MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLA

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
DALAM KAJIAN AL-QUR’AN

JURNAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Ilmu al Qur’an dan Hadis
Dosen pengampu : Dr. Musthofa, M.Ag.

Disusun oleh:
Milatul Afdlila
1600128009

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017

Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................ i
1

Abstrak..................................................................................................................ii

A. Pendahuluan ...................................................................................................1
B. Urgensi Manajemen Bimbingan dan Konseling dalam al-Qur’an..................1
C. Nilai Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah................................9
D. Orientasi Manajemen Bimbingan dan Konseling yang Qur’ani
12
E. Kesimpulan......................................................................................................14
F. Penutup ...........................................................................................................15
G. Daftar Pustaka ................................................................................................16

ABSTRAK
Al-Qur’an hidup di tengah umat manusia, Kehadirannya sangat relevan
dan sangat penting untuk dijadikan pijakan dasar, dicermati, dipedomani dan
diambil manfaatnya dalam menyelesaikan segala permasalahan yang sedang
berkembang dewasa ini, terutama yang berkaitan dengan berbagai manajerial
sekolah dibidang bimbingan dan konseling. Pekerjaan bimbingan dan konseling
memang kerapkali dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang justru memiliki

2

kepentingan dengan bimbingan dan konseling itu sendiri, Misalnya, oleh siswa,

guru mata pelajaran, kepala sekolah, para pemegang kebijakan lainnya atau
masyarakat.
Banyak

kalangan

yang

masih

mempertanyakan

tentang

kadar

keprofesionalan para pelaku profesi konseling itu. Jangankan untuk lingkungan
masyarakat, dilingkungan persekolahan tidak sedikit ditemukan pandanganpandangan yang merendahkan tugas dan pekerjaan konselor sekolah. Semua itu
tentu merupakan sesuatu yang seharusnya disikapi sebagai tantangan dalam upaya
menegakkan kemartabatan profesi bimbingan dan konseling. Maka dari itu, pihak

BK sebagai pihak yang berwenang mengetahui siswa secara penuh diluar maupun
dalam sekolah, bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan bimbingan
dan konselor berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an, selain itu menciptakan manajemen
yang bagus untuk kerja sama, koordinasi dan sinergis kerja dengan berbagai
komponen pendidikan lainnya. Karena dalam keberhasilan memanajemen
diperlukan individual yang cerdas, bertaqwa, dan patuh pada ajaran-Nya
belandaskan al-Quran.
Kata kunci: Manajemen, bimbingan dan konseling, sekolah, al-Quran

A. Pendahuluan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki sejumlah
program terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan,
visi dan misi bersama. Sebagai lembaga pendidikan yang berperan penting
dalam pencapaian tersebut, maka pihak sekolah wajib memperdayakan bidang
bimbingan dan konseling untuk membantu segala masalah yang berkaitan
dengan peserta didik. Bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk

3

mendekatkan pembimbing dan peserta didik dengan cara sengaja atau tidak

sengaja supaya didapatkan informasi yang valid dari sumbernya. Karena
dalam masa perkembangan, mereka mulai mengalami kesulitan dalam dirinya.
Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan akan kedudukan bimbingan dan
konseling sebagai kegiatan pengembangan diri yang bertujuan untuk
memfasilitasi peserta didik berkenaan dengan masalah diri pribadi, sosial,
belajar, dan karir. Agar pelayanan bimbingan dan konseling dapat berjalan
secara optimal maka diperlukan kegiatan manajerial yang baik, kemampuan
manajerial merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki konselor.
Maka terbentuklah manajemen bimbingan dan konseling yang menjembatani
para pembimbing dalam melakukan interaksi kepada siswa.
Dalam hal ini, al-Quran merupakan sumber pokok dalam memberikan
beberapa pelajaran penting untuk membimbing dan mengarahkan manusia
kearah kebaikan yang hakiki. Sehingga perlu adanya penafsiran yang benar
sesuai maknanya dengan pendekatan tekstual maupun kontekstual. Karena
tidak banyak orang paham dengan mudah dalam memahaminya. Maka dari itu
untuk mempermudah penjelasan manajemen bimbingan dan konseling dalam
perspektif al-Quran, penulis akan menjelaskan tiap ayat dan kaidahnya dalam
pelaksanaannya.
A. Urgensi Manajemen Bimbingan dan Konseling dalam al-Qur’an

