Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies pada anak–anak merupakan penyakit paling umum terjadi. Tingginya angka ECC ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Perhatian orang tua terhadap kebersihan rongga mulut anak, sosial ekonomi keluarga maupun diet atau makanan yang diberikan juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak. Kunjungan berkala ke dokter gigi diharapkan mampu mengurangi tingginya prevalensi ECC.

  2.1 Early Childhood Caries Sejak awal dipublikasikan mengenai kavitas pada gigi desidui anak-anak, istilahnya telah berubah dari bootle rot ke istilah yang lebih umum yaitu ECC.

  Nama ini kombinasi dari beberapa kata-kata, misalnya: baby bottle, nursing

  bottle , dan night bottle. Penggabungan istilah itu dilakukan untuk satu tujuan

  1 yaitu mengambil sebuah definisi dari Early Childhood Caries.

  Early Childhood Caries (ECC) yaitu proses karies yang ditandai dengan

  adanya kavitas pada gigi, gigi yang dicabut atau ditambal akibat karies. ECC adalah penyakit infeksius yang melibatkan satu atau lebih gigi desidui.

  Streptococcus mutans diduga sebagai penyebab utama terjadinya ECC pada anak- 7, 12 anak ini.

  2.2 Prevalensi

  American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) menetapkan kriteria untuk

  ECC yaitu suatu penyakit kronis yang kondisinya digambarkan dengan terdapat satu atau lebih decay (baik lesi kavitas maupun non kavitas), gigi yang hilang, atau ditambal karena karies pada anak-anak dibawah usia 71 bulan. Tahun 2007 CDC melaporkan melalui kegiatan survey yang dilakukan NHANES antara tahun 1999- mempunyai pengalaman karies dan sepertiga dari anak-anak ini (73,4%) tidak melakukan perawatan pada giginya. Survey ini melibatkan kurang lebih 4,5 juta anak-

  1,28 anak, dan tiga juta dari anak-anak tersebut membutuhkan perawatan pada giginya.

  Di Indonesia khususnya Jakarta pada tahun 2001 prevalensi ECC pada anak usia 3-5 tahun sebanyak 81,2%. Selanjutnya sebuah penelitian pada 1099 anak-anak

  2 usia prasekolah di Jakarta menunjukkan bahwa 85,17% anak menderita ECC.

  2.3 Tahapan Perkembangan Early Childhood Caries ECC ini merupakan penyakit serius yang menimbulkan rasa sakit pada anak- anak jika tidak dilakukan perawatan yang tepat. Karies ini berkembang dengan cepat

  5 dan prosesnya segera terjadi setelah gigi desidui mulai erupsi dalam rongga mulut. 5,7,9

  Terdapat empat tahapan perkembangan ECC pada gigi:

  a) Tahapan inisial Disini terjadi demineralisasi pada gigi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya white spot pada permukaan gigi pada gigi insisivus atas ketika anak berusia 10-20 bulan atau terkadang lebih muda. Terlihat garis berwarna keputihan yang jelas pada bagian servikal di permukaan palatal atau labial gigi insisivus atas. Tahap ini sangat penting untuk segera dikenali, karena pada tahap ini tindakan preventif masih mempunyai arti yang sangat besar.

  16 Gambar 1. Tahap inisial ECC Pada tahap ini lesi masih reversible artinya bisa kembali seperti semula, Dengan merubah kebiasaan, maka lesi pada tahap ini dapat dikembalikan ke bentuk enamel yang utuh. Namun orang tua sering tidak mengetahuinya karena lesi ini hanya dapat didiagnosa jika gigi dilihat secara seksama dengan mengeringkan gigi menggunakan semprotan udara. Jika pada tahap ini lesi dibiarkan begitu saja akan mungkin untuk terjadinya kerusakan lebih lanjut dan akan terjadi penghancuran korona oleh karies.

  b) Tahapan kedua Biasanya tahap kedua ini terjadi pada anak berusia antara 16-24 bulan. Pada tahapan ini kerusakan telah melibatkan dentin karena enamel telah hancur. Disini terlihat telah melibatkan dentin karena enamel telah hancur. Untuk gigi molar pertama lesi inisial terlihat pada bagian servikal, oklusal dan proksimal.

