BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori. - Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbing

  URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori.

  Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995:37). Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi

  Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris

  

communication berasal dari bahasa latin yakni communicatio dari bersumber kata

  communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa di interpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut (Amir, dkk, 2010:1).

  Komunikasi adalah merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. (Muhammad, 2009:1).

  Ruben dan Stewart, 1998 dalam buku Alo liliweri Komunikasi serba ada serba makna 35:2011, Komunikasi merupakan proses yang menjadi dasar pertama memahami hakikat manusia, dikatakan sebagai proses karena ada aktifitas yang melibatkan peranan banyak elemen atau tahapan yang meskipun terpisah-pisah, namun semua tahapan ini saling terkait sepanjang waktu. Contoh, dalam suatu percakapan yang sederhana saja selalu ada langkah seperti penciptaan pesan, pengiriman, penerimaan, dan interpretasi terhadap pesan.

  Menurut Harjana (2003) komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan di mengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, kemudian pesan di tidaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada Steiner (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Amir, dkk, 2010:32).

  Dengan demikian definisi komunikasi mendapat penekanan yang berbeda- beda antara satu sama lain, dan perbedaan tersebut pada umumnya dilatarbelakangi oleh sudut pandang keilmuan para ahli yang mendefinisikannya.

2.1.1.1 Model Harold Lasswell

  Model Lasswell dapat dikatakan sebagai model teoretis pertama dan model yang paling sederhana karena ketika merancang model ini laswell sangat dipengaruhi oleh pemikirannya tentang The Structure and function of communication in Society (Liliweri, 2011: 107). Model Lasswell ini berisi 5 Unsur: 1.

  Who (Siapa) Sumber/Komunikator adalah Pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, dlsb.

  2. Says what (berkata apa/pesan) Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud.

  Bentuk pesan bisa bersifat informatif,persuasif,dan koersif.

  3. In which channel (melalui saluran apa) Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media), dll.

  4. To whom (kepada siapa) Orang/kelompok/organisasi yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak (audience).

  5. With what effect (dengan efek apa) Dampak/efek adalah sesuatu hal yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti bertambahnya wawasan dan pengetahuan.

  Sebagai model dasar yang sangat awal proses ini tampak lebih menyederhanakan permasalahan dalam komunikasi. Seolah-olah apa yang diinginkan oleh komunikator dipastikan sampai kepada komunikan dan akan mencapai efek yang diinginkannya. Meskipun menuai banyak kritik model ini bidang komunikasi massa. Bidang-bidang penelitian tersebut adalah penelitian tentang siapa (komunikator) yang disebut control studies, berkata apa (pesan) menjadi subjek analisis isi pesan atau informasi, melalui saluran apa (media) disebut analisis media; kepada siapa (komunikan) yakni analisis audience (penerima); dengan efek apa (efek) adalah analisis efek, pengaruh atau dampak (Amir,dkk, 2010:48).

  Lasswell mengemukakan studi ini dalam konteks komunikasi massa namun pola semacam ini juga sering digunakan sebagai referensi atau model dasar dalam menganalisis komunikasi antar pribadi maupun komunikasi kelompok. Pada model komunikasi tersebut komunikan tidak memberikan umpan balik apapun termasuk penjelasannya, pembelaan diri, pembenaran, laporan dan lain- lain selain hanya menjamin penyampaian pesan (Amir,dkk, 2010:48).

2.1.1.2 Arus Komunikasi.

  A. Komunikasi satu arah

  Model ini menekankan bagaimana mengatur suatu “pesan” sehingga layak diterima dan dipahami oleh penerima. Model ini sangat peduli terhadap self-action

  

treats communication yang mengatakan bahwa pesan itu berterima hanya jika

  pengirim dapat memanipulasi penerima, dan manipulasi itu hanya dapat dilakukan melalui manipulasi pesan. Para ahli komunikasi mengatakan bahwa model ini very

  message centrered (Liliweri, 2011:79).

