MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS ICT.
i
D
AFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Asumsi Penelitian ... 14
F. Hipotesis Penelitian ... 15
G. Metode Penelitian ... 15
H. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN TEORITIK MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF BERBASIS ICT A. Hakikat Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... 17
B. Sifat Sistemik dalam Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... 21
C. Kebijakan Pendidikan Terintegrasi: Syarat Bagi Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... ... 22
D. Komponen Program BK Komprehensif ... 24
E. Ciri-ciri Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif-Sistemik 26 F. Hakikat Manajemen Bimbingan dan Konseling ... 32
G. Implementasi Fungsi Manajemen dalam Bimbingan dan Konseling . 33 H. Aspek-aspek Manajemen Program Layanan Bimbingan dan Konseling ... 34
I. Hakikat ICT ... 63
J. Information and Communication Technology ... 64
(2)
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 68
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 69
C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 70
D. Penentuan Sampel Penelitian ... 77
E. Tahap Penelitian ... 78
F. Pengumpulan Data ... 84
G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 87
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Manajemen Bimbingan dan Konseling di Kota Bekasi ... 89
B. Manajemen BK Berbasis ICT untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen BK Komprehensif di Kota Bekasi ... 101
C. Pembahasan Hasil Uji Coba (Eksperimen) Manajemen BK Komprehensif Berbasis ICT dalam Meningkatkan Efektifitas Manajemen BK Komprehensif ... 113
D. Keterbatasan Penelitian ... 121
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 123
B. Rekomendasi ... 124
(3)
iii
D
AFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Kisi-kisi Aspek Manajemen BK Komprehensif ... 69
Tabel 4.1. Profil Manajemen BK di Kota Bekasi ... 80
Tabel 4.2. Hasil Uji T (T-Test) Menggunakan SPSS 16.0 for Windows ... 91
Tabel 4.3. Peningkatan Efektifitas Manajemen BK Pasca intervensi Manajemen
BK Berbasis ICT ... 93
Tabel 4.4. Gambaran Hasil Skala Manajemen BK di Kota Bekasi ... 97
(4)
iv
D
AFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Hubungan antara Manajemen, Pengajaran dan Bimbingan dan
Konseling ... 3
Gambar 1.2. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling ... 4
Gambar 2.1. Hubungan Timbal Balik Kebijakan Pendidikan Terintegrasi dan
Program BK Komprehensif ... 18
Gambar 2.2. Implementasi Komponen-Komponen Program Bimbingan dan
(5)
v
D
AFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Data Pretest dan posttest Kelompok Eksperimen ... 102
Grafik 4.2. Data Pretest dan posttest Kelompok Eksperimen pada Aspek Manajemen BK ... 103
Grafik 4.3. Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 104
Grafik 4.4. Hasil Posttest Kelompok Kontrol ... 104
Grafik 4.5. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 104
(6)
vi
D
AFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing
LAMPIRAN 2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian
LAMPIRAN 3. Instrumen Penelitan
LAMPIRAN 4. Hasil Pengolahan Data
LAMPIRAN 5. Berkas Hasil Penelitian
(7)
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia
Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang
bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh
peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta
pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam
memilih dan mengambil keputusan demi tercapainya cita-cita.
Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi
juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual,
dan sistem nilai peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran itu, tampak bahwa
pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan
peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi
(8)
Bukanlah hal baru bahwa bimbingan dan konseling dinyatakan sebagi
bagian terpadu dari pendidikan. Secara formal dalam berbagai dokumen yang
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan hal itu telah digariskan, namun
dalam praktek seringkali bimbingan dan konseling ditempatkan hanya sebagai
pelengkap. Padahal sejak kurikulum 1975 bimbingan dan konseling diposisikan
sebagai bagian integral dari pendidikan. Kini sudah saatnya dilakukan penegasan
ulang bahwa bimbingan dan konseling adalah bagian tepadu dari pendidikan; dan
kini saatnya pula untuk meletakkan prinsip kebijaksanaan itu di dalam praktek.
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian terpadu dari sistem
pendidikan yang dilandasi oleh : (1) landasan konseptual penyelenggaraan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah bimbingan dan konseling
perkembangan, (2) dasar legal penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling
adalah eksistensi bimbingan dan konseling dalan sistem pendidikan nasional, (3)
konselor profesional adalah orang yang bertanggung jawab dan berkompeten
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling, dan (4) sistem manajemen
sekolah yang mendukung program bimbingan dan Konseling.
Pada gambar 1.1. di bawah, tampak bahwa bimbingan dan konseling
sebagai mainstream layanan kesejahteraan kepada siswa memiliki posisi yang
(9)
pengajaran. Jadi posisi bimbingan dan konseling bukan bagian dari kurikulum dan
atau administrasi melainkan memiliki posisi yang sejajar dengan keduanya.
Gambar 1.1. Hubungan antara Manajemen, Pengajaran dan Bimbingan dan Konseling
Secara utuh keseluruhan proses kerja bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal dapat digambarkan pada gambar 1.2. di bawah ini Manajemen dan
Supervisi
Pembelajaran Bidang Studi
Bimbingan & Konseling
Perkembangan Optimal Setiap Individu (Peserta Didik)
Tujuan:
Wilayah Manajemen dan Kepemimpinan
Wilayah Pembelajaran yang Mendidik
Wilayah Bimbingan dan Konseling yang Memandirikan
(10)
Gambar 1.2. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling (Sumber ABKIN, 2007 yang dimodifikasi oleh penulis)
Komponen Layanan dasar, layanan responsif dan perencanaan individual
di atas, merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem merupakan layanan dan kegiatan manajemen yang
secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan
manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan
!" !#$# %!&% "
' % $&( $ ) # # * + % , " % ( -' * ' " ! ( , * ( -% , & ! ' , % ( , , " (. / %
(11)
program bimbingan secara menyeluruh. Tanpa dukungan sistem yang memadai,
konselor akan sulit dalam mengembil keputusan-keputusan strategis, karena
kurangnya informasi yang menjadi landasan dalam pengambilan keputusan.
Sebagai suatu layanan profesional, bimbingan dan konseling di sekolah
memiliki area dan substansi layanan yang berbeda dengan layanan administrasi
dan layanan instruksional. Namun demikian ada area-area tertentu yang terkait
dengan perkembangan siswa yang sebaiknya dilaksanakan melalui kolaborasi
antara konselor dengan guru dan dengan para ahli lainnya.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pelayanan
pendidikan di sekolah, menuntut pelaksananya untuk terus meningkatkan dan
mengembangkan kualitas pelayanan. Seiring dengan ditetapkannya
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di
dalamnya profesi Konselor ditetapkan, secara bertahap profesi guru bimbingan
dan konseling akan berubah menjadi profesi konselor. Perubahan seperti ini,
bukan hanya perubahan sebuah nama akan tetapi memberikan implikasi bagi
perubahan dan peningkatan profesionalisme para pelaku dalam memberikan
pelayanan kepada para pelanggannya. Artinya, jika bimbingan dan konseling
merupakan sebuah profesi, maka hal pekerjaan atau kegiatan tersebut harus
dilakukan secara profesional oleh orang-orang yang profesional pula.
