BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Teknologi Komunikasi Dan Perubahan Perilaku (Studi Deskriptif Mengenai Penggunaan Handphone Terhadap Perubahan Perilaku Dikalangan Siswa SMP Swasta Namira Pasar I Tanjung Sari Medan)

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

  Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian. Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Richard west dan Lynn H. Turner mengartikan sebuah teori sebagai suatu system konsep abstrak yang mengidentifikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut, yang membantu kita memahami sebuah fenomena . jadi alasan utama kenapa perlu ada teori, karena kita memerlukan penjelasan atas sebuah fenomena (Santoso dan Setiansah, 2010:9)

  Untuk memberi kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori teori yang digunakan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Handphone sebagai Media Massa, Remaja, Perilaku dan Teori S–O–R.

2.1.1 Komunikasi Defenisi Komunikasi

  Komunikasi adalah prasayarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antarmanusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam fikiran atau perasaannya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara epistimologis, istilah komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin, yaitu communis yang artinya adalah “sama”.

  Komunikasi akan berlangsung apabila di antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jika seseorang mengerti akan suatu hal yang disampaikan oleh orang lain kepadanya, maka terjadilah komunikasi. Dengan kata lain hubungan diantara mereka bersifat komunikatif (Effendy, 2004:30).

  Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang paling baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: ”who says what in which channel to whom with what effect” (Mulyana, 2007:69).

  Berdasarkan defenisi Lasswell ini, dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Komunikator (communicator)

  • Pesan (message)
  • Media (channel)
  • Komunikan (communicant)
  • Efek (effect)
  • Dari penjelasan paradigma Lasswell diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media atau saluran dan menimbulkan efek. Menurut Fisher, komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat atau sebaliknya, aspek masyarakat tersebut termasuk didalamnya teknologi komunikasi.

  Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan. Peristiwa komunikasi dapat berlangsung tidak saja dalam kehidupan manusia, tetapi juga dalam kehidupan binatang, tumbuhan dan makhluk-makhluk hidup lainnya. Namun demikian, objek pengamatan dalam ilmu komunikasi difokuskan pada peristiwa komunikasi dalam konteks hubungan antarmanusia atau komunikasi antarmanusia. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan mempelajari mengenai diri orang- orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi dilingkungannya, baik yang dekat ataupun jauh. Melalui komunikasi seseorang juga dapat berusaha untuk membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat, bersikap, dan berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh orang tersebut (Harun dan Ardianto, 2011: 19).

  Menurut Carl I Hovland, komunikasi merupakan proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsangan-perangsangan (biasanya lambang- lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain. (Purba dkk, 2006:29).

  Howard Stephenson dalam bukunya “Handbook of Public Relation” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian peran komunikasi dan juga efek komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada orang atau kelompok lainnya.

  Josep A. Devito dalam bukunya “Communicology : An Introduction to The Study of Communication” menjelaskan komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dan kesempatan arus balik. Kegiatan komunikasi meliputi komponen : konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek (Lubis, 2007:10).

  William J. Seller memberikan defenisi mengenai komunikasi sebagai berikut: komunikasi merupakan suatu proses dimana simbol verbal dan non verbal dikirimka, diterima, dan diberi arti. Dari defenisi ini kelihatannya sederhana yaitu mengirim dan menerima pesan tetapi sesungguhnya komunikasi adalah suatu fenomena yang kompleks dan sulit dipahami tanpa mengetahui prinsip dan komponen yang penting dari komunikasi tersebut (Muhammad, 2007: 4).

  Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi atau adanya saling pengertian dari seseorang kepada orang lain. Bagaimanapun komunikasi dipandang penting dalam kehidupan kita, baik sebagai individu maupun sebgai anggota keluarga, oraganisasi, dan sebagai anggota masyarakat.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

  Unsur- unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi sebagai suatu proses memiliki berbagai defenisi yang beraneka ragam mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Semakin kompleks suatu teori atau defenisi akan semakin memerlukan unsur-unsur atau elemen komunikasi yang semakin kompleks pula. Dalam sebuah proses komunikasi yang sangat sederhana paling tidak memerlukan tiga unsur, yakni komunikator, pesan dan komunikan.

