Tindak Pidana Pemerkosaan Seorang Ayah Kepada Anak Kandung Ditinjau Dari Psikologi Kriminil (Studi Kasus Putusan NO.166/PID.B/2009/PN-KIS)

(1)

TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN SEORANG AYAH

KEPADA ANAK KANDUNG DITINJAU DARI PSIKOLOGI

KRIMINIL

(STUDI KASUS PUTUSAN NO.166/PID.B/2009/PN-KIS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk Melengkapi Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

NIM. 060200032

ULFA HAYATI NASUTION

KETUA JURUSAN HUKUM PIDANA

(

NIP.196107021989031001 ABUL KHAIR, SH, M.HUM )

Pembimbing I Pembimbing II

( Prof. Chainur Arrasyd, SH ) (

NIP. 194003231964011001 NIP. 196110241989032002 Liza Erwina, SH. M.Hum)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN SEORANG AYAH

KEPADA ANAK KANDUNG DITINJAU DARI PSIKOLOGI

KRIMINIL

(STUDI KASUS PUTUSAN NO.166/PID.B/2009/PN-KIS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

ULFA HAYATI NASUTION NIM. 060200032

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih pantas dan layak untuk terlebih dahulu penulis ucapkan selain “ ALHAMDULILLAHIRABBIL ‘ALAMIN” segala puji bagi ALLAH SWT, oleh karena karunia Nya jualah penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Penulisan suatu karya ilmiah berbentuk skripsi ini adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang sekaligus merupakan persyaratan untuk dapat menyandang Gelar Sarjana Hukum ( SH ).

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. DR. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum, Bapak Syafruddin Hasibuan SH, M. H,DFM , Bapak M. Husni, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I, II dan III.

3. Bapak Abul Khair, SH, M.Hum, sebagai Ketua Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah begitu banyak memberikan referensi kepada penulis untuk penulisan skripsi ini semoga Allah memberikan balasan kepada bapak. Amin…

4. Ibu Nurmalawati, SH, M.Hum, sebagai Sekretaris Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang tak telah begitu


(4)

banyak memberikan referensi serta masukan kepada penulis untuk penulisan skripsi ini, hanya Allah yang dapat membalasnya buat ibu. Amin..

5. Bapak Prof. Chainur Arrasyd, SH, sebagai Dosen Pembimbing I penulis dalam penulisan skripsi ini, yang telah memberikan penulis ilmu melalui pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Liza Erwina, SH, M. Hum , selaku Dosen Pembimbing II penulis, terima kasih banyak buk atas waktu, ilmu, serta bimbingannya kepada penulis yang tak bosan – bosannya memberikan arahan. Hanya Allah yang dapat membalas semua itu buat ibu dan keluarga. Amin…

7. Ibu Dra. Zakiah, M Pd, selaku dosen pembimbing penulis yang tak pernah henti – hentinya memberikan pengarahan dan masukan untuk penulis selama masa perkulihan.

8. Semua Dosen / dan staf lainnnya yang mengajar dan bertugas di Fakultas Hukum USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Bapak Kepala Pengadilan Negeri Kisaran An. Panitera Bapak Maraenda SH, yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis. 10.Kepada yang Terspecial,bundaku Almh. Asmawati yang telah

mendahului kita, doa ku selalu teriring buat bunda. Love u mam….

11.Salam hormat untuk kedua orang tua penulis, Hamdan Nasution dan Ibunda Yesmi Darti Lubis, makasih banyak ya yah, mam..atas segala – segalanya yang telah diberikan kepada penulis, keridhoan ayah dan mam


(5)

lah yang selalu upa mohonkan dalam setiap perjalanan hidup upa, semoga Allah membalasnya dengan Surga Jannatun Naim, amin..

12.Untuk saudara – saudara penulis, Thoyyibah Nasution, M. Taufiq Nasution, Arief Hidayat Nasution, Robbi Irham Nasution, makasih banyak ya kaq,,, dekk..untuk semuanya…makasih ya bang upik dah bantuin kakaq, semoga abang lulus di PTN yang abang inginkan, aminnnn.., untuk si kecil kami obi, cepat besar ya dek… rusak laptop kkaq dek sikit, gara – gara rebutan ma obi…

13.Salam Hormat Buat Opung penulis Amnah Lubis, pung…upa cucu opung dah jadi sarjana pung....

14.Untuk udak dan ibu penulis, Asran Nasution, S. Ag, dan Tengku Juripah, makasih ya dak, ibu…semoga Allah yang memberikan balasan buat udak sekeluarga, serta buat sepupu penulis, Faisal Nasution, Fauzi Nasution, Fuadi Nasution, cepat besar ya adek adek kakaq..

15.Salam hormat penulis buat Uak sekeluarga, Drs. H. M. Hidayat Nassery dan Hj. Rosmiah, makasih ya wak…atas segala pengertian orang uwak, dan kasih sayang yang selalu uak berikan ke upa, semoga Allah membalas itu semoga buat uak dan keluarga, serta kakaq dan abang sepupu penulis, M.Syukri, Fauzi Hanif ST, Zakiah Hayati ST, Raihanus Shofi STP, dr Miftah Fuadi, dan Fatimah Zahriah SH, abang – abang dan kakak penulis yang selalu dan tak pernah bosan- bosannya memberikan motivasi, arahan dan semangat kepada penulis untuk terus semangat dalam kuliah.


(6)

16.Untuk Kadir Simangunsong SE, sosok abang yang penulis miliki saat ini dan berharap untuk selamanya yang selalu ada untuk penulis saat senang dan duka, yang menemani dan menjadikan hari – hari penulis lebih bermakna dan berwarna , terima kasih atas kasih sayang dan kesetiannya ya bang…Sama – sama kita berdoa semoga rencana yang telah kita susun berjalan sesuai dengan rencana. Amin…

17.Untuk sahabat – sahabat penulis,Sri Rahayul Baiti Nasution, Tri Yuwandhani Hayuningtyas SH, Aztrini Lailatul Mina, Faradila Yulistari Sitepu SH,Imam Bukhari Nst, Alvin Hamzah Nst, yang menjadi teman disaat sakit maupun senang penulis, dan berharap semoga persahabatan kita tidak hanya sampai disini

18.Teruntuk juga sahabat – sahabat penulis, Nur Sari Dewi Marpaung, Netti Oktris Pratiwi, Rizka Mauliyan Pulungan, makasih ya fren kalian selalu ada untuk penulis, rasa pengertian kalian tak dapat balas,semoga Allah membalasnya . Aminnn…

19.Buat teman – teman penulis Heru, Anov, Kukuh, Darwin, Ani, Hace, Jupen, Uun, Dina, Nisa, Nina, Sheila, Keke, Nanda, Ahmad, Sudirman dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu …..terima kasih atas segala bantuannya.

20.Buat teman – teman matrikulasi PMP 2006, semangat ya kawan…

21.Buat semua teman – teman penulis stambuk 2006 yang tidak dapat di ucapkan satu persatu, khusunya Grup A.


(7)

22.Seluruh kerabat keluarga penulis yang selamaini telah memberikan bantuannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga kiranya ALLAH SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua yang penulis sebutkan diatas.

Kemudian daripada itu dalam kesempatan ini sacara sadar penulis mengakui bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam bobot kandungan maupun susunan tata bahasanya, karena jusru dalam kekurangan tersebutlah letak kesempurnaan seorang manusia. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima saran maupun kritik yang konstuktif demi menuju kearah perbaikan yang diaharapkan.

Akhirnya semoga tulisan ini ada manfaatnya, semoga Allah SWT yang Maha Kuasa Lagi Maha Esa memberkahi kita semua.

Medan, Februari 2010

Penulis

Ulfa Hayati Nasution NIM. 060200032


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI vi

ABSTRAKSI vii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 2

B. Permasalahan 11

C. Hipotesa 12

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan 13

E. Tinjauan Kepustakaan 14

1. Pengertian Psikologi 16 2. Pengertian Psikologi Krininil 19 3. Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan 23 4. Kasus Putusan Pengadilan Negeri Kisaran 26

F. Metode Penulisan 29

G. Sistematika Penulisan 30

BAB II : PSIKOLOGI KRIMINIL

SEBAGAI BAGIAN DARI KRIMINOLOGI

A. Pengertian Kriminologi 37

1. Faktor – Faktor yang Memicu


(9)

2. Teori – Teori dan Madzab dalam Kriminologi 45 3. Penggolongan Pendapat Sarjana tentang

Sebab Musabab Kejahatan 50 B. Pengertian Psikologi Kriminil 52 BAB III : TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN MENURUT KUHP DAN UU NO 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

A. Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan

menurut Pasal 285 KUHP 58

B.Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan

menurut UU No. 23 tahun 2002 61 C. Unsur – Unsur Tindak Pidana Perkosaan 63 D. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya

Tindak Pidana Perkosaan 68

BAB IV : ANALISA KASUS DAN UPAYA PENANGGULANGAN A. Analisa Kasus Putusan PN Kisaran No. 166/ Pid. B/ 2009 79 B. Upaya Penaggulangan Tidak Pidana Pemerkosaan

dan Peranan Psikologi Kriminil dalam Menanggu langi Tindak Pidana Perkosaan Seorang Ayah

terhadap Anak Kandungnya 136

BAB V : PENUTUP

Kesimpulan dan Saran 144


(10)

ABSTRAKSI

Oleh :

Prof. Chainur Arrasyid, SH1 Liza Erwina, SH. M.Hum2

Ulfa Hayati Nasution3

1

Dosen Pembimbing I

2

Dosen Pembimbing II

3

Mahasiswa Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Pidana

Tindak pidana kesusilaan merupakan suatu perbuatan yang berhubungan dengan rangsangan seksual. Kelainan dalam melakukan hubungan seksual ini dalam konsep ilmu jiwa dapat dikategorikan kepada abnormalitas seksual ( patologi seks) . Terjadinya patologi seksual ini karena si individu tidak dapat memenuhi penyaluran secara wajar.

Perkosaan dilihat dari segi kriminil merupakan suatu tindakan yang meresahkan masyarakat, dan untuk itu perlu diberantas. Namun pemberantasan suatu tindak pidana tidak mungkin dilakukan bila kita tidak mengetahui latar belakang terjadinya kejahatan tersebut. Dari segi mentalitas, pelaku tindak pidana perkosaan adalah mereka yang masa kecilnya memiliki kelainan dalam memandang hubungan seksual.

Faktor – faktor psikologi sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara untuk mengidentifikasikan suatu jenis kejahatan dari segi psikologis pelaku, hal ini dilakukan dalam rangka usaha baik dalam bentuk tindakan atau refresif terhadap pelaku baik dalam bentuk pemidanaan maupun usaha untuk memperbaiki kondisi psikologi pelaku yang tergolong disasosiatif, maupun dalam bentuk preventif yaitu berupa penceghan terhadap meluasnya suatu bentuk kejahatan dalam masyarakat.

Penulisan skripsi yang diberi judul Tindak Pidana Pemerkosaan Seorang Ayah Kepada Anak Kandungnya Ditinjau Dari Psikologi Kriminil ( studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor.166/Pid. B/2009/ PN. Kisaran ), disusun dengan menggunakan metode komperatif antara metode studi pustaka atau library research dengan metode pelitian lapangan yakni wawncara pada hakim yang menangani kasus tersebut yang menjadi objek permasalahan. Permasalahan yang ada di analisa baik dari segi psikologi, psikologi kriminil maupun dari segi ketentuan hukum materil berupa koridor pidana positif, untuk kemudian memperoleh kesimpulan mengenai adanya hubungan antara tindak pidana pemerkosaan seorang ayah kepada anak kandungnya ( incest )dengan yang terjadi pada kasus terdakwa Bakhtiar Sitorus.


