Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok
SKRIPSI
PENGARUH KARIR DAN KONFLIK PEKERJAAN–KELUARGA TERHADAP KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR
DI PUSKESMAS TIGA DOLOK KABUPATEN SIMALUNGUN
OLEH
Kristina Sorenson Purba 090521120
PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh karir dan konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan memberikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada semua pegawai wanita yang bertugas di Puskesmas Tiga Dolok, dan data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan laporan-laporan tertulis perusahaan, literatur-literatur di perusahaan dan bagian bahan-bahan atau tulisan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspalanasi (penjelasan) yang termasuk ke dalam penelitian asosiatif (pengaruh) yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih dengan sampel diambil secara menyeluruh dari jumlah pegawai wanita yang ada di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 40 orang pegawai yang terdiri dari Kepala puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas Pembantu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas dan regresi linier berganda.
Hasil dari Uji Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa variabel Karir dan Variabel Konflik pekerjaan-keluarga mampu menjelaskan variabel Kepuasan hidup wanita karir pada Puskesmas Tiga Dolok. Dengan demikian Puskesmas Tiga Dolok perlu memperhatikan karir dan konflik pekerjaan-keluarga pegawai dalam rangka meningkatkan kepuasan hidup pegawai terutama wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok.
Secara simultan diketahui bahwa variabel bebas karir dan konflik pekerjaan-keluarga memiliki pengaruh secara serempak terhadap kepuasan hidup wanita karir yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dengan nilai Fhitung> Ftabel (77,950 > 3,255), dan secara parsial diketahui bahwa variabel karir berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir pegawai yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dilihat dari nilai thitung(11,204) > ttabel (2,0273) sedangkan variabel konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dilihat dari nilai thitung (-2,259) > ttabel(-2,0273).
(3)
ABSTRACT
Research aims to know and analyzing influence career and conflict work with the family against gratification life woman a career in puskesmas tiga dolok kabupaten simalungun. Data used in research this is data primary, namely the data from respondents by giving a questionnaire or list question for all employees woman who served in puskesmas tiga dolok, and data secondary, namely the data through the documents and reports written company, literature-literature in companies and the materials or writing other to do with the matter to be researched.
The kind of research used is research explanation which belong to the research associative (influence) namely research connecting two variables or more with samples taken thoroughly of employment woman who in health centers tiga dolok kabupaten simalungun namely some 40 people employees consisting of head-turning puskesmas, midwives, nurse, the officer and the head of puskesmas. Instrument analysis used in this research is test validity, reliabilitas and linear of multiple regression.
The result of test coefficient of determination showed that variable career and variable work-family conflict capable of being explained variable life satisfaction woman careers in puskesmas tiga dolok. This puskesmas tiga dolok need attention to career and conflict work-family employees in order to increase life satisfaction employees especially women career in puskesmas tiga dolok.
Simultaneously known that variable free career and work-family conflict have influence in unison against gratification life career woman who works in puskesmas tiga dolok with nilai fhitung > ftabel (77,950 > 3,255), and is partial known that variable career influential positively and siginifikan against gratification life career employees woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (11,204) > ttabel (2,0273) while variable work-family conflict influential in a negative and significantly to life satisfaction career woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (-2,259) > ttabel (-2,0273). Keyword : career, work-family conflict and life satisfaction.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok”
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta, Bapak L. Purba dan Ibu A. Br. Sitohang untuk segala doa, kasih sayang dan ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac. Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalena, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(5)
5.Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan pemahaman baru dan bersedia meluangkan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Dra. Lucy Anna, MS terima kasih atas saran dan kritikan yang sangat berguna demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh staf manajemen, karyawan PT Bank Sumut Cabang Tarutung. 9. Kepada Kakak, abang dan adik saya yang sangat membantu atas saran dan
masukan serta waktu dan perhatian yang telah diberikan saat proses penulisan skripsi ini.
10.Terkhusus buat Liber sibarani terima kasih yang sebesar-besarnya atas kasih sayang dan doa yang selalu mendukung penulis.
11.Buat sahabat saya Armaya, Riza, dan Faridah yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis, terima kasih God Bless Us.
12.Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Medan, Mei 2012
Penulis
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Pengertian Karir ... 8
2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga ... 11
2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction) ... 14
2.3.1. Definisi Life Satisfaction ... 14
2.3.2. Aspek Life satisfaction ... 16
2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi ... 17
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction 18 2.4. Wanita Karir ... 22
2.4.1. Pengertian Wanita Karir ... 22
2.4.2. Macam-macam Wanita Karir ... 27
2.4.3. Dampak Positif dan Negatif dari Wanita Karir ... 28
2.5. Penelitian Terdahulu ... 32
2.6. Kerangka Konseptual ... 33
2.7. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
3.3. Batasan Operasional ... 37
3.4. Defenisi Operasional ... 38
3.4.1. Variabel Bebas ... 38
3.4.2. Variabel Terikat : Variabel Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y) ... 39
3.5. Skala Pengukuran Variabel... 41
3.6. Populasi dan Sampel ... 42
(7)
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
3.9.1. Uji Validitas ... 43
3.9.2. Uji Reliabilitas ... 44
3.10. Teknik Analisis ... 45
3.10.1. Analisis Deskriptif ... 45
3.10.2. Uji Asumsi Klasik ... 45
3.10.3. Analisis Regresi Berganda ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ... 48
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 48
4.1.1. Sejarah Singkat Puskesmas ... 48
4.1.2. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Puskesmas ... 49
4.1.2.1. Pengertian Puskesmas ... 49
4.1.2.2. Fungsi Puskesmas ... 49
4.1.2.3. Tujuan Puskesmas ... 50
4.1.3. Visi dan Misi Puskesmas ... 50
4.1.3.1. Visi Puskesmas ... 50
4.1.3.2. Misi Puskesmas ... 51
4.1.4. Pengorganisasian Puskesmas ... 52
4.2. Analisis Deskriptif ... 63
4.2.1. Deskriptif Responden ... 63
4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63
4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 64
4.2.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 64
4.2.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 65
4.2.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja... 65
4.2.2. Deskriptif Variabel ... 66
4.2.2.1. Karir (X1) ... 67
4.2.2.2. Konflik Pekerjaan-Keluarga (X2) ... 70
4.2.2.3. Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y) ... 73
4.3. Teknik Analisis 77 4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 77
4.3.1.1. Pengujian Normalitas ... 77
4.3.1.2. Pengujian Heteroskedastisitas ... 79
4.3.1.3. Pengujian Multikolinearitas ... 80
4.3.2. Analisis Linier Berganda ... 81
4.3.2.1. Uji secara Simultan/Serempak (uji F) ... 80
4.3.2.2. Koerisien Determinan (uji R) ... 80
(8)
4.4. Pembahasan 77
4.4.1. Pengaruh Karir Terhadap Kepuasan
Hidup Wanita Karir ... 77
