BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Di Kota Bukittinggi.

BAB I I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan yang berkesinambungan

  atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Disamping itu pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan, perubahan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1980:23). Pengertian tersebut memiliki arti bahwa pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa secara terencana.

  Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi segala aspek kehidupan masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam UUD 1945. Pembangunan nasional dilaksanakan secara berkesinambungan dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

  Dalam proses pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan suatu proses yang harus dilaksanakan melalui tahapan-tahapan untuk dapat memaksimalkan sasaran pembangunan. Tahapan yang paling awal dan merupakan tahapan yang paling vital adalah tahap perencanaan. Sebagai tahapan awal, tahap perencanaan akan menjadi pedoman ataupun acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan. Oleh karena itu perencanaan tersebut harus bersifat implementatif.

  Pada umumnya pembangunan nasional di banyak negara berkembang, Hal ini disebabkan karena di negara-negara berkembang masih mengalami permasalahan dalam bidang ekonomi. Selain itu pembangunan ekonomi akan mendukung dan merangsang pembaharuan dan perubahan dalam kehidupan lain di masyarakat kearah yang lebih baik.

  Pemerintah merupakan pihak yang paling penting dan berperan sebagai penggerak dalam pembangunan, yaitu melalui perencanaan pembangunan.

  Perencanaan pembangunan adalah suatu usaha pemerintah untuk mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel- variabel ekonomi yang penting. Perencanaan pembangunan yang ditujukan untuk mencapai setiap sasaran dan tujuan pembangunan pada dasarnya disusun oleh pemerintah melalui badan perencanaan.

  Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan “Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sistem perencanaan pembangunan di Indonesia adalah bersifat Bottom-Up, yaitu sistem perencanaan yang berasal dari bawah (masyarakat, daerah) ke atas (pemerintah) sehingga perencanaan diserahkan kepada pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat daerah. Akan tetapi nasional. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah ini disusun perencanaan nasional yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

  Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappeda mempunyai peranan yang penting di dalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan pembangunan daerah yang direncakan oleh Bappeda dimulai dari tingkat desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota, hingga tingkat propinsi melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam pelaksanaan pembangunan di daerahnya.

  Untuk mendukung terlaksananya pembangunan daerah, Pemerintah atas nama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas sudah mengeluarkan surat edaran tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah. Dalam surat edaran tersebut pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP/ D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM/ D), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antar-instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan melalui suatu forum yang disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan.

  Dalam pelaksanaannya, Bappeda melakukan proses pembahasan yang terkoordinasi dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui Musrenbang di daerah, dimana diharapkan juga partisipasi dari masyarakat dalam Faktor-faktor yang menyebabkan perlunya pembangunan, khususnya pembangunan di bidang ekonomi untuk disusun dan diatur secara terencana antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut ini : 1.

  Adanya mobilitas faktor-faktor yang terkendala dalam kegiatan produksi dan pembangunan.

  2. Rendahnya pendapatan perkapita dan adanya distribusi pendapatan yang tidak merata di masyarakat.

  3. Kekuatan pasar dan mekanisme harga belum dapat dijadikan jaminan suatu kebijakan pembangunan dalam operasionalnya ( Abipraja, 2002:11).

  Pembangunan ekonomi dianggap penting karena menyangkut pada kesejahteraan manusia yang menjalankan pembangunan tersebut. Oleh karena itu pembangunan ekonomi perlu ditangani oleh pemerintah, dalam hal ini juga termasuk pemerintah daerah.

  Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat kompleks dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, artinya semua bidang perencanaan pembangunan ditangani di bawah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, termasuk juga perencanaan pembangunan ekonomi daerah.

  Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kota Bukittinggi dalam empat tahun terakhitr telah berkembang cukup pesat. Menurut angka sementara dari BPS, PDRB Kota Bukittinggi tahun 2009 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 1.881.187.920.000,- atau naik sebesar Rp.182.174.340.000,- (10,72 %) dari tahun harga berlaku pada tahun yang sama mencapai Rp 17.449.000,- meningkat sebesar kenaikan ini cukup besar, namun dari kenaikkan tersebut belum bisa dikatakan terjadi peningkatan kesejahteraan, karena mengingat adanya angka inflasi yang menyebabkan koreksi negatif terhadap daya beli.