Al-Quran mengandung semua bidang pelajaran untuk kehidupan
manusia, seperti halnya manajemen bimbingan dan konseling yang telah
tersusun rapi didalamnya. Manusia diharapkan bisa menjadikan ayat-ayat
tersebut sebagai pondasi untuk saling memberi bimbingan sesuai kemampuan
dan kapasitas masing-masing. Berikut beberapa ayat al-Quran berkaitan
dengan ini.
1. Al Ashr ayat 1-3
      





4





  

“Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

(2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran (3)”
Dalam Tafsir al-Azhar, menerangkan bahwa surat al-Ashr adalah waktu
ashar atau waktu petang hari ketika bayang-bayang badan sudah mulai lebih
panjang dari pada badan kita sendiri. Pada ayat kedua menjelaskan manusia
dalam kerugian. Yang dimaksud manusia adalah orang-orang yang pada masa
hidupnya tidak ada keuntungan sama sekali. Mereka hanya bersenang-senang
tanpa berpikir panjang, sebab masa muda akan tetap berjalan sampai masa tua.
Jadi jika selama masa hidupnya hanya berpikir pada satu kesenangan tak
menguntungkan maka kerugian akan lebih besar. Selanjutnya pada ayat ketiga,
mengecualikan

orang-orang

beriman.

Orang-orang


yang

mempunyai

kepercayaan bahwa hidupnya ini adalah atas kehendak Allah yang maha kuasa.
Manusia datang kedunia hanyalah sementara waktu, namun masa yang
sementara itu dapat diisi dengan baik karena ada keimanan. Kemudian manusia
itu hidup bermasyarakat, sehingga tidak asing lagi yang namanya saling
menasihati supaya menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar.
Selain itu, bersabarlah ketika menghadapi fase-fase hidup seperti itu.1
Dari tafsiran diatas, pada ayat kedua dan ketiga menjelaskan bagaimana
manusia dalam kerugian kecuali orang beriman, mengerjakan amal soleh, dan
saling menasehati. Kemudian Nabi Muhammad menyuruh umatnya untuk
menyebarkan atau menyampaikan ajaran agama Islam yang diketahuinya
walaupun satu ayat saja yang diketahuinya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan dan kebutuhan. Begitupula dengan
proses pendidikan, bimbingan dan konseling adalah kebutuhan warga sekolah.
Dimana guru sebagai tokoh utama yang berperan aktif dalam menghidupkan
anak-anaknya.


1 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta:Gema Insani, 2015), h.654-658

5

Tugas

guru

adalah

membimbing,

mentransfer

ilmu

serta

mengaplikasikannya. Sehingga yang dilakukannya tersebut merupakan amal

ibadah yang mulia, memberikan kebermanfaatan untuk anak didik dalam
lingkungan sekolah. Bukan hanya itu saja, siswa membutuhkan guru yang bisa
mengayomi, memahami karakter mereka masing-masing, atau menjadikannya
teman curhat. Karena pada fase tertentu anak akan mengalami perkembangan
fisik maupun psikis. Wajarlah jika BK mulai membentuk sistem manajerial
yang baik agar semua siswa bisa merasakan keberadaan guru atau pembimbing
sebagai tempat yang nyaman dalam menukar masalah.
Guru dan siswa adalah manusia, mereka mempunyai hak untuk saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Tidak seratus persen pembimbing
itu benar, pembimbing hanyalah manusia yang bisa salah. Sehingga dalam
masalah seperti ini, siswa boleh memberikan argumennya untuk mencari jalan
yang benar secara bersama-sama. Untuk bisa berjalan dengan kaki yang
berbeda, pembimbing haru bisa menyeimbangkan dan memahami lebih dalam
mengenai masalah dari tiap anak. Memang dibutuhkan waktu dan kesabaran,
maka dari itu ayat diatas meminta para manusia untuk saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran.
2. Al-Mujadilah ayat 11
    
    
      






 


     
 
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

6

   

    
   
