BAB III - DOCRPIJM 2c2388f971 BAB III3. BAB III RTRW Sebagai Arahan Spasial RPI2 JM

BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur

  ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 RTRW Nasional

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang a.

  Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria: 1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  b.

  Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria: 1.

  Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  c.

  Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria: 1.

  Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

  2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

  3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

  4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  2. Pertumbuhan ekonomi,

  a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

  c) memiliki potensi ekspor, d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

  g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

  h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  3. Sosial dan budaya

  a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

  b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

  e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN NO PROVINSI PKN PKW (1) (2) (3) (4)

  

Nanggroe Aceh Sabang, Banda Aceh, Takengon,

  1 Lhokseumawe Darussalam Meulaboh Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Kawasan Perkotaan Medan- Siantar, Balige, Rantau Prapat,

  2 Sumatera Utara Binjai-Deli-Serdang-Karo Kisaran, Gunung Balige, Padang (Mebidangro) Sidempuan, Sibolga Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut,

  3 Sumatera Barat Padang Bukittinggi, Solok Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapiapi,

  4 Riau Pekanbaru, Dumai Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura Tanjung Pinang, Terempa, Daik

Kepulauan Riau Batam Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung

  5 Balai Karimun Kuala Tungkal, Sarolangun,

  6 Jambi Jambi Muarabungo, Muara Bulian Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,

NO PROVINSI PKN PKW (1) (2) (3) (4)

  Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap Daerah Istimewa Bantul, Sleman

  15 Yogyakarta Yogyakarta Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,

  Kawasan Perkotaan

  16 Jawa Timur Banyuwangi, Jember, Blitar, (Gerbangkertosusila)Malang Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

  Kawasan Perkotaan Singaraja, Semarapura, Negara

  17 Bali Denpasar-Bangli-Gianyar- Tabanan (Sarbagita) Praya, raya, Sumbawa Besar

  18 Nusa Tenggara Barat Mataram Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere,

  19 Nusa Tenggara Timur Kupang Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo Mempawah, Singkawang, Sambas,

  20 Kalimantan Barat Pontianak Ketapang, Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang Kuala Kapuas, Pangkalan Bun,

  21 Kalimantan Tengah Palangkaraya Buntok, Muarateweh, Sampit Amuntai, Martapura, Marabahan,

  22 Kalimantan Selatan Banjarmasin Kotabaru Kawasan Perkotaan Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan,

  Balikpapan-Tenggarong- Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis,

  23 Kalimantan Timur Samarinda-Bontang, Tanah Grogot, Sendawar Tarakan

  Isimu, Kuandang, Tilamuta

  24 Gorontalo Gorontalo Kawasan Perkotaan Tomohon, Tondano, Kotamobagu

  25 Sulawesi Utara Manado-Bitung Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale,

  26 Sulawesi Tenggah Palu Tolitoli, Donggala Kawasan Perkotaan Pangkajene, Jeneponto, Palopo,

  Makassar-Sungguminahasa- Watampone, Bulukumba, Barru,

  27 Sulawesi Selatan

Takalar-Maros Parepare

(Maminasata)

  Mamuju, Majene, Pasangkayu

  28 Sulawesi Barat

  Tabel 3. 2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN PUSAT KEGIATAN NO STATUS PROVINSI STRATEGIS NASIONAL (1) (2) (3) (4) I/A/2 : Pengembangan Baru

1 Kota Sabang

  Namggroe Aceh Darussalam (Tahap I) I/A/1 :

  2 Kota Dumai Pengembangan/Peningkatan Riau Fungsi (Tahap I) I/A/1 :

  3 Kota Batam Pengembangan/Peningkatan Kep. Riau Fungsi (Tahap I) Ranai (Ibukota Kab. I/A/2 : Pengembangan Baru

  4 Kep. Riau Natuna) (Tahap I) I/A/1 :

  Atambua (Ibukota Kab.

  5 Pengembangan/Peningkatan Nusa Tenggara Timur Belu) Fungsi (Tahap I)

  Kalabahi (Ibukota Kab.