4.4.2. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
5.1. Kesimpulan ... 48
5.2. Kesimpulan ... 48
DAFTAR PUSRAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 39
Tabel 3.2. Instrumen Skala Likert ... 40
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics ... 43
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 44
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status perkawinan ... 64
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingakat Pendidikan . 64
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidan ... 65
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 65
Tabel 4.6 Instrumen Skala Likert ... 66
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Karir (X1) ... 67
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Konflik Pekerjaan-Keluarga Pegawai ... 70
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Hidup ... 74
Tabel 4.10 Uji Glejser ... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81
Tabel 4.12 Uji Secara Simultan/Serempak (Uji F) ... 81
Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinan (Uji R) ... 82
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul HalamanGambar
Gambar 2.1.Kerangka Konseptual Penelitian ... 36
Gambar 4.1. Histogram ... 78
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 78
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Kuesioner ... 90
Lampiran 2 Tabukasi Validitas dan Reabilitas ... 94
Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reabilitas ... 96
Lampiran 4 Tabulasi Regresi ... 98
Lampiran 5 Analisis Deskriptif ... 100
Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik ... 107
Lampiran 7 Regresi Linier Berganda ... 109
(12)
ABSTRACT
Research aims to know and analyzing influence career and conflict work with the family against gratification life woman a career in puskesmas tiga dolok kabupaten simalungun. Data used in research this is data primary, namely the data from respondents by giving a questionnaire or list question for all employees woman who served in puskesmas tiga dolok, and data secondary, namely the data through the documents and reports written company, literature-literature in companies and the materials or writing other to do with the matter to be researched.
The kind of research used is research explanation which belong to the research associative (influence) namely research connecting two variables or more with samples taken thoroughly of employment woman who in health centers tiga dolok kabupaten simalungun namely some 40 people employees consisting of head-turning puskesmas, midwives, nurse, the officer and the head of puskesmas. Instrument analysis used in this research is test validity, reliabilitas and linear of multiple regression.
The result of test coefficient of determination showed that variable career and variable work-family conflict capable of being explained variable life satisfaction woman careers in puskesmas tiga dolok. This puskesmas tiga dolok need attention to career and conflict work-family employees in order to increase life satisfaction employees especially women career in puskesmas tiga dolok.
Simultaneously known that variable free career and work-family conflict have influence in unison against gratification life career woman who works in puskesmas tiga dolok with nilai fhitung > ftabel (77,950 > 3,255), and is partial known that variable career influential positively and siginifikan against gratification life career employees woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (11,204) > ttabel (2,0273) while variable work-family conflict influential in a negative and significantly to life satisfaction career woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (-2,259) > ttabel (-2,0273). Keyword : career, work-family conflict and life satisfaction.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan.
Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor yang mendorong manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Aktivitas dalam kerja mengandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk kebutuhan hidup manusia. Keterlibatan wanita dalam bekerja membawa dampak terhadap peran wanita dalam kehidupan keluarga. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah semakin banyaknya wanita membantu suami mencari tambahan penghasilan, selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga wanita semakin dapat mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan wanita untuk berpartisipasi di luar rumah, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
(14)
Wanita yang menjadi istri dan ibu sekaligus pekerja, cenderung membawa mereka pada work-family conflict. Meskipun laki-laki juga dapat mengalami
work-family conflict tetapi wanita tetap menjadi sorotan utama, karena berkaitan dengan tugas utama mereka sebagai ibu dan istri.
Dalam situs e-psikologi.com (Rini, 2002) mengatakan bahwa wanita karir yang mengalami pekerjaan-keluarga ingin dapat memainkan peran mereka sebaik mungkin secara proporsional dan seimbang. Wanita karir harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana, istri yang baik serta ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, wanita karir mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk menunjukkan prestasi kerja yang baik.
Tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan konflik pekerjaan-keluarga perempuan antara peran di rumah tangga dan peran di pekerjaan (Beutell dan Greenhaus, 1985).
Pertama, time-based conflict, meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Hal ini meliputi kesulitan dalam menyusun jadwal dan waktu yang terbatas saat tuntutan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak sesuai. Kedua, strain based
conflict yang mengacu pada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang
dihasilkan oleh peran yang satu namun ditunjukkan dalam peran yang lain. Ketiga, behavior based conflict, mengacu pada ketidaksesuaian seperangkat perilaku individu ketika bekerja dan ketika di rumah yang mengakibatkan perempuan karir biasanya sulit menukar antara peran yang satu dengan yang lain.
(15)
Harapan peran yang berbeda tersebut terlihat dengan keharusan menjadi agresif dan kompetitif di waktu kerja namun menghibur dan mengasuh di rumah.
Konflik pekerjaan-keluarga ini dapat mengarah pada ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap pola pengasuhan. Tingkat keberhasilan individu dalam memecahkan masalah penting yang menyangkut kehidupan pekerjaan dan keluarga ini akan menentukan kepuasannya dan mempengaruhi kebahagiaannya.
Kebahagiaan sudah menjadi fokus perhatian manusia sejak lama sebagai salah satu tujuan dari bidang ilmu psikologi positif. Kebahagiaan adalah keadaan yang diinginkan sebagai akibat dari kesalehan dan keadaan hidup yang positif.
Life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa
baik hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup
(domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan,
pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang (Diener dan Biswas-Diener, 2008).
Bekerja merupakan area penting dalam penentuan life satisfaction
individu. Individu laki-laki maupun perempuan yang bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja terutama bagi individu yang bekerja dengan menerima upah. Selain itu, perempuan yang memiliki pekerjaan yang bagus dan pendapatan keluarga yang tinggi juga dilaporkan mempunyai kesehatan fisik dan psikologis yang baik.
(16)
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas merupakan salah satu organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (Polindes).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang beralamat di Jalan Parapat Kecamatan Dolok Panribuan Unit Tiga Dolok Kabupaten Simalungun ini terdiri dari 40 orang wanita yang bertugas dari 48 orang jumlah total pegawai yang terdiri dari Kepala puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas Pembantu. Para pegawai di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun membutuhkan jam kerja yang tinggi dan kesabaran dalam melaksanakan aktivitas
(17)
pekerjaannya dikarenakan pekerjaan mereka adalah di bidang jasa yang dituntut memberikan pelayanan di bidang perawatan dalam upaya kesehatan masyarakat.
