BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Karir

  Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi (Handoko, 2000).

  Istilah karir dapat diartikan dalam beberapa pengertian (Moekijat, 1995), yaitu:

  1. Istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Karir menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat organisasinya.

  2. Istilah karir tidak lagi hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak vertikal, naik dalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karyawan masih berusaha mencapai kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang menolak pekerjaan yang lebih berat tanggungjawabnya untuk tetap dalam jabatan yang sekarang dipegang dan disukainya, makin bertambah sekarang banyak gerakan karir kesamping/secara horizontal dan kadang-kadang ke bawah.

  3. Istilah karir tidak lagi mempunyai arti yang sama dalam suatu pekerjaan dalam suatu mata pencaharian atau dalam suatu organisasi. Sekarang terdapat fakta-fakta bahwa semakin lama semakin banyak individu yang mengalami apa yang disebut banyak karir, jalur-jalur karir yang mengandung dua atau tiga bidang yang berlainan dan dua atau tiga organisasi yang berlainan pula. Tidak ada anggapan lagi bahwa organisasi dapat mengendalikan karir individu secara sepihak. Untuk memelihara pegawai yang dihargai organisasi juga menjadi lebih tanggap terhadap tuntutan individu-individu dan kebutuhan pegawai-pegawai. Terdapat lebih banyak tekanan pada perencanaan dan kurang dalam melihat bagaimana sesuatu itu menghasilkan, baik bagi pihak individu maupun pihak organisasi.

  Pada umumnya yang mempengaruhi karir seseorang adalah keluarga, lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai sumber karir, peran karyawan itu sendiri.

  Berdasarkan berbagai defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karir adalah merupakan rangkaian atau urutan posisi pekerjaan atau jabatan yang dipegang selama kehidupan kerja seseorang.

  Karir juga merupakan perkembangan jenjang jabatan yang diduduki oleh seorang pegawai. Semakin tinggi menduduki jabatan yang ditempati seseorang, maka semakin baik karir seseorang. Karir diukur dengan tingkat tantangan pekerjaan, tingkat motivasi dan peluang promosi.

  Adapun indikator dari variabel karir dalam penelitian ini di ukur dengan indikator sebagai berikut;

  1. Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai, yaitu kesesuaian antara jalur karir dengan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai kesesuaian pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan pada jalur karir (jenjang jabatan) yang di ikuti. Adanya pengembangan minat, yaitu adanya pengembangan minat yang diberikan perusahaan untuk membantu karir mereka di masa yang akan datang, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai pengembangan minat yang di ikuti dapat membantu dalam mencapai sasaran karir (posisi/jabatan) yang di inginkan.

  3. Pelaksanaan yang adil, yaitu keadilan perlakuan dalam berkarir yang juga mengandung makna adanya sebuah aturan yang jelas dan dapat dijadikan pegangan dalam memberikan kesempatan untuk berkarir tanpa membedakan satu sama lain, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai ada atau tidaknya aturan yang memberikan kesempatan yang adil dan memiliki tingkat obyektivitas bagi semua pegawai untuk dikembangkan karirnya sesuai dengan kemampuan pegawai.

  4. Kepedulian atasan langsung, yaitu keberadaan atasan langsung dalam membimbing dan mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugas sehari- hari, memberikan umpan balik tentang kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai atasannya langsung yang selalu membimbing dan mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dan selalu memberikan umpan balik tentang ke lemahan dan kekurangannya untuk diperbaiki.

  5. Kepuasan dalam karir, yaitu tingkat kepuasan akan karir (jabatan) yang ingin dicapai, yang ditunjukan dengan sifat pekerjaan yang lebih menantang, lebih bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan semakin besar responden mengenai sasaran karir yang ingin dicapai lebih menantang, lebih bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan lebih besar penghasilannya dari karir mereka sekarang.

2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga

  Terjadinya perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja telah mendorong terjadinya konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Hal ini membuat banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti sebab dan pengaruh dari konflik pekerjaan- keluarga (Judge et al, 1994).

  Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).

  Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu seperti pekerjaan yang harus diselesaikan terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain (Yang et al, 2000).

  Konflik pekerjaan keluarga sebagai konflik peran yang terjadi pada karyawan, dimana di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan.

  Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya sebagian besar waktu dan perhatian dicurahkan untuk melakukan pekerjaan sehingga kurang mempunyai waktu untuk keluarga. Sebaliknya keluarga mengganggu pekerjaan berarti sebagian besar waktu dan perhatiannya digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga sehingga mengganggu pekerjaan. Konflik pekerjaan-keluarga ini terjadi ketika kehidupan rumah seseorang berbenturan dengan tanggungjawabnya di tempat kerja, seperti masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan tugas harian, atau kerja lembur. Demikian juga tuntutan kehidupan rumah yang menghalangi seseorang untuk meluangkan waktu untuk pekerjaannya atau kegiatan yang berkenaan dengan kariernya (Frone et al, 1992).

  Konflik pekerjaan-keluarga mempunyai dua komponen, yaitu urusan keluarga mencampuri pekerjaan (family interference with work) dan urusan pekerjaan mencampuri keluarga (work interference with family). Konflik pekerjaan-keluarga dapat timbul dikarenakan urusan pekerjaan mencampuri urusan keluarga seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan atau urusan keluarga mencampuri urusan pekerjaan seperti merawat anak yang sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke kantor (Gutek, 1991).

  Beberapa peneliti menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya family interference with

  

work. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk

  menangani urasan pekerjaan daripada wanita sehingga pria dilaporkan lebih banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya work interference with

  family daripada wanita. Tiga jenis konflik pekerjaan-keluarga (Greenhaus dan

  Beutell, 1985) mengidentifikasikan, yaitu : 1.

  Time-based conflict, adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) yang dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).

  2. Strain-based conflict, terjadi pada saat tekanan salah satu peran mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.

  3. Behavior-based conflict, berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).

2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction)

2.3.1. Definisi Life Satisfaction

  Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being . Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau

  perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas dan Kepuasan hidup itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Selain itu, tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut (Hurlock, 1980). Life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal- hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain

  

satisfaction ) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan,

spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.

  Life satisfaction dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada

  kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya. Dalam hal ini, individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan memuaskan (Pavot dalam Eid dan Larsen, 2008).

  Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari life satisfaction (Pavot dalam Eid & Larsen, 2008) yang menjelaskan hubungan antara life

  satisfaction dan domain satisfaction tersebut dengan 2 pendekatan teori subjective well being yaitu bottom up theories dan top down theories.

  Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian life satisfaction dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan.

  Hubungan life satisfaction dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga memiliki life satisfaction tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek penting dari life satisfaction. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada

  

domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada life satisfaction.

  Sementara itu, top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up

  

theories . Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan

  menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada life satisfaction.

  Hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction dengan menyatakan bahwa apabila life satisfaction semakin meningkat, maka domain

  satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain tersebut (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008).

  Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal- hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain

  

satisfaction ) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu

sendiri.

2.3.2. Aspek Life satisfaction

  beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999) menyatakan bahwa dalam komponen life satisfaction ini terdapat:

  1. Keinginan untuk mengubah kehidupan, 2.

  Kepuasaan terhadap hidup saat ini, 3. Kepuasan hidup di masa lalu, 4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan, 5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

  Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam

  satisfaction with life scale , antara lain: 1.

  In most ways my life is close to my ideal.

  2. The conditions of my life are excellent.

  3. I am satisfied with my life.

  4. So far I have gotten the important things I want inlife.

  5. If I could live my life over, I would change almost nothing Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti work, family, leisure, health, finances, self dan one’s group .

  2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi

  Karakteristik individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi antara lain memiliki keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga, menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener et al, 2009), juga menyatakan bahwa individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, individu yang life satisfaction-nya tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.

  Individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai tantangan (Diener et al, 1985).

  Individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat, berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai semangat kerja tanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.

  2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction

  Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh faktor penyebab yang berbeda. Prediktor perubahan pada komponen kognitif lebih kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu (Headey et al dalam Eid dan Larsen, 2008).

  Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya life satisfaction pada seorang individu antara lain:

  1. Kesehatan individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Diener dalam Carr, 2004).

2. Status Kerja

  Individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil (Argyle dalam Carr, 2004).

  Ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri individu tersebut maka individu akan merasa tidak puas pada kehidupannya (Diener et al, 2008).

  3. Penghasilan/Pendapatan Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan life satisfaction dan juga menyatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan (Diener et al, 2008).

  4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980).

  5. Keluarga Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki

  subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang

  tidak menikah (Diener, 2009). Meskipun wanita yang menikah mungkin dilaporkan mengalami gejala stres yang lebih besar daripada wanita yang tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih tinggi. Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang lebih tinggi.

  6. Usia Manusia yang memiliki usia muda lebih bahagia daripada individu yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).

  7. Pendidikan Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective

  well being dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan

  (Diener, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita.

  8. Agama/Kepercayaan) Agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif, dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar.

  Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai. (Diener et al, 2008).

9. Hubungan sosial Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction.

  Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya.

  Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al, 2008).

2.4. Wanita Karir

2.4.1. Pengertian Wanita Karir

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), Karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).

  Wanita karir adalah mereka yang memiliki aktivitas di luar kodratnya sebagai wanita, ibu rumah tangga atau lajang. Di luar rumah mereka menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas lebih besar daripada waktu mereka di rumah. Jadi mereka benar-benar eksis sebagai wanita karir. Seorang wanita karir harus mampu membawa diri dan menempatkan diri sebaik-baiknya. Pada umumnya terdapat dua motivasi yang mendasari seorang wanita bekerja, yaitu untuk mencari tambahan nafkah guna membantu meringankan beban keluarga dan untuk meniti serta mengembangkan karir.

  Beberapa ciri wanita karir adalah sebagai berikut: 1. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.

  Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.

  3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

  Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.

  Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut dengan orang lain ia bisa bekerja sendiri yang terpenting dari hasil pekerjaannya menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi dan lebih rendah dari wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan.

  Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih tinggi bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak identik dengan babu atau pembantu rumah tangga, dokter, para ahli wanita dan sejenisnya sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.

  Meskipun ada perbedaan antara wanita karir, wanita pekerja dan tenaga kerja wanita namun tidak berarti mereka terpisah secara diametral. Bisa saja wanita karir justru dari TKW atau dari wanita bekerja. Seorang tenaga kerja wanita yang bekerja di sebuah perusahaan bisa saja pada mulanya ia hanya pesuruh kemudian meningkat menjadi manager. Maka peningkatan tersebut juga merupakan karir dari TKW. Demikian pula wanita bekerja yang karena ia giat dan gigih serta tekun dalam pekerjaannya sehingga ia meningkat terus menjadi professional dalam bidangnya, maka peningkatannya ini juga merupakan peningkatan karir.yang jelas ketiga ciri wanita di atas memiliki kesamaan yaitu mereka giat dan gigih bekerja untuk memperoleh kemajuan.

  Peran wanita karir adalah bagian yang dimainkan dan cara bertingkah laku wanita di dalam pekerjaan untuk memajukan dirinya sendiri. Wanita karir memiliki peran rangkap, yaitu peran yang melekat pada kodrat dirinya yang berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat keibuan serta pekerjaannya di luar rumah. Dengan demikian seorang wanita karir harus memenuhi berbagai persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.

  Syarat-syarat menjadi wanita karir meliputi: 1. Memiliki kesiapan mental: kaitannya dengan aspek-aspek yang lain.

  b. Kebenarian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain.

  2. Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani serta stamina yang memadai untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.

  3. Kesiapan sosial.

  a.

  Mampu mengembangkan keharmonisan hubungan antara karir dan kegiatan rumah tangga.

  b.

  Mampu menumbuhkan saling pengertian dengan keluarga dekat dan tetangga.

  c.

  Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga martabat diri sehingga terhindar dari fitnah dan gossip.

  d.

  Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terkait.

  4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi kelangsungan karir di masa depan.

  5. Menggunakkan peluang dan kesempatan dengan baik.

  6. Mempunyai pendamping yang mendukung dengan gagasan baru.

  Motivasi yang mendorong wanita terjun ke dunia karir antara lain: 1. Pendidikan.

  Pendidikan dapat melahirkan wanita karir dalam berbagai lapangan kerja.

