulang atau unik.
e. Subtle factors. Faktor-faktor detail yang mungkin tidak begitu jelas tapi penting
seperti kegiatan informal yang tidak terencanakan. Atau apa yang tidak terjadi
yang mestinya harus terjadi.
Unsur-unsur tersebut merupakan gambaran umum yang mungkin diobservasi
sesuai relevensinya dengan fokus dan masalah penelitian, untuk itu diperlukan
kecermatan dalam menentukannya agar observasi jelas akan menentukan tingkat
penggalian data dan informasi yang diperlukan.
Secara teknis, didalam metode observasi ada beberapa hal yang tidak boleh
terlewat pada setiap proses penginderaan, perekaman, perhitungan, pengukuran dan
pencatatan gejala atau peristiwa yang muncul dilapangan, yaitu:
Objek
Waktu
observasi
Sumber
informasi
Keterangan
Meliputi jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun terjadinya peristiwa
pengamatan.
Sumber informasi bisa siapa saja. Mulai dari pelaku, objek sasaran
penelitian, nara sumber lain yang terlibat dengan peristiwa yang
diamati, atau pihak ketiga yang mengerti dan paham dengan benar
segala sesuatu yang berhubungan dengan objek sasaran penelitian.
Isi
Meliputi objek-objek seperti; identitas pelaku, apa yang dilakukan,
pengamatan kapan, dimana, kepada siapa, apa pengaruhnya, reaksi apa yang di
munculkan dan seterusnya.
Pendapat
Pencatatan pendapat subjektif penting untuk hasil akhir penelitian.
subjektif
Pendapat subjektif harus dipisahkan dari isi pengamatan. Jika perlu
7
dibuatakan kolom tersendiri. Tujuannya merekam pengaruh subjektif
yang muncul pada diri peneliti pada saat peristiwa atau kejadian utama
berlangsung.
(Sumber: Muliawan, 2014: 64-65)
5. Tahapan-Tahapan Metode Observasi
Proses penelitian observasional bergerak melalui rangkaian aktivitas yang
beragam, dari awal sampai akhir. Seperti yang di ditegaskan Spradley bahwa tahapantahapan observasi membentuk pipa cerobong yang dapat mengarahkan dan
memfokuskan perhatian peneliti pada unsur-unsur dalam setting yang secara teoritis
sekaligus empiris bersifat sangat esensial.
Mengenai tahap-tahap observasi, penulis seperti Adler dan Adler (1998), Denzin
(1989 b), dan Spradley (1980) (dalam Flick, 2002: 136) menyatakan bahwa observasi
memiliki 7 (tujuh) tahap, yaitu:
a. Seleksi suatu latar (setting) yaitu dimana dan kapan proses-proses dan individuindividu yang menarik itu dapat diobservasi.
b. Berikan definisi tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam observasi itu
dan dalam setiap kasus.
c. Latihan untuk pengamat supaya ada standarisasi misalnya apa yang dijadikan
fokus-fokus penelitian.
d. Observasi deskriptif yang memberikan suatu pemaparan umum mengenai
lapangan.
e. Observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek yang relevan
dengan pertanyaan penelitian.
f. Observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap hanya
aspek-aspek pokok.
g. Akhir dari observasi apabila kepenuhan teori telah tercapai, yaitu apabila
observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan.
6. Metode Pencatatan Observasi
Sukandarrumidi (2006:74) menjelaskan dalam usaha untuk memepertajam
observasi, pemakaian jenis sarana yang dipilih disesuaikan dengan keadaan subyek dan
kemampuan peneliti. Instrumen yang digunakan dalam pencatatan observasi adalah
anecdotal record, catatan berkala, ceklist dan rating scale .
8
a. Anecdotal record (Daftar riwayat kelakuan)
Merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti untuk melakukan hal-hal yang luar
biasa, peneliti mempunyai kebebasan untuk membuat catatan yang dianggap
penting, bahkan catatan terbut tidak harus dibuat peneliti namun juga bisa
dilakukan oleh orang lain, catatan harus dibuat secepatnya setelah kejadian
istimewa yang dicatat berupa kejadiannya bukan berdasar pendapatnya hal ini
tentunya memakan waktu yang relatif panjang.
b. Catatan berkala
Peneliti tidak mencatat macam kejadian khusus seperti yang dicatat dalam
anecdotal record melainkan mencatat semua pristiwa pada waktu tertentu semua
kejadian yang sedang berlangsung.
c. Checklist
Suatu daftar yang berisi nama subyek dan faktor yang hendak diteliti, dengan
daftar tersebut dimaksudkan untuk mensistematisisr catatan observasi, lebih dapat
dijamin ketelitian dengan pencatatan, harus dipersiapkan dengan sempurna dan
mudah cara pengoprasiannya.
No.
Aspek yang Diamati
Nama
indikator….
Siswa
1
2
3
indikator….
4
1
2
3
Indikator….
