Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB III

Bab Tiga

M etode Penelitian
Jenis Penelitian
Pertama-tama perlu disampaikan di sini bahwa penelitian
disertasi yang merupakan penelitian kualitatif ini muncul dari
kegelisahan peneliti terhadap masih berlangsungnya ketidakadilan
distributif di dalam masyarakat terutama di kalangan masyarakat kecil
yang kurang beruntung. Dalam hal ini mereka memiliki kesempatan
yang terbatas dalam mengakses permodalan guna peningkatan
pendapatan mereka melalui usaha kecil. Di samping tidak memiliki
jaminan untuk mengakses pinjaman modal, mereka kebanyakan
memiliki jenis usaha yang tidak bankable. Dengan demikian kondisi ini
akan tetap menempatkan mereka pada posisi yang marginal dan
selanjutnya juga menyebabkan rasio gini terus meningkat semakin
tajam yang pada saatnya akan menjadi potensi konflik yang sangat
rawan.
Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa kondisi ini
justru seringkali dimanfaatkan oleh lembaga keuangan tertentu untuk
mengambil keuntungan. M ereka berusaha mencari keuntungan di atas
penderitaan orang lain. Seperti diketahui, bahwa meskipun kalangan

masyarakat kecil tidak bankable namun mereka memiliki semangat
untuk berusaha atau berbisnis di segmen tertentu yang mungkin luput
dari sasaran para pengusaha menengah ke atas, seperti usaha warungan,
penjaja jalanan, bakul di pasar tradisional, dan sebagainya yang
omsetnya juga bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan bahkan
mereka bisa menabung dengan usaha bisnis tersebut.
Bentuk-bentuk pemanfaatan atas kondisi yang menyedihkan
dari berbagai kelompok ekonomi lemah tersebut dilakukan baik oleh
43

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

pihak rentenir gelap yang tidak memiliki badan hukum, KSP (Koperasi
Simpan Pinjam) yang berbadan hukum dengan bunga yang mencekik,
atau pun LKM S (Lembaga Keuangan M ikro Syariah) yang juga
mengambil keuntungan yang melebihi bank konvensional. M eskipun
harus diakui bahwa keberadaan berbagai lembaga jasa keuangan mikro
ini sangat dekat dan fungsional serta seringkali bertindak sebagai ‘dewa
penolong’, namun keberadaannya masih belum bisa dikontrol

sepenuhnya oleh pemerintah. Dengan demikian praktik mereka
bergantung juga kepada kondisi lapangan dan seringkali menawarkan
‘bunga premium’ kepada berbagai pihak yang sedang mengalami
kesulitan keuangan.
Persoalan yang menggelitik adalah apakah keberadaan mereka
betul-betul memiliki peran dalam ikut memberdayakan masyarakat
lokal hingga mereduksi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial yang menyebabkan semakin meningkatnya rasio gini
sebagai refleksi adanya ketidakadilan distributif. Selama ini banyak
orang cenderung memandang negatif terhadap praktik bisnis penyedia
jasa keuangan mikro yang sering dipandang sebagai praktik bisnis
yang mengeksploitasi dan memanfaatkan kondisi masyarakat di
sekitarnya yang lebih lemah. Kegelisahan peneliti semakin tidak
terbendung ketika perilaku ekonomi moderen yang cenderung
mengarah kepada praktik neo-liberalisme semakin lama semakin tidak
memberikan ruang yang memadai kepada kelompok masyarakat
ekonomi lemah, sehingga mereka seolah-olah kehilangan patron atau
pelindung ketika mereka menghadapi masa-masa sulit. Dalam
hubungan seperti itu kehadiran berbagai LKM sangat dibutuhkan.
Namun demikian kehadiran mereka saat ini masih dilematis: di satu
sisi mereka dibutuhkan terutama oleh orang-orang yang sedang

membutuhkan pembiayaan skala mikro, namun di sisi lain mereka
seringkali dipandang sebagai rent seeker yang memanfaatkan kondisi
pihak-pihak yang membutuhkan uang untuk mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya. Harus dipahami bahwa muncul dan berkembangnya LKM semacam ini juga didorong oleh kekuranghadiran
pemerintah dalam ikut menyelesaikan persoalan-persoalan golongan
ekonomi lemah.
44

Metode Penelitian

Padahal pengamatan dan sekaligus pemberdayaan yang
dilakukan peneliti selama hampir 4 tahun (sejak 2010 hingga sekarang)
terhadap sepak terjang LKM di Jawa Tengah menunjukkan terjadinya
fenomena semacam “Kebangkitan Ekonomi M ikro”, yang ditandai
dengan semakin berkembangnya UKM dan LKM secara simultan di
provinsi ini. M ereka tidak hanya mampu mengisi kekosongan ruang
ekonomi yang seringkali luput dari perhatian bank konvensional,
namun mereka juga telah berhasil mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi lokal. Dalam hal ini, LKM S telah memberikan kesan mampu
memberikan warna tersendiri, sebagai fenomena yang didorong oleh

nilai-nilai lama (Agama Islam) yang menjadi salah satu identitas utama
masyarakat Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada
khususnya.
Keberadaan LKM Syariah terus menghadapi praktik-praktik
ekonomi kapitalistik yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan
hubungan-hubungan antar manusia. Seperti kita sadari bahwa
kekuatan kapitalisme telah menguasai sendi-sendi kehidupan
masyarakat dan memberikan dampak serta turut mempengaruhi
perilaku dan pola hubungan antar masyarakat. Kajian terhadap LKM S
ini menunjukkan bahwa kelembagaan ekonomi yang didasarkan atas
nilai-nilai kearifan yang bersumber dari agama Islam ini masih bisa
menunjukkan eksistensinya, bahkan seolah-olah mampu berkembang
mereduksi “keberingasan kapitalisme” dengan wajah yang khas dan
lebih manusiawi yaitu mendorong kemunculan pengusaha-pengusaha
lokal dari lapisan non-elit yang keberadaannya dinihilkan oleh banyak
kalangan. Namun persoalan muncul: dengan semakin dalamnya
pengaruh semangat kapitalisme ke dalam berbagai lapisan masyarakat
dan dengan semakin terjadinya ekspansi bank konvensional dalam
sektor LKM S, apakah lembaga ini masih bisa mempertahankan
idealismenya untuk menolong orang-orang lemah yang tidak

beruntung? Ataukah sebaliknya mereka justru memanfaatkan
ketidakberuntungan golongan ekonomi lemah ini sebagai objek untuk
mencari keuntungan?

