DOCRPIJM 779285c34e BAB IIIBAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2 JM

  Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang

adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi

sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan

fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang

dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat

mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam

dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan

dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan

dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

  3. 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

  1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

  

2. Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

  3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

  4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

  5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan penceghan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

  6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

  

7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah

  8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor

  9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional RTRWN menjadi pedoman untuk :

  

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional

  

2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

  3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional

  4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor

  5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

  6. Penataan ruang kawasan strategis nasional R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-1

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya :

  2. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi

  e. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun f. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

  d. Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya

  c. Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan

  b. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

  a. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung

  lingkungan hidup, dengan Strategi :

  1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional

  a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan

  a. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup

  7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

  1. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung :

  Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

  4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya

  3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai

  2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan

  1. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya

  Strategi untuk Peningkatan Akses Pelayanan Perkotaan dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

  2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional

  1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki

  2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional Meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

BAB III-2

  kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan, dengan

  Strategi :

  a. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan b. Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah c. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat d. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan

  e. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi :

  1. Sistem perkotaan nasional

  2. Sistem jaringan transportasi nasional

  3. Sistem jaringan energi nasional

  4. Sistem jaringan telekomunikasi nasional 5. Sistem jaringan sumber daya air.

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah PKW)

  Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

PROVIN PKN NO.

  PKW SI Kab.

  Kawasan Perkotaan (II/C/2) Pacitan Jawa 15 (Gerbangkertosusilo) : (I/C/3 Timur ) a. Kab. Gresik

  b. Kab. Bangkalan

  c. Kab. Lamongan (I/C/1 d. Kota Malang )

  Keterangan : I – : Tahapan Pengembangan

  IV A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi A/2 : Pengembangan Baru A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan C Nasional C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-3

  D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana 3. 2 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

  

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap

kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Dalam hal

pelaksanaan penataan ruang KSN, kewenangan Pemerintah mencakup :

  1. Penetapan kawasan strategis nasional,

  2. Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional,

  3. Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional, dan 4. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

  

Gambar 9. Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat membantu mewujudkan penyelesaian RTR KSN

dalam bentuk perpres sehingga memiliki landasan hukum yang jelas dalam pemanfaatan dan

pengendalian pemanfaatan ruang, dalam kaitannya dengan kebijakan penataan ruang KSN

dalam RTRWN yang diantaranya adalah :

  1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

  2. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-4

  3. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

  4. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; dan

  5. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar.

  1. Alat koordinasi dalam penyelenggaraan penataan ruang pada KSN yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;

  

2. Acuan dalam sinkronisasi program Pemerintah dengan pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota, serta swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkanKSN;

  Fungsi

  3. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSN, termasuk acuan penentuan RTR ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam RTRW provinsi dan RTRW

  KSN kabupaten/kota dan dapat dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RTR KSN setara dengan kedalaman RTRW yang seharusnya menjadi dasar perizinandalam hal peraturan daerah(perda)tentang RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kotabelum berlaku.

  1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam lingkup KSN; Manfaat

  2. Mewujudkan keserasian pembangunan KSN dengan wilayah sekitarnya RTR dan wilayah provinsidan kabupaten/kota dimana KSN berada; dan

  KSN 3. Menjamin Terwujudnya tata ruang KSN yang berkualitas.

  

Isu strategis nasional merupakan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional pada suatu

kawasan sehingga kawasan tersebut perlu ditetapkan sebagai KSN. Isu strategis nasional

dikelompokkan berdasarkan sudut kepentingan strategis nasional yaitu :

  1. Pertahanan dan keamanan;

  2. Pertumbuhan ekonomi;

  3. Sosial dan budaya;

  4. Pendayagunaan sumber daya alam (SDA)dan/atau teknologi tinggi; dan 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Proses merumuskan isu strategis nasional dapat dilakukan melalui pendekatan top down

dan/atau bottom up. Isu strategis nasional dapat berasal dari cara pandang Pemerintah

terhadap potensi maupunpermasalahan di daerah yang dianggap memiliki nilai strategis

nasional (pendekatan top down), dan/atau berdasarkan permasalahan yang diusulkan oleh

daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah untuk diangkat menjadi isu strategis nasional

(pendekatan bottom up).

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-5

6. Penentuan Muatan RTR KSN berdasarkan Tipologi KSN

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  BAB III-6 Tabel R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-7

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-8

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-9

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  BAB III-10 Sumber : Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

Tabel 3.3

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

SUDUT STATUS NO. PROVINSI KOTA/ KABUPATEN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KEPENTINGAN HUKUM

1. Jawa Tiimur a. Kab. Gresik Kawasan Perkotaan : Ekonomi

b. Kab. Bangkalan Gresik - Bangkalan - Mojokerto -

  c. Kab. Lamongan Surabaya - Sidoarjo - Lamongan (Gerbangkertosusila) 3. 3 ARAHAN RTRW PULAU

  A. Definisi Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, strategi operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta indikasi program jangka menengah lima tahun.