  18 Gambar 2. Tahap kedua ECC

  Pada tahap ini, biasanya anak mulai mengeluh giginya ngilu ketika memakan makanan yang dingin, dan orang tua juga biasanya sudah memberikan perhatiannya karena telah melihat perubahan warna pada gigi anaknya.

  c) Tahapan ketiga Tahap ini biasanya terjadi pada anak-anak berusia 20-36 bulan dikarakteristikkan dengan lesi yang dalam, luas dan telah terjadi iritasi pulpa pada gigi insisivus atas. Pada tahapan ini, anak-anak akan mengeluh sakit jika sedang malam hari. Pada tahap ini, gigi molar atas berada pada tahapan kedua dan gigi molar bawah dan kaninus atas masuk ke tahapan inisial.

  17 Gambar 3. Tahap ketiga ECC

  d) Tahapan keempat Terjadi pada anak-anak dengan rentang usia 30-48 bulan. Dikarakteristikkan dengan fraktur korona insisivus atas. Pada tahap ini biasanya insisivus telah mengalami nekrosis, dan molar atas berada pada tahapan ketiga. Molar kedua atas, kaninus atas dan molar pertama bawah berada pada tahapan kedua. Beberapa anak akan mengeluh tentang sakit yang dialaminya. Mereka akan susah tidur pada malam hari dan menolak untuk makan.

  19 Gambar 4. Tahap empat ECC Diagnosa dapat dilakukan dengan anamnesa orang tua, melihat faktor risiko dan gambaran klinis intra oral. Selain itu diagnosa juga dapat ditegakkan dengan foto

  7 ronsen.

  2.4 Etiologi Karies dapat terjadi di rongga mulut sebab adanya interaksi antara karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, serta permukaan dan bentuk gigi. Begitu juga dengan ECC yang diakibatkan dari interaksi bakteri, karbohidrat dan faktor host. Selain itu laju, kapasitas, kadar asam basa, serta viskositas saliva juga akan mempengaruhi faktor terjadinya kerusakan lebih lanjut. Seperti terlihat pada skema

  7,8 terjadinya karies gigi berikut ini.

  8 Gambar 5. Skema terjadinya karies gigi

  Diet yang buruk juga dapat merusak gigi. Anak yang diet karbohidrat cenderung mempunyai lebih banyak karies. Jenis karbohidrat yang merusak gigi yaitu sukrosa atau gula karena manguntungkan bagi bakteri kariogenik. Oleh

  13 mikroorganisme gula diubah menjadi asam yang berperan terjadinya karies.

  2.4.1 Host Karies lebih mudah menyerang gigi desidui dibandingkan dengan gigi baru erupsi belum terkalisifikasi secara sempurna dan membutuhkan waktu selama 2 tahun agar proses kalsifikasi menjadi sempurna. Pada saat itu gigi akan rentan mengalami karies. Rendahnya kadar mineral dan tingginya bahan organik dan air yang dikandung gigi desidui diduga menyebabkan tingginya prevalensi karies pada

  7,8,10,20 anak-anak.

  Saliva telah diidentifikasi sebagai etiologi dan merupakan bagian dari komponen host dalam awal mula terjadinya proses karies, peran saliva secara keseluruhan terhadap proses karies masih menjadi bahan diskusi lebih lanjut. Sebuah penelitian membenarkan mengenai pengaruh saliva yang dapat menghambat proses terjadinya karies. Beberapa pasien dengan desifiensi saliva mempunyai risiko tinggi

  7, 10 terhadap terjadinya karies.

  2.4.2 Bakteri dan Plak Menurut Mayhall (cit: Clark. J), plak gigi adalah masa lunak yang melekat pada permukaan gigi dan mengandung koloni kuman. Bakteri yang selalu berkaitan dengan ECC adalah Streptococcus mutans. Pada anak yang mengalami ECC, jumlah

  

S. mutans selalu melebihi 30% dari flora plak dibanding > 1% pada anak yang tidak

  22 mengalami ECC. Pada waktu dilahirkan, bayi belum terinfeksi oleh S. mutans.

  Diduga terpaparnya anak dengan bakteri S. mutans adalah melalui ibunya sendiri. Ibu-ibu dengan saliva yang banyak mengandung S. mutans akibat oral higiene yang buruk dapat menginfeksi bayinya. Apalagi jika oral higiene si anak yang buruk dan seringnya pemberian makanan manis, akan mudah memicu terjadinya ECC. Sebuah laporan juga mengatakan bahwa ayah dan hubungan kekerabatan lain juga dapat

  5,21 menginfeksi si anak.