45

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

H ipotesa Pengarah
Perlu dikemukakan di sini bahwa penelitian ini tidak terutama
dimaksudkan untuk melakukan verifikasi atas suatu teori, namun
diperlukan hipotesa pengarah yang dapat berfungsi sebagai guiding
kemungkinan arah penelitian dan sama sekali tidak mengikat. Hipotesa
pengarah yang dirumuskan di dalam disertasi ini bersifat fleksibel,
longgar dan terbuka untuk dilakukan perubahan-perubahan bahkan
penggantian sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan.
Dalam hal ini hipotesa pengarah sesungguhnya merupakan penjabaran
dari pertanyaan penelitian berikut:
1.


Potensi LKM di Jawa Tengah.
Dengan melihat struktur ekonomi Jawa Tengah, cukup beralasan
untuk menduga bahwa Jawa Tengah merupakan lahan yang
potensial dari usaha jasa pembiayaan mikro. Hal ini terkait erat
dengan kenyataan bahwa masyarakat Jawa Tengah merupakan
masyarakat yang sedang mengalami masa transisi dari masyarakat
agraris menuju ke arah masyarakat industri. Dalam masa transisi
seperti ini beberapa fenomena yang muncul antara lain:
a) Karena tekanan perkembangan jumlah penduduk, maka
pemilikan lahan pertanian semakin terfragmentasi dalam
ukuran yang semakin kecil. Bahkan karena usaha pertanian
gurem tidak mampu lagi memenuhi skala ekonomi maka
banyak petani gurem yang menjual tanah mereka kepada
orang-orang yang memiliki modal baik yang berasal dari desa
itu sendiri maupun dari perkotaan sehingga terjadilah
konsentrasi penguasaan tanah oleh kelompok tertentu. Hal ini
mengakibatkan orang-orang yang ‘tersingkir’ seperti ini harus
menemukan penyelamat dengan melakukan bisnis kecilkecilan baik yang bergerak di bidang produksi maupun jasa
serta pemasaran. M ereka inilah yang merupakan lahan subur

bagi berkembangnya institusi pembiayaan mikro.
b) Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat perkotaan. Dengan
semakin meledaknya jumlah penduduk perkotaan di Jawa

46

Metode Penelitian

Tengah yang menampung para migran dari pedesaan, memaksa
mereka untuk juga bergerak di sektor bisnis informal yang
tentu saja membutuhkan uluran tangan dari lembaga keuangan
mikro, karena sebagian besar dari mereka tentunya tidak
bankable.
c) M asa transisi dari masyarakat pertanian menuju masyarakat
industri juga membawa konsekuensi bagi munculnya gaya
hidup yang konsumtif terhadap produk-produk teknologi
modern yang memiliki nilai simbolik dalam gaya hidup, seperti
mobil, motor, perhiasan, komputer, dan alat-alat elektronik
lainnya. Cukup beralasan untuk menduga bahwa kondisi ini
juga menjadi pendorong yang kuat bagi berkembangnya LKM

di Jawa Tengah.
2.

Perbandingan Sistem Bagi Hasil atau Bunga antara LKM S dan
LKM K di Jawa Tengah
Selama ini sudah banyak diketahui bahwa meskipun LKM Syariah
menggunakan perhitungan bagi hasil dalam kerja sama dengan
para nasabah, namun mereka mengenakan tarif yang tinggi
terhadap konsumen. Artinya konsumen dibebani dengan
tanggungan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pihak
LKM Syariah. Bahkan seringkali LKM Konvensional menarik
bunga lebih kecil jika dikonversikan dengan nilai tanggungan bagi
hasil yang harus dipikul oleh nasabah LKM Syariah. Patut diduga
bahwa pembebanan perhitungan modal bagi hasil yang lebih
tinggi yang dikenakan oleh LKM Syariah ini terkait dengan risiko
yang harus ditanggung oleh pihak LKM karena risiko terkait
dengan sifat dan posisi para nasabah yang kurang bankable.
Namun demikian dengan melihat fenomena bahwa LKM Syariah
akan bersedia memberikan jasa keuangannya kepada nasabah yang
sanggup menyediakan jaminan surat-surat berharga, maka

kebijakan LKM Syariah yang masih menarik beban bagi hasil yang
tinggi kepada nasabah diduga lebih didorong oleh keinginan
untuk memperoleh margin yang lebih tinggi. Hal ini diduga
sebagai dampak dari semangat kapitalistik yang telah merasuk
47

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

dalam dunia LKM Syariah. Dapat diduga jika mereka menyamakan
beban bagi hasil dengan bunga yang diterapkan oleh LKM
konvensional sebetulnya mereka masih tetap bisa berjalan dengan
baik.
3.

Peran LKM S dalam upaya memberikan kontribusi
mewujudkan keadilan distributif dalam masyarakat.

dalam


M engingat bahwa LKM Syariah beroperasi terutama di kalangan
masyarakat golongan bawah, yaitu pada usaha kecil dan
menengah, maka dapat dengan mudah diduga bahwa LKM Syariah
memiliki peran yang sangat signifikan dalam membantu
masyarakat golongan ekonomi lemah dalam upayanya untuk
memperoleh penghasilan yang lebih baik.
Gambaran tersebut juga memberikan makna bahwa LKM Syariah
memiliki kontribusi dalam mewujudkan keadilan distributif dalam
masyarakat. Hal ini terutama terkait dengan memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada kelompok masyarakat kecil
dalam memberikan akses yang sama untuk memperoleh modal
usaha yang dalam prinsip John Rawls disebut sebagai the principle
of fair equality of opportunity (prinsip kesamaan kesempatan yang
adil). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keuntungan
terbesar bagi orang-orang yang kurang beruntung, serta
memberikan penegasan bahwa dengan kondisi dan kesempatan
yang sama dimana semua usaha bisnis harus terbuka bagi semua
orang. Keberadaan LKM Syariah juga memberikan kesempatan
yang lebih luas kepada pengusaha kelompok kecil dan menengah
untuk mendapatkan permodalan yang sulit untuk diperoleh

melalui jasa bank
konvensional, karena mereka bukanlah
kelompok yang bankable.
4.