4
1
2
3
4
9
Contoh Indikator yang diamati:
1. Menghubungkan suatu kejadian
2. Mengungkapkan suatu fakta
3. Menanggapi perintah atau penjelasan guru
4. Menanyakan hal yang belum jelas
d. Rating scale
Hampir mirip dengan check list namun dibedakan pada penggunaan kolom
checklist yang bertingkat, observer cukup memberi catatan tanda tertentu dan
diskripsi panjang lebar tidak diperlukan. Dalam penyusunan lembar observasi
pengukuran sikap, dapat menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan
suatu skala penilaian untuk mengukur sikap dengan skala ordinal. Rentang yang
dipilih dari yang sangat positif sampai sangat negative, misalnya dengan
alternative pilihan mulai dari sangat baik (SB), baik (B), cukup baik (CB),kurang
baik (KB), dan tidak baik (TB). Dalam penyusunan Skala Likert sangat
bergantung dengan kemampuan peneliti untuk merumuskan indicator dari
variabel-variabel yang akan diukur (Subali, 2010: 7). Penggunaan rating scale,
peneliti diminta untuk membuat beberapa pendapat/pertimbangan tentang
kejadian atau peristiwa yang diamati.
Seorang pengamat menghendaki rating berdasarkan skala dengan 5 point
untuk mengobservasi tingkah laku, sebagai contoh: 1 = tidak sama sekali, 2 =
sangat sedikit, 3 = sedikit, 4 = banyak, 5 = sangat banyak
Indikator
Siswa ke1
2
3
4
…..
Anak meminta perhatian guru
Guru memberikan pujian
Guru meminta anak untuk menghentikan
tingkah laku yang kurang baik
7. Pelaporan Metode Observasi
Sebuah penelitian yang menggunakan metode observasi dengan tipe peneltiian
kuantitatif memerlukan pengolahan data yang sesuai. Bila pada penelitian kualiatif
dengan metode observasi pengolahan data cenderung bergantung pada kemampuan
analisis/interpretasi dari peneliti dan dapat berakibat membias. Sementara, pada
10
penelitian kuantitaif dengan metode observasi analisis oleh peneliti telah dibatasi oleh
instrumen atau skala pengukuran yang telah ditetapkan.
Apabila data telah disusun dalam bentuk ordinal dengan skala tertentu, maka
beberapa uji statistic sangat dimungkinkan penggunaannya dalam pengolahan data.
Berikut beberapa uji statistik yang dapat digunakan:
a. Uji validitas dan realibilitas data
Uji validitas yang dapat dilakukan adalah dengan bertanya kepada
seorang/beberapa validator yang ahli dibidangnya. Selanjutnya dapat pula
dilakukan dengan uji validitas product moment pearson correlation menggunakan
prinsip mengkorelasi atau menghubungkan antara masing-masing skor item
dengan skor total dalam penelitian.
Setiap data hasil validasi memiliki standar yang harus dipenuhi sebagai dasar
pengambilan keputusan maka untuk uji validitas product moment pearson
correlation yaitu jika r hitung > r table maka dinyatakan valid tetapi jika r hitung
< r table maka instrument dinyatakan tidak valid.
b. Mengolah data dengan menetukan mean dari masing-masing skor
Apabila skala yang dipakai adalah ordinal dengan diberi point tertentu maka
proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah:
1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap
pengamatan.
2) Presentasi penilaian dihitung dengan rumus :
% KP siswa.. =
�
�
�ℎ
�
�
�
�
%
Menurut Marnasusanti (2007) mengkategorian keterampilan proses sains
adalah:
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
ttabel atau 2,849 > 1,993 (α =
0,05); 2) Locus of control berpengaruh positif terhadap nilai ujian semester mata pelajaran
biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan thitung untuk variabel Locus of control
sebesar 2,879, sehingga thitung > ttabel atau 2,879 > 1,993 (α = 0,05); 3) Motivasi belajar dan
locus of control secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap nilai ujian semester mata
pelajaran biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan Fhitung > Ftabel atau 22,812 >
3,120 (α = 0,05).
Kata Kunci: Motivasi belajar, locus of control, nilai ujian
(Link: http://eprints.ums.ac.id/24789/1/Halaman_Depan.pdf )
19
C. PENELITIAN KORELASI
1. Definisi Penelitian Korelasi
Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih. Penelitian korelasi seperti yang dikatakan Gay dalam Sukardi
(2008:166) merupakan salah satu bagian penelitian eksposfakto karena biasanya
penenliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien
korelasi.
Penelitian korelasi mempunyai karakteristik penting untuk para peneliti yang
hendak menggunakannnya, karakteristik tersebut adalah: 1) penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel sepert dalam penelitan eksperimen, 2) memungkinkan variabel diukur secara
intensif dalam setting (lingkungan) nyata dan, 3) memungkinkan peneliti mendapatkan
derajat asosiasi yang signifikan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti memfokuskan
usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang
kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga peneliti juga dapat dapat
melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel
yang dianggap penting.
2. Jenis Rancangan Penelitian Korelasi
Shaughnessy dan Zechmeiser (dalam Emzir, 2015: 48) menyatakan penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan yaitu 1) korelasi bivariat, 2) regresi
dan prediksi 3) regresi jamak, 4) analisis faktor dan 5) rancangan korelasi yang
digunakan untuk membuat kausal.
a. Korelasi bivariate
Rancangan korelasi bivariat merupakan rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mendikripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan
antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan
arah.