Dalam potongan ayat tersebut, Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata:
Yazid menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami
dari Qatadah bahwa: “Biasanya bila mereka melihat ada yang baru datang,
maka mereka tidak menyisakan tempat di majelis mereka disisi Rasulullah.
Beliau lalu memerintahkan mereka untuk memberi kelapangan kepada yang
lain.”2 Kemudian pada lanjutan ayat tersebut sampai lafadz 


menerangkan kepada manusia

untuk menuju

kebaikan maka Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
karena telah patuh pada perintah. Perintah memberi kelapangan dalam majelis
dan bersegera melakukan kebaikan bila diperintahkan. Allah juga menaikan
derajat orang beriman yang diberi ilmu dibanding yang tidak diberi ilmu jika
mereka mengamalkan ilmu mereka. Menurut Qatadah, ilmu memberikan
fadhilah tersendiri bagi pemiliknya dan dia juga punya hak atas pemiliknya.
Sungguh aku yakin, kalian orang yang berilmu punya keutamaan dan Allah
memberikan keutamaan itu kepada yang berhak.3
Berdasarkan keterangan tafsiran diatas, secara keseluruhan menjelaskan
tentang cara bermajelis yaitu dengan cara memberikan tempat kepada orang
lain. Akan tetapi ayat ini secara luas juga mengandung pesan yang dapat ditarik
mengenai

tata

cara

bekerja

sebagai

sarana

yang

penting

dalam

melaksanakannya.

a. Membuat perencanaan
ketika rasulullah menyampaikan pesan-pesan hikmah didepan para
sahabat tampak bahwa majelis tersebut sangat padat. Oleh karena itu
2 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ayh-Thabari, Diterjemahkan
Fathurrozi dan Anshari Taslim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.805
3Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ayh-Thabari,... h.807

7

rasulullah segera membenahi cara duduk para sahabat sehingga jika ada
orang lewat tidak akan kesulitan. Demikian juga dalam bekerja, guru atau
pembimbing harus membuat sebuah perencanaan untuk diterapkan.
Perencanaan dibuat sebagai manajemen yang memiliki target sehingga bisa
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Memberikan kesempatan kepada orang lain
Rasululllah menyuruh para sahabat yang telah lama duduk untuk
bergantian berdiri dengan memberikan kesempatan kepada sahabat lain.
Kasus seperti ini memberi pesan bahwa dalam bimbingan dan konseling
adalah identik dengan interaksi. Sehingga banyak berhubungan dengan
warga sekolah maupun masyarakat sekitar. Sehingga sangat penting
sebagai pembimbing memberikan kesempatan bagi orang lain untuk
berargumentasi atau berpendapat. Semua itu diperlukan untuk mencapai
satu jalan terbaik dalam memecahkan masalah.
c. Mematuhi aturan yang berlaku
Telah ditegaskan pada potongan makna, “dan apabila dikatakan,
berdirilah kamu, maka berdirilah”, dari makna tersebut dapat dipahami
bahwa ada sebuah perintah untuk menaati peraturan. Dalam sekolah,
tentulah ada banyak peraturan yang berlaku. Sehingga wajib untuk semua
warga sekolah mematuhinya.
d. Bekerja dengan berbekal iman dan ilmu
Pada penutupan ayat 11 dijelaskan, “niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan” dari makna tersebut menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
iman dan ilmu harus melahirkan sifat-sifat terpuji sebagai penyeimbang
ilmu yang dimilikinya. Misalnya seorang pembimbing tentulah memiliki
dasar ilmu mengenai itu secara profesional.
3. At-Tin ayat 4
      

8

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.”
  Allah telah menciptakan
manusia. Ia adalah ciptaan Allah yang sempurna dari ciptaan-Nya yang lain.
Ia diberi tempat di bumi untuk menjadi pemimpin. Merawat serta menjaga
isinya, tidak jarang pula manusia lupa dan merusaknya. Akan tetapi rencana
Allah lebih hebat, Allah menurunkan kekurangan dan kelebihan manusia
untuk saling introspeksi. Bahwa Allah itu maha segalanya.




Manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-

baiknya dengan kondisi fisik dan psikis terbaik. Dari segi fisik, misalnya
hanya manusia yang berdiri tegak sehingga otaknya bebas berpikir, yang
menghasilkan ilmu dan

tangannya

juga bebas

bergerak

untuk

merealisasikan ilmunya. Sedangkan dari segi psikis, hanya manusia yang
memiliki pikiran dan perasaan yang sempurna dan lebih-lebih hanya
manusia yang beragama. Maka dari itu fisik dan psikis manusia perlu
dipelihara dan ditumbuh kembangkan melalui gizi yang yang cukup dan
memberinya agama serta pendidikan yang mumpuni.4
Dalam at-Tin ayat 4 diatas, sebagai renungan kita bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna. Meskipun terkadang kita bertanya-tanya,
kenapa masih ada manusia yang cacat secara fisik? Begitulah manusia
diciptakan, sempurna yang dimaksud tidak hanya dinilai secara fisik
melainkan psikis. Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan melakukan
sesuatu sesuai apa yang sudah dipikirkan secara matang, sehingga mereka
dapat mengambil jalan yang benar. Diharapkan dengan adanya surat ini,
manusia mensyukuri karunia dari sang pencipta. Demikian dengan guru,
siswa, wali murid, dan semua warga sekolah, sama-sama manusia yang
diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka
mempunyai hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, guru bertugas
membimbing anak-anaknya dan siswa bertugas menggunakan akal pikiran
untuk menggali ilmu.
4Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 10, (Jakarta: Widya, 2011), h.713

9

4. Al Isra’ ayat 82
     





   
“Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Ayat diatas berfokus pada fungsi al-Quran diturunkan. Manusia diberi
nikmat yang bermacam-macam, yaitu kesehatan, keamanan dan kekayaan,
maka dia berpaling dari taat dan ibadah kepada Allah, dia menjauh dari
Tuhannya karena terpedaya dan sombong. Dan apabia manusia tertimpa
kesulitan dan musibah maka dia putus asa tehadap rahmat Allah. Ayat ini
menggambarkan kedurhakaan manusia. jika dia menerima nikmat, dia
congkak dan sombong jika dia tertimpa kesulitan dia putus asa dari Allah.5
 pada lafadz tesebut ditegaskan bahwa al-Qur’an 
   
diturunkan

sebagai

obat.

Menurut

al-Qurthubi

dalam

tafsirnya

menyebutkan adanya dua pendapat ulama tentang penyakit yang bisa
disembuhkan oleh al-Quran. Pertama, al-Quran menyembuhkan hati dari
penyakit kebodohan dan keraguan. Kedua, menyembuhkan penyakit
jasmani dengan ruqyah, taawudz dan sejenisnya.6 Al-Quran merupakan
obat penawar bagi seluruh umat muslim, aturannyapun sama seperti
meminum obat dari dokter, kita harus rajin dan teratur membacanya setiap
hari. Selain membaca, menghapal bisa menjadi jalan lain bagi orang-orang
yang mampu. Mampu menjaga hafalannya dan akhlaknya demi menjaga
kitab suci Allah.
Penjelasan diatas membuka mata kita bahwa obat tidak hanya
ramuan atau racikan yang dibuat oleh tangan manusia. Demikian halnya
dengan pembimbing, mereka diibaratkan dokter yang melayani siswa
5Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, Diterjemahkan KH.Yasin,
(Jakarta:Pustaka Al Kautsar, 2011), h.237
6Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari Al-Qurthubi, Al Jami’
Li Ahkam Al-Quran Juz 10, (Kairo: 1940), h. 316

10

dalam berbagai kondisi. Sehingga, siswa menjadi lebih baik dari pada
sebelumnya.

Keterkaitan

pihak

bimbingan

dan

konseling

dalam

menjalankan tugasnya perlu pikiran ekstra yang selalu segar. Karena
pembimbing yang berjiwa muda akan lebih menarik siswa untuk
membagikan apa yang ingin mereka ceritakan.
5. Yunus ayat 57




     
   

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Ayat diatas menegaskan adanya empat fungsi al-Qur’an: pengajaran,
obat, petunjuk, serta rahmat.