Kebijakan Pemerintah terhadap LKM S dalam upaya untuk
menciptakan keadilan dalam masyarakat.
Cukup beralasan untuk menduga dalam penelitian ini bahwa
pemerintah merupakan salah satu kunci yang menentukan upaya
untuk mengurangi ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan di

48

Metode Penelitian

dalam masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah juga diharapkan
bertangungjawab atas peningkatan angka kemiskinan di dalam
masyarakat. Keadilan akan tercipta jika pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang memihak kepada penciptaan keadilan itu sendiri.
Sebaliknya ketidakadilan dalam distribusi ekonomi akan muncul
jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang justru mendorong
terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan. Dalam hal ini ada dua
cara bagi pemerintah untuk mewujudkan keadilan yaitu:
meningkatkan equality of opportunity (penyamaan kesempatan)
dan melakukan redistribution (redistribusi). Dalam hal ini,
penelitian ini menduga bahwa pemerintah, khususnya pemerintah
Provinsi Jawa Tengah lebih memfokuskan pada kebijakan
penyamaan kesempatan daripada redistribusi. Namun demikian
kebijakan penyamaan kesempatan ini pun masih dilakukan secara
sporadis. Sehingga akhirnya seringkali pemerintah justru lebih
banyak bertindak sebagai wasit dan regulator kegiatan oprasional
LKM Syariah yang seringkali lebih dirasakan sebagai belenggu
kegiatan bisnis mereka.

Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pandangan yang mendasar tentang apa
yang menjadi pokok persoalan yang seharusnya dipelajari oleh suatu
cabang ilmu pengetahuan (Ritzer, 1980). Dalam buku yang berjudul
The Structure of Scientific Revolution, Thomas Kuhn (1996)
mendefinisikan paradigma dalam ilmu pengetahuan sebagai:
"Universally recognized scientific achievements that, for a time,
provide model problems and solutions for a community of
practitioners, i.e.: 1) what is to be observed and scrutinized, the kind of
questions that are supposed to be asked and probed for answers in
relation to this subject, 2) how these questions are to be structured, 3)
how the results of scientific investigations should be interpreted, 4)
how is an experiment to be conducted, and what equipment is
available to conduct the experiment”. ("Prestasi ilmiah yang diakui
internasional yang, untuk sementara waktu, memberikan model
49

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

mengenai masalah dan solusinya untuk komunitas praktisi, yaitu: 1)
apa yang harus diamati dan diteliti, jenis pertanyaan yang seharusnya
ditanyakan dan dikaji untuk jawaban-jawaban yang terkait dengan
subjek yang diteliti, 2) bagaimana pertanyaan-pertanyaan ini harus
terstruktur, 3) bagaimana hasil
penelitian ilmiah
harus
diintepretasikan, 4) bagaimana penelitian akan dilakukan, dan
peralatan apa yang digunakan untuk melakukan penelitian tersebut"
(Kuhn, 1996).
Uraian mengenai paradigma yang dirumuskan oleh Kuhn
tersebut membawa implikasi pada pilihan metodologi dan teori yang
akan dipilih dalam sebuah penelitian baik penelitian ilmu alam
maupun ilmu-ilmu sosial (Oxford English Dictionary, 2003). Secara
umum, di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dikenal adanya lima jenis
aliran paradigma, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis,
konstruktivis dan partisipatoris (Denzin and Lincoln, 2000).
Secara paradigmatik, penelitian ini akan menggunakan
paradigma konstruktivisme, mengingat adanya konstruksi sosial yang
perlu dipahami dari persepsi dan perspektif etika/moral dari komunitas
lokal tertentu, yaitu masyarakat Jawa Tengah khususnya masyarakat
muslim. Paradigma konstruktivisme merupakan paradigma di mana
kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial
dan bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam
perspektif interpretivisme (penafsiran). Paradigma konstruktivisme
dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis.
M enurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh
seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang
biasa dilakukan oleh kaum positivis.
Namun demikian paradigma konstruktivistik yang diterapkan
dalam penelitian ini tidak bersifat mutlak, sehingga membuka
kesempatan bagi paradigma lain yang bersesuaian untuk digunakan
secara selektif dalam penelitian ini, terutama paradigma teori kritis.
Dalam hal ini, paradigma teori kritis sangat bermanfaat untuk
diterapkan dalam penelitian ini. Secara umum paradigma teori kritis
50

