HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS (studi deskriptif pada siswa sekolah bulutangkis kelompok usia 11-13tahun).
HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN
KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS
(studideskriptifpadasiswasekolahbulutangkiskelompokusia 11-13tahun)
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat UntukMemperolehGelarSarjanaSains
Program StudiIlmuKeolahragaan
Oleh :
IMAN NUGRAHA NIM. 1002256
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
(2)
IMAN NUGRAHA, 2014
HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS (studideskriptifpadasiswasekolahbulutangkiskelompokusia 11-13 tahun)
Oleh ImanNugraha
Sebuahskripsi yang diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelar SarjanaSains Program StudiIlmuKeolahragaan
© ImanNugraha 2014 UniversitasPendidikan Indonesia
Oktober 2014
HakCiptadilindungiundang-undang
Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhnya, atausebagian, Dengandicetakulang, diphotocopyataucaralainnyatanpaijindaripenulis
(3)
LEMBAR PENGESAHAN IMAN NUGRAHA
1002256
HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS (studideskriptifpadasiswasekolahbulutangkiskelompokusia 11-13 tahun)
Disetujuidandisahkanolehpembimbing :
Pembimbing I
Dra.YatiRuhayati, M.Pd NIP. 196311071988032002
Pembimbing II
Nur Indri Rahayu, S.Pd, M.Ed NIP. 198110192003122001
Mengetahui,
Ketua Program StudiIlmuKeolahragaan FPOK UPI
Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP.196212221987031002
(4)
IMAN NUGRAHA, 2014
HubunganMotivasiOlahragaDenganPenguasaanKeterampilanTeknikDasarB ermainBulutangkis
(studideskriptifpadasiswasekolahbulutangkiskelompokusia 11-13 tahun)
DosenPembimbing :Dra. YatiRuhayati, M.Pd Nur Indri Rahayu, S.Pd, M.Ed
ImanNugraha 1002256 ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh
asumsirendahnyamotivasiatlet/siswasehinggaberpengaruhdengankemampuanketer ampilanteknikdasar yang dimilikiolehseorangatlet/siswa. Penelitianinimenggunakanmetodedeskriptifkorelasional yang bertujuan, (1) Untukmengetahuigambaranmotivasiolahragadanketerampilanteknikdasarbermainb ulutangkissiswasekolahbulutangkisumur 11-13 tahun, (2) Untukmengujiapakahterdapathubunganmotivasiolahragadenganketerampilantekni kdasarbermainbulutangkissiswasekolahbulutangkisumur 11-13 tahun. Sampelpenelitianadalah 20 atletsekolahbulutangkis PK50 umur 11-13 tahun.Pengambilansampelmenggunakanteknik sampling purvosive.Instrument dalampenelitianiniadalahkuesionerdantes.Dilihatdari R2 (R Square) ataukoefisiendeterminasimencapai
0.371.Iniberartimotivasimemberikankontribusidalampembentukanketerampilantek nikdasardengansumbanganefektif 37.1%, sedangkansisanya 62.9% dipengaruhiolehfaktorlain yang tidakditeliti.
(5)
THE RELATIONSHIPS BETWEEN SPORTS MOTIVATION WITH MASTERY OF SKILL OF BADMINTON BASE TECHNIQUE
(Descriptive study on badminton school students 11-13 years) Promotor : Dra. YatiRuhayati, M.Pd1
Co Promotor :Nur Indri Rahayu, S.Pd, M.Ed2 ImanNugraha
1002256 ABSTRACT
This study was motivated by assumption that low motivations of the athletes/student and therefor contributes to ability of base technique skills which is owned by athletes/students. This study used was correlational method which aims, (1) to describe sports motivation and badminton base technique skill, (2) to determine whether there was relationship between sports motivation with badminton base technique on badminton students 11-13 years. Sample of this study were 20 athletes from PK50 badminton club 11-13 years. Sampling used was purposive sampling technique. The instruments of this study are questionnaire and test. R Square showed 0.371 its mean motivation contributed to provided base technique skills with effectively contribution was 37.1%, and residual was 62.9% was correlated by other factors.
(6)
IMAN NUGRAHA, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. LatarBelakangPenelitian ... 1
2. RumusanMasalah ... 5
3. TujuanPenelitian ... 5
4. ManfaatPenelitian ... 5
5. StrukturOrganisasi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORITIS ... 8
A. KajianPustaka ... 8
1. DefinisiPermainanBulutangkis ... 8
2. KeterampilanTeknikDasarBermainBulutangkis ... 9
3. MotivasiOlahraga ... 16
a. PengertianMotivasi... 16
b. Motivasi Intrinsic, Ekstrinsik, Dan Amotivasi ... 19
4. HubunganMotivasiOlahragaDenganKeterampilanTeknikDasar ... 21
B. PenelitianTerdahulu ... 22
C. KerangkaBerpikir ... 22
D. HipotesisPenelitian ... 23
(7)
A. DesainPenelitian ... 24
B. Partisipan ... 25
C. Populasi Dan Sampel ... 25
D. InstrumenPenelitian ... 26
E. ProsedurPenelitian ... 36
F. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. HasilPenelitian ... 38
1. AnalisisDeskriptif ... 38
a. DeskripsiHasilAngketMotivasiOlahraga ... 38
b. DeskripsiHasilTesKeterampilan ... 40
2. Statistic Deskriptif ... 42
3. UjiAsumsi ... 43
a. UjiNormalitas ... 43
b. NormaKategoriMotivasiOlahraga ... 44
c. Norma KategoriTesKeterampilan ... 44
d. UjiLinierritas ... 44
4. UjiHipotesis ... 45
a. UjiPearson Correlation ... 46
b. UjiRegresi ... 47
B. PembahasanPenelitian ... 48
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 51
A. Simpulan ... 51
B. Rekomendasi ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 55 RIWAYAT HIDUP
(8)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Dalam setiap kehidupan manusia saat ini sebenarnya semua orang punya masalah dengan motivasi. Rendahnya motivasi yang dimiliki setiap atlet dapat dilihat dari rendahnya keseriusan dan disiplin dalam berlatih. Misalnya, atlet yang memiliki motivasi yang rendah akan berpengaruh juga terhadap inisiatif berlatih yang tidak disiplin, malas dalam berlatih, rendahnya konsentrasi dalam latihan, tidak bersemangat, tidak tepat waktu dalam latihan. Atlet Indonesia kurangmemilikikeyakinanakankemampuan, kurangmemilikimotivasi yang
kuatuntukmenjadijuara, merasatakutkalah, tegang,
dantakuttidakdapatbermaindenganbagus (Hidayat, 2012, hlm. 2). Jika motivasi atlet rendah akan berdampak pada preastasi karena, tidak akan maksimumnya dalam latihan sehingga tidak mampu berprestasi maksimal.Semakinkuatmotivasiseseorangsemakinbesarkemungkinannyadiaberhas ilmelaksanakansuatukegiatanatau tugas.(Gunarsa, 1989: 110) menjelaskan :
Motivasiolahragaadalahkeseluruhandayapenggerak di dalamdiriindividu
(atlet) yang menimbulkankegiatanlatihan,
menjaminkelangsunganlatihandanmemberiarahpadakegiatanlatihanuntuk mencapaitujuannya, motivasiiniperludiketahuiolehparapembina, pelatihdan guru olahraga.