(11)

ABSTRAKSI

Oleh :

Prof. Chainur Arrasyid, SH1 Liza Erwina, SH. M.Hum2

Ulfa Hayati Nasution3

1

Dosen Pembimbing I

2

Dosen Pembimbing II

3

Mahasiswa Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Pidana

Tindak pidana kesusilaan merupakan suatu perbuatan yang berhubungan dengan rangsangan seksual. Kelainan dalam melakukan hubungan seksual ini dalam konsep ilmu jiwa dapat dikategorikan kepada abnormalitas seksual ( patologi seks) . Terjadinya patologi seksual ini karena si individu tidak dapat memenuhi penyaluran secara wajar.

Perkosaan dilihat dari segi kriminil merupakan suatu tindakan yang meresahkan masyarakat, dan untuk itu perlu diberantas. Namun pemberantasan suatu tindak pidana tidak mungkin dilakukan bila kita tidak mengetahui latar belakang terjadinya kejahatan tersebut. Dari segi mentalitas, pelaku tindak pidana perkosaan adalah mereka yang masa kecilnya memiliki kelainan dalam memandang hubungan seksual.

Faktor – faktor psikologi sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara untuk mengidentifikasikan suatu jenis kejahatan dari segi psikologis pelaku, hal ini dilakukan dalam rangka usaha baik dalam bentuk tindakan atau refresif terhadap pelaku baik dalam bentuk pemidanaan maupun usaha untuk memperbaiki kondisi psikologi pelaku yang tergolong disasosiatif, maupun dalam bentuk preventif yaitu berupa penceghan terhadap meluasnya suatu bentuk kejahatan dalam masyarakat.

Penulisan skripsi yang diberi judul Tindak Pidana Pemerkosaan Seorang Ayah Kepada Anak Kandungnya Ditinjau Dari Psikologi Kriminil ( studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor.166/Pid. B/2009/ PN. Kisaran ), disusun dengan menggunakan metode komperatif antara metode studi pustaka atau library research dengan metode pelitian lapangan yakni wawncara pada hakim yang menangani kasus tersebut yang menjadi objek permasalahan. Permasalahan yang ada di analisa baik dari segi psikologi, psikologi kriminil maupun dari segi ketentuan hukum materil berupa koridor pidana positif, untuk kemudian memperoleh kesimpulan mengenai adanya hubungan antara tindak pidana pemerkosaan seorang ayah kepada anak kandungnya ( incest )dengan yang terjadi pada kasus terdakwa Bakhtiar Sitorus.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Kejahatan atau yang lebih dikenal dengan istilah tindak pidana, merupakan salah satu problematika sosial yang sangat meresahkan manusia dalam melakukan aktifitas dan kegiatan hidupnya sehari – hari. Dengan kata lain kejahatan itu telah menempati tempat teratas sebagai sasaran pembahasan dalam berbagai kalangan pakar – pakar ilmu pengetahuan dan ilmu hukum. Hal ini terbukti dengan banyaknya berita – berita tentang berbagai tindak pidana pembunuhan, perampokan, pencurian maupun tindak pidana yang berhubungan dengan kesusilaan.

Berbagai upaya telah dilakukan guna menghilangkan tidak kejahatan dari permukaan bumi namun kejahatan tersebut tidak pernah sirna dari peradaban umat manusia. Kejahatan memang tidak dapat dihapuskan dari muka bumi, karena ia tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebudayaan manusia dan dilakukan oleh manusia sebagai salah satu sub sistem pendukung peradaban meskipun kejahatan tidak dikehendaki kelahirannya oleh masyarakat namun selalu ia akan tumbuh dalam masyarakat sebab dilakukan oleh salah satu anggota masyarakat tersebut.

Meskipun pada hakekatnya kejahatan tidak mungkin dihilangkan dari muka bumi namun sebagai manusia yang dibekali dengan akal fikiran, kita tidak dapat berpangku tangan melihat berbagai kemungkaran yang terjadi. Kejahatan merupakan perbuatan anti sosial yang meresahkan masyarakat dalam melakukan


(13)

interaksi dengan sesamanya dimana perbuatan tersebut mendapat tantangan dari pemerintah atau negara. Sedangkan secara yuridis kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan melawan hukum dimana sebagai akibat dari perbuatan itu, pelaku dapat dikenakan sanksi sebagaimana termaktub dalam peraturan undang – undang yang dilanggar tersebut.

A.Latar Belakang

Dari berbagai tindak kejahatan yang meresahkan masyarakat sekaligus bertentangan dengan hukum, penulis tertarik untuk menganalisa salah satu bentuk kejahatan, dalam hal ini tindak pidana perkosaan. Tindak pidana perkosaan atau kejahatan seksual pada umumnya dialami oleh para wanita khususnya anak – anak yang masih muda ( remaja ). Kejadian ini timbul dalam masyarakat tanpa melihat stratifikasi sosial pelaku maupun korbannya. Kejahatan tersebut dapat timbul karena pengaruh lingkungan maupun latar belakang kejiwaan yang mempengaruhi tindak tanduk pelaku dimasa lalu maupun karena guncangan psikis spontanitas akibat adanya rangsangan seksual.4

Rangsangan seksual yang tidak terkendali inilah yang pada gilirannya melahirkan tindak pidana kesusilaan khususnya kejahatan perkosaan. Tindak pidana ini dahulu hanya dilakukan oleh pihak lain terhadap wanita yang bukan keluarga dengan melakukan ancaman dan paksaan atau kekerasan. Tetapi dewasa ini tindak pidana tersebut tidak hanya dilakukan dengan ancaman kekerasan

4


(14)

tetapi telah mempergunakan berbagai zat kimia yang dapat menghilangkan kesadaran wanita sekaligus menimbulkan rangsangan seksual tanpa disadarinya.

Namun suatu hal yang sangat mengecewakan, justru tindak pidana perkosaan tersebut dilakukan oleh orang – orang yang dikenal baik oleh para korban ( seductive rape ) misalnya guru, dokter, teman dekat dan orang tua kandung. Mereka – mereka pelaku perkosaan adalah orang yang seharusnya memberikan perlindungan kepada para korban dari gangguan keamanan lingkungan maupun tanggung jawab pendidikan dimasa yang akan datang.

Relevansinya dengan tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh pihak – pihak yang dikenal korban diatas, ingin menitikberatkan kepada tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya ( buah hati sibiran tulang ). Orang tua yang penulis maksudkan adalah seorang laki – laki dan wanita yang terikat kepada suatu perkawinan yang syah dan melahirkan seorang anak ( wanita ).Orang tua tersebut dalam prakteknya harus memberikan perlindungan dan pembinaan mental terhadap keturunannya agar si anak memiliki kepribadian yang mapan dan mampu mengembangkan ide- ide yang ada padanya secara positif dan terarah, serta mandiri dalam sikapnya. Tetapi antara harapan dan kenyataan tidaklah selalu sama, sebab ternyata ada orang tua kandung yang melepaskan tanggung jawab pendidikan anaknya malah lebih jauh lagi telah menjerumuskan kehidupan masa depan anaknya dengan jalan melakukan tindak pidana perkosaan. Salah satu contoh kasus dimana orang tua kandung menjerumuskan kehidupan masa depan anaknya dengan jalan melakukan tindak pidana perkosaan adalah putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor : 166/


(15)

PID.B/2009/PN-KIS, Bakhtiar Sitorus telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana perbuatan cabul terhadap anaknya sendiri secara berlanjut.

Kondisi inilah yang memprihatinkan berbagai kalangan. Baik kalangan pemerintah, dunia pendidikan, masyarakat maupun para aparat penegak hukum. Sebab hukuman apakah yang setimpal diberikan kepada mereka serta apakah hukuman tersebut akan membawa manfaat bagi mereka atau tidak. Disamping itu nila mereka dihukum bagaimana pula dengan tanggung jawab memberi nafkah rumah tangga yang ditibnggalkan. Kemudian lagi, bila banyak orang tua yang berkeinginan melakukan perkosaan pada anak kandungnya maka pada titik tertentu akan timbullah garis keturunan yang simpang siur dan hilangnya kepercayaan akan kemampuan orang tua untuk melindungi anaknya.

Penyimpangan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya inilah yang ingin penulis analisa dan kaji dari aspek psikologi kriminil. Yakni dengan melihat aspek kejiwaan kenapa seorang ayah berkeinginan memperkosa anak kandungnya. Sebab selama ini tindak pidana perkosaan hanya dikaji dari sudut pelaku dan akibat tindak pidana yang terjadi. Sedikit kalangan yang mencba menganalisa dan memperbincangkan kenapa seseorang melakukan perkosaan tersebut.

Kurangya perhatian atas bidang kejiwaan inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengkaji pidana perkosaan dari aspek mentalitas pelaku. Inilah nantinya yang akan penulis kaji pada tahapan penulisan selanjutnya.


(16)

Perubahan – perubahan kondisi ekonomi, sistem politik, situasi sosio – historik, nilai – nilai dan norma – norma, hubungan – hubungan kekuasaan dan hukum yang positif bagi kesejahteraan masyarakat, sedangkan pada pihak lain juga menghasilkan semakin kompleksnya interaksi faktor- faktor kriminogenik yang melatarbelakangi timbulnya berbagai bentuk kejahatan.

Diwilayah perkotaan, pertumbuhan faktor- faktor kriminogenik ini, semakin tampak karena dukungan kemajuan teknologi yang pada gilirannya menyebabkan semakin berkembangnya fungsi kota secara administratif maupun komersialisasi kehidupan, sikap dan perilaku warganya.

Salah satu sebagai dampak dari pertumbuhan yang sangat pesat tersebut, adalah dikota timbul berbagai kejahatan yang semakin meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dinamika kejahatan tersebut dapat dilihat dari pelaku maupun korban tindak pidana. Dari segi pelaku dahulu tindak pidana hanya dilakukan oleh orang dewasa secara konvensional dan traditional, tetapi juga telah dilakukan oleh anak dengan dukungan berbagai kemajuan alat teknologi. Sedangkan dilihat dari segi koraban kini korban kejahatan tidak hanya orang dewasa yang menyangkut harta benda saja tetapi juga anak – anak telah banyak menjadi korban kejahatan.

Demikian juga halnya dengan tindak pidana perkosaan, meskipun prosentasinya dibandingkan dengan tindak pidana yang lain masih rendah, akan tetapi perkembangan tindak pidana perkosaan tersebut berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari berbagai mass media maupun dari lingkungan kehidupan sehari – hari ada tindak pidana perkosaan yang tidak dilansir mass


(17)

media karena menutup aib. Tetapi suatu hal yang justru sangat mengenaskan yakni tindak pidana perkosaan tersebut dilakukan oleh ayah terhadap anak kandungnya.

Tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh orang tua kandung inilah yang menarik minat penulis untuk mencoba mengkaji dalam sisi psikologi kriminil,dengan melihat gejala – gejala psikologis yang menyebabkan pelaku melakukan perkosaan anaknya, sekaligus melihat apakah dalam penanganan pelaku tindak pidana perkosaan oleh orang tua kandung tersebut psikologi kriminil telah diterapkan.

Seperti telah penulis uraikan diatas bahwa untuk melihat terjadinya kejahatan tidak hanya cukup hanya dari sudut kajian kriminologi, tetapi juga harus dilihat dari aspek yang lain yakni aspek kejiwaan pelaku. Pengkajian aspek kejiwaan penjahat secara konsepsi keilmuan dinamakan psikologi kriminil.