Untuk memberikan pelayanan yang terbaik tersebut harus diperlukan dukungan dari lingkungannya baik lingkungan kerja maupun dari lingkungan keluarga. Sebagai wanita yang memiliki peran ganda yaitu ibu rumah tangga sekaligus wanita bekerja, keluarga merupakan salah satu masalah yang dapat mengganggu jalannya aktivitas kerja. Keluarga pada umumnya menuntut seorang wanita yang sudah berkeluarga itu wajib mengemban peran penting dalam mengurus keluarga dan di lain pihak tuntutan pekerjaan yang juga harus dikerjakan dalam waktu bersamaan, sehingga sering terjadi konflik antara pekerjaan dan keluarga.
Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun memiliki pegawai wanita yang pada umumnya sudah berkeluarga dan sering terjadi masalah dalam menyelaraskan antara kedua peran tersebut sehingga kinerja pegawai dapat menurun yang juga akan berdampak pada kinerja puskesmas yang semakin buruk. Disamping itu, peran dalam kehidupannya secara sekaligus yaitu peran pekerja, peran istri dan peran ibu merupakan area (domain) yang utama yang mempengaruhi kepuasan dan kebahagiaan individu. Ketika tuntutan atau harapan berbagai peran ini muncul bersamaan dan saling bertentangan dapat menyebabkan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga ini dapat mengarah pada life satisfaction yang rendah dan ketidaknyamanan dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan individu. Begitu juga pada pegawai wanita yang belum menikah yang tinggal
(18)
bersama keluarganya, tanggung jawab sebagai anak dalam keluarga dalam membantu orang tua memenuhi kebutuhan juga mengalami konflik pekerjaan-keluarga, dimana harus menyeimbangkan kewajiban sebagai anak di tengah-tengah keluarga dan tanggung jawab dalam bekerja.
Konflik pekerjaan-keluarga yang dialami oleh wanita karir dapat menyebabkan hambatan dalam pekerjaan dimana pekerjaan-keluarga dapat membuat wanita sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga dan hubungan interpersonal sekaligus. Bila tidak ingin seperti itu disarankan sebaiknya wanita tersebut tidak berprinsip sebagai wanita super yang sanggup melakukan semuanya sendiri. Ketidakmampuan wanita karir dalam menyelesaikan konflik pekerjaan-keluarga tersebut dapat menyebabkan mereka menampilkan sikap kerja yang negatif misalnya kurang motivasi dalam bekerja, kurang konsentrasi, karena urusan keluarga sehingga dengan demikian akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karir Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kepuasan Hidup Wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yaitu: “Apakah karir dan konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun ?”.
(19)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui dan menganalisi pengaruh karir dan konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun”.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Tiga Dolok dalam mengetahui pengaruh karir dan masalah pekerjaan dengan keluarga dalam upaya pencapaian kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok.
2. Bagi Penulis
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataannya serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia mengenai pengaruh karir, konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan hidup wanita karir.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa mendatang kususnya mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu pengaruh karir, konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan hidup wanita karir.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Karir
Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi (Handoko, 2000).
Istilah karir dapat diartikan dalam beberapa pengertian (Moekijat, 1995), yaitu:
1. Istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Karir menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat organisasinya.
2. Istilah karir tidak lagi hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak vertikal, naik dalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karyawan masih berusaha mencapai kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang menolak pekerjaan yang lebih berat tanggungjawabnya untuk tetap dalam jabatan yang sekarang dipegang dan disukainya, makin bertambah sekarang banyak gerakan karir kesamping/secara horizontal dan kadang-kadang ke bawah.
(21)
3. Istilah karir tidak lagi mempunyai arti yang sama dalam suatu pekerjaan dalam suatu mata pencaharian atau dalam suatu organisasi. Sekarang terdapat fakta-fakta bahwa semakin lama semakin banyak individu yang mengalami apa yang disebut banyak karir, jalur-jalur karir yang mengandung dua atau tiga bidang yang berlainan dan dua atau tiga organisasi yang berlainan pula. 4. Tidak ada anggapan lagi bahwa organisasi dapat mengendalikan karir
individu secara sepihak. Untuk memelihara pegawai yang dihargai organisasi juga menjadi lebih tanggap terhadap tuntutan individu-individu dan kebutuhan pegawai-pegawai. Terdapat lebih banyak tekanan pada perencanaan dan kurang dalam melihat bagaimana sesuatu itu menghasilkan, baik bagi pihak individu maupun pihak organisasi.
Pada umumnya yang mempengaruhi karir seseorang adalah keluarga, lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai sumber karir, peran karyawan itu sendiri.
Berdasarkan berbagai defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karir adalah merupakan rangkaian atau urutan posisi pekerjaan atau jabatan yang dipegang selama kehidupan kerja seseorang.
Karir juga merupakan perkembangan jenjang jabatan yang diduduki oleh seorang pegawai. Semakin tinggi menduduki jabatan yang ditempati seseorang, maka semakin baik karir seseorang. Karir diukur dengan tingkat tantangan pekerjaan, tingkat motivasi dan peluang promosi.
Adapun indikator dari variabel karir dalam penelitian ini di ukur dengan indikator sebagai berikut;
(22)
1. Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai, yaitu kesesuaian antara jalur karir dengan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai kesesuaian pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan pada jalur karir (jenjang jabatan) yang di ikuti.
2. Adanya pengembangan minat, yaitu adanya pengembangan minat yang diberikan perusahaan untuk membantu karir mereka di masa yang akan datang, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai pengembangan minat yang di ikuti dapat membantu dalam mencapai sasaran karir (posisi/jabatan) yang di inginkan.
3. Pelaksanaan yang adil, yaitu keadilan perlakuan dalam berkarir yang juga mengandung makna adanya sebuah aturan yang jelas dan dapat dijadikan pegangan dalam memberikan kesempatan untuk berkarir tanpa membedakan satu sama lain, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai ada atau tidaknya aturan yang memberikan kesempatan yang adil dan memiliki tingkat obyektivitas bagi semua pegawai untuk dikembangkan karirnya sesuai dengan kemampuan pegawai.