  Produktifitas ekonomi secara riil dapat terlihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000, dimana nilai tambah yang tercipta sebesar Rp. 969.590.880.000,- pada tahun 2009, naik sebesar Rp.

  50.666.190.000,- dari tahun 2008 sebesar Rp. 918.888.490.00000,-. Ini berarti, perekonomian Kota Bukittinggi pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,51%. Pada tahun 2009 semua sektor kecuali sektor listrik, gas dan air dan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang positif, dengan tingkat pertumbuhannya bervariasi mulai dari 0,13 % hingga 7,24 %. Untuk sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif 0,13 %, dan sektor pertambangan dan penggalian negative -59,44 %.

  Pada tahun 2009 pertumbuhan tertinggi dan signifikan terjadi pada sektor angkutan & komunikasi, sektor perdagangan, hotel & restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sementara sektor yang lain peningkatannya relatif kecil bahkan ada kecenderungan menurun. Perkembangan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh masih belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pelaku ekonomi lebih cenderung menunggu sampai kondisi stabil dengan tingkat suku bunga Bank yang terjangkau, terutama sekali bagi pengusaha yang mempunyai modal kecil sehingga industri rumah tangga yang banyak terdapat di Kota Bukittinggi mengalami kesulitan untuk Secara umum dapat dikatakan produktivitas ekonomi Kota Bukittinggi terletak pada kelompok sektor tersier yang menjadi tulang punggung perekonomian kota sebesar 81,15 % seperti perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa, sementara sektor primer dan sekunder masing- masing hanya berkontribusi sebesar 2,28 % dan 16,56%.

  Beberapa hal yang selama ini menjadi masalah dalam perencanaan pembangunan di kota Bukittinggi secara umum adalah Miskoordinasi antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dinas-dinas, badan hingga pihak kecamatan dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Bukittinggi. Koordinasi yang kurang maksimal dalam pengumpulan data dan informasi sebagai acuan utama dalam penyusunan perencanaan pembangunan.

  Permasalahan ini disebabkan selain masih kurangnya Sumber Daya Manusia pengelola pada Bappeda, juga disebabkan masih minimnya kesadaran SKPD lain dalam pengelolaan data, statistik dan informasi yang diperlukan untuk menyusun alternatif-alternatif program pembangunan prioritas di Kota Bukittinggi.

  Fenomena ini diindikasikan dengan keterlambatan data dan informasi pendukung dari SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang terkait kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) dan Penekanan evaluasi terhadap program kegiatan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), tidak di follow-up sampai tuntas yang menyebabkan permasalahan

  Oleh karena itu, Bappeda kota Bukittinggi sebagai lembaga yang sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup terhadap penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana dan dituntut untuk mampu secara optimal dan tetap konsisten membangun sinergisitas perencanaan pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi guna mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku pembangunan serta mampu merumuskan dokumen yang operasional, informatif, aspiratif, dan sistematis guna mendorong perkembangan ekonomi daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat kota Bukittinggi.

  Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang: “Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

  

(Bappeda) Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota

Bukittinggi.”

I.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:

  

“Bagaimana Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota Bukittinggi?”

I.3 Tujuan Penelitian

  Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi

  2. Untuk mengetahui mekanisme kerja yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi

  3. Untuk mengetahui peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi.

I.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat disederhanakan secara praktis dan teoritis.

  Jika menyangkut kebutuhan lembaga tertentu, manfaat tersebut dapat diajukan secara spesifik pada bagian ini.

  Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau Kota Bukittinggi.

  3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.

I.5 Kerangka Teori

  Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian (Singarimbun, 1995: 37).

  Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92).

  Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1 Teori Desentralisasi

  Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat melakukan perubahan struktur organisasi pemerintahan ke arah desentralisasi. kepentingan yang semakin besar dari berbagai badan pembangunan internasional.

  Mengenai desenntralisasi, Soenobo Wirjosoegito memberikan definisi sebagai berikut: “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari itu.” (dalam Wirjosoegito, 2004:32).

