Potensi dan Karakteristik Bio ekologis Tumbuhan Myrmecodia spp. di Taman Nasional Wasur Merauke Papua

POTENSI DAN KARAKTERISTIK BIO-EKOLOGIS
TUMBUHAN SARANG SEMUT
DI TAMAN NASIONAL WASUR MERAUKE PAPUA

ZETH PARINDING

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Potensi dan
Karakteristik Bio-ekologis Tumbuhan Sarang Semut di Taman Nasional Wasur
Merauke Papua” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain,
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.


Bogor,

Desember 2007

Zeth Parinding
NRP. E051054145

RINGKASAN
ZETH PARINDING. Potensi dan Karakteristik Bio-ekologis Tumbuhan
Myrmecodia spp. di Taman Nasional Wasur Merauke Papua. Dibimbing oleh
SISWOYO dan AGUS PRIYONO KARTONO.
Tumbuhan sarang semut termasuk salah satu spesies tumbuhan obat yang
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tumbuhan tersebut di Taman
Nasional Wasur Merauke belum dilakukan upaya pembudidayaan dan
pemanenannya masih dilakukan dari alam. Informasi tenang potensi dan
karakteristik bio-ekologis belum tersedia dan teknik pengelolaannya bagi
ketersediaan di alam dan budidayanya belum tersedia.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mengidentifikasi bioekologis tumbuhan obat sarang semut, (2) menentukan potensi tumbuhan obat
sarang semut berdasarkan tipe penutupan lahan di TN Wasur, (3) menentukan

interaksi karakteristik bio-ekologis dengan kerapatan tumbuhan sarang semut di
kawasan TN Wasur, dan (4) menentukan preference tumbuhan sarang semut
terhadap jenis tumbuhan inang..
Dalam penelitian ini peubah yang diamati dan diukur adalah diameter jenis
vegetasi tingkat pohon tumbuhan inang, diameter jenis vegetasi tingkat pohon
tumbuhan inang, diameter jenis vegetasi tingkat pohon tumbuhan inang, kerapatan
tumbuhan habitus epifit, kerapatan tingkat pohon tumbuhan inang, kerapatan
tingkat tiang tumbuhan inang, kerapatan tingkat pancang tumbuhan inang, jumlah
spesies tumbuhan inang tingkat pohon, tiang dan pancang dan persentase
keterbukaan tajuk.
Metode pengambilan data menggunakan metode gabungan (metode jalurgaris berpetak) dan metode analisis data menggunakan Analisa vegetasi
(kerapatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting), indeks Morisita untuk
uji pola sebaran, Indeks Keragaman Shannon-Wiener untuk uji nilai
keanekaragaman, Indeks Neu uji untuk uji tingkat kesukaan, Analisis Sidik
Ragam menggunakan software SPSS 12 meliputi analisis faktor dan analisis
regresi stepwise.
Hasil penelitian berhasil menemukan, hal-hal sebagai berikut: 1.
karakteristik bio-ekologis tumbuhan sarang semut banyak ditemukan pada: (a)
hutan dataran rendah, (b) Keterbukaan tajuk antara 41,0 % - 51,0 %, (c) kerapatan
tumbuhan inang antara 284 individu/ha sampai dengan 2.840 individu/ha, (d)

cominansi tumbuhan inang antara 4,00 m2/ha sampai dengan 6,51 m2/ha, (e) Nilai
keanekaragaman tumbuhan inang pada tingkat pertumbuhan pohon sebesar
2,7411, tingkat tiang sebesar 2,8393 dan tingkat pancang sebesar 2,5879, (f) Arah
sebelah Timur tumbuhan inang, (g) kelima tipe penutupan lahan adalah jenis
Myrmecodia pendans, Myrmecodia albertsii, Myrmecodia tuberosa
dan
Hydnophitum formicum dan (h) Pola sebaran yang bergerombol/mengelompok
secara umum pada kelima tipe penutupan lahan yakni hutan dataran rendah, lahan
pekarangan dan kebun, hutan mangrove, hutan rawa dan savana. 2. potensi
tumbuhan sarang semut, dalam konteks ini Potensi adalah jumlah individu
tumbuhan sarang semut dan terganggu yang dimaksud dalam konteks ini yakni
adanya aktifitas manusia (pemanen) terhadap tumbuhan inang sarang semut.
Adapun potensi tumbuhan sarang semut adalah (a) ditemukan 18 jenis tumbuhan

sarang semut yang dibagi kedalam 2 (dua) genus yakni 1) genus Myrmecodia,
yaitu Myrmecodia pendans, Myrmecodia albertsii, Myrmecodia tuberosa,
Myrmecodia sp1, Myrmecodia sp2, Myrmecodia sp3, Myrmecodia sp4,
Myrmecodia sp5, Myrmecodia sp6, Myrmecodia sp7, Myrmecodia sp8,
Myrmecodia sp9, Myrmecodia sp10 dan Myrmecodia sp11, 2) genus Hydnophytum,
yaitu Hydnophytum formicum, Hydnophytum sp1, Hydnophytum sp2, dan

