Studi Deskriptif Mengenai Profile Kompetensi Guru Pada Wali Kelas di Taman Kanak-kanak "X" Bandung (Suatu Tinjauan Berdasarkan Model Kompetensi General Competency for Helping and Service Workers Dari Spencer and Spencer).

(1)

Guru TK “X” Bandung (Suatu Tinjauan Berdasarkan Model Kompetensi Umum

untuk Helping and Service Workers, Spencer and Spencer). Tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kompetensi pada guru wali kelas di TK

“X” Bandung.

Variabel penelitian ini adalah profil kompetensi dengan mengunakan metode

studi deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh

peneliti berdasarkan model kompetensi umum untuk Helping and service workers,

Spencer and Spencer yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan, job descriptions TK

“X” Bandung. Kuesioner diberikan kepada seluruh guru wali kelas TK “X”

Bandung.

Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner TK “X” Bandung memiliki profil

kompetensi tersebut adalah Impact and influence 75,80%, Other personal

effectiveness competencies (affiliative Interest) 69,20%, Directiveness/ assertiveness

68,90%, Self Confidence 68,30%, Achievement orientation 65,80%, Teamwork

cooperation 64,20%, Interpersonal Understanding 63,30%, Professional expertise

63,30%, Analytical thinking 61,10%, Flexibility 60%, Developing Others 58,90%,

Customer service orientation 57,80%, Conceptual thinking 55,60%, Self Control

54%, dan yang terakhir adalah kompetensi Initiative 45%. Selain itu tingkat

kompetensi guru-guru TK “X” Bandung adalah 66,7% guru tergolong kompeten,

16,7% guru sangat kompeten, 16,7% guru tergolong kurang kompeten, dan 0% guru

yang tidak kompeten.

Peneliti mengajukan saran untuk menggunakan profil kompetensi sebagai

acuan awal melakukan rekruitmen, seleksi dan training, agar TK “X” memiliki

guru-guru yang kompeten dan guru-guru wali kelas dapat mengembangkan kompetensi yang

dimilikinya. Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang profil kompetensi

dihubungkan dengan karakteristik kompetensi (motive, traits, self concept, knowledge

dan skill), dan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan metode wawancara dan

observasi agar data yang diperoleh lebih tepat dan lengkap.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

... iii

KATA PENGANTAR

... iv

DAFTAR ISI

... vi

DAFTAR BAGAN

... vii

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR DIAGRAM

... ix

DAFTAR LAMPIRAN

... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah... 1

1.2

Identifikasi Masalah... 12

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian...

12

1.4

Kegunaan Penelitian...

12

1.5

Kerangka Pikir...

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kompetensi

2.1.1

Definisi Kompetensi...

23

2.1.2

Karakteristik Kompetensi...

23


(3)

2.1.4

Jenis-jenis kompetensi...

28

2.1.5

Manfaat Kompetensi...

28

2.2

Guru

2.2.1

Tugas Guru...

36

2.2.2

Peran Guru...

37

2.2.2.1

Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar...

37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Rancangan Penelitian...

43

3.2

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1

Variabel Penelitian... 43

3.2.2

Definisi Operasional...

43

3.3

Alat Ukur

3.3.1

Kuesioner

Generic Competency Model for Helping and Human Service

47

3.3.2

Prosedur Pengisisan... 48

3.3.3

Sistem Penilaian...

50

3.3.4

Validitas alat ukur profil Kompetensi...

51

3.3.5

Reliabiltas alat ukur profil kompetensi...

51

3.4

Populasi Sasaran...

53


(4)

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

4.1.1 Jenis Kelamin... 54

4.1.2 Lama Bekerja... 55

4.1.3 Pendidikan Terakhir... 55

4.2 Hasil Penelitian... 56

4.3 Pembahasan... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 71

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya... 72

5.2.2 Bagi Kegunaan Praktis... 72

DAFTAR PUSTAKA

... 73

DAFTAR RUJUKAN

...

74


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir...

23

Bagan 2.1

Competency Causal Flow Model

(Spencer & Spencer, 1993)...

27

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian...

43


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.7

Generic Competency Model for Helping and service workers

...

29

Tabel 3.3.1 Aspek alat ukur kompetensi guru...

48

Tabel 3.3.4 Kriteria Penilaian...

50

Tabel 4.1.1 Jenis Kelamin...

54

Tabel 4.1.2 Lama Bekerja...

55

Tabel 4.1.3 Pendidikan Terakhir...

55

Tabel 4.2 Tingkat kompetensi...

56


(7)

DAFTAR DIAGRAM


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur

Lampiran 2 Tabel per Aspek

Lampiran 3 Tabel Pembahasan per Individu

Lampiran 4 Tabel Penilaian Aspek

Lampiran 5 Reabilitas Alat Ukur

Lampiran 6 Validitas Alat Ukur


(9)

(10)

• Initial :

• Lama bekerja: a. 1-2 tahun b. 3-5 tahun

c. Lebih dari 5 tahun

• Pendidikan terakhir: a. D1

b. D3 c. S1

• Hal yang mendasari anda menjadi seorang guru (hal yang memotivasi): a. Senang dengan anak-anak

b. Mencari pengalaman

c. Senang menjadi seorang guru d. ...

• Hal yang anda miliki yand dapat mendukung anda menjadi seorang guru (keterampilan atau pengetahuan):

o Keterampilan (tolong dijabarkan) :

Misalnya : bernyanyi, membuat keterampilan dll

o Pengetahuan (tentang anak, cara mengajar dll): Misalnya: metode mengajar , kelainan anak dll

Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai tugas-tugas guru. Setiap pernyataan mengenai tugas-tugas guru yang tertulis diminta untuk dinilai tingkat kesesuaian

dan tingkat kemampuan berdasarkan yang anda lakukan sebagai seorang guru di TK “X” Bandung. Setiap pernyataan memiliki empat jawaban berdasarkan tingkat kesesuaian yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Tidak Sesuai (TS). Selain itu memiliki empat jawaban berdasarkan tingkat kemampuan yaitu Sangat Mampu (SM), Mampu (M), Cukup Mampu (CM), Tidak Mampu (TM). Anda diminta memilih salah satu dari tingkat kesesuaian dan satu jawaban dari tingkat kemampuan. Berikan tanda check list (√) pada kolom yang sesuai dengan diri anda sebagai seorang guru di sekolah ini.


(11)

Pernyataan Tingkat kesesuaian Tingkat Kemampuan

SS S CS TS SM M CM TM

1. Dalam mengajar, saya menyampaikan materi dengan memberi contoh konkrit menggunakan alat peraga

2. Saya meminta sekolah mengadakan pelatihan untuk para guru mengenai bidang tertentu 3. Jika siswa menunjukkan suatu eskpresi

(contoh: marah), Sebagai seorang guru, saya menanggapi sesuai dengan ekspresi yang ditunjukkan siswa (contoh menanggapi dengan berbicara tegas tetapi tidak memarahi anak tersebut)

4. Dalam mengajar saya memberi instruksi secara jelas dan ringkas sesuai dengan kemampuan usia perkembangan anak

5. Dalam mengajar saya berbicara dengan lancar 6. Saat saya memiliki masalah pribadi (keluarga) saya

tetap tersenyum ramah saat mengajar

7. Saat mengevaluasi pekerjaan, saya menelaah pekerjaan berdasarkan prioritas

8. Saat menghadapi suatu masalah dalam mengajar, cara yang saya gunakan untuk mengatasinya didasarkan pada pengalaman lalu

9. Saya membantu teman kerja walaupun berbeda bagian dalam suatu acara sekolah

10. Sebagai seorang guru, saya mengetahui penyebab perilaku yang ditunjukkan oleh anak

11. Saat banyak pekerjaan saya mau bekerja melebihi jam kantor

12. Pada saat kegiatan mengajar berlangsung, saya memberi izin kepada siswa yang sakit untuk pulang lebih dulu

13. Untuk mengajar saya mencari metode-metode baru untuk mengajar yang bervariasi dari berbagai sumber

14. Untuk menyampaikan materi, saya mengumpulkan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bantuan saat mengajar


(12)

Pernyataan Tingkat kesesuaian Tingkat Kemampuan

SS S CS TS SM M CM TM

15. Jika siswa menunjukkan ekspresi (seperti : bingung), sebagai seorang guru, saya mengerti alasan siswa menunjukkan ekspresi tersebut dan memastikan apakah pendapat saya sesuai dengan pendapat siswa

16. Dalam mengajar saya bersikap tegas melarang anak memukul temannya

17. Saat saya bertemu dengan murid, saya menanyakan keadaan mereka

18. Saya bersedia mengikuti pelatihan tentang perkembangan anak yang diadakan sekolah karena saya ingin mengembangkan pengetahuan saya

19. Saya menjelaskan materi dengan artikulasi pengucapan yang jelas

20. Saat menemukan masalah dalam mengajar, saya mencari penyebab dan akibat dari masalah tersebut

21. Saya dapat melihat persamaan masalah kerja yang terjadi sekarang dengan masalah di masa lalu yang pernah saya hadapi pada saat saya mengajar

22. Saya memotivasi rekan kerja dalam melakukan pekerjaan ketika rekan kerja mengeluh

23. Sebagai guru, saya melakukan beberapa macam tindakan untuk memenuhi kebutuhan siswa atau orang tua

24. Saya bersedia melakukan pekerjaan tambahan di luar kewajiban sehari-hari tanpa diminta 25. Jika pada saat akan mengajar saya melihat

siswa belum siap menerima materi yang telah disediakan, dengan segera saya mencari kegiatan yang lebih dapat diterima oleh anak 26. Dalam mengajar, saya membuat rencana

(program) pengajaran yang bertujuan menambah pengetahuan anak


(13)