OlehsebabituMotivasiolahragadapatdikatakandayapenggerakdengankesempa
tan yang luasuntukmengembangkankemampuannya,
mendapatkanpengakuandandihargaiolehteman-teman,
menemukantemanbarusertapengalamanberlatihdanbertanding yang mendatangkankegembiraandankepuasanbagiseorangatletatauindividuitusendiri.M enurutGunarsa (1989, hlm. 100) motivasiolahragadapatdibagiatasduajenis,
(9)
yaituintrinsikdanekstrinsik.Motivasiintrinsikadalahdorongan yang
bersumberdaridalamdirisiswaatauatlet yang
menyebabkanberpartisipasidalamsuatuaktivitas (Hidayat, 2008, hlm. 61).
Sedangkanmotivasiektrinsikmerupakanmotivasi yang
timbulkarenaadanyafaktorluar yang mempengaruhidirinya (Komarudin, 2013, hlm. 27).Motivasi merupakan tenaga pendorong atau sumber kekuatan dari suatu perbuatan, perilaku, atau perbuatan. Kalau atlet tidak memiliki motivasi, strategi apa pun yang di terapkan dalam latihan tidak akan meningkatkan kemampuannya dengan
baik.Dapatdikatakanbahwamotivasisebagaikecenderungandalamdiriatletatauindivi duuntukmenimbulkankegiatanlatihansebaikmungkin.Atlet yang mempunyaimotivasi yang tinggitidakdipungkirimempunyaisifat yang positifjugaterhadapsuatusituasi yang mengacukearah yang lebihbaik.
Menurut(E,J. Murray dalamgunarsa, 1989, hlm. 92) Motivasi adalah faktor internal yang menggairahkan, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkahlaku seseorang. Motivasijugaditentukanolehtugasataupenampilan yang dilakukan.Jikatugasberhasildenganbaikdiselesaikan,
keyakinandiriatletakanmeningkat. Dengankeyakinandiri yang tinggi,
motivasijugaakanmengalamikenaikan. Tugas yang
berhasildilaksanakanakanmemberitambahanenergidan motif untukbekerjalebihgiat.Motivasimemegangperanan yang pentingdalamolahragaprestasi.Seorangatletharusmampumenjagamotivasinya agar
tetapdalam level yang tinggibaikdalam proses
latihanmaupunpadasaatmenjalanipertandingan. Motivasimemangbukanlahkondisi yang tidakbisaberubah.Setiapsaatmotivasiatletbisamengalamiperubahan, sehinggadiperlukansebuahupaya agar motivasitetapterjagapada level yang optimal.
Bulutangkis merupakan jenis olahraga yang berkembang pesat dan salah satu jenis olahraga yang sangat di gemari di indonesia dan merupakan salah satu cabang olahraga yang sering mengharumkan nama bangsa dan negara di mata dunia Internasional. Sudah banyak prestasi yang diraih oleh atlet-atlet indonesia
(10)
seperti yang kita ketahui Thomas Cup, Uber Cup, tropi All England, hingga mendali emas olimpiade Barcelona tahun 1992. Ini membuktikan bahwa Indonesia tidak bisa di remehkan dalam bidang Bulutangkis. Namun dewasa ini prestasi Indonesia mulai menurun dilihat dari susahnya atlet Indonesia dalam menjuarai suatu kompetisi terutama di kejuaran-kejuaraan Internasional.
ContohatletbulutangkisDuniasepertiTaufikHidayat, Lie chong we, Hendrasetiawan, mohammadahsan.merekamemilikiprestasi yang bagusdikancahdunia perBulutangkisan. selainmemilikiteknik-teknikbermainbulutangkis yang baikmerekajugaMotivasi yang tinggi. Mereka sangat yakin akan teknik yang mereka miliki sehingga dengan mudah melakukan
gerakan-gerakan ketika memukul shutlecoks.
Namunpadadasarnyasetiapatletmemilikitingkat motivasi yang berbeda – beda.
Banyakupaya yang
dilakukanuntukmeningkatkanmotivasiatletdengantujuanatletdapatlebihtermotivasi untukberprestasi.Semakinbesarmotivasiatletuntukmemenangkanpertandingan, makausaha yang dilakukannyaakansemakinbesardansemakinaktif.Atlet yang motivasinyarendahmakadayajuangnyajugarendah.Keyakinan yang
tinggiuntukmenjadijuaradalamsuatu proses
latihandanpertandingantimbulkarenaiayakinakankemampuan yang dimikinyatersebut, seperti smash yang keras, netting yang baik,pukulan yang akurat, stamina yang bagus, danlainnya.