Hydnophytum sp3, (b) Kerapatan tumbuhan sarang semut antara 1.387 individu/ha
sampai dengan 1.697 individu/ha, (c) Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan
pada kelima tipe penutupan lahan di TN Wasur Merauke sebanyak 86 jenis, 73
genus dan 36 famili, dan (d) berhasil ditemukan 3 jenis semut yang bersimbiosis
dengan tumbuhan sarang semut yakni Ochetelus sp, Iridomyrmex sp1, dan
Iridomyrmex sp2 serta 1 jenis rayap. 3. Interaksi antara karakteristik bio-ekologis
dengan kerapatan tumbuhan sarang semut, dilakukan dengan cara menentukan a)
Faktor dominan komponen tipe penutupan lahan diperoleh hasil persamaan regresi
linier, yaitu: Y = -3,761 + 26,281 X8 artinya bahwa apabila peningkatan jumlah
spesies tumbuhan inang tingkat pohon, tiang dan pancang (X8) sebesar 1 unit akan
meningkatkan kerapatan tumbuhan sarang semut (Y) sebesar 26,281
individu/hektar. Jadi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kerapatan
tumbuhan sarang semut adalah jumlah spesies tumbuhan inang tingkat pohon,
tiang dan pancang, namun secara keseluruhan semua faktor (delapan peubah
lainnya berpengaruh). b) Preferensial tumbuhan sarang semut terhadap tumbuhan
inang dari ke-18 jenis yang berada di kawasan TN Wasur Merauke lebih
menyukai jenis-jenis tumbuhan inang dari famili Myrtaceae (Melaleuca cajuputi,
Melaleuca leucadendron dan Melaleuca symphiocarpa) dan famili Mimosaceae
(Acacia auriculiformis) dan tumbuhan sarang semut lebih menyukai hutan dataran
rendah. dan 4. Preferensi tumbuhan sarang semut lebih menyukai hutan dataran

rendah dan jenis paling disukai dari 24 jenis tumbuhan inang yang ada adalah
jenis Melaleuca cajuputi.

Kata Kunci: Myrmecodia spp., Hydnophytum spp., karakteristik bio-ekologis,
tumbuhan obat.

ABSTRACT
ZETH PARINDING. The Potential and Bio-ecological Characteristics of
“Sarang Semut” Plant in Wasur National Park, Merauke Papua. Under supervised
by SISWOYO and AGUS PRIYONO KARTONO.
The medicinal plant spesies of “sarang semut” can be found in Wasur
National Park, Merauke-Papua, but its potential and bio-ecological characteristics
are not known yet. The aims of this research are : a) to identify the bio-ecological
parameters of “sarang semut” species; b) to determine the numbers of “sarang
semut” species based on land cover in Wasur National Park; c) to determine the
interaction between bio-ecological characteristics and density of “sarang semut”
in Wasur National Park; and d) to determine preference “sarang semut” at host
plat species.
The research were conducted from May to June 2007. In this research had
observed 18 spesies of “sarang semut”, that consist of 2 genera of Myrmecodia

(with 14 species) and of Hydnophytum (with 4 species). “Sarang semut” can be
found in lowland forest, as well as in the garden, mangrove forest, swamp forest
and savannah. Preference host plant species are genera Myrtaceae (Melaleuca
cajuputi, Melaleuca leucadendron dan Melaleuca symphiocarpa) and genera
Mimosaceae (Acacia auriculiformis). “Sarang semut” in TN Wasur Merauke be
found is more at: lowland forest, Canopy Covered between 41,0 % up to 51,0%,
Closeness of host plant between 284 pcs/acre up to 2.840 pcs/acre, Diversity
value of host plant at level of growth of tree equal to 2,7411, level of pole equal to
2,8393 and level of sapling equal to 2,5879 and distribution pattern in general at
fifth of type of canopy cover of lowland forest, as well as in the garden, mangrove
forest, savannah and swamp forest are clumped.
Key word : Myrmecodia spp., Hydnophytum spp., bio-ecological characteristics,
medicinal plant.

@ Hak Cipta Milik Zeth Parinding, tahun 2007
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik

atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Zeth
Parinding.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Zeth Parinding.

POTENSI DAN KARAKTERISTIK BIO-EKOLOGIS
TUMBUHAN SARANG SEMUT
DI TAMAN NASIONAL WASUR MERAUKE PAPUA

ZETH PARINDING

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi pada
Sub Program Konservasi Keanekaragaman Hayati,
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA

Judul Tesis

:

POTENSI DAN KARAKTERISTIK BIO-EKOLOGIS
TUMBUHAN SARANG SEMUT DI TAMAN
NASIONAL WASUR MERAUKE PAPUA

Nama

:

ZETH PARINDING

NRP


:

E. 051054145

Program Studi

:

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Sub Program Studi

:

Konservasi Keanekaragaman Hayati

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Ir. Siswoyo, MSi

Ketua

Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, MSi
Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F

Tanggal ujian : 5 Desember 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal lulus :


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala

Karunia-Nya

sehingga

penyusunan

tesis

berjudul

“Potensi

dan

Karakteristik Bio-ekologis Tumbuhan Sarang Semut di Taman Nasional Wasur
Merauke Papua” dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini disusun berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan di TN Wasur dan masyarakat di dalam dan di
sekitarnya.
Tesis ini menguraikan tentang bagaimana mengidentifikasi bio-ekologis
tumbuhan sarang semut, menentukan potensi tumbuhan obat sarang semut
berdasarkan tipe penutupan lahan di TN Wasur dan menentukan hubungan
karakteristik bio-ekologis dengan kerapatan tumbuhan sarang semut di kawasan
TN Wasur.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, baik isi
maupun cara penyajiannya.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan tesis in.