  B. Fungsi Rencana Tata Ruang Kepulauan Terhadap RPIJM Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan), sehinga untuk operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM).

  C. Kedudukan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam aturan persebut RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan rencana rinci untuk RTRWN. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dan gambar berikut ini.

  Tabel

7. Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTR Pulau / Kepulauan dan KSN

  ฀ UU 26/2007 tentang Penataan Ruang

  Pasal 14 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional RTRWN RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun apabila : þ RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang &

  Pasal 14 Ayat (5 ) pengendalian pemanfaatan ruang þ RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta memerlukan perincian sebelum dioperasionakan

  Pasal 21 ayat (1) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan peraturan presiden Penjelasan Pasal 14 RTR Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan rencana rinci untuk RTRWN Ayat (3)

  ฀ PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Pasal 123 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN ditetapkan dengan peraturan presiden R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N BAB III-11

10. Kedudukan RTR Pulau/Kepulauan

D. Tujuan

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  BAB III-12 Gambar

  Penataan ruang Pulau Jawa-Bali bertujuan untuk mewujudkan :

  1. Lumbung pangan utama nasional;

  2. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

  3. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan;

  4. Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara berkelanjutan;

  5. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara berkelanjutan;

  6. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;

  7. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting,Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

  8. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan;

  9. Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana; dan 10. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.

8. Kebijakan dan Strategi Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl)

  þ mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana

  þ mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan perkotaan nasional yang berpotensi terjadinya bencana

  þ menetapkan zona-zona rawan bencana beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional

  Pasal 7 Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

  þ mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung.

  þ mengendalikan perkembangan kawasan permukiman, perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  BAB III-13 E. Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi RT Pulau Jawa – Bali dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel

  Pasal 6 Lumbung pangan utama nasional pengembangan sentra pertanian tanaman pangan melaluipeningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

  þ memelihara dan meningkatkan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan

  þ mengembangkan dan memelihara bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan

  þ mengendalikan alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan þ mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk tanaman pangan

  þ mempertahankan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan dengendalikan kegiatan budi daya lainnya

  pemertahanan lahan pertanian untuk tanaman pangan, termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan

  þ mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  þ membangun sarana pemantauan bencana rehabilitasi dan peningkatan fungsi kawasan industri untuk meningkatkan daya saing kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  þ mengembangkan dan/atau meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri

  þ meningkatkan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri; dan þ mengembangkan dan/atau meningkatkan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan pengembangan kawasan untuk kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan nasional

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan þ mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri kreatif

  Pasal 8 pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan peningkatan keterkaitan ekonomi antarpusat industri

  þ memantapkan jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api nasional, pelabuhan, dan/atau bandar udara pengembangan sentra pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara terkendali dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

  þ mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

  þ mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan

  þ mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman

  Pasal 9 pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara berkelanjutan pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui

  þ peningkatan fungsi industri pengolahan hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

  þ memantapkan aksesibilitas antara kawasan perkotaan nasional dan sentra pertambangan Pasal 10 Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secaraberkelanjut an pengembangan sentra perikanan dengan memperhatikan potensi lestari yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan

  þ mengembangkan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan þ merehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya; þ mengembangkan kawasan minapolitan berbasis masyarakat þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah

BAB III-14 Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  lingkungan peningkatan sentra perkebunan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industry pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan

  þ mengembangkan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

  þ merehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi; dan

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan pengembangan potensi kehutanan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan

  þ merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang terdegradasi; þ mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup; dan

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

  Pasal 11 pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional

  þ mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  þ merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta mengembangkan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  þ mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  Pasal 12 pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition / pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan

  þ mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan þ memantapkan akses prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

BAB III-15 Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  insentif, konferensi, dan pameran MICE) pengembangan keterpaduan antarpusat pariwisata yang berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  þ meningkatkan keterkaitan antar PKN di Pulau Jawa-Bali sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata peningkatan luasan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya

  þ mempertahankan luasan kawasan berfungsi lindung dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi;

  þ mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung

  þ mengendalikan dan merehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) kritis; þ mengendalikan dan merehabilitasi kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan

  þ mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan Pasal 13 kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  þ mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;

  þ mengembangkan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan

  þ mengembangkan kawasan perkotaan nasional dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah percepatan pengembangan kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan serta keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara

  þ mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;

  þ mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan þ meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan antarkawasan andalan di Pulau

  Jawa bagian selatan, serta antara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan dan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara

  Pasal 14 Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana percepatan pengembangan kawasan