Pernyataan Tingkat kesesuaian Tingkat Kemampuan

SS S CS TS SM M CM TM

27. Pada saat bercerita, saya menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ekspresi tokoh dalam buku cerita yang sedang diceritakan (contoh : ketika tokoh dalam cerita menangis Sebagai seorang guru, saya menunjukkan ekspresi sedih)

28. Ketika siswa berekspresi tertentu (seperti : cemberut) saat mengajar, saya dapat menduga penyebab ekspresi tersebut dengan menggabungkan informasi yang diperoleh dari orang tua, teman siswa dan teman kerja 29. Saat memberikan evaluasi saya menuliskan

kelebihan dan kekurangan setiap siswa di laporan harian

30. Saya bersedia mengikuti berbagai rapat acara-acara yang akan diadakan sekolah

31. Sebagai seorang guru, saya aktif berpartisipasi menganggapi komentar siswa 32. Ketika saya bermasalah dengan orang tua

seorang siswa, saya mengajar siswa tersebut sama dengan siswa lainnya

33. Saat bertemu orang tua, sebagai seorang guru, saya menyampaikan penilaian keadaan anaknya dengan menyatakan pendapat berdasarkan pengamatan saya tentang anak tersebut dengan lancar

34. Ketika merasa kesulitan dalam mengajar, saya menampilkan perilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan (tidak menunjukkan bahwa saya sedang kesulitan)

35. Saat siswa menangis, saya membujuknya dengan berbagai cara sampai anak tersebut berhenti menangis

36. Saat mengajar saya dapat mentertibkan keadaan kelas yang ribut

37. Ketika ada anak yang membuat saya kesal, saya tetap mengajar anak yang lain dengan nada bicara yang tidak keras

38. Ketika seorang anak membuat suasana kelas tidak tertib saya menghampiri nya dan berbicara dengan lembut kepadanya


(14)

Pernyataan Tingkat kesesuaian Tingkat Kemampuan

SS S CS TS SM M CM TM

39. Pada saat mengajar, saya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh anak

40. Saya memuji pekerjaan rekan kerja yang menurut saya perkerjaan mereka dilakukan dengan baik

41. Saat mengajar saya memberikan perhatian khusus kepada anak yang memiliki kebutuhan khusus (saya memberikan tambahan waktu di luar jam pelajaran untuk membimbing anak yang lambat menangkap pelajaran)

42. Saya membuat langkah-langkah penyampaian materi dari materi sederhana ke materi yang sulit dipahami anak

43. Ketika materi belum selesai disampaikan sampai waktu istirahat, saya tidak memaksakan materi diselesaikan pada saat itu 44. Saya mengajukan ide kegiatan baru pada

atasan walaupun sebenarnya bukan merupakan tugas saya

45. Ketika saya melihat rekan kerja saya mengajar di luar tujuan, saya akan menegurnya

46. Saat siswa bertanya saya memberikan pendapat mengenai materi berdasarkan pengetahuan yang sudah saya dapatkan 47. Saat mempersiapkan materi untuk mengajar

saya aktif mencari pengetahuan baru dari berbagai sumber

48. Saya bersedia mengubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan keadaan sekolah (contoh : saya kurang nyaman untuk berhubungan dengan orang tua, tetapi saya mau mencoba untuk mulai berelasi dengan orang tua)

49. Sebagai seorang guru, saya bekerja sama dengan orang tua untuk mengatasi kebiasaan buruk siswa (saya tidak memberi reward pada anak yang masih mengompol)

50. Saya ikut memikirkan cara untuk membuat anak untuk berminat masuk ke sekolah di tempat saya mengajar walaupun hal tersebut bukan merupakan kewajiban (tugas) saya


(15)

Pernyataan Tingkat kesesuaian Tingkat Kemampuan

SS S CS TS SM M CM TM

51. Sebagai seorang guru saya selalu mencari tahu cara untuk membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus

52. Saat mempersiapkan pelajaran, saya membuat rencana kegiatan berdasarkan pengetahuan mengenai kegiatan yang sudah saya pahami 53. Saya berusaha memberikan ide-ide baru

dalam membuat program bulanan

54. Saya membuat catatan pribadi tentang penyebab-penyebab dari suatu permasalahan yang ada pada saat saya mengajar, sehingga saya dapat memikirkan cara mengatasi masalah tersebut

55. Saya tidak memberikan reward pada anak yang tidak membawa tugasnya, walaupun anak tersebut menangis


(16)

Diagram 4.2.3 Impact and Influence

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Impact and influence sebesar 75,8 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong sangat kompeten dalam kompetensi impact and infulence. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi impact and influence adalah 83,3%, yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi Impact and influence adalah kompetensi tingkat pertama pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.4 Other personal effectiveness competencies (affiliative Interest)

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Other personal effectiveness competencies (affiliative Interest) sebesar 69,2 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Other personal effectiveness

guru 1 75 guru 2 35 guru 3 75 guru 4 80 guru 5 100 guru 690

0 20 40 60 80 100 120

Im pact and influence

p e rs e n ta s e t in g k a t k e k o m p e te n guru 1 55 guru 2

40

guru 3 50

guru 4 90 guru 5

80 guru 6 100 0 20 40 60 80 100 120

Ot her personal effect iveness com pet encies

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(17)

competencies (affiliative Interest). Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Other personal effectiveness competencies (affiliative Interest) adalah 50%, yang tergolong kompeten adalah 33,3% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat kedua kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.5 Directiveness/ assertiveness

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Directiveness/ assertiveness sebesar 68,9%. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Directiveness/ assertiveness. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Directiveness/ assertiveness adalah 33,3%, yang tergolong kompeten adalah 50% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi kompetensi tingkat ketiga kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung. guru 1 60 guru 2 26.7 guru 3 73.3 guru 4 86.7 guru 5 93.3 guru 6

73.3 0 20 40 60 80 100

Direct iveness/ assert iveness

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(18)

Diagram 4.2.6 Self Confidence

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Self confidence sebesar 68,3%. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Self confidence. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Self confidence adalah 33,3%, yang tergolong kompeten adalah 50% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi kompetensi tingkat keempat kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.7 Achievement orientation

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Achievement orientation sebesar 65,8 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Achievement orientation. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam

guru 1 60 guru 2 35 guru 3 60 guru 4 75 guru 5 80 guru 6 100 0 20 40 60 80 100 120 Self confidence P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n guru 1 75 guru 2 30 guru 3 45 guru 4 65 guru 5 85 guru 6 95 0 20 40 60 80 100

Achievem ent orient at ion

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(19)

kompetensi Achievement orientation adalah 50%, yang tergolong kompeten adalah 16,7% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 33,3%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi kompetensi tingkat kelima kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.8 Teamwork cooperation

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Teamwork cooperation sebesar 64,2 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Teamwork cooperation. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Teamwork cooperation adalah 16,7%, yang tergolong kompeten adalah 66,7% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi kompetensi tingkat keenam kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung. guru 1 65 guru 2 30 guru 3 65 guru 4 75 gur u 5

60 guru 6 90 0 20 40 60 80 100

Team w ork cooperat ion

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(20)

Diagram 4.2.9 Interpersonal Understanding

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Interpersonal understanding sebesar 63,3 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Interpersonal understanding. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Interpersonal understanding adalah 33,3%, yang tergolong kompeten adalah 50% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat ketujuh pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.10 Professional expertise

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Professional expertise sebesar 63,3 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Professional expertise. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Professional expertise adalah 16,7%, yang tergolong kompeten adalah

guru 1 60

guru 2 25

guru 3 60 guru 455

guru 5 85 guru 6 95 0 20 40 60 80 100

Int erper sonal underst anding

p e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n guru 1 60 guru 2 33.3 guru 3 53.3 guru 4 66.7 guru 5 73.3 guru 6 93.3 0 20 40 60 80 100

Professional expert ise

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(21)

66,7% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat kedelapan pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.11 Analytical thinking

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Analytical thinking sebesar 61,1 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Analytical thinking. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Analytical thinking adalah 33,3 %, yang tergolong kompeten adalah 33,3% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 33,3%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi kompetensi tingkat kesembilan kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.12 Flexibility

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Flexibility sebesar 60 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Flexibility.

guru 1 53.3 guru 2 26.7 guru 3 40 guru 4 66.7 guru 5 86.7 guru 6 100 0 20 40 60 80 100 120

Analyt ical t hinking

P e rs e n ta s e T in g k a t k o m p e te n guru 1 55 guru 2

35 guru 3 45 guru 4 55 guru 5 75 guru 6 95 0 20 40 60 80 100 Flexibilit y P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(22)

Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Flexibility adalah 33,3%, yang tergolong kompeten adalah 33,3% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 33,3%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat kesepuluh pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.13 Developing Others

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Developing others sebesar 58,9 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Developing others. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Developing others adalah 16,7%, yang tergolong kompeten adalah 50% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 33,3%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat kesebelas pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

guru 1 66.7 guru 2 33.3 guru 3 40 guru 4 53.3 guru 5 66.7 guru 6 93.3 0 20 40 60 80 100

Developing ot hers

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(23)

Diagram 4.2.14 Customer service orientation

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Customer service orientation sebesar 57,8 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Customer service orientation. Guru yang yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Customer service orientation adalah 16,7%, yang tergolong kompeten adalah 50% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 33,3%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat keduabelas kompeten pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.15 Conceptual thinking

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Conceptual thinking sebesar 55,6 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Conceptual thinking. Guru yang yang tergolong sangat kompeten dalam

guru 1 53.3 guru 2 40 guru 3 53.3 guru 4 60 guru 5

46.6 guru 6 93.3 0 20 40 60 80 100

Cust omer service orient at ion

P E rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n guru 1 46.6 guru 2 26.7 guru 3 40 guru 4 53.3 guru 5 73.3 guru 6 93.3 0 20 40 60 80 100

Concept ual t hinking

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(24)

kompetensi Conceptual thinking adalah 16,7%, yang tergolong kompeten adalah 33,3% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 50%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat ketigabelas pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