Hohenshil (2000) berpendapat bahwa tren bimbingan dan konseling ke
depan mengarah pada pemanfaatan teknologi. Tren teknologi dalam konseling
meliputi; 1) computer assisted simulation untuk training konselor, 2)
(12)
teknologi dalam asesmen konseling, dan 4) penggunaan videotape dalam supervisi
perkembangan. Teknologi berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia
termasuk pendidikan. Kemajuan teknologi yang tiada henti, dan perkembangan
informasi, semuanya memberikan peluang bagi profesi konselor untuk secara
berkelanjutan berkembang dan memperlihatkan kinerja yang lebih baik
(Suherman, 2003). Seiring dengan perkembangan tersebut menuntut unjuk kinerja
konselor di lapangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling secara
lebih efektif dan efisien.
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang telah
ditetapkan, memaknai profesional sebagai sebuah pekerjaan atau kegiatan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. Bagaimana dengan pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah saat ini? Apakah sudah memenuhi tuntutan sebuah
pekerjaan yang profesional? Jawabannya tentu sangat relatif. Oleh karena itu,
paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling saat ini adalah professional dan
bermutu. Artinya sikap dan unjuk kerja seorang guru bimbingan dan konseling
atau konselor senantiasa diwarnai oleh sikap dan tindakan seorang professional.
Salah salah satu langkah penting menuju profesionalitas seorang guru bimbingan
dan konseling adalah pemahaman mendalam terhadap tugas pokok dan fungsinya,
serta berbagai permasalahan yang terjadi.
Hasil penelitian yang dilaksanakan Fajar Santoaji tentang Manajemen BK
(13)
bahwa Manajemen BK masih memiliki kekurangan sebagai berikut: masih
terdapat banyak koordinator dan staf BK di SMA Rekanan Prodi BK USD yang
tidak memiliki latar belakang pendidikan memadai sebagai guru bimbingan dan
konseling/konselor sekolah; Ada sebagian kecil SMA Rekanan Prodi BK USD
yang tidak melakukan asesmen kebutuhan; Sebagian SMA Rekanan Prodi BK
USD hanya menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok klasikal bagi siswa
di kelas tertentu secara tidak teratur; Mayoritas SMA Rekanan Prodi BK USD
menyelenggarakan layanan Bimbingan Kelompok/Klasikal secara terputus-putus
dari segi isi/materi, meskipun dari segi waktu berurutan (paradigma 2); Mayoritas
SMA Rekanan Prodi BK USD hanya melakukan evaluasi berdasarkan kesan
('what do you think' methods), bukan dengan riset ilmiah berbasis data,
sehingga sekolah tersebut tidak dapat membuktikan akuntabilitas program BK;
Jumlah dan ragam layanan BK bagi keluarga asal siswa sangat sedikit, sehingga
dari segi ini Program BK di SMA Rekanan Prodi BK USD tidak sistemik karena
tidak mempengaruhi lingkungan keluarga agar menjadi lingkungan yang
mendukung perkembangan siswa secara terprogram.
Proses kegiatan manajemen yang dilakukan di sekolah saat ini lebih
berorientasi pada “people activity”. Kegiatan yang lebih banyak menggunakan
tenaga individu saat ini dirasakan masih belum mampu menjawab banyaknya
tantangan dan tuntutan pekerjaan yang ada. Pengarusutamaan kegiatan
manajemen yang dilakukan khususnya pada layanan Bimbingan dan Konseling
menuntut penggunaan teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat McIntire (2002;
(14)
informasi merupakan komponen yang penting dalam menetapkan strategi dan
intervensi yang dilakukan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dipastikan terdapat
sejumlah kesulitan dalam mengumpulkan data, menganalisis data, mengatur dan
mengelola data menjadi bermakna tanpa bantuan dari teknologi.
Penggunaan teknologi dapat dimaknai sebagai "nurturance," "caring," dan
"joining." (Grose, 1990; Minchin, 1974; Rogers, 1961; Satir, 1972; Tiedeman &
Miller-Tiedeman, 1988, 1989). Hal ini dapat dimaknai sebagai perubahan
paradigma bahwa penggunaan teknologi merupakan suatu hal yang teradi seiring
dengan perubahan yang ada. Tuntutan penggunaan teknologi dalam layanan
merupakan keharusan untuk menjawab kefektifan dan keefesien kinerja atau
layanan yang diberikan.
Upaya penggunaan teknologi dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa hal
yang dapat mempengaruhi proses manajemen dengan berbasis teknologi informasi
menurut James E. Ysseldyke and Scott McLeod (2003) antara lain: 1). Adanya
kesadaran dan pengetahuan dari setiap unsur pelaksana (institusi, pengambil
kebijakan, penyedia layanan teknologi, dan pendidik atau konselor), 2). Adanya
dukungan dalam implementasi berupa fasilitas, perangkat keras dan perangkat
lunak yang dapat dimonitor dan terus menerus dievaluasi, 3). Adanya kebijakan
baik ditingkat nasional maupun daerah yang mampu mendukung penggunaan
teknologi dalam layanan manajemen.
Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Dougherty, 2004;
James E. Ysseldyke and Scott McLeod, 2003) dimana pemerintah harus
(15)
teknologi dapat meningkatkan pemberdayaan dan asesmen selangkah lebih maju
(Patrick, 2004).
Unjuk kerja profesional konselor diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008,
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor pada butir D
mengenai kompetensi profesional yaitu: (1) merancang Program Bimbingan dan
Konseling, (2) mengimplementasikan Program Bimbingan dan Konseling yang
komprehensif, dan (3) menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling.
Alasan mendasar pentingnya Manajemen Bimbingan dan Konseling
Komprehensif adalah agar layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberi
dampak positif bagi peserta didik dan pihak-pihak lain yang juga dilayani.
Layanan Bimbingan dan Konseling bisa saja terjadi secara insidental tanpa
direncanakan, tetapi Bimbingan dan Konseling yang di-manage secara
insidental tidak dapat menjamin munculnya dampak positif dalam diri peserta
didik secara optimal. Ada beberapa kelemahan yang terkandung dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling yang spontan dan tanpa perencanaan antara lain
kualitasnya kurang dapat dipertanggungjawabkan dan jangkauan pelayanan
Bimbingan dan Konseling menjadi sempit, hanya melakukan fungsi Kuratif saja,
kontinuitas program Bimbingan dan Konseling kurang dapat terjamin sebab
layanan Bimbingan dan Konseling akan berhenti jika persoalan dianggap sudah
selesai. Tanpa Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif konselor akan
(16)
Bimbingan dan Konseling (dilihat dari perubahan positif dalam diri konseli) sukar
dilakukan, sebab tidak ada kriteria jelas yang dijadikan patokan evaluasi.