  Selanjutnya DWP.Ruiter mengungkapkan bahwa menurut pendapat umum desentralisasi terjadi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu desentralisasi teritorial dan fungsional, yang dijabarkan sebagai berikut:

  “Desentralisasi teritorial adalah memberi kepada kelompok yang mempunyai batas-batas teritorial suatu organisasi tersendiri, dengan demikian memberi kemungkinan suatu kebijakan sendiri dalam sistem keseluruhan pemerintahan. Sedangkan desentralisasi fungsional adalah memberi kepada suatu kelompok yang terpisah secara fungsional suatu organisasi sendiri , dengan demikian memberikan kemungkinan akan suatu kebijakan sendiri dalam rangka sistem pemerintahan. Berkaitan dengan desentralisasi teritorial dan fungisional, C.W. Van Der Pot dalam bukunya yang berjudul Handhoek van Nederlandse

  

Staatrech berpendapat: “Desentralisasi akan didapat apabila kewenangan

  mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata kesatuan-kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelfanding), Dengan demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan tertentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah dengan melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah dengan menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dan melatih diri menggunakan hak yang seimbang dengan kewajiban masyarakat yang demokratis. Dan sisi lain, pendapat Robert Reinow juga menjelaskan dalam buku Introduction to Government, mengatakan bahwa ada 2 (dua) alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di daerah. Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri sebagian kepentingannya yang berkaitan langsung dengan mereka. Kedua, memberi kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai tuntutan yang bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan programnya sendiri.

  Menurut Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara pusat dan daerah dalam kerangka desentralisasi ada 4 (empat) macam, yaitu:

  1. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara.

  2. Dasar pemeliharaan dan pengembangan prinsip-prinsip pemerintaha asli

  3. Dasar Kebhinekaan 4.

  Dasar negara hukum (dalam Manan, 1998:16)

I.5.2 Peranan

  Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto (1992:238), penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

  Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu..

  Dengan berbagai penjelasan tentang pengertian dari sebuah peran, maka penjelasan secara sederhana mengenai Teori Peran dapat dikaji terhadap hubungan sosial antar manusia dalam kehidupan sehari-hari yang menerangkan adanya model dan kualitas dari hubungan antar manusia tersebut dan manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Dalam hubungan antar manusia terdapat seorang pemimpin dan bawahan, pemerintah dan masyarakatnya, dan lain sebagainya ( Teori Peran, terdapat padaakses pada 28 Februari 2012).

  Sehingga menurut Teori Peran dalam kajiannya terhadap hubungan antar manusia ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario atau peran- peran yang telah disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.

  Kemudian sama halnya dengan kehidupan perpolitikan antar negara atau dalam dunia internasional, dapat kita lihat dari Teori Peran yang didasarkan pada kemampuan yang berguna bagi analisis politik. Ia membedakan peran berdasarkan aktor politik dan peran oleh suatu badan atau institusi (Mohtar,1999:115). Ia menunjukkan bahwa aktor politik umumnya berusaha menyesuaikan tindakannya dengan norma-norma perilaku yang berlaku dalam peran yang dijalankannya.

  Sedangkan ia mendeskripsikan peranan institusi secara behavioral, dimana model teori peran menunjukkan segi-segi perilaku yang membuat suatu kegiatan sebagai institusi. Kerangka berpikir teori peran juga memandang individu sebagai seorang yang bergantung dan bereaksi terhadap perilaku orang lain.

I.5.3 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

  Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas di atur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjelaskan bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah/ perangakat daerah dipusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah staf yang bertugas membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian atas pelaksanaan pembangunan di daerah.

  Berdasarkan Permendagri 57/2007 tentang Juknis Penataan Organisasi sebagai unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan, melaksanakan tugas:

  1. Perumusan kebijakan perencanaan daerah, 2.

  Koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan masing-masing satuan kerja perangkat daerah. Untuk pencapaian sasaran dengan baik yang nantinya akan menjadi hasil akhir, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah harus memiliki tahapan yang harus dilaksanakan. Adapun yang menjadi tahapan Bappeda adalah sebagai berikut:

  1. Penyusunan rencana a. Penyusunan rancangan rencana pembangunan daerah.

  b. Musyawarah perencanaan pembangunan daerah.

  c. Rancangan akhir rencana pembangunan daerah.