Diagram 4.2.16 Self Control

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Self control sebesar 54 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kompeten dalam kompetensi Self control. Guru yang tergolong sangat kompeten dalam kompetensi Self control adalah 50%, yang tergolong kompeten adalah 33,3% dan yang tergolong kurang kompeten adalah 16,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat keempatbelas pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

guru 1 56 guru 2 32 guru 3 52 guru 4 84 guru 5

72 guru 6 100 0 20 40 60 80 100 120

Self cont rol

P e rs e n ta s e t in g k a t k o m p e te n


(25)

Diagram 4.2.17 Initiative

Para guru wali kelas TK “X” Bandung memiliki kompetensi Initiative sebesar 45 %. Guru-guru TK “X” Bandung tergolong kurang kompeten dalam kompetensi Initiative. Guru yang yang tergolong kompeten dalam kompetensi Initiative adalah 33,3%, dan yang tergolong kurang kompeten adalah 66,7%. Kompetensi tersebut adalah kompetensi tingkat kelimabelas pada guru-guru wali kelas TK “X” Bandung.

guru 1 65

guru 2 30

guru 3 35 guru 4

30

gur u 5 40

guru 6 70

0 20 40 60 80

Init iat ive

P

e

rs

e

n

ta

s

e

t

in

g

k

a

t

k

o

m

p

e

te


(26)

Diagram 4.21 Kompetensi Guru 1

Kompetensi yang paling kompeten pada guru 1 adalah kompetensi impact and influence dan kompetensi achievement orientation yaitu sebesar 75%. Kompetensi yang paling kurang kompeten pada guru 1 adalah kompetensi conceptual thinking yaitu sebesar 46,6%.

Diagram 4.22 Kompetensi Guru 2

Kompetensi yang paling kompeten pada guru 2 adalah kompetensi Other personal effectiveness competencies (affiliative Interest) dan kompetensi Customer service orientation yaitu sebesar 40%. Kompetensi yang paling kurang kompeten pada guru 1 adalah kompetensi interpersonal understanding yaitu sebesar 25%.

IM P, 75 DVP, 66.7

ITP, 60

SCF, 60SCT, 56 OPE, 55 PEX, 60 CSO, 53.3 TCO, 65 ALC, 53.3 CCT, 46.6 INT, 65

FLX, 55DRT, 60 ACH, 75 0 20 40 60 80

Kom pet ensi Gur u 1

p e rs e n ta s e k o m p e te n s i

Kompetensi Guru 1

IM P, 35 DVP, 33.3 ITP, 25 SCF, 35 SCT, 32 OPE, 40 PEX, 33.3 CSO, 40 TCO, 30 ALC, 26.7 CCT, 26.7 INT, 30 FLX, 35

DRT, 26.7ACH, 30

0 10 20 30 40 50

Kom pet ensi Guru 2

p e rs e n ta s e k o m p e te n s i


(27)

Diagram 4.23 Kompetensi Guru 3

Kompetensi yang paling kompeten pada guru 3 adalah kompetensi impact and influence yaitu sebesar 75%. Kompetensi yang paling kurang kompeten pada guru 1 adalah kompetensi initiative yaitu sebesar 35%.

Diagram 4.24 Kompetensi Guru 4

Kompetensi yang paling kompeten pada guru 4 adalah kompetensi Other personal effectiveness competencies (affiliative Interest) yaitu sebesar 90%. Kompetensi yang paling kurang kompeten pada guru 1 adalah kompetensi initiative yaitu sebesar 30%.

IM P, 75

DVP, 40

ITP, 60 SCF, 60 SCT, 52

OPE, 50PEX, 53.3CSO, 53.3 TCO, 65

ALC, 40

CCT, 40INT, 35 FLX, 45 DRT, 73.3 ACH, 45 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kom pet ensi Guru 3

p e rs e n ta s e k o m p e te n s i

Kompetensi Guru 3

IM P, 80

DVP, 53.3 ITP, 55

SCF, 75

SCT, 84OPE, 90 PEX, 66.7 CSO, 60 TCO, 75 ALC, 66.7 CCT, 53.3 INT, 30 FLX, 55 DRT, 86.7 ACH, 65 0 20 40 60 80 100

Kom pet ensi Guru 4

P e rs e n ta s e K o m p e te n s i


(28)

Diagram 4.25 Kompetensi Guru 5

Kompetensi yang paling kompeten pada guru 5 adalah kompetensi impact and influence yaitu sebesar 100%. Kompetensi yang paling kurang kompeten pada guru 1 adalah kompetensi initiative yaitu sebesar 40%.

Diagram 4.26 Kompetensi Guru 6

Kompetensi yang paling kompeten pada guru 6 adalah kompetensi self control dan kompetensi personal effectiveness competencies (affiliative Interest) dan analytical thinking yaitu sebesar 100%. Kompetensi yang paling kurang kompeten pada guru 1 adalah kompetensi initiative yaitu sebesar 70%.

IM P, 100

DVP, 66.7 ITP, 85

SCF, 80

SCT, 72OPE, 80PEX, 73.3 CSO, 46.6 TCO, 60 ALC, 86.7 CCT, 73.3 INT, 40 FLX, 75 DRT, 93.3 ACH, 85 0 20 40 60 80 100 120

Kom pet ensi Guru 5

P e rs e n ta s e k o m p e te n s i

Kompetensi Guru 5

IM P, 90 DVP, 93.3 ITP, 95 SCF, 100 SCT, 100 OPE, 100 PEX, 93.3 CSO, 93.3 TCO, 90 ALC, 100 CCT, 93.3 INT, 70 FLX, 95 DRT, 73.3 ACH, 95 0 20 40 60 80 100 120

Kom pet ensi Guru 6

P e rs e n ta s e K o m p e te n s i


(29)

Pembahasan kompetensi secara individu

Dinamika kompetensi pada guru 1

Guru 1 memiliki nilai rata-rata kompetensi sebesar 60.4% yang berarti tergolong cukup kompeten menjadi seorang guru wali kelas di TK “X” Bandung. Guru 1 telah bekerja lebih dari 5 tahun di sekolah “X” Bandung. Pendidikan terakhir guru 1 adalah S1 jurusan Seni Rupa. Dalam bekerja guru 1 senang membagikan ilmu dan pengalaman yang ia miliki. Pengetahuan dan kemampuannya dalam hal seni rupa dan fotografi adalah hal yg mendukungnya menjadi seorang guru. Selain itu guru 1 mengatakan ia memiliki pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus berkaitan dengan seni rupa.

Kompetensi yang paling menonjol pada guru 1 adalah kompetensi Impact and influence dan Achievement orientation yaitu sebesar 75%. Kedua kompetensi tersebut didukung dengan kompetensi developing others (66,7%), teamwork cooperation (65%), initiative (65%). Kompetensi-kompetensi tersebut terlihat disaat guru 1 sedang mempersiapkan suatu materi yang akan ia sampaikan pada siswanya.

Guru 1 tidak hanya menggunakan pengetahuan yang sudah ia miliki mengenai materi yang akan disampaikannya, tetapi ia juga tetap mencari dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi tersebut. Guru 1 berinisiatif mencari informasi atau pengetahuan yang lebih lengkap mengenai suatu materi. Guru 1 mencari tahu informasi mengenai materi yang akan disampaikannya melalui buku, teman sekerja, internet dan lain sebagainya. Tetapi terkadang ia merasa ada kesulitan saat mencari kelengkapan materi. Setiap materi yang ia persiapkan selalu memilki tujuan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan anak.

Sedangkan kompetensi yang cenderung kurang menonjol adalah kompetensi Customer service orientation (53,3%), Guru 1 mengetahui bahwa ia sedapat mungkin


(30)

harus memahami dan memenuhi kebutuhan anak dan orang tua, tetapi guru 1 tidak menjadikan kebutuhan siswa dan orang tua menjadi sesuatu yang ia perhatikan atau ia utamakan. Kompetensi Analytical thinking (53,3%) juga kurang menonjol pada guru 1, Guru 1 cukup mampu mengetahui penyebab dan akibat dari suatu permasalahan tetapi ia tidak membuat catatan khusus dan memfokuskan bagaimana cara mengatasi suatu masalah. Dan kompetensi yang paling tidak menonjol pada guru 1 yaitu Conceptual thinking (46,6%), disaat menghadapi suatu masalah guru 1 cenderung tidak mengatasinya berdasarkan pengalaman masa lalunya atau membuat langkah-langkah untuk mengatasi masalah tersebut.

Dinamika kompetensi guru 2

Guru 2 memiliki nilai rata-rata kompetensi sebesar 32% yang berarti tergolong kurang kompeten menjadi seorang guru wali kelas di TK “X” Bandung. Guru 2 sudah bekerja di sekolah TK “X” ini lebih dari lima tahun. Pendidikan guru terakhir guru 2 adalah Diploma 3 jurusan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Menurut guru 2 hal yang mendukung dirinya untuk menjadi guru adalah keterampilan tangan dan pengetahuan mengenai pendidikan di TK. Guru 2 merasa pengetahuannya mengenai pendidikan di TK masih sedikit.

Kompetensi tertinggi yang dimiliki guru 2 sebesar 40% adalah kompetensi Other personal effectiveness competencies (affiliative Interest) dan Customer service orientation. Kedua kompetensi tersebut cenderung tidak selalu tampak dalam perilaku guru 2, ia cenderung melakukan pekerjaan sebagai kewajiban melaksanakan tugasnya bukan karena ia memang ingin melakukannya.


(31)

Kompetensi interpersonal understanding (25%) pada guru 2 adalah kompetensi yang paling kurang menonjol dibandingkan kompetensi yang lain. Guru 2 selalu dapat merespon anak tetapi tidak selalu sesuai dengan ekspresi yang ditunjukkan anak, sehingga guru 2 kurang memahami penyebab setiap ekspresi yang ditunjukkan anak. Selain itu dalam kompetensi analytical thinking dan conceptual thinking guru 2 juga kurang menonjol. Saat menghadapi masalah guru 2 kurang menganalisa penyebab masalah tersebut muncul, dan untuk mengatasi masalahnya sehingga saat menghadapi suatu masalah guru 2 cenderung mengalami kesulitan.