Salah satufaktordalampermainanbulutangkis yang harusdimilikisiswasekolahbulutangkisadalahketerampilandasarbermainbulutangki s yang secarakonseptualdapatdiartikansebagai “kemampuanmelakukangerakdasar yang dibutuhkandalamolahragabulutangkissecaraefektifdanefisien’’. Gerakandasar yang di maksudmeliputi : (1) caramemegangraket, (2) posisisiap,
(3)gerakan kaki, dan (4) gerakandasarmemukul.
Keempatkomponentersebutsalingmelengkapdanmenguatkan (Hidayat, 2012:,hlm. 6).
Tigaketerampilanteknikdasarmemukul yang paling dasardanbiasanyadiajarkanpertama kali kepadaparapemulaadalah lob bertahan,
(11)
servistinggi, dandropshot (Hidayat, 2004; Subarjah, 2007, dalamHidayat, 2012,
hlm. 5) tigateknikpukulan yang
harusdikuasaiatletpemulaadalahpukulanservispanjang, pukulanlob,
danpukulandrop shot, atletpemula yang
sudahmenguasaiteknikpukulandasartersebut, dianggapsudahmemilikikemampuan minimal untukmelakukanpermainansederhanadalampermainanbulutangkis, danmenjadidasarpengembanganketerampilanpadatahapselanjutnya.Lob
bertahanmerupakanjenispukulan yang paling mudahuntukdipelajaridandikuasai,
karenaitutermasukjenispukulan yang pertama kali
harusdiajarkankepadasiswa/atletpemula (Hidayat, 2012, hlm. 6).Servistinggiatauservispanjangmerupakansalahsatujenisservis yang paling
banyakdigunakandanmemainkanperanan yang
sangatpentingdalampermainantunggal (Hidayat, 2012, hlm. 6).
Di Indonesia sekarangsudahbanyakklubatausekolah-sekolahbulutangkis yang melakukanpembinaanatlet, paraatletdilatihtidakhanyasekedaruntukbisasaja, tetapibanyak yang disiapkanuntukmengikutikejuaraan yang diselenggarakanoleh PBSI baikitutinggkatcabang, daerahmaupunnasional, sehinggamerekasudahsiapketikaakanbertandingdenganbekallatihannyadanbisamen jadijuara.
MenurutHidayat (2012, hlm. 2) “atlet-atlet Indonesia kurangmemilikimotivasiuntukmenjadijuarasehinggadalamlatihankurangberseman gatdankurangberdisiplin”.Kesuksesanpenampilanseorangindividuseringdikaitkand enganMotivasi.MakadariituMotivasimerupakansalahsatuaspekpsikologis yang mendoronguntukmelaksanakandanmengarahkanaktivitasnya.Motivasimerupakans
alahsatufaktor yang
mempengaruhitimbulnyaprestasiseorangatlet.Motivasimemegangperananpentingd alamolahragauntukmembantumenentukanberhasiltidaknyaseorangatletdalam proses
latihandanpertandingan.Semakinkuatmotivasiseseorangsemakinbesarkemungkina nnyaberhasildalampencapaiannya.Kurangnyakesadaranatletuntukberlatihteknikda sarbermainbulutangkisdikarenakanrendahnyamotivasiatletsehinggaatletmalasuntu
(12)
kberlatihteknik.Sehinggadikawatirkanakanberpengaruhterhadapkemampuanketera
mpilanteknikdasar yang
dimilikiolehseorangatlet.Berdasarakanlatarbelakangmasalahdiatasmakapenulisber maksudakanmelakukansebuahpenelitiandanmerumuskannyadalamsebuahjudul “Hubungan motivasiolahragadengan penguasaan keterampialanteknik dasar bermain bulutangkis.’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, makarumusanmasalahdalampenelitianiniadalah:
1. Bagaimanagambaranmotivasiolahragadanketerampilanteknikdasarbermain bulutangkissiswasekolahbulutangkisumur 11-13 tahun?
2. Apakah terdapat hubungan motivasi olahraga dengan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis siswa sekolah bulutangkis umur 11-13 tahun?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan latar belakang penelitian diatas, maka peneliti mengajukan tujuanpenelitian ini adalah:
1. Untukmengetahuigambaranmotivasiolahragadanketerampilanteknikdasarb ermainbulutangkissiswasekolahbulutangkisumur 11-13 tahun
2. Untukmengujiapakahterdapathubunganmotivasiolahragadenganketerampil anteknikdasarbermainbulutangkissiswasekolahbulutangkisumur 11-13 tahun
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat secara praktis di dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan dan informasi bagi para atletsiswasekolah bulutangkis, penggemar olahraga bulutangkis dan masyarakat umum.
(13)
2. Bahan masukam atau referensi bagi peneliti dalam menyusun rencana penelitian yang berkaitan dengan olahraga bulutangkis, sehingga olahraga bulutangkis bisa maju dan berkembang dengan pesat.
3. Sebagai bahan masukan atau sumbangan keilmuan yang ada di lingkumgan FPOK UPI untuk dijadikan sebagai informasi yang menarik untuk di teliti lebih lanjut.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan mengenai hubunganmotivasiolahraga dengan penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis.