Psikologi, berasal darai kata psycho yang dapatdiartikan dengan jiwa dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Sedangkan kriminologi, berasal dari crime dan logos .Yang masing – masing dapat diartikan kejahatan dan ilmu. Jadi secara keseluruhan psikologi kriminil dapat diartikan ilmu yang mempelajari kejahatan dari segi kejiwaan pelaku, sekaligus melihat keseluruhan akibat – akibatnya.5

5

Chainul Arrasyd, Psykologi Kriminil, FH – USU, (Medan 1980),hal 9.

Sejalan dengan pengertian psikologi kriminil tersebut, penulis akan menitikberatkan pembahasan kepada faktor kejiwaan yang mendorong seorang ayah melakukan tindak pidana perkosaan terhadap anak kandungnya.


(18)

Tindak pidana kesusilaan merupakan suatu perbuatan yang berhubungan dengan rangsangan seksual. Kelainan dalam melakukan hubungan seks ini dalam konsep ilmu jiwa dapat dikategorikan kepada abnormalitasseksual ( patologi seks ). Tejadinya patologi seksual ini karena si individu tidak dapat memenuhi penyalurannya secara wajar.

Prof. Warrow berpendapat bahwa kebutuhan akan seks harus memenuhi tiga unsur, yakni aspek biologis, psycologis dan aspek sosial. Aspek biologis dari seksualitas ialah terlaksananya suatu reproduksi keturunan dan pembentukan generasi demi generasi. Aspek psycologis, merupakan unsur puas atau tidak puasnya setelah melakukan hubungan seks yang dilakukan tersebut tidak bertentangan dengan noorma – norma yang hidup di tengah – tengah masyarakat.6

1. Dorongan seksual yang abnormal

Ketiga aspek tersebut bila dilakukan secara normal, tidak akan menimbulkan masalah bagi masyarakat. Namun bila dilakukan secara menyimpang akan menimbulkan gejolak dan pertentangan sosial. Penyimpangan dalam melakukan hubungan seksual tersebut merupakan relasi seks yang tidak bertanggung jawab, di dorong oleh kompulsi – kompulsi negatif dari dalam tubuhnya. Dorongan negatif terhadap rangsangan seksual tersebut dapat dibagi kepada tiga bahagian, yakni:

2. Partner seks yang abnormal

3. Cara pemuasan hubungan seksual yang abnormal

Ad.1. Yang termasuk kepada dorongan seksual yang abnormal ialah :

6


(19)

a. Prostitusi b. Promiskuitas c. Perzinahan d. Seduksi e. Frigiditas f. Impotensi

g. Ejakulasi Prematur

h. Copulatory Impotency dan psychogenic aspermis

Ad. 2. Patner seks yang abnormal ialah melakukan hubungan seksual dengan orang yang sejenis . mereka ini dikenal dengan lesbian atau homoseks.

Ad.3. Yang termasuk gejala jenis abnormalitas seks dengan cara – cara abnormal dalam pemuasannya adalah:

a. Onani b. Sadisme c. Masakhisme d. Sadommasokhisme e. Voyeurisme

f. Eksshibisionisme seksuil g. Skoptofilia

h. Transvestitisme i. Transeksualisme j. Troilisme atau triolime


(20)

Dari beberapa jenis perbuatan abnormalitas seksual ini, penulis meletakkan stressing kepada perbuatan abnormalitas seksual terhadap tindak perkosaan. Perkosaan sebagai suatu relasi seksual bila dilihat dari aspek juridis merupakan suatu tindak pidana, sebagaimana dimaksudkan oleh pasal 285 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana. Dengan kata lain pelaku pemerkosaan dapat dikenakan sanksi – sanksi pidana.

Perkosaan dilihat dari segi kriminil merupakan suatu tindakan yang bertentangan dengan hukum, sekaligus meresahkan masyarakat, dan untuk itu perlu diberantas. Namun pemberantasan suatu tindak pidana tidak mungkin dilakukan bila kita tidak mengetahui latar belakang terjadinya kejahatan tersebut. Dari segi mentalitas, pelaku tindak pidana perkosaan adalah mereka yang masa kecilnya memiliki kelainan dalam memandanmg hubungan seksual.

Kelainan jiwa tersebut tumbuh karena kurangnya kasih sayang dan kehangatan emosionil pada masa kanak – kanak, sehingga mereka lapar akan kasih sayang dan haus akan seks, ada perasaan sexual lag behind, yaitu merasa kekurangan atau ketinggalan dalam pengalaman seks dimasa dimasa remaja / muda yang perlu dikejar pada usia dewasa, selalu diliputi oleh perasaan emosional yang ingin disalurkan dalam bentuk relasi seksual, timbulnya perasaan cinta ekstrim yang tidak wajar, sebagai kompensasi atau sebagai perasaan balas dendam, salah dalam pendidikan seks sehingga menganggap perbuatan seks itu dapat dilakukan kekerasanatau sadistis, timbulnya perasaan ekstrim yang mendorngnya melakukan perbuatan kekejaman penyiksaan pada patner yang akan disetubuhinya, atau juga dapat ditimbulkan oleh pengalaman traumatis dengan


(21)

ibunya atau dengan seorang wanita, sehingga timbul rasa dendam yang membara atas wanita, dimana perasaan tersebut baru terasa terpuaskan bila telah melampiaskannya dengan melalukan persetubuhan dengan seorang wanita.7

Para pakar kriminlogi, telah berusaha untuk merumuskan faktor penyebab terjadi kejahatan. Tetapi tidak seorangpun yang dapat memberikan

Bila faktor kejiwaan tersebut dikaitkan dengan ayah yang memperkosa anak kandungnya, dapat dikatakan bahwa si ayah bila dilihat dari kacamata psikologi kriminil dalam melakukan perkosaan terhadap anak kandungnya, adalah karena adanya pengaruh rangsangan seksual yang tidak dapat dikendalikannya secara rasional. Ketidakmampuan mengendalikan perasaan seksual tersebut dapat terjadi karena trauma masa lalu ataupun salah dalam memberikan pendidikan seks terhadap si orang tua pada masa kecilnya. Perasaan inilah yang terbawa hingga ia menjadi seorang ayah. Disamping hal ini, penulis melihat bahwa seorang ayah tega memperkosa anak kandungnya adalah ayah yang tidak memiliki jiwa keagamaan dan iman.

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang akan selalu berbuat baik dengan sesamanya. Namun dengan adanya godaan hawa nafsu ( godaan iblis ) akhirnya manusia tergelincir, dan melakukan kejahatan. Dengan kata lain tidak seorangpun akan dapat terluput dari kesalahan selama hidupnya, kecuali para rasul dan nabi yang ditentukan oleh Sang Khalik dan dijamin sikapnya dari perbuatan jahat. Diluar dari hal ini manusia selalu berbuat kesalahan. Hanya besar kecilnya kesalahan yang membedakan satu sama lainnya.

7


(22)

batasan yang mutlak tentang faktor penyebab lahirnya tindak pidana. Sebab kejahatan merupakan hal yang relatif, tergantung kepada penentuan sikap dan kebijaksanaan penguasa serta berkaitan erat dengan pola ataupun tata nilai budaya, dan struktur masyarakat. Tetapi dalam garis besarnya terdapat kesepakatan bahwa kejahatan timbul disebabkan adanya ketimpangan antara gejala psikis dan pengaruh dari pengaruh dari luar diri pelaku. Bila karena gangguan kejiwaan masa lalu maupun karena rangsangan lingkungan masyarakat, tidak taatnya pada hukum, atau selalu mengabaikan ajaran agama dan sebagainya.

Penyimpangan diataslah yang menimbulkan terjadinya kejahatan. Demikian juga halnya dengan tindak pidana perkosaan. Namun yang menjadi permasalahan bagi penulis tentang tindak pidana pemerkosaan ini adalah:

1. Bagaimana pandangan psikologi kriminil terhadap seorang ayah yang memperkosa anak kandungnya.

2. Bagaimana penanggulangan tindak pidana perkosaan ditinjau dari psikologi kriminil.

C. Hipotesa

Secara etimologi, hipotesa berasal dari kata hypo dan thesis, yang masing – masing berarti sebelum dan dalil, yang lebih diartikan secara utuh, merupakan suatu anggapan sementara yang dapat dipegang sebagai acuan dalam ilmu pengetahuan sebelum didapatkan hasil atau rumusan yang akurat. Dimana


(23)

kebenaran dari hipotesa tersebut harus lebih dahlu dibuktikan dengan jalan research. 8

1. Psikologi sangat diperlukan untuk menanggulangi terjadinya tidak pidana perkosaan oleh ayah kandung terhadap anaknya, sebab dengan mengetahui aspek kejiwaan yang mendorong pelaku untuk melakukan perkosaan, akan memudahkan guna mencegah terjadinya tindak pidana perkosaan pada masa yang akan datang

Relevansinya dengan batasan hipotesa diatas, penulis mencoba mengambil beberapa hipotesa, sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

Hipotesa tersebut antara lain :

2. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana perkosaan adalah memberikan sanksi hukum yang tegas kepada pelaku dan memberikan wejangan kepada kaum wanita agar tidak mudah terpengaruh kepada laki – laki yang tidak dikenalnya, maupun laki – laki yang dikenal baik. Serta tidak berpakaian yang dapat menimbulkan rangsangan syahwat kepada orang yang memandang. Sedangkan dari sudut psikologi kriminil, kepada pelaku harus diefektifkan pertumbuhan mentalitas yang positif dan penanaman nilai agama yang mendalam.

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

8


(24)

Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji secara rinci dan mendasar tentang pandangan psikologi kriminil terhadap seorang ayah yang melakukan tindak pidana perkosaan terhadap anak kandungnya, baik terhadap faktor – faktor penyebab terjadinya maupun upaya penanggulangannya. Selanjutnya mencoba menganalisa putusan atau sanksi hukuman yang dijatuhkan atas pelaku tindak pidana tersebut, serta mengemukakan sanksi yang dirasa tepat untuk dijatuhkan pada pelaku kejahatan perkosaan terhadap anak kandungnya tersebut, dibandingkan dengan pelaku perkosaan yang bukan orang tua kandungnya.

Disamping itu penulisan ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa sumbangsih pemikiran baru bagi pihak – pihak yang menekuni bidang psikologi kriminil, sekaligus memperlihatkan kepada para ahli hukum bahwa psikologi kriminil sangat berperan dalam menanggulangi lajunya pertumbuhan tidak pidana perkosaan dibumi Indonesia tercinta.

Selain itu penulisan ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa memberikan informasi ilmiah yang digunakan sebagai bahan pustaka, khususnya di bidang Hukum Pidana dan menjadi khazanah keilmuan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya dan masyarakat akademika pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan hukum.


(25)

E. Tinjauan Kepustakaan

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menganalisa materi ini, penulis mencoba memberikan beberapa pengertian untuk mempertegas judul yang di ajukan. Pengertian dan penegasan judul tersebut penulis kemukakan secara harafiah dan secara menyeluruh sebagai satu pengertian dari berbagai kata yang di ungkapkan.

Tulisan ini berjudul : “ TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN SEORANG AYAH KEPADA ANAK KANDUNGNYA DITINJAU DARI PSIKOLOGI KRIMINIL.Tindak, dapat diartikan dengan “langkah” atau “perbuatan” yang merupakan aksi guna melakukan sesuatu aktifitas.9

9

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, P. N. Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hal 1074

Pidana , berarti “ kejahatan “ kriminil” atau suatu kejahatan yang dapat dikenakan sanksi hukum sebagaimana dimakssud oleh Kitab Undang – Undang Hukum Pidana.

