STUDI KASUS PUTUSAN MA NO. 185K/PID/2014 TENTANG PERKARA HUTANG PIUTANG YANG DIVONIS HAKIM SEBAGAI TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DITINJAU BERDASARKAN PASAL 372 KUHP.
STUDI KASUS PUTUSAN MA NO. 185K/PID/2014 TENTANG PERKARA
HUTANG PIUTANG YANG DIVONIS HAKIM SEBAGAI TINDAK PIDANA
PENGGELAPAN DITINJAU BERDASARKAN PASAL 372 KUHP
KARINA PURNAMASARI
NPM. 11011090018
ABSTRAK
Manusia sebagai subjek hukum yang hidup saling berinteraksi dengan
sesamanya seringkali menimbulkan ikatan di antara mereka. Berinteraksi
semacam itu berarti melibatkan lebih dari satu pihak, dalam artian masingmasing pihak bertujuan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan.
Mengingat sifatnya personal, di Indonesia pengaturannya dapat dijumpai
dalam Buregerlijk Wetboek (BW) atau yang sudah dikenal dengan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yakni sebagai salah satu
bentuk dari Hukum Privat. Masalah perikatan yang dilakukan oleh anggota
masyarakat dapat dijumpai aturannya dalam Buku III tentang Perikatan,
ketentuannya diatur dalam Pasal 1233 BW dinyatakan perikatan itu dapat
lahir dari perjanjian. Dalam praktik penegakkan hukum terdapat perbedaan
pendapat terkait penentuan apabila salah satu pihak tidak memenuhi
perjanjian/kesepakatan. Pendapat pertama mengatakan bahwa hal itu
merupakan wanprestasi, namun pendapat kedua mengatakan bahwa
permasalahan tersebut merupakan tindak pidana berupa penipuan atau
penggelapan. Pendapat pertama mendasarkan pada suatu argumentasi
bahwa tidak terpenuhinya perjanjian/kesepakatan maka ada sebuah prestasi
yang tidak tercapai, sehingga pihak yang dirugikan akan memperjuangkan
haknya dengan mengajukan gugatan ke pengadilan.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah spesifikasi penelitian
deskriptif analsisis dengan pendekatan yuridis normatif, dengan
menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan. Metode anallisis data dengan analisis
yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa, antara
tindak pidana penipuan dengan tindak pidana penggelapan dapat dibedakan
dari adanya niat untuk melakukan tindak pidana. Pada tindak pidana
penipuan niat untuk melakukannya sebelum barang dikuasai oleh pelaku,
sedangkan pada tindak pidana penggelapan niat itu baru ada setelah barang
dikuasai. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah. Jenis-jenis alat bukti
yang sah menurut hukum yang tertuang dalam KUHAP yaitu keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.
iv
HUTANG PIUTANG YANG DIVONIS HAKIM SEBAGAI TINDAK PIDANA
PENGGELAPAN DITINJAU BERDASARKAN PASAL 372 KUHP
KARINA PURNAMASARI
NPM. 11011090018
ABSTRAK
Manusia sebagai subjek hukum yang hidup saling berinteraksi dengan
sesamanya seringkali menimbulkan ikatan di antara mereka. Berinteraksi
semacam itu berarti melibatkan lebih dari satu pihak, dalam artian masingmasing pihak bertujuan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan.
Mengingat sifatnya personal, di Indonesia pengaturannya dapat dijumpai
dalam Buregerlijk Wetboek (BW) atau yang sudah dikenal dengan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yakni sebagai salah satu
bentuk dari Hukum Privat. Masalah perikatan yang dilakukan oleh anggota
masyarakat dapat dijumpai aturannya dalam Buku III tentang Perikatan,
ketentuannya diatur dalam Pasal 1233 BW dinyatakan perikatan itu dapat
lahir dari perjanjian. Dalam praktik penegakkan hukum terdapat perbedaan
pendapat terkait penentuan apabila salah satu pihak tidak memenuhi
perjanjian/kesepakatan. Pendapat pertama mengatakan bahwa hal itu
merupakan wanprestasi, namun pendapat kedua mengatakan bahwa
permasalahan tersebut merupakan tindak pidana berupa penipuan atau
penggelapan. Pendapat pertama mendasarkan pada suatu argumentasi
bahwa tidak terpenuhinya perjanjian/kesepakatan maka ada sebuah prestasi
yang tidak tercapai, sehingga pihak yang dirugikan akan memperjuangkan
haknya dengan mengajukan gugatan ke pengadilan.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah spesifikasi penelitian
deskriptif analsisis dengan pendekatan yuridis normatif, dengan
menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan. Metode anallisis data dengan analisis
yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa, antara
tindak pidana penipuan dengan tindak pidana penggelapan dapat dibedakan
dari adanya niat untuk melakukan tindak pidana. Pada tindak pidana
penipuan niat untuk melakukannya sebelum barang dikuasai oleh pelaku,
sedangkan pada tindak pidana penggelapan niat itu baru ada setelah barang
dikuasai. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah. Jenis-jenis alat bukti
yang sah menurut hukum yang tertuang dalam KUHAP yaitu keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.
iv