Dinamika kompetensi guru 3

Guru 3 memiliki nilai rata-rata kompetensi sebesar 52,46% yang berarti tergolong cukup kompeten menjadi seorang guru wali kelas di TK “X” Bandung. Guru 3 telah bekerja di sekolah TK “X” selama 3 tahun lebih. Pendidikan terakhirnya adalah S1 Manajemen. Guru 3 memiliki keterampilan yang mendukungnya yaitu ia mengenal nada, senang membuat keterampilan dan bernyanyi. Keterampilan tersebut mendukungnya pada saat ia mempersiapkan atau merencanakan kegiatan belajar mengajar yang akan ia berikan kepada para siswa.

Kompetensi Impact and influence (75%) adalah kompetensi yang tertinggi oleh guru 3. Guru 3 selalu mengupayakan berbagai cara agar materi apapun yang ia samapaikan dapat ia sampaikan dengan jelas kepada siswa. Seperti ia menggunakan alat peraga saat menyampaikan materi, mengumpulkan materi yang mendukung materi yang akan disampaikannya. Selain itu guru 3 juga memiliki kompetensi Directiveness/ assertiveness (73,3%) yang juga termasuk kompetensi yang ia rasakan sesuai dan mampu ia lakukan. Guru 3 dapat akan melarang anak yang memukul temannya dan


(32)

selain itu apabila anak tidak membawa tugas ia juga tidak akan memberikan reward pada anak tersebut, walaupun anak tersebut menangis.

Kompetensi yang paling tidak menonjol pada guru 3 adalah kompetensi initiative (35%). Guru 3 akan melakukan pekerjaannya secara maksimal, maka jika ada pekerjaan yang belum terselesaikan ia mau untuk bekerja melebihi jam kantor. Tetapi guru 3 cenderung tidak memberikan usul atau pendapat di luar pekerjaannya sehari-hari (job description), walaupun sebenarnya ia mampu untuk melakukan hal tersebut. Disamping kompetensi initiative, kompetensi developing others (40%), analytical thinking (40%), conceptual thinking (40%), flexibility (45%), dan achievement orientation (45%) adalah kompetensi-kompetensi yang kurang dimiliki oleh guru 3.

Dalam kompetensi achievement orientation (45%) Guru 3 selalu cenderung ingin mengembangkan dirinya dan juga mencari tambahan ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang ia minati. Demi hal-hal yang ia minati ia mau mengikuti pelatihan, seminar dan mencari tahu sendiri mengenai hal tersebut. Tetapi apabila guru merasakan ada beberapa hal terjadi tetapi tidak bersangkutan dengan dirinya secara langsung ia cenderung tidak fokus terhadap hal tersebut. Misalnya pada saat ada teman kerja yang kurang baik saat bekerja, guru 3 cenderung tidak memberi perhatian (developing others 40%).

Dalam kompetensi flexibility (45%) Guru 3 berusaha untuk mencapai tujuan dan perencanaan yang telah dibuat dengan maksimal walaupun terkadang tidak memperhatikan waktu yang tersedia. Dalam Kompetensi Analytical thinking (40%) dan conceptual thinking (40%) Saat menghadapi permasalahan guru 3 cenderung tidak memecahkannya dengan membuat rincian analisa untuk mengatasinya dan juga tidak menyelesaikan berdasarkan pengalaman masa lalunya.


(33)

Dinamika kompetensi guru 4

Guru 4 memiliki nilai rata-rata kompetensi sebesar 60,4% yang berarti tergolong cukup kompeten menjadi seorang guru wali kelas di TK “X” Bandung. Guru 4 telah bekerja lebih dari tahun di sekolah TK “X” Bandung. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana (S1) jurusan Sastra Inggris. Ia merasa keterampilan berbahasa yang ia miliki mendukung pekerjaannya sebagai seorang guru TK “X” Bandung.

Kompetensi Other personal effectiveness competencies (90%) adalah kompetensi yang paling menonjol pada guru 4. Guru 4 selalu ingin memiliki hubungan yang baik dan juga dekat dengan anak. Karena itu guru 4 selalu menanyakan keberadaan anak dan menanggapi respon yang anak berikan dengan maksimal. Selain itu kompetensi Directiveness/ assertiveness (86,7%), self control (84%), impact and influence (80%) juga kompetensi yang menonjol pada guru 4. Guru 4 mampu untuk bersikap tegas, mengontrol emosi dan perasaannya pada saat bekerja, dan juga mempersiapkan dan menyampaikan materi.

Kompetensi-kompetensi yang menonjol kurang didukung oleh kompetensi initiative (30%). Initiative untuk menyelesaikan pekerjaan dengan menambah jam kerja dirasakan tidak mampu ia lakukan, selain itu guru 4 cenderung kurang memikirkan kepentingan kemajuan sekolah meskipun sebenarnya ia mampu untuk melakukannya. Selain itu kompetensi developing others (53,3%), Conceptual thinking (53,3%) dan Interpersonal understanding (55%) juga termasuk kompetensi yang kurang menonjol pada guru 4.

Dalam kompetensi developing others (53,3%) guru 4 cenderung lebih fokus mengembangkan diri sendiri dan mengembangkan anak guru 4 akan berusaha untuk melakukannya tetapi untuk menegur rekan kerjanya yang melakukan tindakan yang


(34)

tidak sesuai dengan tujuan, guru 4 cenderung tidak bertindak untuk memperbaiki kesalahan rekan kerjanya. Kompetensi conceptual thinking tampak pada saat akan menyampaikan materi guru 4 tidak mempertimbangkan tingkat kesulitan materi, sehingga apa yang harus disampaikan maka akan ia sampaikan tanpa terlebih dahulu menyusun materi berdasarkan tingkat kesulitannya. Dalam merespon ekspresi anak guru 4 merasa kurang dapat menanggapi sesuai dengan ekspresi anak, tetapi guru 4 mau dan mampu untuk mencari penyebab dari tindakan dan ekspresi yang ditunjukkan anak, hal tersebut menunjukkan kompetensi interpersonal understanding guru 4.

Dinamika kompetensi guru 5

Guru 5 memiliki nilai rata-rata kompetensi sebesar 74,46% yang berarti tergolong cukup kompeten menjadi seorang guru wali kelas di TK “X” Bandung. Guru 5 adalah guru yang baru mengajar di TK “X” Bandung. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana (S1) Sastra Inggris. Keterampilan yang dirasakan mendukung pekerjaannya adalah keterampilan membuat keterampilan, menyampaikan suatu cerita, dan bernyanyi. Sedangkan pengetahuan yang dirasakan mendukung menjadi seorang guru TK “X” adalah pengetahuannya mengenai kelainan anak, cara penyampaian program yang menyenangkan.

Kompetensi impact and influence (100%) dan directiveness/assertiveness (93,3%) adalah kompetensi yang paling dirasakan sesuai dengan dirinya dan mampu dilakukannya. Guru 5 sangat mampu mempersiapkan materi dan menyampaikan materi. Seperti memberikan penjelasan menggunkan alat peraga dan membuat program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak. Guru 5 juga akan bertindak tegas dalam memberikan larangan dan reward kepada anak.


(35)

Komptensi initiative (40%) dan Customer service orientation (46,6%) adalah kompetensi yang dirasakan kurang sesuai dan kurang mampu dilakukan oleh guru 5. Guru 5 akan bekerja maksimal apabila memang itu adalah kewajibannya dan dirasakan akan dapat mengembangkan dirinya dan juga sekolah. Tetapi guru 5 cenderung tidak mau bekerja diluar pekerjaannya sehari-hari (job descriptions) tanpa diminta. Guru 5 juga tidak mau melakukan permintaan atau kebutuhan anak dan orang tua apabila permintaan atau kebutuhan tidak memiliki tujuan yang jelas.

Dinamika kompetensi guru 6

Guru 6 memiliki nilai rata-rata kompetensi sebesar 92.1% yang berarti tergolong sangat kompeten menjadi seorang guru wali kelas di TK “X” Bandung. Guru 6 telah bekerja di TK “X” Bandung lebih dari 5 tahun, sebelum bekerja di TK “X” Bandung guru 6 pernah bekerja juga sebagai seorang guru. Karena itu guru 6 memiliki pengetahuan tentang anak dan metode mengajar. Selain itu guru 6 juga memiliki keterampilan dalam bidang Olah Raga yang mendukung pekerjaannya sebagai seorang guru TK “X” Bandung. Pendidikan terakhir guru 6 adalah sarjana (S1) dari jurusan Olahraga.

Hampir semua kompetensi yang dimiliki guru 6 dirasakan sangat sesuai dan sangat mampu dilakukannya, terutama kompetensi self confidence (100%), self Control (100%), others personal effectiveness (100%). Guru 6 memiliki kepercayaan diri baik pada saat menyampaikan materi, berhubungan dengan orang tua dan juga mengatasi keadaan kelas. Guru 6 tidak pernah membawa permasalahan pribadinya saat ia bekerja, sehingga permasalahan pribadinya tidak menganggu emosinya selama ia bekerja. Selain


(36)

itu guru 6 sangat mampu untuk menjalin hubungan dengan anak dalam keadaan apapun, meskipun pada saat anak menangis.

Kompetensi yang terendah dalam diri guru 6 yaitu kompetensi initiative (70%) dan directiveness/ assertiveness (73,3%). Guru 6 cenderung tidak melakukan pekerjaan selain pekerjaan yang memang harus dilakukan seorang guru TK “X” Bandung (job description). Tetapi apabila ia memiliki ide atau pendapat yang dapat berdampak positif untuk sekolah atau dirinya maka ia akan menyampaikannya kepada sekolah. Saat anak tidak membawa tugas atau tidak melakukan tugasnya lalu menangis guru 6 terkadang memberikan reward untuk menenangkan tangisan anak tersebut.