E. StrukturOrganisasiSkripsi
1. BAB I PENDAHULUAN a. LatarBelakangPenelitian b. RumusanMasalah c. TujuanPenelitian d. ManfaatPenelitian
e. StrukturOrganisasiSkripsi
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORI a. KajianPustaka
1) Definisipermainanbulutangkis
2) Keterampilanteknikdasarbermainbulutangkis a) Cara memegangraket (Grips)
b) Sikapberdiri
c) Teknikpukulan ( Strokes) 3) MotivasiOlahraga
a) Pengertianmotivasi
b) Motivasiintrinsikdanmotivasiekstrinsik b. KerangkaPemikiran
(14)
3. BAB III METODE PENELITIAN a. Desainpenelitian
b. Partisipan
c. Populasidansampel d. Instrument penelitian e. Prosedurpenelitian f. Analisis Data
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. HasilPenelitian
b. PembahasanPenelitian
5. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI a. Simpulan
(15)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan data agar dilaksanakan secara ekonomis dan menganalisis data agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian. Nazir (2005, hlm. 84) mengemukakan pengertian desain penelitian adalah “semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Adapun desain penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan dependen, hal ini dapat digambarkan seperti gambar 3.2 berikut :
r
Gambar 3.1 : Desain Penelitian
Keterangan r = Hubungan X = Motivasi olahraga
Y = Keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis.
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses pencarian, menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang dianggap masalah oleh peneliti. Untuk memecahkan permasalahan tersebut diperlukan metode penelitian, menurut Sugiyono (2009, hlm. 3) mengemukakan bahwa ”secara umum metode penelitian
Y X
(16)
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam hal ini metode penelitian sangatlah penting digunakan untuk melakukan suatu penelitian agar dapat terkumpul data yang benar dan mempunyai kriteria yang valid, ini sependapat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 4) yang mengatakan bahwa ”data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris ( teramati ) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid”.
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini diperlukan metode penelitian tertentu yang sesuai dengan sifat masalah, untuk itu, peneliti memilih dan menentukan jenis penelitian deskriptif korelasional sebagai metode penelitian ini.Penetapan metode deskriptif korelasional karena penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2010, hlm. 247). Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variable dengan variasi lain. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.Di dalam penelitian deskriptif koefisien korelasi menerangkan sejauh mana dua atau lebih variable berkorelasi, sedangkan dalam penelitian generalisasi hipotesis koefisien korelasi menunjukkan tingkat signifikansi terbukti tidaknya hipotesis.
B. Partisipan
Jumlah partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 orang siswa sekolah bulutangkis yang berumur 11-13 tahun jumlah ini diambil dari klub sekolah bulutangkis PK50 Bandung.Lokasi atau tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sekolah bulutangkis PK50 Bandung yang terletak di Jl. Pacuankuda Arcamanik Bandung.Lokasi atau tempat ini dipilih karena terdapat sumberdaya manusia atau sarana prasarana yang memadai untuk melakukan peneitian ini.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan dijadikan objek penelitian (Arikunto, 2010, hlm. 173), sedangkan menurut Sugiyono (2010, hlm.
(17)
61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah atlet sekolah bulutangkis PK50 Bandung yang berjumlah 30 orang.
2. Sampel
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel.Menurut Sugiyono (2010:62) menjelaskan bahwa, „„sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi‟‟.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah atlet sekolah bulutangkis PK50 Bandung yang berusia 11-13 tahun sebanyak 20 orang.Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purvosive.Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009, hlm. 124).
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010, hlm. 203).
Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang akan digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian yaitu (1) Tes Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis (Hidayat dalam Hambali, 2011). (2) Skala Motivasi olahraga (Hidayat, 2010).Tes keterampilan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis atlet sekolah bulutangkis PK50 kelompok umur 11-13 tahun.Sedangkan Skala Motivasi digunakan untuk mengetahui tingkat Motivasi atlet sekolah bulutangkis PK50 kelompok umur 11-13 tahun peneliti menggunakan angket atau kuesioner Motivasi.berikut akan disajikan kisi-kisi Instrumen Tes keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis dan motivasi.
(18)
a. Definisi Konseptual
Keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis dalam penelitian ini merupakan suatu gambaran berapa besar tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis siswa sekolah bulutangkis usia 11-13 tahun. Tohar (dalam Hambali, 2011, hlm. 24) mengemukakan macam-macam teknik pukulan dasar bermain bulutangkis yang harus dikuasai adalah (1) pukulan service, (2) pukulan lob atau cler, (3) pukulan drop shot, (4) pukulan smash, (5) pukulan drive atau mendatar. Namun dalam penelitian ini adatiga keterampilan teknik dasar memukul yang paling dasar dan biasanya diajarkan pertama kali kepada para pemula adalah lob bertahan, servis tinggi, dan dropshot (Hidayat, 2004; Subarjah, 2007, dalam Hidayat, 2012, hlm. 5) tiga teknik pukulan yang harus dikuasai atlet pemula adalah pukulan servis panjang, pukulan lob, dan pukulan drop shot. Keterampilan dasar bermain bulutangkis adalah tingkat penguasaan siswa menampilkan keterampilan dasar servis, lob, dan dropshot pada saat tes, yang diukur berdasarkan 12 kali pukulan untuk setiap jenis keterampilan, semakin tinggi skor maka semakin tinggi penguasaanya dan sebaliknya.
b. Kisi-kisi intrumen keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis Tabel 3.1
Kisi-kisi indtrumen keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis
NO Variabel Indikator Jumlah Butir
1 Keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis
Teknik dasar servis panjang ( long service)
1
2 Teknik dasar lob ( clear ) 1
3 Teknik dasar dropshot 1
(19)
2. Tes keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis
Untuk mengetahui dan menentukan tingkat keterampilan dasar memukul para siswa sekolah bulutangkis yang berusia 11-13 tahun (testee) tersebut, maka diperlukan alat pengumpulan data yang berupa tes keterampilan memukul. Validitas dan reliabilitas keterampilan dasar memukul adalah dengan tes keterampilan yang dikeluarkan oleh Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Pembinaan dan Pelatihan Bulutangkis Usia Dini BM 77 Bandung (Hidayat, 2004, hlm. 139). Servis panjang ( long service ) mempunyai tingkat validitas 0,60 dan reliabilitas 0,87, lob (clear) mempunyai tingkat validitas 0,76 dan reliabilitas sebesar 0,91. dropsot (dropshot) mempunyai tingkat validitas 0,74 dan reliabilitas 0,90 sebesar Adapun prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Servis Panjang
1) Tujuan : Untuk mengukur ketepatan servis panjang
2) Alat/fasilitas : Raket, lapangan bulutangkis, tambang, Tiang panjang 2 buah 3m, Alat ukur (meteran), perlengkapan tulis untuk mencatat hasil pukulan.