Metode Penelitian

dalam ilmu sosial dapat didefinisikan sebagai suatu proses kritis untuk
mendorong penyadaran orang agar memiliki kemampuan untuk
“menghadapi” kondisi struktural yang mendominasi, menekan bahkan
mengeksploitasi. Untuk itu, pendekatan teori kritis tampak jelas
mempunyai komitmen yang tinggi pada terbangunnya tata kehidupan
sosial yang setara (equal), berkeadilan dalam arti terbebas (misi
pembebasan) dari suatu sistem yang mendominasi/diskriminatif,
represif dan eksploitatif. Hal ini didasarkan pada pemikiran, bahwa
ilmu sosial mestinya tidak hanya sekedar memberi pemahaman atas
ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan dan distribusi resources, serta
distribusi kesempatan tetapi seharusnya berusaha untuk ikut
membantu menciptakan kesetaraan dan kemajuan (emansipasi) dalam
kehidupan sosial masyarakat. Selain itu, paradigma teori kritis
tampaknya juga memiliki keterikatan moral untuk mengkritik status
quo dan membangun kehidupan sosial masyarakat yang lebih
berkeadilan. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Jean Paul Sartre bahwa: “...the duty of the intellectual is to denounce
injustices and abuses of power, and to fight for truth, justice, progress,
and other universal values...” (M orrow, 1994; Niuman, 1994).
Secara ontologis, paradigma konstruktivis bersifat relatif,
artinya realitas yang dipahami bersifat plural (multiple reality). Realitas
tidak dapat dinyatakan secara jelas dan pasti (intangible), konstruksi
mental didasarkan atas pengalaman yang bersifat sosial-budaya, lokal
dan spesifik, sehingga konstruksi ilmu pengetahuan tidak bersifat
obyektif-universal. Sementara itu secara epistimologi, paradigma
konstruktivis bersifat transaksional dan subyektif, di mana antara
peneliti dengan tineliti saling terkait dan interaktif. Sementara itu dari
segi metodologis, paradigma konstruktivis mendorong peneliti untuk
menggunakan metodologi hermeneutik (interpretasi makna) dan
dialektis (dialog dua arah antara peneliti dengan tineliti).
Dengan menerapkan paradigma konstruktivis peneliti dapat
memotret realitas sosial, tidak hanya realitas objektif yang berada di
luar diri orang yang diteliti (tineliti), tetapi juga realitas subjektif yang
berada di dalam diri orang yang diteliti yang menyangkut kehendak
51

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

dan kesadarannya (Hardiman, 2003). Hal ini perlu dilakukan karena di
antara kedua realitas ini memiliki hubungan timbal-balik yang saling
mempengaruhi. Selanjutnya realitas yang ditemukan dalam bentuk
objektif, berupa data, harus dicari penjelasannya melalui interpretasi,
kaitan sebab-akibatnya, sehingga ada harapan peneliti dapat menembus
gejala dan menemukan realitas subjektif.
Untuk mencapai tahapan tersebut peneliti melakukan beberapa
langkah: pertama, berjumpa dengan pribadi tineliti, bertanya dan
mendapatkan jawaban. Kedua, dengan sungguh-sungguh berusaha
memahami (verstehen) realitas tersebut. Verstehen atau interpretative
understanding digunakan untuk memahami makna perilaku sosial
(social behavior), tidak hanya sekedar mencari hubungan sebab-akibat
semata dari sebuah realitas sosial (Turner, 1998). Jika kedua langkah
tersebut dilakukan berarti seorang peneliti telah mencapai suatu tahap
yang dinamakan “mempersoalkan realitas” atau mempersoalkan
kewajaran.
Uraian di atas jelas memperlihatkan bahwa untuk melihat
realitas, peneliti mencoba untuk memahami baik dari “luar” maupun
dari “dalam” dengan cara ikut mengambil bagian di dalam realitas
tersebut. Upaya untuk memahami dari “luar” merupakan sebuah
refleksi tahap awal untuk mendapatkan perbandingan, mencari kaitan
sebab-akibat, menelusuri sejarahnya dan sebagainya. Dengan langkah
ini peneliti akan menemukan suatu struktur yang mengkondisikan
individu atau pun masyarakat untuk berpikir, berpengharapan, dan
berperilaku. Dari sini akan didapat sebuah analisis empiris tentang
realitas.
Selanjutnya upaya untuk memahami dari “dalam” dimaksudkan
untuk menemukan kompleksitas perasaan, keinginan, pikiran-pikiran
yang berkaitan dengan persoalan yang menjadi fokus penelitian ini.
Dengan kata lain upaya ini dilakukan untuk memahami realitas bathin.
Dengan upaya pemahaman dari dalam (understanding from within) ini
peneliti akan menemukan bahwa suatu masalah bukan hanya sematamata bersifat material yang objektif tetapi juga tidak dapat dipisahkan
dengan penghayatan bathin dan kesadaran individu ataupun kelompok
52

Metode Penelitian

masyarakat sesuai
kebenarannya.

dengan

nilai-nilai

yang

mereka

yakini

Namun demikian juga menyadari bahwa realitas sosial bukan
merupakan sesuatu yang statis secara sinkronis (potret sesaat) tetapi
juga dinamis dari perspektip diakronis (perkembangan sejarah). Perlu
dipahami bahwa realitas tidak selalu mirip dengan potret sebelumnya
karena sifatnya yang dinamis, bergerak, mengalir dalam proses sejarah.
Karenanya dinamika permasalahan yang ditemui di lapangan pun tidak
mungkin diprediksi hanya berdasarkan asumsi teoritik yang ketat.
Temuan-temuan di lapangan menunjukkan bahwa ternyata
terdapat kompleksitas permasalahan struktural yang dihadapi oleh
kelompok-kelompok masyarakat ekonomi lemah sehingga tidak
memungkinkan mereka untuk memperoleh keadilan. Kenyataan itu
mengisyaratkan bahwa implementasi paradigma konstruktivis belum
sepenuhnya cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hal itu
terkait dengan ketidakmampuan paradigma konstruktivis untuk
mampu menjawab pertanyaan penelitian yang berdimensi strukturalis,
karena paradigma ini hanya berada dalam tataran memahami subyek
penelitian tanpa upaya untuk melakukan perubahan. Upaya untuk
mencapai tujuan tersebut tampaknya bisa dilakukan secara kritis
dengan melakukan “negosiasi” atau “kesepakatan” dengan mencapai
suatu kebenaran obyektif melalui “mediasi” dan upaya menuju
“kesepakatan” antara kelompok lapisan bawah yang tidak beruntung
dengan lapisan atas yang memiliki banyak akses terhadap sumbersumber ekonomi sehingga sesuai keadilan distributif, bisa dikondisikan
lebih baik.
Pengawinan antara metodologi paradigma konstruktivisme
dengan metodologi paradigma teori kritis ini cukup beralasan karena
keduanya memiliki kesamaan yaitu bersifat hermeneutical dan
dialektical. Dalam hal ini teori muncul berdasarkan data yang ada
dan difokuskan pada konstruksi, rekonstruksi dan elaborasi suatu
proses sosial (Salim, 2001). Dalam hal ini, teori kritis dan konstruktivis,
menempatkan nilai, etika dan pilihan moral dalam posisi yang sama di
mana peneliti berperan sebagai passiorate participant (partisipan yang
53

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

bergairah/ bersemangat), fasilitator yang menjembatani subjektivitas
pelaku sosial, karenanya faham ini memiliki tujuan penelitian untuk
merekonstruksi realitas sosial secara dialektik antara peneliti dengan
tineliti.
Sebelumnya, perlu ditegaskan di sini bahwa pilihan untuk
menggunakan pendekatan konstruktivis dan teori kritis secara
simultan dalam penelitian ini juga merujuk pada prinsip-prinsip
triangulasi, baik berupa triangulasi teori maupun metode serta
triangulasi antara peneliti dan tineliti, ketika istilah responden atau
informan sudah melebur bersama peneliti untuk “bernegosiasi”
mengenai realitas sosial yang secara bersama-sama mereka hadapi.