Pengetahuan dari Tuhan yaitu al-Quran

sebagai pemelihara dan pembimbing. Selain itu, sebagai obat yang sangat
ampuh untuk penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada. Dada yang
dituju adalah hati manusia. hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui dan
melahirkan ketenangan dan kegelisahan serta menampung sifat-sifat
terpuji. Kemudian petunjuk yang merupakan jalan menuju kebenaran dan
kebajikan yang amat besar. Yang terakhir adalah rahmat, sudah diberikan
kenikmatan untuk merasakan hidup.7
Pada makna, “Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada”, pelajaran yang datang adalah al-Quran. Dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang menjadi landasan utama adalah al-Qur’an,
selain itu hadits juga digunakan sebagai pelengkap. Sebab keduanya
merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat islam.
Al-Qur’an dan hadits diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual
bimbingan dan konseling yang didalamnya terdapat gagasan dan tujuan
konsep-konsep bimbingan dan konseling bersumber.
7 M.Quraish Shihab, Tafsir Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.438-441

11

B. Nilai Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Manajemen di sekolah merupakan rangkaian proses yang diupayakan
kepala sekolah bagi kepentingan sekolahnya, semua kegiatan itu terdiri dari
komponen manusia maupun non manusia yang dimiliki sekolah dalam rangka
mencapai tujuan secara efisien.8 Manajemen tersebut adalah langkah awal
untuk menciptakan kualitas, mutu pendidikan, dan paling utama output peserta
didik yang memiliki kematangan mental sekaligus intelektual diri.
Menurut T. Hani Handoko, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.9 Sebagai sebuah lembaga pendidikan
tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu perwujudan dari tujuan
pendidikan. untuk mendukung dan merealisasikannya, sekolah mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan manajemen sebagai tatanan Sdasar pencapaian
visi misi sekolah.
Sedangkan Menurut Oey Liang Lee dalam manajemen pendidikan,
manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, peyusunan,
pengarahan, dan pengawasan dari pada sumberdaya manusia untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.10 Menurut Mohamad Mustari, manajemen
pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efesien.11
Pendapat dari berbagai ahli diatas yang beragam dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen mempunyai beberapa esensi yaitu (1)
manajemen sebagai suatu proses kegiatan dan sumberdaya (2) manajemen seni
dan ilmu perencanaan (3) manajemen sebagai usaha kerjasama. Dalam
8 Rahmania Utari, Manajemen Sekolah, diakses Pada 21 Januari 2017 dari staff.uny.ac.id.
9 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h.8
10 Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali pers, 2014), h. 3
11 Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 5

12

sekolah, pelaksanaan manajemen sangat penting dan dibutuhkan dalam suatu
organisasi juga bagi seorang individu, hal tersebut dikarenakan manajemen
berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan.
Pelaksanaan manajemen di sekolah memiliki ciri-ciri diantaranya
adanya otonomi yang kuat pada tingkat sekolah, peran serta aktif masyarakat
dalam pendidikan, proses pengambilan keputusan yang demokratis dan
berkeadilan, menjunjung tinggi akuntabilitas dan transparansi dalam setiap
kegiatan pendidikan.12 Dengan beberapa ciri-ciri tersebut, manajemen sekolah
dianggap mampu memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian tujuan
pendidikan. penjelasan manajemen diatas mengandung banyak pemahaman
bahwa banyak sekali nilai-nilai mahal dalam sebuah manajerial disekolah
yaitu mengenai fungsi manajemen bimbingan dan konseling.
Fungsi esensi yang berada dalam penstrukturan manajemen adalah
waktu, aktivitas peserta didik, pendefinisian kecerdasan, kemampuan
intelektual, prestasi serta perilaku yang baik, penilaian, pemisahan peran,
tanggungjawab antara guru dan peserta didik, supervisi, pengawasan terhadap
peserta didik dan pertanggungjawaban.13 Dengan adanya fungsi yang jelas,
pelaksanaan manajemen akan lebih mudah dicapai, sebaliknya tanpa
manajemen, suatu organisasi atau individu akan lebih sulit dalam mencapai
tujuan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu organisasi yang ada di
dalam sekolah yang juga memerlukan adanya manajemen agar dapat mencapai
tujuannya.
Awal munculnya bimbingan konseling berasal dari Amerika Serikat
yang telah dimulai sejak Frank Parson14 mendirikan sebuah badan bimbingan
12 Misra Dan Rika Maria, Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di MTsN
Batusangkar, Jurnal Al-Ta’lim Jilid I, No.5 Juli 2013, h.432
13 Rahmania Utari, Manajemen Sekolah, diakses Pada 21 Januari 2017 dari
staff.uny.ac.id.
14 Frank Parson adalah seorang cendekiawan, pembaharu sosial, profesor Amerika yang
terkenal sebagai bapak bimbingan dan konseling. Beliau lahir pada 14 Nopember 1854 di Mount
Holly, New Jersey dan meninggal pada 26 September 1908 di Boston, Massachusetts Gelar S1
nya didapatkan di Cornel University mengambil Teknik Sipil. Kemudian ia menjadi pengacara
pada tahun 1881. Person juga pernah menjadi dosen di Boston University School of Law dan
mengajar
di
Kanvas
State
College
pada
tahun
1897-1899.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/frank_parsons. Diakses pada 02 Desember 2016.

