Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Di Kota Bukittinggi.

(1)

PERANAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI

DI KOTA BUKITTINGGI

Skripsi

Disusun dan diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara OLEH:

080903019

GENTHA SALLY AMITA

eff

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Gentha Sally Amita NIM : 080903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kota Bukittinggi.

Yang dilaksanakan pada :

Hari : Tanggal : 2012 Pukul : 09.00 Wib

Tempat : Ruang Sidang FISIP-USU

Panitia Penguji

Ketua : Drs.M Husni Thamrin Nasution,M.Si ( ...)

Anggota I : Hatta Ridho, S.Sos. M.SP (...)


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Gentha Sally Amita NIM : 080903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kota Bukittinggi.

Medan,Maret 2012

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara,

Hatta Ridho, S.Sos.M.SP

NIP. 197105122006041001 NIP.196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

Dekan FISIP USU

NIP.196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.

Pertama-tama dan paling utama dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,hidayah serta rezeki akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,Dengan judul “Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam meningkatkan Pembangunan di Kota Bukittinggi”.

Hasil yang diperoleh dari penulisan skripsi ini bukan merupakan hal yang baru, namun diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pemikiran bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Bukittinggi dan dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitian di masa-masa yang akan datang.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi ini, untuk itu berbagai saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof Dr. Badaruddin, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

4. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra Nurlela Ketaren, M.SP selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada Penulis selama duduk di bangku kuliah.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama Penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya kak Mega dan kak Dian yang telah mempermudah Penulis di dalam mengurus berbagai keperluan administrasi selama Penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada Bapak Yunizar, SE selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bukittinggi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan


(6)

penelitian. Terima Kasih banyak Om, udah ngeluangin waktunya buat Sally, walaupun tiap hari sibuk terus.

9. Kepada Bapak Albertiusman, S.Si. M.Si selaku Kasi Penyuluhan yang telah banyak membantu saya pada kelancaran proses izin Penelitian dan Nasihat-nasihat yang diberikan kepada saya.Terima kasih banyak Pak.

10. Kepada ROBBY NOVALDI, SE, M.Ec.Dev.selaku Kasubbag Perencanaan Pembangunan yang mengarahkan dan membantu saya dalam mengumpulkan data dan yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan saya .Terima Kasih banyak Bang Robby atas bantuannya

11. Terima kasih kepada seluruh pegawai Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (Bappeda) Kota Bukittinggi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

12. Teruntuk Kedua orang tua yang ku cinta karena-Nya. Ibuku Yunelly, yang selalu memberi semangat kepada anak-anaknya , selalu ada dan terimakasih atas kasih sayang yang tak ternilai , Sally bangga punya orangtua kaya mama yang benar-benar berjuang untuk anaknya, “Maaf ya Ma, terkadang suka ga tahu diri dan nyusahin Mama” .Bapakku Irsal Syamsudin yang berjuang sepenuh hati bekerja demi kehidupan anaknya dan selalu sabar dengan anak-anaknya. Beliau adalah orang yang ingin sekali anaknya tamat di Tahun ini, semua ini demi nyenangin hati Papa, ”Maay ya Pa, terkadang suka buat Papa kesal


(7)

karena anaknya boros sekali”.Terima kasih kepada kedua orang tua ku yang telah membesarkan dan mendidik saya serta memberikan motivasi baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya dengan apapun, maafkan aku yang selama ini menyusahkan kalian, mudah-mudahan ini dapat memberikan suatu kebanggaan dalam diri kedua orang tuaku, terimakasih juga telah menyadarkan aku terhadap pentingnya keluarga, ternyata keluargalah yang nomor satu dari apapun.

13. Buat Adik-adik ku tercinta Ody dan Danty yang selalu membuat suasana keluarga hidup, semoga apa yang sudah aku lakukan dapat memotivasi kalian untuk bisa membahagiakan kedua orang tua kita. Buat Ody, Jangan malas-malas kuliah ya dek, terus berjuang. Jangan kecewakan Mama Papa. Buat Danty, adik ku yang paling kecil. Maaf kakak jarang pulang ke Inalum dan sering ngomel karena kesepian. Belajar yang rajin , jangan pernah menyerah dan berjuang untuk sembuh dari penyakitnya.

14. Buat Semua keluarga besar yang sudah mendukung, Tante Eva, Mak Yun, Om Jan dan sepupu-sepupu ku tersayang bang Ihsan, Dini, kak Femmy, bang Vicky, kak Fifi, Risha dan masih banyak lagi. Terimakasih atas dukungannya selama ini.

15. Buat sahabat kecil ku , teman dari kecil SD, SMP yang begitu banyak meninggalkan kenangan yang manis selama tinggal di Inalum. Tablita, Vela dan Umpita, walaupun sekarang udah jauh-jauhan tapi masih ada komunikasi satu sama lainnya. We Love You Guys!!


(8)

16. Teman-teman satu angkatan Administrasi Negara stambuk 2008, terimakasih semuanya.. Akhirnya bisa menyelesaikan gelar S1 tepat waktu, optimis sekali untuk mengejarnya yah.. Buat Bambang, Surya,Julia, Nita. Teman-teman PMP dulu Dhiba, Inuy, Ica, Siska dan Dila, temen-temen pertama kuliah yang selalu menemani di awal perkuliahan dan mendukung Sally, walaupun udah jarang ngumpul bareng ya...

17. Buat Sahabat aku tercinta Dicky Fachrozy Lubis, teman yang nemenin dari awal kuliah sampai akhir kuliah ini, selalu membantu aku walaupun terkadang suka salah paham dan berantem terus baikan lagi. Aku tahu kok Dicky, kek mana sifat mu begitu juga dirimu yang mengerti tentang sifat aku. Terimakasih banyak atas pengertiannya yah, walaupun kadang suka nyebelin  hehehe...

18. Buat sahabat ku, Minarny Subiyanto yang selalu setia menemani aku dikala susah dan senang. Sahabat yang apa adanya, sederhana dan sahabat untuk bertukar pikiran, segala sesuatu yang pernah yang lakukan barengan mi, ga akan pernah aku lupakan deh, Minarny paling Best lah... 

19. Seluruh teman-teman satu Magang Desa Prapat Janji, tercampak sampai kepelosok daerah kisaran, tapi tetap kenangan yang ga akan terlupakan. Masak sendiri, mandi sungai dan hal-hal gila yang dilakukan sama-sama teruntuk untuk Surya, Zikri,Darwin,

Numata,Dini, Maya, Nanda, Tika, Ade, Julia, Nita, Ayu dll. Keep that moment guyss!!


(9)

20. Untuk teman-teman kantor ku di RADIO KISS FM MEDAN, senior dan teman angkatan yang selalu mendukung dan pengertian selama penyusunan skripsi ini, buat Bos Kantor aku Bapak Dimardi Abas, Ibu Linda, Kak Joy dan Bang Beldi sebagi Station Manager, Teman Seangkatan Penyiar , Karina, Maydoph, Inri, Boyke, Majid, Agung dan para senior Kak Gita, Bang Baron, Bang Rangga, Kak Anggi, Kak Mia, Bea, Bang Awan,Kak Iren. Terimakasih atas semua dukungannya, kritik maupun saran. Ternyata dunia kerja itu beda, harus punya mental dan skill walaupun kerjaan kita gak terlalu ribet. KISS FM!!!!!