Tingkat
hubungan
(bagaimana
kuatnya
hubungan)
biasanya
diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien
20
korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien
korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi
sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan oleh simbol ““ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada
suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu
variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
b. Regresi dan prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada
salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi
merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana
pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat
lebih baik.
c. Regresi jamak
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana
dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi
yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria ( criterion
variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel
yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
d. Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah
besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
e. Rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kausal.
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path
analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design). Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur
yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan
desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
21
3. Langkah-langkah Penelitian Korelasi
Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun multivariat,
melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang kompleks (variabel kriteria) dengan
variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Untuk menguji
hubungan tersebut, langkah-langkah yang ditempuh sama meski detail masing-masing
langkah untuk keduanya berbeda, terutama dalam pengumpulan dan analisis data.
a. Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus
dilakukan peneliti adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi
fokus studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus
mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks
yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan
dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis
maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal
ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau
terdahulu.
b. Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif
homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin
dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan
mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi
antar variabel yang diteliti menjadi kabur.
Untuk
mengurangi
heterogenitas
tersebut,
peneliti
dapat
mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat
faktor tertentu, kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk
masing-masing kelompok.
c. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan
mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman
interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.
Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam
bentuk angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
22
d. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan
cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil
pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi
bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat
hubungan antara vaiabel yang satu dengan yang lain.
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya
untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan
untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan
secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau
analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan
dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat
signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
4. Kelebihan dan kelemahan Penelitian Korelasi
Sukardi (2013: 170) menjelaskan dalam penelitian korelasi mempunyai kelebihan
1) Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan karena
dengan adanya penelitian ini peneliti dimungkinan untuk mengukur dan hubungannya
secara simultan, 2) memungkinkan beberapa variabel yang mempunyai konstribusi pada
suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif, 3) dapat dilakukan analisis
prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Kelemahan penelitian korelasi yang perlu diperhatikan oleh peneliti hanya
mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel, disamping itu, dengan penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun
hubungan sebab-akibat.
23
5. Contoh Penelitian Korelasi
HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KEAS X DENGAN PENERAPAN
STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
DI SMA NEGERI 6 MALANG
Dyah Ratna Fauziyah, Aloysius Duran Corebima dan Siti Zubaidah
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan
metakognitif terhadap hasil belajar Biologi dan retensi siswa dengan penerapan strategi
pembelajaran Think Pair Share (TPS). Populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA di
Malang tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil. Sampel penelitian ini adalah kelas X-1 SMA
Negeri 6 Malang. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS for MS
WINDOWS, dengan analisis korelasi regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif.
Sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif
sebesar 32,5%, dengan koefisien korelasi sebesar 0,570. Berdasarkan hasil uji regresi
didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,816X + 11,802. Ada hubungan yang signifikan
antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa. Sumbangan yang diberikan oleh
retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap hasil retensi belajar kognitif terkoreksi
sebesar 46,1% dengan koefisien korelasi sebesar 0,679. Berdasarkan hasil uji regresi
didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,834X + 11,078.
Kata kunci: keterampilan metakognitif, hasil belajar, retensi, Think Pair Share.
24
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penyusunan makalah ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau
peninjauan secara cermat dengan menggunakan indera yang terjadi di lapangan atau
lokasi penelitian sehingga dihasilkan kesan tentang lingkungan sekitar. Langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian observasi yaitu: a. Melakukan seleksi
terhadap setting penelitian, b. Mendefinisikan yang dapat didokumentasikan dalam
observasi disetiap kasus, c. Melakukan latihan bagi peneliti tentang aturan-aturan
yang harus ditaati dalam melakukan pengamatan sesuai fokus-fokus penelitian yang
direncanakan, Mendeskripsikan dilakukan di lapangan, d. Memfokuskan observasi
pada aspek-aspek yang relavan dengan pertanyaan penelitian, e. Menyeleksi apa yang
diobservasi dengan mengutamakan aspek-aspek pokok, f. Mengakhiri observasi
apabila tujuan observasi telah tercapai. Berdasarkan peran observer , jenis observasi
yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi,
observasi non-partisipan, dan changing-role observer .
2. Eksposfakto merupakan penelitian terhadap pengaruh dan faktor yang mempengaruhi
subjek yang telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke belakang
(restrospect) tanpa memanipulasi variabel. Dalam faktanya, penelitian eksposfakto
dilakukan karena beberapa faktor: Data mungkin sudah ada/terjadi; peneliti telah
menentukan variabel terikat, kemudian merunut ke belakang untuk menemukan
sebab, hubungan, dan maknanya; dan dapat dilakukan jika dalam beberapa hal
penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Adapun Jenis Penelitian Eksposfakto
yaitu: Retrospective studies, Prospective studies, Longitudinal studies, dan Crosssectional studies.
3. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat dimanipulasi. mempunyai
bermacam jenis rancangan yaitu a) korelasi bivariat, b) regresi dan prediksi c) regresi
jamak, d) analisis faktor dan e) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat
kausal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. (Ed). (2009). Handbook of qualitative research, 2-nded.
Thaosand Oaks: Sage Publications, Inc. Terjemahan Dariyatno, Badrus Samsul Fata,
Abi, & John Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Perss.
Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Kirk, R.E. 1995. Experimental Design: Procedure for the behavioral sciences. Pasific Grove:
Brooks/Cole Publishing Company.
Marnasusanti, Ardian. 2007. “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 5
Tegal Kelas XI IPA dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia Melalui
Metode Praktikum. Skripsi. Semarang: FMIPA Unnes.
Merriam, Sharan B. 1988. Case Study Research in Practice. San Francisco: Josey-Bass.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodologi Penelitian pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.
Subali, Bambang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi . Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis unuk Peneliti Pemula .
Yogyakarta: UGM Press.
Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktinya . Jakarta: Bumi
Aksara.
26
KORELASIONAL DAN EKS-POS-FAKTO DALAM PENDIDIKAN BIOLOGI
Guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.
Disusun oleh:
Zuchdiawati Luthfi Utami, S.Pd
(16725251002)
Ajeng Purnama Heny, S.Pd
(16725251005)
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tidak disertai manipulasi oleh peneliti
secara sengaja terhadap variabel bebas. Penelitian deskriptif juga dapat berupa penelitian
yang tidak memiliki variabel bebas. Selain itu, pengendalian terhadap variabel
penekan/pengganggu/eksternal tidak dikendalikan secara penuh, namun dilakukan
dengan memilah kondisi yang berbeda untuk memilih kondisi yang sama/homogen setiap
variabel penekan yang bersangkutan. Menurut Prastowo (2011), ciri khas penelitian
deskriptif terdiri dari dua macam sebagai berikut: 1) Memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. 2)
Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.
Penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
observasi, eks-pos-fakto dan korelasional. Metode observasi dilakukan untuk memeroleh
informasi tentang gambaran yang lebih jelas yang dilakukan secara sistematis, dalam
observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa
usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasikannya. Metode
eksposfakto dilakukan untuk melihat akibat dari sautu fenomena dan menguji hubungan
sebab akibat dari data-data setelah semua kejaidan yang dikumpulkan telah selesai
berlangsung dan metode korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua ata beberapa variabel. Ciri dari penelitian
korelsiaonal adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut subyek penelitian yang
terlalu banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif dengan metode observasi,
korelasional dan eksposfakto ?
2. Bagaimana spesifikasi perancangan penelitian deskriptif dengan metode observasi,
korelasional dan eksposfakto ?
3. Bagaimana pelaporan penelitian deskriptif dengan metode observasi, korelasional
dan eksposfakto ?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif dengan metode
observasi, korelasional dan eksposfakto ?
2. Untuk mengetahui spesifikasi perancangan penelitian deskriptif dengan metode
observasi, korelasional dan eksposfakto ?
3. Untuk mengetahui pelaporan penelitian deskriptif dengan metode observasi,
korelasional dan eksposfakto ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE OBSERVASI
1. Definisi Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk
mengamati atau mencatat suatu peritiwa dengan langsung, biasanya peneliti mengamati
perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti, kemudian
mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
(Mortis dalam Denzin, 2009) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas
mencatat segala sesuatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya
dengan tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain. Observasi tidak hanya mengumpulkan data
visual saja namun seluruh indera dapat sepenuhnya dikaji, observasi terdiri atas
kumpulan kesan tentang lingkungan sekitar berdasarkan kemampuan daya serap
pancaindera manusia. Pada setiap metode observasi ada tiga hal yang menjadi penentu
kualitas hasil penelitian yaitu : kekuatan indera, ketepatan waktu dan bahasa penyajian.
Metode observasi umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang berusaha
memberikan gambaran mengenai peristiwa apa yang terjadi dilapangan. Peneliti sejauh
mungkin menghindari intervensi subyektif dalam bentuk pendapat emosional maupun
campur tangan praktis atas kejadian yang terjadi pada obyek penelitian. Peneliti dalam
kasus ini hanya sebagai representator fakta dalam bentuk data dan informasi yang dapat
dipercaya.
Dengan demikian observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dengan menggunakan indera
yang terjadi di lapangan atau lokasi penelitian sehingga dihasilkan kesan tentang
lingkungan sekitar.
2. Jenis-jenis Metode Observasi
Creswell (2008) mengemukakan tiga peran observer yang berbeda. Dari ketiga
peran ini, tidak ada perbedaan kualitas mana yang lebih baik. Situasi kondisi, dan
kebutuhan di lapangan yang menentukan peran mana yang akan diambil. Selain itu,
faktor kenyamanan peneliti, kualitas rapport yang dibangun, dan pemahaman akan
4
central phenomenon peneliti terhadap apa yang akan diteliti yang menetukan peran
observer mana yang akan dipilih. Ketiga peran observer tersebut antara lain:
a. Partisipant observer
Observasi partisipan, peran dalam observasi yang dipilih oleh observer
untuk mengambil bagian dan terlihat secara langsung dengan aktivitas yang
dilakukan observer /subjek peneliti.
Keuntungan peran ini, yaitu: (1) peneliti dapat mengamati secara langsung
sesuai dengan sudut pandang observer /subjek penelitian (2) peneliti dapat
berperan ganda dalam satu waktu yaitu berpartisipasi dalam kegiatan yang
dilakukan bersama dengan subjek penelitian, sekaligus melakukan pengamatan
terhadap subjek penelitian.