  Proses karies terjadi akibat adanya substrat, saliva dan bakteri yang melekat pada permukaan gigi. Dengan berjalannya waktu, substrat yang melekat pada permukaan gigi akan menjadi sumber nutrisi bagi bakteri, dan bakteri akan

  10 memproduksi asam yang mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi.

  2.4.3 Gula atau Diet Peranan diet dalam pembentukan karies merupakan hal yang penting untuk diketahui. Selain jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi makan dalam sehari juga harus diperhatikan. Kontak karbohidrat yang sering dan lama pada permukaan gigi meningkatkan risiko karies. S. mutans akan memetabolisme semua jenis karbohidrat, tetapi yang paling bersifat asam yaitu sukrosa. Gula akan melekat pada permukaan gigi dan merupakan sumber nutrisi bagi bakteri untuk memproduksi asam. Sukrosa, glukosa dan fruktosa dijumpai pada kebanyakan makanan termasuk jus buah dan susu formula. Laktosa juga dijumpai pada susu sapi dan susu formula. Setelah gula dimetabolisme menjadi asam, 20 – 40 menit diperlukan untuk menetralkan asam melalui saliva sehingga konsumsi gula yang sering meningkatkan potensi

  22 demineralisasi.

  Proses awal ECC sama seperti proses terjadinya karies. Apabila seorang anak tidur dengan botol susu didalam mulut, cairan yang masuk tidak ditelan dan akan tergenang di dalam mulut mengelilingi permukaan gigi dan proses demineralisasi dapat terjadi. Gigi anterior mandibula tidak terkena karena dilindungi lidah dan aksi

  23 buffer dari saliva yang berasal dari kelenjar saliva sublingual dan submandibular.

  2.4.4 Waktu Jangka waktu terpaparnya S. mutans dengan terjadinya lesi karies adalah antara 13-16 bulan. Risiko tinggi terutama pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah yang mengalami hipomineral pada gigi. Selain itu kurangnya asupan nutrisi saat hamil dapat juga menyebabkan hipoplasia pada anak sehingga

  5 menyebabkan tingginya risiko karies.

  2.5 Faktor Risiko Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) penilaian risiko karies pada anak berdasarkan atas tiga bagian besar indikator karies yaitu kondisi yang merupakan indikator risiko karies yaitu penggunaan fluor, riwayat sosial, dan

  24 kebiasaan makan.

  2.5.1 Perilaku diet Susu sapi tidak lepas sebagai salah satu penyebab ECC. Walaupun sebuah penelitian membuktikan bahwa susu sapi tidak bersifat kariogenik karena mengandung mineral dan sedikit memiliki kandungan laktosa, hal ini dikarenakan jika seorang anak sedang tidur dengan dot masih berada dalam mulut maka produksi saliva akan berkurang. Seharusnya, anak di suruh berkumur dengan air putih setelah meminum susu botol. Selain itu menyusui lebih dari 1 tahun akan menyebabkan risiko mengalami ECC menjadi lebih tinggi. Kualitas bahan makanan yang dikonsumsi anak-anak juga mempengaruhi terjadinya ECC. Misalnya pada anak-anak yang sering mengkonsumsi minuman bersoda memiliki pengalaman karies yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang sering mengkonsumsi jus atau susu. Selain itu buruknya diet dan nutrisi pada anak-anak berpengaruh terhadap terjadinya karies. Misalnya pada anak-anak yang tidak sarapan di pagi hari dan tidak mengkonsumsi

  1,5 makanan empat sehat lima sempurna akan lebih tinggi terjadi risiko ECC.

  Gula berfungsi sebagai pemanis dan bahan pengawet, memberikan bau yang harum, hal ini akan menimbulkan daya tarik baik rasa, bau maupun bentuk makanan itu sendiri, sehingga ada kecenderungan anak akan memilih makanan yang bergula. Berhubung sifat kariogenitas maka dipikirkan dan telah dilakukan penelitian kemungkinan menggunakan bahan pemanis yang lain yang tidak bersifat

  13 kariogenik.