Pemerkosaan, berarti dapat diartikan dengan perbuatan memperkosa, penggagahan, paksaan dan pelanggaran dengan kekerasan, dalam hal ini paksaan dalam melakukan hubungan seksualitas terhadap lawan jenisnya.

Seorang, berarti satu orang, atau sesuatu orang, sendiri. Dalam hal ini menunjuk pribadi seseorang.

Ayah, dapat diartikan dengan bapak, atau orang tua dari seseorang anak yang lahir dari perkawinan yang syah.


(26)

Anak kandung, adalah seseorang yang dilahirkan dalam suatu perkawinan yang syah, sebagai akibat adanya hubungan seksual yang legal antara kedua suami istri tersebut.

Ditinjau, artinya menunujukkan arah suatu pembahasan yang berarti pelajaran atau analisa suatu ilmu.

Psikologi Kriminil, berasal dari kata psikologi dan crimen yang berati ilmu jiwa dan kejahatan. Jadi psikologi kriminil, merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku seorang penjahat dengan melihat aspek kejiwaannya kenapa ia melakukan suatu tindak pidana, serta keseluruhan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut.

1. Pengertian Ilmu Psikologi

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dari kata- kata : 10

a. Psyce, yang berarti Jiwa dan

b. Logos ( logy ),yang berarti Ilmu Pengetahuan

Jadi secara etimologis, psikologi berarti ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam – macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.

Namun ada beberapa ahli yang kurang sependapat bahwa pengertian psikologi itu benar – benar sama dengan ilmu jiwa, walaupun ditinjau dari arti kata kedua istilah itu sama, perbedaan terletak pada 11

a. Ilmu jiwa :

:

10

Chainur Arrasyid , Log .Cit,hlm.2

11

Djoko Prakoso, Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka Pada Tahapan Penyidikan,( Jakarta : Ghalia Indnesia , 1983) hlm.113 - 114


(27)

1. Merupakan istilah bahasa Indonesia sehari –hari dan dikenal setiap orang ;

2. Meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khayalan dan spekulasi mengenai jiwa ;

3. Istilah ilmu jiwa menunjukkan kepada ilmu jiwa pada umumnya ; b. Psikologi :

1. Merupakan istilah ilmu pengetahuan atau scientific yang dipakai untuk menunjukkan kepada pengetahuan ilmu jiwa yang bercorak ilmiah ;

2. Meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode – metode ilmiah yang memenuhi syarat – syaratnya seperti yang dimufakati sarjana – sarjana psikologi pada zaman sekarang ini ;

3. Istilah psikologi menunjukkan ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma – norma ilmiah modern.

Secara umum psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala – gejala jiwa manusia. Namun jelas bahwa yang disebut dengan ilmu jiwa belum tentu termasuk psikologi. Akan tetapi, setiap berbicara tentang psikologi termasuk dalam ilmu jiwa. Dengan demikian terdapat perbedaan jelas mengenai ilmu psikologi dan ilmu jiwa termasuk dalam lingkup objek penelitian dari masing – masing bidang keilmuan tersebut.


(28)

Psikologi merupakan suatu jenis ilmu pengetahuan yang menjadi pertanyaan mengenai kedudukan, dan peranannya jika dibandingkan dengan psikiatri, bebarapa pakar mengemukakan definisi tentang psikologi itu sebagai berikut12

a. Woodworth :

Psikologi adalah penasihat profesional dengan menggunakan peralatan ilmiah, member tes dan konseling pada individu dalam berbagai area penyesuaian diri atau adjustment pada persoalanyang penting.

b. Americal Psycological Association Clinical Section

Psikologi adalah penentuan kapasitas dan karakteristik tingkah laku individu dengan menggunakan metde – metode pengukuran assasment, analisa dan observasi dalam membantu penyesuaian diri individu secara tepat

Banyak orang mengartikan psikologi dalam berbagai pengertian, Psikologi itu sendiri mengandung pengertian yang berbeda – beda sesuai denganperkembangan dari ilmu itu sendiri, pengertian psikologi menurut para ahli adalah sebagaimana dikemukakan sebagai berikut :

a. TH. F.Hoult13

Psikologi adalah suatu disiplin yang secara sistematis mempelajari perkembangan dan berfungsi faktor – faktor mental dan emosional dari jiwa manusia.

b. Robert J.Wicks14

12

Triasti Ardhi Ardhani, dkk, Psikologi Klinis,( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007 ) hlm.2

13

Soerjono Soekanto, Bebarapa Catatan Tentang Psikologi Hukum, ( Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1989), hlm.13

14


(29)

Psikologi adalah suatu ilmu tentang perikelakuan c. Edwin G. Boring dan Herbert S. Langelfeld15 Psikologi adalah studi tentang hakikat manusia. d. Clifford T Morgan16

“Psycology is the science f human and animal behavior “ artinya adalah ilmu ynag mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.

Berdasarkan beberapa penegertian tersebut, disusunlah suatu defenisi atau pengertian umum oleh Sarlito Wirawan Sarwono yang merupakan rangkuman dari beberapa pengertian, yaitu : 17

2. Pengertian Psikologi Kriminil

“ Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.

Terdapat empat alur penelitian psikologis yang berbeda telah menguji hubungan antara kepribadian dengan kejahatan. Pertama, melihat kepada perbedaan – perbedaan antara struktur kepribadian dari penjahat dan bukan penjahat. Kedua, memprediksi tingkah laku. Ketiga, menguji tingkatan dimana dinamika – dinamika kepribadian normal beroperasi dalam diri penjahat, dan keempat, mencoba menghitung perbedaan – perbedaan individual antara tipe – tipe dan kelompok – kelompok pelaku kejahatan.18

15

Djoko Prakoso, Log.cit. hlm 114

16

Morgan, King, Robinson, Introduction To Psycology, Sixth Edition ( New York : Mcgrows Hill Book Company Inc,1979)

17

George Boeree, Personality Theory ( Jakarta : Prisma Sophie, 2008), hal 4

18


(30)

Psikologi kriminil merupakan cabang ilmu psikologi terapan yang dipergunakan untuk mengidentifikasi suatu hubungan kausalitas antara kondisi karakteristik dan deternimistik jiwa pelaku tindak pidana terhadap sebab – sebab terjadinya kejahatan. Mengenai defenisi dari Psikologi Kriminal itu sendiri, para sarjana memberikan pendapatnya sebagai berikut :

a. Sigmund Freud 19

Psikologi kriminil dengan menggunakan teori psikoanalisa menghubungkan antara delinquent ( kejahatan ) dan perilaku kriminil dengan suatu conscience( hati nurani ) yang baik dia begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan bersalah atau ia begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol dorongan – dorongan individu.

b. W.A Bonger20

Sehubungan dengan psikologi kriminil, memiliki defenisi yang meliputi dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit meliputi pelajaran jiwa si penjahat secara perorangan. Dalam arti luas, meliputi arti sempitserta jiwa penjahat penggolongan, terlibatnya seseorang atau golongan baik langsung maupun tidak langsung serta akibat – akibatnya.

c. Lundin, R.W21

Theories and system of criminal psycology, yaitu melihat pada proses bawah sadar dari jiwa individu terhadap adanya probablitas individu melakukan kejahatan.

19

Ibid, hlm 51

20

Chainur Arrasyd, Log Cit, hlm 2

21


(31)

Walaupun para sarjana diatas adalah dari kalangan psikiatri ( merupakan bgian dari ilmu kedokteran ), tetapi mereka membuka jalan terhadap pemikiran Psikologi kriminil, demi untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan dalam rangka menegakkan hak – hak asasi manusia.22

Walaupun dikalangan para ahli jiwa dalam ini mempunyai perbedaan – perbedaan pembagian dalam mengemukakan tingkatan – tingkatan dari pada struktur personality, tetapi kalau kita perhatikan secara teliti titik tolaknya adalah sama. Jika kita perhatikan batasan – batasan yang pernah dikemukakan oleh para

Menurut ahli – ahli ilmu jiwa bahwa kejahatan yang merupakan salah satu dari tingkah laku manusia yang melanggar hukum ditentukan oleh instansi – instansi yang terdapat pada diri manusia itu sendiri. Maksudnya tingkah laku manusia pada dasarnya didasari oleh basic needs yang menentukan aktivitas manusia itu sendiri.

Hal tersebut tidak lain karena tingkah laku manusia yang sadar tidak mungkin dapat dipahami tanpa mempelajari kehipan bawah sadar dan mungkin lebih berpengaruh daripada isi kesadaran itu.

Oleh karena itu para Ahli Jiwa Dalam ini karena ingin mencoba untuk menganalisa tingkah laku manusia umumnya itu dengan cara membahas unsur - unsur intern dari hidup pada jiwa manusia itu dinamakan oleh kebanyakan ahli denan istilah “the structure of personality “. Istilah structure personality ini kita pergunakan dalam tulisan ini karena penggunaannya sudah memasyarakat di dalam ilmu pengetahuan.

22


(32)

psikolog yang berminat dalam bidang ini ternyata mereka mendasarkan suatu pendapat tentang adanya hubungan perbuatan dengan jiwa manusia dan pelakunya.

Seperti yang dikemukakan oleh Crow & Crow bahwa psikologi itu merupakan pelajaran tentang diri ( the study of self ). Self adalah organisasi yang hidup dan dinamis yang senantiasa mempengaruhi serta dipengaruhi oleh diri – diri yang lain ( selves ).

Woodworth menyatakan juga bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aktivitas – aktivitas dari pada individu – individu di dalam hubungannya dengan lingkungan.

Pengertian aktivitas disini menurut beliau adalah dalam pengertian luas, mencakup pengertian antara lain penghertian motoris ( berjalan, berlari ), cognitif ( melihat, berfikir ) dan emosional ( bahasa, duka cita ).

Aktivitas – aktivitas tersebut inilah yang merupakan suatu benda kehidupan. Maksudnya jika aktivitas – aktivitas itu sudah terhenti, maka berarti kehidupan itu sudah tidak ada lagi.

Dalam hal ini psikologi bukanlah semata – mata penelitian terhadap pribadi seorang saja, tetapi juga dapat menyusun pola penjahat atau sebagian orang banyak dan akibatnya.

Sehubungan dengan psikologi – kriminil yakni psikologi kriminil dalam arti sempit dan psikologi kriminil dalam arti luas.

Psikologi Kriminil dalam arti sempit meliput i jiwa si penjahat secara perorangan. Dalam arti luas meliputi dalam arti sempit serta jiwa penjahat


(33)

pergolongan, terlibatnya seseorang atau golongan baik langsung maupun tidak langsung serta akibat – akibatnya.23

Secara umum tindak pidana perkosaan adalah suatu perbuatan seksual yang dilakukan oleh seorang laki – laki atau beberapa orang laki – laki atas diri seorang wanita secara paksa dengan tindak kekerasan. Sedangkan dari aspek juridis ( hukum ) tindak pidana perkosaan dirumuskan dalam pasal 285 KUHP yang menyatakan :” Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama – lamanya dua belas tahun.”

2.Tindak pidana perkosaan

24

Dimana tindakan persetubuhan tersebut dilakukan dengan suatu paksaan, seperti menarik sembari melucuti celana si wanita, kemudian wanita tersebut di banting ke tanah atau ke tempat lain sejenis, tangannya dipegang kuat – kuat, dagunya Dari ketentuan pasal diatas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana tersebut hanya mungkin dilakukan oleh seorang laki – laki atas diri wanita. Tidak dipermasalahkan apakah si laki – laki sudah terikat dalam perkawinan atau tidak. Demikian juga halnya dengan sang korban masih dibawah umur (belum dewasa) atau telah dewasa.

23

Loc.cit .