  Carl I Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu (komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata ) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Defenisi ini memperlihatkan bahwa proses yang berlangsung menbutuhkan tiga unsur, yakni komunikator, pesan dan komunikan. Formula Laswell melengkapi unsur-unsur yang ada dengan memfokuskan analisis pada komunikasi massa dengan menjawab siapa, berkata apa, saluran apa, kepada siapa, dan dengan efek apa (Purba dkk, 2006:39).

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan unsur-unsur komunikasi sebagai berikut:

  1. Sumber komunikasi (communicator) Komunikator dalam sebuah aktivitas komunikasi merupakan seseorang atau sekelompok orang yang bertindak pada awalnya memulai pembicaraan dan selanjutnya menjadi setiap orang yang sedang berbicara ketika memberikan respon.

  2. Pembentukan kode (encoding) Encoding merupakan suatu tindakan untuk menghasilkan pesan.

  Ketika bertindak sebagai komunikator, maka kita akan melakukan kegiatan untuk menghasilkan pesan. Pesan bersumber dari gagasan atau ide, buah pikiran yang akan disampaikan. Pada saat kita melakukan kegiatan menterjemahkan gagasan, ide, buah pikiran tersebut kedalam bentuk kode-kode tertentu sebagai kata-kata tertulis maupun lisan atau isyarat yang sengaja dipilih untuk menyampaikan pesan tersebut, maka kita sedang melakukan proses encoding.

  3. Pesan (Message) Pesan adalah kata verbal tertulis (written) maupun lisan (spoken), isyarat (gestural), gambar (pictorial) maupun lambang-lambang lainnya yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dan dapat dimengerti oleh komunikan.

  4. Saluran (channel) Saluran adalah media yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Saluran yang merupakan mata rantai yang harus dilalui pesan untuk sampai kepada tujuan berbeda-beda tergantung kepada jenis proses komunikasi yang berlangsung dan jarang sekali menggunakan hanya satu saluran saja.

  5. Penerima pesan (communicant) Penerima pesan adalah orang yang menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang ia diterima menjadi gagasan yang dapat ia fahami. Penerima pesan sering juga disebut sasaran, khalayak, pendengar, atau penafsir.

  6. Pembacaan kode (decoding) Decoding merupakan tindakan membaca dan menginterpretasikan pesan. Fungsi decoding ada pada diri seseorang yang berperan sebagai komunikan. Tindakan menerima pesan tersebut misalnya membaca, mendengar, melihat, mengamati, dan selanjutnya memberikan penafsiran terhadap pesan tersebut.

  7. Umpan balik (feedback) Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan kembali kepada sumbernya, oleh karena itu memiliki arti yang sangat penting yang akan menentukan kontuinitasserta keberhasilan komunikasi tersebut. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri maupun dari orang lain dan juga bisa bersifat positif atau negatif.

8. Efek (effect)

  Efek dalam komunikasi adalah hasil yang dicapai dari sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dampak atau hasil dari kegiatan komunikasi yang membawa konsekuensi perubahan misalnya dalam aspek kognitif seperti terjadinya peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan peningkatan wawasan yang semakin luas.

2.1.3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

  Adapun fungsi dan tujuan komunikasi adalah sebagai berikut: 1.

  Menginformasikan (to inform) 2. Mendidik (to educated) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence)

  Fungsi komunikasi Menurut Widjaja dalam karyanya “Ilmu Komunikasi: pengantar studi” apabila dipandang dari arti yang lebih luas adalah sebagai berikut: 1.

  Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

  2. Sosialisasi, penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.

  3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

  4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik. Menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

  5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

  6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

  7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imaji dari drama, tari, kesenian, kesustraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu.

  8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

  Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan. Menurut perspektif ahli komunikasi yang lain yaitu William I Gordon dalam buku Deddy Mulyana terdapat 4 fungsi komunikasi yang meliputi : 1.

  Komunikasi Sosial Bahwasannya komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.

  2. Komunikasi Ekspresif Bahwasannya komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain namun dapat dilakukan sejauh komunikasi bisa menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan / emosi kita.

  3. Komunikasi Ritual Bahwasannya komunikasi yang menampilkan perilaku tertentu yang bersifat simbolik dan berkomitmen untuk kembali pada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideology dan agama. Komunikasi ritual ini erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif.