Bogor,

Desember 2007

Zeth Parinding
E. 051054145

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
ditujukan kepada Bapak Ir. SISWOYO, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. AGUS PRIYONO KARTONO, MSi selaku anggota komisi
pembimbing yang telah bekerja keras memberikan bimbingan dengan penuh
kesabaran, serta Dr. Ir. H. YANTO SANTOSA, DEA sebagai penguji di luar
komisi pembimbing yang telah menguji dan memberikan masukan terhadap
penyempurnaan tesis ini.
Terima kasih penulis tujukan kepada ibunda, kakak, adik, isteri terkasih dan
anak-anak tercinta yang telah memberikan memberikan dukungan moral serta
material selama belajar di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis sampaikan juga terima kasih kepada Sekretaris
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen
Kehutanan, yang telah memberikan

kesempatan berupa beasiswa untuk

mengikuti pendidikan pascasarjana, Dekan Sekolah Pascasarjana beserta staf atas
fasilitas yang diberikan selama pendidikan, Kepala Balai TN Wasur Merauke
Papua beserta staf atas semua bantuannya dan teman-teman, kerabat dan relasi
yang telah membantu selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra keempat dari lima bersaudara, dari
keluarga sederhana pasangan bapak M.L. Parinding
(almarhum) dan ibu Ch. Parinding Tarukla’bi. Penulis
dilahirkan di Kota Manokwari pada tanggal 19 Oktober
1972 dan menikah dengan Istri Helena T. Kaseroan pada
tahun 2000. Saat ini telah dikaruniai dua orang anak yaitu
Mega Citra Parinding (6 tahun) dan Dwi Miryam I.
Kaseroan (4 tahun).
Penulis masuk Sekolah Dasar pada tahun 1979 di tiga sekolah dasar yakni
SD Negeri Kota di Manokwari, SD Negeri Kotaraja di Jayapura dan SD Negeri
VIM

III Kotaraja Dalam di Jayapura dan lulus pada tahun 1985.

Sekolah

Menengah Pertama pada tahun 1985 di SMP YPK Diaspora Kotaraja Dalam di
Jayapura dan lulus pada tahun 1988. Sekolah Menengah Atas pada tahun 1988 di
dua sekolah menengah atas yakni SMA Negeri I Abepura di Jayapura dan SMA
Negeri 2 Ujung pandang di Ujung Pandang dan lulus pada tahun 1991. Pada
tahun 1992 penulis diterima di Fakultas Pertanian, Universitas Cenderawasih
Manokwari dan lulus pada tahun 1998.
Pada tahun 1998 mengikuti pendidikan dan pelatihan Jagawana selama 6
bulan di Pusdik Brimob Watukosek Surabaya dan Pusdiklat Kehutanan Kadipaten
Majalengka. Tahun 1999 bekerja di Taman Nasional Wasur Merauke terhitung
mulai bulan Maret 1999. Selain tugas utama sebagai polisi hutan (jagawana)
dipercayakan mengemban tugas sebagai koordinator administrasi umum Polhut
Balai TN Wasur, plt kasanit polhut, plt sub seksi wilayah konservasi dan seksi
konservasi wilayah, wakil komandan polhut Balai TN Wasur. Penulis adalah
anggota Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Departemen Kehutanan.
Tujuh

tahun kemudian, yaitu bulan Juni 2006, penulis mendapat

kesempatan berupa beasiswa dari Departemen Kehutanan untuk mengikuti
program Magister Profesi (S2) pada Sub Program Studi

Konservasi

Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata, Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan (IPK), Sekolah Pascasarjana-Institut Pertanian Bogor.

MOTTO
Kemampuan dan ketidakmampuan seseorang adalah proses karena ruang, waktu
dan kesempatan, namun tingkatkan terus hasil dan karya yang dimiliki dengan
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan ini.
Kembangkan budi luhur Saudara yang ada, baik telah diketahui maupun
belum diketahui bagi kesetimbangan alam ini.
Sesuatu obsesi perlu digali dan dikembangkan secara bersamasama dengan kemampuan dan ketidakmampuan, bukan saling
menghancurkan atau merugikan orang lain.
Desember 2007
Zeth Parinding

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
..................................................................................
DAFTAR TABEL
.............................................................................
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………........
DAFTAR LAMPIRAN
………………………………………….....
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

i
iii
v
vii

………………………………………………....
………………………...……………………..
…………………...........……………………
…………………......……………………..

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
………………………………………………
Deskripsi Tumbuhan Sarang Semut
............................................
Taksonomi
…………………….......……………………...
Ciri Morfologi
...................................................................
Umbi
..........................................................................
Batang
........................................................................
Daun
..........................................................................
Bunga
.........................................................................
Penyebaran dan Ekologi Tumbuhan Sarang Semut
..........
Penyebaran tumbuhan sarang semut
....................
Ekologi tumbuhan sarang semut
..........................
Kandungan Kimia dan Kegunaan Tumbuhan Sarang Semut ...
Flavonoid
......................................................................
Tanin
.............................................................................
Perkembangbiakan/Perbanyakan Tumbuhan Sarang Semut ....

3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
6
7
8
10

Pertumbuhan Tumbuhan Sarang Semut
...............................
Pengertian Pertumbuhan
........................................................
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ....
Faktor genetik
...............................................................
Faktor lingkungan ..............................................................
Pengaruh Manusia .............................................................................

10
10
12
12
14
22

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ..............................................
Sejarah Kawasan
.........................................................................
Letak dan Luas
.............................................................................
Topografi
......................................................................................
Iklim
...........................................................................................

24
24
25
25
25

Halaman
Geologi dan Tanah
.......................................................................
Geologi
..................................................................................
Tanah
.....................................................................................
Formasi Vegetasi di Dalam Kawasan Taman Nasional Wasur ........

26
26
27
28

METODOLOGI PENELITIAN
……………...........……………………
Tempat dan Waktu Penelitian …………….........……………………
Peralatan dan Bahan …………………………..……………………
Jenis Data yang Dikumpulkan ……................……………………..
Perumusan Masalah
………………..........……………………
Kerangka Pemikiran
…………………....…………………….
Metode Pengumpulan Data
…………………………..…………
Metode Analisis Data
..................................................................
Analisis Vegetasi
..............................................................
Preferensial Tumbuhan inang
..............................................
Analisis Nilai Keanekaragaman
..........................................
Analisis Pola Sebaran Spesies Sarang semut .........................