  II/A/2 : Pengembangan Baru

  6 Nusa Tenggara Timur Alor) (Tahap II) Kefamenanu (Ibukota Kab. I/A/2 : Pengembangan Baru

  7 Nusa Tenggara Timur Timor Tenggah Utara) (Tahap I) I/A/2 : Pengembangan Baru

  8 Paloh-Aruk (Kab. Sambas) Kalimantan Barat (Tahap I) Jagoi Babang )Kab. I/A/2 : Pengembangan Baru

  9 Kalimantan Barat Bengkayang) (Tahap I) Nangabadau (Kab. Kapuas I/A/2 : Pengembangan Baru

  10 Kalimantan Barat Hulu) (Tahap I) I/A/1 :

  Entikong (Kab. Sanggau) Pengembangan/Peningkatan Kalimantan Barat

  11 Fungsi (Tahap I)

  II/A/2 : Pengembangan Baru

  12 Jasa (Kab. Sintang) Kalimantan Barat (Tahap II)

  I/A/1 : Nunukan (Ibukota

  13 Pengembangan/Peningkatan Kalimantan Timur Kabupaten Nunukan) Fungsi

  I/A/2 :

PUSAT KEGIATAN NO STATUS PROVINSI STRATEGIS NASIONAL (1) (2) (3) (4)

  Dobo (Kabupaten

  II/A/2 : Pengembangan Baru

  22 Maluku Kepulauan Aru) (Tahap II) Daruba (Kabupaten Pulau I/A/2 : Pengembangan Baru

  23 Maluku Utara Morotai) (Tahap I) I/A/1 :

  24 Kota Jayapura Pengembangan/Peningkatan Papua Fungsi (Tahap I) Kota Tanah Merah I/A/1 :

  25 (Ibukota Kabupaten Tanah Pengembangan/Peningkatan Papua Merah) Fungsi (Tahap I) I/A/1 :

  Kota Merauke (Ibukota

  26 Pengembangan/Peningkatan Papua Kabupaten Merauke) Fungsi (Tahap I)

  Tabel 3. 3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kawasan industry Nanggroe Aceh

  1 Ekonomi Kota Lhokseumawe Lhokseumawe

  Darussalam Kawasan Perdagangan

  Nanggroe Aceh

  2 Bebas dan Ekonomi Kota Sabang Darussalam Pelabuhan Bebas

  Sabang Kawasan Pengembangan

  Naggroe Aceh

  3 Ekonomi Terpadu Ekonomi Kota Banda Aceh Darussalam Banda Aceh

  Darussalam

13 Kabupaten (Aceh

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Thailand / Malaysia Perpres No.

  62 Tahun 2011 tentang Kawasan

  Rencana Tata

  Ruang Kota Medan, Binjai, Deli

  • – Perkotaan Meda

  

6 Binjai Ekonomi Sumatera Utara Kawasan

  • – Deli Serdang, Karo Serdang

  Perkotaan

  • – Karo (Mebidangro)

  Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo

  Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang

  Kawasan Danau Lingkungan Hasundutan, Kab. Dairi,

  7 Toba dan Sumatera Utara Hidup Kab. Karo, Kab.

  Sekitarnya

Simalungun,

Kab. Toba, Kab. Pakpak Barat

  Kawasan Stasiun Penggunaan Pengamat Sumberdaya Alam Sumatera

  8 Kab. Agam Dirgantara dan Teknologi Barat Kototabang Tinggi

  Kawasan Hutan Kab. Kuantan Singingi Lindung Bukit Lingkungan Hidup dan Riau

  9 Batabuh Kab. Indragiri Hulu Kawasan Hutan

10 Lingkungan Hidup Kab. Rokan Hilir Riau

  Lindung Mahato Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) negara Malaysia /Vietnam / Singapura

  Perpres No.