13

yang disebut Vocational Bureau di Boston pada tahun 1908. Sejak saat itu
berkembanglah bimbingan konseling sampai ke Indonesia. Secara resmi pada
tahun 1975 pelayanan bimbingan konseling telah masuk ke sekolah-sekolah.
Istilah bimbingan dan konseling itu sendiri berbeda. Istilah tersebut
digunakan sebagai terjemahan dari bahasa Inggris guidance yang berarti
menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, mengatur, dan mengarahkan.

15

Menurut Frank Parson, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan
serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu.16 Sebagaimana
telah dikemukakan bahwa bimbingan di sekolah merupakan wadah bagi siswa
untuk mendapatkan solusi dari masalah yang ada pada dirinya. Sehingga
mereka merasa diayomi, dipedulikan dan diperhatikan dalam lingkungan
sekolah.
Sedangkan konseling berasal dari bahasa latin yaitu consilium berarti
dengan atau bersama dan dirangkai dengan menerima atau memahami. 17
Konseling merupakan suatu interaksi pemberian bimbingan yang dilakukan
oleh guru atau pembimbing dengan satu orang atau dengan beberapa orang.
Dari segi pengertian antara bimbingan dan konseling memanglah berbeda,
namun kedua hal tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu
membantu orang lain dalam pengembangan diri sendiri.
Dari

pengertian bimbingan dan konseling diatas, memberikan

pengetahuan bahwa bimbingan dan konseling bukan hal yang sama dalam segi
pengertian, akan tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mengenal siswa
dengan berbagai karakteristiknya, konseling perorangan, bimbingan dan
konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi
pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjat dan penilaian, konsultasi
dengan guru, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan
masyarakat.
15 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1978), h.15-19
16Priyatno dan Erman Anti, Dasar - Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1999), h.93
17Priyatno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan..., h.99

14

C. Orientasi Manajemen Bimbingan dan Konseling yang Qur’ani
Bimbingan Konseling yang berorientasi pada hakekat manusia
bermasalah

bukan

menjadi

kendala

melainkan

tantangan

dalam

mengembangkan sistem-sistem yang Qur’ani. Bimbingan dan konseling
dalam islam berorientasi kepada:18
1. Meletakkan al-Quran sebagai dasar solusi kehidupan
2. Belajar al-Quran dengan taat dan benar
3. Menjadi seorang mukmin yang tidak hanya menimbun segala sesuatu
dihati tanpa melakukan aksi sesuai perintah dan pesan dalam al-Quran.
4. Mempunyai komitmen dalam islam, diantaranya: percaya islam,
mengetahui bimbingan pada islam, menerapkan islam, mengundang
orang-orang ke agama islam, dan sabar. Kemudian bimbingan dan
konseling

dalam

islam

dapat

mengangkat

moralitas

sesuai

tanggungjawabnya.
Allah memberi kita alat dan tehnik untuk memecahkan masalahmasalah. Quran dan hadis digunakan sebagai alat dalam bimbingan dan
konseling, disamping itu, para pembimbing menggunakan tehnik-tehnik yang
berlandaskan kedua sumber tersebut dengan kepercayaan, menghargai,
memahami, menjadi pendengar yang baik.
Secara operasional bimbingan dan konseling di sekolah harus
melakukan kegiatan dalam rangka pelaksanaan kerja nyata. Hal tersebut harus
diselenggarakan sesuai prosedur. Pada umumnya prosedurnya sebagai
berikut.19
a. Fase persiapan
Untuk memberikan konseling yang baik dan teratur, pembimbing harus
mempersiapkan sebagai berikut: Pengumpulan data, pengolahan data,
18Fenti Hikmawati, Islamic Counselling Model to Increase Religious Commitment
(Study of Students at the University UIN Bandung), International Journal of Nusantara Islam,
(Bandung: State Islamic University Sunan Gunung Djati), h.66
19 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan Disekolah, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM, 1995), h.147