  B. Komunikasi Dua arah

  Model ini mengemukakan bahwa pada dasarnya peranan penerima sama dengan peranan komunikator, dan peranan itu terlihat ketika dia memberikan umpan balik pesan kepada pengirim. Model yang disebut “model dua arah” ini sangat bermanfaat bagi pengirim dan penerima mendiskusikan pesan-pesan yang dikirimkan dalam suatu proses komunikasi. Fokus model ini diletakan pada penerima. komunikasi meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok massa, dan media. Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik dan mempengaruhi. Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusia (Mufid, 2012: 84).

  Adapun tujuan umum komunikasi, menurut Stanton (1982) dalam buku Alo Liliweri 2011, mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan komunikasi manusia (DeVito, 2001) yaitu:

  1. Mempengaruhi orang lain.

  2. Membangun atau mengelola relasi antarpersonal.

  3. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan.

  4. Membantu orang lain.

  5. Bermain atau bergurau. Di luar tujuan umum komunikasi ini maka komunikasi bertumbuh dari motivasi untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan dari komunikasi. Artinya,

  Tujuan komunikasi perlu memerhatikan rencana komunikasi untuk berinteraksi ataukah komunikasi dapat dijalankan secara alamiah saja. Dengan kata lain, tujuan komunikasi sedapat mungkin memperhatikan elemen-elemen utama komunikasi, (Liliweri, 2011:128) yaitu:

  1. Pengirim adalah orang yang mengirim pesan (encoder) 2.

  Penerima adalah orang yang mengiterpretasikan pesan (decoder) 3. Saluran adalah metode bagi seseorang untuk mengoptimalisasikan daya guna sehingga kita dapat mengirimkan sebuah pesan secara verbal, non- verbal, atau termediasi.

  4. Pesan adalah informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh pengirim ke dalam alam pikiran penerima.

  5. Umpan balik adalah respons yang diberikan penerima kepada pengirim.

  6. Lingkungan adalah dunia fisik dan non fisik sebagai tempat terjadinya interaksi.

  Gangguan adalah sesuatu dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa dalam peristiwa komunikasi. Adapun Fungsi-Fungsi dasar komunikasi dalam buku Alo Liliweri (2011:136) adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pengajaran

  Fungsi Pendidikan dan pengajaran sebenarnya sudah dikenal sejak awal kehidupan manusia, kedua fungsi ini dimulai dari dalam rumah, misalnya pendidikan nilai dan norma budaya, budi pekerti, dan sopan santun (fungsi pengajaran) oleh orang tua dan anggota keluarga lain. Pendidikan dan pengajaran dilaksanakan melalui pendidikan formal disekolah dan pendidikan informal/nonformal dalam masyarakat. Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan untuk memperlancar peranan manusia dan memberikan peluang bagi orang lain untuk berpartisiasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

  2. Informasi Kualitas kehidupan seseorangakan menjadi miskin apabila tanpa informasi.

  Setiap orang dan sekelompok orang membutuhkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, informasi ini dapat diperoleh dari komunikasi lisan dan tertulis melalui komunikasi antarpersonal, kelompok , organisasi, dan komunikasi melalui media massa. Mereka yang memiliki kekayaan informasi akan menjadi tempat bertanya bagi orang lain disekitarnya.

  3. Hiburan Untuk memecahkan masalah dalam kehidupan yang rutin, maka manusia harus mengalihkan perhatiannya dari situasi stress ke situasi yang lebih santai dan menyenangkan. Hiburan merupakan salah satu kebutuhan pentingnya bagi semua orang. Komunikasi menyediakan hiburan yang tiada habis- habisnya misalnya melalui film, televisi, radio, drama, literatur, komedi dan permainan.

  4. Diskusi Kehidupan kita penuh dengan berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda, untuk menyatukan perbedaan itu dibutuhkan debat dan diskusi antarpersonal maupun dalam kelompok. Melalui diskusi dan debat akan di temukan kesatuan pendapat sambil tetap menghargai perbedaan yang dimiliki orang lain. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran bakat untuk berdebat dab berdiskusi tentang gagasan baru yang lebih kreatif dalam membagun kehidupan bersama.

  5. Persuasi Persuasi mendorong kita untuk terus berkomunukasi dalam rangka penyatuan pandangan yang berbeda dalam rangka pembuatan keputusan personal maupun kelompok atau organisasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai seorang persuader terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya.