24


(34)

dipegang dan pelaku memasukkan kemaluannya kedalam kemaluan si wanita itu.25

Perkosaan ( rape)ialah perbuatan cabul melakukan persetubuhan dengan kekerasan dan paksaan. Perkosaan merupakan perbuatan kriminil yang dikecam oleh masyarakat, dan bisa dituntut dengan hukuman berat. Perkosan selalu di dorong oleh nafsu – nafsu seks kuat, dibarengi emosi – emosi yang tidak dewasa dan tidak adekwat. Biasanya dimuati oleh unsur – unsur kekejaman dan sifat sadistis.26

Menurut Arrest Hoge Raad Negeri Belanda tanggal 5 Februari 1912 yang di maksud dengan “bersetubuh” yaitu tindakan memasukkan kemaluan laki – laki kedalam kemaluan perempuan yang pada umumnya menimbulkan menimbulkan kehamilan,dengan kata lain bilamana kemaluan laki – laki itu mengeluarkan air mani didalam kemaluan perempuan.27

Oleh karena itu apabila dalam peristiwa pemerkosaan walaupun kemaluan laki – laki telah agak lama masuknya kedalam kemaluan perempuan, air mani laki – laki belum keluar hal itu belum merupakan perkosaan akan tetapi baru percobaan memperkosa.28

Berdasarkan ketentuan pasal 285 KUHP yang dapat diancam dengan hukuman pemerkosaan adalah laki- laki yang melakukan pemerkosaan dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan dan pemerkosaan tersebut harus harus benar – benar terlaksana jika tidak terlaksana pelaku dituntut dengan mencoba

25

Loc.cit

26

Kartini Kartono, Pathologi Seks, ( Jakarta ) hlm. 169

27

R.Soesilo, Op.cit.hlm.169

28


(35)

memperkosa. Pembuat undang – undang menganggap tidak perlu untuk untuk menentukan hukuman bagi seorang perempuan yang memaksa untuk bersetubuh, bukanlah semata – mata karena paksaan seorang perempuan terhadap seorang laki – laki dipandang tidak pandang tidak mungkin, akan tetapi justru karena perbuatan itu bagi orang laki – laki tidak mengakibat sesuatu yang buruk atau yang merugikan ,bagi seorang perempuan perbuatan pemerkosaan dapat berakibat kepada kehamilan.

Salah satu dampak negatif dari perubahan sosial yang cepat adalah timbulnya pelacuran, gelandangan dan kejahatan serta tindak pidana yang lain. Khususnya terhadap tindak pidana perkosaan, penulis melihat bahwa pergeseran nilai – nilai yang ditimbulkan oleh era industrialisasi bukan hanya merubah pola fikir masyarakat secara umum dalam memandang hubungan seksual, tidak lagi merupakan perbuatan yang sakral. Tetapi telah merubah pola pikir orang tua dalam memandang tindak pidana perkosaan.

Dahulu orang tua adalah tempat berlindung bagi seorang anak wanita dari gangguan orang lain. Namun dewasa ini, sebagai salah satu dampak dari pergeseran nilai tersebut, adalah orang tua kandung tidak lagi merupakan pelindung, tetapi telah menjadi perusak anak kandungnya yakni dengan melakukan perkosaan sang anak. Dengan kata lain, fungsi pelindung telah berubah menjadi orang tua harus diawasi gerak – geriknya.

Mulyanah Kusumah berpendapat, perkosaan ini banyak dilakukan oleh orang – orang yang telah berusia lanjut berkisar dari usia 55 sampai dengan 75 tahun terhadap perempuan berusia sekitar 5 sampai 10 tahun. Pelaku pada usia ini


(36)

adalah orang – orang yang dikenal baik oleh korban. Misalnya guru, dokter, teman dekat,dukun dan orang tua si korban. Dimana korban tidak menyangka bahwa orang yang dikenal dengan baik tersebut akan memperkosa dirinya. Disini pelaku memanfaatkan hubungan baik dengan korban untuk menyalurkan rangsangan seksualnya secara tidak legal ( illegal ) terhadap genetalia seksual wanita yang harus dilindungi mereka. Tetapi yang sangat disesalkan justru pelaku adalah ayah kandung korban, sebagai benteng pelindung utama dalam keluarga.29

29

Majalah Mingguan Femina , hal 76.

Dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa pergeseran nilai sebagai akibat krisis pertumbuhan dunia teknologi yang tidak sejalan dengan perkembangan mental masyarakat, khususnya para orang tua mulai memudah – mudahkan nilai – nilai yang di anutnya. Pertumbuhan ini membawa mereka kepada alam materi dan kebebasan absolut dalam melakukan hubungan seksual, seperti di dunia barat. Ketegaan memperkosa anak kandung ini tidak hanya dapat dipandang dari ilmu kriminologi saja, tetapi juga diamati dari aspek kejiwaan pelaku. Disinilah diperlukan pengkajian terhadap latar belakang timbulnya perkosaan oleh ayah tersebut dengan melihat aspek mentalitas yang menyebabkan ia melakukan perkosaan.


(37)

3.Kasus Putusan Pengadilan Negeri Kisaran No.166/Pid.B/2009

Pengadilan Negeri Kisaran yang mengadili perkara pidana dengan acara biasa, telah menjatuhkan putusan terhadap perkara :30

1. Penyidik sejak tanggal 07 Januari 2009 sampai dengan 26 Januari 2009 Nama : Bakhtiar Sitorus

Tempat lahir : Desa Gajah Kisaran Jenis Kelamin : Laki - laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Merak Kelurahan Gambir Baru Kecamatan : Kota Kisaran Barat

Kabupaten : Asahan

Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : Bertani

Terdakwa di tahan dalam Rumah Tahanan Negara sejak :

2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 26 Januari 2009 sampai dengan 10 februari

3. Jaksa Penuntut Umum sejak tanggal 11 Februari 2009 sampai 02 Maret 2009

4. Hakim Pengadilan Negeri Kisaran sejak tanggal 02 Maret 2009 sampai dengan 31 Maret 2009

5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Kisaran sejak tanggal 01 April 2009 – 30 Mei 2009

30


(38)

Terdakwa di dampingi oleh Lili Arianto, SH sebagai Penasehat Hukum yang berkantor di Jalan. Rambutan Kelurahan Sentang Kisaran berdasarkan Penetapan No. 166/ Pid. B/2009/ PN- Kis.

PENGADILAN NEGERI TERSEBUT :

1. Setelah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Kisaran No. 166/Pen.Pid/2009/PN Kis

2. Setelah membaca berkas perkara

3. Setelah mendengarkan dakwaan Penuntut Umum

4. Setelah mendengarkan Keterangan saksi – saksi dan Keterangan terdakwa

5. Setelah mendengar Tuntutan Jaksa Penuntut Umum No.Reg. Perkara PDM- 114/Kis/Ep.1/02/2009 yang dibacakan dipersidangan, yang pada pokoknya menuntut sebagai berikut.

1. Menyatakan terdakwa BAKHTIAR SITORUS terbukti bersalah melakukan tindak pidana “ Dengan sengaja melakukan kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya, dengan cara berlanjutatau berulang – ulang “, sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut Pasal 81 ayat ( 1 )UU No.23Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 64 ayat ( 1 ) KUHP

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa BAKHTIAR SITORUS dengan pidana penjara selama 15 ( lima belas) tahun , dan denda sebesar

Rp. 60.000.000 ( enam puluh juta rupiah ), subsidair 6 ( enam ) bulan kurungan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan semantara dengan perintah terdakwa tetap ditahan.


(39)

3. Menetapkan agar kepada terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah ).

F. Metode Penulisan

Untuk membuktikan kebenaran dari berbagai hipotesa yang penulis ajukan sebelumnya, penulis akan menguji dengan mempergunakan dua metode. Yakni dengan memakai penelitian kepustakaan ( library research ) dan penelitian lapangan ( field research ).

a.Pada penelitian kepustakaan ( library research ), penulis mencoba mengemukakan berbagai data yang bersifat konsepsi teoritis untuk mendukung pembahasan selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan mempelajari berbagai literatur atau daftar bacaan yang memiliki kaitan dengan materi penulisan skripsi ini yakni buku – buku, majalah – majalah,pendapat sarjana dan juga bahan – bahan kuliah.

b.Sedangkan penelitian lapangan ( field research ), penulis lakukan dengan suatu analisa data yang penulis temukan pada konsepsi teoritis dengan melihat korelasinya dalam praktek hukum di masyarakat.

Dengan titik berat pembahasan pada apakah pengetahuan normatif teoritis yang terdapat dalam berbagai literatur tersebut, masih sejalan dengan kenyataan hukum yang hidup di tengah – tengah masyarakat. Kesemuanya dilakukan dengan melihat putusan pengadilan yang berkaitan dengan materi skripsi penulis, dan melakukan wawancara atau interview kepada para pihak yang


(40)

memiliki keterkaitan terhadap penanggulangan tindak pidana perkosaan yang dilakukan seorang ayah terhadap anak kandungnya. Disinilah nantinya diharapkan ditemukan validitas pembahasan selanjutnya

Analisa Data

Analisis data yang dilakukan dalam skripsi ini adalah dengan cara kualitatif, yaitu apa yang diperoleh dari pihak yang bersangkutab dalam upaya penanggulangan atas kasus tersebut diatas yakni hakim, secara tertulis yang terdapat dalam berkas acara maupun wawancara langsung, yang dipelajari dan diteliti secara sistematis dan menyeluruh.

G. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah mendalami pembahasan materi skripsi ini, penulis secara ringkas menuangkannya dengan memberikan gambaran isi secara bab per bab yang terdiri dari bab I sampai dengan bab V.

Bab I : Merupakan pendahuluan, yang merumuskan secara garis besarnya permasalahan yang timbul dalam kajian psikologi kriminil terhadap tindak pidana perkosaan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya, yang dimulai penegasan dan pengertian judul, yakni merupakan pola dasar untuk menyeragamkan kesatuan pendapat dalam memandang materi pemilihan judul. Kemudian dilanjutkan dengan latar belakang permasalahan dari penyajian skripsi, hipotesa atas masalah yang di ajukan, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Semuanya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Disini akan terlihat alasan penulis


(41)

mengangkat judul perkosaan ayah terhadap anak kandungnya di tinjau dari psikologi kriminil, sekaligus memperlihatkan permasalahan yang timbul dengan mencoba memberikan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi. Hipotesa ini pada akhirnya penulis buktikan dengan mengajukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan guna mendukung akuratisasi penyajian materi penulisan.

Bab II : Merupakan paparan tentang tindak pidana perkosaan, yang terdiri dari sub – sub bab, dan berisi tentang pengertian kriminologi, pengertian psikologi kriminil,serta pengertian psikologi kriminil sebagai bagian dari kriminologi. Pada bab ini kita dapat melihat bahwa terhadap batasan – batasan dari kriminologi, serta dimana kaitannya antara psikologi sebagai bagian dari kriminologi.

Bab III : Berisikan tentang tindak pidana perkosaan menurut KUHP dan UU NO.23 Tahun 20003 tentang Perlindungan Anak. Pada bab ini penulis juga membahas tentang unsur – unsur tindak pidana perkosaan, serta faktor – faktor penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan. Pada bab ini kita dapat melihat bahwa terhadap tindak pidana perkosaan belum terdapat keseragaman pendapat yang mendasar, demikian juga halnya dengan kriteria tindak pidana perkosaan. Sebab dalam prakteknya perbuatan persetubuhan dilakukan dengan jalan suka sama suka tetapi karena salah satu pihak merasa dirugikan maka ia mengklaim bahwa perbuatan tersebut merupakan tindak pidana perkosaan. Maka perlu batasan tentang tindak pidana perkosaan.