  2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena keadaan keuangan tidak menentu atau pendapatan suami tidak memadai/mencukupi untuk kebutuhan anak-anak dan rumah tangga.

  3. Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun suami mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena sifat wanita, adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada suami.

  4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya.

  5. Untuk mengisi waktu lowong.

  6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan.

  7. Untuk mengembangkan bakat.

2.4.2. Macam-macam Wanita Karir

  Setelah mempelajari pengertian wanita karir dan membandingkannya dengan wanita bekerja dan tenaga kerja wanita, maka untuk membahas wanita karir perlu dilihat terlebih dahulu tipe-tipe wanita karir karena inti wanita karir tersebut adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi. Wanita karir dapat dibedakan kepada beberapa macam, yaitu:

  a. Wanita yang perlu berpenampilan menarik atau tidak

  Dalam kenyataannya ada wanita karir yang memang perlu tampil dengan pakaian indah, baik dan menarik, sehingga ia dapat menjalin relasi yang banyak dan meningkatkan karirnya, seperti misalnya wanita yang menjadi pimpinan dalam perusahaan, wanita yang mengandalkan penampilan dalam karirnya seperti penari, penyanyi dan peragawati. mengembangkan dan menigkatkan karir, ada wanita yang harus berhubungan langsung dengan orang lain seperti misalnya dosen, dokter, peneliti lapangan, adapula wanita karir yang tidak berhubungan langsung dalam membina karirnya, seperti misalnya penulis buku, desainer, pelukis.

  c. Wanita karir yang bisa membina karirnya di dalam rumah dan di ruangan tertentu dan tidak.

  Wanita yang dapat membina karirnya di tempat tertentu, seperti di rumah atau di ruangan tertentu tanpa harus keluar.

  Untuk memperjelas kedudukan wanita karir adanya pengklasifikasian keberadaan wanita karir yang dibedakan menjadi dua bentuk: a.

  Wanita karir yang tidak terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita yang belum pernah menikah atau wanita yang pernah menikah tetapi telah terjadi proses perceraian/talak yang aktif dalam bekerja pada bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya.

  Karena tidak ada ikatan pernikahan, maka wanita yang tergolong dalam golongan ini dapat bekerja dengan bebas tanpa adanya keterikatan dan tanggung jawab kepada siapapun. b.

  Wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita yang telah melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang ditandai dengan adanya proses akad nikah yang di dalamnya terjadi sebuah ikatan lahir batin antara si wanita dan si pria. Dari inilah lahirlah pasangan suami isteri yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Karena telah menjadi keterikatan dalam hal penyeimbangan pemenuhan hak dan kewajiban di antara keduanya.

2.4.3. Dampak Positif dan Negatif dari Wanita Karir

  Terjunnya wanita dalam dunia karir , banyak membawa pengaruh terhadap segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga, maupun kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal ini menimbulkan dampak positif dan negatif.

  Adapun pengaruh positif dengan adanya wanita karir antara lain: 1. Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapi dengan adanya wanita ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis ekonomi dapat ditanggulangi.

  2. Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang diikutinya, sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam karirnya, putara- putrinya akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri teladan bagi masa depannya.

  3. Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya wanita mampu dalan hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena keahloannya maupun karena bakatnya. Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa memiliki pola pikir yang moderat.

  5. Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan jiwanya akan menjadi sehat, sebagaimana disebutkan oleh Zakiyah Drajat dalam bukunya “ Islam dan Peran Wanita”, sebagai berikut: “ untuk kepentingan kesehatan jiwanya, wanita itu harus gesit bekerja, jika seorang tidak bekerja atau diam saja, maka ia melamun, berkhayal memikirkan atau mengenangkan hal-hal yang dalam kenyataan tidak dialami atau dirasakannya. Apabila orang terbiasa berkhayal, maka hayalan itu akan lebih mengasyikannya daripada bekerja dan berpikir secara obyektif. Orang-orang yang suka menghabiskan waktunya untuk berkhayal itu akan mudah diserang oleh gangguan dan penyakit”.