M etode Penelitian
Penggunaan secara simultan paradigma penelitian konstruktivis
dan sekaligus teori kritis mengandung konsekuensi dalam penggunaan
metode penelitian, yaitu metode kualitatif. Sesuai asumsi ontologis
pendekatan kualitatif bahwa realitas bersifat subyektif dan multiple
oleh para partisipan, serta asumsi epistemologis tentang interaksi
antara peneliti dan tineliti (Creswell, 1994), maka studi ini
mengharuskan peneliti untuk melakukan penelitian lapangan
(fieldwork). Dalam panelitian lapangan inilah, peneliti hadir secara
fisik di antara orang-orang dengan segala kompleksitas latar
belakangnya, lokasi dan institusi untuk mengobservasi dan mencatat
segalanya secara langsung. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti
merupakan instrumen utama.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah penggabungan metode etnografi dan metode partisipatif.
M etode etnografi, merupakan salah satu metode kualitatif yang paling
direkomendasikan dalam melakukan sebuah penelitian yang
menggunakan
paradigma
konstruktivisme.
Studi
etnografi
sebagaimana dikenal dalam ilmu-ilmu sosial dikenal juga dalam
batas-batas tertentu sebagai studi kasus. Dalam penelitian yang
54

Metode Penelitian

menggunakan metode ini, dilakukan pengkajian yang mendalam
terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus
dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan
pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan
hasilnya (Koyan, 2013). Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman
yang mendalam tentang mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi dan
dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya (Flyvbjerg, 2006). Dalam hal
ini, studi kasus merupakan salah satu strategi yang paling tepat
untuk digunakan
menjawab pertanyaan penelitian “mengapa”
(deskriptif) dan “bagaimana” (eksplanasi) sebagaimana yang
diungkapkan dalam penelitian ini.
M etode etnografi dengan strategi studi kasus ini
memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan yang luas dari hal
yang kecil. Penekanan metode ini adalah suatu interpretasi dengan
fokus etnografis dalam berbagai kondisi dan peristiwa-peristiwa
kecil dan waktu riil. Dalam hubungan itu, seorang peneliti dituntut
untuk berusaha menangkap irama dan cara berpikir pola kerja sistem
berpikir mereka. Dalam hal ini peneliti ditarik untuk mengkaji banyak
detail dan menempatkan dirinya dalam pengertian “hadir di sana”
(being there), baik secara intelektual maupun emosional.
Dalam hal ini, penelitian ini mengangkat studi kasus KSU Cari
M akmur dan KSU BM T Rizky Prima yang terdapat di Provinsi Jawa
Tengah. Studi kasus ini diharapkan mampu merefleksikan tentang halhal yang terkait dengan LKM Syariah di Jawa Tengah yang dapat
mencakup dimensi yang luas seperti kehidupan masyarakat baik
pemilik maupun nasabah, sejarah kelembagaan LKM, cara berpikir dan
perilaku baik pemilik maupun nasabah, fungsionalisasi organisasi,
aktivitas sosial, dan lain-lain.
Sementara itu, metode partisipatif menggunakan analisis
komperehesif, kontekstual dan multi level yang bisa dilakukan melalui
penempatan diri sebagai aktivis atau partisipan
dalam proses
tranformasi sosial. Satu hal mendasar dari metodologi partisipatif
adalah upaya kritisnya untuk tidak menempatkan pihak yang diteliti
sebagai obyek (seperti yang terjadi dalam metodologi positivistik),
55

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

namun memposisikan mereka sebagai subjek yang secara bersama-sama
dengan peneliti menciptakan pengetahuan melalui proses refleksi diri.
M asyarakat harus mampu melihat masalah mereka sendiri sebagai
orang yang terlibat sehingga dari segi ontologis dan historis menjadi
lebih manusiawi (Fernandes dan Tando, 1993).
Dalam konteks ini menumbuhkan kesadaran diri sendiri (self
reflection) dan aksi (action) merupakan hal penting, karena dengan
begitu masyarakat tidak keliru ketika berupaya memisahkan antara
nilai-nilai kemanusiaan dan bentuk sejarah. Oleh karena itu, pusat
perhatian kritik sosial
adalah mengembangkan pengertian
hubungan antara pengetahuan (knowledge) dan aksi (action).
Pokok pikirannya berangkat dari satu kerangka pemikiran
emansipatoris (pembebasan manusia).
Dengan bertumpu pada konsep refleksi diri, kritik sosial
berusaha menghindarkan diri dan tidak berkutat dengan prinsip umum
(teori), tetapi lebih memberikan perhatian pada kesadaran untuk
membebaskan manusia dan masyarakat dari belenggu pemikiran yang
mencerminkan ketidakadilan. Selain itu metode ini juga berupaya
untuk senantiasa mengkritisi terus-menerus sistem pengaturan
masyarakat dan perbagai sistem pengetahuan yang dianggap mapan.
Dalam aplikasinya, kritik diabdikan sebagai sarana untuk
menghadirkan analisis yang akurat tentang sifat masyarakat demi
terjaminnya kebebasan dari ketertindasan untuk menciptakan keadilan
yang didambakan oleh semua pihak. Dalam hubungan ini, peneliti
telah melakukan penelitian sejak 2006. Penelitian dimulai dengan
memahami subjek penelitian dengan LKM Syariah di Jawa Tengah dari
“luar” melalui serangkaian pengumpulan data sekunder seperti data
monografi, statistik, media massa, dokumentasi, dan sebagainya.
Setelah itu pemahaman dari dalam dilakukan dengan melakukan
aktivitas dalam metode etnografi dan partisipatif.
Sementara itu subjek penelitian atau tineliti yang merupakan
sumber penelitian itu sendiri adalah peneliti sendiri, benda, hal, atau
para aktor yang menjadi fokus penelitian ini, tempat data untuk
variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Koyan, 2013).
56