4. Kepedulian atasan langsung, yaitu keberadaan atasan langsung dalam membimbing dan mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memberikan umpan balik tentang kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai atasannya langsung yang selalu membimbing dan mengarahkan
(23)
pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dan selalu memberikan umpan balik tentang ke lemahan dan kekurangannya untuk diperbaiki.
5. Kepuasan dalam karir, yaitu tingkat kepuasan akan karir (jabatan) yang ingin dicapai, yang ditunjukan dengan sifat pekerjaan yang lebih menantang, lebih bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan semakin besar pula penghasilannya, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai sasaran karir yang ingin dicapai lebih menantang, lebih bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan lebih besar penghasilannya dari karir mereka sekarang.
2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga
Terjadinya perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja telah mendorong terjadinya konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Hal ini membuat banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti sebab dan pengaruh dari konflik pekerjaan-keluarga (Judge et al, 1994).
Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga
(24)
dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).
Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu seperti pekerjaan yang harus diselesaikan terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga. Tuntutan keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain (Yang et al, 2000).
Konflik pekerjaan keluarga sebagai konflik peran yang terjadi pada karyawan, dimana di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan. Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya sebagian besar waktu dan perhatian dicurahkan untuk melakukan pekerjaan sehingga kurang mempunyai waktu untuk keluarga. Sebaliknya keluarga mengganggu pekerjaan berarti sebagian besar waktu dan perhatiannya digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga sehingga mengganggu pekerjaan. Konflik pekerjaan-keluarga ini terjadi ketika kehidupan rumah seseorang berbenturan dengan tanggungjawabnya di tempat kerja, seperti masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan tugas harian, atau kerja lembur. Demikian juga tuntutan kehidupan rumah yang menghalangi seseorang untuk meluangkan waktu untuk pekerjaannya atau kegiatan yang berkenaan dengan kariernya (Frone et al, 1992).
(25)
Konflik pekerjaan-keluarga mempunyai dua komponen, yaitu urusan keluarga mencampuri pekerjaan (family interference with work) dan urusan pekerjaan mencampuri keluarga (work interference with family). Konflik pekerjaan-keluarga dapat timbul dikarenakan urusan pekerjaan mencampuri urusan keluarga seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah, atau urusan keluarga mencampuri urusan pekerjaan seperti merawat anak yang sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke kantor (Gutek, 1991).
Beberapa peneliti menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya family interference with
work. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk
menangani urasan pekerjaan daripada wanita sehingga pria dilaporkan lebih banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya work interference with family daripada wanita. Tiga jenis konflik pekerjaan-keluarga (Greenhaus dan Beutell, 1985) mengidentifikasikan, yaitu :
1. Time-based conflict, adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah
satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) yang dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).
2. Strain-based conflict, terjadi pada saat tekanan salah satu peran
mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.
3. Behavior-based conflict, berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola
(26)
2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction) 2.3.1. Definisi Life Satisfaction
Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam
subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau
perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas dan Diener dalam Diener, 2009).
Kepuasan hidup itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Selain itu, tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut (Hurlock, 1980). Life satisfaction
merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain
satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan,
spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.
Life satisfaction dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada
kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya. Dalam hal ini, individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan memuaskan (Pavot dalam Eid dan Larsen, 2008).
Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari life satisfaction
(27)
satisfaction dan domain satisfaction tersebut dengan 2 pendekatan teori subjective well being yaitu bottom up theories dan top down theories.
Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian life satisfaction
dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan. Hubungan life satisfaction dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh sebab akibat domain satisfaction terhadap life satisfaction. Sebagai contoh, individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga memiliki life satisfaction tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek penting dari life satisfaction. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada
domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada life satisfaction.
Sementara itu, top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up
theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan
menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada life satisfaction.
Hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction dengan menyatakan bahwa apabila life satisfaction semakin meningkat, maka domain
satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain
tersebut (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008).
Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa life satisfaction
merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan
(28)
atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu sendiri.
2.3.2. Aspek Life satisfaction
Diener (2008) mengemukakan pembahasan lebih lanjut dalam jurnal beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999) menyatakan bahwa dalam komponen life satisfaction ini terdapat:
1. Keinginan untuk mengubah kehidupan, 2. Kepuasaan terhadap hidup saat ini, 3. Kepuasan hidup di masa lalu,
4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan, 5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.
Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam
satisfaction with life scale, antara lain: 1. In most ways my life is close to my ideal.
2. The conditions of my life are excellent.
3. I am satisfied with my life.
4. So far I have gotten the important things I want inlife.
5. If I could live my life over, I would change almost nothing
Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti
(29)
2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi
Karakteristik individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi antara lain memiliki keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga, menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu dengan life satisfaction tinggi dikatakan juga tidak memiliki masalah dengan kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener et al, 2009), juga menyatakan bahwa individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, individu yang life satisfaction-nya tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.
Individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai tantangan (Diener et al, 1985).
Individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat, berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai semangat kerja tanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction
Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh faktor penyebab yang berbeda. Prediktor perubahan pada komponen kognitif lebih
(30)
kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu (Headey et al dalam Eid dan Larsen, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya life satisfaction pada seorang individu antara lain:
1. Kesehatan
Hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Diener dalam Carr, 2004).
2. Status Kerja
Individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil (Argyle dalam Carr, 2004).
Ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri individu tersebut maka individu akan merasa tidak puas pada kehidupannya (Diener et al, 2008).
(31)
3. Penghasilan/Pendapatan
Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan life satisfaction dan juga menyatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan (Diener et al, 2008). 4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980). 5. Keluarga
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki
subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang
tidak menikah (Diener, 2009). Meskipun wanita yang menikah mungkin dilaporkan mengalami gejala stres yang lebih besar daripada wanita yang tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih tinggi. Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang lebih tinggi.
(32)
6. Usia
Manusia yang memiliki usia muda lebih bahagia daripada individu yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).
7. Pendidikan
Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective
well being dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan
(Diener, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita.
8. Agama/Kepercayaan)
Agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif, dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar.
Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai. (Diener et al, 2008).
(33)
9. Hubungan sosial
Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction.
Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al, 2008).
2.4. Wanita Karir
2.4.1. Pengertian Wanita Karir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), Karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).
Wanita karir adalah mereka yang memiliki aktivitas di luar kodratnya sebagai wanita, ibu rumah tangga atau lajang. Di luar rumah mereka menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas lebih besar daripada waktu mereka di rumah. Jadi mereka benar-benar eksis sebagai wanita karir. Seorang wanita karir harus mampu membawa diri dan menempatkan diri sebaik-baiknya. Pada umumnya terdapat dua motivasi yang mendasari seorang wanita bekerja,
(34)
yaitu untuk mencari tambahan nafkah guna membantu meringankan beban keluarga dan untuk meniti serta mengembangkan karir.