Ukuran keberhasilan program bimbingan dan konseling adalah tujuan
program bimbingan dan konseling yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan dan
masalah. Pembuatan program juga melibatkan usaha pemetaan dan penataan
rencana memenuhi kebutuhan, sehingga dalam pembuatan program juga terjadi
penentuan prioritas program. Hal ini berimplikasi pada mendahulukan layanan
Bimbingan dan Konseling tertentu dan menunda layananan Bimbingan dan
Konseling yang lain dengan mempertimbangkan intensitas persoalan, posisi
strategis sebuah kegiatan, sumber daya (personil, dana, fasilitas pendukung) yang
dimiliki. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh. Persoalan siswa yang sangat
kritis, misalnya prestasi belajar buruk, kemampuan belajar (study skill) yang
rendah harus diatas terlebih dahulu sebelum program-program pengembangan
lain. Sosialisasi program Bimbingan dan Konseling kepada seluruh warga
masyarakat sekolah dan luar sekolah didahulukan sebab kegiatan ini sangat
strategis dalam menciptakan iklim yang mendukung pelaksanaan program
bimbingan dan konseling sepanjang tahun ajaran.
Beberapa faktor yang mempengaruhi aspek manajemen bimbingan dan
konseling adalah fasilitas dan pembiayaan. Fasilitas dan pembiayaan merupakan
aspek penting yang harus diperhatikan dalam suatu program bimbingan. Fasilitas
utama bimbingan dan konseling adalah tersedianya ruang bimbingan dan
konseling yang memadai dengan standar minimal penataan ruang bimbingan dan
(17)
dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007. Secara
umum fasilitas utama bimbingan dan konseling masih belum memadai.
Kebanyakan ruang bimbingan dan konseling di kota Bekasi hanya terdiri atas satu
ruang yang didalamnya terdapat ruang kerja guru BK dan tempat konseling. Di
beberapa sekolah tempat pelaksanaan konseling masih menggunakan meja dan
kursi, hanya sebagian kecil saja yang sudah menggunakan sofa, namun demikian
belum terdapat sekat untuk ruang konseling yang memisahkannya dengan ruang
kerja guru BK. 59% tidak tersedia ruang konseling khusus yang terpisah dari
ruang kerja bersama, 31% tersedia ruang konseling khusus walau dipisahkan oleh
sekat lemari arsip, dan hanya 9% yang memiliki ruang konseling khusus, ruang
konferensi kasus yang terpisah dari ruang kerja bersama. Ketersediaan
paket-paket bimbingan dan konseling di kota Bekasi hanya mencapai 29%, sisanya 72%
paket-paket bimbingan dan konseling tidak tersedia. Ketersediaan alat bantu
bimbingan dan konseling seperti software, film dan tayangan lain hanya 6% dan
3% saja yang selalu digunakan. Selebihnya 94% belum tersedia alat bantu
bimbingan dan konseling seperti software, film dan tayangan lain yang selalu
digunakan.
Fakta di lapangan menggambarkan bahwa guru bimbingan dan konseling
terbelenggu oleh pekerjaan administratif yang tidak ada habisnya, dari mengisi
buku pribadi siswa, menganalisis hasil DCM atau AUM, menganalisis hasil
sosiometri sampai menjadi sosiogram, menghitung daftar hadir siswa, mencatat
kejadian siswa (anecdotal record), dll. Pekerjaan utama yaitu membimbing dan
(18)
waktu. Sehingga tujuan dari bimbingan dan konseling komprehensif yaitu
melayani seluruh siswa tidak tercapai. Hal tersebut di atas dialami oleh banyak
guru bimbingan dan konseling di seluruh wilayah Indonesia termasuk kota Bekasi.
Penelitian ini mencoba memberikan solusi agar pekerjaan administratif
dalam manajemen bimbingan dan konseling dapat diselesaikan dengan cepat dan
akurat. Penyajian data yang cepat dan akurat dapat membantu guru bimbingan dan
konseling menyelenggarakan program bimbingan dan konseling bermutu seperti
diharapkan banyak pihak.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Permasalahan manajemen bimbingan dan konseling yang sama dialami
juga di kota Bekasi. Kota Bekasi yang merupakan penyangga Ibukota dan
berbatasan langsung dengan Jakarta masih mengalami masalah minimnya
ketersediaan fasilitas dan dana. Guru bimbingan dan konseling di kota Bekasi
masih terkendala oleh pekerjaan administratif yang tidak ada habisnya sehingga
pekerjaan utama yaitu membimbing dan mengkonseling sedikit terabaikan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh dinas yang menaungi pendidikan di kota
bekasi dengan memberikan pelatihan, namun belum menunjukkan hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disampaikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah profil manajemen bimbingan dan konseling komprehensif di
(19)
2. Apakah penerapan ICT dapat meningkatkan efektivitas manajemen program
bimbingan dan konseling komprehensif di kota Bekasi?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan
utama dari penelitian ini adalah menghasilkan program manajemen bimbingan
dan konseling komprehensif berbasis ICT. Untuk mencapai tujuan itu lebih dahulu
dikaji:
a. Profil pengetahuan dan keterampilan guru Bimbingan dan Konseling atau
konselor dalam perencanaan program Bimbingan dan Konseling berbasis
ICT.
b. Profil pengetahuan dan keterampilan guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dalam pengorganisasian program Bimbingan dan Konseling
berbasis ICT.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru bimbingan dan konseling atau konselor, penelitian ini dapat
menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas dalam manajemen program
bimbingan dan konseling berbasis ICT.
2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk dapat memberikan
kontribusi bagi terwujudnya program manajemen program bimbingan dan
(20)
diimplementasikan dalam memberikan layanan bimbingan konseling
komprehensif.
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini berpijak pada beberapa asumsi, yaitu:
1. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komputer dalam layanan
Bimbingan dan Konseling khususnya dalam manajement Bimbingan dan
Konseling sangat membantu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Van Horn dan Myrick (2001; Rita Schellenberg: 2008) yang menyatakan
pentingnya konselor sekolah untuk memiliki pemahaman dan kemampuan
dalam teknologi informasi computer. Van Horn and Myrick (2001; Rita
Schellenberg: 2008) menyatakan teknologi informasi dan komputer
mendukung kesuksesan.
2. Pentingnya penggunaan teknologi Informasi dan Komputer diungkapkan
oleh Milsom and Bryant (2006) dari 456 konselor sekolah yang tidak
memiliki kemampuan dalam menggunakan atau memanfaatkan teknologi
informasi dan computer akan mengalami kesulitan dalam melakukan
advokasi dan layanan Bimbingan dan konseling secara keseluruhan.
3. Sebagai layanan bantuan profesional, layanan bimbingan dan konseling
harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang mendukung. Kemampuan manajemen program
(21)
dan konseling membantu menjamin terlaksananya layanan bimbingan dan
konseling secara efektif di sekolah.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dan asumsi-asumsi tersebut, hipotesis
penelitian ini sebagai berikut:
“Penggunaan ICT efektif dalam meningkatkan Manajemen Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di Kota Bekasi”
G. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini
untuk memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan statistik. Karena banyak digunakan data dalam bentuk
angka. Dari angka-angka yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan deskripsi.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu sebuah metode
penelitian kuantitatif yang paling penuh. Dikatakan paling penuh karena
memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab dan akibat. Fraenkel
and Wallen (1993) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan
metode yang paling ‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk
menjelaskan hubungan kausal antar variabel.
Peneliti memilih menggunakan penelitian Quasi Eksperimen (eksperiment
(22)
Desain ini dipilih karena sesuai dengan karakteristik dalam penelitian eksperimen
yang dilakukan oleh peneliti. Pada desain ini peneliti melakukan pretest dan post
test untuk mengetahui hasil dari tindakan (treatmen) yang diberikan selama proses
penelitian berlangsung.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
sebagai instrumen utama, pedoman observasi, dan pedoman wawancara sebagai
instrumen pendukung. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik. Digunakannya statistik
parametris karena data yang digunakan berbentuk interval. Statistik parametris
bekerja dengan asumsi bahwa data yang akan diuji berdistribusi normal.
H. Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Kota Bekasi Jawa Barat. Dipilihnya Kota
Bekasi sebagai lokasi penelitian dikarenakan adanya kesesuaian antara
permasalahan yang dihadapi dengan tema yang dimiliki oleh peneliti. Selain itu
peneliti telah memiliki gambaran mengenai lokasi yang akan menjadi tempat
penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel
(23)
68 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dibahas desain penelitian, definisi konsep dan operasional
penelitian, populasi dan sampel penelitian, pengembangan instrumen penelitian,
tahap penelitian, prosedur dan teknik pengumpulan data.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
manajemen program bimbingan dan konseling komprehensif berbasis ICT.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini
untuk memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan statistik. Karena banyak digunakan data dalam bentuk
angka. Dari angka-angka yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan deskripsi.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu sebuah metode
penelitian kuantitatif yang paling penuh. Dikatakan paling penuh karena
memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab dan akibat. Fraenkel
and Wallen (1993) penelitian eksperimen merupakan metode yang paling
‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk menjelaskan hubungan kausal
antar variabel.
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti memilih penelitian Kuasi
(24)
Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini dipilih karena sesuai dengan
karakteristik dalam penelitian eksperimen yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada
desain ini peneliti akan melakukan pretest dan post test untuk mengetahui hasil
dari tindakan (treatment) yang akan diberikan selama proses penelitian
berlangsung. Desain ini (nonrandomized) memungkinkan peneliti untuk
meminimalkan munculnya ancaman terhadap validitas (threats to validity).
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
Furqon (2008) mendefinisikan populasi sebagai sekumpulan objek, atau
orang atau keadaan yang palin tidak memiliki satu karakteristik umum yang
sama
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor se-Kota Bekasi. Jumlah keseluruhan adalah 256.
Sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi. Metode
(25)
C. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel a) Definisi Konsep
Definisi operasional sangat diperlukan untuk menghindari
kesalahpahaman dalam memaknai penelitian yang dilakukan. Sehingga
perlu dijelaskan mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
Definisi Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif
dalam penelitian ini adalah fungsi-fungsi manajemen yang
diimplementasikan dalam kegiatan bimbingan dan konseling yang
terlihat dan dapat diwujudkan dalam perencanaan program bimbingan
dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung
bimbingan dan konseling, penetapan staf bimbingan dan konseling, lalu
menggerakkan atau meningkatkan SDM untuk melaksanakan tugas
masing-masing dengan cara memberikan motivasi, dan yang terakhir
mengevaluasi kegiatan serta hasil yang dicapai memalui aktivitas
layanan yang telah dilaksanakan.
Aspek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan
konseling adalah: (a) Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, (b) Pengorganisasian Bimbingan
(26)
Konseling, (d) Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan
Konseling, (e) Mekanisme Kerja Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan
dan Konseling, dan (f) Pengarahan, Supervisi dan Penilaian Kegiatan
Bimbingan dan Konseling.
b) Definisi Opersional
Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif adalah skor
responden yang diperoleh dari skala sikap yang mengukur aspek-aspek
manajemen program layanan bimbingan dan konseling diantaranya: (a)
Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling, (b) Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling, (c)
Pelaksanaan Program Kegiatan Bimbingan dan Konseling, (d)
Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling, (e)
Mekanisme Kerja Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling,
dan (f) Pengarahan, Supervisi dan Penilaian Kegiatan Bimbingan dan
Konseling.
Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif dalam
penelitian ini terbatas pada kegiatan perencanaan, dan pengorganisasian
dalam bimbingan dan konseling.
Information and Communication Technology (ICT) dalam penelitian
ini adalah semua teknologi yang digunakan untuk mengakses,
menggabungkan, memanipulasi, dan menampilkan atau menyampaikan
informasi seperti elektronik hardware, software dan hubungan antar
(27)
2. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data
Dalam upaya memperoleh data yang memadai dan sesuai dalam penelitian
eksperimen Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif Berbasis ICT,
(28)
Aspek Indikator No. Pernyataan (+) ( - ) A.Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
1. Analisis kebutuhan dan permasalahan
siswa 1,2 3,4
2. Penentuan tujuan program layanan
bimbingan yang hendak dicapai 5,6,8 7
3. Analisis situasi dan kondisi di sekolah 9,10 11,12
4. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan
dilakukan 13 14
5. Penetapan metode dan teknik yang akan
dilakukan dalam kegiatan 15, 16 17
6. Penetapa personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan
18 19
7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan
20,21 22
8. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan 23,24 25 B. Implementasi Tugas Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
9. Persiapan pelaksanaan 26,28,29,
30 27
10.Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan
rencana 31,33,35 32,34
C.Pengorganisasi an Bimbingan dan Konseling
11.Koordinasi dengan Kepala Sekolah 36 37
12.Koordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah 39 38
13.Koordinasi dengan Koordinator Guru BK
(Konselor) 40 41
14.Koordinasi dengan Guru BK (Konselor)
lain - 42
15.Koordinasi dengan Staf Administrasi 43
-16.Koordinasi dengan Guru Mata Pelajaran - 44
17.Koordinasi dengan Wali Kelas 45
-D. Pemafaatan Fasilitas Pendukung kegiatan Bimbingan dan Konseling
18.Keberadaan Ruang BK yang memadai dan
nyaman 46,48 47
19.Keberadaan Sarana Penunjang (alat pemgumpul dan penyimpan data serta kelengkapan penunjang teknis)
49,53,54, 56
50,51,52, 55
(29)
Aspek Indikator No. Pernyataan (+) ( - ) E. Pengadministr asian Kegiatan Bimbingan dan Konseling
20.Pencatatan data pribadi siswa
teradministrasi dengan baik 57 58
21.Pencatatan kejadian siswa (anecdotal
record) teradministrasi dengan baik 59 60
22.Pencatatan hasil laporan observasi wali
kelas terdata dengan baik 61 62
23.Hasil Sosiometri (Sosiogram) terdata dan
teradministrasi dengan baik 63 64
24.Hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport yang diselenggarakan wali kelas
65
-25.Hasil Kunjungan rumah (Home visit)
terdata dan teradministrasi dengan baik 66
-26.Hasil Pemeriksaan dari petugas khusus
teradministrasi dengan baik 67
-27.Laporan-laporan teradministrasi dengan
baik 68
-28.Data-data, informasi yang berasal dari berbagai sumber dihimpun dalam buku pribadi, map pribadi atau kumulatif record siswa diperiksa oleh kepala sekolah
69 -F. Pengarahan, Supervisi, dan Penilaian kegiatan Bimbingan dan Konseling
29.Terlaksananya Pengarahan dari
Koordinator BK dalam setiap program 70,72 71,73
30.Adanya Supervisi kegiatan bimbingan 74,75,77,
78 76
31.Terlaksananya Penilaian Program layanan
bimbingan 79,80 81
3. Penimbangan Instrumen (Judgement Ahli) dan Uji Keterbacaaan
Upaya untuk mendapatkan instrument yang berkualitas harus dilakukan
peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Item yang dikembangkan
oleh peneliti berupa perencanaan program (25 item), implementasi (10 item),
pengorganisasian (10 item), pemanfaatan fasilitas (11 item), pengadministrasian
(13 item) dan pengarahan, supervise dan penilaian (12 item) harus dikaji dan
ditelaah secara rasional oleh ahli. Maka peneliti kemudian melakukan
(30)
yaitu: Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., Dr. Suherman, M.Pd.,, dan Dr. Mubyar
Agustin, M.Pd. Ketiga ahli tersebut memiliki kualifikasi dan pengalaman yang
memadai dalam Bimbingan dan Konseling.