Metode Penelitian

M etode penelitian etnografis dan partisipatif dilakukan peneliti baik di
dalam KSU BM T Rizki Prima maupun KSU BM T Cari M akmur yang
semuanya terletak di Jawa Tengah. Selain itu representasi para nasabah
kedua LKM tersebut juga menjadi subjek yang sangat penting dalam
penelitian disertasi ini.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik pengamatan berperan serta (participant-observation),
Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam secara
langsung pada tineliti. Secara garis besar tineliti utama yang
merupakan sumber data dalam penelitian disertasi ini dikategorikan
dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok penyedia layanan jasa
keuangan yakni institusi LKM Syariah terpilih dan kelompok pengguna
layanan jasa keuangan mikro yakni para nasabah LKM Syariah.
1) W awancara
Teknik pengumpulan data wawancara dilakukan dengan cara
wawancara mendalam yang secara garis besar dilakukan pada dua
kelompok sebagai aktor kegiatan LKM Syariah dan Konvensional
sebagai pembanding, yaitu para aktor yang tercakup dalam penyedia
jasa keuangan mikro dan para nasabah yang sebagian besar terdiri dari
para pengusaha kecil di samping ada juga para nasabah yang bukan
merupakan pengusaha. W awancara dengan penyedia jasa pada BMT
Rizky Prima antara lain dilakukan dengan Budi Ruswanto (M anager),
dan Fitri Nurhidayah (Kepala Bagian Operasional). Sementara itu
wawancara dengan anggota dan nasabah BM T Rizky Prima antara lain:
Fitri (pedagang kelontong), Udin (pedagang yang berkerja sama dengan
sistem musyarakah), Sugeng (anggota aktif menabung dan meminjam
dengan pembiayaan murabahah), Agus (anggota aktif menabung dan
meminjam dengan pembiayaan ijarah), Amin (anggota aktif menabung

57

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

dan meminjam dengan simpanan berjangka syariah), dan Sugianto
(pengusaha tahu bakso Asy Syifa, anggota aktif menabung).
Sementara itu wawancara dengan penyedia jasa pada KSU Cari
M akmur dilakukan dengan Suripto (Ketua KSU Cari M akmur yang
juga pengurus DEKOPINDA), Hermin Tofiantini (Sekretaris), Imam
Supardi (Bendahara), dan Heni Lestari (Kabag Administrasi).
Sedangkan wawancara dengan anggota dan nasabah KSU Cari M akmur
dilakukan antara lain dengan Sudarsih (anggota yang memiliki usaha
menjahit kerudung), Andika (anggota yang merupakan pensiunan),
Sutikno (anggota yang aktif menabung dengan simpanan berjangka
Camar Investasi), M atsuri (anggota yang juga merupakan pesuruh
koperasi yang aktif menabung serta peminjam yang mendapatkan
bantuan beasiswa untuk anaknya di bangku sekolah dasar), Ibu Iwan
M ahmudi (anggota yang merupakan penjual warungan dan
mendapatkan bantuan beasiswa untuk anaknya di SM P), Suminah
(anggota sebagai pengusaha srabi keliling, mendapatkan bantuan
beasiswa untuk anaknya di SM P), dan Sri M ulyani (anggota, pengusaha
warung makan, dan kelontong, anggota aktif menabung maupun
peminjam yang dari pinjaman untuk pengembangan usaha ini bisa
menghantarkan anak-anaknya bisa lulus kuliah S2).
Selain itu wawancara juga dilakukan dengan bapak Sujarwanto
Dwiatmoko, Kepala Dinas Koperasi dan UM KM Provinsi Jawa Tengah
yang merumuskan kebijakan teknis di bidang Koperasi dan Usaha
M ikro Kecil dan M enengah, penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan pelayanan umum bidang koperasi dan usaha mikro kecil dan
menengah, pembinaan dan fasilitasi bidang Koperasi dan Usaha M ikro
Kecil dan M enengah lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah.
W awancara mendalam ini dilakukan dalam rangka untuk
mendapat gambaran yang komprehensif tentang dinamika kemunculan
dan perkembangan LKM Syariah dan LKM Konvensional dari waktu
ke waktu. M eskipun peneliti telah berulangkali melakukan obervasi
partisipasi (pengamatan berperan serta) dalam waktu yang cukup
panjang terhadap tineliti, namun harus diakui bahwa melakukan
58

Metode Penelitian

wawancara mendalam secara langsung pada tineliti bukanlah perkara
mudah. Pada awalnya, peneliti sering mendapatkan penolakan
dengan berbagai alasan. Ada kemungkinan bahwa para pengelola LKM
khawatir ada kesalahan prosedur yang akan diketahui pihak lain
sehingga akan berimplikasi pada persoalan hukum. Oleh karena itu
peneliti berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa melakukan
pendekatan secara intensif kepada mereka. Akhirnya peneliti
memperoleh jalan yang efekstif dan efisien untuk melakukan
pendekatan dengan cara memanfaatkan LSM yang dimiliki oleh
peneliti untuk menjalin kerja sama dengan LKM dengan cara
melakukan konsultasi, pendampingan, dan pelatihan. Dengan cara
demikian hubungan antara peneliti dengan tineliti menjadi semakin
dekat dan hal ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data
yang sangat diperlukan dalam penelitian disertasi ini.
Dalam melakukan wawancara, pedoman wawancara digunakan
agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan
penelitian. W awancara dilakukan oleh peneliti terhadap dua kelompok
utama tineliti yang telah disebut di atas. Alat perekam berguna sebagai
alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi
pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat
jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam
dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari tineliti untuk
mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
W awancara penelitian ini dilakukan kepada nasabah di LKM S (KSU
BM T Rizky Prima) dan LKM Konvensional (KSU Cari M akmur) serta
pihak pengelola LKM S (KSU BM T Cari M akmur) dan LKM
konvensional (KSU Cari M akmur).
Sebagai tambahan, peneliti juga melakukan wawancara
mendalam dengan sejumlah informan kunci dan tokoh pemerintahan
di tingkat propinsi dan kabupaten yang menangani lembaga keuangan
mikro. M ereka memiliki informasi yang luas dan kredibel terkait
dengan keberadaan kegiatan usaha pelayanan jasa keuangan mikro di
Jawa Tengah.