  2. Pengendalian pelaksanaan rencana Pada tahapan ini Kepala Daerah menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing

  SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

  3. Evaluasi pelaksanaan rencana a.

  Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD.

  b.

  Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan

  I.5.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi

  I.5.4.1 Perencanaan

  Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana ini dapat diuraikan komponen penting dari perencanaan, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk merealisasi tujuan), dan waktu (kapan, bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa depan (Abe, 2005:27).

  Perencanaan mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan, tanpa adanya perencanaan maka akan terjadi kesimpangsiuran yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai hal negatif dalam menjalankan suatu kegiatan. Sondang P. Siagian (1980:108) mendefinisikan perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sementara itu perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1985:57), adalah merupakan suatu proses kegiatan usaha yang terus menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya. Karena pentingnya makna dari suatu perencanaan, maka para ahli administrasi menempatkan perencanaan sebagai fungsi utama dari administrasi manajemen.

  Menurut Friedman (dalam Tarigan, 2002), Perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu keterpaduan dalam kebijakan dan program. Dalam hal ini Friedman melihat pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.

  Memang terdapat perbedaan defenisi dari para ahli tentang perncanaan dalam berbagai konteks, namun tidak mengurangi inti dari pengertian perencanaan itu sendiri. Dari berbagai defenisi tentang perencanaan, Riyadi (dalam Arifin, 2008:7) mencoba menjelaskan tentang unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian perencanaan yaitu:

  1. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta. Ini berarti bahwa perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi yang didukung dengan fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada. Hal ini menjadi penting karena hasil perencanaan merupakan dasar bagi pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas.

  2. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan dilakukaan. Ini berarti bahwa dalam menyusun rencana perlu diperhatikan berbagai alternatif/pilihan sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan suatu alat/sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan.

  4. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan.

  5. Adanya kebijaksanaan sebagai suatu hasil keputusan yang harus Perencanaan sebenarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu yang melibatkan semua unsur perencanaan dengan melihat kebijaksanaan dan melihat pembuatan keputusan berdasarkan sumber daya yang tersusun dan tersedia secara sistematis. Jadi dari pengertian-pengertian di atas penulis merumuskan bahwa perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam rangka mempersiapkan segala usaha atau upaya secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memilih berbagai alternatif ataupun pilihan yang ada.

  Dalam membuat perencanaan masih ada tahapan yang harus dilaksanakan. Setiap perencanaan pada dasarnya dilihat melalui 4 (empat) tahap (Handoko, 1993: 79).

  Tahap-tahap tersebut antara lain: 1.

  Menetapkan tujuan.

  Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan- keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja, tanpa rumusan tujuan yang jelas maka organisasi tidak akan dapat menggunakan sumber- sumber daya yang dimiliki secara efektif.

  2. Merumuskan keadaan saat ini.

  Dengan menganalisis keadaan organisasi saat ini, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan yang lebih lanjut.

  Dalam tahap ini dipelukam informasi-informasi mengenai keuangan dan

  3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi atau mungkin dapat menimbulkan masalah dalam mencapai tujuan organisasi.

  4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan.

  Dalam tahap ini proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan dan alternatif yang dipilih adalah yang terbaik dan yang paling memuaskan diantara alternatif yang ada.

  Proses perencanaan tentunya memiliki berbagai fungsi yang mendasar dalam pelaksanaannya. Robbins dan Coulter (dalam Ernie, 2006:97) menjelaskan bahwa paling tidak ada 4 (empat) fungsi dari perencanaan, yaitu: 1.

  Perencanaan sebagai pengarah.

  Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinasi. Organisasi yang tidak menjalankan perencanaan sangat mungkin untuk mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan karena bagian-bagian dari organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan terarah. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.

  2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian.

  Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan sering kali sesuai dengan apa yang kita perkirakan, akan tetapi tidak jarang pula malah diluar perkiraan kita, sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi organisasi. Ketidakpastian inilah yang dicoba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan.

  3. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya.

  Perencanaan juga berfungsi sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya organisasi yang digunakan. Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang diperlukan akan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan demikian, akan bisa diminimalkan sehingga tingkat efisiensi dari organisasi menjadi meningkat.