(42)

Bab IV : Bab ini merupakan analisa kasus putusan Pengadilan Negeri No.166/Pid.B/2009/PN.Kis,yang dilengkapi dengan upaya penanggulangan peranan psikologi kriminil dalam menanggulagi tindak pidana pemerkosaan seorang ayah terhadap anak kandungnya. Disini penulis mencoba menganalisa kasus pemerkosaan yang dilakukan seorang ayah kandung terhadap anaknya sendiri. Pada bagian berikutnya akan diuraikan pula upaya penanggulangan tindak pidana pemerkosaan serta peranan psikologi kriminil dalam menanggulangi tindak pidana pemerkosaan eorang ayah terhadap anak kandungnya.

Bab V : Berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan rangkuman dari keseluruhan pembahasan yang diajukan. Hal ini merupakan intisari dari apa yang telah di bahas. Sedangkan saran – saran merupakan bahan masukan kepada para pihak yang berkompeten, pemikir dan intelektual untuk menggunakan metode baru yang mapan dalam menaggulangi kejahatan perkosaan oleh ayah terhadap nak kandungnya, di tinjau dari psikologi kriminil.


(43)

BAB II

PSIKOLOGI KRIMINIL SEBAGAI BAGIAN DARI

KRIMINOLOGI

Beberapa ilmu pengetahuan itu pada mulanya hanya dipandang sebagai ilmu pengetahuan pendamping atau pelengkap saja dari hukum positif. Namun dalam perkembangannya dewasa ini semakin menempati posisi studi yang penting. Malahan ilmu – ilmu pengetahuan tentang hukum yang bersifat ilmu kenyataan , berhasil mengembangkan penerapan ajaran – ajaran hukum. Pandangan dogmatis yang legistis bergeser kearah penerapan ajaran yang fungsional dan kritis seiring dengan perkembangan zaman.

Pengetahuan yang ada sekarang ini dan yang masih banyak dipergunakan orang dalam kehidupan pada umumnya disamping tipologi yang kemudian dikembangkan oleh psikologi kepribadian.

Beberapa teori kepribadian yang perlu diketahui dan diperbandingkan dalam hal ini secara garis besar dapat dibentangkan sebagai berikut:

1. Psikoanalisa 31

SIGMUND FREUD mengemukakan konsep tentang masalah kesadaran dan ketidak sadaran . Dalam konsep itu diterangkan bahwa kepribadian seseorang terletak pada tingkat kesadaran, ada bagian yang disadari dan ada bagian yang tidak disadari. Diantara dua bagian itu ada bagian lain yang ada di tingkat sadar hanya merupakan bagian kecil dari seluruh kepribadian manusia. Kalau dilihat

31

Freud, Sigmund, (1910). Leonardo da Vinci : A study in Psyco – sexuality. New York : Random House, Inc, 1947


(44)

dari strukturnya kepribadian itu terdiri atas tiga sistem utama, yaitu ID, EGO dan SUPER EGO.

a. ID;

Sebagai sistem utama dari kepribadian berisi segala hal yang bersifat psikologis yang diturunkan dan sudah ada sejak lahir termasuk instink yang dimiliki.

Merupakan reservoar dari energi psikis dan juga sebagai penggerak dari EGO dan SUPER EGO

FREUD mengatakan bahwa ID sebagai “the true psychic reality” merupakan pencerminan penghayatan subjektif yang tidak memiliki pengetahuan objektif.

b. EGO

Berkembang karena adanya kebutuhan organisme untuk mengadakan hubungan yang sesuai dengan lingkungan yang objektif dan nyata. Yang berfungsi sebagai penghubung antara kebutuhan – kebutuhan organisme dan dunia sekitarnya sebagai tempat penyaluran kebutuhan, menguji rencana pemuasan kebutuhan dengan kesempatan dan keadaan nyata dilingkungannya serta mempertahankan pribadi individu dari keadaan yang dapat membahayakan .

c. SUPER EGO

Disebut juga sebagai bagian kepribadian yang mewakili unsur nilai dan harapan – harapan masyarakat dan budaya yang telah diserap seorang anak pada masa mudanya melalui hubungan dengan kedua orang tuanya. Fungsinya


(45)

menghambat impuls – impuls yang berasal dari ID terutama impuls seksual yang bersifat agresif, karena tidak dikehendaki masyarakat.

Kalau dilihat dari dinamikanya, maka kepribadian itu mempunyai tiga hal yang penting, ialah instinct, anxiety dan defence mechanism. Penggunaan mekanisme pertahanan diri itu sendiri masi wajar sampai batas tertentu. Kalau seseorang terlalu banyak menggunakannya, berarti banyak masalah yang dihadapi tidak dapat diselesaikan secara wajar dan yang lebih berat dapat timbul pada keseimbangan kepribadiannya. Keadaan itu kalau terlalu parah dan mekanisme pertahanan diri tidak dapat membantu lagi, maka kepribadiannya dapat terganggu.

2. Behaviourism32

Behaviourism bertolak dari anggapan bahwa hampir semua tingkah laku adalah hasil belajar dan diubah dengan belajar. Melalui belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, bahasa, sikap, nilai, keterampilan, ketakutan, sifat dan kemampuan untuk mawas diri.

B.F. SKINNER sebagai salah seorang tokoh ajaran tingkah laku ini penentang aliran psikoanalisa. Menurut pendapatnya keterangan yang mentalistik intrapsikik seperti yang dikemukakan oleh psikoanalisa ( dalam diri jiwa seseorang yang menganggap adanya sesuatu diri dan atau ketidaksadaran ).berasal dari sisa – sisa pandangan animisme yang primitif.

Dalam meninjau kepribadian, SKINNER menitikberatkan pandangannya pada tingkah laku yang tampak dan dapat diuji secara empiris. Ia tidak mau berurusan dengan isi manusia. Dan manusia dianggapnya sebagai kotak yang

32


(46)

tidak tertutup dan tidak perlu dibuka. Setiap tingkah laku manusia sebagai defendence variabel dapat dicari penyebab dan unsur – unsur yang mempengaruhinya, sehingga tingkah laku itu terjadi. Yang penting, bagaimana keadaan lingkungannya dan tingkah laku apa yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan pada lingkungan.

Beberapa konsep dasarnya dimulai dengan anggapan umum yang menyatakan bahwa setiap tingkah laku akan mengikuti suatu ajaran atau hukum tertentu yaitu tingkah laku terjadi karena hubungan sebab akibat berdasarkan analisa fungsional. Dengan memanipulasikan berbagai kondisi lingkungan akan timbul tingkah laku tertentu, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan atau aturan tertentu.

3. Phenomenologycal theory33

Dalam teori kepribadian, kelompok Humanistic mempunyai dasarpandangan “phenomenology”. Tokoh- tokhnya antara lain HENRY A.MURRAY, KURT LEWIN, ABRAHAM MASLOW, CARL ROGERS.

Sebagai bahan pebandingan antara teori Psikoanalisa dan Behaviorism, maka CARL ROGERS mengemukakan pandangan menegenai “self theory”. Sesuai dengan teorynya , yaitu phenomenology, maka yang dianggap penting untuk diketahui tentang manusia adalah “ pengalaman seseorang yang sifatnya subjektif”.

ROGERS mengemukakan bahwa tingkah laku sepenuhnya tergantung kepada bagaimana seseorang mengamati dunianya. Tingkah laku itu sebagai

33


(47)

akibat dari kejadian – kejadian sesaat dari pengamatan pertama yang diberi makna oleh seseorang. Cara yang terbaik untuk mengamati suatu tingkah laku adalah melalui “ frame of reference “ yang ada di dalam setiap orang. Dasar yang paling dalam dari manusia selalu bergerak maju, bertujuan, konstruktif, realistis dan dapat dipercaya. Manusia sebagai kekuatan energi yang aktif dan berorientasi kepada tujuan masa depan juga bertujuan untuk menyatakan dirinya sebagai manusia yang utuh.

A. Pengertian Kriminologi

Kriminologi termasuk cabang ilmu yang baru, berbeda dengan hukum pidana yang muncul begitu manusia bermasyarakat. Kriminologi beru berkembang tahun 1850 bersama – sama sosiologi, antropologi dan psikologi. Berawal dari pemikiran bahwa manusia merupakan serigala bagi manusi lain ( Homo Homini Lupus ), selalu memntingkan diri sendiri dan tidak mementingkan orang lain. Oleh sebab itu maka diperlukan satu norma untuk mengatur kehidupannya. Hal itu sangat penting demi menjamin rasa aman bagi manusia lainnya. Dalam ilmu hukum berbagai Norma yang berlaku dalam masyarakat yaitu:

1. Norma Agama 2. Norma Kesusilaan 3. Norma Kesopanan 4. Norma Hukum


(48)

Yang masing – masing norma tersebut diatas memiliki fungsi – fungsi tersendiri.

Pengertian Kriminologi yang disampaikan oleh P.Topinrd ( 1830- 1911) seorang ahli antrpologi Perancis , secara harafiah berasal dari kata “ crimen “ yang berarti Kejahatan atau penjahat adan “Logos”yang berarti Ilmu Pengetahuan. Maka Kriminologi dapat berarti Ilmu ini tentang Kejahatan atau Penjahat. Beberapa sarjana memberikan pengertian yang berbeda mengenai kriminologi ini. Diantaranya adalah :

1. BONGER

Memberikan defenisi kriminologi sabagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas – luasnya dan Bonger membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang mencakup:

a. Antropolgi Kriminil, ilmu pengetahuan tentang manusia jahat.

b. Sosiologi Kriminil, ilmu tentang pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala masyarakat.

c. Psikologi Kriminil, ilmu pengetahuan yang melihat penjahat dari sudut jiwanya.

d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil, yaitu ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa dan urat syaraf.

e. Penologi, ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.


(49)

1. Higiene kriminil, usaha yang bertujuan mencegah terjadinya kejahatan

2. Politik Kriminil, usaha penaggulangan kejahatan dimana satu kejatan terjadi . Disini dilihat sebab – sebab seorang melakukan kejahatan , kkalau karena faktor ekonomi maka yang perlu diperbaiki adalah kesejahteraan masyarakatnya.

3. Kriminalistik, yang merupakan ilmu tentang pelaksaan penyidikan tekhinik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

2. SUTHERLAND

Merumuskan Kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial. Menurut SUTHERLAND Kriminologi mencakup proses – proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggran hukum. Sehingga olehnya dibagi menjadi empat yaitu :

1. Sosiologi hukum, ilmu tentang perkembangan hukum

2. Etiologi hukum yang men coba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab – sebab kejahatan

3. Penologi yang menaruh perhatian atas perbaikan narapidana

4. Etiologi hukum yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab – sebab kejahatan.

3. PAUL MUDIGNO MULYONO tidak sependapat dengan defenisi yang diberikan SUTHRLAND, menurutnya defenisi itu seakan – akan tidak memberika gambaran bahwa pelaku kejahatan itupun punya andil atas


(50)

terjadinya kejahatan, oleh karena terjadinya kejahatan bukan semata – mata perbuatan yang ditentang oleh masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan perbuatan jahat yang ditentang oleh msyarakat tersebut. Karenanya PAUL MUDIGNO MULYONO memberikan defenisi Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia.

4. WOLFGANG SAVITS dan JHONSTON

Memberikan defenisi sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan menganalisa secara ilmiah keterangan – keterangan, keseragaman – keseragaman, pola – pola dan faktor – faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.