  þ mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan

BAB III-16 Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

  andalan di Pulau Bali bagian utara serta keterkaitan Pulau Bali bagian utara dengan Pulau Bali bagian selatan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;

  þ mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan þ meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan pengembangan sentra produksi di luar kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara

  þ mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sentra produksi þ meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan sentra produksi di luar kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara pemertahanan eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di Pulau Jawa bagian selatan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia untuk penegasan wilayah kedaulatan negara

  þ mengembangkan prasarana pengamanan pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan

  þ membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan

  þ menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa Kambangan pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah dan efisiensi ekonomi

  þ mengembangkan dan/atau memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan nasional dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Jawa- Bali;

  þ memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, pelabuhan, dan/atau bandar udara; dan

  þ mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan

  Pasal 15 jaringan transportasi antar moda yang dapat meningkatkan daya saing pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan terisolasi,

  þ mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan perkotaan nasional dengan kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

BAB III-17 Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  termasuk pulau-pulau kecil

  Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012.

  3. 4 ARAHAN RTRW PROVINSI

  A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Dalam mewadahi Kepentingan penataan ruang sesuai dengan visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RPJP Provinsi Jawa Timur, maka disusunlah visi penataan ruang wilayah Jawa Timur yaitu “Terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”. Dari visi tata ruang Jawa Timur tersebut, diharapkan menjadikan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penggerak utama pembangunan di Jawa Timur yang dikemas dalam bentuk agribisnis. Agribisnis merupakan sistem dan usaha kegiatan- kegiatan pembangunan pertanian di kawasan agropolitan, terutama kawasan sentra produksi pangan dan juga kawasan lain di sekitarnya. Pengembangan Agribisnis meliputi :

  1. Subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup: mesin, peralatan pertanian pupuk, dan lain-lain;

  2. Subsistem usaha tani/pertanian primer (on farm agribusiness) yang mencakup usaha: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan;

  3. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi: industri-industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor; dan

  4. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah.

  B. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan tujuan penataan ruang Jawa Timur, maka kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Jawa Timur didefinisikan sebagai berikut :

  Pemantapan sistem perkotaan PKN sebagai kawasan metropolitan Kebijakan (1) di Jawa Timur Peningkatan keterkaitan antara kantong-kantong produksi utama

  Kebijakan (2) di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan sistem agropolitan R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-18

C. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Provinsi

  Kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah terdiri atas: pengembangan sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah.

  Mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan dan juga pemerataan pelayanan agar tidak terjadi pemusatan kegiatan di suatu wilayah, dengan cara: Kebijakan (1)

  1. Pembentukan sistem perkotaan.

  2. Pengembangan sistem perdesaan.

  3. Pembentukan sistem dan fungsi perwilayahan. Pemantapan penyediaan prasarana wilayah dengan meningkatkan kelengkapan, skala pelayanan, pemerataan, serta sistem interkonektivitas dan keterpaduan antarjenis prasarana dan dengan wilayah-wilayah yang dilayaninya secara efisien, yang meliputi : Kebijakan (2)

  1. Sistem jaringan transportasi.

  2. Sistem jaringan energi.

  3. Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika.

  4. Sistem jaringan sumberdaya air.

  5. Sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.

D. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Pola Ruang Wilayah Provinsi

  Kebijakan pola ruang di wilayah Provinsi Jawa Timur mencakup kawasan lindung, budi daya, dan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budi daya, dan kawasan budi daya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimum. Kawasan budi daya hutan produksi dan lahan pertanian pangan berkelanjutan harus tetap dipertahankan. Pola pemanfaatan ruang wilayah di Provinsi Jawa Timur diarahkan untuk menciptakan keseimbangan antara fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan kawasan budi daya.

  Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumberdaya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip

  Kebijakan (1) partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi, pada :

  1. Kawasan hutan lindung

  

2. Kawasan perlindungan setempat

R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-19

  3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

  4. Kawasan rawan bencana alam

  5. Kawasan lindung geologi

  6. Kawasan lindung lainnya Pengembangan kawasan budi daya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi:

  1. Kawasan peruntukan hutan produksi

  2. Kawasan hutan rakyat

  3. Kawasan peruntukan pertanian Kebijakan (2)

  

4. Kawasan peruntukan perkebunan

  

5. Kawasan peruntukan peternakan

  6. Kawasan peruntukan perikanan

  

7. Kawasan peruntukan pertambangan

  8. Kawasan peruntukan industri

  

9. Kawasan peruntukan pariwisata

  

10. Kawasan peruntukan permukiman

  11. Kawasan andalan

  12. Peruntukan kawasan budi daya lainnya

E. Kebijakan Dan Strategi Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

  Kebijakan dan strategi untuk pengembangan dan pengendalian di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi :

  1. Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam.