Kelemahan peran ini, (1) sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu
waktu yaitu melakukan pencatatan hasi observasi ketika sedang beraktivitas
bersama
dengan
subjek
penelitian. Hal
yang dapat
dilakukan
untuk
mengantisipasinya adalah harus adanya izin dari subjek penelitian untuk ikut
dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek. (2) harus ada izin dari subjek
penelitian untuk ikut serta dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian.
b. Non-Partisipant Observer
Observasi non-partisipan peran dalam observasi yang dipilih di mana dalam
melakukan pengamatan, peneliti tidak harus mengambil peran dan terlibat dengan
aktivitas observer /subjek penelitian dan hanya sebagai pengamat independen.
Dalam situasi-situasi tertentu, anda sebagai observer mungkin tidak terlalu
familiar dengan subjek penelitian. Jika dipaksakan melakukan peran observer
partisipan, justru akan menghilangkan kealamiahan setting dan perilaku subjek
yang diobservasi. Peneliti melakukan perannya di luar aktivitas atau disuatu
tempat tidak mengganggu aktivitas subjek penelitian.
Keuntungan peran ini adalah peneliti tidak perlu melakukan pendekatan
atau membina raport terhadap subjek yang diteliti. Selain itu, proses pencatatan
hasil observasi dapat dengan mudah dilakukan. Kelemahan peran ini adalah
peneliti tidak mendapatkan sudut pandang subjek dengan baik dan tidak akan
mendapat data yang mendalam.
c. Changing-role Observer
Adalah peran observer yang berganti dari observer partisipan menjadi nonpartisipan, atau sebaliknya, yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
5
maupun faktor situasional. Perubahan ini biasanya terjadi karena missal pada
awal penelitian, peneliti telah menerapkan peran observer non-partisipan namun
kemudain ada kepentingan peneliti untuk mendapat sudut pandang subjek
penelitian secara lebih detail, maka peneliti mengubah peran menjadi peran
observer partisipan.
3. Peran Peneliti dalam Metode Observasi
Denzin (2009: 526) menjelaskan ada 4 tipe pengamat (observer) dalam metode
observasi. 1) menjadi partisipan penuh, 2) partisipan sebagai pengamat, 3) pengamat
sebagai partisipan, dan 4) menjadi pengamat penuh. Fungsi peran-peran ini adalah untuk
menyeimbangkan tingkat keterlibatan dengan sikap menjaga jarak, keakraban dengan
sikap asing, kedekatan dengan menjaga jarak, berdasarkan konsep penelitian.
a. Menjadi partisipan penuh
Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari suatu kelompok yang
diamati, artinya peneliti bergabung secara penuh atau menjadi anggota secara
penuh dalam kelompok yang diamati sendiri oleh peneliti. Dengan demikian
peneliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk
yang rahasia.
b. Partisipan sebagai pengamat
Peneliti tidak sepenuhnya menjadi anggota kelompok yang diamati (misalnya
anggota kehormatan), tetapi masih dapat melakukan fungsi pengamatan. Hal-hal
rahasia masih dapat diketahui.
c. Pengamat sebagai partisipan
Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum, karena segala macam
informasi termasuk yang rahasia dapat dengan mudah diperoleh.
d. Menjadi pengamat penuh
Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan suatu eksperimen dilaboratorium yang
menggunakan kaca sepihak. Peneliti dengan bebas mengamati secara jelas
subjeknya dari belakang kaca, sedang subjeknya sama sekali tidak mengetahui
apakah mereka sedang diamati atau tidak.
6
4. Acuan Perencanaan Observasi
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam menentukan observasi adalah fokus
dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Terdapat beberapa acuan yang dapat/biasa
diobservasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana disarikan oleh Sharan B. Merriam
(1988) dari berbagai pendapat pakar penelitian kualitatif, yaitu:
a. The setting. Lingkungan fisik dan konteksnya, serta jenis perilaku yang mungkin
terjadi dalam lingkungan tersebut.
b. The participant. Siapa yang terlibat, berapa banyak orang dan peranannya, apa
yang menyebabkan mereka bersama-sama.
c. Activities and interactions. Kegiatan apa yang terjadi, bagaimana urutan
kegiatannya, bagaimana interaksi terjadi, bagaimana pandangan partisipan atas
reaksi tersebut.
d. Frequency and duration. Kapan situasi itu terjadi, berapa lama terjadinya, apakah
berulang atau unik.
e. Subtle factors. Faktor-faktor detail yang mungkin tidak begitu jelas tapi penting
seperti kegiatan informal yang tidak terencanakan. Atau apa yang tidak terjadi
yang mestinya harus terjadi.
Unsur-unsur tersebut merupakan gambaran umum yang mungkin diobservasi
sesuai relevensinya dengan fokus dan masalah penelitian, untuk itu diperlukan
kecermatan dalam menentukannya agar observasi jelas akan menentukan tingkat
penggalian data dan informasi yang diperlukan.
Secara teknis, didalam metode observasi ada beberapa hal yang tidak boleh
terlewat pada setiap proses penginderaan, perekaman, perhitungan, pengukuran dan
pencatatan gejala atau peristiwa yang muncul dilapangan, yaitu:
Objek
Waktu
observasi
Sumber
informasi
Keterangan
Meliputi jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun terjadinya peristiwa
pengamatan.