(37)

Tabel 4.3.2 Kompetensi setiap guru TK “X” Bandung

Penilaian Tiap Aspek Dari Tiap Guru No komp

Guru IMP DVP ITP SCF SCT OPE PEX CSO TCO ALC CCT INT FLX DRT ACH

I 15 10 12 12 14 11 9 8 13 8 7 13 11 9 15

Persentase (%) 75 66,7 60 60 56 55 60 53,3 65 53,3 46,6 65 55 60 75

Keterangan B B B B B B B B B C C B B B B

II 7 5 5 7 8 8 5 6 6 4 4 6 7 4 6

Persentase (%) 35 33,3 25 35 32 40 33,3 40 30 26,7 26,7 30 35 26,7 30

Keterangan C C D C C C C C C C C C C C C

III 15 6 12 12 13 10 8 8 13 6 6 7 9 11 9

Persentase (%) 75 40 60 60 52 50 53,3 53,3 65 40 40 35 45 73,3 45

Keterangan B C B B B C B B B C C C C B C

IV 16 8 11 15 21 18 10 9 15 10 8 6 11 13 13

Persentase (%) 80 53,3 55 75 84 90 66,7 60 75 66,7 53,3 30 55 86,7 65

Keterangan A B B B A A B B B B B C B A B

V 20 10 17 16 18 16 11 7 12 13 11 8 15 14 17

Persentase (%) 100 66,7 85 80 72 80 73,3 46,6 60 86,7 73,3 40 75 93,3 85

Keterangan A B A A B A B C B A B C B A A

VI 18 14 19 20 25 20 14 14 18 15 14 14 19 11 19

Persentase (%) 90 93,3 95 100 100 100 93,3 93,3 90 100 93,3 70 95 73,3 95

Keterangan A A A A A A A A A A A B A B A

Garis Setiap Aspek

Jumlah item tiap aspek Tidak sesuai /Mampu Cukup Sesuai /Mampu Sesuai /Mampu Sangat Sesuai /Mampu

5 0-6,25 6,25-12,5 12,5-18,75 18,75-25

4 0-5 5 mpe 10 10 mpe 15 15-20


(38)

Tabel 4.3.1 Kompetensi secara keseluruhan (profile kompetensi) No

Aspek Nama-nama aspek / kompetensi

Nilai Keseluruhan

Jawaban responden

Nilai maksimal Tiap Aspek

Jumlah item setiap aspek

Nilai maksimal jawaban tiap aspek (6 responden)

Persentase tiap aspek

1 Impact and influence 91 20 4 120 75,8

6 Other personal effectiveness competencies

(affiliative Interest) 83 20 4 120 69,2

14 Directiveness/ assertiveness 62 15 3 90 68,8

4 Self confidence 82 20 4 120 68,3

15 Achievement orientation 79 20 4 120 65,8

9 Teamwork cooperation 77 20 4 120 64,2

3 Interpersonal understanding 76 20 4 120 63,3

7 Professional expertise 57 15 3 90 63,3

10 Analytical thinking 55 15 3 90 61,1

13 Flexibility 72 20 4 120 60

2 Developing others 53 15 3 90 58,9

8 Customer service orientation 52 15 3 90 57,8

11 Conceptual thinking 50 15 3 90 55,6

5 Self control 81 25 5 150 54

12 Initiative 54 20 4 120 45

Garis Keseluruhan Aspek

Jumlah item tiap aspek Tidak sesuai /Mampu Cukup Sesuai/Mampu Sesuai /Mampu Sangat Sesuai /Mampu

5 0-37,5 37,5-75 75-112,5 112,5-150

4 0-30 30-60 60-90 90-120

3 0-22,5 22,5-45 45-67,5 67,5-90


(39)

Validit as Alat Ukur Prof ile Kompet ensi per Kompet ensi

IM P 1 14 26 72 74 TW 9 22 30 40 54

1 5 5 5 5 3 23 1 5 3 3 5 3 19 2 3 1 1 3 5 13 2 3 5 3 3 3 17 3 5 3 5 5 5 23 3 3 1 3 3 3 13 4 3 1 3 3 4 14 4 3 1 0 5 5 14 5 5 5 5 5 3 23 5 5 3 3 5 3 19

0.735597 0.58486 0.929981 0.735597 -0.38991 0.744845 0.794633 0.473016 0.358629 -0.47302 valid valid valid valid

t idak

valid valid valid valid valid

t idak valid DEV 2 27 29 45 75 AT 7 20 38 55 61

1 5 5 5 3 3 21 1 3 5 5 3 5 21 2 1 5 3 3 5 17 2 1 1 5 3 3 13 3 5 5 3 1 1 15 3 3 3 5 3 3 17 4 4 5 3 3 0 15 4 1 3 5 3 3 15 5 5 5 5 3 3 21 5 3 5 5 3 5 21

0.937969 #DIV/ 0! 0.569495 -0.05812 -0.60672 0.579066 0.903978 #DIV/ 0! #DIV/ 0! 0.979958 t idak

valid

t idak

valid valid valid valid valid valid

t idak valid

t idak


(40)

IU 3 15 28 71 73 CT 8 21 39 56 59

1 5 5 5 3 5 23 1 3 5 4 3 5 20 2 3 1 5 5 3 17 2 1 3 5 3 3 15 3 5 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 0 12 4 2 3 5 3 3 16 4 1 3 5 3 0 12 5 5 5 5 3 5 23 5 3 5 4 3 5 20

0.215166 0.581914 -0.40825 -0.95258 0.111111 0.924473 0.726372 -0.7349 #DIV/ 0! 0.345834 valid valid valid

t idak

valid valid valid valid

t idak valid

t idak

valid valid

SCF 5 19 33 36 47 INT 11 24 44 50 58

1 3 5 5 3 3 19 1 3 5 5 5 3 21 2 3 3 1 1 3 11 2 5 3 1 5 5 19 3 5 5 5 5 1 21 3 1 1 1 1 3 7 4 4 5 1 5 3 18 4 1 0 3 3 3 10 5 3 5 5 3 3 19 5 3 5 5 5 3 21

-0.72887 -0.08575 0.560112 -0.64169 0.342997 0.385922 0.950708 0.691898 0.567282 -0.20628 valid valid valid valid

t idak

valid valid valid valid valid

t idak valid


(41)

SCT 6 34 37 68 70 FLX 12 25 42 43 48

1 4 3 5 3 4 19 1 5 5 3 5 5 23 2 3 3 1 2 2 11 2 5 3 3 1 3 15 3 5 1 4 3 5 18 3 3 3 3 3 3 15 4 3 4 4 5 3 19 4 3 3 3 3 5 17 5 5 3 5 5 3 21 5 5 5 3 5 5 23

-0.1004 0.384949 -0.10999 -0.19457 -0.56358 0.579066 0.979958 #DIV/ 0! 0.903978 0.801784 valid valid valid valid valid valid valid

t idak

valid valid valid

OPEC 17 31 35 49 67 DRT 4 16 57 60 62

1 3 5 5 3 3 19 1 5 5 5 5 5 25 2 3 1 3 3 3 13 2 1 1 5 3 5 15 3 5 3 5 3 5 21 3 5 5 5 5 3 23 4 5 3 5 3 5 21 4 3 5 3 5 3 19 5 3 5 5 3 3 19 5 5 5 5 4 5 24

0.666667 0.581914 0.952579 #DIV/ 0! 0.666667 0.983974 0.835704 0.29654 0.646997 0.044023 valid valid valid

t idak

valid valid valid valid

t idak

valid valid

t idak valid


(42)

EXP 32 46 52 66 69 ACH 13 18 51 63 65

1 3 5 5 5 3 21 1 5 5 5 5 3 23 2 1 5 5 3 5 19 2 3 1 5 5 3 17 3 3 3 3 3 5 17 3 3 5 3 1 5 17 4 3 3 3 3 3 15 4 3 1 3 1 5 13 5 3 5 5 5 3 21 5 5 5 5 5 3 23

-0.08575 0.910182 0.910182 0.840168 -0.21004 0.926367 0.757937 0.757937 0.757937 -0.75794 t idak

valid valid valid valid

t idak

valid valid valid valid valid

t idak valid

CSO 10 23 41 53 64

1 5 3 5 3 5 21 2 1 5 5 5 5 21 3 5 3 0 5 3 16 4 3 3 3 5 3 17 5 5 3 5 3 5 21

-0.15715 0.404112 0.934875 -0.65991 0.989868 t idak

valid valid valid

t idak


(43)

Reliability

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S – S C A L E (A L P H A)

Reliability coefficients

N of Cases = 5,0 N of items = 55 Alpha = ,9579


(44)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah suatu lembaga yang mempunyai peran strategis terutama dalam mendidik dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam memegang estafet generasi sebelumnya (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/ files/budaya_damai_anti_kekerasan.pdf). Pengajaran yang diberikan telah diatur oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam suatu kurikulum. Kurikulum yang telah ditetapkan akan menjadi acuan materi di sekolah. Kurikulum di sekolah akan diberikan dengan sistem pengajaran yang diikuti oleh siswa didukung dengan berbagai fasilitas.

Sekolah memiliki beberapa jenjang yaitu, pertama playgroup atau kelompok bermain, ke dua Taman Kanak-kanak (TK), ke tiga Sekolah Dasar (SD), ke empat Sekolah Tingkat Pertama (SLTP), ke lima Sekolah Menengah Umum (SMU), dan terakhir Perguruan Tinggi. Pendidikan pada tingkat playgroup dan Taman Kanak-kanak adalah pendidikan yang diberikan pada saat usia dini (0-6 tahun).