  Demikian antara lain dampak positif dari wanita karir, tetapi kalau dipandang dari dimensi lain, sangat memprihatinkan karena membawa dampak negatif, baik secara sosiologis maupun agamis. Ekses yang timbul bukan saja di kalangan wanita, tetapi juga di kalangan suami dan anak-anak sebagai anggota keluarganya, terutama bagi wanita yang mementingkan karirnya daripada rumahtangganya, sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering terlupakan. Adapun dampak negatif yang timbul dengan adanya wanita karir antara lain: 1.

  Terhadap anak.

  Wanita yang hanya mengutamakan karirnya akan berpengaruh pada hal-hal yang tidak di harapkan. Hal ini harus diakui sekalipun tidak bersifat menyeluruh bagi setiap individu yang berkarir.

  2. Terhadap suami.

  Di balik kebanggaan suami yang mempunyai isteri wanita karir yang maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui persolan-persoalan dengan isterinya.

  3. Terhadap rumah tangga.

  Kadang-kadang rumah tangga berantakan disebabkan oleh kesibukan ibu rumah tangga sebagai wanita karir yang waktunya banyak tersita oleh pekerjaannya di luar rumah.

  4. Terhadap kaum laki-laki.

  Laki-laki banyak yang menganggur akibat adanya wanita karir, kaum laki-laki tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut atau dirampas oleh kaum wanita.

  5. Terhadap masyarakat.

  Wanita karir yang kurang memperdulikan segi-segi normative dalam pergaulan dengan lain jenis dalam lingkungan pekerjaan atau dalam kehidupan sehari-hari akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu masyarakat.

6. Wanita lajang yang mementingkan karirnya kadang bisa menimbulkan budaya

  “nyeleneh” nyaris meninggalkan kodratnya sebagai kaum hawa, yang pada akhirnya mencuat budaya “lesbi atau kumpul kebo”. umum, memang tidak sedikit wanita yang berperan ganda selain menjadi wanita karir juga ibu rumah tangga untuk itu asal dapat menyiasati waktu dengan baik maka dampak negatif dapat ditanggulangi meskipun tidak sepenuhnya terselesaikan. Di dalam melakukan suatu pekerjaan memang ada dampak positif dan negatif tetapi tidak hanya wanita karir namun pria karir juga. Namun memang kebanyakan yanglebih disorot masyarakat dalam segala aspek adalah wanita karir.

2.5. Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang membahas mengenai sebagian dari permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Hernawati Mei Lestari Sihombing (2010) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada

  Wanita Bekerja di kota Medan yang berusia 25 – 40 tahun, sudah menikah dan memiliki anak serta bekerja selama 8 jam/hari”, yang menyatakan bahwa nilai korelasi antara konflik peran ganda dengan life satisfaction adalah sebesar rxy = - 0.065 dengan nilai p = 0.270 (tidak signifikan), yang artinya tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja.

  Dhamayantie (2009) melakukan penelitian dengan judul “Konsekuensi Konflik Pekerjaan-Keluarga (Work-Family Conflict) Pada Pekerja Wanita yang menikah di Kota Pontianak”, yang menunjukkan bahwa konflik pekerjaan- keluarga-pekerjaan berpengaruh positif signifikan terhadap stress pekerjaan, dan stress pekerjaan tidak bepengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja, ini berarti stress pekerjaan bukanlah variable perantara.

  Christine, W. S,dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi pada Dual Career

  Couple di Jabodetabek)”, menyimpulkan bahwa bahwa pada dual career couple di

  Jabodetabek konflik pekerjaan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik pekerjaan keluarga, konflik keluarga tidak mem-pengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik pekerjaan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja.

2.6. Kerangka Konseptual

  Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai secara indivudu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi (Handoko, 2000).

  Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).

  Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being , sedangkan Wanita karir menurut Kamus Besar Bahasa

  Indonesia (1996) adalah pihak wanita (gender) yang mempunyai pekerjaan atau jabatan, dimana diharapkan untuk berkembang pada periode yang akan datang.

  a.

  Keterkaitan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Hidup Pengembangan manajerial dari karakteristik pekerjaan dikaitkan dengan posisi-posisi pada tingkat yang lebih tinggi, seperti gaji yang lebih tinggi, kesempatan-kesempatan untuk mengatur tugas pekerjaan dari tekanan luar dan juga kesempatan-kesempatan untuk bekerja dalam bidang atau tugas yang baru.