21. Teman-teman latihan tim Basket USU yang galau dan yang selalu mengalihkan kesuntukan aku, yang jago meleceh. Makin ngeleceh makin akrab, ya gak?? Adik-adik junior Octha, Elvina, Dina, Gita, Deasy, Nia, Tamy, Dinda, Mya , Tiara. Dan buat para senior basket Bang Gaga, Kak Ongky dan Bang Dany Sitompul , thx buat bimbingan dan makiannya, setidaknya udah punya mental lah dan buat bang Gaga makian itu sebagai bentuk peduli dan rasa sayang katanya. 

22. Teman-teman Panitia Liga Basket USU 2011, terimakasih atas waktunya sehingga Libas USU 2011 tahun lalu berhasil, teruntuk Kurnia dan Dany adik yang selalu ada buat kakaknya, mengayomi dan selalu nyemangatin kakaknya, duhaa terharuu... Buat Inge, Arto, Miftah, Onyek, Kencol si Jenius yang longor tapi teman bertukar pikiran. Terimakasih waktu untuk nongkrong bareng dan lece-leceannya. Hilang suntuk karena kalian!! Hahaaha... thx u ya guys..


(10)

23. Untuk seniorku AN 07 bang Lintang, bener-bener kangen kali buat ketemu dan cerita-cerita sama abang, sukses di Jakarta ya bang... kak Afaf (Kebab) ,Kak tutik, Kak tika,Kak Titin,kak Viya, Kak Kokom, Bang Nanta, Bang Fadly, Bang Tantri , Bang Dody makasi buat masukan selama penulis mengikuti perkuliahan..buat bg Ozik, bg bobby ,bg ilham..Much Success Broo..

Semoga kebaikan , kemurahan hati dan segala bantuan yang udah Sally dapetin selama ini dibalas Allah SWT, Amin...

Akhir kata saya sebagai penulis mengucapkan sekian dan terimakasih dan saya harap semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua pembaca

Medan, Maret 2012 Penulis

080903019


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

Halaman BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Tujuan Penelitian ... 7

I.4. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori ... 9

I.5.1. Teori Desentralisasi ... 8

I.5.2. Peranan... 10

I.5.3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ... 12

I.5.4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 13

I.5.4.1 Perencanaan ... 13

I.5.4.2. Pembangunan ... 18

I.5.4.3. Perencanaan Pembangunan ... 19

I.5.4.4. Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 24

I.5.4.5.Peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan Ekonomi ... 28

I.6. Defenisi Konsep ... 29

I.7. Sistematika Penulisan ... 31

BAB II METODE PENELITIAN ... 33

II.1. Bentuk Penelitian ... 33

II.2. Lokasi Penelitian ... 33

II.3. Informan Penelitian ... 33

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

II.5. Teknik Analisa Data ... 35

BAB III DESKRIPSI PENELITIAN ... 36

III.1. Gambaran Umum Kota Bukittinggi ... 37

III.1.1 Letak Geografis ... 37


(12)

III.1.3 Kondisi Pembangunan Kota Bukittinggi ... 39

III.2. Gambaran Umum Bappeda Kota Bukittinggi ... 40

III.2.1 Visi dan Misi Bappeda ... 40

III.2.1.1 Visi Bappeda ... 40

III.2.1.2 Misi Bappeda ... 40

III.2.2 Strktur dan Susunan Organisasi Bappeda ... 41

III.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda ... 44

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 46

IV.1. Deskripsi Kondisi Perekonomian Kota Bukittinggi ... 47

IV.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah ... 47

IV.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah ... 50

IV.1.3 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... 52

IV.1.4 Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... 52

IV.1.4.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ... 52

IV.1.4.2 Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah ... 54

IV.1.4.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah ... 56

IV.1.4.4 Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah .... 59

IV. 2 Kinerja Pelayanan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ... 60

IV.3 Hasil Wawancara ... 69

BAB V ANALISA DATA ... 92

V.1 Masalah yang timbul dalam perencanaan pembangunan Ekonomi ... 95

V.2 Mekanisme kerja yang dilakukan Bappeda kota Bukittinggi ... 96

V.3 Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 97

BAB VI PENUTUP ... 98

VI.1 Kesimpulan ... 98

VI.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Daftar Kecamatan di Kota Bukittinggi ... 37

III.2 Luas Wilayah Kecamatan ... 39

IV.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi ... 49

Kota Bukittinggi

IV.2 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah ... 53 Kota Bukittinggi tahun 2008-2012

IV.3 Realisasi dan Proyek Penerimaan Pembiayaan ... 55 Daerah Kota Bukitinggi tahun 2008-2012

IV.4 Realisasi dan Proyeksi (Pagu Indikatif) ... 59 Belanja Tidak Langsung Daerah

Kota Bukittinggi tahun 2008-2012

IV.5 Realisasi dan Proyeksi (Pagu Indikatif) ... 60 Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Kota Bukittinggi tahun 2008-2012

IV.6 Target dan Realisasi Indikator Sasaran ... 61 pada Bappeda tahun 2010

IV.7 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar ... 72 harga konstan 2000 menurut Lapangan Usaha


(14)

IV.8 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar ... 73 harga berlaku menurut Lapangan Usaha

jutaan rupiah) tahun 2008-2010

IV.9 Distribusi Peranan Sektor Ekonomi kota ... 75 Bukittinggi tahun 2008-2010

IV.10 Pertumbuhan Sektor Dominan ... 76 tahun 2009-2010

IV.11 Pendapatan Perkapita atas dasar Harga Berlaku ... 78 tahun 2008-2010


(15)

DAFTAR BAGAN

Tabel Judul Halaman

Kerangka Pemikiran ... 32

Bagan 1 Bagan Organisasi Bappeda Kota Bukittinggi ... 43 sesuai Peraturan Daerah no.11 tahun 2008


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Wawancara

2. Syarat Pengajuan Judul Skripsi 3. Permohonan Judul Skripsi 4. Penunjukan Dosen Pembimbing

5. Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 6. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

7. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 8. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

9. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Bukittinggi

10. Surat Rekomendasi/izin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi


(17)

ABSTRAKSI

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota Bukittinggi.

Nama : Gentha Sally Amita Nim : 080903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Hatta Ridho, S.Sos. M.SP

Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Pemerintah merupakan pihak yang paling penting dan berperan sebagai penggerak dalam pembangunan, yaitu melalui perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan adalah suatu usaha pemerintah untuk mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel-variabel ekonomi yang penting.

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappeda mempunyai peranan yang penting di dalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan pembangunan daerah yang direncakan oleh Bappeda dimulai dari tingkat desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota, hingga tingkat propinsi melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam pelaksanaan pembangunan di daerahnya.

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat kompleks dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, artinya semua bidang perencanaan pembangunan ditangani di bawah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, termasuk juga perencanaan pembangunan ekonomi daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetrkahui bagaimana peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Kota Bukittinggi. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara kepada key informan (informan kunci), observasi dan dokumentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah telah terkumpul sebagaimana adanya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Peran Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Bukittinggi. Hal ini dapat dilihat dari indikator Peranan yaitu berdasarkan tugas pokok dan fungsi Bappeda itu sendiri, mekanisme yang dilakukan Bappeda dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam perencanaan pembangunan tersebut.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Disamping itu pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan, perubahan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian, 1980:23). Pengertian tersebut memiliki arti bahwa pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa secara terencana.