  87 Tahun Kab. Bintan, Kab. 2011 tentang Kawasan Batam, Natuna, Rencana Tata

  12 Bintan, dan Ekonomi Kepulauan Riau Kab. Karimun, Kota Ruang Karimun Batam Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun Kawasan Kab. Kerinci, Kota Jambi,

  Lingkungan Padang, Sumatera

  13 HidupTaman Lingkungan Hidup Kab. Lubuk Linggau, Barat,Bengkulu, Nasional Kab. Dan Sumatera Kerinci Seblat Rejang Lebong Selatan

  Kawasan Taman Kab. Muaro

  14 Lingkungan Hidup Jambi Nasional Berbak Jambi Kab. Indragiri Hulu, Kab.

  Kawasan Taman Indragiri Hilir, Kab. Jambi dan

  15 Nasional Bukit Lingkungan Hidup Tanjung Riau Tigapuluh Jabung Barat,Kab. Tebo Kawasan Taman Kab. Soralangu, Kab.

  16 Nasional Bukit Lingkungan Hidup Muaratebo, Kab. Jambi Duabelas Batanghari Perpres No.

  86 Tahun 2011 tentang

Kota Serang,

Kawasan Selat

  Lampung Pengembanga

  17 Ekonomi Kota Bandar Sunda dan Banten n Kawasan

Lampung

  Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda Penggunaan

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bekasi, Puncak, Cianjur

  Kawasan Perkotaan Kota Bandung, Kab.

  21 Ekonomi Jawa Barat Cekungan Bandung Bandung

  Penggunaan Kawasan Fasilitas Sumberdaya

  22 Uji Terbang Roket Alam dan Kab. Garut Jawa Barat Pamengpeuk Teknologi Tinggi

  Penggunaan Kawasan Stasiun Sumberdaya Pengamat

  23 Alam dan Kab. Garut Jawa Barat Dirgantara Teknologi

  Pamengpeuk Tinggi Penggunaan Kawasan Stasiun Sumberdaya Pengamat

  24 Alam dan Kab. Sumedang Jawa Barat Dirgantara Teknologi

  Tanjung Sari Tinggi Penggunaan Sumberdaya

  Kawasan Stasiun

  25 Alam dan Jawa Barat Telecomand Teknologi

  Tinggi Penggunaan Kawasan Stasiun Sumberdaya

  26 Bumi Penerima Alam dan Kabupaten Pangandaran Jawa Barat Satelit Mikro Teknologi Tinggi

  Kawasan

  • – Pangandaran

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kab. Sleman,

Kota Jawa Kawasan Taman Yogyakarta, Tengah dan

  Lingkungan

  31 Nasional Gunung Kab. Klaten, Daerah Hidup Merapi Kab. Boyolali, Istimewa

  Kab. Yogyakarta

Magelang

Kawasan Kab. Gresik, Perkotaan Gresik Kab.

  

Bangkalan,

  • – Bangkalan –
  • – Mojokerto Kota –

  32 Surabaya Ekonomi Mojokerto, Jawa Timur Sidoarjo Kota

Surabaya,

  • – Lamongan (Gerbangkertosusi Kab. Sidoarjo,Kab.

  la) Lamongan Penggunaan Kawasan Stasiun Sumberdaya

  Pengamat

  33 Alam dan Kab. Pasuruan Jawa Timur Dirgantara Teknologi

  Watukosek Tinggi Kawasan Taman Lingkungan Kab.

  34 Nasional Ujung Banten Hidup Pandeglang

  Kulon Perpres No. 45 Tahun

  2011 tentang Kawasan Kota Rencana Perkotaan Denpasar, Tata Ruang

  • – Denpasar

  

35 Ekonomi Kab. Badung, Bali Kawasan

Badung

  • – Gianyar Kab. Gianyar, Perkotaan - Tabanan Kab. Tabanan Denpasar, (Sarbagita)

  Badung,

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kawasan Kab. Kupang, Pertahanan Nusa Perbatasan Darat Kab. Timor

  40 dan Tenggara RI dengan negara Tengah Utara, Keamanan Timur

  Timor Leste Kab. Belu Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar Kab. Kupang, Pertahanan Nusa

  (Pulau Alor, Kab. Timor 41 dan Tenggara

  Batek, Dana, Tengah Utara, Keamanan Timur Ndana, dan Kab. Belu Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia

  Kawasan Pengembangan Kalimantan

  42 Ekonomi Kab. Sanggau Ekonomi Terpadu

  Barat Khatulistiwa Penggunaan Kawasan Stasiun Sumberdaya Pengamat Kota Kalimantan