30
30
30
31
31
32
34
39
39
40
41
41

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Karakteristik Kondisi Bio-ekologis Tumbuhan Sarang Semut ........
Stratifikasi Janis Tumbuhan
..............................................
Keterbukaan Tajuk Jenis Tumbuhan
....................................
Jumlah Jenis Tumbuhan
........................................................
Kerapatan Jenis Tumbuhan ....................................................
Dominansi Jenis Tumbuhan ....................................................
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan .........................................
Pola Penyebaran Jenis Tumbuhan ..........................................
Potensi Tumbuhan Sarang Semut
...................................................
Jumlah Jenis Tumbuhan Sarang Semut
................................
Kerapatan Tumbuhan Sarang Semut
...................................
Jenis-Jenis Semut pada Tumbuhan Sarang Semut .................
Potensi yang Menambah Khasanah tentang Tumbuhan Sarang
Semut
....................................................................................
Gangguan Manusia .................................................................
Interaksi Karakteristik Bio-ekologis dengan Kerapatan Tumbuhan
Sarang Semut
...........................................................................
Preferensi Tumbuhan Sarang Semut pada Tumbuhan Inang
……

44
44
44
52
53
55
59
64
65
68
68
81
82

SIMPULAN DAN SARAN

...................................................................

94

.............................................................................

96

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii

85
88
89
92

DAFTAR TABEL
No.

Halaman

1. Jenis-jenis tumbuhan sarang semut di Indonesia

...........................

3

2. Komposisi dan kandungan senyawa aktif tumbuhan sarang semut ..

7

3. Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dan kemungkinan
senyawa aktif yang berperan menaklukan penyakit ......................

9

4. Data sekunder studi interaksi kondisi karakteristik bio-ekologis
dengan potensi tumbuhan sarang semut di TN. Wasur ...................

34

5. Pemanen dari ke-empat sub-sub suku di dalam kawasan TN. Wasur.

35

6. Banyaknya jalur pengamatan

...................................................

36

7. Kriteria yang diukur pada metode Neu versi Manly et al. (1993) ....

40

8. Stratifikasi tajuk pohon pada tipe penutupan lahan di TN Wasur
Merauke
................................................................................

44

9. Persentase rata-rata keterbukaan tajuk tumbuhan pada tingkat
pohon, tiang dan pancang pada tipe penutupan lahan
..................

52

10. Jumlah jenis tumbuhan pada tipe penutupan lahan

.......................

53

11. Kerapatan tumbuhan tingkat pohon, tiang dan pancang pada
beberapa tipe penutupan lahan
....................................................

55

12. Kerapatan jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di hutan dataran rendah
.........................................

56

13. Kerapatan jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di lahan pekarangan kebun
..................................

57

14. Kerapatan jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di hutan mangrove
...................................................

57

15. Kerapatan jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di hutan rawa .............................................................

58

16. Kerapatan jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di savana
..................................................................

58

17. Dominansi tumbuhan tingkat pohon, tiang dan pancang pada
beberapa tipe penutupan lahan
......................................................

59

18. Dominansi jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di hutan dataran rendah ............................................

60

19. Dominansi jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di lahan pekarangan kebun
....................................

61

20. Dominansi jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di hutan mangrove .....................................................

61

No.

Halaman

21. Dominansi jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di hutan rawa
...........................................................

62

22. Dominansi jenis-jenis tumbuhan dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di savana ....................................................................

62

23. Keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan pada tipe penutupan lahan ..

64

24. Pola sebaran jenis-jenis tumbuhan pada tipe penutupan lahan ........

65

25. Jumlah jenis-jenis tumbuhan sarang semut pada tipe penutupan
lahan
..............................................................................................

68

26. Kerapatan tumbuhan sarang semut pada tipe penutupan lahan .........

81

27. Kerapatan tumbuhan sarang semut berdasarkan posisi Barat Timur pada beberapa tipe penutupan lahan ...................................

82

28. Pemanenan dan persepsi responden terhadap keberadaan tumbuhan
sarang semut
..................................................................................

88

29. Preferensi tumbuhan sarang semut pada tumbuhan inang di kelima
tipe penutupan lahan
……………………………………………

93

30. Preferensi tumbuhan sarang semut tanpa membedakan tipe
penutupan lahan
……………………………………………….

93

iv

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Peta lokasi penelitian tumbuhan sarang semut di TN Wasur
Merauke Papua ...............................................................................

30

2. Kerangka pemikiran penelitian potensi dan karakteristik bioekologis tumbuhan sarang semut di TN Wasur Merauke Papua ....

33

3. Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada
analisis vegetasi dengan metode jalur-garis berpetak .....................

35

4. Teknik proyeksi diagram profil arsitektur pohon

.........................

38

5. Cara penentuan posisi tumbuhan sarang semut pada tumbuhan
inang
.............................................................................................

39

6. Profil arsitektur pohon di hutan dataran rendah tidak terganggu .....

45

7. Profil arsitektur pohon di hutan dataran rendah terganggu

.............

46

8. Profil arsitektur pohon di lahan pekarangan kebun tidak terganggu ..

46

9. Profil arsitektur pohon di lahan pekarangan kebun terganggu ........

47

10. Profil arsitektur pohon di hutan mangrove tidak terganggu ............

48

11. Profil arsitektur pohon di hutan mangrove terganggu

....................

49

12. Profil arsitektur pohon di hutan rawa tidak terganggu .....................

49

13. Profil arsitektur pohon di hutan rawa terganggu

.............................

50

14. Profil arsitektur pohon di savana tidak terganggu ...........................

51

15. Profil arsitektur pohon di savana terganggu

...................................

52

......................................................................

69

17. Myrmecodia albertsii .......................................................................

70

18. Myrmecodia tuberosa ......................................................................

71

19. Myrmecodia sp1

..................................................................................................................

71

20. Myrmecodia sp2

.................................................................................................................

72

21. Myrmecodia sp3

..................................................................................................................