Beberapa ciri wanita karir adalah sebagai berikut:
1. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.
3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.
Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut dengan orang lain ia bisa bekerja sendiri yang terpenting dari hasil pekerjaannya
(35)
menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi dan lebih rendah dari wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan.
Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan pekerjaan untuk menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih tinggi bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak identik dengan babu atau pembantu rumah tangga, dokter, para ahli wanita dan sejenisnya sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.
Meskipun ada perbedaan antara wanita karir, wanita pekerja dan tenaga kerja wanita namun tidak berarti mereka terpisah secara diametral. Bisa saja wanita karir justru dari TKW atau dari wanita bekerja. Seorang tenaga kerja wanita yang bekerja di sebuah perusahaan bisa saja pada mulanya ia hanya pesuruh kemudian meningkat menjadi manager. Maka peningkatan tersebut juga merupakan karir dari TKW. Demikian pula wanita bekerja yang karena ia giat dan gigih serta tekun dalam pekerjaannya sehingga ia meningkat terus menjadi professional dalam bidangnya, maka peningkatannya ini juga merupakan peningkatan karir.yang jelas ketiga ciri wanita di atas memiliki kesamaan yaitu mereka giat dan gigih bekerja untuk memperoleh kemajuan.
Peran wanita karir adalah bagian yang dimainkan dan cara bertingkah laku wanita di dalam pekerjaan untuk memajukan dirinya sendiri. Wanita karir memiliki peran rangkap, yaitu peran yang melekat pada kodrat dirinya yang
(36)
berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat keibuan serta pekerjaannya di luar rumah. Dengan demikian seorang wanita karir harus memenuhi berbagai persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.
Syarat-syarat menjadi wanita karir meliputi: 1. Memiliki kesiapan mental:
a. Wawasan yang memadai tentang bidang yang digelutinya beserta kaitannya dengan aspek-aspek yang lain.
b. Kebenarian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain.
2. Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani serta stamina yang memadai untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.
3. Kesiapan sosial.
a. Mampu mengembangkan keharmonisan hubungan antara karir dan kegiatan rumah tangga.
b. Mampu menumbuhkan saling pengertian dengan keluarga dekat dan tetangga.
c. Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga martabat diri sehingga terhindar dari fitnah dan gossip.
d. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terkait.
4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi kelangsungan karir di masa depan.
5. Menggunakkan peluang dan kesempatan dengan baik.
(37)
Motivasi yang mendorong wanita terjun ke dunia karir antara lain: 1. Pendidikan.
Pendidikan dapat melahirkan wanita karir dalam berbagai lapangan kerja. 2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena keadaan
keuangan tidak menentu atau pendapatan suami tidak memadai/mencukupi kebutuhan, atau karena suami telah meninggal dan tidak meninggalkan harta untuk kebutuhan anak-anak dan rumah tangga.
3. Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun suami mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena sifat wanita, adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada suami.
4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. 5. Untuk mengisi waktu lowong.
6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan. 7. Untuk mengembangkan bakat.
2.4.2. Macam-macam Wanita Karir
Setelah mempelajari pengertian wanita karir dan membandingkannya dengan wanita bekerja dan tenaga kerja wanita, maka untuk membahas wanita karir perlu dilihat terlebih dahulu tipe-tipe wanita karir karena inti wanita karir tersebut adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi. Wanita karir dapat dibedakan kepada beberapa macam, yaitu:
(38)
Dalam kenyataannya ada wanita karir yang memang perlu tampil dengan pakaian indah, baik dan menarik, sehingga ia dapat menjalin relasi yang banyak dan meningkatkan karirnya, seperti misalnya wanita yang menjadi pimpinan dalam perusahaan, wanita yang mengandalkan penampilan dalam karirnya seperti penari, penyanyi dan peragawati.
b. Wanita karir yang berhubungan langsung dengan orang lain dan tidak dalam mengembangkan dan menigkatkan karir, ada wanita yang harus berhubungan langsung dengan orang lain seperti misalnya dosen, dokter, peneliti lapangan, adapula wanita karir yang tidak berhubungan langsung dalam membina karirnya, seperti misalnya penulis buku, desainer, pelukis.
c. Wanita karir yang bisa membina karirnya di dalam rumah dan di ruangan tertentu dan tidak.
Wanita yang dapat membina karirnya di tempat tertentu, seperti di rumah atau di ruangan tertentu tanpa harus keluar.
Untuk memperjelas kedudukan wanita karir adanya pengklasifikasian keberadaan wanita karir yang dibedakan menjadi dua bentuk:
a. Wanita karir yang tidak terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita yang belum pernah menikah atau wanita yang pernah menikah tetapi telah terjadi proses perceraian/talak yang aktif dalam bekerja pada bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya. Karena tidak ada ikatan pernikahan, maka wanita yang tergolong dalam golongan ini dapat bekerja dengan bebas tanpa adanya keterikatan dan tanggung jawab kepada siapapun.
(39)
b. Wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita yang telah melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang ditandai dengan adanya proses akad nikah yang di dalamnya terjadi sebuah ikatan lahir batin antara si wanita dan si pria. Dari inilah lahirlah pasangan suami isteri yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Karena telah menjadi pasangan suami isteri, maka keduanya mempunyai keterikatan. Terutama keterikatan dalam hal penyeimbangan pemenuhan hak dan kewajiban di antara keduanya.
2.4.3. Dampak Positif dan Negatif dari Wanita Karir
Terjunnya wanita dalam dunia karir , banyak membawa pengaruh terhadap segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga, maupun kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal ini menimbulkan dampak positif dan negatif.
Adapun pengaruh positif dengan adanya wanita karir antara lain:
1. Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapi dengan adanya wanita ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis ekonomi dapat ditanggulangi.
2. Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang diikutinya, sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam karirnya, putara-putrinya akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri teladan bagi masa depannya.
(40)
3. Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya wanita mampu dalan hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena keahloannya maupun karena bakatnya.
4. Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa memiliki pola pikir yang moderat.
5. Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan jiwanya akan menjadi sehat, sebagaimana disebutkan oleh Zakiyah Drajat dalam bukunya “ Islam dan Peran Wanita”, sebagai berikut: “ untuk kepentingan kesehatan jiwanya, wanita itu harus gesit bekerja, jika seorang tidak bekerja atau diam saja, maka ia melamun, berkhayal memikirkan atau mengenangkan hal-hal yang dalam kenyataan tidak dialami atau dirasakannya. Apabila orang terbiasa berkhayal, maka hayalan itu akan lebih mengasyikannya daripada bekerja dan berpikir secara obyektif. Orang-orang yang suka menghabiskan waktunya untuk berkhayal itu akan mudah diserang oleh gangguan dan penyakit”.
Demikian antara lain dampak positif dari wanita karir, tetapi kalau dipandang dari dimensi lain, sangat memprihatinkan karena membawa dampak negatif, baik secara sosiologis maupun agamis. Ekses yang timbul bukan saja di kalangan wanita, tetapi juga di kalangan suami dan anak-anak sebagai anggota keluarganya, terutama bagi wanita yang mementingkan karirnya daripada
(41)
rumahtangganya, sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering terlupakan. Adapun dampak negatif yang timbul dengan adanya wanita karir antara lain:
1. Terhadap anak.
Wanita yang hanya mengutamakan karirnya akan berpengaruh pada pembinaan dan pendidikan anak-anak maka tidak aneh kalau banyak terjadi hal-hal yang tidak di harapkan. Hal ini harus diakui sekalipun tidak bersifat menyeluruh bagi setiap individu yang berkarir.
2. Terhadap suami.
Di balik kebanggaan suami yang mempunyai isteri wanita karir yang maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui persolan-persoalan dengan isterinya.
3. Terhadap rumah tangga.
Kadang-kadang rumah tangga berantakan disebabkan oleh kesibukan ibu rumah tangga sebagai wanita karir yang waktunya banyak tersita oleh pekerjaannya di luar rumah.
4. Terhadap kaum laki-laki.
Laki-laki banyak yang menganggur akibat adanya wanita karir, kaum laki-laki tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut atau dirampas oleh kaum wanita.
5. Terhadap masyarakat.
Wanita karir yang kurang memperdulikan segi-segi normative dalam pergaulan dengan lain jenis dalam lingkungan pekerjaan atau dalam kehidupan
(42)
sehari-hari akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu masyarakat.
6. Wanita lajang yang mementingkan karirnya kadang bisa menimbulkan budaya “nyeleneh” nyaris meninggalkan kodratnya sebagai kaum hawa, yang pada akhirnya mencuat budaya “lesbi atau kumpul kebo”.
Di zaman teknologi sekarang ini, sosok wanita karir merupakan fenomena umum, memang tidak sedikit wanita yang berperan ganda selain menjadi wanita karir juga ibu rumah tangga untuk itu asal dapat menyiasati waktu dengan baik maka dampak negatif dapat ditanggulangi meskipun tidak sepenuhnya terselesaikan. Di dalam melakukan suatu pekerjaan memang ada dampak positif dan negatif tetapi tidak hanya wanita karir namun pria karir juga. Namun memang kebanyakan yanglebih disorot masyarakat dalam segala aspek adalah wanita karir.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai sebagian dari permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hernawati Mei Lestari Sihombing (2010) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada Wanita Bekerja di kota Medan yang berusia 25 – 40 tahun, sudah menikah dan memiliki anak serta bekerja selama 8 jam/hari”, yang menyatakan bahwa nilai korelasi antara konflik peran ganda dengan life satisfaction adalah sebesar rxy = -0.065 dengan nilai p = 0.270 (tidak signifikan), yang artinya tidak ada hubungan
(43)
negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja.
Dhamayantie (2009) melakukan penelitian dengan judul “Konsekuensi Konflik Pekerjaan-Keluarga (Work-Family Conflict) Pada Pekerja Wanita yang menikah di Kota Pontianak”, yang menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga tidak berpengaruh positif signifikan terhadap stres pekerjaan, konflik keluarga-pekerjaan berpengaruh positif signifikan terhadap stress pekerjaan, dan stress pekerjaan tidak bepengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja, ini berarti stress pekerjaan bukanlah variable perantara.
Christine, W. S,dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi pada Dual Career
Couple di Jabodetabek)”, menyimpulkan bahwa bahwa pada dual career couple di
Jabodetabek konflik pekerjaan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik pekerjaan keluarga, konflik keluarga tidak mem-pengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik pekerjaan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja.
2.6. Kerangka Konseptual
Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai secara indivudu dalam jenjang jabatan atau
(44)
kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi (Handoko, 2000).
Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).
Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam
subjective well being, sedangkan Wanita karir menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996) adalah pihak wanita (gender) yang mempunyai pekerjaan atau jabatan, dimana diharapkan untuk berkembang pada periode yang akan datang. a. Keterkaitan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Hidup
Pengembangan manajerial dari karakteristik pekerjaan dikaitkan dengan posisi-posisi pada tingkat yang lebih tinggi, seperti gaji yang lebih tinggi, kesempatan-kesempatan untuk mengatur tugas pekerjaan dari tekanan luar dan juga kesempatan-kesempatan untuk bekerja dalam bidang atau tugas yang baru.
Pengembangan karir merupakan suatu cara bagi sebuah organisasi untuk mendukung atau meningkatkan produktivitas para pekerja, sementara itu sekaligus mempersiapkan tenaga kerja tersebut di dunia yang berubah. Karir juga dapat diartikan sebagai suatu ukuran promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke
(45)
jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi (kedudukan) yang lebih baik. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas jalurnya. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja.
Sisem karir dan motivasi manajerial, merupakan perlakuan yang adil atas inspirasi pembicaraan tentang pemberdayaan dan manajemen diri dan dapat diasumsikan bahwa karir merupakan salah satu bentuk kepuasan kerja bagi seseorang wanita karir. Selanutnya dalam menguraikan hubungan karir dengan kepuasan hidup menggunakan bahasa kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup adalah penting dan kepuasan dalam bekerja menjadi penyebab terhadap kepuasan hidup sehingga disimpulkan bawa terdapat hubungan yang positif antara karir terhadap kepuasan wanita karir.
b. Keterkaitan Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup
Salah satu bentuk dari konflik peran adalah yang muncul antara peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Konflik antara peran dalam keluarga dapat mengarah kepada stress dalam bekerja karena konflik antar peran ini memaksa seseorang untuk memerankan perilaku yang bertentangan dengan wewenang yang berbeda.