15

mengambil kesimpulan atau diagnosa, menentukan langkah-langkah yang
akan diambilnya untuk konseling.
b. Fase konseling
Pada fase ini memberikan konseling atas dasar rencana yang telah
diambilnya pada fase persiapan. Pada fase ini pembimbing dapat
menggunakan teknik tertentu untuk menghadapi siswa.
c. Fase follow up
Pada fase ini, sebagai pembimbing haruslah mengikuti akibat proses
konseling yang telah diberikan. Pada fase ini kita juga mengadakan kontrol
untuk mengukur tepat tidaknya langkah-langkah yang telah diambil dalam
proses konseling.
Wujud kongkrit pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling yang
Quraniyah ditempuh dengan mengikuti tahapan-tahapan yang sudah
ditentukan sesuai prosedur berdasarkan teori konvensional dan Quran. Bila
ada masalah apapun yang merusak akidah, tindakan dan moral Qur`aniyah
adalah bagian dari bentuk musuh dan penyakit yang menuntut adanya
kepedulian dari berbagai pihak, untuk melakukan bimbingan dan mencarikan
solusinya. Orientasi tersebut pada dimensi peningkatan potensi fitrah sebagai
potensi positif pada diri manusia.
Menurut al-Ghazali fitrah dan kesucian adalah bagaikan cermin yang
bersih. Menurutnya, cermin yang bersih akan memantulkan cahaya yang
bersih bahkan dapat memberikan manfaat dan penerangan pada berbagai
kegelapan. Sedangkan cermin yang kotor justru akan menimbulkan cahaya
yang buruk, bahkan boleh jadi membikin kerusakan pada pihak lain.20 Oleh
karena itu, tidak ada jalan lain bagi kehidupan saat sekarang. Kecuali terus
berusaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah maupun potensi
kesucian bagi umat manusia. Di antaranya ialah dapat ditempuh dengan cara
bertaubat dari kesalahan yang akan digantikan dengan nilai-nilai kebaikan.

20Aswadi, Replika Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam, Vol. 02, No. 01, 2012, h.9

16

Di antara bentuk taubat yang dapat di tegakkan adalah mengembangkan
empat pilar kebutuhan pokok, yaitu: meingkatkan kebutuhan ruhaniyah dan
spiritual, seperti shalat, puasa, baca al-Quran, dzikir dan sejenisnya. Kedua,
meningkatkan kebutuhan psikologis, seperti menghindari perasaan dari
berbagai tindakan yang menyakitkan pihak lain. Ketiga, meningkatkan
kebutuhan biologis, seperti peningkatan taraf hidup di bidang papan, pangan
dan sandang melalui cara-cara yang halal dan sehat. Keempat, meningkatkan
kepedulian sosial keagamaan, seperti zakat, shadaqah, infaq, bersilaturrahim,
saling memaafkan dan saling peduli terhadap pihak lain. 21 Pengembangan
empat kebutuhan dimaksud dapat dikatakan sebagai langkah-langkah strategis
dan sebagai terobosan tercepat untuk masuk surga dengan penuh kedamaian.
D. Kesimpulan
Didalam al-Quran banyak sekali ayat mengenai manajemen bimbingan
dan konseling, khususnya dibidang pendidikan. Dalam jurnal ini, penulis
hanya mencantumkan lima surat meliputi: Al-Ashr ayat 1-3, Al-Mujadilah
ayat 11, At-Tin ayat 4, Al-Isra’ ayat 82, Yunus ayat 57. Kelima surat tersebut
mengandung makna dan kaidah sebagai berikut:
1. Al-Ashr ayat 1-3, memberi pelajaran bahwa nasihat agama itu ibarat
bimbingan dan kebutuhan. Seperti halnya nasihat guru sebagai orang tua
siswa disekolah, ia mempunyai peran yang cukup luas dalam bidangnya.
2. Al-Mujadilah ayat 11, mengajarkan kita untuk membuat perencanaan
sebelum melakukan sebuah pekerjaan dengan bekal iman dan ilmu, sama
seperti Bk, tugasnya adalah membuat manajemen sehingga ada target yang
dicapai.
3. At-Tin ayat 4, diharapkan manusia latihan mensyukuri karunia dari sang
pencipta bahwa mereka diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.
Demikian dengan guru, siswa, wali murid, dan semua warga sekolah, sama-