73

22. Myrmecodia sp4

..................................................................................................................

73

23. Myrmecodia sp5

..................................................................................................................

74

24. Myrmecodia sp6

..................................................................................................................

75

25. Myrmecodia sp7

..................................................................................................................

75

26. Myrmecodia sp8

..................................................................................................................

76

27. Myrmecodia sp9

..................................................................................................................

77

16. Myrmecodia pendans

No.

Halaman

28. Myrmecodia sp10

..................................................................................................................

77

29. Myrmecodia sp11

..................................................................................................................

78

30. Hydnophytum formicum

..................................................................

79

31. Hydnophytum sp1

...........................................................................

79

32. Hydnophytum sp2

...........................................................................

80

33. Hydnophytum sp3

...........................................................................

80

34. Jenis semut Ochetellus sp

.............................................................

83

35. Jenis semut Iridomyrmex sp1 .............................................................

83

36. Jenis semut Iridomyrmex sp2 .............................................................

84

37. Jenis rayap sp1

................................................................................

84

38. Bentuk tumbuhan sarang semut berukuran kecil (diameter ± 1 cm)...

85

39. Pengkristalan batu, adanya katak dan ulat pada tumbuhan obat
sarang semut ....................................................................................

86

40. Tumbuhan sarang semut yang dapat tumbuh pada tumbuhan liana
dan batang pohon yang bertekstur tidak kasar (Eucalypthus spp) ....

87

41. Tumbuhan sarang semut dan anggrek yang berdampingan

............

87

42. Tumbuhan sarang semut yang hidup pada beberapa tumbuhan mati
yang masih berdiri ...........................................................................

88

vi

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Halaman

1. Indeks nilai penting tumbuhan di hutan dataran rendah tidak
terganggu
....................................................................................

100

2. Indeks nilai penting tumbuhan di hutan dataran rendah terganggu ....

102

3. Indeks nilai penting tumbuhan di lahan pekarangan kebun tidak
terganggu
.....................................................................................

104

4. Indeks nilai penting tumbuhan di lahan pekarangan kebun
terganggu
.......................................................................................

105

5. Indeks nilai penting tumbuhan di hutan mangrove tidak terganggu ...

106

6. Indeks nilai penting tumbuhan di hutan mangrove terganggu .........

108

7. Indeks nilai penting tumbuhan di hutan rawa tidak terganggu ..........

110

8. Indeks nilai penting tumbuhan di hutan rawa terganggu

...............

111

9. Indeks nilai penting tumbuhan di savana tidak terganggu ...............

112

10. Indeks nilai penting tumbuhan di savana terganggu .........................

113

11. Preferensi tumbuhan Myrmecodia pendans pada tumbuhan inang
di kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

114

12. Preferensi tumbuhan Myrmecodia albertsii pada tumbuhan inang
di kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

115

13. Preferensi tumbuhan Myrmecodia tuberosa pada tumbuhan inang
di kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

116

14. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp1
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

117

15. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp2
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

118

16. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp3
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

119

17. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp4
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

120

18. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp5
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

121

19. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp6
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

122

20. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp7
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

123

No.

Halaman

21. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp8
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

124

22. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp9
kawasan TN Wasur Merauke Papua

pada tumbuhan inang di
......................................

125

23. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp10 pada tumbuhan inang di
kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

126

24. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp11 pada tumbuhan inang di
kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

127

25. Preferensi tumbuhan Hydnophytum formicum pada tumbuhan
inang di kawasan TN Wasur Merauke Papua......................................

128

26. Preferensi tumbuhan Hydnophytum sp1 pada tumbuhan inang di
kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

129

27. Preferensi tumbuhan Hydnophytum sp2 pada tumbuhan inang di
kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

130

28. Preferensi tumbuhan Hydnophytum sp3 pada tumbuhan inang di
kawasan TN Wasur Merauke Papua
......................................

131

29. Preferensi tumbuhan Myrmecodia pendans pada tumbuhan inang ..

132

30. Preferensi tumbuhan Myrmecodia albertsii pada tumbuhan inang ..

134

31. Preferensi tumbuhan Myrmecodia tuberosa pada tumbuhan inang ..

136

32. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp1 pada tumbuhan inang .........

138

33. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp2 pada tumbuhan inang .........

140

34. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp3 pada tumbuhan inang .........

142

35. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp4 pada tumbuhan inang .........

144

36. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp5 pada tumbuhan inang .........

146

37. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp6 pada tumbuhan inang .........

148

38. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp7 pada tumbuhan inang .........

150

39. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp8 pada tumbuhan inang .........

152

40. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp9 pada tumbuhan inang .........

154

41. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp10 pada tumbuhan inang .........

156

42. Preferensi tumbuhan Myrmecodia sp11 pada tumbuhan inang .........

158

viii

No.

Halaman

43. Preferensi tumbuhan Hydnophytum formicum pada tumbuhan
inang ...............................................................................................

160

44. Preferensi tumbuhan Hydnophytum sp1 pada tumbuhan inang .........

162

45. Preferensi tumbuhan Hydnophytum sp2 pada tumbuhan inang .........

164

46. Preferensi tumbuhan Hydnophytum sp3 pada tumbuhan inang .........

166

47. Preferensi tumbuhan sarang semut pada tumbuhan inang di
kawasan TN Wasur Merauke Papua ................................................

168

48. Preferensi tumbuhan sarang semut pada tumbuhan inang di kelima
tipe penutupan lahan
.....................................................................

169

49. Hasil analisis faktor terhadap ke-9 peubah

...................................