  4. Komunikasi Instrumental Komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum seperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, perilaku dan menghibur. Komunikasi sebagai instrumental untuk membangun suatu hubungan begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai instrument berfungsi untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan baik yang berjangka pendek atau panjang. ( Mulyana, 2007 : 5 – 38)

2.1.4 Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Massa

  Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communicatin (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa atau saluran yang dihasilkan teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, dan lain-lain. Jadi disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Masyarakat bergerak maju dan tidak bergerak mundur. Ini artinya masyarakat akan bergeser dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Tentunya perangkat, tantangan, dan alat-alat yang digunakan dalam masyarakat modern sangat berbeda dengan masyarakat tradisional. Berbagai peralatan untuk menunjang kebutuhan hidupnya juga sangat berbeda jauh. Kalau dalam masyarakat tradisional mereka masih mengandalkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam masyarakat modern mereka sudah mengandalkan pertimbangan rasional dan perhitungan matematis melalui penelitian ilmiah. Ini tidak lain karena konsekuensi dari perkembangan teknologi kian cepat.

  Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang media masa yakni ditemukannya internet. Didalam komunikasi massa, komunikastor merupakan media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang seperti seorang wartawan. Menurut Alexis . S Tan komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak kesejumlah khalayak yang banyak dan terpisah (Nuruddin, 2007:4,20). Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human

  communication ) yang lahir bersamaan dan mulai digunakannya alat – alat

  mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan – pesan komunikasi. Sebagian besar dari peralatan mekanik itu dikenal dengan alat – alat komunikasi massa atau lebih populer dengan nama media massa. Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut, maka komunikasi massa dapat diartikan sebgai jenis komunikasi yang menggunakan media masaa untuk pesan- pesan yang disampaikan. Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekadar orang banyak di suatu lokasi yang sama (Wiryanto,2000:3).

  Dalam hal ini khalayak merupakan massa yang menerima informasi yang disebarkan oleh media massa. Mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa. Sehubungan dengan itu konsep khalayak dapat dijelaskan lebih terperinci pada konsep massa. Massa juga meliputi semua lapisan masyarakat atau khalayak ramai dalam berbagai tingkat, umur, pendidikan, keyakinan, status sosial. Tentu saja yang terjangkau oleh saluran media massa. Pengertian itu perlu di kemukakan, sebab istilah massa pernah dipakai hanya untuk menunjuk suatu lapisan bawah atau rendah, yang jumlahnya paling banyak dalam suatu sistem sosial, yang primitif, lebih banyak dikuasai oleh naluri daripada akal sehat dan cenderung suka membuat kerusuhan apabila ada kesempatan.

  Pool (1973) mendefenisikan komunikasi massa sebagai, “komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan- pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran – saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi.

  Dari defenisi diatas komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak. Meskipun berbagai pengertian tentang komunikasi massa telah dikemukakan, namun pengertian komunikasi massa secara umum sebenarnya adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. (Bungin,2008:71)

2.1.5 Ciri-ciri Komunikasi Massa

  Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri, yakni : a.

  Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sistem. b.

  Komunikan Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam.

  Artinya, khalayaknya beragam dari segi pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan, maupun agama atau kepercayaan.

  c.

  Pesannya bersifat umum Pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena itu pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.

  d.

  Komunikasinya berlangsung satu arah Komunikasi hanya berlangsung satu arah, yakni dari media massa ke komunikasn dan tidak terjadi sebaliknya. Komunikan tidak bisa langsung memberikan respons atau umpan balik (feedback) kepada komunikatornya, kalaupun bisa sifatnya tertunda (delayed feedback). Hal ini sangat berbeda ketika kita melakukan komunikasi tatap muka.

  e.

  Komunikasi Massa menimbulkan Keserempakan Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

  f.

  Mengandalkan Peralatan Teknis Dalam hal ini peralatan teknis bersifat mutlak atau harus dikarenakan tanpa adanya peralatan teknis dalam hal ini komunikasi massa akan sulit terjadi. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar (televisi, radio, dll), SCJJ (surat kabar), jaringan internet, dll. g.