Sumber informasi bisa siapa saja. Mulai dari pelaku, objek sasaran
penelitian, nara sumber lain yang terlibat dengan peristiwa yang
diamati, atau pihak ketiga yang mengerti dan paham dengan benar
segala sesuatu yang berhubungan dengan objek sasaran penelitian.
Isi
Meliputi objek-objek seperti; identitas pelaku, apa yang dilakukan,
pengamatan kapan, dimana, kepada siapa, apa pengaruhnya, reaksi apa yang di
munculkan dan seterusnya.
Pendapat
Pencatatan pendapat subjektif penting untuk hasil akhir penelitian.
subjektif
Pendapat subjektif harus dipisahkan dari isi pengamatan. Jika perlu
7
dibuatakan kolom tersendiri. Tujuannya merekam pengaruh subjektif
yang muncul pada diri peneliti pada saat peristiwa atau kejadian utama
berlangsung.
(Sumber: Muliawan, 2014: 64-65)
5. Tahapan-Tahapan Metode Observasi
Proses penelitian observasional bergerak melalui rangkaian aktivitas yang
beragam, dari awal sampai akhir. Seperti yang di ditegaskan Spradley bahwa tahapantahapan observasi membentuk pipa cerobong yang dapat mengarahkan dan
memfokuskan perhatian peneliti pada unsur-unsur dalam setting yang secara teoritis
sekaligus empiris bersifat sangat esensial.
Mengenai tahap-tahap observasi, penulis seperti Adler dan Adler (1998), Denzin
(1989 b), dan Spradley (1980) (dalam Flick, 2002: 136) menyatakan bahwa observasi
memiliki 7 (tujuh) tahap, yaitu:
a. Seleksi suatu latar (setting) yaitu dimana dan kapan proses-proses dan individuindividu yang menarik itu dapat diobservasi.
b. Berikan definisi tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam observasi itu
dan dalam setiap kasus.
c. Latihan untuk pengamat supaya ada standarisasi misalnya apa yang dijadikan
fokus-fokus penelitian.
d. Observasi deskriptif yang memberikan suatu pemaparan umum mengenai
lapangan.
e. Observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek yang relevan
dengan pertanyaan penelitian.
f. Observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap hanya
aspek-aspek pokok.
g. Akhir dari observasi apabila kepenuhan teori telah tercapai, yaitu apabila
observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan.
6. Metode Pencatatan Observasi
Sukandarrumidi (2006:74) menjelaskan dalam usaha untuk memepertajam
observasi, pemakaian jenis sarana yang dipilih disesuaikan dengan keadaan subyek dan
kemampuan peneliti. Instrumen yang digunakan dalam pencatatan observasi adalah
anecdotal record, catatan berkala, ceklist dan rating scale .
8
a. Anecdotal record (Daftar riwayat kelakuan)
Merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti untuk melakukan hal-hal yang luar
biasa, peneliti mempunyai kebebasan untuk membuat catatan yang dianggap
penting, bahkan catatan terbut tidak harus dibuat peneliti namun juga bisa
dilakukan oleh orang lain, catatan harus dibuat secepatnya setelah kejadian
istimewa yang dicatat berupa kejadiannya bukan berdasar pendapatnya hal ini
tentunya memakan waktu yang relatif panjang.
b. Catatan berkala
Peneliti tidak mencatat macam kejadian khusus seperti yang dicatat dalam
anecdotal record melainkan mencatat semua pristiwa pada waktu tertentu semua
kejadian yang sedang berlangsung.
c. Checklist
Suatu daftar yang berisi nama subyek dan faktor yang hendak diteliti, dengan
daftar tersebut dimaksudkan untuk mensistematisisr catatan observasi, lebih dapat
dijamin ketelitian dengan pencatatan, harus dipersiapkan dengan sempurna dan
mudah cara pengoprasiannya.
No.
Aspek yang Diamati
Nama
indikator….
Siswa
1
2
3
indikator….
4
1
2
3
Indikator….
4
1
2
3
4
9
Contoh Indikator yang diamati:
1. Menghubungkan suatu kejadian
2. Mengungkapkan suatu fakta
3. Menanggapi perintah atau penjelasan guru
4. Menanyakan hal yang belum jelas
d. Rating scale
Hampir mirip dengan check list namun dibedakan pada penggunaan kolom
checklist yang bertingkat, observer cukup memberi catatan tanda tertentu dan
diskripsi panjang lebar tidak diperlukan. Dalam penyusunan lembar observasi
pengukuran sikap, dapat menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan
suatu skala penilaian untuk mengukur sikap dengan skala ordinal. Rentang yang
dipilih dari yang sangat positif sampai sangat negative, misalnya dengan
alternative pilihan mulai dari sangat baik (SB), baik (B), cukup baik (CB),kurang
baik (KB), dan tidak baik (TB). Dalam penyusunan Skala Likert sangat
bergantung dengan kemampuan peneliti untuk merumuskan indicator dari
variabel-variabel yang akan diukur (Subali, 2010: 7). Penggunaan rating scale,
peneliti diminta untuk membuat beberapa pendapat/pertimbangan tentang
kejadian atau peristiwa yang diamati.