21Aswadi, Replika Bimbingan dan,... h.9-10

17

sama manusia yang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masingmasing.
4. Al-Isra’ ayat 82, dari pengertian kandungan ayat tersebut, pembimbing
diibaratkan dokter yang melayani siswa dalam berbagai kondisi. Sehingga,
siswa menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Keterkaitan pihak
bimbingan dan konseling dalam menjalankan tugasnya perlu pikiran ekstra
yang selalu segar. Karena pembimbing yang berjiwa muda, ceria, semangat
tinggi akan lebih menarik siswa untuk membagikan apa yang ingin mereka
ceritakan dan mendekatkan diri.
5. Yunus ayat 57, menegaskan adanya empat fungsi al-Qur’an: pengajaran,
obat, petunjuk, serta rahmat. Fungsi-fungsi tersebut diinterpretasikan
kedalam lingkungan manajemen BK, yang perannya sangat dibutuhkan
sekali meskipun terkadang banyak yang memandang sebelah. Karena pada
dasarnya semua penyakit ada berasal dari pikiran, hati, dan pebuatan yang
kurang terpuji. Sehingga, perlu adanya bimbingan psikis untuk peserta
didik.
Berdasarkan ayat-ayat diatas, orientasi bimbingan dan konseling yang
berorientasi pada hakekat manusia bermasalah bukan menjadi kendala
melainkan tantangan dalam mengembangkan sistem-sistem yang Qur’ani.
F. Penutup
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
sangat bermanfaat dan membantu bagi manajemen bimbingan dan konseling
sekolah berlandaskan al-Quran, untuk mengoptimalkan BK agar tetap bersinar
dan jaya di lingkungan sekolah, alangkah baiknya sebagai pembimbing
menelaah dari beberapa sekolah yang manajemennya mendapat predikat
sangat bagus. Setelah itu baru mengkaji, apakah manajemen seperti itu bisa
diaplikasikan dalam sekolah yang kita tempati saat ini. Demikian jurnal
“Manajemen Bimbingan dan konseling sekolah dalam kajian al-Quran”, dapat
terselesaikan. Kurang lebihnya mohon maaf atas segala paparan yang kurang
berkenan baik sengaja maupun tidak.

18

G. Daftar Pustaka
Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari. 1940. Al
Jami’ Li Ahkam Al-Quran Juz 10, Kairo.
Anti, Priyatno dan Erman. 1999. Dasar - Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ash-Shabuni, Syaikh Muhammad Ali. 2011. Shafwatut
Diterjemahkan KH.Yasin, Jakarta:Pustaka Al Kautsar.

Tafasir,

Aswadi. 2012. Replika Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif AlQur’an, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 02, No. 01.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. 2009. Tafsir Ayh-Thabari,
Diterjemahkan Fathurrozi dan Anshari Taslim. Jakarta: Pustaka Azzam.
Fenti Hikmawati, Islamic Counselling Model to Increase Religious
Commitment (Study of Students at the University UIN Bandung),
International Journal of Nusantara Islam, Bandung: State Islamic
University Sunan Gunung Djati.
Hamka. 2015. Tafsir al-Azhar. Jakarta:Gema Insani.
Handoko,T. Hani.1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Kementrian Agama RI. 2011. Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 10. Jakarta:
Widya.
Maria, Misra Dan Rika. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di
MTsN Batusangkar, Jurnal Al-Ta’lim Jilid I, No.5 Juli 2013.
Mustari, Mohammad. 2014. Manajemen Pendidikan Jakarta: Rajawali Pers.
pers.
Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Utari, Rahmania, Manajemen Sekolah, diakses Pada 21 Januari 2017 dari
staff.uny.ac.id.
Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan Disekolah. Yogyakarta:
Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Winkel, W.S. 1978. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta:
PT. Gramedia.

19

https://en.m.wikipedia.org/wiki/frank_parsons. Diakses pada 02 Desember
2016.

20