171

50. Hasil Analisis regresi linier berganda dengan metode stepwise ......

173

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Menurut Primack et al. (1998), Indonesia termasuk negara yang memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati tertinggi kedua setelah Brasil. Diperkirakan
jumlah spesies pada takson tumbuhan berbunga yang terdapat di Indonesia
sebesar 10% atau sebanyak 25.000 jenis, sedangkan di dunia terdapat sebanyak
250.000 jenis. Diantara jenis tumbuhan berbunga yang terdapat di Indonesia,
1.845 jenis diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat; yang telah
dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara turun-temurun oleh berbagai
etnis di Indonesia (Zuhud dan Siswoyo 2003). Salah satu jenis tumbuhan obat
tersebut adalah sarang semut (Myrmecodia spp.).
Pada kawasan Taman Nasional Wasur (TN Wasur), terdapat masyarakat
adat yang terdiri atas sub-sub Suku yakni Suku Marind, Kanume, Marori MenGey dan Yeinan. Sampai saat ini kearifan tradisional mereka dalam
memanfaatkan dan menggunakan tumbuhan sarang semut tersebut belum banyak
dipelajari.
Pemanfaatan tumbuhan sarang semut oleh masyarakat di dalam dan di
sekitar kawasan TN Wasur masih mengandalkan pada ketersediaan di alam.
Pemungutan secara langsunng dari alam dikhawatirkan dapat mengakibatkan
penurunan populasi alami dalam waktu yang cepat.
Salah satu tahapan kelestarian sarang semut di habitat alaminya secara garis
besar dipengaruhi oleh 2 (tiga) faktor, yaitu faktor internal dan eksternal
(lingkungan tempat tumbuhnya dan manusia). Faktor internal yang berpengaruh
terhadap kelestarian jenis sarang semut di habitat alaminya adalah jenis atau
varietas; sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh, antara lain: karakteristik
bio-ekologis (fisik, kimia, dan biologi) dan manusia yang memanennya. Jika data
dan informasi tentang potensi dan karakteristik bio-ekologis sarang semut
diketahui oleh masyarakat luas (pendatang dan pemilik hak ulayat) baik di dalam
maupun sekitar TN Wasur, maka diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang
pemanenan sarang semut secara lestari.

2
Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang potensi dan
karakteristik

bio-ekologis

tumbuhan

sarang

semut

untuk

mendukung

ketersediaannya sehingga mendukung informasi tentang kesesuaian kondisi bioekologis tumbuhan obat sarang semut dan teknik pembudidayaannya. Upaya
pengelolaan dan pembudidayaan tumbuhan sarang semut tersebut dimaksudkan
untuk dapat mengantisipasi tingginya tingkat permintaan akan tumbuhan sarang
semut dan akibat yang ditimbulkan dengan ketersediaannya di alam.

Hal ini

berarti perlu studi untuk mempelajari potensi dan karakteristik bio-ekologis
tumbuhan obat sarang semut.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengidentifikasi bioekologis tumbuhan sarang semut, (2) menentukan potensi tumbuhan sarang semut
berdasarkan tipe penutupan lahan di TN Wasur, (3) menentukan interaksi
karakteristik bio-ekologis dengan kerapatan tumbuhan sarang semut di kawasan
TN Wasur dan (4) menentukan preferensi tumbuhan sarang semut terhadap jenis
tumbuhan inang.
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat a) sebagai data
dan informasi guna menyusun pengelolaan tumbuhan obat sarang semut di TN
Wasur secara lestari sehingga keberadaan tumbuhan obat sarang semut di habitat
alaminya akan tetap lestari serta pemanfaatannya dapat dilakukan secara terus
menerus dan (b) bagi masyarakat di dalam dan di sekitar TN Wasur, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemanenan
sarang semut sehingga sesuai dengan kemampuan pertumbuhannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Tumbuhan Sarang Semut

Taksonomi
Menurut Subroto dan Hendro (2006), secara taksonomi tumbuhan sarang
semut (Myrmecodia spp.) termasuk dalam Divisi Tracheophyta, Kelas
Magnoliopsida, Sub Kelas Lamiidae, Ordo Rubiales, Famili Rubiaceae, dan
Genus Myrmecodia. Tumbuhan sarang semut yang terdapat di Indonesia terdiri
atas 26 spesies seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan sarang semut di Indonesia
Nama Spesies

Nama Spesies

M. pendans Merr. & L.M. Perry

M. agustifolia Valeton

M. tuberosa Jack

M. strerrophylla Merr. & Perry

M. kutubuensis Huxley & Jebb

M. oksapminensis Hxley & Jebb

M. jobiensis Becc

M. paradoxa Huxley & Jebb

M. erinacea Becc

M. aureospina Huxley & Jebb

M. alata Becc

M. brassii Merr. & Perry

M. beccerii J.D. Hooker

M. lamii Merr. & Perry

M. platytyrea Becc

M. archboldiana Merr. & Perry

M. longissima Valeton

M. pteroaspida Huxley & Jebb

M. oblongata Valeton

M. melanacantha Huxley & Jebb

M. longifolia Valeton

M. horrida Huxley & Jebb

M. schlechteri Valeton

M. ferox Huxley & Jebb

M. albertisii Becc.

M. gracilispina Huxley & Jebb

Sumber : Subroto dan Hendro 2006
Ciri Morfologi
Berdasarkan Kamus Pertanian Umum tahun 2001 yang dimaksudkan
morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk dari susunan dan
bentuk luar organisme. Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa morfologi