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi segala aspek kehidupan masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam UUD 1945. Pembangunan nasional dilaksanakan secara berkesinambungan dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Dalam proses pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan suatu proses yang harus dilaksanakan melalui tahapan-tahapan untuk dapat memaksimalkan sasaran pembangunan. Tahapan yang paling awal dan merupakan tahapan yang paling vital adalah tahap perencanaan. Sebagai tahapan awal, tahap perencanaan akan menjadi pedoman ataupun acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan. Oleh karena itu perencanaan tersebut harus bersifat implementatif.


(19)

Pada umumnya pembangunan nasional di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, ditekankan atau diprioritaskan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena di negara-negara berkembang masih mengalami permasalahan dalam bidang ekonomi. Selain itu pembangunan ekonomi akan mendukung dan merangsang pembaharuan dan perubahan dalam kehidupan lain di masyarakat kearah yang lebih baik.

Pemerintah merupakan pihak yang paling penting dan berperan sebagai penggerak dalam pembangunan, yaitu melalui perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan adalah suatu usaha pemerintah untuk mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel-variabel ekonomi yang penting. Perencanaan pembangunan yang ditujukan untuk mencapai setiap sasaran dan tujuan pembangunan pada dasarnya disusun oleh pemerintah melalui badan perencanaan.

Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan “Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sistem perencanaan pembangunan di Indonesia adalah bersifat Bottom-Up, yaitu sistem perencanaan yang berasal dari bawah (masyarakat, daerah) ke atas (pemerintah) sehingga perencanaan diserahkan kepada pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat daerah. Akan tetapi perencanaan tersebut harus tetap selaras dengan program dan tujuan pembangunan


(20)

nasional. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah ini disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk kesatuan sistem perencanaan nasional yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappeda mempunyai peranan yang penting di dalam melaksanakan perencanaan daerah. Perencanaan pembangunan daerah yang direncakan oleh Bappeda dimulai dari tingkat desa/ kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota, hingga tingkat propinsi melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Dalam perencanaan pembangunan daerah ini diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam pelaksanaan pembangunan di daerahnya.

Untuk mendukung terlaksananya pembangunan daerah, Pemerintah atas nama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas sudah mengeluarkan surat edaran tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah. Dalam surat edaran tersebut pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP/ D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM/ D), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antar-instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan melalui suatu forum yang disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan.

Dalam pelaksanaannya, Bappeda melakukan proses pembahasan yang terkoordinasi dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui


(21)

Musrenbang di daerah, dimana diharapkan juga partisipasi dari masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan tersebut.

Faktor-faktor yang menyebabkan perlunya pembangunan, khususnya pembangunan di bidang ekonomi untuk disusun dan diatur secara terencana antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut ini :

1. Adanya mobilitas faktor-faktor yang terkendala dalam kegiatan produksi dan pembangunan.

2. Rendahnya pendapatan perkapita dan adanya distribusi pendapatan yang tidak merata di masyarakat.

3. Kekuatan pasar dan mekanisme harga belum dapat dijadikan jaminan suatu kebijakan pembangunan dalam operasionalnya ( Abipraja, 2002:11). Pembangunan ekonomi dianggap penting karena menyangkut pada kesejahteraan manusia yang menjalankan pembangunan tersebut. Oleh karena itu pembangunan ekonomi perlu ditangani oleh pemerintah, dalam hal ini juga termasuk pemerintah daerah.

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat kompleks dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, artinya semua bidang perencanaan pembangunan ditangani di bawah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, termasuk juga perencanaan pembangunan ekonomi daerah.

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kota Bukittinggi dalam empat tahun terakhitr telah berkembang cukup pesat. Menurut angka sementara dari BPS, PDRB Kota Bukittinggi tahun 2009 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 1.881.187.920.000,- atau naik sebesar Rp.182.174.340.000,- (10,72 %) dari tahun 2008 sebesar Rp. 1.699.013.580.000,-. Sementara PDRB per kapita berdasarkan


(22)

harga berlaku pada tahun yang sama mencapai Rp 17.449.000,- meningkat sebesar 8,92 % dibanding tahun 2008 sebesar Rp 16.020.000,-. Walaupun angka nominal kenaikan ini cukup besar, namun dari kenaikkan tersebut belum bisa dikatakan terjadi peningkatan kesejahteraan, karena mengingat adanya angka inflasi yang menyebabkan koreksi negatif terhadap daya beli.

Produktifitas ekonomi secara riil dapat terlihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000, dimana nilai tambah yang tercipta sebesar Rp. 969.590.880.000,- pada tahun 2009, naik sebesar Rp. 50.666.190.000,- dari tahun 2008 sebesar Rp. 918.888.490.00000,-. Ini berarti, perekonomian Kota Bukittinggi pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,51%. Pada tahun 2009 semua sektor kecuali sektor listrik, gas dan air dan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan yang positif, dengan tingkat pertumbuhannya bervariasi mulai dari 0,13 % hingga 7,24 %. Untuk sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif 0,13 %, dan sektor pertambangan dan penggalian negative -59,44 %.

Pada tahun 2009 pertumbuhan tertinggi dan signifikan terjadi pada sektor angkutan & komunikasi, sektor perdagangan, hotel & restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sementara sektor yang lain peningkatannya relatif kecil bahkan ada kecenderungan menurun. Perkembangan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh masih belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pelaku ekonomi lebih cenderung menunggu sampai kondisi stabil dengan tingkat suku bunga Bank yang terjangkau, terutama sekali bagi pengusaha yang mempunyai modal kecil sehingga industri rumah


(23)

tangga yang banyak terdapat di Kota Bukittinggi mengalami kesulitan untuk meneruskan usahanya.

Secara umum dapat dikatakan produktivitas ekonomi Kota Bukittinggi terletak pada kelompok sektor tersier yang menjadi tulang punggung perekonomian kota sebesar 81,15 % seperti perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa, sementara sektor primer dan sekunder masing-masing hanya berkontribusi sebesar 2,28 % dan 16,56%.

Beberapa hal yang selama ini menjadi masalah dalam perencanaan pembangunan di kota Bukittinggi secara umum adalah Miskoordinasi antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dinas-dinas, badan hingga pihak kecamatan dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Bukittinggi. Koordinasi yang kurang maksimal dalam pengumpulan data dan informasi sebagai acuan utama dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Permasalahan ini disebabkan selain masih kurangnya Sumber Daya Manusia pengelola pada Bappeda, juga disebabkan masih minimnya kesadaran SKPD lain dalam pengelolaan data, statistik dan informasi yang diperlukan untuk menyusun alternatif-alternatif program pembangunan prioritas di Kota Bukittinggi. Fenomena ini diindikasikan dengan keterlambatan data dan informasi pendukung dari SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang terkait kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) dan Penekanan evaluasi terhadap program kegiatan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), tidak di follow-up sampai tuntas yang menyebabkan permasalahan untuk merencanakan perencanaan pembangunan selanjutnya.