Taman kanak-kanak (TK) adalah bentuk pendidikan formal atau pendidikan usia dini pada usia 4 sampai 6 tahun. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Kanak-kanak).


(45)

Pendidikan di TK berlangsung kurang lebih dua tahun, hal tersebut tergantung pada tingkat kematangan anak yang dinilai dalam rapor setiap semester. Satu tahun pertama disebut TK A (TK nol kecil) kemudian TK B (TK nol besar) (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Kanak-kanak). Setelah dua tahun di TK, jika seorang anak dinilai belum cukup matang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, dimungkinkan anak tersebut harus mengulang kembali materi TK. Selama proses pendidikan di TK berlangsung, seorang guru sangat berperan dalam membimbing dan mendidik anak.

Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Guru harus selalu memantau perkembangan siswa dan selalu mengarahkan agar siswa menjadi lebih baik. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, terutama sebagai guru profesional yang harus betul-betul menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangakan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan. Guru harus memiliki pengetahuan mengenai cara mengajar, tahap perkembangan anak dan lain sebagainya. Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh


(46)

peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa lebih optimal (Wrightman, 1977).

Guru yang kompeten sangat penting untuk mewujudkan pendidikan usia dini yang berkualitas. Pendidikan usia dini dianggap sangat penting oleh para ahli neurologi. Mereka menyatakan 50 % kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi pada usia 4 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung yaitu pendidikan keluarga, masyarakat dan sekolah (http://www.anneahira.com/pendidikan-anak-usia-dini.htm). Perserikatan Bangsa-Bangsa menyepakati “Dunia yang layak bagi anak 2002” (world fit for children 2002) yaitu mencanangkan kehidupan sehat, memberikan pendidikan berkualitas, memberikan perlindungan terhadap penganiayaan, eksploitasi dan kekerasan (http://www.bintangbangsaku.com/content/naskah-akademik-kajian-kebijakan-kurikulum-paud-03).

Walaupun berbagai upaya telah diupayakan dalam membangun anak usia dini, tetapi di Indonesia masih terdapat 26 juta anak yang belum terlayani dalam bidang pendidikan (sensus BPS 2005). Hal tersebut diperburuk dengan masih rendahnya kualitas penyelenggaraan lembaga pendidikan anak usia dini yang dilihat dari aspek standar program, proses pembelajaran yang belum mengakomodasi kebutuhan anak dan kualitas, serta kualifikasi tenaga pendidik anak usia dini yang masih tergolong rendah (http://www.scribd.com/doc /10857700/41Kajian-KurikuluM-PAUD). Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar peranan seorang guru yang kompeten sangat diperlukan.


(47)

Pendidikan usia dini yang berkualitas akan tercapai apabila pendidikan diberikan oleh guru yang memiliki kompetensi sebagai seorang guru. Kompetensi merupakan karakteristik dasar individu yang berhubungan dengan kriteria efektif dan atau performansi terbaik dalam menjalankan suatu tugas atau menghadapi suatu situasi (Spencer & Spencer, 1993). TK “X” Bandung menyatakan bahwa memperoleh guru yang kompeten dirasakan sulit. Guru yang kompeten adalah guru yang berperformansi baik dalam setiap menjalankan tugas-tugas yang dihadapi sebagai seorang guru.

Tugas-tugas guru wali kelas di TK “X” Bandung adalah guru yang setiap hari mengajar dan memperhatikan perkembangan anak. Selain itu guru wali kelas juga mempersiapkan program yang akan diberikan setiap harinya, mengevaluasi setiap anak dalam melaksanakan kegiatan di sekolah setiap hari dengan mengisi lembar evaluasi, memberikan penilaian secara deskripsi (laporan secara detil), memberikan pertanggungjawaban atas program pengajaran kepada kepala sekolah atau yayasan.

Dalam perencanaan mengajar para wali kelas di TK “X” Bandung mengadakan rapat untuk membuat rencana pengajaran selama dua minggu ke depan. Setelah mendapatkan garis besar rencana mengajar, kemudian membuat rencana pengajaran harian untuk kelas yang dipengangnya. Apabila kegiatan belajar akan diadakan di luar sekolah, harus dilakukan survei ke tempat yang akan dikunjungi. Kegiatan belajar di luar sekolah dilakukan satu bulan satu kali. Guru wali kelas juga harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai tema yang akan disampaikan kepada anak. Misalnya saat akan menyampaikan materi


(48)

mengenai kereta api, guru wali kelas harus menunjukkan bentuk kereta api, pengendaranya, tempat pemberhentiannya, fungsinya, suaranya, bahan bakarnya dan juga berbagai jenis kereta.

Selain pekerjaan harian, mingguan, bulanan dan setiap semester, para wali kelas juga biasanya menjadi panitia untuk setiap acara yang diadakan oleh sekolah. Acara yang diadakan di sekolah biasanya acara lebaran, natal, Maulid Nabi Muhammad, Paskah, ret-ret dan acara inagurasi. Saat mempersiapkan acara-acara tersebut maka para wali kelas harus bekerja sama dalam kelompok kepanitiaan (menjadi ketua, bendahara, acara dan lain sebagainya), sehingga dibutuhkan kemampuan untuk berorganisasi.

TK “X” Bandung memberikan pendidikan melalui pendekatan agama, sosial, emosional, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. TK ”X” Bandung Utara ini telah berdiri sejak tahun 2005, terdapat tiga agama (Islam, Kristen, Katolik) yang diberikan sesuai dengan agama yang dianut anak. Meskipun saat ini dalam TK “X” Bandung hanya hanya terdapat tiga agama, tetapi jika ada anak yang menganut agama yang lain maka TK “X” Bandung ini akan menyediakan guru agama sesuai dengan agama yang dianut oleh anak. Dalam hal sosio emosional anak diajarkan untuk berbagi, mengucapkan terima kasih, minta maaf dan salam. Misalnya jika seorang anak memiliki bekal makanan yang dapat dibagi (biskuit), anak diminta untuk menawarkan makanan tersebut kepada temannya. Jika mau meminta, diajarkan untuk meminta dengan sopan kemudian mengatakan terima kasih.


(49)

Olahraga dilakukan satu kali dalam satu minggu, untuk melatih motorik kasar. Motorik halus anak dilatih saat membuat karya, belajar menulis atau menggambar dan lain sebagainya. Dalam bidang kognitif setiap hari anak belajar mengenal angka, huruf dan mengenal berbagai benda yang ada di sekitarnya. Bahasa pengantar yang digunakan di TK “X” adalah bahasa Indonesia dan juga diberikan bahasa Inggris dan Mandarin. Selain itu diberikan program mengenal dan bermain alat musik dan bernyanyi. Anak juga dilatih untuk mandiri, dengan cara anak tidak boleh didampingi oleh orang tua atau suster, anak dibiasakan melakukan semua kegiatan di sekolah sendiri, seperti ke toilet, memakai baju, kaus kaki, sepatu.

Guru yang dapat melaksanakan seluruh tugas sebagai guru TK “X” dapat diperoleh dari sistem seleksi. Sistem seleksi guru wali kelas di TK “X” langsung dilakukan oleh yayasan. Dalam sistem seleksi guru yang berkualitas di TK “X” memiliki job specification tersendiri. Job specification guru TK “X” yang ditetapkan oleh yayasan dan kepala sekolah TK “X” yaitu umur minimal 21 sampai 35 tahun, minimal D-III atau S1 dari berbagai bidang studi. Selain itu dapat berbahasa Inggris secara lisan dan tulisan. Diharapkan telah memiliki pengalaman bekerja sebagai guru minimal satu tahun (menurut kepala sekolah).

Langkah seleksi pertama di sekolah TK “X” Bandung adalah yayasan dan kepala sekolah akan melihat surat lamaran pelamar. Lalu dilakukan wawancara awal mengenai identitas diri oleh yayasan. Kemudian diberikan kesempatan untuk membawakan satu program di kelas yang berumur kecil (TK A) dan satu hari mengajar kelas yang berumur lebih besar (TK B). Dalam tes kelas yang dinilai


(50)

adalah kedekatan dengan anak, sejauh mana materi disampaikan, cara penyampaian materi (bahasa dan kata-kata yang dipakai), bahasa yang digunakan saat bermain dengan anak, penguasaan kelas. Jika memenuhi penilaian tes kelas maka akan wawancara akhir mengenai gaji oleh yayasan dan akan masuk masa percobaan selama tiga bulan.

Selama tiga bulan dinilai cara bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan sistem sekolah yang sudah ada. Setelah tiga bulan dilakukan diskusi evaluasi kerja guru baru oleh teman kerja, kepala sekolah dan yayasan. Kemudian hasilnya disampaikan oleh yayasan kepada guru tersebut. Sistem seleksi yang dilakukan oleh TK “X” akan menentukan kesesuaian seorang pelamar dengan job specification yang ditentukan dan akan diterima atau tidaknya seorang pelamar, tetapi belum menentukan guru yang diterima dapat bekerja dengan maksimal atau tidak sebagai seorang guru.

Memperoleh guru yang baru dapat bekerja maksimal masih dirasakan sulit, karena para guru baru seringkali hanya bertahan bekerja hanya lima bulan. Pada tahun ajaran 2008-2010 di TK “X” Bandung, lima orang guru wali kelas mengundurkan diri. Ke lima guru tersebut mengalami sistem seleksi yang digunakan oleh TK “X”. Pergantian guru menyebabkan terus menerus penyesuaian diri bagi rekan-rekan kerja dan juga anak-anak di TK “X” Bandung. Guru baru harus diterangkan tentang tugas-tugas yang harus dilakukan di sekolah, hal tersebut cukup menyita waktu guru TK “X” Bandung. Saat tes kelas guru baru, anak-anak harus menyesuaikan diri dengan kehadiran guru tersebut, hal tersebut membuat situasi belajar mengajar menjadi sedikit kaku. Kepala sekolah


(51)

dan juga kepala program selama kurang lebih tiga bulan harus menyediakan waktu untuk menilai dan mengevaluasi kinerja guru baru. Guru baru harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan rekan kerjanya yang baru, hal tersebut membuat pembagian tugas harus dilakukan ulang dan hal tersebut membutuhkan waktu untuk guru lama dan baru bekerja sama dengan baik (menurut guru-guru wali kelas TK “X”).