Hasil penimbangan instrumen dari pakar dalam bidang bimbingan dan
konseling lebih banyak meliputi perbaikan redaksional dibanding konten dan
konstruk, misalnya butir pernyataan agar dibuat dalam kalimat positif, kata-kata
“hanya”, “tidak pernah”, “selalu” agar tidak digunakan dan disarankan diganti.
Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti adalah melakukan uji
coba instrument kepada guru BK di kota Bekasi. Uji coba yang dilakukan adalah
untuk melakukan uji keterbacaan instrument dalam rangka menyempurnakan
instrument yang digunakan.
1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas
Pengertian validitas menurut Arikunto (2002: 144) adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.
Instrument penelitian ini menggunakan jenis validitas isi. Menurut Azwar
(1997) validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pada ketiga
(31)
jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana aitem-aitem dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar dari batasan
tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan
ciri atribut yang hendak diukur”.
b. Uji Reliabilitas
Pengertian reliabilitas instrumen menurut Suharsimi Arikunto (1998:170)
sebagai berikut. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu instrumen yang
dapat dipercaya akan mengasilkan data yang dapat dipercaya juga. Instrumen
tersebut dapat menghasilkan data yang sama walaupun datanya diambil
beberapa kali, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Menurut
Suharsimi Arikunto (1996:190) untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skor butirnya bukan 1 atau 0 melainkan skala bertingkat atau rating scale
digunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut:
− −
=
∑
22 11 1 1 t b k k r
δ
δ
Dimana:r11 : reliabilitas intrumen
k : banyaknya butir pernyataan (item)
Σ 2
b
δ
: jumlah varians butir 2t
(32)
Koefisien reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan r
table. Jika r dihitung > r tabel, berarti instrumen tersebut reliable dan siap
digunakan dalam penelitian.
Hasil uji reliabilitas alfa Cronbach butir soal instrumen menggunakan
SPSS 16.0 for Windows sebesar 0.884 (reliabilitas tinggi) yang ditampilkan dalam
tabel 3. Dengan demikian maka reliabilitas hitung (r hitung) lebih besar dari
reliabilitas tabel (r tabel).
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Cronbach's
Alpha N of Items
,884 81
D. Penentuan Sampel Penelitian
Populasi menurut Furqon (2008) adalah sekumpulan objek, atau orang atau
keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama.
Sedangkan Sugiyono (2007) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas; obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sehingga yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru Bimbingan dan Konseling kota Bekasi.
Sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi. Pada
(33)
(sampel acak sederhana), sehingga semua populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi sampel.
Lokasi penelitian ini adalah di wilayah kota Bekasi. Dipilihnya kota
Bekasi sebagai lokasi penelitian dikarenakan adanya keseuaian antara
permasalahan yang dihadapi di kota Bekasi dengan tema yang dimiliki oleh
peneliti. Selain itu peneliti telah memiliki gambaran mengenai lokasi yang akan
menjadi tempat penelitian berlangsung.
Sementara yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah guru
Bimbingan dan Konseling di kota Bekasi.
E. Tahap Penelitian
Upaya untuk mewujudkan penelitian yang terarah, sistematis dan baik,
peneliti berusaha membagi proses pelaksanaan penelitian ke dalam beberapa
tahapan penelitian. Tahapan-tahapan penelitian yang dimaksud tersebut, yaitu:
1. Tahap pralapangan
Peneliti mengadakan survey pendahuluan yang dilakukan selama bulan
November, Desember 2009 dan Januari 2010. Selama proses survey ini peneliti
melakukan penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari
data dan informasi tentang manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif
di kota Bekasi. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui
penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian.
Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang
meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan
(34)
administrasi yang dilakukan peneliti meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
perijinan kepada pihak yang berwenang dan tahap ini dilaksanakan pada bulan
Februari 2010.
2. Tahap pekerjaan lapangan/Eksperimen
Peneliti pada tahap ini memasuki serta memahami latar penelitian
dalam rangka pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk
memberikan treatmen penggunaan ICT dalam manajemen bimbingan dan
konseling. Tahap penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai
dengan Mei 2010.
Proses perlakuan (treatment) pada kelompok ekperimen dilaksanakan
selama 10 kali pertemuan. Pertemuan pertama diawali dengan pre test sebagai
sarana untuk melakukan diagnosis dan menentukan urutan pemberian
perlakuan. Lebih lanjut pertemuan dilakukan selama 10 kali pertemuan untuk
perlakuan untuk meningkatkan efektivitas manajemen BK Komprehensif.
Proses Perlakuan selanjutnya ditutup dengan post test.
Materi-materi yang digunakan dalam proses ini secara spesifik adalah
Need Assesment program BK Komprehensif menggunakan Microsoft Excel,
Menghitung Kehadiran siswa menggunakan Microsoft Excel, Aplikasi
Sosiometri menggunakan Microsoft Access, Aplikasi DCM menggunakan
Microsoft Excel, Membuat Database BK Sederhana menggunakan Microsoft Excel, Materi Bimbingan Klasikal dan Kelompok menggunakan Microsoft PowerPoint 2007 dan Ulead VideoStudio 9.0 dan 11.0.
(35)
Secara lebih spesifik proses kegiatan Perlakuan Manajemen BK
Komprehensif berbasis ICT dalam meningkatkan efektivitas manajemen BK
Komprehensif ditampilkan sebagai berikut.
a. Sesi I
Pertemuan pertama yang dilakukan oleh peneliti akan diawali kegiatan pre
test. Kegiatan ini dirancang untuk mendapatkan data mengenai kondisi dan
keadaan dari responden (guru BK) baik dari kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol. Kegiatan pre test merupakan kegiatan yang sekaligus
menandai dimulainya proses intervensi/ eksperimen. Secara teknis Kegiatan
berisi pemberian instrument manajemen BK Komprehensif yang akan diisi
oleh guru BK (tes)
b. Sesi II
Pertemuan kedua adalah Perencanaan Program BK Komprehensif
menggunakan Need Assesment berbasis ICT. Kegiatan diawali dengan proses
instalasi aplikasi Microsoft Excel yang telah dimodifikasi dengan nama
aplikasi Need Assesment. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan
keterampilan responden (guru BK) dari kelompok eksperimen dalam
membuat perencanaan program BK Komprehensif. Secara Teknis kegiatan
berisi pembuatan perencanaan program BK Komprehensif menggunakan
(36)
c. Sesi III
Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan materi membuat database BK
sederhana menggunakan Microsoft Excel. Materi akan diakhiri dengan
praktek membuat database BK sederhana oleh seluruh anggota kelompok.