4
dalam pengenalan tumbuhan sarang semut dibedakan dalam beberapa kriteria
yaitu: umbi, batang, daun dan bunga.
Umbi
Tjitrosoepomo (2000), umbi biasanya merupakan suatu badan yang
membengkak, bangun bulat seperti kerucut atau tidak beraturan, merupakan
tempat penimbunan makanan seperti rimpang dan dapat merupakan penjelmaan
batang atau akar. Umbi pada tumbuhan sarang semut umumnya hampir selalu
berduri dan berbentuk bulat saat muda, kemudian berubah menjadi lonjong
memendek atau berbentuk memanjang setelah tua. Umbi sarang semut memiliki
sistem jaringan yang lubang-lubang serta interkoneksi jaringan yang sangat khas.
Sistem jaringan tersebut dapat digunakan untuk menentukan genus ini (Subroto
dan Hendro 2006).
Batang
Tjitrosoepomo (2000) menyatakan bahwa batang merupakan bagian tubuh
tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi
tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Tim
Penyusun Kamus PS (2001), Batang adalah bagian tubuh tumbuhan yang berasal
dari epikotil dan tumbuh di atas permukaan tanah walaupun ada jenis yang
tumbuh di dalam tanah; memiliki struktur pembentuk batang seperti floem dan
xilem; biasanya berbuku dan beruas; selalu tumbuh mengarah ke atas dan mencari
arah datangnya sinar matahari; dapat tumbuh tegak menggantung, memanjat,
membelit, mengangguk, menjangkit; berfungsi sebagai pendukung dan tempat
tumbuhnya bagian tanaman yang ada di atas tanah, sebagai lalu lintas air dan zat
makanan dari daun ke seluruh tubuh tanaman, sebagai tempat penimbunan zat
makanan cadangan, sebagai alat perkembangbiakan vegetatif. Tumbuhan sarang
semut biasanya hanya memiliki satu atau beberapa batang yang bercabang.
Batang tebalnya dan internodanya sangat dekat, kecuali pada pangkal sarang
semut dari beberapa spesies (Subroto dan Hendro 2006).
Daun
Menurut Subroto dan Hendro (2006), daun sarang semut tebal seperti kulit.
Pada beberapa spesies memiliki daun yang sempit dan panjang.

Stipula

5
(penumpu) besar, persisten, terbelah dan berlawanan dengan tangkai daun (petiol),
serta membentuk “telinga” pada klipeoli.

Kadang-kadang terus berkembang

menjadi sayap di sekitar bagian atas klipeolus.
Bunga
Menurut Tjitrosoepomo (2000), bunga adalah penjelmaan suatu tunas
(batang dan daun-daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan
kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan
dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan.
Menurut Tjitrosoepomo (2000) bahwa daun merupakan suatu bagian tumbuhan
yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun.
Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian
lain pada tubuh tumbuhan. Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa
pembungaan pada sarang semut mulai sejak beberapa ruas (internoda) terbentuk
dan ada pada tiap nodus (buku). Dua bagian pada setiap bunga berkembang pada
suatu kantong udara (alveolus) yang berbeda.

Alveoli tersebut mungkin

ukurannya tidak sama dan terletak pada tempat yang berbeda di batang. Kuntum
bunga muncul pada dasar alveoli. Setiap bunga berlawanan oleh suatu brakteola.
Bunga jarang kleistogamus (menyerbuk tidak terbuka) dan kadang-kadang
heterostilus. Kelopak biasanya terpotong. Polen adalah 1-, 2-, atau 3- porat
(kolporat) dan sering 1, 2, atau 3 visikel sitoplasma yang besar. Buah berkembang
dalam alviolus dan memanjat pada dasarnya menjadi menonjol keluar hanya
setelah masak.
Penyebaran dan Ekologi Tumbuhan Sarang Semut
Penyebaran Tumbuhan Sarang Semut
Menurut Subroto dan Hendro (2006), penyebaran tumbuhan sarang semut
mulai dari Semenanjung Malaysia, Filipina, Kamboja, Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Papua, Papua New Guinea, Cape York hingga Kepulauan Solomon. Di
Propinsi Papua, tumbuhan sarang semut dapat dijumpai terutama di daerah
Pegunungan Tengah, yaitu di hutan belantara Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten
Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan
Kabupaten Paniai. Tumbuhan ini juga dapat dijumpai di Kabupaten Merauke.

6
Salah satu lokasi penyebaran jenis tumbuhan tersebut di Papua, tumbuhan ini juga
ditemukan di hutan dataran rendah di wilayah Kabupaten Bintuni, Fak-fak dan
Sorong..
Ekologi Tumbuhan Sarang Semut
Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa tumbuhan sarang semut
tersebar dari hutan mangrove dan pantai hingga ketinggian 2.400 m di atas
permukaan laut (dpl). Sarang semut banyak ditemukan menempel di beberapa
pohon, umumnya di pohon kayu putih (Melaleuca), cemara gunung (Casuarina),
kaha (Castanopsis), dan pohon beech (Nothofagus).

Sarang semut jarang

menempel pada pohon-pohon dengan batang halus dan rapuh seperti Eucalyptus.
Di habitat liarnya, tumbuhan sarang semut dihuni oleh beragam jenis semut.
Setiap tumbuhan obat sarang semut hanya dihuni oleh satu jenis semut. Secara
umum ditemukan tiga spesies semut yang menghuni tumbuhan sarang semut dari
genus Iridomyrmex, salah satu diantaranya adalah jenis Iridomyrmex cordatus.
Sebagai contoh, tumbuhan obat sarang semut (Myrmecodia pendans Merr. &
Perry) dihuni oleh koloni semut dari jenis Ochetellus sp.

Selain itu, pada umbi

sarang semut juga ditemukan dua spesies jamur ketika dihuni oleh simbion
Iridomyrmex cordatus (Subroto dan Hendro 2006).
Kandungan Kimia dan Kegunaan Tumbuhan Sarang Semut
Berdasarkan aspek pemanfaatan untuk pengobatan maka tumbuhan sarang
semut memiliki berbagai kandungan senyawa kimia. Kandungan senyawa kimia
dari tumbuhan sarang semut diduga memiliki peranan dalam aktivitas resistensi
patogen, alelopati dan pertahanan tubuh terhadap serangan hama. Senyawa yang
mendapat perhatian luas adalah tiga golongan senyawa fenolik, yaitu tanin
terhidrolisa, flavonoid dan tanin terkondensasi.