  43 Alam dan Dirgantara Pontianak Barat Teknologi

  Pontianak Tinggi Kawasan Taman Lingkungan Kab. Kapuas Kalimantan

  Nasional Betung

  44 Hidup Hulu Barat Kerihun Kawasan

  Kab. Sambas, Kalimantan Perbatasan Darat Pertahanan Kab. Kapuas Barat,

  45 RI dan Jantung dan Hulu, Kab. Kalimantan Kalimantan (Heart Keamanan Sanggau, Timur of Borneo)

  Kawasan Kota Pengembangan Palangkaraya, Ekonomi Terpadu Kab. Pulang Kalimantan

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Balikpapan Kawasan Perbatasan Laut

  RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Kab. Nunukan,

  Gosong Makasar,

Kab. Berau,

Maratua, Sambit,

Kab. Tolitoli,

Lingian, Salando, Kab. Boolang Kalimantan

  Dolangan, Mongondow Timur, Bangkit, Pertahanan Utara, Kab. Sulawesi

  50 Mantewaru, dan Kep. Sitaro, Tengah dan Makalehi, Keamanan Kab. Kep. Sulawesi Kawalusu, Kawio, Sangihe, Kab. Utara) Marore, Batu Sangihe Bawaikang,

Talaud, Kab.

Miangas,

Kep. Talaud

  Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan Negara Malaysia dan

  Philipina Kawasan Pengembangan Kota Manado, Sulawesi

  51 Ekonomi Ekonomi Terpadu Kota Bitung Utara Manado

  • – Bitung Kab.

  Kawasan

Minahasa,Kab

Konservasi dan Lingkungan . Minahasa Sulawesi

  52 Wisata Daerah Hidup Utara, Kota Utara Aliran Sungai

  

Tomohon,

Tondano

Kota Manado

Kawasan

  Pengembangan Sulawesi

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Makassar Kab. Maros, 2011 tentang

  • – Maros Kab. Gowa, Kab. Takalar Rencana Tata – Sungguminasa

  Ruang

  • – Takalar (Mamminasata)

  Kawasan Perkotaan Makassar, Maros,

  Sungguminas

  a, Takalar Kota ParePare, Kawasan Kab. Pengembangan

  Sulawesi

  58 Ekonomi Ekonomi Terpadu

  Selatan Barru Parepare

Kab. Tana

  Kawasan Toraja Sulawesi 59 Sosial Budaya Toraja, Kab. dan Sekitarnya

  Selatan

Toraja Utara

Penggunaan Kawasan Stasiun Sumberdaya

  Kota ParePare Sulawesi

  60 Bumi Sumber Alam dan Selatan Alam Parepare Teknologi

  Tinggi Kawasan Sulawesi

  61 Soroakodan Sosial Budaya Kab. Luwu Selatan Sekitarnya

  Kawasan Pengembangan Kab. Buton, Sulawesi

  62 Ekonomi Terpadu Ekonomi Kab. Kolaka, Tenggara Buton, Kolaka, Kota Kendari dan Kendari Kawasan Taman

  Nasional Rawa

Kota Kendari,

Aopa - Lingkungan Sulawesi

  63 Kab. Kolaka, Watumohai Hidup Tenggara

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Goyang, Larat, Papua: Kab.

  Asutubun, Selaru, Merauke Batarkusu, Masela, Miatimiarang,

  Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia

  Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 Kab.

  Maluku pulau kecil terluar Halmahera, Pertahanan Utara, (Pulau Jiew, Kab. Sorong,

  67 dan Papua Budd, Fani, Kab. Biak Keamanan Barat, dan

  Miossu, Fanildo, Numfor, Kab.

  Papua Bras, Bepondi, Jayapura dan Liki) dengan negara Palau

  Kawasan Konservasi Lingkungan Kab. Raja Papua

  68 Keanekaragaman Hidup Ampat Barat Hayati Raja

  Ampat Kawasan Pengembangan Kab. Biak

  69 Ekonomi Papua Ekonomi Terpadu Numfor Biak

  Kawasan Stasiun PenggunaanSumb Bumi Satelit erdayaAlam dan Kab. Biak

  70 Papua Cuaca dan Teknologi Numfor Lingkungan Tinggi

KAWASAN SUDUT

STATUS NO STRATEGIS KOTA/KABUPATEN PROVINSI KEPENTINGAN

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Hayati Teluk Bintuni Kota Jayapura, Kab. Kawasan Keerom, Kab.