  Dikontrol oleh Gatekeeper

  Gatekeeper atau sering disebut penjaga gawang/ penapis informasi adalah

  orang yang berperan penting dalam mengemas sebuah pesan atau informasi yang disebarkan menjadi lebih mudah dipahami. Begitu pula tentang baik dan buruknya dampak pesan yang disebarkan tergantung pada peran gatekeeping dalam menapis informasi. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor, kameramen, sutradara, lembaga sensor, dan semua yang terjun dalam pengemasan informasi pada sebuah media massa (Nurudin, 2007: 19).

  Sifat penyebaran pesan media massa berlangsung cepat, serempak dan luas, dapat menguasai jarak dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan.

  Meskipun biaya produksi cukup mahal dan memerlukan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolahnya (Cangara, 2000: 37).

  Membahas komunikasi tidak terlepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi itu sendiri. Salah satu media dalam komunikasi massa adalah televisi.

2.1.5 Fungsi Komunikasi Massa

  Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas fungsi-fungsi komunikasi massa. Sama dengan defenisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa juga mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Meskipun satu pendapat dengan pendapat lain berbeda, tetapi titik tekan mereka kemungkinan sama.

  • Funsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikais massa komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita–berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi disamping fungsi- fungsi lain.

  Informasi

  • Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya masyarakat kita masih menggunakan televisi sebagai media hiburan.

  Hiburan

  • Fungsi persuasive komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi.

  Persuasi

  • Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu.

  Transmisi Budaya

  • Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa

  Mendorong Kohesi Sosial merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai- berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka.

  • Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan dibagi menjadi dua yaitu: pengawan peringatan dan pengawasan instrumental.

  Pengawasan

  • Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dalam fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Sebuah berita yang disajikan oleh seorang reporter akan menghuungkan antara narasumber dengan pembaca surat kabar.

  Korelasi

  • Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatuilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

  Pewaris Sosial

  • Dalam kuru waktu lama, komunikasi massa dipahami secara linear memerankan fungsi-fungsi klasik seperti yang diungkapkan sebelumnya. Hal yang dilupakan oleh banyak orang adalah bahwa

  Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif Teknologi komunikasi merupakan suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Teknologi komunikasi juga dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya. Pengaruh teknologi terhadap perilaku manusia sudah sering dibicarakan. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi perilaku sosial. Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologi yang meliputu system energi, system produksi, system distribusi, membentuk serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya . bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yang mempengaruhi suasana kejiwaan setiap anggota masyarakat. Dalam ilmu komunikasi Marshall McLuhan (1964) menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media komunikasi. Rakhmat,(2005:45-46)

  komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif.

  • Menggugat Hubungan Trikotomi Hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang antar tiga pihak. Dalam kajian komunikasi hubungan trikotomi melibatkan peerintah, pers , dan masyarakat. Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah mencapai sepakat karena perbadaan kepentingan masing- masing pihak. Hal demikian bisa dimaklumi karena ketiganya mempunyai tuntutan yang berbeda satu sama lain ketika menghadapi suatu persoalan. Pemerintah biasanya akan memposisikan diri sebagai pihak paling berkuasa dan menentukan atas masyarakat dan pers. Jika digambarkan seperti segitiga sama kaki, pemerintah berada di posisi paling atas.

2.1.6 Teknologi Komunikasi

  Everett M. Rogers, 1986 dalam Bungin, (2008:111), mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era komunikasi interaktif. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan oleh kemampuan teknologi komunikasi yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi mereka hampir tanpa batas.

  Berdasarkan apa yang dijelaskan Rogers itulah, maka masyarakat percaya bahwa perkembangan teknologi media berkembang dimulai dari era media tulis dan cetak. Kemudian berkembang dari masa ke masa sehingga beralih pada teknologi informasi jarak jauh. Pada saat itu masyarakat dikenalkan dengan dunia pencitraan yang mulai sempurna. Teknologi radio saat itu ternyata tidak mampu bertahan lama, karena teknologi digital telepon dapat digabuingkan dengan televisi menjadi computer, kemudian teknologi telepon digabungkan dengan televisi radio dan computer sehingga menandai hadirnya teknologi internet.