  4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas.

  Perencaan berfungsi sebagai penetapan dalam pengawasan kualitas yang harus dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, organisasi menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut

  Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang perencanaan yang baik dengan menyebutnya sebagai ciri-ciri, syarat-syarat, dan sebagainya.

  Kunarto (dalam Arifin, 2008:23) menyebutkan ciri-ciri perencanaan yang baik adalah di dasari dengan tujuan, konsisten dan realistis, pengawasan yang kontinu, mencakup aspek fisik dan pembiayaan, memahami berbagai ciri hubungan antar variabel ekonomi, mempunyai koordinasi yang baik.

I.5.4.2 Pembangunan

  waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan (Sanusi, 2004:8). Dalam hal ini diharapkan adanya transformasi struktur perekonomian suatu negara berkembang dari sektor ekonomi pertanian kepada perekonomian industri atau jasa. Hal tersebut menjelaskan bahwa adanya suatu perubahan dan perpindahan menuju kearah yang lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan penghasilan pendapatan negara.

  Secara umum pembangunan diartikan sebagai upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan negaranya. Seringkali kemajuan yang dimaksud terutama adalah pada kemajuan material, maka pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan adalah sumber daya negara yang dimiliki, kebijaksanaan dan sasaran yang dijalankan pemerintah, tersedianya modal dan teknologi, dan suasana perdagangan internasional.

  Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi nasional, disamping tetap mengejar percepatan pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakikatnya pembangunan ini harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara menyeluruh tanpa mengabaikan kebutuhan dasar dan keinginan untuk maju

I.5.4.3 Perencanaan Pembangunan

  pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai sehingga dikenal istilah perencanaan pembangunan. Perencanaan adalah kegiatan dari pembangunan yang paling prioritas, karena perencanaan dalam pembangunan menentukan arah, prioritas dan strategi pembangunan (Nugroho, 2003: 67).

  Menurut Kuncoro (2004) “perencanaan pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan publik dalam menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”. Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan pembangunan dikemukakan oleh Soedjono Adipraja (2002) “Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan daerah”.

  Untuk lebih mengenal dimensi-dimensi dalam konsep perencanaan pembangunan yang memiliki pedoman secara umum dapat dilihat dari dimensi ciri perencanaan pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo (1985:49) ada 8 (delapan) poin yang menjadi ciri-ciri atau indikator sebuah perencanaan pembangunan secara umum yaitu:

  1. Merupakan suatu usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap. Hal ini dicerminkan dalam usaha peningkatan produksi nasional, berupa

  2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan Laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan pendapatan perkapita.

  3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya negara-negara baru berkembang struktur ekonominya lebih cenderung kearah agraris,dan hal ini menyebabkan terdapatnya kelemahan-kelemahan konjungtural.

  Oleh karena itu diusahakan lebih adanya keseimbangan dalam struktur ekonomi.

  4. Usaha perluasan kesempatan kerja. Selain untuk mengurangi adanya pengangguran , hal ini juga bertujuan untuk menampung masuknya golongan usia kerja baru dalam kehidupan ekonomi.

  5. Usaha pemerataan pembangunan (distributive justice). Pemerataan ini ditujukan kepada pemerataan pendapatan antara golongan –golongan dalam masyarakat dan pemerataan pembangunan antara daerah-daerah dalam negara.

  6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

  7. Usaha untuk mengupayakan kemampuan membangun secara bertahap lebih didasarkan kepada kemampuan nasional (dalam artian tidak terlalu menggantungkan terhadap pinjaman luar negeri).

  Dari berbagai kajian yang ada, dapat diasumsikan bahwa perencanaan itu dicapai. Kedinamisan tersebut dalam proses pembangunan dapat dilihat dari faktor sifat, ruang lingkup dan pelaku perencanaan pembangunan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan dinamika pembangunan yang ada maupun yang diciptakan (Arifin, 2008: 69).

  Pada dasarnya perencanaan pembangunan menjadi kunci keberhasilan suatu pembangunan karena sesungguhnya ini adalah pekerjaan yang sangat rumit dan membutuhkan analisis kedepan yang cukup baik. Disinilah pembangunan akan menjadi sebuah praktek yang bergulir dari sebuah konsep, teori dan paradigma. Oleh karena itu pembangunan harus dimanajemeni dengan baik melalui proses perencanaan yang matang.