Seorang pengamat menghendaki rating berdasarkan skala dengan 5 point
untuk mengobservasi tingkah laku, sebagai contoh: 1 = tidak sama sekali, 2 =
sangat sedikit, 3 = sedikit, 4 = banyak, 5 = sangat banyak
Indikator
Siswa ke1
2
3
4
…..
Anak meminta perhatian guru
Guru memberikan pujian
Guru meminta anak untuk menghentikan
tingkah laku yang kurang baik
7. Pelaporan Metode Observasi
Sebuah penelitian yang menggunakan metode observasi dengan tipe peneltiian
kuantitatif memerlukan pengolahan data yang sesuai. Bila pada penelitian kualiatif
dengan metode observasi pengolahan data cenderung bergantung pada kemampuan
analisis/interpretasi dari peneliti dan dapat berakibat membias. Sementara, pada
10
penelitian kuantitaif dengan metode observasi analisis oleh peneliti telah dibatasi oleh
instrumen atau skala pengukuran yang telah ditetapkan.
Apabila data telah disusun dalam bentuk ordinal dengan skala tertentu, maka
beberapa uji statistic sangat dimungkinkan penggunaannya dalam pengolahan data.
Berikut beberapa uji statistik yang dapat digunakan:
a. Uji validitas dan realibilitas data
Uji validitas yang dapat dilakukan adalah dengan bertanya kepada
seorang/beberapa validator yang ahli dibidangnya. Selanjutnya dapat pula
dilakukan dengan uji validitas product moment pearson correlation menggunakan
prinsip mengkorelasi atau menghubungkan antara masing-masing skor item
dengan skor total dalam penelitian.
Setiap data hasil validasi memiliki standar yang harus dipenuhi sebagai dasar
pengambilan keputusan maka untuk uji validitas product moment pearson
correlation yaitu jika r hitung > r table maka dinyatakan valid tetapi jika r hitung
< r table maka instrument dinyatakan tidak valid.
b. Mengolah data dengan menetukan mean dari masing-masing skor
Apabila skala yang dipakai adalah ordinal dengan diberi point tertentu maka
proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah:
1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap
pengamatan.
2) Presentasi penilaian dihitung dengan rumus :
% KP siswa.. =
�
�
�ℎ
�
�
�
�
%
Menurut Marnasusanti (2007) mengkategorian keterampilan proses sains
adalah:
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
ttabel atau 2,849 > 1,993 (α =
0,05); 2) Locus of control berpengaruh positif terhadap nilai ujian semester mata pelajaran
biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan thitung untuk variabel Locus of control
sebesar 2,879, sehingga thitung > ttabel atau 2,879 > 1,993 (α = 0,05); 3) Motivasi belajar dan
locus of control secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap nilai ujian semester mata
pelajaran biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan Fhitung > Ftabel atau 22,812 >
3,120 (α = 0,05).
Kata Kunci: Motivasi belajar, locus of control, nilai ujian
(Link: http://eprints.ums.ac.id/24789/1/Halaman_Depan.pdf )
19
C. PENELITIAN KORELASI
1. Definisi Penelitian Korelasi
Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih. Penelitian korelasi seperti yang dikatakan Gay dalam Sukardi
(2008:166) merupakan salah satu bagian penelitian eksposfakto karena biasanya
penenliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien
korelasi.
Penelitian korelasi mempunyai karakteristik penting untuk para peneliti yang
hendak menggunakannnya, karakteristik tersebut adalah: 1) penelitian korelasi tepat jika
variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel sepert dalam penelitan eksperimen, 2) memungkinkan variabel diukur secara
intensif dalam setting (lingkungan) nyata dan, 3) memungkinkan peneliti mendapatkan
derajat asosiasi yang signifikan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti memfokuskan
usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang
kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga peneliti juga dapat dapat
melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel
yang dianggap penting.
2. Jenis Rancangan Penelitian Korelasi
Shaughnessy dan Zechmeiser (dalam Emzir, 2015: 48) menyatakan penelitian
korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan yaitu 1) korelasi bivariat, 2) regresi
dan prediksi 3) regresi jamak, 4) analisis faktor dan 5) rancangan korelasi yang
digunakan untuk membuat kausal.
a. Korelasi bivariate
Rancangan korelasi bivariat merupakan rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mendikripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan
antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan
arah.
Tingkat
hubungan
(bagaimana
kuatnya
hubungan)
biasanya
diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien
20
korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien
korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi
sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan oleh simbol ““ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada
suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu
variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
b. Regresi dan prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada
salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi
merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana
pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat
lebih baik.
c. Regresi jamak
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana
dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi
yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria ( criterion
variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel
yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
d. Analisis faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah
besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
e. Rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kausal.
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path
analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design). Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur
yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan
desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
21
3. Langkah-langkah Penelitian Korelasi
Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun multivariat,
melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang kompleks (variabel kriteria) dengan
variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Untuk menguji
hubungan tersebut, langkah-langkah yang ditempuh sama meski detail masing-masing
langkah untuk keduanya berbeda, terutama dalam pengumpulan dan analisis data.
a. Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus
dilakukan peneliti adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi
fokus studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus
mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks
yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan
dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis
maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal
ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau
terdahulu.
b. Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif
homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin
dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan
mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi
antar variabel yang diteliti menjadi kabur.