3) Pelaksanaan : Pelaksanaannya orang yang melaksanakan tes ini berdiri didaerah sudut menyudut (diagonal) dengan bagian lapangan yang diberi sasaran, dan melakukan servis sebanyak 12 kali serta berusaha melewatkan shuttlecock diatas tali atau pita dengan cara servis yang sah ke arah sasaran. Diusahakan agar satelkok jatuh pada sasaran yang bernilai paling tinggi.
4) Skor : Penilaian nya adalah satelkok yang jatuh pada sasaran terluar atau terjauh diberi nilai 5, kemudian 4,3,2, dan shuttlecock yang jatuh diluar sasaran /target tetapi masih berada pada bagian servis court diberi nilai 1.
(20)
shuttlecock yang tidak melewati bagian di atas tali atau jatuh di daerah servis court untuk permainan ganda tidak diberi nilai
Gambar 3.2 Lapangan tes Long Service
Sumber diadaptasi dari Hidayat ( dalam Hambali, 2011)
Untuk servis panjang, daerah-daerah sasaran dibuat pada garis belakang, masing-masing dengan ukuran 55 cm, 76 cm, 97cm, dan 107 cm. pita sepanjang net dengan lebar 5 cm direntangkan sejajar dengan net berjarak 4,27 dari lantai dengan tinggi 2,44 m dari net.
b. Clear Test/Lob
1) Tujuan : Untuk mengukur ketepatan lob
2) Alat/fasilitas : Raket, lapangan bulutangkis, tambang, Tiang panjang 2
buah 3 m, Alat ukur (meteran), perlengkapan tulis untuk
mencatat hasil pukulan.
3 ) Pelaksanaan : Pelaksanaan dari tes ini adalah orang yang melakukan tes
(21)
berdiri di tengan-tengah lapangan yang bertugas untuk
memberikan servis. Setelah dilakukan servis naracoba
memukul satelkok yang arahnya ke atas dan harus
melewati tali/pita, naracoba diberikan kesempatan 12 kali
memukul.
4) Skor : Penilaian tes ini adalah satelkok yang di pukul dengan
benar dan memenuhi syarat-syarat tes serta jatuh di tempat
sasaran diberi nilai dari luar ke dalam yaitu 3,5,4, dan 2.
satelkok yang jatuh pada garis sasaran dianggap masuk ke
daerah yang lebih tinggi. Kemudian seluruh nilai yang
didapat di jumlahkan.
Gambar 3.3 Lapangan tes Clear Lob
(22)
c. Drop shot
1) Tujuan : Untuk mengukur kemampuan pukulan dari atas kepala dan
mengarahkan satelkok jatuh sedekat mungkin dengan net
dan jatuh didaerah lawan.
2) Alat/fasilitas : Raket, lapangan bulutangkis, tambang, Tiang panjang 2
buah 3 m, Alat ukur (meteran), perlengkapan tulis untuk
mencatat hasil pukulan.
3) Pelaksanaan : Pelaksanaan dari tes ini adalah orang yang melakukan tes
berdiri di daerah yang sudah di beri tanda, Penyaji tes
berdiri di tengan-tengah lapangan yang bertugas untuk
memberikan servis. Setelah dilakukan servis, peserta
melakukan pukulan dengan teknik dropsot dan harus melewati bagian bawah tali dengan cara dropsot yang sah
kearah sasaran dan diberi kesempatan 12 kali memukul.
4) Skor : Penilaian tes ini adalah satelkok yang di pukul dengan
benar dan memenuhi syarat-syarat tes serta jatuh di tempat
sasaran diberi nilai dari luar ke dalam yaitu 3,5,4, dan 2.
satelkok yang jatuh pada garis sasaran dianggap masuk ke
daerah yang lebih tinggi. Kemudian seluruh nilai yang
(23)
Gambar 3.4 Lapangan tes Dropshot Sumber diadaptasi dari Hambali ( 2011, hlm. 72)
1. Kisi-kisi skala motivasi olahraga a. Definisi operasional
Tingkat kekuatan dorongan internal dan eksternal untuk melakukan aktivitas yang diukur melalui skor aitem-aitem motivasi intrinsik dan ektrinsik pada skala motivasi olahraga (Decy & Ryan, 2002 dalam Hidayat, 2010).Semakin tinggi skor motivasi intrinsik maka semakin rendah motivasi ektrinsik dan sebaliknya. Motivasi dibedakan kedalam tiga kategori yaitu: amotivasi (tidak termotivasi), Motivasi ekstrinsik yang memiliki tiga sub dimensi, yaitu regulasi eksternal (external regulation), regulasi terhubung (introjucted regulation), dan regulasi teridentifikasi (identified regulation). Motivasi intrinsik atau motivasi internal yang terbagi dalam tiga sub dimensi, yaitu mengetahui sesuatu ( intrinsic motivation to know), menguasai sesuatu (intrinsic motivation toward), memperoleh sensasi stimulasi pengalaman (intrinsic motivation to experience stimulation).