Objek Kajian Kriminologi

Objek kajian Kriminologi mencakup tiga hal yaitu. Penjahat, Kejahatan dan Reaksi masyarakat terhadap keduanya. SHUTERLAND ( dari aliran Hukum / Yuridis ) membatasi objek studi kriminologi pada perbuatan – perbuatan sebagaimana ditentukan dalam hukum pidana saja. Pendapat Shuterland ini mendapat tantangan dari para sarjana lainnya. Mann Heim ( dari aliran non yuridis atau sering dikenal dengan aliran sosiologis ) misalnya yang mengatakan sependapat dengan Thoesten Sellin bahwa kriminologi harus diperluas dalam memasukkan “ conduct Norm “ atau norma – norma kelakuan yang telah digariskan oleh berbagai kelompok – kelompok masyarakat. Conduct Norm


(51)

dalam masyarakat menyangkut Norma Kesopanan, Norma Susila, Norma Adat, Norma Agama dan Norma Hukum. Jadi objek studi kriminologi bukan saja perbuatan – perbuatan yang bertentangan dengan tingkah laku yang oleh masyarakat tidak disukai, meskipun perbuatan itu bukan merupakan tingkah laku yang leh masyarakat tidak disukai, meskipun perbuatan itu bukan merupakan pelanggaran dalam hukum pidana.

A.1.Faktor – Faktor Yang Memicu Perkembangan Kriminologi Dua faktor yang memicu perkembangan kriminologi yaitu :

1. Ketidakpuasan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman.

2. Munculnya penerapan metode satatistik

Ad. 1 Ketidakpuasan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman.

Hukum Pidana pada abad ke – 16 hingga abad ke 18 dijalankan semata – mata untuk menakut nakuti dengan penjatuhan hukuman yang berat – berat, sehingga menjadi hal yang biasa pada saat itu melihat hukuman badan yang sadis. Hal ini dilakukan ini dilakukan bertujuan bagaimana supaya masyarakat pada umumnya dapat terlindungi dari kejahatan. Dalam Hukum Acara Pidana tersangka diperlakukan selayaknya barang untuk diperiksa. Dilakukan dengan rahasia tergantung keinginan sipemeriksa sehingga hak – hak tersangka dilanggar secara total. Selanjutnya muncul gerakan terhadap sistem tersebut. CESARE BECCARIA ( 1738- 1794 ) seorang bangsawan Italia yang juga ahli matematika dan ahli ekonomi yang menaruh perhatian pada kondisi hukum saat itu. Yang juga


(52)

merupakan tokoh paling keras dalam usaha menentang kesewenang – wenagan lembaga peradilan pada saat itu. Dalam bukunya dia menguraikan atas keberatan – keberatan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman.

Delapan prinsip yang menjadi landasan bagaimana hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem penghukuman dijalankan yaitu :

1. Perlunya dibentuk suatu masyarakat berdasarkan prinsip scial contrac 2. Sumber Hukum adalah Undang – undang dan bukan hakim

3. Tugas hakim adalah menemukan kesalahan seseorang

4. Menghukum adalah hak negara melalui aparat penegak hukum 5. Dibuat skala perbandingan antara kejahatan dan hukuman

6. Didalam melakukan kejahatan pada dasarnya manusia melakukan perbuatan tersebut didasarkan atas dasar sifat hedonisme

7. Dalam menentukan hukuman didasarkan pada perbuatannya dan bukannya pada niatnya

8. Prinsip dari hukum pidana adalah ada pada sanksinya yang positif.

Prinsip – prinsip ini kemudian diterpkan oleh Napoleon dalam Undang – undangnya yang dikenal sebagai CODE CIVIL NAPOLEON ( 1791). Ada tiga prinsip yang diadopsi dalam Undang – Undang tersebut yaitu :

1. Kepastian Hukum, asas ini diartikan bahwa hukum harus dibuat dalam bentuk tertulis . Beccaria bahkan melarang hakim itu menginterpretasikan undang – undang karena dia bukan lembaga legislatif.


(53)

2. Persamaan di depan Hukum, asas ini menentang keberpihakan di depan hukum, untuk itulah maka dituntut untuk menyamakan derajat setiap orang didepan hukum.

3. Keseimbangan antara Kejahatan dan Hukuman, beccaria melihat bahwa dalam pengalaman ada putusan – putusan hakim yang tidak sama satu sama lain hal ini disebabkan oleh karena Spirit of the law ada pada hakim melalui kekuasaannya dalam menginterpretasikan undang – undang. Selain Beccaria tercatat nama Jeremy Bentahm sebagai tokoh yang menghendaki perubahan terhadap sisrtem penghukuman yang pada waktu itu dia menerbitkan suatu rencana pembuatan Rumah Penjara dengan nama PANOPTICON atau THE INSPECTION HOUSE.

Ad. 2. Munculnya penerapan metode statistik

Statistik adalah pengamatan massal dengan menggunakan angka – angka yang merupakan salah satu faktor pendorong perkembangan ilmu – ilmu sosial. QUETELET ( 1796 – 1829 ) ahli ilmu pasti dan sosiologi dari Belgia yang pertama kali menerapkan statistik dalam pengamatannya tentang kejahatan. Dia yang membuktikan pertamakali bahwa kejahatan adalah fakta kemasyarakatan. Dalam pengamatannya Quetelet melihat bahwa dalam kejahtan terdapat pola – pola yang setiap tahunnya selalu sama, sehingga dia menyimpulkan bahwa kejahatan dapat diberantas dengan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat.


(54)

Madzab dalam Kriminologi

Dalam perkembangan lahirnya teori – teori tentang kejahatan, maka dapat dibagi menjadi empat madzab atau aliran yaitu :

1. Madzab Klasik 2. Madzab Kartografik 3. Madzab Socialis 4. Madzab Tipologi Ad.1.Madzab Klasik

Madzab Kriminologi klasik dipengaruhi oleh ajaran agama, hedonisme, rasionalisme dan lain – lain. Madzab Kriminologi klasik mulai berkembang di Inggris selama pertengahan abad 19, kemudian pengruhnya meluas kenegara – negara eropa lainnya termasuk sampai ke Amerika Serikat . Tokoh aliran ini antara lain Becaria, yang mengatakan pelaku memiliki kehendak bebas ( Free Will ) dengan konsekuensi yang telah dikalkulasikan sendiri. Oleh karena itu menurut aliran ini persoalan sebab kejahatan telah dijawab secara sempurna sehingga tidak perlu lagi digali melalui penelitian untuk menemukan sebab musabab kejahatan. Ad.2. Madzab Kartografik

Peletak dasar Mazab ini adalah Quelet dan A. M. Guery. Penganut madzab ini berpendapat bahwa segala kejahatan sebagai ekspresi kondisi sosial tertentu. Sistem pemikiran ini bukan hanya meneliti jumlah kriminalitas secara umum saja tetapi melakukan study khusus tentang Juvenile Delequency ( kenakalan remaja ). Dan mengenai kejahatan profesional yang ada pada saat itu.


(55)

Madzab ini mengacu pada ajaran Marx dan Engels yang telah dimulai sejak tahun 1850 yang didasarkan pada diterminisme ekonomi. Menurut mazhab ini kriminalitas adalah konsekuensi dari masyarakat kapitalis akibat sistem ekonomi yang diwarnai dengan penindasan terhadap kaum buruh, sehingga menciptakan faktor – faktor yang mendorong berbagai penyimpangan termasuk kejahatan sesuai dengan ideologinya. Maka mazdab ini menampilkan ajaran masyarakat sosialis.

Ad. 4. Madzab Tipologi

Madzab Tipologi atau Biotopologi tercatat dalam sejarah kriminologi meliputi tiga kelompok yang berpendapat bahwa “ beda antara penjahat dan bukan penjahat terletak pada sifat tertentu pada kepribadian, yang mengakibatkan sesorang tertentu dalam keadaan tertentu berbuat kejahatan dan seseorang yang lain tidak.

Kelompok Tipologi diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Lombrosian

Aliran ini dipelopori leh seorang dokter Italia C. LAMBROSO. Oleh karena itu madzab ini dinamakan madzab Italia. Penyebaran pendapat ini dilakukan dengan menggunakan pamlet tahun 1876 kemudian berkembang menjadi tiga buku. Pada mulanya mazhab ini dengan tegas mengelurkan pendapatnya sebagai berikut :

Penjahat sudah sejak lahirnya memiliki tipe tersendiri. Tipe ini dapat dikenali melalui beberapa ciri tertentu seperti, tengkorak yang simetris, rahang bawah pesek, rambut janggut yang jarang, dan tahan sakit. Tanda – tanda lahiriah itu


(56)

bukan penyebeb kejahtan, tanda itu pembawaan sejak lahir sebagai ciri seorang penjahat, karena ada kepribadian sejak lahir mereka tak dapat terhindar untuk berbuat kejahatan kecuali jika lingkungan dan kesermpatan tidak memungkinkan.

2. Mental Testersi

Pelopornya adalah GODDARD aliran ini berrpendapat bahwa Feele Mindedness ( kelemahan otak) ini dapat menimbulkan kejahatan. Goddard dengan teorinya mengatakan bahwa kelemahan otak yang diturunkan oleh orang tuanya sesuai dengan hukum – hukum mandel, mengakibatkan orang – orang tersebut tidak mampu menilai sebagaimana mestinya. Aliran – aliran inipun lama – lama pudar karena setelah dilakukan standarisasi tes mengenai kelamhan otak dalam sebab kejahatan tidak menunjukkan hasil yang memuaskan seperti adanya kejahatan White Collar Crime.

Teori – Teori dalam Kriminologi

GEORGE B. VOLD menyebutkan bahwa teori adalah bagian dari suatu penjelasan yang muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang tidak dimengerti. Sejarah peradaban manusia mencatat adanya dua bentuk pendekatan yang menjadi landasan bagi lahirnya teori – teori dalam kriminologi yaitu :

1. Spritualisme

Dalam penjelasan tentang kejahatan, spritualisme memiliki perbedaan yang mendasar dengan metode penjelasan kriminologi yang ada pada saat ini. Penjelasan Spriritualisme memfokuskan perhatian pada perbedaan antara kebaikan yang datangnya dari dewa/ tuhan dan keburukan yang datangnya dari


(57)

setan. Seseorang yang telah melakukan suatu kejahatan dipandang sebagai orang yang telah kena bujukan setan. Pendekatan Spritualisme ini menekankan pada kepercayaan bahwa yang benar – benar pasti menang dengan menggunakan kepercayaan ini sehingga segala persoalan yang dihadapi dimasyarakat selalu disesuaikan dengan metode – metode yang mereka yakini sebagai sebuah kebenaran.

2. Naturalisme

Naturalisme merupakan model pendekatan lain yang sudah ada sejak berabad – abad yang lalu. Hippocrates menyatakan “ the brain is organ of the maind “ otak adalah organ untuk berfikir. Perkembangan paham rasionalisme yang muncul dari perkembangan ilmu alam setalah abad pertengahan menyebabkan manusia mencari model yang lebih rasional dan mampu dibuktikan secara rasional.

Beberapa teori yang sangat relevan untuk dilakukan pengkajian, yaitu : 1. BODY TYPES THEORIES ( TEORI TIPE FISIK )

Teori ini mengemukakan bahwa penjahat itu dapat dilihat dengan kondisi fisik tertentu. Para ahli yang memiliki teori dengan model tipe fisik ini melihat orang melakukan kejahatan dapat diamati melalui keadaan fisik, baik fisik yang terlihat maupun fisik yang termasuk kedalam gen.

2. CULTURAL DEVIANCE THEORIES ( TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA )


(58)

Teori ini memfokuskan diri pada perkembangan area – area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan diintegrasi nilai – nilai konvensional yang disebabkan oleh industialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi dan urbanisasi.