  2.5.2 Status sosial dan ekonomi Sosial ekonomi merupakan latar belakang seseorang dalam beberapa faktor seperti pendidikan, pendapatan, jabatan dan perilaku. Untuk kelas sosial atas terbukti bahwa terjadi penurunan pengalaman karies, dan tinggi pada kelas sosial yang rendah kelompok sosial. Keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah, tinggi risiko untuk terjadinya karies dan kehilangan gigi tetapi rendah pada tambalan. Saat dilaksanakannya suatu program, diketahui bahwa pengalaman karies lebih luas pada

  7, 10 populasi dengan sosial ekonomi yang rendah.

  Pada tahun 1993, Serwint dkk menemukan bahwa 20% dari 110 anak kelahiran Amerika Mexico (18-36 bulan) yang menjadi pasien di sebuah rumah sakit di Los Angeles mengalami ECC. Kemudian Ramos dkk melakukan survey pada suatu daerah dengan keturunan Amerika Mexico sebagai populasi dominan di pinggiran kota San Fransisco. Mereka menemukan 43% dari anak-anak berusia dibawah 5

  4 tahun pada daerah tersebut memiliki ECC pada gigi desidui.

  Di negara maju seperti Amerika, prevalensi untuk ECC anak usia 3-5 tahun adalah 90% terutama pada pendatang baru dan anak-anak yang tinggal di populasi

  

2

dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah.

  2.5.3 Kebersihan rongga mulut Masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa gigi desidui hanya sementara dan akan diganti oleh gigi tetap sehingga mereka tidak memperhatikan mengenai kebersihan gigi desidui. Penerapan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya telah dimulai sejak bayi masih di dalam kandungan, sehingga

  14 orang tua akan lebih siap di dalam melakukan instruksi tersebut.

  Tujuan utama dari kebersihan rongga mulut adalah untuk mencegah penumpukan plak dan mencegah lengketnya bakteri yang terbentuk pada gigi. Akumulasi plak bakteri pada gigi karena higiene mulut yang buruk adalah faktor penyebab dari masalah utama kesehatan rongga mulut, terutama gigi. Kebersihan mulut yang buruk memungkinkan akumulasi bakteri penghasil asam pada permukaan

  25 gigi.

  Pada anak dengan usia 3-6 tahun, kemampuan motorik akan lebih baik. Maka penyikatan gigi sudah dapat diajarkan. Namun peran orang tua sangat penting dalam

  14 menentukan keberhasilan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi penyikatan gigi. Menurut hasil penelitian Stecksen-Blicks dan Holm (1995), anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan frekuensi dua kali atau lebih dan dibantu oleh

  

3

orang tua, lebih rendah terkena risiko karies.

  Selain menyikat gigi, penggunaan pasta gigi ber-fluor juga penting dalam menjaga kebersihan rongga mulut anak. Fluor termasuk golongan mikomineral yang berperan dalam proses mineralisasi dan pengerasan email gigi. Pada saat gigi dibentuk, yang pertama kali terbentuk adalah hidroksiapatit yang terdiri dari kalsium dan fosfor. Tahap berikutnya fluor akan menggantikan gugus hidroksi pada kristal tersebut dan membentuk fluorapatit yang menjadikan gigi tahan terhadap

  2 6 kerusakan.

  2.6 Perawatan Perawatan yang dilakukan tergantung dari keparahan lesi karies, usia anak, serta persetujuan dari orang tua. Pada tahap inisial hanya dilakukan pemberian informasi pada orang tua untuk mengurangi makanan yang manis, instruksi oral

  7 hygiene dan pemberian fluor pada anak.

  a. Kontrol lesi karies yang aktif Mula-mula buang seluruh jaringan karies. Kemudian kavitas diberikan lapisan

  7 sealer atau kalsium hidroksid dan isi dengan zinc oxide eugenol.

  b. Penggunaan fluor Fluor sangat baik dalam mencegah terjadinya karies. Pada kasus ECC fluor yang dimaksud adalah fluor yang dilakukan oleh tindakan professional yaitu aplikasi

  7 fluor seperti white spot.

  c. Restorasi Pada gigi molar yang baru erupsi sebaiknya dilakukan fisur sealant. Pada kasus white spot sebaiknya dilakukan tindakan aplikasi fluor di rumah atau professional, meningkatkan kebersihan rongga mulut, dan merubah kebiasaan makan. Sedangkan pada kasus parah yang sudah melibatkan pulpa dapat dilakukan pulpotomi

  7 dan pulpektomi kemudian lakukan restorasi permanen.