  Teknologi yang berkembang begitu cepat menjadikan Negara – Negara Asia seperti Korea Selatan dan Cina sangat maju dalam bidang penemuan teknologi komunikasi handphone yang mengungguli Jepang, Amerika, dan beberapa negara di Eropa. Sehingga Korea Selatan memperoleh julukan bangsa penemu oleh beberapa media massa. Pada mulanya teknologi handphone dibuat untuk memudahkan orang berkomunikasi dari mana saja, namun ketika masyarakat yang bergerak cepat karena dapat menggunakan teknologi komunikasi yang begitu mudah,menyebabkan masyarakat semakin jauh secara emosional. Keinginan kembali melakukan komunikasi yang berkualitas disebabkan karena mutasi manusia yang semakin luas itu menyebabkan masyarakat membutuhkan telepon seluler tersedia video yang dapat menghadirkan gambar-gambar. Dengan kemajuan teknologi komunikasi masyarakat dapat lebih banyak mengenal lagi tipe teknologi komunikasi, bahkan telepon seluler video yang digunakan banyak orang sekarang ini dapat mentransmisikan enam media yaitu teks, grafik, suara, music, animasi, dan video dimana saja.

  Perkembangan berikutnya, telepon seluler tidak saja berfungsi sebagai teknologi komunikasi, namun juga menjadi multimedia yang dapat menyediakan segala macam kebutuhan, baik sebagai media penyimpanan, media processing maupun media penyiaran yang dapat secara real-time berfungsi sebagaimana media transmisi. Saat ini, dengan kemampuan teknologi telepon seluler 3G, konsep telepon seluler telah menghanvurkan konsep-konsep media massa yang serba stati, karena seseorang dengan telepon selulernya telah dapat menyiarkan sebuah pemberitaan kepada orang yang memiliki telepon seluler. Bungin

  Manusia telah menjadikan teknologi media sebagai jendela dunia dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang jauh jaraknya tanpa harus hadir dilokasikejadian. Dijelaskan Rogers, 1986 mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai “alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain”.

  Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung sangat pesat sehingga para ahli menyebutnya dengan revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanan, namun sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun bidang kehidupan lain yang berhubungan. Bungin, (2008:127-128)

2.1.7 Remaja

  Istilah remaja berasal dari kata adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescere saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berad dalam tingkatan yang sam, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

  Menurut hukum di Amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun bukan 21 tahun seperti sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu matang secara seksual dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang dewasa mengakibatkan kesenjangan antara apa yang secara populer dianggap budaya remaja dan budaya dewasa. Budaya kawula muda menekankan kesegaran dan kelengahan terhadap tanggung jawab dewasa. Budaya ini memiliki hierarki sosialnya sendiri, keyakinan sendir, gaya penampilannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri.

  Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hokum namum, penelitian tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja daripada tahap akhir masa remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja. Dengan demikian, secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja.

  Awal masa remaja biasanya disebut sebagai usia belasan, kadang-kadang bahkah disebut usia belasan yang tidak menyenangkan. Meskipun remaja lebih tua sebenarnya masih tergolong anak belasan tahun, sampai ia mencapai usia 21 tahun, namun istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja muda jarang dikenakan pada remaja yang lebih tua.

  Ciri – Ciri Masa Remaja : Masa remaja sebagai periode yan penting.

  • Adanya periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.
  • Peralihan tidak berarti terputus dengan atau perubahan dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.

  Masa remaja seebagai periode peralihan.

  • Ada 4 perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat

  Masa remaja sebagai periode perubahan. perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru bagi ramaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalahyang dihadapi sebelumnya. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hamper dewasa dianggap tidak penting lagi. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut beertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

  • Terdapat dua alasan pada masalah remaja pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru.
  • Pada tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya.

  Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

2.1.8 Perubahan Perilaku

  Istilah perubahan berarti serangkaian perkembangan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Pelbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “aktualisai-diri” adalah sangat penting.

  Namun tujuan ini tidak pernah statis. Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan suatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis. Walaupun selalu terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya fisik atau psikologis, banyak orang tidak sepenuhnya menyadari kecuali apabila perubahan-perubahan itu terjadi secara mendadak atau jelas mempengaruhi pola kehidupan mereka.