(24)

Oleh karena itu, Bappeda kota Bukittinggi sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi perencanaan pembangunan di daerah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup terhadap penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana dan dituntut untuk mampu secara optimal dan tetap konsisten membangun sinergisitas perencanaan pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi guna mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku pembangunan serta mampu merumuskan dokumen yang operasional, informatif, aspiratif, dan sistematis guna mendorong perkembangan ekonomi daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat kota Bukittinggi.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang: “Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota Bukittinggi.”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: “Bagaimana Peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dalam Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Kota Bukittinggi?”


(25)

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi

2. Untuk mengetahui mekanisme kerja yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi

3. Untuk mengetahui peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Bukittinggi.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat disederhanakan secara praktis dan teoritis. Jika menyangkut kebutuhan lembaga tertentu, manfaat tersebut dapat diajukan secara spesifik pada bagian ini.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(26)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi Bappeda dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kota Bukittinggi.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.

I.5 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian (Singarimbun, 1995: 37).

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92).

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1 Teori Desentralisasi

Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi diberbagai pemerintahan dunia ketiga. Banyak negara telah


(27)

melakukan perubahan struktur organisasi pemerintahan ke arah desentralisasi. Menurut Conyers, minat terhadap desentralisasi ini juga senada dengan kepentingan yang semakin besar dari berbagai badan pembangunan internasional.

Mengenai desenntralisasi, Soenobo Wirjosoegito memberikan definisi sebagai berikut:

“Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih tinggi kepada badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan pengaturan dan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari itu.” (dalam Wirjosoegito, 2004:32).

Selanjutnya DWP.Ruiter mengungkapkan bahwa menurut pendapat umum desentralisasi terjadi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu desentralisasi teritorial dan fungsional, yang dijabarkan sebagai berikut:

“Desentralisasi teritorial adalah memberi kepada kelompok yang mempunyai batas-batas teritorial suatu organisasi tersendiri, dengan demikian memberi kemungkinan suatu kebijakan sendiri dalam sistem keseluruhan pemerintahan. Sedangkan desentralisasi fungsional adalah memberi kepada suatu kelompok yang terpisah secara fungsional suatu organisasi sendiri , dengan demikian memberikan kemungkinan akan suatu kebijakan sendiri dalam rangka sistem pemerintahan. Berkaitan dengan desentralisasi teritorial dan fungisional, C.W. Van Der Pot dalam bukunya yang berjudul Handhoek van Nederlandse Staatrech berpendapat: “Desentralisasi akan didapat apabila kewenangan mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat (central government), melainkan juga oleh


(28)

kesatuan-kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelfanding), bersifat otonomi (teritorial dan fungsional)

Dengan demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan tertentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah dengan melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah dengan menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dan melatih diri menggunakan hak yang seimbang dengan kewajiban masyarakat yang demokratis. Dan sisi lain, pendapat Robert Reinow juga menjelaskan dalam buku Introduction to Government, mengatakan bahwa ada 2 (dua) alasan pokok dari kebijaksanaan membentuk pemerintahan di daerah. Pertama, membangun kebiasaan agar rakyat memutuskan sendiri sebagian kepentingannya yang berkaitan langsung dengan mereka. Kedua, memberi kesempatan kepada masing-masing komunitas yang mempunyai tuntutan yang bermacam-macam untuk membuat aturan-aturan dan programnya sendiri.

Menurut Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara pusat dan daerah dalam kerangka desentralisasi ada 4 (empat) macam, yaitu:

1. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara. 2. Dasar pemeliharaan dan pengembangan prinsip-prinsip pemerintaha

asli

3. Dasar Kebhinekaan

4. Dasar negara hukum (dalam Manan, 1998:16)

I.5.2 Peranan

Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama (Poerwadarminta, 1995:735). Peranan


(29)

menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto (1992:238), Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu..

Dengan berbagai penjelasan tentang pengertian dari sebuah peran, maka penjelasan secara sederhana mengenai Teori Peran dapat dikaji terhadap hubungan sosial antar manusia dalam kehidupan sehari-hari yang menerangkan adanya model dan kualitas dari hubungan antar manusia tersebut dan manusia menduduki fungsi yang bermacam-macam. Dalam hubungan antar manusia terdapat seorang pemimpin dan bawahan, pemerintah dan masyarakatnya, dan lain

sebagainya ( Teori Peran, terdapat pada

Februari 2012).

Sehingga menurut Teori Peran dalam kajiannya terhadap hubungan antar manusia ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario atau peran-peran yang telah disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.

Kemudian sama halnya dengan kehidupan perpolitikan antar negara atau dalam dunia internasional, dapat kita lihat dari Teori Peran yang didasarkan pada analisis politik. Pemikiran John Wahlke, tentang Teori Peran memiliki dua


(30)

kemampuan yang berguna bagi analisis politik. Ia membedakan peran berdasarkan pada aktor yang memainkan peranan tersebut, yaitu peran yang dimainkan oleh aktor politik dan peran oleh suatu badan atau institusi (Mohtar,1999:115). Ia menunjukkan bahwa aktor politik umumnya berusaha menyesuaikan tindakannya dengan norma-norma perilaku yang berlaku dalam peran yang dijalankannya. Sedangkan ia mendeskripsikan peranan institusi secara behavioral, dimana model teori peran menunjukkan segi-segi perilaku yang membuat suatu kegiatan sebagai institusi. Kerangka berpikir teori peran juga memandang individu sebagai seorang yang bergantung dan bereaksi terhadap perilaku orang lain.

I.5.3 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas di atur dalam UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjelaskan bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah/ perangakat daerah dipusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah staf yang bertugas membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian atas pelaksanaan pembangunan di daerah.


(31)

Berdasarkan Permendagri 57/2007 tentang Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) adalah sebagai unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan, melaksanakan tugas:

1. Perumusan kebijakan perencanaan daerah,

2. Koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan masing-masing satuan kerja perangkat daerah.

Untuk pencapaian sasaran dengan baik yang nantinya akan menjadi hasil akhir, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah harus memiliki tahapan yang harus dilaksanakan. Adapun yang menjadi tahapan Bappeda adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana

a. Penyusunan rancangan rencana pembangunan daerah. b. Musyawarah perencanaan pembangunan daerah. c. Rancangan akhir rencana pembangunan daerah. 2. Pengendalian pelaksanaan rencana

Pada tahapan ini Kepala Daerah menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

3. Evaluasi pelaksanaan rencana

a. Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD.

b. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya.


(32)

I.5.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi

I.5.4.1 Perencanaan

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana ini dapat diuraikan komponen penting dari perencanaan, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk merealisasi tujuan), dan waktu (kapan, bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi) terhadap masa depan (Abe, 2005:27).

Perencanaan mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan, tanpa adanya perencanaan maka akan terjadi kesimpangsiuran yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai hal negatif dalam menjalankan suatu kegiatan. Sondang P. Siagian (1980:108) mendefinisikan perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sementara itu perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1985:57), adalah merupakan suatu proses kegiatan usaha yang terus menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya. Karena pentingnya makna dari suatu perencanaan, maka para ahli administrasi menempatkan perencanaan sebagai fungsi utama dari administrasi manajemen.