  6. Promosi kebudayaan Komunikasi juga menyediakan kemungkinan atau peluang untuk memperkenalkan, menjaga, dan melestarikan tradisi buadaya suatu menumbuh kembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan kebudayaan.

7. Integrasi

  Melalui komunikasi, maka sejumlah orang yang melintasi ruang dan waktu dimuka bumi ini dapat diintegrasikan, artinya dengan komunikasi makin banyak orang saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing. Suatu bangsa yang besar dapat di intergrasikan melalui komunikasi, misalnya komunikasi media massa.

2.1.2. Komunikasi Antar Pribadi

  Dalam buku Devito komunikasi antarmanusia 252:2011, para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda (Boncher,1978: cappella, 1987,Miller,1990). Di sini kita membahas tiga pendekatan utama.

2.1.2.1 Definisi Berdasarkan komponen

  Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

2.1.2.2 Definisi bersadarkan hubungan Diadik

  Dalam definisi berdasarkan hubungan, kita mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Jadi, misalnya komunikasi antar pribadi meliputi komunikasi yang terjadi antara pramuniaga dan pelanggan, anak dan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan sebagainya. Dengan definisi ini hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi antarpribadi. Tidaklah mengherankan, definisi ini juga disebut sebagai definisi diadik. Hampir tidak terhindarkan, selalu ada hubungan tertentu antara dua orang. Bahkan seorang asing di sebuah kota yang menanyakan arah jalan ke seorang penduduk mempunyai hubungan yang jelas dengan penduduk itu segera setelah pesan itu disampaikan. Adakala define hubungan ini diperluas sehingga mencakup yang terdiri atas tiga atau empat orang.

2.1.2.3 Definisi berdasakan pengembangan

  Dalam pendekatan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi pada satu ekstrem menjadi komunikasi pribadi atau intim pada esktrem yang lain. Perkembangan ini mengisyaratkan atau mendefinisikan pengembangan komunikasi antarpribadi. Penulis disini mengikuti analisis pakar komunikasi Gerald Miller (1978). Komunikasi antarpribadi ditandai oleh, dan dibedakan dari, komunikasi tak-pribadi berdasarkan sedikitnya tiga faktor.

  Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadic: tiga orang). Lebih dari tiga biasanya dianggap komunikasi kelompok (Daryanto,2013: 35). Sedangkan menurut Kathleen S. Verderber et al. (2007), komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna (Budyatna, 2011: 14)

  Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (non-media massa), seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya. Pesan dikirim dan diterima dengan segera . dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung sirkuler, peran komunikasi dan komunikan terus dipertukarkan. Karena itu, dikatakan bahwa kedudukan kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog. Walaupun demikian, dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog,hanya satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi paling kuat di antara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek kognitif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal-non verbal, serta segera mengubah atau menyesuaikan pesan verbal dan nonverbal, serta segera mengubah atau

  2013: 35).

  Dalam buku Komunukasi antarpribadi Liliweri (1991:13), Menurut Josep

  A. Devito, ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality).

1. Keterbukaan (openness)

  Kualitas Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri-mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan-diri ini patut.

  Aspek keterbukaan kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita berhak mengaharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk dari pada ketidakacuhan-bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

  Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (bochner & Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan yang anda lontarkan adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung jawab atasnya (DeVito, 2011:286).

  a.

  Empati (Empathy) Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu (DeVito, 2011:286).

  Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu anda katakan atau bagaimana anda mengatakannya (DeVito, 2011:287).

  b.

  Dukungan (Supportiveness) Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (Supportiveness) suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung (DeVito, 2011:288).

  c.

  Sikap positif (Positiveness) Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa negatif terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya barangkali akan mengembangkan perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini.

  Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih tidak menyenangkan dari pada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak beraksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. Reaksi negatif terhadap situasi ini (“saya tidak sabar lagi untuk enyah dari tempat ini”) membuat orang merasa mengganggu, dan komunikasi dengan segera akan terputus (DeVito, 2011:290).

  d.

  Kesetaraan (Equality) Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain.

  Dalam suatu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan non-verbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau, menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain (DeVito, 2011:291).

  Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). (Syamsu, 2005:5).

  Shertzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai “…proses of

  

helping and individual to understand himself and his world (proses pemberian

  bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya.” (Syamsu, 2005:5).