  Pengembangan karir merupakan suatu cara bagi sebuah organisasi untuk mendukung atau meningkatkan produktivitas para pekerja, sementara itu sekaligus mempersiapkan tenaga kerja tersebut di dunia yang berubah. Karir juga dapat diartikan sebagai suatu ukuran promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi (kedudukan) yang lebih baik. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas jalurnya. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja. inspirasi pembicaraan tentang pemberdayaan dan manajemen diri dan dapat diasumsikan bahwa karir merupakan salah satu bentuk kepuasan kerja bagi seseorang wanita karir. Selanutnya dalam menguraikan hubungan karir dengan kepuasan hidup menggunakan bahasa kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup adalah penting dan kepuasan dalam bekerja menjadi penyebab terhadap kepuasan hidup sehingga disimpulkan bawa terdapat hubungan yang positif antara karir terhadap kepuasan wanita karir.

  b.

  Keterkaitan Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Salah satu bentuk dari konflik peran adalah yang muncul antara peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Konflik antara peran dalam keluarga dapat mengarah kepada stress dalam bekerja karena konflik antar peran ini memaksa seseorang untuk memerankan perilaku yang bertentangan dengan wewenang yang berbeda.

  Ada dua jenis konflik keluarga-pekerjaan yang berbeda yaitu gangguan pekerjaan dengan keluarga dan gangguan keluarga dengan pekerjaan. Wanita sangat cenderung untuk melaporkan bahwa pekerjaan terganggu oleh keluarga. Pekerjaan sangat mempengaruhi kehidupan keluarga, maka konflik yang sering timbul dalam keluarga yang menyebabkan rendahnya kecocokan antar pasangan suami istri sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup.

  Wanita karir yang merasa pekerjaannya mencampuri kehidupan keluarganya melaporkan kepuasan hidup yang lebih rendah dari pada para wanita bahwa terdapat hubungan yang negative antara terjadinya konflik pekerjaan- keluarga terhadap kepuasan wanita karir.

  Kerangka Konseptual ini mengemukakan variabel yang akan diteliti dan dapat dilihat pada gambar 2.1.

KARIR (X1) KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR (Y) KONFLIK PEKERJAAN- KELUARGA (X2)

  Sumber : Rusdi Abdul Kadir (2001)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

1.6. Hipotesis

  Hipotesis merupakan penjelasan sementara dari tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antara variabel yang sedang diteliti dan merumuskan hipotesis yang berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.

  Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H : Terdapat pengaruh yang positip dan signifikan antara karir terhadap

  1

  kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok

8 117 127

Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja Karyawan pada Pasangan Karir Ganda (Dual Career Couple) di Perum Damri Medan

7 139 144

Analisis Pengaruh Manajemen Karir dan Sistem Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Kerja Karyawan pada PT. Bank Jatim Cabang Jember

0 6 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konflik 2.1.1 Pengertian Konflik - Pengaruh Konflik Dan Kejenuhan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Melalui Motivasi Terhadap Karyawan Pt. Tolan Tiga Indonesia Medan

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengembangan Karir 2.1.1.1 Pengertian Pengembangan Karir - Pengaruh Sistem Pengembangan Karir, Kompetensi Dan Kompensasi Terhadap Intention To Leave Karyawan Pada Pt. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan

0 0 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Perusahaan - Pengaruh Pelayanan Customer Service Representative terhadap Kepuasan Pelanggan pada PT.Indosat Tbk Medan

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Kerja 2.1.1 Pengertian Iklim Kerja - Pengaruh Iklim Kerja dan Pengembangan Karir Terhadap Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Pada Kantor Pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

0 0 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Konsep Dasar Puskesmas - Pengaruh Beban Kerja dan Komitmen Petugas terhadap Kepuasan Pasien pada Unit Rawat Jalan Puskesmas Tanah Garam Kota Solok

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Wirausaha 2.1.1 Pengertian Kompetensi Wirausaha - Kompetensi dan Motivasi Kewirausahaan terhadap Kesuksesan Karir bagi para Konsultan pada PT.Orindo Alam Ayu (Oriflame) Cabang Medan

1 1 18

b. Identitas Responden - Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok

0 0 22