Selain sistem seleksi yang dirasakan mengganggu oleh para guru TK “X” dan siswa, para guru TK “X” memiliki kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas. Kesulitan yang diungkapkan para guru seperti jika dalam satu kelas terdapat dua kelompok anak yang kemampuan dalam menangkap materi berbeda. Dari 6 orang guru, sebanyak 80% guru wali kelas merasa kesulitan akan hal tersebut karena mereka harus terus memberikan materi lebih lanjut tetapi juga harus mengulang materi dan memegang anak secara individual anak yang kurang mampu mengikuti materi. Selain itu 80% guru juga merasa kesulitan jika ada anak bermasalah, seperti hipoton (otot yang kurang kuat sehingga membuat anak tidak dapat duduk tegak dan selalu ingin bersandar) yang menimbulkan masalah psikologis, kurangnya dukungan orang tua pada materi yang diberikan seperti orang tua tidak memperhatikan tugas-tugas yang harus dikumpulkan, orang tua tidak menerapkan kedisiplinan yang diberikan di sekolah dan lain sebagainya.

Kesulitan guru dalam menghadapi anak yang bermasalah secara psikologis dibantu oleh psikolog. Tetapi seringkali para guru wali kelas merasa peran psikolog sekolah belum maksimal karena psikolog bekerja paruh waktu (2 hari dalam 1 minggu). Hal tersebut membuat komunikasi dengan anak dan juga para


(52)

guru wali kelas dirasakan terbatas. Waktu yang terbatas tersebut membuat penanganan anak yang bermasalah menjadi terhambat. Terkadang para guru juga merasa kesulitan saat menguasai keadaan kelas saat kegiatan belajar mengajar karena anak kurang tertib melaksanakan instruksi guru (guru wali kelas TK A dan TK B di TK “X Bandung).

Selain kesulitan yang dirasakan oleh para guru sendiri, terdapat beberapa hal yang dirasakan masih harus ditingkatkan oleh para guru menurut pandangan orang tua murid. Sebanyak 30% orang tua mengeluhkan para guru kurang memberikan tata krama atau sopan santun dan nilai-nilai agama pada anak. Mengenai penyampaian materi 30% orang tua berpendapat bahwa guru sebaiknya melihat pribadi masing-masing anak karena tidak semua anak sama dalam menangkap materi yang disampaikan, orang tua menganggap bahwa terkadang guru bersikap sama kepada setiap siswa. Dalam hal disiplin waktu 20% orang tua menilai bahwa guru masih kurang.

Guru terkadang terlambat saat memulai kegiatan sehingga memperlambat waktu pulang. Kemudian 30% orang tua menilai, guru kurang memberikan perhatian pada anak, kurang dalam memahami kemampuan anak, kurang memberi motivasi pada anak untuk bersikap positif. Dalam hal hubungan guru dan orang tua siswa, 70% orang tua menilai bahwa hubungan kurang terjalin karena guru dan orang tua jarang bertemu. Mereka hanya bertemu setiap pembagian rapor di akhir semester, karena itu orang tua merasa kurang mendapatkan laporan mengenai perkembangan anak atau kondisi anak sehari-hari.


(53)

Kesulitan-kesulitan yang dirasakan para guru dan keluhan dari para orang tua menjadi perhatian dari TK “X” Bandung. Selain itu TK “X” Bandung juga menyadari adanya kekurangan pendidikan yang berkualitas di Indonesia, oleh karena itu TK “X” ingin memberikan pendidikan pada anak usia dini dengan program serta tenaga pengajar yang berkualitas (http://buletinjendelahati. wordpress.com/2006/12/15/visi-kuntum-mekar/).

Spencer & Spencer (1993) mengungkapkan bahwa semua pekerjaan memiliki kompetensi-kompetensi khusus yang disusun menjadi model kompetensi, termasuk pekerjaan sebagai seorang guru. Spencer & Spencer (1993) mengungkapkan model kompetensi untuk guru yaitu general competency for helping and human service workers. Di dalam general competency for helping and human service workers terdapat 15 kompetensi. Kompetensi-kompetensi tersebut yaitu impact and influence (kemampuan memberi dampak atau pengaruh terhadap anak), developing others (kemampuan mengembangkan anak ke arah lebih baik), interpersonal understanding (kemampuan memahami respon anak saat berelasi), self-confidence (percaya diri dalam bekerja), self-control (kemampuan mengendalikan emosi saat bekerja).

Other personal effectiveness competencies (kemampuan untuk berelasi), professional expertise (kemampuan bekerja berdasarkan apa yang telah dipahami), customer service orientation (kemampuan memenuhi kebutuhan anak), teamwork cooperation (kemampuan bekerja sama), analytical thinking (kemampuan memecahkan masalah secara sistematis), conceptual thinking (kemampuan berpikir untuk menarik suatu kesimpulan dari permasalahan kecil).


(54)

Initiative (kemampuan bertindak berdasarkan kemauan diri sendiri), flexibility (kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan atau situasi yang ada), directiveness/assertiveness (kemampuan untuk melarang demi kebaikkan siswa) and achievement orientation (kemampuan berkembang untuk menjadi lebih baik) (Spencer & Spencer, 1993).

Dari survei awal peneliti melihat adanya kesulitan yang terungkap dari guru, keluhan dari orang tua dan adanya turn over yang cukup tinggi, maka peneliti merasakan bahwa penting adanya gambaran kompetensi yang tepat dalam diri seorang guru TK “X” Bandung. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti kompetensi yang dimiliki oleh guru-guru yang ada di TK “X” Bandung. Peneliti akan mengukur profil kompetensi guru di TK “X” Bandung dengan berdasarkan model kompetensi Helping and service workers umum dari Spencer & Spencer, 1993.

1.2Identifikasi Masalah

Masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah seperti apakah profil kompetensi pada guru-guru wali kelas di TK “X” Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengukur profil kompetensi guru-guru wali kelas di TK “X” Bandung


(55)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai profil kompetensi dan tingkat kompetensi guru-guru wali kelas di TK “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Penelitian ini dapat memperkaya ilmu psikologi industri dan organisasi serta psikologi pendidikan mengenai kompetensi profesi guru TK

2. Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan peneliti lain yang ingin melanjutkan atau mengadakan penelitian dengan topik yang sama mengenai kompetensi dengan menggunakan metode wawancara dan observasi, agar gambaran kompetensi setiap guru dapat tergambar lebih jelas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi mengenai profil kompetensi guru TK bagi yayasan sekolah, kepala sekolah dan juga pihak yang berwenang melakukan pengelolaan SDM berbasis kompetensi, sehingga dapat dilihat gambaran kompetensi guru wali kelas TK “X” Bandung, agar kompetensi yang dirasakan kurang dalam diri guru wali kelas dapat dikembangkan, salah satu caranya dengan meberikan training.


(56)

2. TK “X” dapat menjadikan hasil penelitian berupa profil kompetensi sebagai pertimbangan saat seleksi. Pihak sekolah mengetahui kompetensi apa saja yang seharusnya dimiliki oleh pelamar untuk menjadi Guru TK “X” Bandung. 3. Sebagai tolak ukur bagi para guru yang sedang bekerja di TK “X” Bandung

mengenai kompetensi yang seharusnya dimiliki atau dikembangkan oleh seorang guru di TK “X” Bandung.

1.5Kerangka Pikir

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Guru berperan untuk bertingkah laku dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya (Wrightman, 1977 dalam Usman Uzer, 1992). Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan, kedua inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan. Ketiga transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik. Keempat transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik. kelima organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya) (http://tyas_rahma. student.fkip.uns.ac.id/2009/09/29/peran-guru-dalam-proses-pendidikan/).


(57)

Keberhasilan seorang guru menjalankan perannya tergantung dari kemampuan guru. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru tersebut merupakan kompetensi sebagai seorang guru. Kompetensi adalah karakteristik dasar individu yang berhubungan langsung dengan kinerja efektif dan atau performansi terbaik menurut standar kriteria tertentu dalam menjalankan suatu tugas atau menghadapi suatu situasi (Spencer & Spencer, 1993). Kompetensi dipengaruhi oleh visi, misi dan tujuan pendidikan yang dimiliki sekolah. Berdasarkan model kompetensi helping and service workers umum dari Spencer and Spencer 1993 dimana profesi guru termasuk di dalamnya. Dalam penelitian ini akan diukur profile kompetensi guru TK “X” Bandung.

Berdasarkan jobs description, tujuan pendidikan dan visi misi sekolah, maka dapat diperoleh profile kompetensi seorang guru di TK ”X” Bandung. Jobs description para guru TK “X” Bandung pertama adalah bertanggung jawab atas seluruh murid dari anak datang sampai anak dijemput di TK “X” Bandung. Kedua Guru TK “X” Bandung bertanggung jawab akan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran yang telah ditentukan, dipersiapkan dan disetujui di TK “X” Bandung, dengan tujuan meningkatkan perkembangan pendidikan setiap murid di lingkungan sekolah.

Ketiga dalam pelaporan dan dokumentasi guru bertugas untuk mencatat dan mendokumentasikan berbagai informasi yang berhubungan dengan aktivitas pembelajaran maupun administrasi kelas pada buku laporan harian, rapor di akhir semester dan juga buku kenangan saat akan meninggalkan TK “X” Bandung. Keempat guru TK “X” juga diminta untuk ikut serta membuat artikel untuk


(58)

buletin dan juga ikut serta menjadi panitia di setiap acara sekolah. Kelima saat kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan field trip guru TK “X” Bandung bertugas menemani dan membantu pelaksanaan seluruh program. Guru TK “X” Bandung dapat meminta bantuan Psikolog sekolah apabila menemukan adanya hambatan belajar anak yang menjadi tanggung jawabnya, seperti memanggil orangtua murid untuk membicarakan kemajuan atau hambatan yang dialami anak.