  Menurut Sunaryo kartadinata (1998:3) mengartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal” (Syamsu, 2005: 6). Sementara Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan menikmati kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. (Syamsu, 2005:5).

2.1.4 Persepsi

  Menurut pendapat Muhadjir, Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin mendorong munculnya permasalahan persepsi dengan pertanyaan, “Apa ciri-ciri keputusan yang baik tentang orang lain?” (Sobur, 2003:445).

  Secara Etimologis, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut Devito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita

  (1991: 108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Gulo (1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya.

  Rakhmat (1994:51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia rill yang fisik. Brouwer (1983:21) menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda diluar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar ransangan-ransangan dari objek, pareek (1996:13) memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini; dikatakan “persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada ransangan pancaindra atau data.” (Sobur, 2003:445-446).

  Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi prilaku kita (Mulyana, 2005:167). Persepsi merupakan proses dimana individu memlilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan apa yang dibayang tentang dunia di sekelilingnya. Jadi dengan mempersepsi setiap individu memandang dunia berkaitan dengan apa yang dia butuhkan, apa yang dia nilai, apakah sesuai dengan keyakinan dan budayanya. Semua kebutuhan yang ingin dipenuhi ini membuat persepsi individu menjalani suatu proses personal yang rumit, karena apa yang dia persepsikan itu sangat tergantung dari sejauh mana pengaruh beragam faktor pembentuk persepsi, antara lain masa lalu individu. Pengalaman masa lalu tersebut rupanya telah membekas lalu membentuknya untuk memandang sesuatu, memandang seseorang atau suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Karena itu, setiap individu dapat melihat suatu objek yang sama namun dengan cara yang berbeda. (Liliweri, 2011: 153)

  Persepsi setiap orang juga berbeda-beda sesuai dengan makna yang dia berikan kepada “sesuatu”, kepada seseorang atau kepada peristiwa. Disini penting mempengaruhi komunikasi. Jika seorang pengirim membagi informasi dengan maksud tertentu kepada penerima, maka suka atau tidak suka penerima akan menerima informasi yang dimaksudkan pengirim. (Liliweri, 2011: 153)

  Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi “diluar sana” dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda, sangat penting untuk memahami komunikasi. (Daryanto, 2013: 211)

  Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting yang di alami oleh setiap orang. Setiap orang yang menerima informasi ataupun segala rangsangan tersebut kemudian akan diolah dan selanjutnya diproses. dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu (Sobur, 2003:446): 1.

  Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

  2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang di anut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

  3. Reaksi, Yaitu Interpretasi dan persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi (Depdikbud, 1985, dalam soelaeman, 1987).

  Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemugkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40).

  Di dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrument penelitian (Bungin, 2011 ; 67). Di dalam penelitian ilmiah konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Konsep yang bermanfaat adalah konsep yang dibentuk menjadi keterangan dan menyatakan sebab akibat, yaitu konsep dibentuk dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan penyusunan teori yang masuk akal, karena konsep dibentuk hanya untuk diuji regulasinya (Bungin, 2013 : 75).

  Adapun konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini yaitu persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap proses komunikasi di dalam bimbingan skripsi.

  Gambar 2.1 Skema variabel penelitian :

  Persepsi Mahasiwa Proses komunikasi dalam

Jurusan Ilmu Komunikasi Bimbingan Skripsi Fisip USU Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan kesamaan dalam penelitian.

  Tabel 2.1 Operasional Variabel

  Variabel Teoritis Variabel Operasional 1.

  Komponen Utama Persepsi: Persepsi

  Mahsiswa

  • Seleksi Komunikasi -Interpretasi FISIP USU.
  • Reaksi 2.

  5 Unsur: Proses

  Komunikasi 1. dalam Who (Siapa) 2. Bimbingan Says what (berkata apa) 3. Skripsi. In which channel (melalui saluran apa)

  4. To whom (kepada siapa) 5.

   With what effect (dengan efek apa) 2. Komunikasi antarpribadi yang efektif.

  a.

  Keterbukaan (Openness) b.

  Empati (Empathy) c. Dukungan (Supportiveness) d.

  Rasa Positif (Positiveness) e. Kesamaan (Equality) 3.