Senyawa-senyawa tersebut

digunakan oleh tanaman sebagai sistem pertahanan diri, sedangkan bagi manusia
dimanfaatkan sebagai bahan aktif untuk obat.
Berdasarkan hasil uji penapisan kimia dari tumbuhan obat sarang semut
yang dilakukan oleh Subroto dan Hendro (2006) menunjukkan bahwa tumbuhan
ini mengandung senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin.

7
Komposisi dan kandungan senyawa aktif tumbuhan obat sarang semut seperti
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi dan kandungan senyawa aktif tumbuhan sarang semut
Parameter
Energi
Kadar air
Kadar abu
Kadar lemak
Kadar protein
Kadar karbohidrat
Tokoferol
Total fenol
Kalsium (Ca)
Natrium (Na)
Magnesium (Mg)
Kalium (K)
Seng (Zn)
Besi (Fe)
Fosfor (P)

Satuan
Kkal/100g
g/100g
g/100g
g/100g
g/100g
g/100g
mg/100g
g/100g
g/100g
mg/100g
g/100g
g/100g
mg/100g
mg/100g
g/100g

Nilai
350,52
4,54
11,13
2,64
2,75
78,94
31,34
0,25
0,37
68,58
1,50
3,61
1,36
29,24
0,99

Sumber : Subroto dan Hendro (2006)
Kandungan senyawa-senyawa kimia dari golongan flavonoid dan tanin
memiliki peran sebagai berikut
Flavonoid
Vickery & Vickery (1981) menyatakan bahwa flavonoid pada tumbuhan
dapat meningkatkan dormansi, meingkatkan pembentukan sel-sel kalus, sebagai
enzim penghambat pembentukan protein, menghasilkan zat warna pada bunga
untuk merangsang serangga, burung dan satwa lainnya untuk mendatangi
tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan penyebaran biji. Dalam
dunia pengobatan beberapa jenis senyawa flavonoid berfungsi sebagai zat
antibiotik, misalnya anti virus dan jamur, peradangan pembuluh darah dan dapat
digunakan sebagai racun ikan.
Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa flavonoid merupakan
golongan senyawa bahan alami dari senyawa fenolik yang merupakan unsur
pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda masuk ke
dalam golongan flavonoid. Flavonoid merupakan bagian penting dari manusia
karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam

8
tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan
kanker.

Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel,

memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin
C), anti-inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik.
Selain itu flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik
dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus.
Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk
virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Flavonoid juga berperan dalam pencegahan
dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes,
encok/rematik, migrain, wasir dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga
akar gigi). Flavonoid ternyata bukan untuk pencegahan saja tetapi dapat juga
sebagai pengobat kanker (Subroto dan Hendro 2006).
Tanin
Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa tanin merupakan astringen
dan polifenol tanaman berasa pahit yang dapat mengikat dan mengendapkan
protein. Umumnya tanin digunakan untuk penyamakan kulit, tetapi tanin juga
banyak aplikasinya dibidang pengobatan misalnya untuk pengobatan diare,
hemostatik (menghentikan pendarahan) dan wasir. Kemampuan sarang semut
secara empiris untuk pengobatan ambeien (wasir) dan mimisan diduga kuat
berkaitan dengan kandungan taninnya.
Tumbuhan sarang semut kaya akan antioksidan tokoferol (vitamin E) dan
beberapa mineral penting untuk tubuh seperti kalsium, natrium, kalium, seng,
besi, fosfor dan magnesium. Dalam sistem metabolisme tubuh, kalsium berfungsi
dalam kerja jantung, impuls saraf dan pembekuan darah. Besi berfungsi dalam
pembentukan hemoglobin, transfer oksigen dan aktivator enzim. Fosfor berfungsi
dalam memproduksi energi. Natrium memiliki peranan dalam kesetimbangan
elektrolit, volume cairan tubuh, dan impuls saraf. Kalium berfungsi dalam ritme
jantung, impuls saraf, dan keseimbangan asam-basa. Seng memiliki fungsi dalam
sintesis protein, fungsi seksual, penyimpanan insulin, metabolisme karbohidrat,
dan penyembuhan luka. Magnesium memiliki peranan dalam fungsi tulang, hati,
otot, transfer air intraseluler, keseimbangan basa, dan aktivitas neuromuskuler.
Fungsi-fungsi mineral tersebut dapat menjelaskan beberapa khasiat dari sarang

9
semut seperti untuk membantu mengatasi berbagai macam penyakit/gangguan
jantung, melancarkan darah, mengobati migren (sakit kepala sebelah), gangguan
fungsi ginjal dan prostat, memulihkan kesegaran dan stamina tubuh serta
memulihkan gairah seksual (Subroto dan hendro 2006).
Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa hasil analisis ekstrak
tumbuhan sarang semut yang dilakukan olehnya dapat menghambat aktivitas
enzim xanthin oxidase dengan aktivitas yang setara dengan allopurinol, obat
komersial yang digunakan untuk pengobatan asam urat, salah satu jenis penyakit
rematik. Diduga senyawa inhibitor xanthin oxidase yang bertanggung jawab
dalam mekanisme ini adalah senyawa dari golongan flavonoid. Fenomena ini
yang kemungkinan dapat memperkuat khasiat tumbuhan sarang semut untuk
pengobatan rematik yang telah terbukti secara empiris.
Subroto dan Hendro (2006) menyatakan bahwa secara empiris rebusan
bubuk tumbuhan sarang semut atau kapsulnya telah terbukti dapat menyembuhkan
beragam penyakit ringan dan berat seperti kanker dan tumor, asam urat, jantung
koroner, wasir, TBC, migren, rematik, dan leukemia.

Mekanisme kerja

kandungan