  Perubahan-perubahan pada usia lanjut misalnya, biasanya terjadi jauh lebih lambat daripada perubahan-perubahan pada anak-anak atau remaja. Meskipun demikian, perubahan-perubahan itu tetap memerlukan penyesuaian-penyesuaian kembali dari pihak individu. Akan tetapi, bila individu-individu itu secara relative dapat memperlambat penyesuaian-penyesuaian tersebut, mereka sendiri atau orang lain mungkin tidak menyadari perubahan-perubahan itu. Elizabeth B. Hurlock, (1980:2-4)

  Perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini mEerupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan perhatian yang diterima anak dari orang tua, kakak-adik,guru-guru, dan teman-teman dan semakin besar harapan-harapan sosial pada periode ini maka semakin besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik. Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan dan kemauan anak untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecamasannya kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti dijelaskan oleh Dunbar,”reaksi efektif, terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemauan untuk berkomunikasi…kounikasi adalah cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan”. Anak yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negative daripada anak yang mampu dan mau berkomuniasi. Akibat psikologis juga timbul karena kebingungan yang berasal dari harapan sosial orang tua, guru, dan orang lain. Anak laki-laki dan permpuan diharapkan berbuat sesuai dengan standar yang pantas untuk usia mereka. Hal ini mereka anggap relative mudah kalau pola perilaku mereka terletak pada tingkat perkembangan yang sesuai.

2.1.9 Teori S-O-R

  Penelitian ini menggunakan teori S-O-R yaitu singkatan dari Stimulus- Organism-Response. Berdasarkan teori ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimuli tertentu. Yaitu keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Pada dasarnya, prinsip teori ini merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. hal ini memungkinkan seseorang dapat mengharapkan suatu kaitan yang erat antara pesan-pesan media atau reaksi audiens.

  Prinsip situmulus-respon ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Teori ini memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh darah audience, yang kemudaian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dalam masyarakat massa, dimana prinsip S-R mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditunjukkan pada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu tersebut akan merespon pasan informasi itu.

  

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.

Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan

harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor

reinforcement memegang peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

  Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “sikap manusia”, perubahan serta pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Jannis, Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting yaitu:

1. Perhatian 2.

  Pengertian 3. Penerimaan

  Orrlllelllsponseganis

  Stimulus Organism

  • Response Gambar 1. Model S-O-R

  Perhatian

  Jika teori diatas dikaitkan dengan penelitian ini maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Stimulus (pesan) yang dimaksud adalah penggunaan teknologi handphone.

  2. Organism ( komunikan) yang menjadi sasaran adalah Siswa SMP Yayasan Namira Medan.

  3. Response (efek) disini adalah perubahan perilaku.

  Teori stimulus respon pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat mengharapkan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebgai individu, tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan keharusan. (Mufid, 2005: 22) McQuail menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah:

  Pesan (stimulus)

  • Penerima atau receiver (organism)
  • Efek (respon)
  • Stimulus respon dijelaskan bahwa setiap rangsangan pasti akan menghasilkan respon tertentu. penambahan media baru dari komunikasi massa seperti radio, film dan perkembangan dunia iklan di amerika contohnya, pembelajaran atas efek kekuatan dan keeragaman ini mendapatkan penambahan momentum. Selama periode, dari dua perang dunia ini, peranan dari media massa dipandang sebagi alat yang memilki kekuatan untuk merubah atau memanipulasi opini dan perilaku masyarakatdengan sempurna, dan dengan demikian menurut tingkah laku mereka pada periode yang secara relative singkat. Katz (dalam Melkote, 1991:67) berpendapat bahwa model pikiran pada peneliti sebelumnya dilihat pada : 1.

  Seluruh kekuatan media, yang mampu mempengaruhi pemikiran dalam ketidakberdayaan, dan

2. Audiens massa terpisah, yang dihubungkan tidak secara langsung dengan media massanya.

  Hosland (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

  • Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
  • Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
  • Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
  • Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

  Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

  Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

2.2 Kerangka Konsep

  Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesis ( Nawawi, 1993:40).

  Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar fungsi konsep itu dapat diterapkan dalam penelitian, setiap konsep yang dibangun haruslah memenuhi syarat :

  • Pertama, makna sesungguhnya dari konsep itu harus dimengerti secara umum dan digunakan secara konsisten.
  • Kedua, menghendaki agar konsep dedefenisikan secara konkret.
  • Ketiga, agar konsep itu dapat digunakan untuk penelitian empiris, konsep itu harus merujuk kesuatu objek tertentu yang dapat diamati.

2.2.1 Model teoritis

  Penggunaan Teknologi

  Handphone Perubahan Perilaku

  Siswa

  Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan teknologi handphone terhadap perubahan perilaku siswa.

  Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel- variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

  Gambar 2. Model Teoritis Karakteristik

  Responden

2.3 Variabel Penelitian

  Agar kerangka konsep yang telah disusun dapat diteliti dengan rinci, maka diperlukan operasional variabel sebagai berikut:

  Tabel 1 Operasional Variabel No Variabel Teoritis Variabel Operasional

  1 Penggunaan Teknologi Komunikasi Handphone 1.

  Tingkat Kepemilikan Handphone 2. Fungsi Utama Handphone 3. Penggunaan Handphone

  2 Perubahan Perilaku 1.

  Sikap 2. Sosial 3. Nilai 4. Efek

  3 Karakterisrik Responden 1.

  Jenis kelamin 2. Jumlah uang jajan 3. Peggunaa pulsa 4. Waktu Pemakaian 5. Lama Pemakaian

2.4 Defenisi Operasional

  4. Efek merupakan akibat yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi komunikasi handphone.

  5. Lama Pemakaian : berapa lama waktu yang dihabiskan dalam mengunakan handphone.

  4. Waktu Pemakaian : Waktu yang digunakan dalam penggunaan handphone.

  Penggunaan pulsa : Pulsa yang dipakai dalam penggunaan Hp.

  Uang jajan : Jumlah uang saku 3.

  Jenis Kelamin : Pria dan wanita 2.

  Karakterisrik Responden 1.

  C.

  Defenisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

  Defenisi operasional variabel pada penelitian ini adalah: A.

  2. Sosial adalah siswa melibatkan diri dalam situasi lingkungan.

  Sikap adalah reaksi siswa dalam penggunaan teknologi handphone.

  Perubahan Perilaku 1.

  B.

  3. Fungsi Utama Handphone adalah kegunaan dari teknologi komunikasi yang digunakan responden.

  2. Penggunaan Handphone merupakan tingkat pemakaian responden dalam menggunakan teknologi handphone.

  Tingkat kepemilikan handphone adalah besar jumlah handphone yang dimiliki serta penggunannya pada responden

  Teknologi komunkasi Handphone 1.

  3. Nilai adalah penilaian siswa terhadap dirinya dalam penggunaan teknologi handphone.

Dokumen yang terkait

Teknologi Komunikasi Dan Perubahan Perilaku (Studi Deskriptif Mengenai Penggunaan Handphone Terhadap Perubahan Perilaku Dikalangan Siswa SMP Swasta Namira Pasar I Tanjung Sari Medan)

4 56 79

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi

0 0 34

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Picture Health Warning di Kotak rokok Terhadap Minat Merokok Siswa (Studi Korelasional Komunikasi Visual Peringatan Bahaya Merokok di Kotak Rokok Terhadap Minat Merokok Aiswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah)

0 0 31

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Strategi Pemasaran dan Penggunaan KakaoTalk

0 0 23

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Karangka Teori - Dampak Penggunaan Game Online Terhadap Perilaku Remaja (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Remaja Di Kelurahan Asam Kumbang Medan)

0 0 25

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Perubahan Tagline Peringatan dan Perilaku Merokok

0 3 20

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori. - Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbing

0 0 19

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Defenisi Komunikasi - Iklan Televisi dan Perilaku Konsumtif (Studi Deskriptif Tentang Iklan Televisi Dalam Mendorong Perilaku Konsumtif Siswa SMU St. Thomas – 1 Medan)

0 0 36

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Game Online Dan Berpikir Kreatif (Studi Korelasional Tentang Hubungan Game Online Dota Terhadap Berpikir Kreatif Mahasiswa di Kelurahan Padang Bulan Medan)

0 2 24

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis (Studi Kuantitatif antara Siswa Pribumi dan Siswa Tionghoa/Cina Di SMA Harapan Mandiri Medan)

0 1 12