3. TEORI LABELING ( TEORI PEMBERIAN CAP / LABEL )

Teori Labeling ini merupakan teori yang terinspirasi oleh bukunya Tannembaum yang berjudul Crime and The Cumunity menurutnya, kejahatan tidaklah sepenuhnya hasil dari kekurangmampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan kelompoknya, akan tetapi dalam kenyataanny ia dipaksa untuk menyesuaikan bahwa kejahatan merupakan hasil dari konflik antara kelompok dengan masyarakatnya.

4. TEORI PILIHAN RASIONAL

Pilihan Rasional berati pertimbangan – pertimbangan yang rasioanal dalam menentukan pilihan perilaku yang kriminil atau non kriminil dengan kesadaran bahwa ada ancaman pidana apabila perbuatannya yang kriminil diketahui dan dirinya diproses melalui peradilan pidana. Dengan demikian maka semua perilaku kriminil adalah keputusan – keputusan rasional.

A.3. Penggolongan Pendapat Sarjana tentang Sebab Musabab Kejahatan 1. Golongan Salahmu sendiri

Menurut golongan ini tidak perlu dicari sebab musabab kejahatan, karena setiap perbuatan yang dilakukan seseorang berdasarkan pertimbangan yang sadar yang telah di[erhitungkan untung ruginya. Golongan ini adalah Rasionalisme, Hedonisme, Utilitarianisme.


(59)

2. Golongan Tiada yang Salah

Menurut golongan ini seseorang yang melakukan kejahatan, memeng ada sebabnya namun diluar kesadaran atau kemampuan untuk mengekangnya. Seperti sering dikatakan orang yang berbuat jahat karena kemasukan setan terkena kekuasaan kegelapan, kemudian dicetuskan leh ahli – ahli psikiatri dan psikologi bahwa mereka yang berbuat jahat disebabkan oleh pada dirinya terdapat kondisi psikolois abnormal.

3. Golongan Salah Lingkungan

Menurut golongan ini sebab musabab adanya orang yang melakukan kejahatan terletak pada pengaruh – pengaruh lingkungan seperti, kondisi masyarakat yang tidak baik, faktor kemiskinan, sehingga semboyan golongan ini adalh bahwa dunia adalah lebih bertanggungjawab terhadap bagaimana jadinya saya, daripada saya sendiri. Maka golongan ini sangat beraksi terhadap pendapat Lambroso yang meletakkan pemikirannya pada sebab kejahatan oleh faktor antropologis atau bakat.

4. Golongan Kombinasi

Golongan ini dipelopori oleh murid Lambroso yaitu Ferry, yang mengatakan bahwa sebab kejahatan terletak pada faktor Bio – Sosiologis atau bakat dan lingkungan yang sama – sama memberi pengaruh terhadap pribadi dan kondisi seseorang, sehingga rumusnya adalah :

K = B + L K = Kejahatan B = Bakat


(60)

L = Lingkungan

Namun menurut Bonger perlu ditambahkan menjadi : K= ( B + L ) + L

Yang mana L berikutnya adalah lingkungan keluarga, karena manusia masih sejak orok sudah dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.

Adapun dalam mempelajari kriminolgi terdapat beberapa manfaat yang dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu:

1. Manfaat untuk pribadi yaitu agar kita tidak menjadi korban kejahatan dan pelaku kejahatan

2. Manfaat bagi masyarakat yaitu kejahatan itu berasal dari masyarakat, korbannya juga masyarakat jadi pencegahannya juga dari masyarakat 3. Manfaat ilmiah yaitu dapat memberikan masukan – masukan dalam

membuat putusan bagi pembuat undang – undang.

4. Manfaat lain yaitu sebagai bahan masukan bagi aparat penegak hukum baik secara venal maupun nonvenal

5. Memberikan informasi kepada semua instansi atau perusahaan dalam melaksanakan pengamanan internal serta melaksanakan fungsi konsisten dan konsekuen dalam pencegahan kejahatan

6. Memberikan informasi kepada masyarakat baik secara umum maupun pemikiran untuk membentuk pengamanan swakarsa dalam pencegahan kejahatan.


(61)

B.Pengertian Psikologi Kriminil

Psikologi kriminil adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut kejiwaan si pelaku. Jika kita perhatikan batasan – batasan yang pernah dikemukakan oleh para psikolog yang berminat dalam bidang ini ternyata mereka mendasarkan suatu pendapat tentang adanya hubungan perbuatan dengan jiwa manusia dan pelakunya.

Seperti yang dikemukakan oleh Crow & crow bahwa psikologi itu terdapat empat alur penelitian psikologis yang berbeda telah menguji hubungan antara kepribadian dengan kejahatan. Pertama, melihat kepada perbedaan – perbedaan antara struktur kepribadian dari penjahat dan bukan penjahat. Kedua, memprediksi tingkah laku. Ketiga, menguji tingkatan dimana dinamika – dinamika kepribadian normal beroperasi dalam diri penjahat, dan keempat, mencoba menghitung perbedaan – perbedaan individual antara tipe – tipe dan kelompok – kelompok pelaku kejahatan.34

d. Sigmund Freud

Psikologi kriminil merupakan cabang ilmu psikologi terapan yang dipergunakan untuk mengidentifikasi suatu hubungan kausalitas antara kondisi karakteristik dan deternimistik jiwa pelaku tindak pidana terhadap sebab – sebab terjadinya kejahatan. Mengenai defenisi dari Psikologi Kriminal itu sendiri, para sarjana memberikan pendapatnya sebagai berikut :

35

Psikologi kriminil dengan menggunakan teori psikoanalisa menghubungkan antara delinquent ( kejahatan ) dan perilaku kriminil dengan suatu conscience(

34

Topo Santoso, dkk, Kriminologi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ) hlm 49

35


(1)

keadaan terpepet dan akan diperkosa, maka ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan.

1. Jika kita seorang yang ahli bela diri, maka bersikaplah tenang dan manfaatkanlah ilmu bela diri yang dimiliki dengan memukul ataupun menendang pusat kelemahan pelaku.

2. Jangan menangis atau meminta kasihani, sebab sikap ini akan menambah rangsangan seksual pelaku. Lebih baik kita bercerita tentang anak, atau yang lainnya. Kemudian kenalilah identitas pelaku dengan melihat tanda – tanda khusus, seperti tahi lalat, cacat di muka dan ciri – ciri yang lain yang dapat diketemukan .

Inilah beberapa langkah yang menurut hemat penulis dapat dilakukan bila kita hendak diperkosa oleh orang yang tidak kita kenal sama sekali, tanpa menepikan faktor – faktor dan upaya yang lain.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertitik tolak dari materi pembahasan skripsi yang telah penulis kemukakan pada bab – bab terdahulu, pada kesempatan ini penulis mencoba merangkumnya kedalam beberapa kesimpulan. Kesimpulan mana diharapkan merupakan intisari dari pembahasan yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan tersebut antara lain adalah :

1. Secara umum tindak pidana perkosaan terjadi karena adanya niat dan kesempatan untuk melakukan tindak pidana perkosaan tersebut.

2. Secara psikologi kriminil, tindak pidana perkosaan terjadi karena pelaku tidak mampu untuk menaggulangi rangsangan seksual spontanitas yang tumbuh dari dalam dirinya. Ketidakmampuan tersebut timbul karena adanya gangguan jiwa anilah ynga mendorong pelaku untuk melakukan perksaan. 3. Seorang ayah yang tega memperkosa anaknya adalah karena si ayah tidak mampu menetralisir rangsdanganseksual yang ada pada dirinya. Hal ini di pengaruhi oleh tingkat keimanan sang ayah.

4. Perkosaan dapat terjadi karena mengundang pelaku untuk melakukan perkosaan atas dirinya. Undangan ini dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.


(3)

B.Saran – saran

1. Untuk menghindarkan terjadinya perkosaan, hendaknya para wanita tidak terlalu percaya kepada seorang lelaki yang tidak di kenal maupun yang telah dikenal nya dengan baik. Dan selalulah waspada bila melihat gelagat yang kurang baik dari seorang laki – laki yang di jumpai. 2. Laporkan secepatnya bila pada diri anda terjadi perkosaan, agar pelau secepatnya dapat ditangkap sebelum wanita lain jadi korban selanjutnya.

3. Hendaknya para hakim yang menangani kasusu perkosaan menjatuhkan hukuman yang serimpal atas pelaku, seimbang dengan trauma yang dialami koraban seumur hidupnya

4. Para orang tua harus menanamkan nilai – nilai agama kepada anak – anaknya agar setelah dewasa dan menjadi orang tua tidak melakukan perbuatan amoral yang menjurus pada tindak pidana perkosaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arrasyd, Chainur, SH., Psikologi Kriminil, Fakultas Hukum USU, Medan, 1980.

2. Alam, A.S.,DR, Pelacuran dan Pemerasan, Studi Sosilogi Tentang

Eksploitasi Manusia Oleh Manusia, Alumni, Bandung, 1980

3. Bawengan, Gerson, W. DR, SH, Pengantar Psikologi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1977.

4. Berkas Perkara No. 166/Pid. B/2009/ PN- Kis

5. Daradjat, Zakiah, Prof. DR, Masalah Kejiwaan dan Peranan Ibu Dalam

Kelurga, Penumbuhan Agama dan Kebudayaan, kertas kerja disajikan pada

Simposium Generasi Muda tanggal 26- 10- 1985 di Bina Graha Medan.

6. Daradjat, Zakiah, Prof. DR, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, 1983.

7. D.Soedjono, SH., Patologi Sosial, Alumni, Bandung, 1982.

8. D.Soedjono, SH., Sosio Kriminilogi, Amalan – amalan Ilmu Sosial, Dalam Studi Kejahatan, Sinar Baru, Jakarta,1984.

9. D.Soedjono, SH., Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung, 1983. 10. Freud, Sigmund, (1910). Leonardo da Vinci : A study in Psyco – sexuality. New York : Random House, Inc, 1947

11. George Boeree, Personality Theory , Jakarta : Prisma Sophie, 2008

12. Kartono, Kartini, Dra, Psikologi Abnormal dan Patologi Seks, Alumni, Bandung 1985.


(5)

13. Kartono, Kartini, Dra, Patologi Sosial 2, Rajawali, Jakarta, 1986.

14. Kompas, dalam artikel “ Soal Perkosaan anak, Cara Pandang Hakim

Sebaiknya Diubah”18 Oktober 2000.

15. Kompas, dalam artikel “Jangan Kirimi aku Bunga”18 oktober 2000. 16. Kusumah Mulyanah W., Kejahatan dan Penyimpangan, Yayasan LBH Indonesia, 1986.

17. Ninik Widyanti. Panji Anoraga, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya, ditinjau dari Kriminologi dan Sosial, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987,

18. Matt Jarvis, Personality Theory ,Bandung : Nusa Media, 2009 .

19. Majalah Mingguan Femina, Menghindari Perkosaan, No.39 / XIII – 8 Oktober 2006.

20. Rukmini, Mien , Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Alumni: Bandung 2006

21. Morgan, King, Robinson, Introduction To Psycology, Sixth Edition New York : Mcgrows Hill Book Company Inc,1979

22. Prakoso, Djoko, Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka Pada Tahapan Penyidikan,(Jakarta : Ghalia Indnesia , 1983

23. Prakoso, Djoko, SH., Perkembangan Delik – Delik Khusus di Indonesia, Aksara Persada Indonesia, 1987.

24. Soerjono Soekanto, Bebarapa Catatan Tentang Psikologi Hukum, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1989


(6)

26. Topo Santoso, dkk, Kriminologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

27. Triasti Ardhi Ardhani, dkk, Psikologi Klinis, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007.