(seluruh anggota kelompok membawa laptop). Kegiatan ini dirancang untuk
memberikan keterampilan responden (guru BK) dari kelompok eksperimen
dalam membuat database BK sederhana sebagai himpunan data konseli.
d. Sesi IV
Materi pertemuan keempat ini adalah menghitung kehadiran siswa dengan
cepat dan akurat menggunakan aplikasi Microsoft Excel yang dimodifikasi.
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari
kelompok eksperimen dalam menghitung kehadiran siswa dengan cepat dan
akurat tanpa menyita banyak waktu.
e. Sesi V
Pada sesi ini peneliti memberikan materi tentang penyusunan laporan
sosiometri menggunakan software. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan
keterampilan guru BK dari kelompok eksperimen dalam menampilkan
sosiogram hubungan sosial siswa. Secara teknis kegiatan berisi pemberian
materi dan praktek menggunakan aplikasi sociogram berbasis Microsoft
(37)
f. Sesi VI
Pada Sesi ini peneliti memberikan materi pengolahan Daftar Cek
Masalah (DCM) menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Kegiatan ini
dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari kelompok
eksperimen dalam mengolah Daftar Cek Masalah (DCM) dan menampilkan
laporannya secara cepat dan akurat.
g. Sesi VII
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari
kelompok eksperimen dalam menggunakan Multimedia dalam bimbingan
kelompok dan klasikal. Software yang digunakan adalah Microsoft
PowerPoint untuk menampilkan presentasi bimbingan klasikal dan software
Corel Ulead Video Studio 9.0 dan 11.0 untuk mengedit Film dan video.
Anggota kelompok dibekali keterampilan multimedia dalam
menampilkan materi bimbingan klasikal sehingga diharapkan siswa
termotivasi untuk mengikuti bimbingan klasikal karena guru bimbingan dan
konseling menggunakan media yang bervariasi dalam menjelaskan materi.
h. Sesi VIII
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari
(38)
kelompok dan klasikal. Sesi ini adalah lanjutan dari sesi sebelumnya, namun
perbedaannya pada sesi ini anggota kelompok dibekali materi pembuatan
multimedia bimbingan dan konseling dengan mengkolaborasi dari berbagai
sumber, misalnya dari gambaran kehidupan sehari-hari, film berdurasi pendek
yang dapat diunduh dari berbagai situs di internet, dan lain-lain.
i. Sesi IX
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan keterampilan guru BK dari
kelompok eksperimen dalam merancang dan Membuat Media BK berbasis
ICT. Sesi ini dirasa penting mengingat belum banyak guru bimbingan dan
konseling yang menggunakan media bimbingan dan konseling dalam
menunjang dan me-manage program bimbingan dan konseling.
Dengan menggunakan software Microsoft Publisher anggota
kelompok dibekali cara-cara membuat media bimbingan dan konseling yang
menarik, misalnya iklan layanan dan program bimbingan dan konseling yang
ditempel di berbagai tempat strategis di sekolah sehingga diharapkan seluruh
siswa dapat melihat dan membacanya dan pada akhirnya merasakan
kehadiran program bimbingan dan konseling.
j. Sesi X
(39)
3. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti
dalam tahap ini setelah melakukan serangkaian proses eksperimen dan kemudian
mulai melakukan analisa data kuantitatif hingga interpretasi data yang telah
diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti menempuh proses penelaahan hasil
instrument yang telah dibagikan. Penelaahan tersebut dilakukan setelah peneliti
mendapatkan hasil analisis data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 dan
dilakukan bersamaan dengan proses konsultasi serta pembimbingan penelitian.
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan
dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Tahap ini dilakukan pada bulan
Juni 2010.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metode ilmiah, hal
ini dikarenakan pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan selain untuk
penelitian eksploratif, juga untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Pengumpulan data menurut Nazir (2003:176) adalah prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Lebih lanjut Moh. Nazir
mengatakan bahwa pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses pengadaan
data primer untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang
dipakai adalah skala sebagai instrumen utama, observasi, dan wawancara sebagai
(40)
a. Skala
Dari macam-macam skala peneliti menggunakan model skala Likert, hal
ini dikarenakan skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang dalam fenomena sosial Sugiyono 2001:73). Dalam skala Likert
responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan alternative pilihan
jawaban yang tergantung dari data penelitian yang diperlukan oleh peneliti.
Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai berupa angka.
a. Observasi
Menurut Arikunto (1998:146-147) observasi atau pengamatan adalah
kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan sebuah alat indera. Observasi dapat dilakukan dengan cara-cara,
sebagai berikut:
1) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi non
sistematis yang dilakukan dengan tanpa menggunakan pedoman sebagai
instrumen pengamatan.
Peran (role) peneliti dalam melakukan observasi sangat bermacam-macam.
Menurut Spradley (1980, Creswell: 2008) peran (role) dalam observasi sangat
(41)
Peran (role) tersebut pertama adalah observer yang memposisikan diri sebagai
partisipan (Role of a Participant Observer), kedua observer yang tidak ikut
berpartisipan (Role of a Non Participant Observer). Ketiga adalah observer yang
dapat berganti (mengubah diri) atau sering dikenal dengan Changing
Observational Roles. Peran ketiga ini merupakan perpaduan antara posisi observer
berpartispasi dan observer yang tidak ikut berpartisipasi. Peneliti dapat
mengadaptasi peran dalam sesuai dengan konteks situasi dan kondisi yang ada.
Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti memilih Changing Observational
Roles. Hal tersebut dikarenakan peneliti berusaha untuk dapat menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dilakukan untuk dapat memperoleh
data yang akurat dan mendalam mengenai penelitian yang akan dilakukan.
b. Wawancara
Menurut Nazir (2003:193), wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil tatap muka
antara si pewawancara dengan responden dengan menggunakan panduan
wawancara. Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan guru Bimbingan dan
konseling tentang manajemen bimbingan dan konseling komprehensif berbasis
ICT sebelum dilakukan eksperimen dan wawancara untuk mengetahui komentar
(42)
G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data
Analisis data menurut Nasution (2002: 126) yaitu menyusun data agar
dapat ditafsirkan. Adapun tujuan analisis data adalah menyempitkan dan
membatasi penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur dan tersusun
sistematis dan lebih rapi. Teknik analisis data penelitian merupakan salah satu
langkah yang sangat penting dalam proses penelitian, karena disinilah hasil
penelitian akan tampak.
Analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan,
menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul
dalam tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik. Digunakannya statistik
parametris karena data yang digunakan berbentuk interval. Statistik parametris
bekerja dengan asumsi bahwa data yang akan diuji berdistribusi normal.