  2.7 Pencegahan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk anak usia 3-6 tahun yaitu: a. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar

  Cara penyikatan gigi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri oleh anak usia 3- 6 tahun adalah metoda Fons, yaitu penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan rotasi

  14,20 untuk mengantisipasi kemungkinan merusak gingiva.

  Posisi yang mudah saat mengajarkan cara menyikat gigi yaitu orang tua berdiri saling berdampingan di depan cermin. Kepala anak disandarkan pada orang tua. Dagu anak ditarik ke bawah dengan menggunakan tangan tempat bersandarnya kepala anak. Sedangkan tangan orang tua yang satu lagi memandu tangan anak untuk

  14 melakukan penyikatan gigi.

  14 Gambar 6. cara menyikat gigi anak usia 3-6 tahun dengan posisi bersebelahan

  Posisi lain yang juga dapat dilakukan adalah orang tua dan anak berdiri saling berhadapan. Kemudian tangan orang tua memandu tangan anak untuk melakukan penyikatan gigi. Kerugian posisi ini adalah kurangnya pengendalian gerakan terhadap

  14 posisi anak.

  b. Pemberian pasta Pada usia ini kemampuan refleks penelanan pada anak sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat diberikan pasta gigi dalam jumlah sedikit. Oleh karena pasta gigi yang beredar di pasaran memiliki rasa yang disukai maka tetap dikhawatirkan anak akan menelan pasta gigi. Jadi pasta gigi yang diberikan tidak

  14 lebih dari sebesar biji kacang.

  c. Pemberian topikal fluor dalam sediaan gel Topikal fluor yang beredar dipasaran memiliki beberapa rasa. Pemilihan rasa

  14 dapat disesuaikan dengan selera anak.

  d. Pemberian obat kumur dalam jumlah sedikit Beberapa persediaan obat kumur memiliki rasa yang kurang disukai anak. Oleh karena itu pemberian obat kumur hanya bagi anak yang memiliki infeksi di

  14 dalam rongga mulut dan tenggorokan.

  Gigi yang kuat dan bersih, napas segar, gingiva berwarna merah jambu dan tidak mudah berdarah, bukan hanya indah dipandang melainkan sangat penting bagi kesehatan. Aspek yang terpenting dalam menjaga kesehatan gigi dan gingiva ialah kebersihan mulut yang baik. Kebanyakan gigi hilang atau tercabut disebabkan penyakit periodontal dan masalah ini dapat diatasi dengan menjaga kebersihan mulut

  27 dan melakukan kontrol secara periodik ke dokter gigi.

  2.8 Kerangka teori Etiologi

  Host Mikroorganisme waktu Substrat

  Faktor risiko: ECC Perilaku diet

  Risiko meningkat Kebersihan rongga mulut

  Risiko menurun Pencegahan: mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, pemberian pasta dalam jumlah sedikit, pemberian topical fluor, pemberian obat kumur.

  2.9 Kerangka Konsep Prevalensi ECC

  FAKTOR RISIKO Pengalaman ECC

  Kebersihan rongga Sosial ekonomi orang Perilaku diet mulut tua

  Lama konsumsi Usia anak ketika sikat gigi Pendidikan ibu susu (ASI/botol) Frekuensi sikat gigi per Ekonomi keluarga

  Penggunaan susu hari sebagai pengantar Pengawasan/bantuan tidur orang tua ketika anak sikat

  Frekuensi gigi pemberian susu Tindakan orang tua setelah minum susu Penambahan pemanis Konsumsi makanan manis diantara jam k

Dokumen yang terkait

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan di Kecamatan Medan Petisah

0 41 84

Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 62 109

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 41 103

Hubungan Perilaku Diet Dengan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Selayang

2 63 94

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Bara

0 35 103

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi Dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Selayang

0 42 120

Hubungan Antara Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi, dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Barat

3 61 98

Hubungan Sosial Ekonomi Orang Tua, Perilaku Diet, Perilaku Membersihkan Gigi, dan Indeks Kebersihan Rongga Mulut Dengan Early Childhood Caries Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Medan Petisah

6 66 65

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Perilaku Diet Anak Dengan Early Childhood Caries (ECC) Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Medan Barat

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Perilaku Diet Dengan Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Usia 37-71 Bulan Di Kecamatan Medan Selayang

0 0 11