(24)
Tabel 3.2
Kisi-kisi skala motivasi olahraga
Diadaptasi dari (Hidayat, 2010) b. Kriteria pemberian skor pertanyaan atau pernyataan
Setiap pertanyaan atau pernyataan disediakan lima alternative jawaban, yakni Sangat Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Dalam hal ini mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan model skala Likert. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 34) yang mengatakan sebagai berikut :
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian
Kemudian ditambahkan dengan pendapat dari Sudjana & Ibrahim (Hambali, 2011, hlm. 65) yang berpendapat sebagai berikut :
Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentang nilai tertentu.Oleh sebab itu, pernyataan yang dianjurkan ada dua kategori, yakni
Skala Dimensi dan Indikator Item
dibutuhkan
1. Amotivasi 4
Motivasi
2. Motivasi Ekstrinsik
a. ME- melakukan Regulasi eksternal b. ME- Melakukan Regulasi interjeksi c. ME- Melakukan Regulasi Identifikas
4 4 4 Olahraga 3. Motivasi intrinsik
a. MI- mengetahui sesuatu b. MI- menguasai sesuatu
c. MI- memperoleh sensasi stimulasi pengalaman
4 4 4
(25)
pernyataan positif dan pernyataan negatif.Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert.Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan uraian di atas penulis menetapkan kategori penskoran sebagai berikut : kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Sedangkan untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 5. Pemberian skala skor pada kategori pernyataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot terhadap 5 alternatif jawaban.
Tabel 3.3 Skor untuk soal positif
Jawaban Skor
SS (Sangat setuju) S (Setuju)
R (Ragu-ragu) TS (Tidak setuju)
STS (Sangat tidak setuju)
5 4 3 2 1
Tabel 3.4 skor untuk soal negatif
Jawaban Skor
SS (Sangat setuju) S (Setuju)
R (Ragu-ragu) TS (Tidak setuju)
STS (Sangat tidak setuju)
1 2 3 4 5
c. Uji validitas
Uji validitas instrument berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Arikunto (2006, hlm. 160) mengemukakan “Validitas adalah pengukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan dan kesahihan suatu instrument”.Metode yang digunakan dalam uji validitas dalam penelitian ini adalah metode analisis
(26)
faktor.Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur/diinginkan. Hasil perhitungan uji validitas bisa di lihat pada tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5
Data hasil uji validitas angket motivasi olahraga No
Pertanyaan
Nilai Faktor
Loading Keterangan
1 0.63 Valid
2 0.71 Valid
3 0.82 Valid
4 0.77 Valid
5 0.61 Valid
6 0.70 Valid
7 0.63 Valid
8 0.62 Valid
9 0.63 Valid
10 0.63 Valid
11 0.77 Valid
12 0.63 Valid
13 0.59 Valid
14 0.68 Valid
15 0.57 Valid
16 0.65 Valid
17 0.45 Valid
18 0.69 Valid
19 0.61 Valid
20 0.70 Valid
21 0.70 Valid
22 0.71 Valid
(27)
24 0.64 Valid
25 0.66 Valid
26 0.67 Valid
27 0.78 Valid
28 0.63 Valid
d. Uji Reliabilitas
Metode pengambilan keputusan pada uji realiabilitas biasanya menggunakan batasan 0.6.Menurut Sekaran (Priyatno, 2010, hlm. 32) “realibilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan diatas 0.8 adalah baik”.Dalam sebuah penelitian awal tentang pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap pengembangan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keerampilan gerak siswa sekolah dasar kelas 4 dan 5, Hidayat, dkk. (2010) telah menggunakan skala motivasi olahraga siswa sekolah dasar dalam kelas pendidikan jasmani (Hidayat, 2010, hlm. 117). berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0.66 sampai 0.81 dengan rerata 0.74. Karena nilai Alpha Cronbach lebih dari 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa instrument motivasi olahraga adalah reliabel.
E. Prosedur Penelitian
1. Langkah- langkah penelitian
Dalam melaksanakan penelitian deskriptif ini, peneliti menyusun langkah-langkah sebagai berikut :
a. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari atlet sekolah bulutangkis PK50 Bandung.
b. Kemudian menentukan sampel yaitu atlet sekolah bulutangkis PK50 Bandung.
c. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket untuk mengetes tingkat motivasi dan tes keterampilan untuk mengukur sejauh mana penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis.
d. Setelah didapat hasil pengetesan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisis data.
e. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasari dari hasil pengolahan dan analisis data tersebut.
(28)
Dari penjelasan tersebut, langkah-langkah penelitian dapat digambarkan dalam bagan 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.5 : Bagan Langkah-Langkah Penelitian
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah Korelasi product moment pearson dengan derajat kepercayaan 0,05. Analisis penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Antara satu variabel bebas atau independen (Motivasi Olahraga) dengan satu variabel terikat atau dependen (keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis), dimana analisis diolah dengan menggunakan program Statistical Product for Social Science (SPSS) versi 19.
Sampel
Pengolahan dan Analisis Data
Tes Penguasaan Keterampilan Teknik Dasar
Bermain Bulutangkis Angket
Motivasi
Hasil dan Kesimpulan
(29)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Gambarantingkatmotivasidenganketerampilanberdasarkanhasilpenelitianb ahwamotivasisiswasekolahbulutangkis PK50 usia 11-13 tahunsecarakeseluruhan 6 siswa (30%) beradapadakriteriatinggidan 6 siswa (30%) beradapadakriteriasedang.Sedangkanhasiltesketerampilan yang memilikikriteriatinggisebanyak 7 siswa (35%), kriteriasedangsebanyak 7 siswa (35%).
2. Rata-rata nilaimotivasisiswasekolahbulutangkis PK50 usia 11-13
tahunsebesar 126.15.
Sementarauntukketerampilanteknikdasarsiswasekolahbulutangkis PK50 usia 11-13 tahundengannilai rata-rata 132.50.
Berdasarkanpengolahandananalisis data,
makapenulismerumuskankesimpulanpenelitianadalahterdapathubunganpos itifdansignifikanantaramotivasidenganketerampilanteknikdasar.