Menurut Friedman (dalam Tarigan, 2002), Perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu dimasa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan


(33)

keterpaduan dalam kebijakan dan program. Dalam hal ini Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.

Memang terdapat perbedaan defenisi dari para ahli tentang perncanaan dalam berbagai konteks, namun tidak mengurangi inti dari pengertian perencanaan itu sendiri. Dari berbagai defenisi tentang perencanaan, Riyadi (dalam Arifin, 2008:7) mencoba menjelaskan tentang unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian perencanaan yaitu:

1. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta. Ini berarti bahwa perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan pada asumsi-asumsi yang didukung dengan fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada. Hal ini menjadi penting karena hasil perencanaan merupakan dasar bagi pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas.

2. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan dilakukaan. Ini berarti bahwa dalam menyusun rencana perlu diperhatikan berbagai alternatif/pilihan sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan suatu alat/sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan.

4. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan.


(34)

5. Adanya kebijaksanaan sebagai suatu hasil keputusan yang harus dilaksanakan.

Perencanaan sebenarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu yang melibatkan semua unsur perencanaan dengan melihat kebijaksanaan dan melihat pembuatan keputusan berdasarkan sumber daya yang tersusun dan tersedia secara sistematis. Jadi dari pengertian-pengertian di atas penulis merumuskan bahwa perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam rangka mempersiapkan segala usaha atau upaya secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memilih berbagai alternatif ataupun pilihan yang ada.

Dalam membuat perencanaan masih ada tahapan yang harus dilaksanakan. Setiap perencanaan pada dasarnya dilihat melalui 4 (empat) tahap (Handoko, 1993: 79).

Tahap-tahap tersebut antara lain: 1. Menetapkan tujuan.

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan-keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja, tanpa rumusan tujuan yang jelas maka organisasi tidak akan dapat menggunakan sumber-sumber daya yang dimiliki secara efektif.

2. Merumuskan keadaan saat ini.

Dengan menganalisis keadaan organisasi saat ini, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan yang lebih lanjut. Dalam tahap ini dipelukam informasi-informasi mengenai keuangan dan data statistik yang didapatkan dari organisasi.


(35)

3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan.

Segala kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi atau mungkin dapat menimbulkan masalah dalam mencapai tujuan organisasi.

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan.

Dalam tahap ini proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan dan alternatif yang dipilih adalah yang terbaik dan yang paling memuaskan diantara alternatif yang ada.

Proses perencanaan tentunya memiliki berbagai fungsi yang mendasar dalam pelaksanaannya. Robbins dan Coulter (dalam Ernie, 2006:97) menjelaskan bahwa paling tidak ada 4 (empat) fungsi dari perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan sebagai pengarah.

Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinasi. Organisasi yang tidak menjalankan perencanaan sangat mungkin untuk mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan karena bagian-bagian dari organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan terarah. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.


(36)

2. Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian.

Pada dasarnya segala sesuatu didunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan sering kali sesuai dengan apa yang kita perkirakan, akan tetapi tidak jarang pula malah diluar perkiraan kita, sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi organisasi. Ketidakpastian inilah yang dicoba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan.

3. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya.

Perencanaan juga berfungsi sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya organisasi yang digunakan. Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang diperlukan akan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan demikian, akan bisa diminimalkan sehingga tingkat efisiensi dari organisasi menjadi meningkat.

4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas. Perencaan berfungsi sebagai penetapan dalam pengawasan kualitas yang harus dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, organisasi menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang perencanaan yang baik dengan menyebutnya sebagai ciri-ciri, syarat-syarat, dan sebagainya. Kunarto (dalam Arifin, 2008:23) menyebutkan ciri-ciri perencanaan yang baik adalah di dasari dengan tujuan, konsisten dan realistis, pengawasan yang kontinu, mencakup aspek fisik dan pembiayaan, memahami berbagai ciri hubungan antar variabel ekonomi, mempunyai koordinasi yang baik.


(37)

I.5.4.2 Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan (Sanusi, 2004:8). Dalam hal ini diharapkan adanya transformasi struktur perekonomian suatu negara berkembang dari sektor ekonomi pertanian kepada perekonomian industri atau jasa. Hal tersebut menjelaskan bahwa adanya suatu perubahan dan perpindahan menuju kearah yang lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan penghasilan pendapatan negara.

Secara umum pembangunan diartikan sebagai upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan negaranya. Seringkali kemajuan yang dimaksud terutama adalah pada kemajuan material, maka pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan adalah sumber daya negara yang dimiliki, kebijaksanaan dan sasaran yang dijalankan pemerintah, tersedianya modal dan teknologi, dan suasana perdagangan internasional.

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi nasional, disamping tetap mengejar percepatan pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakikatnya pembangunan ini harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara menyeluruh tanpa mengabaikan kebutuhan dasar dan keinginan untuk maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik.


(38)

I.5.4.3 Perencanaan Pembangunan

Perencanaan dapat dikaitkan dengan konteks pembangunan dimana dalam pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai sehingga dikenal istilah perencanaan pembangunan. Perencanaan adalah kegiatan dari pembangunan yang paling prioritas, karena perencanaan dalam pembangunan menentukan arah, prioritas dan strategi pembangunan (Nugroho, 2003: 67).

Menurut Kuncoro (2004) “perencanaan pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan publik dalam menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”. Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan pembangunan dikemukakan oleh Soedjono Adipraja (2002) “Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan daerah”.

Untuk lebih mengenal dimensi-dimensi dalam konsep perencanaan pembangunan yang memiliki pedoman secara umum dapat dilihat dari dimensi ciri perencanaan pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo (1985:49) ada 8 (delapan) poin yang menjadi ciri-ciri atau indikator sebuah perencanaan pembangunan secara umum yaitu:

1. Merupakan suatu usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap. Hal ini dicerminkan dalam usaha peningkatan produksi nasional, berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif,


(39)

2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Ciri ini adalah kelanjutan dari ciri yang pertama. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan pendapatan perkapita.

3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya negara-negara baru berkembang struktur ekonominya lebih cenderung kearah agraris,dan hal ini menyebabkan terdapatnya kelemahan-kelemahan konjungtural. Oleh karena itu diusahakan lebih adanya keseimbangan dalam struktur ekonomi.

4. Usaha perluasan kesempatan kerja. Selain untuk mengurangi adanya pengangguran , hal ini juga bertujuan untuk menampung masuknya golongan usia kerja baru dalam kehidupan ekonomi.

5. Usaha pemerataan pembangunan (distributive justice). Pemerataan ini ditujukan kepada pemerataan pendapatan antara golongan –golongan dalam masyarakat dan pemerataan pembangunan antara daerah-daerah dalam negara.

6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

7. Usaha untuk mengupayakan kemampuan membangun secara bertahap lebih didasarkan kepada kemampuan nasional (dalam artian tidak terlalu menggantungkan terhadap pinjaman luar negeri).


(40)

Dari berbagai kajian yang ada, dapat diasumsikan bahwa perencanaan itu merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi dan arah yang akan dicapai. Kedinamisan tersebut dalam proses pembangunan dapat dilihat dari faktor sifat, ruang lingkup dan pelaku perencanaan pembangunan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan dinamika pembangunan yang ada maupun yang diciptakan (Arifin, 2008: 69).