  Pertahanan Perbatasan Darat Pegunungan 75 dan Papua RI dengan negara Bintang, Kab.

  Keamanan Papua Nugini Boven Digoel,

Kab. Merauke

Kawasan Prov. NAD: Kab. Simelue, Perbatasan

Kab. Aceh

Negara termasuk

  Nanggroe Barat, Kab.Aceh Besar, 19 pulau kecil

  Aceh Prov Sumut:Kab. Nias, terluar (Pulau

  Darussalam, Prov Sumbar:Kab. Kep. Simeulucut,

  Sumatera Mentawai,Prov.Bengkulu: Salaut

  Utara, Kab. Bengkulu Utara, Besar, Raya,

  Sumatera Prov.Lampung: Kab. Rusa, Benggala,

  Barat, Tanggamus, Prov. Simuk, Wunga, Pertahanan Bengkulu,

Banten: Kab.

76 Sibarubaru, dan Lampung,

  

Pandeglang,

Sinyaunyau, Keamanan Banten, Prov. Jabar: Kab. Enggano, Mega,

  Jawa Barat,

Tasikmalaya,

Batu Kecil, Deli,

  Jawa

Prov. Jateng:

Manuk, Nusa

  Tengah,

Kab. Cilacap,

Kambangan,

  Jawa Timur,

Prov. Jatim:

Barung, Sekel, dan Nusa

Kab. Jember,

  Panehan, dan Tenggara Kab. Trenggalek,

  Sophialouisa) Barat

Prov. NTB:

yang berhadapan Kab. Lombok Barat dengan laut lepas

  Ket : *)Penentuan Kabupaten/kota yang menjadi wilayah deliniasi KSN masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan

3.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

  b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase 3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut: a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,

  Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar,

  Badung, Gianyar, dan Tabanan; c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar,

  Maros, Sungguminasa, Takalar; d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,

  Binjai, Deli Serdang, dan Karo; e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur

  Selat Sunda; f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.3 RTRW Pulau Jawa

  a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

  b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase 3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut: a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,

  Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur; b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar,

  Badung, Gianyar, dan Tabanan; c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar,

  Maros, Sungguminasa, Takalar; d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,

  Binjai, Deli Serdang, dan Karo; e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur

  Selat Sunda; f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.4 RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 - 2031

   PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,

  Bojonegoro, dan Pacitan; 

  PKWP : Pasuruan dan Batu; 

  PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

   Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

  Sedangkan untuk WP (Wilayah Pengembangan) terdiri atas 8 WP yang meliputi : 

  WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri;

   WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang meliputi: Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri;

   WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun meliputi: Kota Madiun, pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan; 

  WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar meliputi: Kota Blitar dan Kabupaten Blitar dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata;

   WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember meliputi: Kabupaten

  Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata; dan

   WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi meliputi: Kabupaten

  Banyuwangi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. 2)

  Rencana Sistem Perdesaan Rencana sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki. Pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki memiliki hubungan dengan (a) pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat; (b) perkotaan sebagai pusat pelayanan sub-WP; dan (c) ibukota kabupaten masing- masing. Sistem pelayanan perdesaan dikembangkan seiring dengan pengembangan sistem agropolitan. Keterkaitan antara sistem pelayanan perkotaan dan sistem pelayanan perdesaan dapat berbentuk sistem agroindustri. Pengembangan sistem agropolitan dan sistem agroindustri dapat dilaksanakan oleh provinsi dan/atau kabupaten/kota.

   Mengembangkan sistem transportasi pembuka akses wilayah tertinggal, terutama di wilayah selatan Jawa Timur dan Kepulauan Madura serta pembuka akses wilayah terisolir, terutama pulau-pulau kecil.

  Rencana sistem jaringan transportasi meliputi sistem jaringan transportasi yang sudah ada dan yang akan dikembangkan. Rencana sistem jaringan transportasi terdiri atas sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara. Untuk rencana sistem jaringan transportasi darat meliputi jaringan jalan, jaringan kereta api dan jaringan sungail, dananu dan penyeberangan.