Selanjutnyadilihatdari R2 (R Square) ataukoefisiendeterminasimencapai 0.371.
Iniberartimotivasimemberikankontribusidalampembentukanketerampilante knikdasardengansumbanganefektif 37.1%, sedangkansisanya 62.9% dipengaruhiolehfaktorlain yang tidakditeliti.
B. Rekomendasi
1. Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan, makapenulisdapatmemberikansumbangan saran ataurekomendasi yang dapatdipertimbangkanolehlembaga (sekolahbulutangkis), pelatihdansiswasertapeneliti yang lainnyadiantaralain ialah :
2. Bagipihaklembaga (sekolahbulutangkis)
(30)
kumur 11-13 tahun, agar bisamenjadibibitdanpemain yang berprestasiuntukmasadepan.
3. Bagiparapelatihmaupun Pembina olahragakhususnyaolahragaprestasi, makasebaiknyamemperhatikanaspek-aspekpsikologisepertimotivasisiswa, halinidimaksudkan agar siswadapatmencapaitujuandarilatihanitusendiri. 4. Bagiparasiswasebaiknyaketikalatihanbisalebihfokusdanseriusuntukbisame
nampilkandanmenghasilkankemampuan yang lebihbaikdalamsegifisik, teknikdantaktik.
5. Bagiparapeneliti yang
inginlebihjauhmenelititentangvariabelketerampilandasar,
sebaiknyadihubungkandenganaspekpsikologis yang lainnyasepertikepercayaandiri,
kecemasandanuntuksampelpopulasikelompokumur yang lebihtinggi, sepertipadakelompokremaja (14-16 tahun) ataukelompoktaruna (17-19) sertaelitatlet.
(31)
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, S. Lilik. (2007). Mental Juara Modal Atlet Berprestasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimin. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. (2012). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta : PT. Rineke Cipta
Grice, Tony. (2002). Bulutangkis : Petunjuk Praktis Untuk Pemula dan Lanjutan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Gunarsa, singgih. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Hambali, Burhan. (2011). Daya Prediksi Kepercayaan Diri Dalam Penguasaan
Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis Berdasarkan Jenis Kelamin. Bandung : Tidak diterbitkan
Hamdu, G dan Agustina, L. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan
Hidayat, Yusup. (2004). Latihan Keterampilan Psikologi Dalam Belajar
Keterampilan Gerak. Yogyakarta : Tesis Universitas Gadjah Mada
Hidayat, Yusup. (2008). Bahan Ajar Psikologi Olahraga. FPOK UPI Bandung Hidayat, Yusup. (2010). Struktur Faktor Motivasi Olahraga : Analisis Perspektif
Teori Determinasi Diri Dan Implikasinya Dalam Penelitian Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jurnal pendidikan jasmani dan olahraga.
Hidayat, Yusuf. (2012). Modul pelatihan intervensi strategi multiteknik untuk pelatih
bulutangkis. FPOK UPI Bandung : tidak di terbitkan
Hidayat, Yusup. (2012). Pengaruh Intervensi Strategi Multiteknik Terhadap Hasil
Belajar Keterampilan Bulutangkis, Motivasi Olahraga, Dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Komarudin & Hidayat, Yusup. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nurdiansyah, E. (2008). Hubungan antara kemampuan gerak umum dengan
keterampilan teknik bermain bulutangkis. Skripsi, Universitas Pendidikan
(32)
Nurhasan, H dan Cholil, D. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sopian, Ivan. (2011). Hubungan Motivasi Latihan Dengan Peningkatan Teknik Dasar
Bermain Sepak Bola Siswa SSB (Sekolah Sepak Bola) KPAD Gegerkalong.
Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia
Subarjah, Herman dan Hidayat, Yusup. (2007). Bahan Ajar Permainan Bulutangkis. FPOK UPI : Bandung
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Taryono, (2008). Hubungan Keterampilan Dasar Bola Basket dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Mahasiswa Menjadi Wasit Cabang Olahraga Bola Basket di FKIP UNISMA Bekasi. Skripsi
Poole, James. (2001). Belajar Bulutangkis. Bandung : CV. Pionir Jaya
(1)
24 0.64 Valid
25 0.66 Valid
26 0.67 Valid
27 0.78 Valid
28 0.63 Valid
d. Uji Reliabilitas
Metode pengambilan keputusan pada uji realiabilitas biasanya menggunakan batasan 0.6.Menurut Sekaran (Priyatno, 2010, hlm. 32)
“realibilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7 dapat diterima
dan diatas 0.8 adalah baik”.Dalam sebuah penelitian awal tentang pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap pengembangan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keerampilan gerak siswa sekolah dasar kelas 4 dan 5, Hidayat, dkk. (2010) telah menggunakan skala motivasi olahraga siswa sekolah dasar dalam kelas pendidikan jasmani (Hidayat, 2010, hlm. 117). berdasarkan hasil analisis reliabilitas diperoleh skor Alpha Cronbach terentang dari 0.66 sampai 0.81 dengan rerata 0.74. Karena nilai Alpha Cronbach lebih dari 0.6 maka dapat disimpulkan bahwa instrument motivasi olahraga adalah reliabel.
E. Prosedur Penelitian
1. Langkah- langkah penelitian
Dalam melaksanakan penelitian deskriptif ini, peneliti menyusun langkah-langkah sebagai berikut :
a. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari atlet sekolah bulutangkis PK50 Bandung.
b. Kemudian menentukan sampel yaitu atlet sekolah bulutangkis PK50 Bandung.
c. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket untuk mengetes tingkat motivasi dan tes keterampilan untuk mengukur sejauh mana penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis.
d. Setelah didapat hasil pengetesan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisis data.
e. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasari dari hasil pengolahan dan analisis data tersebut.