Pada dasarnya perencanaan pembangunan menjadi kunci keberhasilan suatu pembangunan karena sesungguhnya ini adalah pekerjaan yang sangat rumit dan membutuhkan analisis kedepan yang cukup baik. Disinilah pembangunan akan menjadi sebuah praktek yang bergulir dari sebuah konsep, teori dan paradigma. Oleh karena itu pembangunan harus dimanajemeni dengan baik melalui proses perencanaan yang matang.

Dari gambaran diatas dapat memberikan suatu gambaran jelas bahwa sebuah proses pembangunan yang didasari dengan perencanaan akan memiliki nilai lebih yang menjanjikan dalam pencapaian tujuan dan hasil akhir dari pembangunan yang terencana.

Setiap perencanaan pembangunan pada dasarnya harus mengandung unsur-unsur pokok tertentu yang dijadikan acuan pembangunan, dengan adanya unsur-unsur pokok tersebut akan lebih memfokuskan arah, tujuan, dan keefektifan dalam pencapaian hasil akhir sebuah perencanaan pembangunan. Ada beberapa unsur pokok yang menjadi komponen dari perencanaan pembangunan menurut Tjokroamidjojo (1985) yaitu:

a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan, yang sering pula disebut tujuan, arah, dan prioritas pembangunan.


(41)

b. Adanya kerangka rencana yang menunjukkan hubungan variabel-variabel pembangunan dan implikasinya.

c. Perkiraan sumber-sumber pembangunan terutama pembiayaan.

d. Adanya kebijaksanaan yang konsisten dan serasi, seperti kebijaksanaan fiskal, moneter, anggaran, harga, sektoral, dan pembangunan daerah. e. Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral.

f. Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Pembangunan adalah suatu hal yang kompleks, dimana pembangunan akan mengakibatkan perubahan-perubahan sosial yang cukup besar. Hal tersebut seringkali mengakibatkan adanya frustasi dalam dinamika pelaksanaannya. Oleh karena itu penting untuk dilakukan sebuah perencanaan pembangunan untuk menghasilkan hasil akhir pembangunan yang terencana. Untuk mencapai hal tersebut maka dalam perencanaan pembangunan perlu dilakukan tahapan-tahapan.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, ada 4 (empat) tahapan dalam perencanaan pembangunan, yaitu:

1. Tahap penyusunan rencana.

Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang sudah siap untuk ditetapkan, terdiri dari 4 langkah:

a. Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.

b. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.


(42)

c. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan pembangunan.

d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. 2. Tahap penetapan rencana.

Tahap ini berfungsi sebagai penetapan rencana pembangunan tersebut menjadi suatu produk hukum yang mengikat semua pihak yang melaksanakan.

3. Tahap pengendalian pelaksana rencana.

Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan, serta koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan kementrian/ lembaga/ satuan perangkat daerah.

4. Evaluasi pelaksanaan.

Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian tujuan sasaran dan kinerja pembangunan

Berkaitan dengan tahapan perencanaan pembangunan, maka perlu ditentukan suatu pembatasan ataupun prioritas pembangunan yang akan dicapai dalam setiap periodenya atau jangka waktu perencanaannya. Oleh karena itu perlu untuk disusun suatu perencanaan berdasarkan target waktu atau jangka waktu perencanaan.


(43)

Berdasarkan Klasifikasi menurut waktu, maka proses Perencanaan Pembangunan Nasional dibagi 3 (tiga), yaitu:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJM adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga,

yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

3. Rencana Pembangunan Tahunan adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun.

a. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Recana Kerja Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun.

b. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 ( satu) tahun.


(44)

c. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1(satu) tahun.

d. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah Untuk periode 1 (satu) tahun.

I.5.4.4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan nasional real suatu perekonomian bertambah selama satu periode waktu yang panjang (Meier dan Baldwin dalam Siagian, 1989:22). Dengan demikian pembangunan dalam konteks ini berupaya untuk memperbesar atau meningkatkan pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal, pemberdayaan masyarakat, dan menambah skill ataupun kemampuan untuk berproduktivitas.

Pembangunan ekonomi mengandung kehendak untuk mengubah cara hidup, cara berpikir, cara menghadapi persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan, atau mengandung kesadaran untuk merubah keadaan, baik dalam menaikkan tingkat kehidupan, maupun dalam arti menempuh cara kehidupan yang baru (Sumitro dalam Siagian, 1989:26).

Pada dasarnya pembangunan ekonomi berarti perubahan struktural secara menyeluruh yang bermaksud untuk memperluas dasar ekonomi dan memperluas


(45)

lapangan kehidupan. Dengan arah pengembangan tersebut diharapkan akan tercapai keseimbangan dalam stuktur ekonomi dan dalam kehidupan masyarakat.

Sementara Todaro (dalam Arsyad, 2005:5) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi itu dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan pengertian diatas maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kalembagaan.

Dari defenisi diatas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. 2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

3. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

4. Perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang ( misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya).

Pada dasarnya perencanaan pembangunan ekonomi mengandung makna pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian dengan sengaja oleh pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses perencanaan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar faktor-faktor


(46)

yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut untuk mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan pembangunan ekonomi ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan tertentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan ekonomi dengan perencanaan-perencanaan yang lain.

Adapun ciri-ciri suatu perencanaan pembangunan ekonomi adalah:

1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap.

2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita.

3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. 4. Usaha perluasan kesempatan kerja.

5. Usaha pemerataan pembangunan, sering disebut sebagai distributive justice.

6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

7. Usaha secara terus-menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Faktor ekonomi memiliki dampak yang sangat besar terhadap proses pembangunan, yang dalam hal ini juga sangat berdampak terhadap proses-proses awal pembangunan, yakni perencanaan pembangunan.


(47)

1. Alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas bisa lebih efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan-pemborosan.

2. Perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap dan berkesinambungan.

3. Stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi siklus konjungtur (arsyad, 2005:23).

Menurut Jhingan (dalam Arsyad, 2005:26) perumusan dan kunci keberhasilan suatu perencanaan pembangunan ekonomi biasanya memerlukan adanya hal-hal berikut: adanya komisi perencanaan, data statistik, tujuan, penetapan sasaran dan prioritas, mobilitas sumber daya, keseimbangan dalam perencanaan, sistem administrasi yang efisien, kebijaksanaan pembangunan yang tepat, administrasi yang ekonomis, dasar pendidikan, teori konsumsi, dan dukungan masyarakat.

Sedangkan Todaro (dalam kamaluddin, 1990:90), mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan:

1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok.

2. Meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia.

3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih, yang merupakan salah satu dari Hak Azasi Manusia.


(48)

I.5.5.5 Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Badan Perencanaan Pembangunan Daera (Bappeda) sebagai salah satu staf yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala daerah merupakan staf umum penting dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, termasuk juga bidang perencanaan pembangunan ekonomi yang merupakan salah satu penopang kemajuan pembangunan bidang lainnya seperti bidang sosial budaya, fisik dan prasarana.