  Dari gambaran diatas dapat memberikan suatu gambaran jelas bahwa sebuah proses pembangunan yang didasari dengan perencanaan akan memiliki nilai lebih yang menjanjikan dalam pencapaian tujuan dan hasil akhir dari pembangunan yang terencana.

  Setiap perencanaan pembangunan pada dasarnya harus mengandung unsur-unsur pokok tertentu yang dijadikan acuan pembangunan, dengan adanya unsur-unsur pokok tersebut akan lebih memfokuskan arah, tujuan, dan keefektifan dalam pencapaian hasil akhir sebuah perencanaan pembangunan. Ada beberapa unsur pokok yang menjadi komponen dari perencanaan pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1985) yaitu: a.

  Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan, yang b.

  Adanya kerangka rencana yang menunjukkan hubungan variabel-variabel c.

  Perkiraan sumber-sumber pembangunan terutama pembiayaan.

  d.

  Adanya kebijaksanaan yang konsisten dan serasi, seperti kebijaksanaan fiskal, moneter, anggaran, harga, sektoral, dan pembangunan daerah.

  e.

  Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral.

  f.

  Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

  Pembangunan adalah suatu hal yang kompleks, dimana pembangunan akan mengakibatkan perubahan-perubahan sosial yang cukup besar. Hal tersebut seringkali mengakibatkan adanya frustasi dalam dinamika pelaksanaannya. Oleh karena itu penting untuk dilakukan sebuah perencanaan pembangunan untuk menghasilkan hasil akhir pembangunan yang terencana. Untuk mencapai hal tersebut maka dalam perencanaan pembangunan perlu dilakukan tahapan-tahapan.

  Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, ada 4 (empat) tahapan dalam perencanaan pembangunan, yaitu:

1. Tahap penyusunan rencana.

  Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang sudah siap untuk ditetapkan, terdiri dari 4 langkah: a.

  Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.

  b.

  Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan. c.

  Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan perencanaan pembangunan.

  d.

  Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

  2. Tahap penetapan rencana.

  Tahap ini berfungsi sebagai penetapan rencana pembangunan tersebut menjadi suatu produk hukum yang mengikat semua pihak yang melaksanakan.

  3. Tahap pengendalian pelaksana rencana.

  Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan, serta koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan kementrian/ lembaga/ satuan perangkat daerah.

  4. Evaluasi pelaksanaan.

  Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian tujuan sasaran dan kinerja pembangunan Berkaitan dengan tahapan perencanaan pembangunan, maka perlu ditentukan suatu pembatasan ataupun prioritas pembangunan yang akan dicapai dalam setiap periodenya atau jangka waktu perencanaannya. Oleh karena itu perlu untuk disusun suatu perencanaan berdasarkan target waktu atau jangka waktu perencanaan. Berdasarkan Klasifikasi menurut waktu, maka proses Perencanaan 1.

  Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

  2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJM adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

  a.

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun b.

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

  3. Rencana Pembangunan Tahunan adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun.

  a.

  Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Recana Kerja Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun.

  b.

  Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 ( satu) tahun. c.

  Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1(satu) tahun.

  d.

  Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah Untuk periode 1 (satu) tahun.

I.5.4.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi

  Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan nasional real suatu perekonomian bertambah selama satu periode waktu yang panjang (Meier dan Baldwin dalam Siagian, 1989:22). Dengan demikian pembangunan dalam konteks ini berupaya untuk memperbesar atau meningkatkan pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal, pemberdayaan masyarakat, dan menambah skill ataupun kemampuan untuk berproduktivitas.

  Pembangunan ekonomi mengandung kehendak untuk mengubah cara hidup, cara berpikir, cara menghadapi persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan, atau mengandung kesadaran untuk merubah keadaan, baik dalam menaikkan tingkat kehidupan, maupun dalam arti menempuh cara kehidupan yang baru (Sumitro dalam Siagian, 1989:26).