Peneliti pada tahap selanjutnya (setelah data terkumpul) akan mengolah
data dengan menggunakan uji statistik, sebagai berikut:
a. Data hasil pre tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan dianalisis
dengan menghitung rerata dan simpangan baku untuk uji normalitas dan
homogenitas.
b. Data post kelompok eksperimen dan kelompok control akan dianalisis dengan
menghitung rerata dan simpangan baku untuk uji normalitas dan
homogenitas.
c. Peneliti kemudian berencana untuk menggunakan Uji komparatif (uji t) atau t-test untuk mengetahui apakah kelompok yang mendapatkan treatmen
(43)
(Penggunaan ICT dalam manajemen BK) dapat membantu efektivitas
manajemen BK dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan
treatmen. Penelitian ini berusaha untuk melakukan pengujian dua buah
(44)
123 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan
hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil manajemen bimbingan dan
konseling di kota Bekasi pada taraf memadai. Aspek yang paling tinggi
adalah Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling, tepatnya pada indikator
Koordinasi dengan Guru Mata Pelajaran Data yang terendah pada profil
manajement Bimbingan dan Konseling di Kota Bekasi adalah pada aspek
Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling yaitu pada indikator
pencatatan data pribadi siswa teradministrasi dengan baik.
2. Penggunaan ICT dalam manajemen bimbingan dan konseling pada kelompok
eksperimen dapat meningkatkan efektivitas manajemen bimbingan dan
(45)
B. Rekomendasi
1. Bagi sekolah yang akan menerapkan manajemen BK berbasis ICT
Program manajemen bimbingan dan konseling komprehensif berbasis ICT
merupakan hal yang dapat diterapkan pada layanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Penggunaan ICT dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja
konselor di sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling meningkatkan kompetensi
dalam Bidang ICT untuk dapat meningkatkan kualitas manajemen program
layanan Bimbingan dan Konseling. Secara spesifik yang harus ditingkatkan
menurut penelitian ini adalah pada pengadministrasian program Bimbingan dan
Konseling yaitu pencatatan data pribadi siswa. Pencatatan data pribadi siswa ini
dapat menggunakan program yang berbasis Excel atau program yang telah
dikembangkan yaitu Sistem Informasi Manajemen Bimbingan dan Konseling
(SIM BK).
Kepala sekolah yang ingin memanfaatkan ICT dapat membuat kebijakan
berupa pemberian fasilitas yang lebih memadai dalam ICT bagi guru Bimbingan
dan Konseling. Kepala sekolah dapat mengambil kebijakan untuk memberikan
pelatihan dan instruksi khusus dalam penggunaan ICT untuk manajemen
Bimbingan dan Konseling.
2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling
Bagi program Studi Bimbingan dan Konseling memastikan ketersediaan
literatur dalam bidang manajemen layanan Bimbingan dan Konseling yang pada
(46)
Konseling dapat memberikan tambahan pengetahuan dan kompetensi konselor
dalam bidang ICT dengan mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah Manajemen
Bimbingan dan Konseling.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan replikasi penelitian
pada tema manajemen bimbingan dan konseling agar: (a) melakukan penelitian
khusus pada aspek pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan bimbingan dan
konseling yang belum diteliti. (b) melakukan penelitian pada indikator yang
belum mampu ditingkatkan atau sudah ditingkatkan namun memiliki tingkat yang
(47)
126
DAFTAR PUSTAKA
Ahman, Karnoto, dan Kartadinata, S. (2003). Kubus Tugas Perkembangan: Suatu
Model Rekabangun Tugas Perkembangan Bagi Kepentingan Bimbingan dan Konseling dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI, No. 11
Mei 2003.
Baker, Stanley B., Edwin R. Gerler Jr. (2004). School Counseling for The
Twenty-First Century, (Fourth ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Boer, Patricia M. (2001). Career Counseling Over The Internet; An Emerging
Model for Trusting and Responding to Online Clients, New Jersey:
Lawrence Erbaum Associates, Publisher
Cavanagh, M. (1982). The Counseling Experience, a Theoretical and Practical
Approach. California: Brooks/ Cole Publishing Company.
Cobia, Debra C & Donna A. Henderson, (2003) Handbook of School Counseling, New Jersey; Merrill Prentice Hall
Cosier, Richard A; Dalton, Dan R, (1993) Management consulting: Planning, entry, performance, Journal of Counseling and Development : JCD; Nov 1993; 72, 2; Tersedia pada ProQuest Education Journals Pg. 191 diakses pada tanggal 20 September 2010
Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Erford, Bradley T. (2007). Transforming the School Counseling Profession, (Second ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Everard, K.B, Morris, G & Wilson, I. (2004) Effective School Management (Fourth ed.), London, A SAGE Publications Company
Galassi, John P.& Patrick Akos. (2004). Developmental Advocacy: Twenty-First
Century School Counseling dalam Journal of Counseling and Development,
(48)
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2005). Designing, implementing, and managing
a comprehensive school guidance and counseling program. In C. A. Sink
(Ed.), Contemporary school counseling: Theory, research, and practice (pp. 151-188). Boston: Houghton Mifflin.
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2006) Developing and Managing Your School
Guidance and Counseling Program, USA: ACA
Hohenshil, T. H. (2000) High tech counseling, Journal of Counseling and
Development : JCD; Summer 2000; 78, 3; tersedia pada ProQuest
Education Journals diakses pada tanggal 20 September 2010
Juntika Nurihsan, A. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Refika Aditama
Kartadinata, S. (2003). Bimbingan dan Konseling Perkembangan: Pendekatan
Alternatif bagi Perbaikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI,
No. 11 Mei 2003.
Loesch, Larry C. & Ritchie, Martin H. (2005). The Accountable School Counselor, Texas: Pro-Ed an International Publisher
Mey, See Ch. (2009). “Innovation in Counseling”. Makalah pada Seminar Internasional Dalam Rangka Kongres XI dan Konvensi Nasional XVI ABKIN, Surabaya
Mary Barros-Bailey and Jodi L. Saunders, Ethics and the Use of Technology in
Rehabilitation Counseling, Rehabil Couns Bull 2010 53: 255 originally
published online 3 May 2010, tersedia pada
http://rcb.sagepub.com/content/53/4/255, diakses pada tanggal 10 September 2010
Mubarok, A. (2009) Psikologi Islam; Kearifan dan Kecerdasan Hidup, Jakarta: The IIIT dan Wahana Aksara Prima
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in the
Elementary and Middle Schools. Madison: Brown & Benchmark
(49)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Remley Jr., Theodore P., Herlihy, B. (2005). Ethical, Legal, and Professional Issues
in Counseling; (Second ed.), New Jersey: Pearson Prentice Hall
Schellenberg, R. (2008). The New School Counselor, Strategies for Universal
Academic Achievement, Maryland USA, The Rowman & Littlefield
Publishing Group, Inc.
Schmidt, John J. (1993). Counseling in Schools: Essential Services and
Comprehensive Programs. USA: Allyn and Bacon.
Sederholm, Gudrun H. (2003). Counselling Young People in School; Translated
by Anna Yates, London: Jessica Kingsley Publisher
Sprinthall, C. Richard, Norman A. Sprinthall. (1974). Educational Psikology: A
Developmental Approach. Philipine: Addison-Wesley Publishing Company.
Stoner, James A. (1987). Management, London: Prentice-Hall International Inc.
Suherman AS., U. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bandung, Rizqi Press
Suherman. (Eds). (2008) Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling, Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia
Syamsuddin Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. (Edisi Revisi) Bandung: Rosda Karya
Terry, George R. (2008) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith DFM. Jakarta, Bumi Aksara
Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung
VanZandt, Zark & Jo Hayslip (2001) Developing Your School Counseling
Program; a handbook of systemic Planning, USA: Wadsworth/ Thompson
(50)
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Yusuf LN, S.. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.