Didalam Peraturan Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat dengan Bappeda atau sebutan lain adalah unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah dalam pasal (1) ayat (5).

Oleh sebab itu, Proyeksi pembangunan ekonomi daerah kedepannya adalah merupakan tugas dari Bappeda, karena Bappeda adalah sebagai koordinator dari para stakeholders dalam pembangunan ekonomi daerah seperti SKPD lainnya dan juga pihak swasta, serta masyarakat melalui forum musyawarah yang disebut musrenbang.


(49)

I.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak sebuah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Singaarimbun, 1995:33).

Oleh karena itu, untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas agar penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Peranan

Peranan dalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah badan staf umum yang bertugas membantu kepala daerah dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan serta memberikan penelitian atas pelaksanaan pembangunan di daerah.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam rangka mempersiapkan segala usaha atau upaya secara teratur dan sistematis


(50)

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memilih berbagai alternatif ataupun pilihan yang ada.

4. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan secara sistematis.

5. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka waktu panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.


(51)

I.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian yang mencakup sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisa.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan dari bab sebelumnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.


(52)

Kerangka Pemikiran

Desentralisasi Pembangunan

Peran daerah dalam merencanakan pembangunan

daerah

B A P P E D A

Pembangunan Ekonomi Teori

Desentralisasi

Implementasi Perencanaan Pembangunan Daerah

Social Welfare

(Kesejahteraan Sosial

)

Pertumbuhan GNP (Gross National Product)

Distribusi Pendapatan (GDP,Income Percapita,

National Income)

Indeks Mutu Hidup.

Perekonomian Makro dan Mikro


(53)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota Bukittinggi yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.27-29 Bukittinggi, Sumatera Barat.

II.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan di atas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendarso (dalam Usman, 2009:56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian


(54)

yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini adalah informan kunci. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah petugas yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan ekonomi pada kantor Bappeda kota Bukittinggi yang berjumlah 4 (empat) orang, yaitu:

1. Kepala Bappeda,

2. Kepala bidang perencanaan dan statistik, 3. Kepala bidang penanaman modal, 4. Kepala bidang litbang dan kerja sama.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui: Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan


(55)

atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

II.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan


(56)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota Bukittinggi yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No.27-29 Bukittinggi, Sumatera Barat.

II.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan di atas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendarso (dalam Usman, 2009:56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian


(57)

yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini adalah informan kunci. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah petugas yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan ekonomi pada kantor Bappeda kota Bukittinggi yang berjumlah 4 (empat) orang, yaitu:

1. Kepala Bappeda,

2. Kepala bidang perencanaan dan statistik, 3. Kepala bidang penanaman modal, 4. Kepala bidang litbang dan kerja sama.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui: Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan


(58)

atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

II.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Jadi teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan


(59)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat, dan merupakan salah satu kota wisata yang terdapat di provinsi tersebut. Kota Bukittinggi hanya berjarak 91 km dari Padang dan 730 km dari Medan . Kekuatan daerah yang dimiliki Kota Bukittinggi terkonsentrasi pada perdagangan, home Industri, jasa serta pariwisata. Sektor perdagangan dan jasa adalah yang menjadi andalan perekononiam Kota Bukittinggi di samping sektor home industri yang merupakan salah satu program pemerintah kota Bukittinggi dalam mengentaskan kemiskinan, diantaranya pelatihan keterampilan membordir dan pelatihan pembuatan kebaya, serta penumbuhan wisata baru yang mengalami pertumbuhan dalam memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah.

Secara geografis Kota Bukittinggi dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Diapit oleh Kabupaten Agam yang memiliki kekayaan pertanian seperti padi, kentang, kol, tomat, cabe yang merupakan komoditi unggulan di kabupaten ini serta kekayaan perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, karet dan lain-lain. Kota ini juga mempunyai posisi strategis karena dilewati oleh jalur artei primer yang menghubungkan Kota Padang dengan kota Medan maupun Kota Pekanbaru.

Bukittinggi berada pada posisi strategis Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan Padang, Medan dan Palembang, serta berada diantara Padang dan Pekanbaru dan dapat diakses melalui 2 sarana transportasi darat, yaitu bus


(60)

dan kereta api, namun pada dekade 1970-an sarana transportasi kereta api yang menghubungkan kota Payakumbuh dan kota Padang tidak diaktifkan lagi.

Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana angkutan kota, taksi dan bendi (kereta kuda). Terminal bus terbesar di Bukittinggi adalah Terminal Aur Kuning, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh angkutan dalam dan luar kota.

Saat ini Kota Bukittinggi terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 24 (dua puluh empat ) kelurahan. Secara lengkap wilayah administrasi Kota Bukittinggi disajikan pada tabel berikut

Tabel III.1.

Daftar kecamatan di Kota Bukittinggi

No. Nama Kecamatan Kelurahan Luas Daerah (Km²) Persentase Luas Kecamatan Posisi Geografis 1. Guguk

Panjang

7 6,831 27,07 100°,22’

50”BT

0°, 18’ 40” LS 2. Mandiangin Koto

Selayan

9 12,156 48,16 100°, 22’ 32”

BT

0°, 17’ 29”LS

3. Aur Birugo

Tigo Baleh

8 6,252 24,77 100°23’ 21”

BT

0°, 19’ 16”LS B U K I T T I N

G G I

24 25,239 100.00 100°22’03”

BT

0°, 17’ 08” LS Sumber data : BPS Kota Bukittinggi,2010 (hal.18)

III.1.1 Letak Geografis

Kota Bukittinggi terletak diantara 100º20'' - 100º25' BT dan 00º16'-00º20' LS dengan ketinggian sekitar 780-950 meter dari permukaan laut, dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1 – 24.9ºC. Luas daerah lebih


(61)

kurang 25,239 km²,luas tersebut merupakan 0,06 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat.

Kota Bukittinggi memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, diantaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan dan sebagainya. Sementara terdapat lembah yang dikenal juga dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75 – 110 m, yang didasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Sungai Batang Masang.

Secara administratif Kota Bukittinggi di sebelah utara berbatasan dengan Nagari Gadut dan Kapau, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, di sebelah selatan berbatasan dengan Taluak IV Suku, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, di sebelah barat berbatasan dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam dan di sebelah timur berbatasan dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam Hal tersebut berarti bahwa Kota Bukittinggi dikelilingi oleh Kabupaten Simalungun.

III.1.2 Demografi Penduduk

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2009, jumlah penduduk Kota Bukittinggi sementara adalah 107.805 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2000-2009 adalah 1,78 persen pertahun.

Penyebaran penduduk kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel 2 dimana penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yaitu, 40,82 persen. Tingginya tingkat penyebaran penduduk dikecamatan ini


(62)

ditandai dengan banyaknya pembangunan perumahan , baik yang dilakukan oleh perusahaan pengembang maupun perorangan.

Namun demikian, Kecamatan Guguk Panjang masih menjadi Kecamatan dengan tingkat kepadatan paling tinggi yaitu 5.774 jiwa per km², diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 3.896 jiwa per km² dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan sebanyak 3.620 jiwa per km².