Ada dua jenis konflik keluarga-pekerjaan yang berbeda yaitu gangguan pekerjaan dengan keluarga dan gangguan keluarga dengan pekerjaan. Wanita sangat cenderung untuk melaporkan bahwa pekerjaan terganggu oleh keluarga.
(46)
Pekerjaan sangat mempengaruhi kehidupan keluarga, maka konflik yang sering timbul dalam keluarga yang menyebabkan rendahnya kecocokan antar pasangan suami istri sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup.
Wanita karir yang merasa pekerjaannya mencampuri kehidupan keluarganya melaporkan kepuasan hidup yang lebih rendah dari pada para wanita wanita karir yang tidak adanya pengaruh tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negative antara terjadinya konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan wanita karir.
Kerangka Konseptual ini mengemukakan variabel yang akan diteliti dan dapat dilihat pada gambar 2.1.
KARIR (X1)
KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA (X2)
KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR (Y)
Sumber : Rusdi Abdul Kadir (2001)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
1.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan penjelasan sementara dari tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antara variabel yang sedang diteliti dan merumuskan hipotesis yang berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan kualitatif.
(47)
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh yang positip dan signifikan antara karir terhadap kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun.
H2 : Terdapat pengaruh yang negatip dan signifikan antara terjadinya konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun.
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspalanasi (penjelasan) dimana penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996). Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk ke dalam penelitian asosiatif (pengaruh) yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih yaitu variabel karir (X1) dan variabel konflik pekerjaan dengan keluarga (X2) berpengaruh terhadap kepuasan hidup wanita karir (Y).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang beralamat di Jalan Parapat Kecamatan Dolok Panribuan Unit Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2012.
3.3. Batasan Operasional
Batasan Operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang simpangsiur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
(49)
1. Variabel Independen (Bebas) a. Variabel karir (X1)
b. Variabel konflik pekerjaan dengan keluarga (X2) 2. Variabel Dependen (Terikat) adalah
- Variabel kepuasan hidup wanita karir (Y)
3.4. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional variabel dipergunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman penelitian. Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas terdiri dari dua variabel, yaitu sebagai berkut: 1. Variabel Karir (X1)
Karir menunjukkan perkembangan para pegawai di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun secara indivudu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi tersebut.
Adapun indikator dari karir, yaitu:
a) Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai b) Adanya pengembangan minat
c) Pelaksanaan yang adil d) Kepedulian atasan langsung
(50)
2. Variabel Konflik Pekerjaan dengan Keluarga (X2)
Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya.
Adapun indikator Konflik Pekerjaan dengan Keluarga, yaitu:
a) Time-based conflict
b) Strain-based conflict
c) Behavior-based conflict,
3.4.2. Variabel Terikat : Variabel Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y)
Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam
subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau
perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Andrews dan Withey mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive affect dan negative affect (sebagai komponen afektif dari subjective well being) serta life satisfaction (sebagai komponen kognitif).
Adapun indikator Kepuasan Hidup Wanita Karir adalah sebagai berikut: a) Kesehatan
(51)
b) Status Kerja
c) Penghasilan/Pendapatan
d) Realisme dari Konsep-konsep Peran e) Keluarga
f) Usia
g) Pendidikan
h) Agama/Kepercayaan i) Hubungan sosial
Operasional variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Variabel
Karir (X1) Semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang
a) Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai
b) Adanya pengembangan minat
c) Pelaksanaan yang adil d) Kepedulian atasan
langsung
e) Kepuasan dalam karir
Likert
Konflik Pekerjaan dengan Keluarga (X2)
bentuk konflik peran ganda dalam pekerjaan-keluarga tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal
a) Time-based conflict
b) Strain-based conflict
c) Behavior-based conflict, Likert Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y) kemampuan seseorang wanita karir untuk menikmati kehidupan sehari-hari yang disertai dengan tingkat kegembiraan
a) Kesehatan b) Status kerja
c) Penghasilan/Pendapatan d) Realisme dari
konsep-konsep peran e) Keluarga f) Usia
g) Pendidikan
h) Agama/Kepercayaan i) Hubungan sosial
(52)
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert sebagai alat mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2005). Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indicator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Pernyataan Skor
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Kurang Setuju (KS) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber : Sugiyono (2005)
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua wanita karir yang bertugas dan bertanggung jawab di masing-masing unit organisasi yang ada di Puskesmas Tiga Dolok kabupaten Simalungun. Jumlah populasi yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 40 orang wanita yang bertugas, terdiri dari Kepala Puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas Pembantu. Semua populasi akan diobservasi, dengan demikian digunakan metode sensus.
(53)
3.7. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan memberikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada semua pegawai wanita yang bertugas di Puskesmas Tiga Dolok.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan laporan-laporan tertulis perusahaan, literature-literatur di perusahaan dan bagian bahan-bahan atau tulisan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara langsung kepada responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban itu ditentukan skornya dengan menggunakan skala likert.
2. Wawancara
Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan responden terpilih di lokasi penelitian dengan pihak-pihak terkait.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data dari buku-buku literatur, jurnal, artikel, majalah dan situs internet yang berkaitan dengan penelitian.
(54)
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner disebarkan layak untuk dijadikan penelitian.
3.9.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian yang merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r
hitung> r table maka pertanyaan tersebut valid 2. Jika r
hitung< r tablemaka pertanyaan tersebut tidak valid 3. r
hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.
Penyebaran kuisioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang responden di luar dari responden penelitian. Nilai r
tabel dengan ketentuan df = jumlah kasus = 30 dan tingkat signifikansi sebesar 5%, angka yang diperoleh = 0,361.
(55)
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keterangan
Q1 98.7000 217.666 .639 .954 valid
Q2 99.0667 222.685 .412 .956 valid
Q3 99.0000 222.690 .424 .956 valid
Q4 98.7333 218.547 .581 .954 valid
Q5 99.1333 220.120 .545 .954 valid
Q6 99.3000 219.183 .618 .954 valid
Q7 99.0667 210.064 .801 .952 valid
Q8 99.0333 210.033 .845 .952 valid
Q9 99.1000 210.300 .820 .952 valid
Q10 99.1333 213.430 .725 .953 valid
Q11 98.8000 222.234 .450 .955 valid
Q12 99.0000 222.552 .404 .956 valid
Q13 99.0000 209.448 .841 .952 valid
Q14 98.7667 219.220 .568 .954 valid
Q15 99.0000 211.586 .831 .952 valid
Q16 98.7000 217.666 .639 .954 valid
Q17 99.0000 210.966 .857 .952 valid
Q18 99.1000 210.921 .833 .952 valid
Q19 99.0000 222.552 .404 .956 valid
Q20 99.1333 220.120 .545 .954 valid
Q21 99.0000 210.966 .817 .952 valid
Q22 98.9667 213.413 .766 .952 valid
Q23 98.9000 210.783 .863 .951 valid
Q24 98.9333 221.651 .432 .956 valid
Q25 98.6667 216.713 .707 .953 valid
Q26 98.7000 217.666 .639 .954 valid
Q27 99.0000 222.552 .404 .956 Valid
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 15.0 (2013)
Tabel 4.10 menunjukkan semua butir pernyataan memiliki nilai Corrected Item Total Correlation yang lebih besar dari nilai r
tabel (0,361). Dengan demikian semua butir pernyataan dinyatakan valid.