Untuk
mengurangi
heterogenitas
tersebut,
peneliti
dapat
mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat
faktor tertentu, kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk
masing-masing kelompok.
c. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan
mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman
interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.
Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam
bentuk angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
22
d. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan
cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil
pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi
bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat
hubungan antara vaiabel yang satu dengan yang lain.
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya
untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan
untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan
secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau
analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan
dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat
signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
4. Kelebihan dan kelemahan Penelitian Korelasi
Sukardi (2013: 170) menjelaskan dalam penelitian korelasi mempunyai kelebihan
1) Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan karena
dengan adanya penelitian ini peneliti dimungkinan untuk mengukur dan hubungannya
secara simultan, 2) memungkinkan beberapa variabel yang mempunyai konstribusi pada
suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif, 3) dapat dilakukan analisis
prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Kelemahan penelitian korelasi yang perlu diperhatikan oleh peneliti hanya
mengidentifikasi apa yang terjadi dengan tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel, disamping itu, dengan penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun
hubungan sebab-akibat.
23
5. Contoh Penelitian Korelasi
HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KEAS X DENGAN PENERAPAN
STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
DI SMA NEGERI 6 MALANG
Dyah Ratna Fauziyah, Aloysius Duran Corebima dan Siti Zubaidah
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan
metakognitif terhadap hasil belajar Biologi dan retensi siswa dengan penerapan strategi
pembelajaran Think Pair Share (TPS). Populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA di
Malang tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil. Sampel penelitian ini adalah kelas X-1 SMA
Negeri 6 Malang. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS for MS
WINDOWS, dengan analisis korelasi regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif.
Sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif
sebesar 32,5%, dengan koefisien korelasi sebesar 0,570. Berdasarkan hasil uji regresi
didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,816X + 11,802. Ada hubungan yang signifikan
antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa. Sumbangan yang diberikan oleh
retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap hasil retensi belajar kognitif terkoreksi
sebesar 46,1% dengan koefisien korelasi sebesar 0,679. Berdasarkan hasil uji regresi
didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,834X + 11,078.
Kata kunci: keterampilan metakognitif, hasil belajar, retensi, Think Pair Share.
24
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penyusunan makalah ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau
peninjauan secara cermat dengan menggunakan indera yang terjadi di lapangan atau
lokasi penelitian sehingga dihasilkan kesan tentang lingkungan sekitar. Langkahlangkah yang dilakukan dalam penelitian observasi yaitu: a. Melakukan seleksi
terhadap setting penelitian, b. Mendefinisikan yang dapat didokumentasikan dalam
observasi disetiap kasus, c. Melakukan latihan bagi peneliti tentang aturan-aturan
yang harus ditaati dalam melakukan pengamatan sesuai fokus-fokus penelitian yang
direncanakan, Mendeskripsikan dilakukan di lapangan, d. Memfokuskan observasi
pada aspek-aspek yang relavan dengan pertanyaan penelitian, e. Menyeleksi apa yang
diobservasi dengan mengutamakan aspek-aspek pokok, f. Mengakhiri observasi
apabila tujuan observasi telah tercapai. Berdasarkan peran observer , jenis observasi
yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi,
observasi non-partisipan, dan changing-role observer .
2. Eksposfakto merupakan penelitian terhadap pengaruh dan faktor yang mempengaruhi
subjek yang telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke belakang
(restrospect) tanpa memanipulasi variabel. Dalam faktanya, penelitian eksposfakto
dilakukan karena beberapa faktor: Data mungkin sudah ada/terjadi; peneliti telah
menentukan variabel terikat, kemudian merunut ke belakang untuk menemukan
sebab, hubungan, dan maknanya; dan dapat dilakukan jika dalam beberapa hal
penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Adapun Jenis Penelitian Eksposfakto
yaitu: Retrospective studies, Prospective studies, Longitudinal studies, dan Crosssectional studies.
3. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat dimanipulasi. mempunyai
bermacam jenis rancangan yaitu a) korelasi bivariat, b) regresi dan prediksi c) regresi
jamak, d) analisis faktor dan e) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat
kausal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. (Ed). (2009). Handbook of qualitative research, 2-nded.
Thaosand Oaks: Sage Publications, Inc. Terjemahan Dariyatno, Badrus Samsul Fata,
Abi, & John Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Perss.
Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Kirk, R.E. 1995. Experimental Design: Procedure for the behavioral sciences. Pasific Grove:
Brooks/Cole Publishing Company.
Marnasusanti, Ardian. 2007. “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 5
Tegal Kelas XI IPA dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia Melalui
Metode Praktikum. Skripsi. Semarang: FMIPA Unnes.
Merriam, Sharan B. 1988. Case Study Research in Practice. San Francisco: Josey-Bass.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodologi Penelitian pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.
Subali, Bambang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi . Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis unuk Peneliti Pemula .
Yogyakarta: UGM Press.
Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktinya . Jakarta: Bumi
Aksara.
26