Menurut Spencer & Spencer (1993), ada lima karakteristik yang membentuk kompetensi. Pertama adalah motives. Motives adalah pikiran atau keinginan yang secara konsisten mendorong seseorang untuk bertindak mencapai goals. Motives dapat memprediksi apa yang akan dilakukan individu dalam pekerjaan jangka panjang tanpa adanya pengawasan dari atasan. Contohnya seperti saat guru ingin dapat memberikan suatu materi mudah dipahami, maka guru akan mendorong dirinya untuk berusaha mempersiapkan materi dengan bertanya kepada orang yang lebih profesional sebagai guru, dan mencari alat peraga, hal tersebut akan dilakukannya walaupun tidak ada pengawasan.

Traits adalah karakteristik yang kedua. Traits adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten dalam memberi tanggapan terhadap situasi atau informasi. Seperti ketika guru TK “X” melihat anak yang memukul temannya maka guru TK “X” selalu harus memberi pengertian kepada anak dan mengajarkan anak untuk minta maaf pada temannya. Selain itu kondisi fisik guru harus selalu sehat dan cukup kuat untuk menggendong anak, mengejar anak yang lari dan mengatasi anak yang sedang tantrum.


(59)

Berikutnya yang ke 3 adalah self-concept. Self-concept adalah sikap, values (nilai-nilai) atau self-image seseorang. Seorang guru sebaiknya memiliki self-concept bahwa dirinya adalah guru yang bertanggung jawab maka diharapkan ia akan bersikap sebagai guru yang profesional di TK “X” selain itu memiliki penilaian bahwa peranan guru sangat penting dalam meningkatkan kualitas siswa, dengan demikian guru akan mendidik siswanya dan memperhatikan setiap perubahan kondisi siswa.

Kemudian yang keempat adalah knowledge.Knowledege adalah informasi yang diperoleh seseorang secara spesifik dalam suatu area. Knowledge akan memprediksi dengan baik apa yang dapat dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dia lakukan. Saat akan melakasanakan tugas-tugasnya sebagai guru sebaiknya guru memiliki pengetahuan mengenai anak yang akan menjadi tanggung jawabnya dan juga metode penyampaian materi yang cocok untuk digunakan pada anak TK.

Yang terakhir adalah skill. Skill adalah kemampuan untuk menampilkan tugas secara fisik atau mental. Skill terdiri dari analytical thinking dan conceptual thinking. Analytical thinking yaitu mengolah pengetahuan dan data, menjelaskan sebab akibat, mengorganisir data dan rencana. Conceptual thinking yaitu memahami bentuk-bentuk dalam data yang kompleks. Guru dapat menangani anak yang menangis karena tidak mau berpisah dengan pengasuhnya dengan menganalisa penyebab atau alasan anak sampai menangis saat perpisahan tersebut kemudian mencoba untuk mencari cara untuk mengatasinya dengan memahami alasan-alasan yang ada. Menurut The Iceberg Model (Spencer & Spencer, 1993)


(60)

kompetensi knowledge dan skill adalah kompetensi yang cenderung nyata (visible) dan relatif berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik yanglebih mudah dikembangkan daripada dengan motives, traits, dan self-concept.

Menurut Spencer & Spencer (1993), ada 15 kompetensi helping and human service workers umum untuk guru. Ke limabelas kompetensi itu adalah impact and influence, developing others, interpersonal understanding, self-confidence, self control, other personal effectiveness competencies, professional expertise, customer service orientation, teamwork cooperation, analytical thinking, conceptual thinking, initiative, flexibility, directiveness/assertiveness and achievement orientation (Spencer & Spencer, 1993). Ke 15 kompetensi tersebut yang akan dijadikan sebagai acuan kompetensi untuk menggambarkan profile kompetensi para guru TK “X” Bandung.

Kompetensi yang pertama menurut Spencer & Spencer (1993) adalah impact and influence, kemampuan guru mengekspresikan kemauan atau niat (intention) untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi siswa, atau memberikan efek pada diri siswa. Salah satu tugas yang merupakan impact and influece guru wali kelas TK “X” Bandung yaitu memberikan penjelasan sesuai dengan apa yang telah dipersiapkan sebelumnya dan memberikan contoh yang berhubungan dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa memahami apa yang dijelaskan guru.

Developing others adalah kemampuan mengembangkan diri siswa atau rekan kerja. Guru yang memiliki kompetensi developing others dapat mendidik dan memberi feedback tepat bagi siswanya. Salah satu tugas guru yang termasuk dalam kompetensi developing others seperti menuliskan keadaan siswa baik


(1)

Universitas Kristen Maranatha kurang memperhatikan, guru mengizinkan anak yang sakit untuk tidak mengikuti kegiatan di sekolah.

Directiveness/ assertiveness yaitu kemampuan untuk dapat mengatakan “tidak” jika diharuskan, memberitahukan siswa apa yang sebaiknya dilakukan pada saat-saat tertentu, menentang pelanggaran dan perilaku siswa yang buruk tanpa merasa bersalah atas tindakannya tersebut. Ketika ada anak melakukan hal yang berbahaya seperti memukul temannya, melemparkan barang maka guru harus tegas untuk melarangnya.

Dan yang terakhir adalah achievement orientation yaitu kemampuan untuk berorientasi untuk bekerja lebih baik atau memenuhi standar terbaik. Guru juga harus memiliki keinginan untuk memunculkan ide-ide baru agar kegiatan belajar tidak monoton (Spencer & Spencer, 1993). Guru mau mengikuti berbagai pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuan dirinya sehingga dapat bekerja lebih optimal dan memenuhi tuntutan dari sekolah dan juga orang tua.

Berdasarkan model kompetensi helping and human service workers umum dari Spencer and Spencer 1993, maka akan dilakukan pengukuran profile kompetensi guru di TK “X”, maka kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing guru dapat diketahui, sehingga dapat dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru. Kompetensi yang meningkat akan mempertahankan dan meningkatkan kualitas sekolah yang berdampak pada kualitas output siswa dari sekolah tersebut selain itu dapat mengurangi keluhan baik dari para orang tua dan kepala sekolah, yayasan dan rekan kerja. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari bagan berikut :


(2)

22

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Kerangka pikir

• Visi • Misi • Tugas

• Tujuan pendidikan

15 generic competency model for helping and human service workers : Impact and influence

Developing others

Interpersonal understanding Self confidence

Self control

Other personal effectiveness competencies

Professional expertise Customer service orientation Teamwork and cooperation Analytical thinking

Conceptual thinking Initiative

Flexibility

Directiveness/Assertiveness Achievement orientation

Guru w ali kelas di TK

“ X” Bandung

Kompet ensi Guru w ali kelas TK “ X” Bandung

Tingkat set iap kompet ensi guru

w ali kelas TK “ X” Bandung • Motives

Traits Self concept Knowledge Skill


(3)

69

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan terhadap para guru wali kelas di sekolah TK “X” Bandung, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dari 6 guru TK terdapat 67,7% guru yang tergolong kompeten, 16,7% guru yang kurang kompeten, 16,7% guru yang sangat kompeten.

2. Kompetensi impact and influence, other personal effectiveness competencies, directiveness/asertiveness adalah kompetensi yang paling dimiliki pada para guru wali kelas di sekolah TK “X” Bandung.

3. Kompetensi initiative, self control, conceptual thinking adalah kompetensi yang tergolong paling kurang dimiliki pada para guru wali kelas di sekolah TK “X” Bandung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :


(4)

70

5.2.1 Bagi peneliti selanjutnya

1. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut mengenai profile kompetensi pada guru dengan menambahkan metode wawancara dan observasi agar data yang diperoleh lebih tepat dan lengkap.

5.2.2 Bagi kegunaan praktis

1. Bagi yayasan dan kepala sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan recruitment, selection, training, sistem kompensasi bagi guru.

2. Untuk meningkatkan kompetensi guru yang kurang pihak sekolah dapat melakukan training, khusunya pada kompetensi conceptual thinking, self control dan initiative.

3. Bagi guru dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai performansi kerja dirinya sebagai seorang guru, sehingga guru mengetahui kompetensi apa saja yang menjadi kekurangannya sebagai seorang guru .


(5)

iii

Gulo, W. 2002.

Metodologi Penelitian

. Jakarta : PT Grasindo.

Prihadi, Syaiful F. 2004.

Assessment centre : identifikasi, pengukuran dan

Pengembagan Kompetensi

. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Spencer, M. Lyle & Spencer, M. Signe. 1993.

Competence at Works

: Models for

Superior Performance

. Canada : John Wiley & So,Inc.

Sugiyono. 2005,

Statistika untuk Penelitian

. Bandung : ALFABETA

Uzer Usman, Moh. 2006.

Menjadi Guru Profesional.

Bandung : PT. Remaja

Rosdakraya


(6)

iii

DAFTAR RUJUKAN

Dwianti, Marcelina, 2009. Studi Deskriptif mengenai Model Kompetensi Guru di

SDK “X” Bandung. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha.

Haneda, Astri, 2008. Survei mengenai Model Kompetensi pada Guru Tetap SMAN

“X” Bandung. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha.

(http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/ files/budaya_damai_anti_kekerasan.pdf)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Kanak-kanak)

(http://www.scribd.com/doc/10857700/41 Kajian-KurikuluM-PAUD)

(http://tyas_rahma.

student.fkip.uns.ac.id/2009/09/29/peran-guru-dalam-proses-pendidikan/)