  Pada dasarnya pembangunan ekonomi berarti perubahan struktural secara menyeluruh yang bermaksud untuk memperluas dasar ekonomi dan memperluas lapangan kehidupan. Dengan arah pengembangan tersebut diharapkan akan Sementara Todaro (dalam Arsyad, 2005:5) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi itu dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan pengertian diatas maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kalembagaan.

  Dari defenisi diatas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:

  1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus.

  2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

  3. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

  4. Perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang ( misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya).

  Pada dasarnya perencanaan pembangunan ekonomi mengandung makna pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian dengan sengaja oleh pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

  Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut untuk mewujudkan Perencanaan pembangunan ekonomi ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan tertentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan ekonomi dengan perencanaan-perencanaan yang lain.

  Adapun ciri-ciri suatu perencanaan pembangunan ekonomi adalah: 1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap.

  2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita.

  3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi.

  4. Usaha perluasan kesempatan kerja.

  5. Usaha pemerataan pembangunan, sering disebut sebagai distributive justice .

  6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

  7. Usaha secara terus-menerus menjaga stabilitas ekonomi.

  Faktor ekonomi memiliki dampak yang sangat besar terhadap proses pembangunan, yang dalam hal ini juga sangat berdampak terhadap proses-proses awal pembangunan, yakni perencanaan pembangunan.

  Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi adalah agar:

  1. Alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas bisa lebih pemborosan.

  2. Perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap dan berkesinambungan.

  3. Stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi siklus konjungtur (arsyad, 2005:23).

  Menurut Jhingan (dalam Arsyad, 2005:26) perumusan dan kunci keberhasilan suatu perencanaan pembangunan ekonomi biasanya memerlukan adanya hal-hal berikut: adanya komisi perencanaan, data statistik, tujuan, penetapan sasaran dan prioritas, mobilitas sumber daya, keseimbangan dalam perencanaan, sistem administrasi yang efisien, kebijaksanaan pembangunan yang tepat, administrasi yang ekonomis, dasar pendidikan, teori konsumsi, dan dukungan masyarakat.

  Sedangkan Todaro (dalam kamaluddin, 1990:90), mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan:

  1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok.

  2. Meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia.

  3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih, yang merupakan salah satu dari Hak Azasi Manusia.

I.5.5.5 Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan

  Badan Perencanaan Pembangunan Daera (Bappeda) sebagai salah satu staf yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala daerah merupakan staf umum penting dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, termasuk juga bidang perencanaan pembangunan ekonomi yang merupakan salah satu penopang kemajuan pembangunan bidang lainnya seperti bidang sosial budaya, fisik dan prasarana.

  Didalam Peraturan Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Bappeda atau sebutan lain adalah unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah dalam pasal (1) ayat (5).

  Oleh sebab itu, Proyeksi pembangunan ekonomi daerah kedepannya adalah merupakan tugas dari Bappeda, karena Bappeda adalah sebagai koordinator dari para stakeholders dalam pembangunan ekonomi daerah seperti SKPD lainnya dan juga pihak swasta, serta masyarakat melalui forum musyawarah yang disebut musrenbang.

I.6 Defenisi Konsep

  Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak sebuah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Singaarimbun, 1995:33).

  Oleh karena itu, untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas agar penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain: 1.

  Peranan Peranan dalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

  2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah badan staf umum yang bertugas membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian atas pelaksanaan pembangunan di daerah.

  3. Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam rangka mempersiapkan segala usaha atau upaya secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memilih berbagai 4.

  Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan secara sistematis.

5. Pembangunan Ekonomi

  Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka waktu panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

I.7 Sistematika Penulisan

  Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

  BAB II : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini memuat gambaran umum atau karakteristik lokasi

  penelitian yang mencakup sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.

  BAB IV : PENYAJIAN DATA Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisa. BAB V : ANALISA DATA Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan dari bab sebelumnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian. Kerangka Pemikiran

  Desentralisasi Pembangunan Peran daerah dalam merencanakan pembangunan daerah B A P P E D A Pembangunan Ekonomi

  Teori Desentralisasi Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah Social Welfare (Kesejahteraan Sosial)

  Pertumbuhan GNP (Gross National Product) Distribusi Pendapatan (GDP,Income Percapita, National Income) Indeks Mutu Hidup.

  Perekonomian Makro dan Mikro