2. Pengoptimalan pengembangan Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

F. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Provinsi

  Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis provinsi meliputi:

  1. Pengembangan kawasan ekonomi potensial yang dapat mempercepat perkembangan wilayah.

  2. Percepatan perkembangan dan kemajuan kawasan tertinggal untuk

mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

  3. Pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan wilayah nasional di provinsi.

  4. Pemantapan dan peningkatan fungsi dan peran kawasan sosial dan budaya.

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-20

5. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  6. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam.

  3. 5 ARAHAN RTRW KABUPATEN/KOTA Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

  Kebijakan Strategi

Sistem ฀ mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan pada wilayah

  Kabupaten Bangkalan yang berada dalam lingkup wilayah Permukiman

  Surabaya Metropolitan Area yaitu ada wilayah Kecamatan Labang, Tragah, Kamal, Socah, Bangkalan dan Kecamatan Burneh yang merupakan kawasan utama pengembangan perkotaan, dengan strategi penentuan hirarki perkotaan yang dibagi dalam hirarki PKN, PKL, PPK, PPL; mengarahkan struktur permukiman secara berhirarki dan

  ฀

  mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat kearah kawasan metropolitan di Kabupaten Bangkalan, dengan strategi menata kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan peran masing – masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya;

  ฀ menata pusat permukiman perkotaan Sub Sektor Wilayah

  Pengembangan (SSWP) direncanakan berperan sebagai pusat- pusat pertumbuhan, dengan strategi pembentukan desa sebagai pusat pertumbuhan melalui konsep Agropolitan;

  ฀ distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan permukiman

  secara merata untuk mencegah kawasan permukiman padat, dengan strategi; mendorong pertumbuhan wilayah dan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah permukiman serta melengkapi pusat permukiman dengan pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi; dan

  ฀ membentuk ruang terbuka hijau dengan strategi; kawasan

  permukiman perkotaan wajib menyediakan 30% wilayahnya sebagai Ruang Terbuka Hijau atau yang terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Publik sebesar 20% dan Ruang Terbuka Hijau Privat sebesar 10%.

  

Pengembangan ฀ pengembangan prasarana transportasi darat yang meliputi

pengembangan akses suramadu, hirarki jalan, terminal penataan sistem

transportasi penumpang, angkutan kereta api, dan angkutan penyeberangan;

dan

  ฀ pengembangan prasarana transportasi laut yang meliputi

  pengembangan pelabuhan internasional, pelabuhan regional, pelabuhan khusus dan pelabuhan lokal.

  R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H S E B A G A I A R A H A N

BAB III-21

  

Pengembangan ฀ pengembangan jaringan telekomunikasi ke wilayah yang memiliki

potensi tumbuhnya kegiatan ekonomi baru;

telematika

  ฀ pengembangan fasilitas telekomunikasi perdesaan sebagai

  tanggung jawab pemerintah dalam memberikan pelayanan telekomunikasi kepada seluruh lapisan masyarakat; dan

  ฀ pengembangan teknologi modern untuk meningkatkan luas daerah

  pelayanan khususnya wilayah yang secara geografis memiliki lokasi yang sulit.

  

Pengembangan ฀ pembangunan dan meningkatan volume air waduk dan embung

sumber daya air untuk menyediakan air baku;

  ฀ pemanfaatan sumber air baku alternatif;

  

pembangunan prasarana pengendali banjir;

  ฀ ฀ pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi; dan ฀ meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya melestarikan kawasan konservasi untuk menjaga ketersediaan air.

  

Pengembangan ฀ pembangunan pembangkit listrik baru untuk memenuhi kebutuhan

energi bagi industri dan perumahan baru yang akan dikembangkan sumber daya energi pada kawasan – kawasan pertumbuhan baru;

  ฀ meningkatkan upaya eksplorasi sebagai kegiatan yang bertujuan

  memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh cadangan migas; dan peningkatan pengelolaan lingkungan akibat penambangan

  ฀

  termasuk pencegahan, penanggulangan pencemaran atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup.

  

Pengembangan ฀ Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terpadu antar

prasarana kecamatan yang dikelola bersama, secara umum pembuangan

sampah yang tidak memenuhi syarat lingkungan maka diperlukan lingkungan tempat yang jauh dari pemukiman;

  ฀ Meningkatkan teknologi pengomposan sampah organik teknologi

  daur ulang sampah non organik, teknologi pembakar pembakaran sampah dengan incenerator serta teknologi sanitary landfill; dan Pengelolaan lingkungan buatan ditekankan pada pengendalian

  ฀

  pencemaran baik di daerah perkotaan maupun perdesaan terutama yang berkaitan dengan perlindungan mutu air tanah, laut dan udara serta pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) secara terpadu

  Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kebijakan Strategi penetapan ฀ Penetapan kawasan lindung setempat, meliputi: kawasan lindung kawasan sempadan mata air