Kearifan Lokal di Kota Probolinggo Jawa
Kearifan Lokal di Probolinggo
1. Petik Lat
Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk
menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum
bulan puasa tbaa masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil
duduk-duduk di tepian pantai menikmat panorama laut yang tertmpa sinar bulan purnama.
Tradisi sepert ini sudah dilakukan oleh masyarakat setap tahun. Sehubungan dengan tradisi
itu diadakan lomba balap perahu (Petk auta.
Setap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu
mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi kegiatan tahunan oleh
Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petk aut ini. Kegiatan ini melambangkan
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh
umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong-royong dan
kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga
menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota Probolinggo.
2. Upacara Kasada
Kota Probolinggo mempunyai tradisi yaitu Upacara Kasada.Upacara ini diadakan
pada saat purnama bulan Kasada (ke dua belasa tahun saka, upacara ini disebut juga sebagai
Hari Raya Kurban. Biasanya lima hari sebelum upacara Yadnya Kasada, diadakan berbagai
tontonan seperti tari-tarian, balapan kuda di lautan pasir, jalan santai, pameran. Sekitar
pukul 05.00 pendeta dari masing-masing desa, serta masyarakat Tengger mendaki Gn.Bromo
untuk melempar Kurban (Sesajia ke Kawah Gn.Bromo. Setelah pendeta melempar
Ongkeknya (tempat sesajia baru diikut oleh masyarakat lainnya.
Menurut tata cara adat Suku Tengger, sebelum sesaji tersebut dibuang dan
diperebutkan di kawah Bromo, sesaji harus diberi mantera di Pure Luhur Poten sesuai hajat
orang bersangkutan. Baru kemudian sesaji yang berupa hasil bumi dan peternakan
dipersembahkan,dengan harapan, semua keinginannya dapat dikabulkan oleh yang
mbaurekso atau penguasa kawah Gunung Bromo.
Bagi warga Tengger Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan adalah
Upacara yang dilakukan oleh Masyarakat Tengger untuk memperingat Pengorbanan diri
Raden Kusuma ( Hadi Kusuma a putra ke 25 pasangan Joko Seger dan oro Anteng, yang
telah merelakan dirinya untuk berkorban demi Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta saudara –
saudaranya.
1. Petik Lat
Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk
menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum
bulan puasa tbaa masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil
duduk-duduk di tepian pantai menikmat panorama laut yang tertmpa sinar bulan purnama.
Tradisi sepert ini sudah dilakukan oleh masyarakat setap tahun. Sehubungan dengan tradisi
itu diadakan lomba balap perahu (Petk auta.
Setap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu
mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi kegiatan tahunan oleh
Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petk aut ini. Kegiatan ini melambangkan
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh
umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong-royong dan
kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga
menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota Probolinggo.
2. Upacara Kasada
Kota Probolinggo mempunyai tradisi yaitu Upacara Kasada.Upacara ini diadakan
pada saat purnama bulan Kasada (ke dua belasa tahun saka, upacara ini disebut juga sebagai
Hari Raya Kurban. Biasanya lima hari sebelum upacara Yadnya Kasada, diadakan berbagai
tontonan seperti tari-tarian, balapan kuda di lautan pasir, jalan santai, pameran. Sekitar
pukul 05.00 pendeta dari masing-masing desa, serta masyarakat Tengger mendaki Gn.Bromo
untuk melempar Kurban (Sesajia ke Kawah Gn.Bromo. Setelah pendeta melempar
Ongkeknya (tempat sesajia baru diikut oleh masyarakat lainnya.
Menurut tata cara adat Suku Tengger, sebelum sesaji tersebut dibuang dan
diperebutkan di kawah Bromo, sesaji harus diberi mantera di Pure Luhur Poten sesuai hajat
orang bersangkutan. Baru kemudian sesaji yang berupa hasil bumi dan peternakan
dipersembahkan,dengan harapan, semua keinginannya dapat dikabulkan oleh yang
mbaurekso atau penguasa kawah Gunung Bromo.
Bagi warga Tengger Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan adalah
Upacara yang dilakukan oleh Masyarakat Tengger untuk memperingat Pengorbanan diri
Raden Kusuma ( Hadi Kusuma a putra ke 25 pasangan Joko Seger dan oro Anteng, yang
telah merelakan dirinya untuk berkorban demi Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta saudara –
saudaranya.