______(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Yusuf, A. M. (2009). “Menata Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah; Dalam Memfasilitasi Perkembangan Akademik, Karier dan Perkembangan Pribadi & Sosial dalam Rangka Sukses Belajar (Suatu Alternatif)”. Makalah pada Konvensi Nasional XVI ABKIN, Surabaya
(1)
B. Rekomendasi
1. Bagi sekolah yang akan menerapkan manajemen BK berbasis ICT
Program manajemen bimbingan dan konseling komprehensif berbasis ICT merupakan hal yang dapat diterapkan pada layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Penggunaan ICT dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja konselor di sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling meningkatkan kompetensi dalam Bidang ICT untuk dapat meningkatkan kualitas manajemen program layanan Bimbingan dan Konseling. Secara spesifik yang harus ditingkatkan menurut penelitian ini adalah pada pengadministrasian program Bimbingan dan Konseling yaitu pencatatan data pribadi siswa. Pencatatan data pribadi siswa ini dapat menggunakan program yang berbasis Excel atau program yang telah dikembangkan yaitu Sistem Informasi Manajemen Bimbingan dan Konseling (SIM BK).
Kepala sekolah yang ingin memanfaatkan ICT dapat membuat kebijakan berupa pemberian fasilitas yang lebih memadai dalam ICT bagi guru Bimbingan dan Konseling. Kepala sekolah dapat mengambil kebijakan untuk memberikan pelatihan dan instruksi khusus dalam penggunaan ICT untuk manajemen Bimbingan dan Konseling.
2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling
Bagi program Studi Bimbingan dan Konseling memastikan ketersediaan literatur dalam bidang manajemen layanan Bimbingan dan Konseling yang pada faktanya masih sedikit. Selain itu diharapkan program studi Bimbingan dan
(2)
125
Konseling dapat memberikan tambahan pengetahuan dan kompetensi konselor dalam bidang ICT dengan mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah Manajemen Bimbingan dan Konseling.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan replikasi penelitian pada tema manajemen bimbingan dan konseling agar: (a) melakukan penelitian khusus pada aspek pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling yang belum diteliti. (b) melakukan penelitian pada indikator yang belum mampu ditingkatkan atau sudah ditingkatkan namun memiliki tingkat yang rendah dan (c) menggunakan desain penelitian yang lebih ‘powerful’.
(3)
126
DAFTAR PUSTAKA
Ahman, Karnoto, dan Kartadinata, S. (2003). Kubus Tugas Perkembangan: Suatu Model Rekabangun Tugas Perkembangan Bagi Kepentingan Bimbingan dan Konseling dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI, No. 11 Mei 2003.
Baker, Stanley B., Edwin R. Gerler Jr. (2004). School Counseling for The Twenty-First Century, (Fourth ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Boer, Patricia M. (2001). Career Counseling Over The Internet; An Emerging Model for Trusting and Responding to Online Clients, New Jersey: Lawrence Erbaum Associates, Publisher
Cavanagh, M. (1982). The Counseling Experience, a Theoretical and Practical Approach. California: Brooks/ Cole Publishing Company.
Cobia, Debra C & Donna A. Henderson, (2003) Handbook of School Counseling, New Jersey; Merrill Prentice Hall
Cosier, Richard A; Dalton, Dan R, (1993) Management consulting: Planning, entry, performance, Journal of Counseling and Development : JCD; Nov 1993; 72, 2; Tersedia pada ProQuest Education Journals Pg. 191 diakses pada tanggal 20 September 2010
Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Erford, Bradley T. (2007). Transforming the School Counseling Profession, (Second ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Everard, K.B, Morris, G & Wilson, I. (2004) Effective School Management (Fourth ed.), London, A SAGE Publications Company
Galassi, John P.& Patrick Akos. (2004). Developmental Advocacy: Twenty-First Century School Counseling dalam Journal of Counseling and Development, Volume 82, Spring 2004
(4)
127
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2005). Designing, implementing, and managing a comprehensive school guidance and counseling program. In C. A. Sink (Ed.), Contemporary school counseling: Theory, research, and practice (pp. 151-188). Boston: Houghton Mifflin.
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2006) Developing and Managing Your School Guidance and Counseling Program, USA: ACA
Hohenshil, T. H. (2000) High tech counseling, Journal of Counseling and Development : JCD; Summer 2000; 78, 3; tersedia pada ProQuest Education Journals diakses pada tanggal 20 September 2010
Juntika Nurihsan, A. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Refika Aditama
Kartadinata, S. (2003). Bimbingan dan Konseling Perkembangan: Pendekatan Alternatif bagi Perbaikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Volume VI, No. 11 Mei 2003.
Loesch, Larry C. & Ritchie, Martin H. (2005). The Accountable School Counselor, Texas: Pro-Ed an International Publisher
Mey, See Ch. (2009). “Innovation in Counseling”. Makalah pada Seminar Internasional Dalam Rangka Kongres XI dan Konvensi Nasional XVI ABKIN, Surabaya
Mary Barros-Bailey and Jodi L. Saunders, Ethics and the Use of Technology in Rehabilitation Counseling, Rehabil Couns Bull 2010 53: 255 originally published online 3 May 2010, tersedia pada http://rcb.sagepub.com/content/53/4/255, diakses pada tanggal 10 September 2010
Mubarok, A. (2009) Psikologi Islam; Kearifan dan Kecerdasan Hidup, Jakarta: The IIIT dan Wahana Aksara Prima
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in the Elementary and Middle Schools. Madison: Brown & Benchmark
(5)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Remley Jr., Theodore P., Herlihy, B. (2005). Ethical, Legal, and Professional Issues in Counseling; (Second ed.), New Jersey: Pearson Prentice Hall
Schellenberg, R. (2008). The New School Counselor, Strategies for Universal Academic Achievement, Maryland USA, The Rowman & Littlefield Publishing Group, Inc.
Schmidt, John J. (1993). Counseling in Schools: Essential Services and Comprehensive Programs. USA: Allyn and Bacon.
Sederholm, Gudrun H. (2003). Counselling Young People in School; Translated by Anna Yates, London: Jessica Kingsley Publisher
Sprinthall, C. Richard, Norman A. Sprinthall. (1974). Educational Psikology: A Developmental Approach. Philipine: Addison-Wesley Publishing Company. Stoner, James A. (1987). Management, London: Prentice-Hall International Inc. Suherman AS., U. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bandung, Rizqi
Press
Suherman. (Eds). (2008) Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling, Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia
Syamsuddin Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. (Edisi Revisi) Bandung: Rosda Karya
Terry, George R. (2008) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa J. Smith DFM. Jakarta, Bumi Aksara
Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung
VanZandt, Zark & Jo Hayslip (2001) Developing Your School Counseling Program; a handbook of systemic Planning, USA: Wadsworth/ Thompson Learning.
(6)
129
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Yusuf LN, S.. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Press.
______(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Yusuf, A. M. (2009). “Menata Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah; Dalam Memfasilitasi Perkembangan Akademik, Karier dan Perkembangan Pribadi & Sosial dalam Rangka Sukses Belajar (Suatu Alternatif)”. Makalah pada Konvensi Nasional XVI ABKIN, Surabaya