(2)
37
Dari penjelasan tersebut, langkah-langkah penelitian dapat digambarkan dalam bagan 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.5 : Bagan Langkah-Langkah Penelitian F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah Korelasi product moment pearson dengan derajat kepercayaan 0,05. Analisis penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Antara satu variabel bebas atau independen (Motivasi Olahraga) dengan satu variabel terikat atau dependen (keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis), dimana analisis diolah dengan menggunakan program Statistical Product for Social Science (SPSS) versi 19.
Sampel
Pengolahan dan Analisis Data
Tes Penguasaan Keterampilan Teknik Dasar
Bermain Bulutangkis Angket
Motivasi
Hasil dan Kesimpulan
(3)
IMAN NUGRAHA, 2014
HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Gambarantingkatmotivasidenganketerampilanberdasarkanhasilpenelitianb ahwamotivasisiswasekolahbulutangkis PK50 usia 11-13 tahunsecarakeseluruhan 6 siswa (30%) beradapadakriteriatinggidan 6 siswa (30%) beradapadakriteriasedang.Sedangkanhasiltesketerampilan yang memilikikriteriatinggisebanyak 7 siswa (35%), kriteriasedangsebanyak 7 siswa (35%).
2. Rata-rata nilaimotivasisiswasekolahbulutangkis PK50 usia 11-13
tahunsebesar 126.15.
Sementarauntukketerampilanteknikdasarsiswasekolahbulutangkis PK50 usia 11-13 tahundengannilai rata-rata 132.50.
Berdasarkanpengolahandananalisis data,
makapenulismerumuskankesimpulanpenelitianadalahterdapathubunganpos itifdansignifikanantaramotivasidenganketerampilanteknikdasar.
Selanjutnyadilihatdari R2 (R Square) ataukoefisiendeterminasimencapai 0.371.
Iniberartimotivasimemberikankontribusidalampembentukanketerampilante knikdasardengansumbanganefektif 37.1%, sedangkansisanya 62.9% dipengaruhiolehfaktorlain yang tidakditeliti.
B. Rekomendasi
1. Berdasarkanhasilpenelitian yang telahdilakukan, makapenulisdapatmemberikansumbangan saran ataurekomendasi yang dapatdipertimbangkanolehlembaga (sekolahbulutangkis), pelatihdansiswasertapeneliti yang lainnyadiantaralain ialah :
2. Bagipihaklembaga (sekolahbulutangkis)
(4)
52
kumur 11-13 tahun, agar bisamenjadibibitdanpemain yang berprestasiuntukmasadepan.
3. Bagiparapelatihmaupun Pembina olahragakhususnyaolahragaprestasi, makasebaiknyamemperhatikanaspek-aspekpsikologisepertimotivasisiswa, halinidimaksudkan agar siswadapatmencapaitujuandarilatihanitusendiri. 4. Bagiparasiswasebaiknyaketikalatihanbisalebihfokusdanseriusuntukbisame
nampilkandanmenghasilkankemampuan yang lebihbaikdalamsegifisik, teknikdantaktik.
5. Bagiparapeneliti yang
inginlebihjauhmenelititentangvariabelketerampilandasar,
sebaiknyadihubungkandenganaspekpsikologis yang lainnyasepertikepercayaandiri,
kecemasandanuntuksampelpopulasikelompokumur yang lebihtinggi, sepertipadakelompokremaja (14-16 tahun) ataukelompoktaruna (17-19) sertaelitatlet.
(5)
IMAN NUGRAHA, 2014
HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, S. Lilik. (2007). Mental Juara Modal Atlet Berprestasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimin. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. (2012). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta : PT. Rineke Cipta
Grice, Tony. (2002). Bulutangkis : Petunjuk Praktis Untuk Pemula dan Lanjutan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Gunarsa, singgih. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Hambali, Burhan. (2011). Daya Prediksi Kepercayaan Diri Dalam Penguasaan
Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis Berdasarkan Jenis Kelamin. Bandung : Tidak diterbitkan
Hamdu, G dan Agustina, L. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan
Hidayat, Yusup. (2004). Latihan Keterampilan Psikologi Dalam Belajar Keterampilan Gerak. Yogyakarta : Tesis Universitas Gadjah Mada
Hidayat, Yusup. (2008). Bahan Ajar Psikologi Olahraga. FPOK UPI Bandung Hidayat, Yusup. (2010). Struktur Faktor Motivasi Olahraga : Analisis Perspektif
Teori Determinasi Diri Dan Implikasinya Dalam Penelitian Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jurnal pendidikan jasmani dan olahraga.
Hidayat, Yusuf. (2012). Modul pelatihan intervensi strategi multiteknik untuk pelatih bulutangkis. FPOK UPI Bandung : tidak di terbitkan
Hidayat, Yusup. (2012). Pengaruh Intervensi Strategi Multiteknik Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bulutangkis, Motivasi Olahraga, Dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Komarudin & Hidayat, Yusup. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nurdiansyah, E. (2008). Hubungan antara kemampuan gerak umum dengan keterampilan teknik bermain bulutangkis. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia
(6)
54
IMAN NUGRAHA, 2014
HUBUNGAN MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nurhasan, H dan Cholil, D. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sopian, Ivan. (2011). Hubungan Motivasi Latihan Dengan Peningkatan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola Siswa SSB (Sekolah Sepak Bola) KPAD Gegerkalong. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia
Subarjah, Herman dan Hidayat, Yusup. (2007). Bahan Ajar Permainan Bulutangkis. FPOK UPI : Bandung
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Taryono, (2008). Hubungan Keterampilan Dasar Bola Basket dan Motivasi Berprestasi Terhadap Mahasiswa Menjadi Wasit Cabang Olahraga Bola Basket di FKIP UNISMA Bekasi. Skripsi
Poole, James. (2001). Belajar Bulutangkis. Bandung : CV. Pionir Jaya