59

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

2) Focused Group Discussion
Selain
melakukan wawancara
mendalam peneliti juga
menyelenggarakan FGD dengan sejumlah informan secara simultan,
yaitu antara pemilik, pengelola, dan nasabah dengan cara membentuk
forum diskusi sehingga masing-masing pihak dapat menyampaikan
aspirasi mereka. M elalui forum ini peneliti memiliki bekal yang cukup
untuk melakukan konstruksi terhadap konsep keadilan yang
merupakan hasil dialog dari berbagai pihak yang berbeda kepentingan.
FGD tidak dilakukan dengan tehnik yang ketat, namun
disesuikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Kadang-kadang
FGD dilakukan di salah satu ruang kantor LKM yang bersangkutan.
Namun kadang-kadang juga dilakukan di luar ruangan sambil
menikmati hidangan sehingga suasananya menjadi lebih santai. Dalam
hal ini, FGD dilakukan secara terpisah antara BM T Rizki Prima dan
KSU Cari M akmur.
3) Kuesioner
Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
wawancara secara tertulis. Penggunaan metode ini memiliki
keuntungan dibandingkan dengan metode wawancara lisan, namun
juga memiliki kekurangan. M etode kuesioner memiliki keuntungan
dalam hal ketiadaan penggunaan alat bantu lain seperti kertas untuk
melakukan pencatatan, pena maupun alat perekam sehingga lebih
praktis. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa peneliti tidak dapat
melakukan eksplorasi lebih mendalam terhadap objek yang akan
diteliti. Informasi yang diperoleh hanya berdasarkan pada pertanyaan
yang sudah ditulis dalam kuesioner. Kuesioner diberikan secara
representatif kepada pihak pengelola maupun nasabah LKM baik BM T
Rizky Prima maupun KSU Cari M akmur. Dengan demikian akan
terjaring informasi yang cukup mewakili dalam rangka merekonstruksi
realitas sosial ekonomi dalam masyarakat terkait dengan keadilan
distributif.

60

Metode Penelitian

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (yang
dalam penelitian kualitatif merupakan asumsi-asumsi) seperti yang
disarankan oleh data. Analisis data dilakukan sepanjang proses
penelitian, mulai sejak awal atau pada saat pengumpulan data
dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan
lapangan penelitian. Analisis data kualitatif ini merupakan proses
berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap
data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan
singkat sepanjang penelitian (Rahmat, 2009).
M etode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis data kualitatif yang terdiri dari dua
bagian. Pertama analisis data kualitatif yang merupakan
hasil
penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang
hubungan antara berbagai ketegori data untuk membangun
pemahaman konseptual tentang realitas berdasarkan temuan data
empirik. Analisis dilakukan terhadap data yang dihasilkan dari
pengamatan langsung secara berpartisipasi, FGD dan wawancara
mendalam saat penelitian. Analisis juga mencakup data yang dapat
dikategorikan sebagai data sejarah baik tentang kejadian masa lampau
maupun kontemporer yang terkait dengan gejala sosial yang diteliti.
Bagian kedua merupakan pengkategorian data yang dilakukan
sesuai dengan rumusan pertanyaan yang diajukan untuk
mempermudah interpretasi, seleksi dan penjelasan dalam bentuk
deskripsi analisis. M eskipun demikian, sejumlah data dalam studi ini
tidak semuanya terkait langsung dengan pertanyaan penelitian. Namun
data ini merupakan sesuatu yang sangat bernilai bagi peneliti dalam
upaya untuk memberikan perspektif yang lebih luas terhadap konteks
keadilan dalam masyarakat terkait dengan peran LKM .

61

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

Dalam kaitan tersebut peneliti juga menempuh sejumlah
langkah agar kredibilitas penelitian dapat ditingkatkan, yaitu melalui:
1)

Triangulasi. Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan
data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Adapun teknik triangulasi yang banyak digunakan dalam
pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Dalam buku Lexy. J. M oleong, “M etode Penelitian
Kualitatif”, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
Dalam triangulasi dengan sumber yang terpenting adalah
mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan
tersebut. Sementara itu triangulasi dengan metode terdapat dua
strategi yakni, pengecekan derajad kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan
derajad kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Triangulasi dengan memanfatkan penggunaan penyidik atau
pengamat yang lainnya membantu mengurangi penyimpangan
dalam pengumpulan data. Sementara itu triangulasi dengan teori,
menurut Lincoln dan Guba dalam buku Lexy. J. M oleong, M etode
Penelitian Kualitatif adalah berdasarkan anggapan bahwa fakta
tertentu tidak dapat diperiksa derajad kepercayaannya dengan satu
atau lebih teori. Dalam mengecek keabsahan atau validitas data
menggunakan teknik triangulasi. Data atau informasi dari satu
pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu
dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya
dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuannya
ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang
diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat

62

Metode Penelitian

kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya
subjektif.
Triangulasi
dilakukan
oleh
peneliti
dengan
mengklarifikasi data dan informasi yang berasal dari berbagai
sumber informasi dan cara pengumpulan data yang berbeda.
Selain dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan secara
intensif terhadap informan kunci melalui diskusi atau FGD, data
juga diperoleh dari wawancara bebas dengan aparat
pemerintahan dan informan yang ditemui secara sengaja atau
secara kebetulan. Hal yang sama juga dilakukan terhadap para
klien atau nasabah LKM S dari tineliti.
Selain sumber primer, peneliti juga memanfaatkan data
dari sumber-sumber sekunder dari berbagai instansi dan arsip,
laporan serta buku yang terkait penelitian.
M asukan tineliti dan informan kunci. Hasil penelitian yang
berupa disertasi dan sejumlah makalah yang merupakan substansi
disertasi secara berkala dipresentasikan dan didiskusikan pada sejumlah
forum baik formal maupun informal yang kadang dihadiri tineliti,
informan dan aparat pemerintahan (yang pernah diwawancarai)
untuk mendapatkan masukan dan kritikan. Selain itu peneliti juga
mepresentasikan hasil penelitian ini dalam forum internasional yang
diselenggarakan di Singapura tanggal 1 hingga 3 Agustus 2014, yaitu
dalam “International Seminar First Asia Pacific Conference on Global
Business, Economics, Finance and Social Sciences AP 14 Singapore
Conference, Dalam forum yang dihadiri oleh 48 pemakalah dari 16
negara itu peneliti mempresentasikan makalah dengan judul: Prospects
of Islamic M icrofinance Institutions in Scale M icro Business Funding
Support for Poverty Reduction in Indonesia.

Tahapan Penelitian
Secara garis besar kegiatan penelitian disertasi ini dapat dibagi
menjadi dua tahap utama, yaitu tahap pra-penelitian dan tahap
63

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

penelitian itu sendiri. Tahap pra-penelitian sebetulnya telah dilakukan
pada saat peneliti mengajukan lamaran masuk Program Studi Doktor
Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya W acana, Salatiga pada
tahun 2009. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk mendapatkan
gambaran aktual dan komprehensif, serta menghimpun sejumlah data
aktual yang terkait dengan rencana tineliti. Pra-penelitian tersebut,
dilakukan dengan melakukan studi pustaka di berbagai lembaga
dokumentasi dan perpustakaan. Selain itu peneliti juga mengunjungi
sejumlah kantor pemerintahan, baik di kelurahan dan kecamatan
terkait, serta Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan
data sekunder. Selain itu peneliti juga mulai mengunjungi BM T Rizki
Prima dan KSU Cari M akmur untuk mendapatkan gambaran awal
mengenai profil tineliti.
Dengan menggunakan data hasil pra-penelitian tersebut,
peneliti berhasil menyusun perencanaan dan proposal penelitian.
Setelah melakukan berbagai konsultasi dan diskusi baik dengan
promotor dan kopromotor, akhirnya peneliti berhasil memperbaiki dan
menyempurnakan proposal penelitian serta melakukan penajaman
permasalahan dan fokus penelitian.
Setelah tahap pra-penelitian selesai dengan hasil desain
penelitian yang cukup ideal, peneliti melanjutkan langkah selanjutnya
yaitu melakukan tahap penelitian lapangan yang dilakukan sejak tahun
2011. Berbagai langkah telah peneliti lakukan untuk melakukan
pengumpulan data baik melalui observasi partisipasi, wawancara, FGD,
maupun penyebaran kuesioner. Selanjutnya pengolahan dan analisis
data dilakukan sehingga menghasilkan temuan-temuan empiris yang
menjadi bahan penulisan disertasi ini. Kesimpulan kemudian dapat
dirumuskan untuk menjawab tujuan dari penelitian yang dilakukan.
Untuk mempermudah pemahaman tentang tahap penelitian
yang dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:

64

Metode Penelitian

Studi Pustaka
Awal

Tahap
Perencanaan

Penajaman
Fokus dan
Rumusan
Masalah
Penelitian

Analisis

Pelaksanaan
Penelitian
Lapangan

Temuan
Empiris

Simpulan
Penelitian,
Rekomendas
, Saran

Reduksi Data

Gambar 3.1: Tahapan Penelitian

Lokasi Penelitian
Sasaran utama penelitian ini adalah dua Lembaga Keuangan
M ikro yang merepresentasikan Lembaga Keuangan M ikro Syariah
(LKM S) dan sebagai pembandingnya adalah Lembaga Keuangan M ikro
Konvensional (LKM K). Studi kasus untuk LKM S adalah Koperasi Serba
Usaha (KSU) BM T Rizky Prima yang memiliki kantor pusat di
Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang,
sedangkan studi kasus untuk LKM K adalah KSU Cari M akmur yang
berkantor pusat di Kelurahan Kalicari, Kecamatan Pedurungan, Kota
Semarang.
Adapun yang dijadikan sebagai tineliti adalah para pendiri dan
direksi serta karyawan dari kedua LKM tersebut. Selain itu para
nasabah atau klien kedua LKM tersebut juga dijadikan sebagai tineliti
yang sangat penting. M ereka tersebar di berbagai wilayah di daerah
Kecamatan Semarang Timur. Tineliti juga mencakup para pengambil
kebijakan di bidang LKM , yang dalam hal ini adalah Bp.Sujarwanto
Dwiatmoko, Kepala Dinas Koperasi dan UM KM Provinsi Jawa Tengah,
65

Keadilan Distributif: Studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa
Tengah

yang merumuskan kebijakan teknis di bidang Koperasi dan Usaha
M ikro Kecil dan M enengah di Jawa Tengah serta pembinaan dan
fasilitasi bidang Koperasi dan Usaha M ikro Kecil dan M enengah
lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

66

Dokumen yang terkait

Peran lembaga keuangan mikro Syariah dalam melakukan pembiayaan di sektor Agribisnis (studi BMT Miftahussalam Ciamis Koppontren Al-ittfaq Bandung)

0 25 107

Respon Masyarakat Non Muslim Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Lkms) (Study Kasus Pada Masyarakat Non Muslim Di Depok)

1 6 103

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB V

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB VI

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah D 902009003 BAB VII

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keadilan Distributif: studi tentang Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Jawa Tengah

0 0 22

PAPER MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (1)

0 0 11