(56)
3.9.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrument penelitian. Instrument yang reliabel adalah instrument yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005). Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawaban-jawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r
alpha positif atau ≥ rtablemaka pertanyaan reliabel 2. Jika r
aplha negatif atau < rtablemaka pertanyaan tidak reliabel
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang pegawai Puskesmas Tiga Dolok.
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Re liability Statistic s
.95 5 27
Cr onba ch's
Alp ha N of Ite ms
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 15.0 (2013)
Pada 27 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha adalah sebesar 0,955. Ini berarti 0,955 > 0,6 dan 0,955 > 0,80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuisioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan.
(57)
3.10. Teknis Analisis
Analisis dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :
3.10.1. Analisis Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Penganalisaan data dengan cara menyusun data, mengelompokkannya, selanjutnya menginterpretasikannya sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi perusahaan.
3.10.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, agar dapat perkiraan yang tidak bias maka dilakukan pengujian asumsi klasik, yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov –
Smirnov. Dengan menggunakan signifikan 5% (0,005) maka nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5 % artinya variabel residual berdistribusi normal.
(58)
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Artinya, jika varians variabel independen adalah konstan (sama) untuk setiap nilai tertentu variabel independen disebut homoskedatisitas. Sedangkan, heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan variate inflation factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :
VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas
Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas
3.10.3. Analisis Regresi Berganda
Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 16.00 agar hasil yang diperoleh lebih terarah.
(59)
Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b
1 X1 + b2 X2+ e
Dimana :
Y = Kepuasan hidup Wanita Karir a = Konstanta
b
1, b2 = Koefisien regresi berganda X
1 = Karir X
2 = Konflik Pekerjaan-Keluarga
e = Variabel pengganggu (standard error)
Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H
0 ditolak), sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H
0diterima.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1). Uji Secara Simultan/Serempak (Uji - F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan (serempak) terhadap varibel terikat. Bentuk pengujian adalah sebagai berikut :
a) H
0 : b1 = b2= 0, (karir dan konflik pekerjaan-keluarga tidak memiliki pengaruh secara serempak terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun)
(60)
b) H
a : b1 = b2≠ 0, (karir dan konflik pekerjaan-keluarga memiliki pengaruh secara serempak terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun)
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. H
oditerima jika F hitung < F tabel pada α = 5% 2. H
a diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%
2). Uji Secara Parsial/Individual (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
a) H
o : bi = 0, (karir dan konflik pekerjaan-keluarga tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun)
b) H
a : bi ≠ 0, (karir dan konflik pekerjaan-keluarga memiliki pengaruh secara parsial terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun)
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. H
oditerima jika t hitung < t tabel pada α = 5% 2. H
o ditolak jika t hitung ≥t tabel pada α = 5%
(61)
Koefisien Goodeness of Fit atau koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) ini berkisar
antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1), dimana semakin tinggi R2 (mendekati 1) berarti variabel- variabel bebas yang terdiri dari variabel karir (X1) dan variabel konflik pekerjaan-keluarga (X2) memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat yaitu variabel kepuasan hidup wanita karir (Y) dan apabila R2 = 0 menunjukkan variabel bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel terikat.
(1)
11 27.5 27.5 27.5
17 42.5 42.5 70.0
12 30.0 30.0 100.0
40 100.0 100.0
3.00 4.00 5.00 Total Valid
Frequency Percent Valid P ercent
Cumulative Percent
P_26
2 5.0 5.0 5.0
11 27.5 27.5 32.5
18 45.0 45.0 77.5
9 22.5 22.5 100.0
40 100.0 100.0
2.00 3.00 4.00 5.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
P_27
3 7.5 7.5 7.5
13 32.5 32.5 40.0
15 37.5 37.5 77.5
9 22.5 22.5 100.0
40 100.0 100.0
2.00 3.00 4.00 5.00 Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(2)
Lampiran 6
Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
(3)
Uji Glejser
Coefficientsa
7.806 2.633 2.964 .005
-.115 .043 -.418 -2.680 .011
-.062 .057 -.169 -1.080 .287
(Constant) Karir
Konflik_Pekerjaan_ Keluarga
Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: abs ut a.
c. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
12.366 4.862 2.544 .015
.887 .079 .838 11.204 .000 .926 1.080
-.239 .106 -.169 -2.259 .030 .926 1.080
(Constant) Karir
Konflik_Pekerjaan_ Keluarga Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
(4)
Lampiran 7
Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removedb
Konflik_ Pekerjaan _Keluarga, Karira . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Kepuasan_Hidup_Wanita_Karir b.
Model Summ aryb
.899a .808 .798 2.50554
Model 1
R R Square
Adjust ed R Square
St d. E rror of the Es timate Predic tors: (Constant), Konflik_Pek erjaan_K eluarga, Karir
a.
Dependent Variable: K epuasan_Hidup_Wanita_Karir b.
a. Hasil Uji-F
ANOV Ab
978.698 2 489.349 77.950 .000a
232.277 37 6.278
1210.975 39 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean S quare F Sig.
Predic tors: (Constant), Konflik_P ekerjaan_K eluarga, Karir a.
Dependent Variable: Kepuasan_Hidup_W anita_K arir b.
(5)
Coefficientsa
12.366 4.862 2.544 .015
.887 .079 .838 11.204 .000
-.239 .106 -.169 -2.259 .030
(Constant) Karir
Konflik_Pekerjaan_ Keluarga
Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kepuas an_Hidup_Wanita_Karir a.
(6)
Lampiran 8
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TIGA DOLOK
KEPALA PUSKESMAS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN
TATA USAHA
PERLENGKAPAN ADMINISTRASI
KEPEGAWAIAN
PERAWAT BIDAN ASS. APOTEKER PETUGAS GIZI DOKTER GIGI