  Karakteristik 1.

  Jenis Kelamin Responden Definisi Variabel operasional bukanlah definisi konsep yang diajukan para ahli, tetapi sudah merupakan definisi yang lebih operasional tentang variabel itu sendiri, dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu. (Idrus, 2009: 81)

  Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah: Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU. Komponen Utama Persepsi: 1.

  Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Dalam definisi operasional ini dijabarkan dalam intensitas/frekuensi melakukan bimbingan skripsi.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Sering

  Tidak Sering Biasa saja Sering Sangat sering 2.

  Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Penting

  Tidak Penting Biasa saja Penting Sangat Penting 3.

  Reaksi, yaitu sesuatu hal dalam bentuk tindakan atas apa yang telah diterima.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju

  Setuju Sangat Setuju

  Proses Komunikasi dalam Bimbingan Skripsi

  5 Unsur: 1.

  Who (Siapa) adalah pelaku atau tokoh utama/pihak yang memulai suatu komunikasi dan menjadi sumber untuk menyampaikan pesan atau informasi.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju 2.

  Says what (berkata apa) adalah isi pesan yang disampaikan dari komunikator ke komunikan, bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif, dan koersif.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju 3.

  In which channel (melalui saluran apa) merupakan sarana atau alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) ke komunikan (penerima), baik secara langsung atau tatap muka, maupun tidak langsung (dengan menggunakan Alat elektronik atau media komunikasi lainnya)

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Sering

  Tidak sering

  Sering Sangat Sangat Sering 4.

  To whom (kepada siapa) adalah si penerima pesan atau komunikan yang menerima pesan dari sumber (komunikator). Apakah pesan itu jelas dan mudah dimengerti oleh si penerima pesan.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju 5.

  With what effect (dengan efek apa) adalah dampak efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber. Seperti penambahan wawasan, pengetahuan,dll. Skala: Likert

  Indikator: Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju Komunikasi antarpribadi yang efektif.

  a.

  Keterbukaan (Openness) Adalah adalah suatu sikap terbuka dari seseorang dalam beraktifitas, mau menjelaskan apa yang terjadi serta mau menerima pendapat, dan kritik dari orang lain.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju setuju Sangat setuju b.

  Empati (Empathy) Adalah situasi yang dimana seseorang mampu mengetahui dan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju c.

  Dukungan (Supportiveness) Seperti Perhatian dan dukungan dosen pembimbing terhadap mahasiswa bimbingannya, memberikan nasihat, semangat dan bantuan dalam mecahkan masalah-masalah yang dihadapi selama proses bimbingan.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju d.

  Rasa Positif (Positiveness) Adalah suatu perasaan dan pikiran yang positif dalam berkomunikasi dengan diri sendiri maupun orang lain, yang telah terjalin dengan baik dalam bimbingan.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju setuju Sangat setuju e.

  Kesamaan/Kesetaraan (Equality) Bimbingan akan lebih efektif bila suasananya setara. Sikap yang tidak mempertegas perbedaan status, tetapi tetap menghormati perbedaan- perbedaan pandangan antara dosen dan mahasiswa dalam bimbingan.

  Skala: Likert Indikator: Sangat Tidak Setuju

  Tidak Setuju Biasa saja setuju Sangat setuju

  Karakteristik Responden:

  Skala: Nominal Indikator: Jenis kelamin: 1.

  Laki-laki 2. Perempuan

Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

4 95 99

Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

1 84 127

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Opini Mahasiswa Terhadap Iklan Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Terhadap Iklan Nasional Demokrat Di Metro TV)

0 54 90

Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terhadap Keputusan Membeli Kartu AS Dikalangan Mahasiswa FISIP USU

1 51 145

Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

0 65 257

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 - Persepsi Mahasiswa FISIP USU Terhadap Video Parodi Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic Karya Eka Gustiwana di Youtube

0 0 18

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi - Tabloid Aplaus Dan Kepuasan Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Tabloid Aplaus Terhadap Kepuasan Lifestyle Mahasiswa FISIP USU)

0 0 21

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

0 0 20

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa - Instagram dan Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Instagram di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU (Studi Korelasional antara Motif Penggunaan Instagram dan Pemenuhan Kebu

0 0 32