Penduduk Bukittinggi diantaranya terdapat beberapa warga Negara Asing seperti China, India dan Negara Asing lainnya. Tahun 2009 terdapat 17 jiwa warga Negara China , 4 jiwa warga Negara India dan 1 jiwa warga Asing lainnya.

Tabel III.2

Luas Wilayah Kecamatan

Sumber :BPS Kota Bukittinggi,2010 (hal.37)

Dengan luas wilayah Kota Bukittinggi 25,239 km2 yang didiami oleh 107.805 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bukittinggi adalah sebanyak 4.271 orang per kilo meter persegi.

No Kecamatan Luas Wilayah Area (km²)

Rumah Tangga

Laki-laki

Perempuan Jumlah Total

Kepadatan

1. Guguk Panjang

6,831 9368 19583 19 856 39439 5774 2. Mandiangin

Koto Selayan

12,156 9849 21622 22385 44007 3620 3. Aur Birugo

Tigo Baleh

6,252 5616 12029 12330 24359 3896


(63)

III.1.3 Kondisi Pembangunan Kota Bukittinggi

Secara kasat mata pembangunan Kota Bukittinggi sudah cukup berkembang, terutama dalam pembangunan fisik, sarana dan prasarana (infrastuktur). Namun pembangunan tersebut hanya dapat kita lihat dan tersedia di pusat Kota Bukittinggi. Sementara kalau kita lihat secara keseluruhan dari wilayah Kota Bukittinggi, masih banyak wilayah yang belum mendapatkan atau kurang tersentuh oleh pembangunan. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah Kota Bukittinggi

III.2 Gambaran Umum Bappeda Kota Bukittinggi

III.2.1 Visi dan Misi Bappeda

III.2.1.1 Visi Bappeda

Adapun yang menjadi visi Bappeda kota Bukittinggi untuk tahun 2011-2015 adalah “Menjadi koordinator perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas”.

Visi tersebut adalah merupakan suatu gambaran masa depan yang diinginkan dan dicapai oleh Bappeda kota Bukittinggi sebagai lembaga/perangkat daerah dilingkungan kota Bukittinggi. Bappeda berkewajiban menyusun Rencana Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi guna mewujudkan visi kota Bukittinggi.

Dalam hal ini penyusunan rencana pembangunan daerah dilakukan secara demokratis, profesional, dan terukur dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).


(1)

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Setelah hasil penelitian diinterpretasikan dan dianalisa maka dalam bab ini penulis dapat menarik kesimpulan yang menjadi inti dari penelitian yang telah dilakukan mengenai Peranan Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi di Kota Bukittinggi antara lain:

1. Masalah yang dihadapi oleh Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi adalah masalah masih kurangnya data dan informasi yang valid, akurat, dan uptodate sebagai bahan analisis pembangunan, kurangnya penindaklanjutan evaluasi terhadap kegiatan di bidang Ekonomi serta beberapa masalah yang datang dari internal dan eksternal baik dari kesiapan Bappeda sebagai SKPD pemegang kendali perencanaan pembangunan itu sendiri serta masih minimnya pemahaman tentang arti penting perencanaan pembangunan tersebut.

2. Mekanisme kerja yang dilakukan oleh Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi adalah sebagai berikut: setiap dinas membuat rencana kerja yang disebut dengan Renja SKPD untuk kemudian diberikan kepada Bappeda untuk dianalisa dan disusun bersama-sama dengan hasil Musrenbang dari kelurahan dan kecamatan, kemudian hasilnya dibawa ke Musrenbang Kota yang nantinya akan disusun dalam RKPD kota Bukittinggi, dalam RKPD


(2)

tersebutlah berisi tentang pilar-pilar pembangunan dan strategi pencapaiannya, termasuk juga pembangunan ekonomi.

3. Peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi sangatlah penting karena Bappeda adalah satu-satunya koordinator badan perencanaan pembangunan daerah, dimana Bappeda menjalankan fungsinya sebagai koordinator perencanaan pembangunan daerah antarsektor, regional, dan lembaga yang merumuskan kebijakan teknis dalam lingkup perencanaan pembangunan daerah termasuk dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi dengan menggunakan kerangka pikir perencanaan Bappeda dan juga melibatkan masyarakat dan stakeholder kota Bukittinggi untuk mewujudkan visi misi pembangunan kota Bukittinggi. Namun ternyata peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi belum cukup mampu untuk mewujudkan semua visi misi pembangunan ideal yang diharapkan karena masih banyaknya masalah-masalah yang dihadapi oleh Bappeda.

VI .2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh penulis sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan peranan Bappeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi di kota Bukittinggi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kerjasama ataupun koordinasi yang baik antara para penyusun rencana (stakeholders) dengan para pelaksananya agar terciptanya perencanaan pembangunan ekonomi yang baik dan


(3)

implementatif. Termasuk juga mengoptimalkan Musrenbang sebagai forum partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

2. Meningkatkan fasilitas ataupun sarana dan prasarana perencanaan pembangunan kota yang memadai untuk mendukung kualitas perencanaan pembangunan ekonomi yang handal dan modern.

3. Meningkatkan kualitas dan sumber daya aparatur yang profesional melalui pendidikan ataupun pelatihan untuk ditempatkan sesuai dengan kompetensinya sehingga mendukung terciptanya program kerja dan rencana kegiatan yang jelas.

4. Penyusunan suatu database yang valid, akurat, dan up todate serta dokumentasi dan informasi dari hasil-hasil penelitian dalam bidang perencanaan pembangunan ekonomi untuk mempermudah dan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembangunan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Aleander.2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pembaruan

Adi, Isbandi Rukminto.2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta:Lembaga Penelitian FE-UI

Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Poenelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT. Rineka Cipta

Arsad, Lincolin.2002. Pengantar Perencanaan dan pembangunan Ekonomi Daerah.Yogyakarta : BPFE

Conyers, Diana.1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar, Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Handoko, T Hani. 1993. Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Manan, Bagir. 1998. Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD1945. Jakarta : Sinar Harapan

Mohtar ,Mas’oed. 1999. Studi Hubungan Internasional, Tingkat Analisi dan Teorisasi. Yogyakarta : Penerbit Universitas Gadjah Mada

Nasution, Arifin Muhammad. 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan : FISIP USU PRESS

Nugroho, Riant D. 2003. Reinventing Pembangunan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo


(5)

Robert Siedman mengutip S.A, Bessanoc dalam “ Development Planning and Legal order”. Economic Planing for developing Countries of Africa” (Budapest : Hungarian Academy of Science 1974).

Siagian, Sondang P. 2002. Administrasi Pembangunan. Jakarta : Gunung Agung Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES

Soekamto,Soejono. 1992.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali Press Soenobo, Wirjosoegito.2004. Proses & Perencanaan Peraturan Perundangan.

Jakarta : Ghalai Indonesia

Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isu Pembangunan, Malang. Universitas Malang Press

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1988.Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta : LPES

Toni Killick. 1996. The possibilties of development Planning. Oxford Economic Papers

Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho D. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia. (Sebuah Pengantar dan Panduan), Jakarta: PT. Elex Media Komputindi

W. Arthur Lewis. 1991.The Principles of Economic Planning Public Affairs Press, Washington DC

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta:Bumi aksara.


(6)

Sumber Lain :

UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Dalam Negeri No.54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Sumber Internet :

(http