  Untuk rencana jalan meliputi jalan nasional dan jalan provinsi. Jalan nasional meliputi jalan bebas hambatan, jalan nasional arteri primer, jalan nasional kolektor primer, dan jalan strategis nasional rencana. Rencana jalan provinsi meliputi jalan provinsi kolektor primer dan jalan strategis provinsi.

  Rencana pengembangan jalur kereta api umum meliputi : 

  Jalur Tulangan

  • –Gunung Gangsir sebagai relokasi jalur kereta api akibat luapan lumpur Sidoarjo;

   Jalur kereta api ganda

   Konservasi jalur perkeretaapian mati meliputi:

  Pengembangan jalur kereta api di Pulau Madura yang menghubungkan Bangkalan Kamal

  • – 
  • –Sampang–Pamekasan–Sumenep yang terintegrasi dengan jaringan perkeretaapian di Surabaya;

   Pengembangan jalur kereta api melayang pada wilayah Kota Surabaya dan sekitarnya;

   Revitalisasi perlintasan tidak sebidang di seluruh wilayah Jawa Timur; dan dan Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Tanjung Wangi, Pelabuhan Pasuruan, Pelabuhan Paiton, Pelabuhan Tanjung Tembaga, Pelabuhan Kaibut dan pelabuhan Kangean, Pelabuhan Sapudi dan Pelabuhan Sepeken. Dan untuk pelabuhan pengumpan meliputi pengumpan regional, dan pengumpan lokal.

  Rencana sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan. Rencana pengembangan tatanan kebandarudaraan meliputi bandar udara umum dan bandar udara khusus. Sedangkan ruang udara untuk penerbangan terdiri atas Kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, kelas E, kelas F dan kelas G. 2)

  Rencana sistem jaringan energi; Pengembangan sistem jaringan energi dimaksudkan untuk menunjang penyediaan energi listrik dan pemenuhan energi lainnya. Rencana pengembangan energi baru dan terbarukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menunjang penyediaan sumber daya energi listrik meliputi: 

  Energi air untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik dan Kota Batu;

   Energi angin di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung,

  Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten

  Bondowoso, dan Kabupaten Jember, Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang, Belawan-Ijen di Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Banyuwangi, serta Gunung Lawu di Kabupaten Magetan;

   Energi gelombang laut di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten

  Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep;

   Energi biogas di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur; dan

   Energi biomassa di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. 3)

  Rencana sistem jaringan telekomunikasi dan informatika; Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika merupakan perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan pengambilan keputusan dan peningkatan kualitas pelayanan publik ataupun privat. Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika yang dikembangkan meliputi: 

  Jaringan terestrial Rencana jaringan terestrial meliputi : a.

  Jaringan terestrial yang menggunakan sistem kabel yang diarahkan untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota sampai wilayah terpencil; dan b.

  Jaringan terestrial yang menggunakan sistem nirkabel atau base transceiver station (BTS) diarahkan untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota.  Jaringan satelit.

  Rencana sistem jaringan satelit dapat menggunakan tower ataupun nontower yang

5) Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

  Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa: 

  Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan

   Sistem drainase perkotaan

  Pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. Rencana pengembangan prasarana yang digunakan lintas kabupaten/kota meliputi: 

  Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang dilengkapi dengan instalasi pemanfaatan limbah untuk energi yang dikelola bersama untuk kepentingan antarwilayah; 

  Instalasi pengolahan limbah tinja; dan 

  Pengelolaan limbah B3;

3.4.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi

  Rencana pola ruang wilayah provinsi terdiri atas rencana kawasan lindung, rencana kawasan budidaya dan rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

  a.

  Rencana kawasan lindung Rencana kawasan lindung provinsi terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.

  Untuk kawasan hutan lindung ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha. Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi :

   Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

  Kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal. Kawasan sempadan pantai yang dimaksud meliputi wilayah pesisir kepulauan Jawa Timur, sempadan pantau utara Jawa Timur, sempadan pantai timur Jawa Timur dan sempadan pantai selatan Jawa Timur.

  Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi : 

  Kawasan permukiman budaya suku Samin di Kabupaten Bojonegoro; 

  Kawasan permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;

   Kawasan permukiman budaya suku Osing di Kabupaten Banyuwangi; dan

   Kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi.

  b.

  Rencana kawasan budidaya Rencana pola ruang untuk kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan peternakan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan peruntukan kawasan budi daya lainnya.

  Kawasan peruntukan hutan produksi berupa Hutan Produksi Tetap (HP) ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 782.772 ha. Kawasan hutan rakyat ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 425.570,43 ha. Kawasan peruntukan pertanian meliputi perikanan merupakan kawasan minapolitan meliputi peruntukan perikanan tangkap, peruntukan perikanan budi daya dan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral (mineral logam, mineral bukan logam, dan batuan), pertambangan minyak dan gas bumi dan pertambangan panas bumi. Kawasan peruntukan industri direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 69.288,52 Ha meliputi kawasan industri, kawasan peruntukan industri di luar kawasan industri dan sentra industri. Kawasan peruntukan pariwisata meliputi daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata hasil buatan manusia.

  Kawasan peruntukan permukiman meliputi permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan. Kawasan permukiman perdesaan direncanakan tersebar di seluruh kawasan perdesaan. Arahan pengelolaan kawasan permukiman perdesaan meliputi: 

  Pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada; 

  Pengembangan permukiman perdesaan sedapat mungkin menghindari terjadinya alih fungsi lahan produktif; 

  Penanganan kawasan permukiman kumuh di perdesaan melalui perbaikan rumah tidak layak huni; dan  Penataan kawasan permukiman perdesaan melalui konsolidasi tanah.

  Kawasan permukiman perkotaan direncanakan tersebar di seluruh kawasan perkotaan. Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan meliputi: 

  Pengaturan perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru; 

  Pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan; 

  Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat dilakukan melalui

  Peta 3.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur

  Peta 3.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Peta 3.3 Rencana Kawasan Strategis Ekonomi Provinsi Jawa Timur

Peta 3.4 Rencana Kawasan Strategis Non Ekonomi Provinsi Jawa Timur

3.4.3 Rencana Kawasan Strategis

  Kawasan strategis di wilayah provinsi meliputi: a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

  Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi meliputi: 

  Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat yaitu kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) sebagai KSN. 

  Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan;

  Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf b yaitu rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat sebagai KSN, berupa kawasan perbatasan negara pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas meliputi: 

  Pulau Barung di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember dengan luas sekurang- kurangnya 8.008,83 Ha; 

  Pulau Panehan di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas sekurang- kurangnya 15,55 Ha; dan 

  Pulau Sekel di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas sekurang- kurangnya 14,11 Ha.

c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;

  Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya

  1) Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek di Kabupaten Pasuruan sebagai

  KSN; 2)

  Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, terdiri atas: 

  Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi meliputi Bangkalan dan sekitarnya, Bojonegoro dan sekitarnya, Gresik dan sekitarnya, Sidoarjo dan sekitarnya, Sumenep dan sekitarnya, serta Tuban dan sekitarnya;

   Kawasan Pembangkit PLTG, PLTU, dan PLTD meliputi Lekok di Kabupaten Pasuruan,

  Ngadirojo di Kabupaten Pacitan, Paiton di Kabupaten Probolinggo, Singosari di Kabupaten Gresik, dan Tanjung Awar-awar di Kabupaten Tuban; dan

   Kawasan pengembangan potensial panas bumi, meliputi Argopuro di Kabupaten

  Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Situbondo; Belawan-Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo; Cangar di Kota Batu; Gunung Arjuno Welirang di Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan; Telaga Ngebel di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo; dan Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.

  e.

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.

  Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, yakni WS Bengawan Solo dan WS Brantas. b) Sub pusat pelayanan kota terdiri dari : 1.

  Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Dinoyo dan sekitarnya serta Taman Krida Budaya dan sekitarnya, melayani sub wilayah kota Malang Utara, meliputi wilayah Kecamatan Lowokwaru, dengan fungsi :  Pelayanan primer : pendidikan, perdagangan dan jasa, industri besar/menengah dan kecil serta wisata budaya;  Pelayanan sekunder : perumahan, perkantoran, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau.

2. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Blimbing dan sekitarnya,

  Jalan Laksamana Adi Sucipto dan sekitarnya, Kawasan Perumahan Pondok Blimbing Indah dan sekitarnya, serta Terminal Arjosari dan sekitarnya, melayani Sub wilayah Kota Malang Timur Laut, meliputi sebagian Wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :  Pelayanan primer : pelayanan terminal, industri besar, menengah, dan kecil, perdagangan dan jasa, pendidikan dan sarana olah raga;  Pelayanan sekunder : permukiman, sarana olahraga, perkantoran, pendidikan dan fasilitas umum, serta ruang terbuka hijau; 3.

  Sub pusat pelayanan kota yang berada di kawasan Perumahan Sawojajar, Vellodrom dan sekitarnya, serta Perumahan Buring dan sekitarnya, melayani Sub Wilayah Kota Malang Timur, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kedungkandang dan sebagian wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :  Pelayanan primer : perkantoran, sarana olahraga, industri dan perumahan;  Pelayanan sekunder : perdagangan dan jasa, peribadatan, pendidikan, fasilitas

  • – Terusan Dieng dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Barat, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Sukun, dengan fungsi :

5. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di kawasan Jalan Dieng

   Pelayanan primer : industri, fasilitas umum, dan perumahan;  Pelayanan sekunder : pendidikan, pertanian, perdagangan dan jasa, sarana olah raga, dan RTH; 6.

  Rencana Detail Tata Ruang untuk setiap Sub Wilayah Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis akan disusun selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan setelah diundangkannya Peraturan Daerah ini.

  c) Pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah kota dikembangkan pada masing-masing kelurahan di tiap sub wilayah kota

3.5.1.2 Sistem Prasarana Wilayah Kota

  a) Sistem Prasarana utama

  Rencana perbaikan pola pergerakan transportasi wilayah kota, meliputi : a.

  Pembangunan pola jaringan jalan yang menjangkau daerah-daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan efisien dengan pembangunan jalan lingkar; b. Pengaturan rute arus pergerakan atau lalu lintas; c. Penataan rute angkutan umum yang pola pergerakannya dapat melayani kepentingan masyarakat secara merata. Rencana peningkatan sarana transportasi, sebagai berikut :

a. Penambahan rute angkutan umum terutama pada wilayah-wilayah yang belum terlayani

  Rencana peningkatan sarana penunjang jalan, meliputi : a.

  Pengadaan Automatic Traffic Control System (ATCS) pada persimpangan-persimpangan yang merupakan jalur lintas utama wilayah kota, yakni persimpangan Jalan Basuki Rahmat (Kayutangan), persimpangan Sarinah, persimpangan Jalan Ikhwan Ridwan Rais, pertigaan Janti, persimpangan Jalan Satsuit Tubun (Kacuk), persimpangan Jalan Laksamana Adi Sucipto, Perempatan Jalan Sulfat, perempatan Lapangan Rampal, perempatan Klenteng An En Kiong, hingga ke kawasan Terminal Hamid Rusdi; b.

  Perbaikan dan peremajaan kembali rambu-rambu jalan; c. Peremajaan dan pengecatan kembali ruas-ruas jalan yang telah memudar markanya maupun pada jalan-jalan yang belum dilengkapi marka jalan; d.

  Evaluasi pengaruh keberadaan tempat memutar (U-Turn) pada kelancaran lalu lintas dan tingkat keselamatan pengguna jalan; e.

  Penyediaan halte bagi angkutan umum bus metro, bus kota, dan angkutan kota; f. Penyediaan trotoar dan zebra cross pada pusat-pusat kegiatan untuk memfasilitasi para pejalan kaki; g.

  Pengadaan penerangan jalan utama; h. Perbaikan kondisi fisik jembatan penyeberangan; dan i. Pemanfaatan sempadan jalan dan sempadan rel kereta api sebagai RTH.

  b) Sistem Prasarana Lainnya 1.

  Sistem Jaringan Energi / Kelistrikan Rencana peningkatan sistem jaringan prasarana listrik dilakukan dengan :  Pembatasan kegiatan di sekitar lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);